Anda di halaman 1dari 47

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


MATERI PENILAIAN PERSEDIAAN KELAS XI AKUNTANSI
SMKS PANCASILA MANONJAYA
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Oleh:
Ai Siti Munawaroh, S.Pd

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN
SMK PANCASILA MANONJAYA
Jl. PGA No.09 Telp 0265-38117
Email : smk.pancasila.manojaya@gmail.com
Manonjaya Tasikmalaya
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Atas karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Peningkatan Motivasi
Dan Prestasi Belajar Peserta didik melalui Model Pembelajaran Problem Based
Learning Materi Penilaian Persediaan Kelas XI Akuntansi SMKS Pancasila
Manonjaya Tahun Pelajaran 2021/2022”

Laporan penelitian ini disusun sebagai bahan bacaan di perpustakaan


sekolah dan dapat dipakai sebagai perbandingan dalm pembuatan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) bagi teman sejawat. Dalam penyusunan ini penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu terim kasih uacapkan dengan tulus
dan sedalam-dalamnya kepada :

1. H. Pipin Aripin, S.Pd, M.M.Pd selaku Kepala SMK Pancasila Manonjaya

2. Aneng Wasiah Nur Z., S.Pd.I selaku Kepala Perpustakaan SMK Pancasila
Manonjaya.

3. Peserta didik-siswi SMK Pancasila Manonjaya khususnya kelas XI


Akuntansi dan Keuangan Lembaga (AKL) yang luar biasa telah
memberikan banyak motivasi dan semangat untuk penulis dalam melakukan
pembelajaran;

4. Semua pihak yang banyak membantu sehinggan penulisan laporan ini


selesai

Penulis menyadari bahwa laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini


masih banyak kekurangan baik isi maupun susunannya. Untuk itu segala kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan. Semoga
laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi
penulis juga bagi para pembaca.

Tasikmalaya, November 2021

Penulis
ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA


MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
MATERI PENILAIAN PERSEDIAAN KELAS XI AKUNTANSI
SMKS PANCASILA MANONJAYA
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Oleh :
Ai Siti Munawaroh, S.Pd
e-mail : aisitimunawaroh9@gmail.com

Motivasi belajar adalah suatu rasa atau keinginan yang mendasari peserta didik
dalam proses pembelajaran, motivasi belajar juga merupakan faktor penting untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan optimal. Hal ini sangat memberikan peran
yang dominan terhadap prestasi belajar. Karena motivasi yang tinggi akan
menunjang proses pembelajaran yang efektif, sehingga menghasilkan prestasi
belajar yang diharapkan.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian membuktikan kondisi
awal sebelum menggunakan model pembelajaran problem based learning pada
kondisi awal pembelajaran diperoleh peserta didik yang tuntas belajar 35,29%, pada
siklus I 64,71% peserta didik yang tuntas belajar, dan pada siklus II 88,23 % peserta
didik yang tuntas belajar.
Hasil penelitian menunjukkan : Upaya peningkatan motivasi belajarf dan prestasi
belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran problem based
learning pada materi penerapan penilaian persediaan telah berhasil dilakukan
melalui langkah- langkah sebagai berikut: (a) Orientasi peserta didik pada masalah
(b) mengorganisasikan peserta didik (c) membimbing penyelidikan (d)
mengembangkan dan menyajikan hasil (e) menganalisis dan evaluasi masalah.

Kata kunci: penerapan penilaian persediaan, motivasi belajar, prestasi belajar,


model pembelajaran PBL.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan belajar peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di


kelas sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen penting, yaitu lingkungan
fisik dan sosial peserta didik, kesiapan/kosentrasi peserta didik dalam
menerima pelajaran, serta metode mengajar yang dilakukan oleh guru tersebut.
Peserta didik menganggap ada mata pelajaran yang sangat sulit, misalnya mata
pelajaran produktif, akuntansi keuangan. Kecenderung guru menggunakan
metode ceramah tanpa menggunakan variasi pembelajaran membuat peserta
didik merasa bosan sehingga kurang maksimal dalam menerima dan menyerap
materi akuntansi keuangan yang diajarkan guru. Para peserta didik merasa
kesulitan dalam belajar, takut, malas, dan cepat bosan jika mendapat pelajaran
akuntansi keuangan. Hal ini akan memberikan dampak nilai akuntansi
keuangan dari peserta didik tersebut rendah seperti yang terjadi pada kelas XI
Akuntansi dan Keuangan Lembaga (AKL) SMKS Pancasila Manonjaya,
dimana tingkat ketuntasannya hanya 35,29 % atau hanya ada 6 dari 17 peserta
didik yang memperoleh nilai tinggi dalam pembahasan materi penilaian
persediaan, dan sisanya sebanyak 64,71% memiki nilai ketuntasan yang
rendah.
Peneliti sebagai guru mata pelajaran akuntansi keuangan sangat
menginginkan hasil belajar akuntansi keuangan peserta didik dapat meningkat
dan diharapkan mereka mendapatkan motivasi yang tinggi dalam belajar
akuntansi keuangan. Peneliti mengajarkan akuntansi keuangan dengan metode-
metode yang tepat dan membiasakan diri mengajarkan akuntansi keuangan
menggunakan pendekatan pembelajaran, meskipun dapat dikatakan
pendekatan pembelajaran yang digunakan jauh dari sempurna.
Pemikiran tersebut menunjukkan bahwa adanya kesenjangan dan
ketimpangan antara peserta didik dengan guru dalam hal pembelajaran
akuntansi keuangan. Oleh karena itu, diperlukan jalan keluar yang terbaik
untuk mengatasi permasalahan tersebut sehingga nantinya peserta didik gemar
belajar akuntansi keuangan dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik
sesuai yang diharapkan. Berdasarkan teori belajar tuntas, peserta didik
dipandang tinggi belajar jika ia mampu menguasai minimal 80% dari seluruh
tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta
didik yang mampu mencapai minimal 65, sekurang-kurangnya 80% dari
jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut (Mulyana, 2004). Pada
pembelajaran sebelumnya yang membahas mengenai pencatatan penerimaan
kas bank, guru hanya menggunakan metode ceramah. Hasil yang diperoleh
menunjukan bahwa persentase perolehan nilai ketercapaian mencapai nilai
dibawah standar. Keberhasilan pembelajaran ditandai dengan dikuasainya
mata pelajaran yang termanifestasi dalam bentuk nilai. Salah satu upaya guru
untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran adalah dengan pemilihan metode
pembelajaran yang tepat. Salah satu metode yang mungkin dapat digunakan
adalah metode/ model pembelajaran problem based learning. Dimana guru
memberikan sebuah masalah yang menantang peserta didik untuk mampu
bereksploarasi dan mengembangkan kerangka berpikir agar mampu
memecahkannya.
Sintak kegiatan Problem Based Learning mengutamakan peran peserta
didik dalam proses pembelajaran (student center), sehingga dianggap akan
meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik, dengan meihat sintak
berikut ini :

Gambar 2.1 Sintak PBL


Berdasarkan uraian tersebut maka harus dilakukan tindakan perbaikan
dalam pembelajaran guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta
didik melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peneliti tertarik untuk
melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas XI
Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMKS Pancasila Manonjaya pada bidang
kajian penilaian persediaan bagi peserta didik kelas XI Akuntansi dan
Keuangan Lembaga SMKS Pancasila Manonjaya pada semester ganjil tahun
pelajaran 2021/202.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan, penelitian, dan diskusi dengan teman


sejawat, peneliti menemukan beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya
hasil belajar peserta didik, yaitu:
1. Pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan rendah
terutama di kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga (AKL) SMKS
Pancasila Manonjaya.
2. Motivasi belajar peserta didik rendah terutama di kelas XI Akuntansi
dan Keuangan Lembaga (AKL)SMKS Pancasila Manonjaya.
3. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran terutama di kelas
XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga (AKL) SMKS Pancasila
Manonjaya.

C. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, analisis masalah, dan konsultasi
dengan observer, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
“Apakah melalui model pembelajaran problem based learning pada materi
pencatatan penilaian persediaan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar peserta didik kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga (AKL) di
SMKS Pancasila Manonjaya pada semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022
?”
D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, dapat ditentukan bahwa tujuan Penelitian


Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar peserta didik pada pembelajaran akuntansi keuangan materi pencatatan
penilaian persediaan melalui pendekatan kontekstual.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberi manfaat


sebagai berikut:
1. Bagi Peserta didik

a. Mendorong motivasi belajar peserta didik dalam memahami konsep


penilaian perediaan melalui model pembelajaran problem based
learning.
b. Meningkatkan penguasaan dan pemahaman terhadap materi penilaian
perediaan.
c. Meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
2. Bagi Guru

d. Meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran akuntansi


keuangan materi penilaian persediaan
e. Meningkatkan kemampuannya dalam merancang model
pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning.
3. Bagi Sekolah

a. Membantu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah khususnya di


SMKS Pancasila Manonjaya.
b. Sebagai informasi dan acuan untuk pengembangan metode
pembelajaran akuntansi keuanagan .
c. Meningkatkan prestasi sekolah di bidang akademik khususnya mata
pelajaran akuntansi keuangan .
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Penelitian Tindakan Kelas

Seringkali kita mendengar kata penelitian, yang merupakan


terjemahan dari bahasa Inggris : research, yang berarti kegiatan
pencaharian atau eksporasi untuk menemukan jawaban dari masalah yang
menjadi bidang kajian. Adapun yang dimaksud dengan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research, yaitu satu action
research yang dilakukan di kelas. Dari segi semantik (arti kata) action
research diterjemahkan menjadi penelitian tindakan. Carr dan Kemmis
(McNiff, J, 1991, p.2) mendefisikan action research sebagai berikut :

Action research is a form of self – refflective enquiry undertaken by


participants (teachers, students or principals, for example) in social
(including educational) situations in order to improve the rationality and
justice of (a) their own social or educational practices, (b) their
understanding of these practices, and the situations (and institutions) in
which the practices are carried out.

Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa ide pokok antara lain :

1) Penelitian Tindakan Kelas merupakan satu bentuk inkuiri atau


penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri
2) Penelitian Tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi
yang diteliti, seperti guru, peserta didik, atau kepala sekolah.
3) Penelitian Tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi
pendidikan.
4) Tujuan Penelitian Tindakan adalah untuk memperbaiki : dasar
pemikiran dan kepantasan dari praktek-praktek, pemahaman terhadap
praktek tersebut, serta situasi atau lembaga tempat tersebut
dilaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu alternatif model
pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran dalam
beberapa siklus secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-
prinsip kesejawatan dan saling membutuhkan (Suharsimi Arikunto, 2006
: 23). Dengan kata lain PTK merupakan suatu cara peningkatan mutu
pendidikan yang tak pernah berakhir. Dari segi profesionalisme, PTK juga
dipandang sebagai suatu unjuk kerja seorang guru yang profesional karena
studi sistemik yang dilakukan terhadap diri sendiri dianggap sebagai tanda
(hallmark) dari pekerjaan guru yang profesional (Hopkins, 1993 dalam
Wardani, 2000).

2. Motivasi Belajar
Menurut Suryani (2023) dalam jurnal menyatakan bahwa motivasi
belajar merupakan segala sesuatu untuk mendorong atau memberikan
semangat kepada seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar agar
lebih giat dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih
baik lagi.

Menurut Tung (2015 :341) Motivasi merupakan penggerak dalam


diri manusia untuk berbuat sesuatu serta memberikan arah pada perbuatan
tersebut. Motivasi mempunyai peranan penting bagi peserta didik dan
guru, terutama motivasi belajar. Menurut Woolfolk (2019:226) motivasi
belajar adalah kecenderungan peserta didik melakukan kegiatan-kegiatan
akademik yang berarti dan bermanfaat, kemudian berusaha mengambil
manfaat dari kegiatan akademik tersebut.
Motivasi belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh factor
intrinsic dan factor ekstrinsik. Factor intrisik yang mempengaruhi motivasi
peserta didik diantaranya, minat terhadap mata pelajaran yang dipelajari
dan orientasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Adapun factor
ekstrinsiknya antara lain kualitas guru, bobot materi pelajaran yang
diajarkan, metode pembelajaran yang digunakan guru dan kondisi ruang
kelas. Motivasi belajar yang rendah akan berdampak negatif pada hasil
belajar, karena sesuatu yang tidak dilandasi dengan niat, kemampuan atau
usaha yang keras hanya akan memberikan hasil yang kurang maksimal.

3. Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang
diberikan oleh guru (Depdikbud, 2002: 895). Dalam proses kegiatan belajar
mengajar di sekolah, prestasi belajar peserta didik dapat diketahui melalui
penilaian. Selain itu, guru juga dapat mengetahui sejauh mana
keberhasilannya dalam mengajar.
Keberhasilan guru dalam mengajar dapat dipengaruhi oleh
pendekatan pembelajaran yang digunakan guru tersebut. Jumadi (2010: 10)
mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada anak untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman disebut pembelajaran. Di sinilah, pendidik merancang tentang
strategi, materi, media, lingkungan belajar, tujuan serta kegiatan apa saja
yang akan dilakukan untuk belajar bagi anak. Pembelajaran yang
menyenangkan dan melibatkan keaktifan anak serta adanya permainan di
dalamnya akan membuat proses belajar menjadi aktif dan tidak
membosankan. Lebih dari itu, pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh
anak akan bertahan lama dan membentuk konsep pada diri anak bahwa
belajar adalah hal yang asyik dan menyenangkan.

4. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


a. Definisi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Menurut Arends (Hosnan, 2016) model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang
menggunakan pendekatan berpusat pada peserta didik dalam suatu
permasalahan yang nyata sehingga peserta didik bisa membangun
pengetahuannya secara mandiri, mengembangkan keterampilan diri
yang tinggi, membuat peserta didik menjadi mandiri dan mampu
mengembangkan tingkat kepercayaan diri sendiri (Narmaditya et al.,
2018).
Sejalan dengan hal tersebut Masrinah et, al (2019) menyatakan
bahwa pembelajaran Berbasis masalah (Problem Based Learning)
adalah pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju
pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut
dipertemukan pertama-tama pada proses pembelajaran (Barrow dalam
Huda, 2013).

b. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran PBL


1) Kelebihan model pembelajaran PBL
Hamdani (2011) mengemukakan beberapa kelebihan dan
kekurangan model PBL sebagai berikut.
a) Peserta didik dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga
pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik;
b) Peserta didik dilatih untuk dapat bekerja sama dengan peserta
didik lain;
c) Peserta didik dapat memperoleh pemecahan masalah dari
berbagai sumber.
Sementara itu Rerung (2017) menambahkan kelebihan PBL
sebagai berikut :
a) Peserta didik didorong untuk memiliki kemampuan
memecahkan masalah dalam situasi nyata.
b) Peserta didik memiliki kemampuan membangun
pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.
c) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang
tidak ada hubungannya tidak perlu saat itu dipelajari oleh
peserta didik. Hal ini mengurangi beban peserta didik untuk
menghapal atau menyimpan informasi.
d) Terjadi aktivitas ilmiah pada peserta didik melalui kerja
kelompok
e) Peserta didik terbiasa menggunakan sumber-sumber
pengetahuan baik dari perpustakaan, internet, wawancara dan
observasi.
2) Kelemahan model pembelajaran PBL
Menurut Sanjaya (2007:219), kelemahan PBL)adalah
sebagai berikut:
a) Jika peserta didik tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,maka peserta
didik akan merasa enggan untuk mencoba
b) pembelajaran model Problem Based Learning (PBL)
membutuhkan waktu yang lama;
c) Tidak semua mata pelajaran matematika dapat diterapkan
model ini.

c. Langkah – langkah kegiatan PBL


Berikut ini adalah langkah – langkah kegiatan atau sintak
Problem Based Learning :
Tabel 2.1 Sintak Problem Based Learning
Fase Sintak Kegiatan Guru
1 Orientasi peserta didik Guru menjelaskan tujuan
kepada masalah pembelajaran, menjelaskan
logistic yang diperlukan,
pengajuan masalah, memotivasi
peserta didik terlibat dalam
aktivitas pemecahan masalah
yang dipilihnya.

2 Mengorganisasikan Guru membantu peserta didik


peserta didik untuk mendefenisikan dan
belajar mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
3 Membimbing Guru mendorong peserta didik
penyelidikan individual untuk mengumpulkan informasi
maupun kelompok yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapat
penjelasan pemecahan masalah.
4 Mengembangkan dan Guru membantu peserta didik
menyajikan hasil karya dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, video, model dan
membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan
kelompoknya.

5 Menganalisis dan Guru membantu peserta didik


mengevaluasi proses melakukan refleksi atau evaluasi
pemecahan masalah terhadap penyelidikan mereka
dalam proses-proses yang
mereka gunakan.

d. Penilaian Persediaan
Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan berbeda-beda,
tergantung dari jenis usahanya. Persediaan yang dimiliki oleh
perusahaan dagang berupa persediaan barang dagangan. Persediaan
barang dagangan merupakan elemen yang sangat penting dalam
penentuan harga pokok penjualan. Persediaan dalam perusahaan
manufaktur diklasifikasikan menjadi :
1. Persediaan barang jadi;
2. Persediaan barang dalam proses
3. Persediaan bahan baku.
Biaya yang dikeluarkan untuk mengelola persediaan pada
umumnya relatif besar sehingga diperlukan adanya metode pencatatan
persediaan yang tepat agar dapat ditetapkan nilai persediaan barang
yang belum terjual dan harga pokok penjualan dengan tepat pula. Pada
perusahaan dagang yang akan dibahas pada materi ini adalah
persediaan yang dimilki oleh perusahaan dagang atau disebut
persediaan barang dagangan.
Terdapat dua aliran dalam menentukan penilaian persediaan
barang dagangan yaitu :
1. Aliran Fisik Sesungguh nya
Pada aliran ini persediaan dinilai mengikuti aliran fisik
barang yg sesungguh nya terjadi, ditandai dengan adanya lebel
pada setiap barang yang tersedia. Metode yang digunakan pada
aliran ini yaitu metode Identifikasi Khusus. Kriteria metode
identifikasi khusus adalah :
a. setiap barang diberi tanda khusus (inventory tag) yang
mencatat jenis barang, tgl pembelian, harga perolehan per unit
& harga perolehan total.
b. Pada akhir periode dapat segera diketahui harga perolehan
persediaan akhir & harga pokok penjualannya.
c. Diterapkan pada perush yg menjual barang dagangan dg
jumlah & jenis yg terbatas
2. Aliran Anggapan
Berdasar anggapan tidak mengikuti aliran fisik sesungguh
nya, artinya aliran ini lebih memperhitungkan persediaan dengan
adanya perkiraan. Metode yang terdapat pada aliran ini adalah :
a. FIFO (First In First Out)
Menganggap bahwa barang yang dibeli lebih dulu maka akan
dijual lebih dulu. Persediaan akhir ditentukan dengan
mengambil harga perolehan per unit dari pembelian yg paling
akhir.
b. LIFO (Last In First Out)
Menganggap bahwa barang yang dibeli lebih akhir akan dijual/
dikeluarkan terlebih dulu. Persediaan akhir ditentukan dg
mengambil harga perolehan per unit dari dari pembelian yg
paling awal.
c. Metode Rata-Rata
Menganggap bahwa barang yang tersedia untuk dijual adalah
homogen (sejenis). Alokasi harga perolehan barang yg tersedia
untuk dijual berdasarkan harga perolehan rata-rata tertimbang
(system periodic) dan rata-rata bergerak (system perpetual)

1. Sistem Pengendalian/Pencatatan Persediaan


Terdapat dua system yang dapat dipakai untuk
mencatat persediaan barang yaitu :
a. Sistem periodic / system fisik / system berkala
b. Sistem perpetual / system terus menerus/ system baku
Perbedaan kedua system tersebut adalah :
Sistem Periodik Sistem Perpetual
1. Pembelian barang dagangan 1. Pembelian baranng dagangan
dicatat dengan mendebitrekening dicatat dala perkiraan persediaan
pembelian barang dagangan.
2. Hasil penjualan dicatat dalam 2. Hasil penjualan dicatat dalam
rekening penjualan dan pada rekening penjualan dan pada
waktu penjualan harga pokok waktu penjualan harga pokok
penjualan tidak penjualan dicatat / dijurnal
dicatat/dijurnal 3. walaupun nilai persediaan akhir
3. Nilai persediaan pada akhir dapat diketahui tanpa harus
periode tidak dapat diketahui melakukan penghitungan fisik,
sehingga perlu melakukan penghitungan fisik tetap harus
perhitungan fisk persedian : dilakukan untuk mencocokkan
dibuat penyesuaian pada akhir persediaan akhir menurut
periode penghitungan fisik dengan
catatannya. Pada akhir periode
tidak perlu dibuat
jurnal penyesuaian.

2. Jenis – jenis Metode penilaian dalam sistem periodik


a. Identifikiasi Khusus
Metode identifikasi khusus adalah metode dimana
setiap barang yang dibeli di beri tanda khusus. Tanda
khusus (biasa disebut Inventory Tag) itu mencatat jenis
barang, tanggal pembelian, harga pokok per unit dan harga
pokok total. Pada akhir periode , saat penghitungan
persediaan yang masih tersisa, segera dapat diketahui
berapa harga pokok persediaan akhir dan harga pokok
penjualannya.
b. Metode Rata – rata tertimbang
Metode average biasa disebut metode rata-rata
tertimbang. Metode average membagi antara biaya barang
persediaan untuk dijual dengan jumlah unit yang tersedia.
c. Metode LIFO
Arti dari metode ini adalah yang masuk terakhir keluar
pertama. Metode ini mengasumsikan unit persediaan yang dibeli
pertama akan dikeluarkan di akhir.
d. Metode FIFO
Metode ini dianggap sebagai metode yang lebih logis
dan terpercaya. Dengan metode ini, resiko penurunan kualitas
barang karena terlalu lama disimpan, bisa diminimalisir.
3. Jenis – jenis Metode penilaian dalam sistem perpetual

a. First In First Out (FIFO)

FIFO atau first in first out yang berarti masuk pertama


keluar pertama, metode unit persediaan ini menghitung yang
pertama kali masuk ke gudang akan dijual pertama juga. FIFO
(First-In, First-Out) merupakan metode untuk menentukan
Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan cara mengasumsikan
produk yang terjual merupakan produk terlama dalam
penyimpanan barang. Jadi, biaya yang digunakan sebagai
perhitungan merupakan produk yang masuk paling awaldalam
penyimpanan barang. Sebagai contoh, Pak Deni menjalankan
usaha toko kue kering, kue yang dijual tentunya harus kue
yang pertama kali masuk ke toko. Perhitungan HPP
menggunakan biaya kue yang terjual pertama kali. Jadi, biaya
per unit persediaan yang masuk terakhir dipakai sebagai dasar
penentuan biaya barang yang masih dalam persediaan pada
akhir periode (persediaan akhir). Metode FIFO ini sangat
cocok diimplementasikan pada usaha yang memiliki masa
kadaluarsa pada produknya, contohnya makanan, minuman,
obat-obatan, dan sebagainya.

b. Last In First Out (LIFO)

LIFO atau Last In First Out adalah metode yang


mengasumsikan bahwa harga produk terakhir yang dibeli
merupakan harga pokok barang pertama yang terjual. Jadi, unit
yang digunakan sebagai dasar perhitungan HPP adalah unit
yang terakhir kali masuk ke gudang. Metode LIFO ini biasanya
diterapkan padausaha yang mempunyai nilai produksi tinggi
dan tidak memiliki tanggal kadaluarsa, seperti mobil,
perhiasan, minyak, dan lainnya.

c. Moving Average (Rata – rata bergerak)

Metode average atau metode rata-rata bergerak menilai


persediaan dengan membagi harga pokok barang yang tersedia
untuk dijual dengan jumlah barang, sehingga menghitung
biaya rata-rata. Jadi, metode ini berbeda dengan LIFO dan
FIFO dimana nilai tidak mewakili unit terlama atau terbaru.
Sehingga persediaan akhir dan beban pokok penjualan dapat
dihitung dengan harga rata-rata. Metode average merupakan
titik tengah atau perpaduan dari metode FIFO dan LIFO. Jadi
kelebihan dan kekurangan metode ini berada diantara metode
LIFO dan FIFO. Metode ini menggunakan persediaan barang
yang ada di gudang tanpamemperhatikan barang mana yang
masuk pertama atau terakhir.

B. Kerangka Berpikir

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tujuan melakukan


sejumlah tindakan yang terangkum dalam siklus I dan siklus II untuk merubah
kondisi awal yang berupa hasil belajar yang rendah menjadi lebih meningkat.
Dengan pendekatan kontekstual yang meningkat dari siklus I ke siklus II secara
kualitas dan kuantitas diharapkan akan mampu meningkatkan hasil belajar
materi operasi aljabar yang kian meningkat pula dari kondisi awal ke akhir
siklus I dan berlanjut sampai akhir siklus II. Hal ini dapat dilihat seperti pada
gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis
tindakan penelitian ini adalah melalui pendekatan kontekstual pada materi
peneraparan model pembejalaran problem based learning dapat meningkatkan
prestasi belajar peserta didik kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga
(AKL) SMKS Pancasila Manonjaya pada semester ganjil tahun pelajaran
2021/2022.

D. Kriteria Keberhasilan

Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya perbaikan


pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Secara Individu
Peserta didik dinyatakan berhasil / tinggibelajar jika peserta didik
menguasai ≥70 % dari materi yang dipelajari.
2. Secara Klasikal
Kelas dinyatakan berhasil / tinggibelajar jika ≥ 80 % jumlah
peserta didiknya telah tinggibelajar.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subjek Penelitian

Tempat Penelitian : SMKS Pancasila Manonjaya

Kelas : XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga

Jumlah peserta didik : 17 orang

Kategori peserta didik : 4 orang laki-laki dan 13 orang perempuan

Semester : Ganjil
Mata Pelajaran : Akuntansi Keuangan

Materi : Penerapan penilaian persediaan

Waktu penelitian : a. Siklus I : Selasa , 16 November 2021

b. Siklus II : Selasa , 23 November 2021

Faktor pendidikan orang tua yang sebagian besar berprofesi sebagai


petani, pedagang , dan buruh tani sehingga penghasilan rata-rata rendah. Pola
pikir orang tua juga rendah, karena dimungkinkan kurang sadarnya akan
pendidikan sehingga kebanyakan orang tua kelas hanya tamat SD atau SMP
sederajat.
Peneliti menemukan kondisi yang mungkin menjadi penyebab
kurangnya motivasi dan rendahnya prestasi peserta didik dalam belajar adalah:
a. Kurangnya minat peserta didik terhadap pembelajaran Akuntansi
Keuangan materi penerapan penilaian persediaan.
b. Peserta didik kurang menguasai konsep pembelajaran Akuntansi
Keuangan materi penerapan penilaian persediaan.
c. Peserta didik kurang memperhatikan penjelasan guru.

d. Peserta didik kurang memahami materi pencatatan penilaian persediaan


yang disampaikan guru.
B. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 16), pelaksanaan


perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dilaksanakan
dengan proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 langkah, yaitu:
1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Observasi

4. Refleksi

Hasil dari refleksi terhadap tindakan yang dilaksanakan pada siklus I


akan digunakan untuk memperbaiki yang belum berhasil dalam memecahkan
masalah. Keempat tahapan tersebut dapat digambarkan secara jelas pada
gambar

Perencanaan

Refleksi SIKLUS KE I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS KE II Pelaksanaan

Pengamatan

Prestasi Meningkat

Gambar 3.1 Daur Penelitian Tindakan Kelas


( Suharsimi, Arikunto-2007: 17)

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa perbaikan-perbaikan


pembelajaran bisa dilaksanakan dalam beberapa siklus. Kelanjutkan dari setiap
siklus didasarkan pada refleksi dan pengamatan, jika kemampuan peserta didik
dirasa belum meningkat atau tingkat ketuntasan peserta didik masih dibawah
80% maka perlu perencanaan untuk tahapan selanjutnya. Tapi apabila tingkat
ketuntasan diatas 80 % maka dapat dikatakan kalau perbaikan pembelajaran
tersebut berhasil.
Setelah siklus berlangsung beberapa kali, perbaikan yang diinginkan
sudah terjadi. Dalam hal ini, daur PTK dengan tujuan perbaikan yang
direncanakan sudah berakhir. Namun, biasanya akan muncul masalah baru.
Masalah ini akan dipecahkan melalui daur PTK. Secara lebih rinci dapat dilihat
pada gambar berikut ini :
Ide Studi Pendahuluan Persiapan Penelitian
Awal 1. Wawancara dengan peserta (Studi Literatur dan
didik Diskusi)
2. Tes Diagnostik 1. Penyamaan konsep,
3. Analisa Dokumen contoh, dan latihan
antara peneliti dan
pengamat.
2. Penyusunan lembar
observasi.
3. Penyusunan format
wawancara.
4. Penyusunan tes.

Simpulan

Tindakan Siklus I
Berhasil 1. Perencanaan Perbaikan
2. Pelaksanaan Perbaikan
3. Observasi
4. Diskusi dengan Pengamat
Belum
5. Refleksi Siklus I
berhasil

Revisi

Tindakan Siklus II
1. Perencanaan Perbaikan
2. Pelaksanaan Perbaikan
3. Observasi Berhasil
4. Diskusi dengan Pengamat
5. Refleksi Siklus II

Simpulan

Gambar 3.2 Diagram Siklus PTK


( Suharsimi, Arikunto-2007: 24)
Dari bagan diatas dapat dilihat bahwa rencana perbaikan pembelajaran
dapat didasarkan pada studi pendahuluan yang memuat tes diagnostik
dan analisis dokumen. Setelah peserta didik diberikan tes, dan dengan tingkat
ketuntasan yang rendah sekali maka kemudian diperlukan rencana perbaikan
pembelajaran. Perbaikan dilakukan dalam beberapa siklus sampai dengan
ketuntasan peserta didik lebih dari 80 %. Siklus yang digunakan peneliti
dalam hal ini adalah 2 siklus.

C. Pengumpulan Data
1. Data
Sumber data penelitian adalah peserta didik kelas XI Akuntansi dan
Keuangan Lembaga (AKL) di SMKS Pancasila Manonjaya kecamatan
Manonjaya KabupatenTasikmalaya. Data yang diperoleh adalah data
kualitatif dan data kuantitatif, yang terdiri dari:
a. Hasil belajar peserta didik.

b. Keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar.

c. Data keterkaitan antara rencana pembelajaran dengan


pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran.
2. Cara Pengumpulan Data

a. Hasil belajar peserta didik diperoleh dari pemberian evaluasi terhadap


peserta didik pada setiap akhir pembelajaran.
b. Keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar dan data
keterkaitan antara rencana pembelajaran dengan pelaksanaan kegiatan
perbaikan pembelajaran dikumpulkan melalui observasi yang
dilakukan teman sejawat selama pembelajaran berlangsung
menggunakan format observasi yang telah ditentukan.
3. Analisis Data
Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif untuk
mengetahui keberhasilan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran.
Sedangkan data kualitatif dianalisis dengan narasi dan paparan untuk
mengetahui keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran.
D. Informasi Tentang Observer

Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh teman sejawat selaku


observer dengan identitas sebagai berikut :
Nama : Agung Sofiyani, S.E

NIP :-

Jabatan : Kepala Program Akuntansi dan Keuangan Lembaga

Tugas : Mengobservasi kegiatan perbaikan pembelajaran

E. Deskripsi Per Siklus


1. Siklus I
Dilaksanakan Tanggal : 16 November 2021
Mata Pelajaran : Akuntansi Keuangan
Kelas / Semester : XI A K L / Ganjil
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit
Kompetensi Dasar : 3.9 Menerapkan metode persediaan (FIFO,
LIFO, Average dan identifikasi khusus)
4.9 Melakukan perhitungan persediaan
(FIFO, LIFO, Average dan identifikasi
khusus)
Indikator pencapaian kompetensi :
 Pengetahuan
1) Membedakan aliran fisik sesungguhnya dengan aliran asumsi dalam
penilaian persediaan
2) Menelaah jenis-jenis metode pencatatan persediaan pada sistem
periodik dan perpetual
3) Menguraikan definisi metode pencatatan persediaan sistem periodik
dan perpetual
4) Menguraikan tata cara perhitungan dan pencatatan penilaian
persediaan
 Keterampilan
1) Mengerjakan perhitungan nilai persediaan
2) Mencatat nilai persediaan metode rata – rata tertimbang, rata – rata
sederhana, FIFO dan LIFO
3) Membuat kartu persediaan dengan metode FIFO, LIFO dan
AVERAGE.

a. Rencana Tindakan

1. Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dan


skenario tindakan yang akan dilaksanakan.
2. Menyusun tes siklus I, lembar kerja peserta didik, dan lembar
observasi.

3. Menyusun perencanaan teknis analisis data dan penyimpulan


hasil penelitian.

b. Pelaksanaan Kegiatan

1. Kegiatan Awal

Apersepsi : a. Salam pembuka.

b.Presensi peserta didik.

c. Mengingat kembali tentang pencatatan


kewajiban jangka pendek yang berkaitan dengan
pembelian persediaan barang dagangan

Motivasi : Materi ini akan bermanfaat untuk materi

selanjutnya dan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kegiatan Inti

Guru menyedian permasalahan yanng dijadikan orientasi


pola pikir peserta didik terhadap materi pembelajaran dengan
menmapilkan masalah dalam kehidupan nyata. Kemudian guru
menjelaskan tentang pengertian prosedur penilaian persediaan.
Dimana menggambarkan segala prosedur dalam melaksanakan
penilaian persediaan. Kemudian guru mengingatkan bahwa setiap
transaksi yang terjadi perlu untuk dicatat, termasuk transaksi
penambahan dan pengurangan persediaan barang dagangan. Setelah
itu guru mengorganisasikan atau membagi peserta didik kedalam
beberapa kelompok. Lalu guru memberikan lembaran LKPD yang
didalamnya terdapat soal atau masalah yang harus dipecahkan oleh
peserta didik, soal dibuat dalam bentuk bahasa transaksi (deskripsi).
Peserta didik diminta untuk mengidentifikasi contoh transaksi yang
terjadi. Peserta didik berdiskusi dengan teman satu kelompoknya
dan dibimbing oleh guru untuk melakukan penilaian persediaan
dengan sistem periodik dan perpetual. Lalu peserta didik diarahkan
untuk membuat laporan hasil penilaian persediaan tersebut dalam
LKPD yang telah disediakan. Untuk sistem periodik penilaian
dilakukan dengan menghitung persediaan awal dan akhir periode,
sedangkan untuk sistem perpetual peserta didik diberikan kartu
persediaan untuk mencatat transaksi masuk dan keluar sesuai dengan
prosedur pencatatan. Setelah itu peserta didik melakukan
pembuktian dengan presentasi didepan kelas, mempresentasikan
hasil pekerjaan setelah diskusi. Peserta didik saling menanggapi satu
sama lain.

3. Kegiatan Penutup

Pada kegiatan ini guru dan peserta didik melakukakn refleksi


pembelajaran, menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan
apresiasi kepada kelompok yang sudah memberikan kinerja terbaik.
Selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan salam.

c. Observasi

Observasi dilakukan oleh teman sejawat pada saat proses


pembelajaran berlangsung. Data yang dikumpulkan adalah meliputi
nilai tugas peserta didik dan data tentang motivasi peserta didik
terhadap pelaksanaan model pembelajaran problem based learning.

d. Refleksi

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dapat dinyatakan


belum berhasil karena jumlah peserta didik yang tuntas hanya 11 dari
17 peserta didik (64,71%). Artinya masih terdapat 35,29% atau 6
peserta didik yang belum tuntas. Berdasarkan hasil observasi, peneliti
menganalisis dan merefleksi untuk menentukan dan menyusun rencana
tindakan perbaikan pembelajaran siklus II.

2. Siklus II
Dilaksanakan Tanggal : 23 November 2021
Mata Pelajaran : Akuntansi Keuangan
Kelas / Semester : XI A K L / Ganjil
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit
Kompetensi Dasar : 3.9 Menerapkan metode persediaan (FIFO,
LIFO, Average dan identifikasi khusus)
4.9 Melakukan perhitungan persediaan
(FIFO, LIFO, Average dan identifikasi
khusus)
Indikator pencapaian kompetensi :
 Pengetahuan
1) Membedakan aliran fisik sesungguhnya dengan aliran asumsi dalam
penilaian persediaan
2) Menelaah jenis-jenis metode pencatatan persediaan pada sistem
periodik dan perpetual
3) Menguraikan definisi metode pencatatan persediaan sistem periodik
dan perpetual
4) Menguraikan tata cara perhitungan dan pencatatan penilaian
persediaan
 Keterampilan
1) Mengerjakan perhitungan nilai persediaan
2) Mencatat nilai persediaan metode rata – rata tertimbang, rata – rata
sederhana, FIFO dan LIFO
3) Membuat kartu persediaan dengan metode FIFO, LIFO dan
AVERAGE.

a. Rencana Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, peneliti melaksanakan


perbaikan dengan:
1) Merevisi RPP berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

2) Menyiapkan lembar observasi dan lembar kerja peserta didik.

3) Menyusun tes siklus II.

b. Pelaksanaan Kegiatan
1) Kegiatan Awal

Apersepsi : a. Salam pembuka.

b. Presensi peserta didik.

c. Mengingat kembali tentang penilaian persediaan


Motivasi : Materi ini akan bermanfaat untuk
materi selanjutnya dan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Kegiatan Inti
Guru menyedian permasalahan yanng dijadikan orientasi
pola pikir peserta didik terhadap materi pembelajaran dengan
menmapilkan masalah dalam kehidupan nyata. Kemudian guru
menjelaskan tentang pengertian prosedur penilaian persediaan.
Dimana menggambarkan segala prosedur dalam melaksanakan
penilaian persediaan. Kemudian guru mengingatkan bahwa setiap
transaksi yang terjadi perlu untuk dicatat, termasuk transaksi
penambahan dan pengurangan persediaan barang dagangan.
Setelah itu guru mengorganisasikan atau membagi peserta didik
kedalam beberapa kelompok. Lalu guru memberikan lembaran
LKPD yang didalamnya terdapat soal atau masalah yang harus
dipecahkan oleh peserta didik, soal dibuat dalam bentuk bukti
transakasi. Peserta didik diminta untuk mengidentifikasi contoh
transaksi yang terjadi. Peserta didik berdiskusi dengan teman satu
kelompoknya dan dibimbing oleh guru untuk melakukan penilaian
persediaan dengan sistem periodik dan perpetual. Lalu peserta
didik diarahkan untuk membuat laporan hasil penilaian persediaan
tersebut dalam LKPD yang telah disediakan. Untuk sistem
periodik penilaian dilakukan dengan menghitung persediaan awal
dan akhir periode, sedangkan untuk sistem perpetual peserta didik
diberikan kartu persediaan untuk mencatat transaksi masuk dan
keluar sesuai dengan prosedur pencatatan. Setelah itu peserta didik
melakukan pembuktian dengan presentasi didepan kelas,
mempresentasikan hasil pekerjaan setelah diskusi. Peserta didik
saling menanggapi satu sama lain.
Pada pembelajaran ini upaya yang dilakukan oleh guru
yaitu dengan mengubah pola soal. Pada siklus I soal disediakan
dalam bentuk bahasa transaksi sedangkan pada siklus II
disediakan dalam bentuk bukti transaksi. Bukti transaksi lebih
tervisualisasi secara detail mengenai transaksi yang terjadi, karena
didalamnya terdapat data perusahaan penjual, pembeli, termin
pembayaran, tanggal pembelian, unit barang yang dibeli atau
dijual, serta total harga barang. Sehingga peserta didik lebih
memahami bahasa dari soal yang disediakan.
3) Kegiatan Penutup

Pada kegiatan ini guru dan peserta didik melakukakn


refleksi pembelajaran, menyimpulkan materi pembelajaran dan
memberikan apresiasi kepada kelompok yang sudah memberikan
kinerja terbaik. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan
salam.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh teman sejawat pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Data yang dikumpulkan adalah meliputi
nilai tugas peserta didik dan data tentang motivasi peserta didik
terhadap pelaksanaan model pembelajaran problem based learning.

d. Refleksi

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dapat dinyatakan


sudah berhasil karena jumlah peserta didik yang tuntas berjumlah 15
dari 17 peserta didik (88,23%). Artinya hanya masih terdapat 11,77%
atau 2 peserta didik yang belum tuntas. Berdasarkan hasil
observasi, pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dihentikan
sampai siklus II.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Prestasi Belajar
1. Hasil Penelitian
a. Siklus I
1) Perencanaan
Berdasarkan hasil studi awal pada pembelajaran akuntansi
keuangan pada materi penerapan penilain persediaan di kelas XI
Akuntansi dan Keuangan Lembaga (AKL) di SMKS Pancasila
Manonjaya, diperoleh 11 peserta didik mendapat nilai ≤ 75 dan 6
peserta didik mendapat ≥ 75. Hal ini dapat dilihat pada :
Tabel 4.1
Hasil Evaluasi Studi Awal Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan
No Nama Peserta didik Nilai Keterangan
1 Achmad Khusaeri 60 Belum Tuntas
2 Ayu Anggraeni 68 Belum Tuntas
3 Daris Sulasikin Rifai 50 Belum Tuntas
4 Dera Septi Julianti 70 Belum Tuntas
5 Hanifah 85 Tuntas
6 Hilmi Nur Hakim 60 Belum Tuntas
7 Khalida Izmi N. 50 Belum Tuntas
8 Resti Amalia 88 Tuntas
9 Resti Rahmawati 65 Belum Tuntas
10 Risma Rosita Pitari 68 Belum Tuntas
11 Rizky Nadila Putri 77 Tuntas
12 Salsa Rahmawati 83 Tuntas
13 Tazkia Aulia Madjid 55 Belum Tuntas
14 Titin Alawiah 66 Belum Tuntas
15 Wildan 70 Belum Tuntas
16 Yesi Tia Spatarina 80 Tuntas
17 Yuni Yuliani 80 Tuntas

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa banyak peserta didik yang
tuntas adalah 6 peserta didik atau 35,29% sedangkan peserta didik
yang belum tuntas adalah 11 peserta didik atau 64,71%. Berdasarkan
data tersebut peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran
dengan:
1. Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dan skenario
tindakan yang akan dilaksanakan.
2. Menyusun tes siklus I, lembar kerja peserta didik, dan lembar
observasi.

3. Menyusun perencanaan teknis analisis data dan penyimpulan


hasil penelitian.

2) Pelaksanaan

Peneliti melakukan pelaksanaan perbaikan pembelajaran


sesuai dengan RPP yang telah disiapkan. Dari hasil observasi pada
siklus I dapat diperoleh data pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus I
No Nama Peserta didik Nilai Keterangan
1 Achmad Khusaeri 80 Tuntas
2 Ayu Anggraeni 78 Tuntas
3 Daris Sulasikin Rifai 50 Belum Tuntas
4 Dera Septi Julianti 85 Tuntas
5 Hanifah 85 Tuntas
6 Hilmi Nur Hakim 60 Belum Tuntas
7 Khalida Izmi N. 50 Belum Tuntas
8 Resti Amalia 88 Tuntas
9 Resti Rahmawati 65 Belum Tuntas
10 Risma Rosita Pitari 78 Tuntas
11 Rizky Nadila Putri 77 Tuntas
12 Salsa Rahmawati 83 Tuntas
13 Tazkia Aulia Madjid 55 Belum Tuntas
14 Titin Alawiah 76 Tuntas
15 Wildan 70 Belum Tuntas
16 Yesi Tia Spatarina 80 Tuntas
17 Yuni Yuliani 80 Tuntas

Dari Tabel 4.2 Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus


I dapat dinyatakan belum berhasil karena jumlah peserta didik yang
tuntas hanya 11 dari 17 dapat dilihat bahwa setelah perbaikan
pembelajaran siklus I, banyak peserta didik yang tuntas berjumlah
11 peserta didik atau 64,71 % dan peserta didik yang belum tuntas
adalah 6 orang atau 35,29 %. Berdasarkan hasil observasi, peneliti
menganalisis dan merefleksi untuk menentukan dan menyusun
rencana tindakan perbaikan pembelajaran siklus II.

3) Observasi
Selama pembelajaran berlangsung, observer melakukan
observasi terhadap kegiatan guru maupun peserta didik dengan
lembar observasi yang telah disiapkan. Dari hasil observasi oleh
observer, ternyata masih ada kegiatan guru yang belum sesuai apa
yang diharapkan yaitu pada kegiatan membimbing peserta didik
sedangkan pada peserta didik yaitu kurangnya keaktifan dari
beberapa peserta didik, yaitu 6 peserta didik kurang aktif.

4) Refleksi

Hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran menunjukkan


bahwa masih ada peserta didik yang belum tuntas belajar.
Berdasarkan data hasil observasi kegiatan guru dan peserta didik,
ternyata belum semua sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh
karena itu, peneliti bersama observer menentukan langkah-langkah
perbaikan pembelajaran pada siklus II.

b. Siklus II
1) Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, peneliti akan
melakukan perbaikan dengan:
a) Merevisi RPP berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
b) Menyiapkan lembar observasi dan lembar kerja peserta didik.
c) Menyusun tes siklus II.
2) Pelaksanaan
Peneliti melakukan pelaksanaan perbaikan pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah disiapkan. Dari hasil observasi pada
siklus II dapat diperoleh data pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus II
No Nama Peserta didik Nilai Keterangan
1 Achmad Khusaeri 80 Tuntas
2 Ayu Anggraeni 78 Tuntas
3 Daris Sulasikin Rifai 82 Tuntas
4 Dera Septi Julianti 85 Tuntas
5 Hanifah 85 Tuntas
6 Hilmi Nur Hakim 60 Belum Tuntas
7 Khalida Izmi N. 50 Belum Tuntas
8 Resti Amalia 88 Tuntas
9 Resti Rahmawati 85 Tuntas
10 Risma Rosita Pitari 78 Tuntas
11 Rizky Nadila Putri 87 Tuntas
12 Salsa Rahmawati 83 Tuntas
13 Tazkia Aulia Madjid 85 Tuntas
14 Titin Alawiah 76 Tuntas
15 Wildan 80 Tuntas
16 Yesi Tia Spatarina 80 Tuntas
17 Yuni Yuliani 80 Tuntas
Dari Tabel 4.3 Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II
dapat dinyatakan sudah berhasil karena jumlah peserta didik yang
tuntas berjumlah 15 dari 17 peserta didik (88,23%). Artinya hanya
masih terdapat 11,77% atau 2 peserta didik yang belum tuntas.
Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan penelitian tindakan kelas
dapat dihentikan sampai siklus II.

3) Observasi
Selama pembelajaran berlangsung, observer melakukan
observasi terhadap kegiatan guru maupun peserta didik dengan
lembar observasi yang telah disiapkan. Dari hasil observasi oleh
observer, ternyata semua kegiatan guru sudah sesuai apa yang
diharapkan sedangkan pada peserta didik yaitu kurangnya keaktifan
dari beberapa peserta didik, yaitu hanya 2 peserta didik yang kurang
aktif.

4) Refleksi

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dapat


dinyatakan sudah berhasil karena jumlah peserta didik yang tuntas
berjumlah 15 dari 17 peserta didik (88,23%). Artinya hanya masih
terdapat 11,77% atau 2 peserta didik yang belum tuntas. Berdasarkan
data hasil observasi kegiatan guru dan peserta didik, ternyata sudah
sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini berarti pelaksanaan
perbaikan pembelajaran pada siklus II sudah memenuhi kriteria
keberhasilan sehingga perbaikan pembelajaran dapat dihentikan
pada siklus II.

2. Pembahasan
a. Siklus I
Dari data hasil kondisi awal dibandingkan tes siklus I terdapat
peningkatan ketuntasan belajar peserta didik pada siklus I daripada studi
awal. Peningkatan belajar peserta didik dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Ketuntasan Belajar
15

10

0
Awal Siklus I

Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siklus I


Peningkatan Prestasi belajar ditinjau dari kriteria ketuntasan
belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran
problem based learning sehingga peserta didik termotivasi untuk
berperan aktif dan berprestasi dalam pembelajaran. Untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik, guru menggunakan
pendekatan pembelajaran yang efektif dan inovatif. Dalam hal ini guru
menggunakan model pembelajaran problem based learning.

b. Siklus II
Dari data hasil kondisi awal dibandingkan tes siklus I terdapat
peningkatan prestasi belajar ditinjau dari ketuntasan belajar peserta didik
pada siklus I daripada kondisi awal. Jika dibandingkan antara hasil tes
siklus II dengan siklus I maka hasil tes siklus II mengalami peningkatan
dari tes siklus I. Peningkatan belajar peserta didik dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
Ketuntasan Belajar
20

10

0
Awal Siklus I Siklus II

Tuntas Belum Tuntas

Gambar 4.2 Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siklus II


Peningkatan prestasu belajar peserta didik dikarenakan
peneliti menggunakan model pembelajaran probem based learning
sehingga peserta didik termotivasi untuk berperan aktif dan berprestasi
dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan motivasi belajar peserta
didik, guru menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif dan
inovatif. Dalam hal ini guru menggunakan model pembelajaran probem
based learning.
Pembelajaran dengan pembelajaran probem based learning
bertujuan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan yang
diterapkan dengan proses pemecaham masalah dengan mengaitkan
dengan kehidupan nyata dengan penugasan dari guru, peserta didik
berusaha menyelesaikan masalah, peserta didik dapat memperoleh
inspirasi dan imajinasi sehingga dapat mengerjakan pekerjaan dengan
baik.

B. Motivasi Belajar
1. Hasil Penelitian
a. Siklus I
1) Perencanaan
Berdasarkan hasil studi awal pada pembelajaran akuntansi
keuangan pada materi penilaian persediaan di kelas XI Akuntansi
dan Keuangan Lembaga (AKL) di SMKS Pancasila Manonjaya,
diperoleh 6 peserta didik mendapat nilai ≥ 70 yang berati motivasi
belajarnya tinggi dan 11 peserta didik mendapat ≤70 yang berarti
motivasi belajarnya rendah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Evaluasi Studi Awal Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan
No Nama Peserta didik Nilai Keterangan
1 Achmad Khusaeri 60 Rendah
2 Ayu Anggraeni 68 Rendah
3 Daris Sulasikin Rifai 50 Rendah
4 Dera Septi Julianti 70 Rendah
5 Hanifah 85 Tinggi
6 Hilmi Nur Hakim 60 Rendah
7 Khalida Izmi N. 50 Rendah
8 Resti Amalia 88 Tinggi
9 Resti Rahmawati 65 Rendah
10 Risma Rosita Pitari 68 Rendah
11 Rizky Nadila Putri 77 Tinggi
12 Salsa Rahmawati 83 Tinggi
13 Tazkia Aulia Madjid 55 Rendah
14 Titin Alawiah 66 Rendah
15 Wildan 70 Rendah
16 Yesi Tia Spatarina 80 Tinggi
17 Yuni Yuliani 80 Tinggi

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa banyak peserta didik yang
motivasi belajarnya tinggi adalah 6 peserta didik atau 35,29%
sedangkan peserta didik yang rendah motivasi belajarnya adalah 11
peserta didik atau 64,71%.
Berdasarkan data tersebut peneliti merencanakan perbaikan
pembelajaran dengan:
1. Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dan skenario
tindakan yang akan dilaksanakan.
2. Menyusun tes siklus I, lembar kerja peserta didik, dan lembar
observasi.

3. Menyusun perencanaan teknis analisis data dan penyimpulan


hasil penelitian.

2) Pelaksanaan

Peneliti melakukan pelaksanaan perbaikan pembelajaran


sesuai dengan RPP yang telah disiapkan. Dari hasil observasi pada
siklus I dapat diperoleh data pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus I
No Nama Peserta didik Nilai Keterangan
1 Achmad Khusaeri 80 Tinggi
2 Ayu Anggraeni 78 Tinggi
3 Daris Sulasikin Rifai 50 Rendah
4 Dera Septi Julianti 85 Tinggi
5 Hanifah 85 Tinggi
6 Hilmi Nur Hakim 60 Rendah
7 Khalida Izmi N. 50 Rendah
8 Resti Amalia 88 Tinggi
9 Resti Rahmawati 65 Rendah
10 Risma Rosita Pitari 78 Tinggi
11 Rizky Nadila Putri 77 Tinggi
12 Salsa Rahmawati 83 Tinggi
13 Tazkia Aulia Madjid 55 Rendah
14 Titin Alawiah 76 Tinggi
15 Wildan 70 Rendah
16 Yesi Tia Spatarina 80 Tinggi
17 Yuni Yuliani 80 Tinggi

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa setelah perbaikan


pembelajaran siklus I, banyak peserta didik yang tinggi berjumlah
11 peserta didik atau 64,71 % dan peserta didik yang belum tinggi
adalah 6 orang atau 35,29 %.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dapat dinyatakan
belum berhasil karena jumlah peserta didik yang tinggi motivasi
belajarnya hanya 11 dari 27 peserta didik (64,71 %). Artinya masih
terdapat 35,29% atau 6 peserta didik yang masih rendah.
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menganalisis dan merefleksi
untuk menentukan dan menyusun rencana tindakan perbaikan
pembelajaran siklus II.
3) Observasi

Selama pembelajaran berlangsung, observer melakukan


observasi terhadap kegiatan guru maupun peserta didik dengan
lembar observasi yang telah disiapkan. Dari hasil observasi oleh
observer, ternyata masih ada kegiatan guru yang belum sesuai apa
yang diharapkan yaitu pada kegiatan ice breaking dan memberikan
apresiasi pada peserta didik sedangkan pada peserta didik yaitu
kurangnya keaktifan dari beberapa peserta didik, yaitu 6 peserta
didik kurang aktif.

4) Refleksi
Hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran menunjukkan
bahwa masih ada peserta didik yang belum memiliki motivasi
belajar yang tinggi. Berdasarkan data hasil observasi kegiatan guru
dan peserta didik, ternyata belum semua sesuai dengan apa yang
diharapkan. Oleh karena itu, peneliti bersama observer menentukan
langkah-langkah perbaikan pembelajaran pada siklus II.

b. Siklus II

1) Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi siklus I, peneliti akan


melakukan perbaikan dengan:
a. Merevisi RPP berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

b. Menyiapkan lembar observasi dan lembar kerja peserta didik.

c. Menyusun tes siklus II.

2) Pelaksanaan

Peneliti melakukan pelaksanaan perbaikan pembelajaran


sesuai dengan RPP yang telah disiapkan. Dari hasil observasi pada
siklus II dapat diperoleh data pada Tabel 4.3.
Tabel 4.6 Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus II
No Nama Peserta didik Nilai Keterangan
1 Achmad Khusaeri 80 Tinggi
2 Ayu Anggraeni 78 Tinggi
3 Daris Sulasikin Rifai 82 Tinggi
4 Dera Septi Julianti 85 Tinggi
5 Hanifah 85 Tinggi
6 Hilmi Nur Hakim 60 Rendah
7 Khalida Izmi N. 50 Rendah
8 Resti Amalia 88 Tinggi
9 Resti Rahmawati 85 Tinggi
10 Risma Rosita Pitari 78 Tinggi
11 Rizky Nadila Putri 87 Tinggi
12 Salsa Rahmawati 83 Tinggi
13 Tazkia Aulia Madjid 85 Tinggi
14 Titin Alawiah 76 Tinggi
15 Wildan 80 Tinggi
16 Yesi Tia Spatarina 80 Tinggi
17 Yuni Yuliani 80 Tinggi
Dari Tabel 4.6 Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II
dapat dinyatakan sudah berhasil karena jumlah peserta didik yang
tinggi motivasi belajarnya berjumlah 15 dari 17 peserta didik
(88,23%). Artinya hanya masih terdapat 11,77% atau 2 peserta didik
yang masih rendah. Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan
penelitian tindakan kelas dapat dihentikan sampai siklus II.

3) Observasi

Selama pembelajaran berlangsung, observer melakukan


observasi terhadap kegiatan guru maupun peserta didik dengan
lembar observasi yang telah disiapkan. Dari hasil observasi oleh
observer, ternyata semua kegiatan guru sudah sesuai apa yang
diharapkan sedangkan pada peserta didik yaitu kurangnya keaktifan
dari beberapa peserta didik, yaitu hanya 2 peserta didik yang kurang
aktif.

4) Refleksi

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dapat


dinyatakan sudah berhasil karena jumlah peserta didik yang
memiliki motivasi beajar tinggi berjumlah 15 dari 17 peserta didik
(88,23%). Artinya hanya masih terdapat 11,77% atau 2 peserta didik
yang belum tuntas. Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan
penelitian tindakan kelas dapat dihentikan sampai siklus II.

2. Pembahasan
a. Siklus I

Dari data hasil kondisi awal dibandingkan tes siklus I terdapat


peningkatan motivasi belajar peserta didik pada siklus I daripada studi
awal. Peningkatan motivasi belajar peserta didik dapat dilihat pada
Gambar 4.3.

Motivasi Belajar
15
10
5
0
Awal Siklus I

Tinggi Rendah

Gambar 4.3 Diagram Peningkatan Motivasi Belajar Siklus I

Peningkatan motivasi belajar peserta didik dikarenakan


peneliti menggunakan mode pembelajaran PBL sehingga peserta didik
termotivasi untuk berperan aktif dan berprestasi dalam pembelajaran.
Untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, guru menggunakan
pendekatan pembelajaran yang efektif dan inovatif.
b. Siklus II
Dari data hasil kondisi awal dibandingkan tes siklus I terdapat
peningkatan motivasi belajar peserta didik pada siklus I daripada kondisi
awal. Jika dibandingkan antara hasil tes siklus II dengan siklus I maka
hasil tes siklus II mengalami peningkatan dari tes siklus I. Peningkatan
belajar peserta didik dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Motivasi Belajar
20
15
10
5
0
Awal Siklus I Siklus II

Tinggi Rendah

Gambar 4.4 Diagram Peningkatan Motivasi Belajar Siklus II


Peningkatan motivasi belajar peserta didik dikarenakan
peneliti menggunakan model pembelajaran PBL sehingga peserta didik
termotivasi untuk berperan aktif dan berprestasi dalam pembelajaran.
Untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, guru menggunakan
pendekatan pembelajaran yang efektif dan inovatif.
Pembelajaran dengan pembelajaran probem based learning
bertujuan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan yang
diterapkan dengan proses pemecaham masalah dengan mengaitkan
dengan kehidupan nyata dengan penugasan dari guru, peserta didik
berusaha menyelesaikan masalah, peserta didik dapat memperoleh
inspirasi dan imajinasi sehingga dapat mengerjakan pekerjaan dengan
baik. Sehingga motivasi belajar peserta didik lebih terangsang karena
pembelajaran lebih berpusat pada aktivitas peserta didik.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa


penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi
penerapan penilaian persediaan bagi peserta didik pada semester ganjil tahun
pelajaran 2021/2022 mampu memberikan pemahaman lebih baik sehingga
terjadi peningkatan prestasi belajar ditinjau dari ketuntasan belajar seperti apa
yang diharapkan.
Peningkatan prestasi pada kondisi awal pembelajaran diperoleh peserta
didik yang tuntas belajar 35,29%, pada siklus I 64,71% peserta didik yang
tuntas belajar, dan pada siklus II 88,23 % peserta didik yang tuntas belajar.
Jadi, hipotesis tindakan terbukti benar bahwa melalui model
pembelajaran Problem Based Learning pada materi penerapan penilaian
persediaan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik
pada semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022.

B. Saran

1. Penemuan Hasil

Penelitian dengan model pembelajaran Problem Based Learning ini


masih jauh dari kesempurnaan. Banyak terdapat kekurangan yang
dikarenakan keterbatasan peneliti. Peneliti sangat berharap ada penelitian
selanjutnya untuk menyempurnakan lagi agar diperoleh hasil yang lebih
baik.

2. Pemakaian Hasil

Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning ini


merupakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan serta dapat
meningkatkan prestasi peserta didik. Peneliti berharap dapat dilaksanakan
penelitian pada materi lain dengan pengembangan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Cetakan


Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching


Learning/CTL). Jakarta: Balai Pustaka. Implementasi dan Inovasi.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Jumadi. 2010. Panduan Penulisan Laporan Penelitian


Tindakan Kelas. Banyumas: KKG Bermutu Gugus Diponegoro.

Noni Masrinah, Enok et, al. 2019. Problem Based Learning (Pbl) Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis. Seminar Nasional Pendidikan,
FKIP UNMA.
https://prosiding.unma.ac.id/index.php/semnasfkip/article/download/129/126
/. Di unduh 2 November 2021.

Sadiman, A. S. 2008. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Suharsini, Arikuntoro, S. 2007. Prosedur Pelaksanaan PTK. Jakarta :


Universitas Terbuka.

Tyas, Retnaning. 2017. Kesulitan Penerapan Problem Based Learning Dalam


Pembelajaran Matematika. Tecnoscienza Vol.2 No.1.
https://ejournal.kahuripan.ac.id/index.php/TECNOSCIENZA/article/downlo
ad/26/20. Di unduh 1 November 2021.

Tung, K. Y. (2015). Pembelajaran dan Perkembangan Belajar. Jakarta :


Indeks.

Wardhani, I.G.A.K dan Wihardit, K. 2008. Penelitian Tindakan Kelas,


Cetakan Keempat, Edisi Kesatu. Jakarta : Universitas Terbuka.

Woolfolk, A. (2009). Educational Phsycology. Terj. Helly Prajitno.


Jakarta : Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai