Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN HASIL PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA
MATA PELAJARAN PPKN DI KELAS VII-1
SMP NEGERI 1 HINAI TP 2019/2020

DISUSUN OLEH :

NAMA : TETTI KARLINA, S. Pd


NIP : 19910614 201903 2005
PANGKAT/ GOL. RUANG : PENATA MUDA, III/a
JABATAN : GURU PERTAMA
UNIT KERJA : SMP NEGERI 1 HINAI

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LANGKAT


SMP NEGERI 1 HINAI
2019
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
pada Mapel PKn di Kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai TP 2019/2020

TETTI KARLINA, S. Pd
NIP. 19910614 201903 2 005

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan karena adanya latar belakang yang mempengaruhinya. Adapun latar belakang tersebut
adalah sebagian besar siswa SMP Negeri 1 Hinai tidak menyukai Pelajaran PPKn, hal ini dikarenakan guru hanya
menggunakan metode yang tidak bervariasi atau monoton, sehingga mengakibatkan rendahnya pemahaman siswa
pada mata Pelajaran PPKn, apabila pemahaman siswa rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula.
Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mapel PPKn dengan Menerapkan Motode
Inkuiri di Kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai TP 2019/2020.
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah Jika Menerapkan Motode Inkuiri di Kelas VII-1 SMP Negeri 1
Hinai TP 2019/2020, maka dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mapel PPKn.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari siklus I, II dan III. Tiap siklus terdiri dari 4
tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap 32 siswa menunjukkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn
melalui model pembelajaran inkuiri di kelas di Kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai TP 2019/2020 mengalami
peningkatan ketuntasan belajar secara individu dan kelas pada setiap siklusnya. Pada siklus I terdapat 11 siswa yang
tuntas namun belum tuntas secara kelas, pada siklus II terdapat 21 siswa yang tuntas namun juga belum tuntas secara
kelas, kemudian pada siklus III sudah terdapat 28 siswa yang tuntas dan mencapai ketuntasan kelas.
Berdasarkan hasil penelitian mulai dari pre-test, post-test siklus I dan postes siklus II dan III sudah terjadi peningkatan
yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode Inkuiri dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada Pelajaran PPKn di kelas di Kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai TP 2019/2020.

Kata Kunci : hasil belajar, model pembelajaran inkuiri

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i


SURAT KETERANGAN PUBLIKASI .......................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1.Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2.Identifikasi Masalah ..................................................................... 2
1.3.Batasan Masalah .......................................................................... 3
1.4.Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.5.Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
1.6.Manfaat Hasil Penelitian .............................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5
2.1. Kerangka Teoritis ........................................................................ 5
2.2. Kerangka Konseptual .................................................................. 13
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 16
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 16
3.2. Subjek Penelitian ........................................................................ 16
3.3. Alat Pengumpulan Data Penelitian ............................................... 16
3.4. Rancangan Penelitian.................................................................... 17
3.5. Teknik Analisa Data ................................................................... 21
3.6. Indikator Ketercapaian.................................................................. 23
3.7. Jadwal Penelitian .......................................................................... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 24
4.1. Hasil Penelitian ............................................................................ 24
4.2. Pembahasan................................................................................... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 44
5.1. KESIMPULAN ........................................................................... 44
5.2. SARAN ....................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 46


LAMPIRAN.....................................................................................................
SURAT IZIN MELAKUKAN PENELITIAN ................................................
SURAT KETERANGAN SEMINAR .............................................................
DAFTAR HADIR SEMINAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan pembelajaran PPPKn di sekolah menghadapi sejumlah masalah


yang belum dapat dipecahkan sampai saat ini, permasalahan yang dihadapi tersebut
berkaitan dengan respon siswa yang menganggap bahwa pembelajaran PPKn belum
berjalan baik. Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan guru mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) dan siswa pada saat pembelajaran PPKn di
kelas VII-1, di SMP Negeri 1 Hinai, terungkap beberapa kekurangan dalam
pembelajaran PPKn, diantaranya adalah: 1) Siswa kesulitan untuk memahami dan
menguasai materi PPKn, 2) Aktivitas pembelajaran masih terfokus pada guru, siswa
kurang terlibat dalam berargumen secara kritis, 3) Siswa tidak aktif dalam
pembelajaran termasuk dalam mencari sumber pembelajaran, dan 4) Kegiatan
pembelajaran terasa menjemukan karena metode yang digunakan masih secara
klasikal.

Dari keempat poin di atas dapat disimpulkan bahwa selain sulitnya siswa
untuk menguasai dan memahami materi PPKn, siswa juga kurang aktif dalam proses
pembelajaran karena aktivitas pembelajaran masih terfokus pada guru sehingga
suasana belajar terasa sangat menjemukan. permasalahan-permasalahan dalam
proses pembelajaran ini menjadi penyebab tidak tercapainya ketuntasan hasil belajar
PPKn siswa. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata nilai ulangan harian yang pernah
dilakukan ± 60% siswa mendapatkan nilai dibawah 75.

Dengan adanya permasalahan tersebut, maka peneliti dan guru sebagai


pelaksana pendidikan berkewajiban untuk berperan serta dalam upaya perbaikan
pendidikan. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti dan dengan melihat
permasalahan-permasalahan yang muncul ketika itu, maka peneliti mencoba untuk
mengujicobakan sebuah model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan-
permasalahan tersebut. Model yang akan peneliti ujicobakan yaitu model

1
pembelajaran Inkuiri. Model Pembelajaran Inkuiri ini memberi kesempatan kepada
siswa untuk menemukan pengetahuan dengan metode ilmiah. Model ini melibatkan
siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya, kemudian
memungkinkan para siswa menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan
untuk mencapai tujuan belajarnya.

Keunggulan penggunaan model Inkuiri menurut Sanjaya (2010) adalah


sebagai berikut. (1) Menekankan pada aspek kognitif, efektif, dan psikomotor secara
seimbang, sehingga pembelajaran lebih bemakna. (2) Memberikan ruang kepada
siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. (3) Model yang sesuai
dengan definisi belajar modern. (4) Melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rat-rata. Dengan mlihat model mengajar yang dinamakan inkuiri,
maka dapat kita simpulkan bahwa model ini cukup efektif jika diterapkan dalam
proses pembelajaran PPKn karena dalam model inkuiri itu sendiri siswa dapat
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk


mengangkat penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri pada Mapel PPKn di Kelas
VII-1 SMP Negeri 1 Hinai TP 2019/2020”.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang


masalah di atas yakni:
1. Siswa kesulitan untuk memahami dan menguasai materi PPKn.
2. Aktivitas pembelajaran masih terfokus pada guru, siswa kurang terlibat
dalam berargumen secara kritis.
3. Siswa tidak aktif dalam pembelajaran termasuk dalam materi sumber
pembelajaran
4. Kegiatan pembelajaran terasa menjemukan karena metode yang digunakan
masih secara klasikal.
5. Tidak tercapainya ketuntasan hasil belajar PPKn siswa.

2
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan
mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka yang
menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yakni:
1. Menerapkan model pembelajaran Inkuiri.
2. Materi pelajaran yang diajarkan adalah Kerjasama dalam berbagai bidang
kehidupan.
3. Subjek penelitian adalah kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai TP 2019/2020.
4. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum 2013.
5. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali
pertemuan.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
dinyatakan sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn melalui model
pembelajaran Inkuiri di kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai TP 2019/2020?
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PPKn melalui model
pembelajaran Inkuiri di kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai TP 2019/2020?

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian iini adalah:
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn melalui
model pelajaran inkuiri di kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai TP 2019/2020.
2. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PPKn melalui
model pembelajaran inkuiri di kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai TP
2019/2020.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

3
1. Sebagai bahan informasi bagi sekolah untuk mengetahui sejauh mana

model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Sebagai bahan masukan kepada guru-guru di SMP Negeri 1 Hinai dalam

menerapkan model pembelajaran inkuiri khususnya PPKn.

3. Sebagai bahan masukan kepeda peneliti yang berminat untuk melakukan

penelitian yang sejenisnya.

4. Meningkatkan pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian ilmiah

sebagai tenaga pendidikan dimasa yang akan datang.

4
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi


yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses dibuat melalui bebagai pengalaman
(Rusman, 2012).
Menurut Anthony Robbins dalam Trianto (2011) belajar adalah sebagai
proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami
dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dalam belajar bukan berangkat dari sesuatu
yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua
pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru. Selanjutnya menurut
pandangan konstruktivisme ‘belajar’ bukan semata-mata mentransfer pengetahuan
yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan
menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah
dimilikinya dalam format yang baru.
Berdasarkan dari ketiga kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu berdasarkan
pengalaman ataupun pengetahuan yang baru ia dapatkan dan menghubungkannya
dengan pengetahuan yang sebelumnya ia miliki.
Cronbach mengemukakan pengertian belajar lebih dalam lagi dalam Hosnan
(2014), yaitu belajar bukanlah semata-mata perubahan dan penemuan, tetapi sudah
mencakup kecakapan yang dihasilkan akibat perubahandan penemuan tadi. Setelah
terjadi perubahan dan menemukan sesuatu yang baru, maka akan timbul suatu
kecakapan yang memberi manfaat bagi kehidupannya.
Jadi setelah seseorang belajar maka ada perubahan yang terjadi terhadap diri
seseorang tersebut berdasarkan tujuannya. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

5
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang paling pokok dan penting. Belajar merupakan proses atau usaha yang
dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik
dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif
sebagai pengalaman untuk mendapatkan pengetahuan dari bahan yang telah
dipelajari.

2.2 Aktivitas Belajar


Di dalam belajar diperlukan aktivitas karena prinsipnya belajar adalah
berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada
belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau
asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Menurut Sardiman
(2009) bahwa dalam kegiatan belajar, peserta didik harus aktif berbuat. Dengan kata
lain dalam belajar snagat dibutuhkan aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar
tindak mungkim berlangsung dengan baik.
Karena kativitas belajar itu banyak sekali macamnya, Paul D. Dierich
dalam Sardiman (2009) menggolongkan aktivitas belajar tersebut dalam 8
kelompok, yaitu:
a. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan
gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,
musik, dan pidato.
d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
dan menyalin.
e. Drawing activities, mislanya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan,
membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun dan berternak.
g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggap, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

6
h. Emotional activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat
tertentu, antara lain :
1) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.
3) Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada
gilirannya dapat mempelancar kerja kelompok.
4) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri,
sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual.
5) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan
kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.
6) Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan
hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan
siswa.
7) Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya
verbalisme.
8) Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana hanya kehidupan
dalam bermasyarakat yang penuh dinamika (Hamalik 2013:91).

2.3 Pengertian Hasil Belajar


Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi dalam suatu proses
melalui latihan dan pengalaman serta diberikan penguatan, secara bertujuan dan
terarah. Menurut Gagne dalam Hosnan (2014) ada beberapa bentuk perubahan
perilaku yang merupakan hasil belajar, yaitu :
a. Kecakapan intelektual, yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi
dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, mislanya:
penggunaan Simbol PPKn. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah
kecakapan dalam membedakan (descrimination), memahami konsep konkret,
konsep abstrak, aturan dan hukum. Keterampilan ini sangat dibutuhkan dalam
menghadapi pemecahan masalah.

7
b. Sikap (attitude), yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu
untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap
adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan
bertindak dalam menghadapi suatu objek atau peristiwa, di dalamnya terdapat
unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk
bertindak.
c. Strategi kognitif. Kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan
pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks pembelajaran, strategi
kognitif, yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berpikir
agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan
pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada
proses pemikiran.
d. Kecakapan Motorik, yaitu hasil belajar yang berupa kecakapan pengerakan
berupa dikontrol oleh otot dan fisik.
e. Informasi verbal, yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara
tertulis maupun lisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda,
defenisi, dan sebagainya.

2.4 Pengertian Model Pembelajaran


Menurut Joyce dan Weil dalam (Rusman, 2012) mengatakan bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran dalam jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau ruang lain. Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Dalam hal ini model-model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan
guru hendaknya dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan
potensi yang mereka miliki secara optimal. Penggunaan model pembelajaran yang
tepat dapat mendorong tumbunya rasa senang siswa terhadap pelajaran,
menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan
kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga siswa mencapai hasil
belajar yang lebih baik (Aunurrahman, 2012).

8
Jadi suatu model pembelajaran akan dapat sangat membantu guru dalam
mengajar, karena dengan adanya suatu model pembelajaran, guru memiliki
pedoman atau arahan dalam menjalankan aktivitas pembelajaran secara sistematis
sesuai dengan model pembelajaran yang ia digunakan.
Istilah model pembelajaran dalam (Trianto, 2011) mempunyai makna yang
lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai
ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri
tersebut adalah
1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau para
pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran ynag akan dicapai).
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.

2.5 Model Pembelajaran Inkuiri


2.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran kontekstual. Proses
menemukan itulah yang paling penting dalam pembelajaran. ketika siswa
menemukan sesuatu yang dicari sendiri, daya ingatnya akan lebih melekat
dibandingkan orang lain ynag menemukannya. Demikian pula dalam memperoleh
pengetahuan dan pengalaman belajar, pikiran, perasaan, dan gerak motorik siswa
akan secara terpadu dan seimbang dalam merespon sesuatu yang diperoleh dari
ikhtiar belajar melalui proses menemukan. Hal itu berbeda dari belajar yang hanya
sekedar menyerap pengetahuan dari orang yang sudah lebih tahu, atau lebih-lebih
menghapal sejumlah pengetahuan yang terpilah-pilah, yang pada akhirnya
mengganggu keseimbangan potensi dari siswa.
Apabila dikaitkan dengan pembelajaran, proses menemukan merupakan
hal yang jarang dilakukan oleh guru. Untuk itu, dalam upaya peningkatan mutu
belajar, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan

9
pengamatan, bertanya, mengajukan dugaan-dugaan,mengumpulkan data, dan
menyimpulkan sendiri melalui siklus proses menemukan seperti itu, diharapkan
pengetahuan dan pengalaman siswa dipahami sebagai pengetahuan dan pengalaman
yang dari, oleh, dan untuk mereka.
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan.
Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran peserta didik dalam model
ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan pendidik
berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk belajar.
Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukan melalui tanya jawab antara pendidik dan peserta didik. Pembelajaran ini
sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu
heuriskein, yang berarti saya menemukan (Hosnan, 2014).
Sama halnya dalam (Sani, 2014) bahwa komponen utama dalam Inkuiri
adalah pengajuan pertanyaan atau permasalahan. Analisis dalam permasalahan
tersebut membutuhkan pengumpulan informasi yang dapat dilakukan melalui
pengamatan, percobaan, atau aktivitas lainnya.

2.5.2 Ciri-Ciri Pembelajaran Inkuiri


a. Pembelajaran Inkuiri menekankan kepada aktivitas peserta didik secara
maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, pembelajaran inkuiri
menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran
peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan pendidik secara verbal, tetapi mereka berperan menemukan sendiri
inti dari materi pelajaran itu sendiri.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan
demikian, pembelajaran inkuiri menempatkan pendidik bukan sebagai sumber
belajar, melainkan sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik.
Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara

10
pendidik dan peserta didik. Karena itu kemampuan pendidik dalam
menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan
inkuiri.
c. Tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian,
dalam pembelajaran inkuiri, peserta didik tidak hanya dituntun untuk
menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu
dapat mengembangkan kemampuan berpikir kemampuan berpikir secara
optimal sebaliknya, peserta akan dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran (Hosnan, 2014).

2.5.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Inkuiri


a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Dengan demikian, pembelajaranini selain berorientasi kepada hasil
belajar, juga berorientasi pada proses belajar.
b. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi
antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan pendidik, bahkan
interaksi antara peserta didik dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses
interaksi berarti menempatkan pendidik bukan sebagai sumber belajar, tetapi
sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
c. Prinsip bertanya
Peran peserta didik yang harus dilakukan dalam menggunakan model ini adalah
pendidik sebagai penanya, sebab kemampuan peserta didik untuk menjawab
setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
Karena itu, kemampuan pendidik untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri
sangat diperlukan.
d. Prinsip belajar untuk berpikir

11
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, melainkan belajar adalah
proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak
secara maksimal.
e. Prinsip keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotensi yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas
pendidik adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan
kebenaran hipotensis yang diajukannya (Hosnan, 2014).

2.5.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri


a. Orintasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, pendidik mengondisikan agar
peserta didik siap melaksanakan proses pembelajaran. Pendidik merangsang dan
mengajak peserta didik untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi
merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan strategi ini sangat tergantung
pada kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah, tanpa kemauan dan
kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang peserta didik untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah
itu tentu ada jawabannya, dan peserta didik didorong untuk mencari jawaban yang
tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran
Inkuiri. Oleh sebab itu, melalui proses tersebut, peserta didik akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan hipotesis yang
rasional dan logis.
c. Merumuskan hipotesis

12
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan
sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan
berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan
logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh
kedalaman wawasan serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap
individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis
yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan
data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat
dalam belajar, tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berpikirnya. Karena itu, tugas dan peran pendidik dalam tahapan ini adalah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk
berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan ber-inkuiri
adalah manakala peserta didik tidak apresiatif terhadap pokokpermasalahan. Tidak
apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar.
Manakala pendidik menemukan gejala-gejala semacam ini, maka pendidik
hendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan kepada peserta didik untuk
belajar melalui penyuluhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh
peserta didik sehingga mereka terangsang untuk berpikir.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis, yang terpenting adalah mencari
tingkat keyakinan peserta didik atas jawaban yang diberikan. Di samping itu,
menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan kesimpulan

13
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan
merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena banyaknya
data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada
masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang
akurat sebaiknya pendidik mampu menunjukkan pada peserta didik data nama yang
relevan (Hosnan, 2014).

2.5.5 Keunggulan dan Kelemahan pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan,


karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya sebagai berikut :
 Pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
efektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran Inkuiri ini
dianggap lebih bermakna.
 Pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk
belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
 Inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman.
 Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki
kemampuan diatas rata-rata. Artinya, peserta didik yang memilki
kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang
lemah dalam belajar.

Di samping memliki keunggulan, pembelajaran inkuiri juga mempunyai


kelemahan, di antaranya sebagai berikut :

 Jika strategi ini digunakan sebagai pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan peserta didik.
 Pembelajaran Inkuiri sulit dalam merencanakan pembelajaran karena
terbentuk dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.
 Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering pendidik sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
telah ditentukan.
 Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta
didik menguasai pelajaran, maka pembelajaran Inkuiri ini akan sulit
diimplementasikan oleh setiap pendidik.

14
Inkuiri dikembangkan oleh Richard Suchman, beliau mengembangkan
model ini untuk mengajarakan proses dari suatu penelitian atau menjelaskan
fenomena yang “istimewa”. Suchman berkeinginan agar pembelajar dapat belajar
secara mandiri, membantunya dalam pengetahuan dan keterampilan bertanya dan
mencari jawaban berdasarkan rasa ketertarikan dan ingin tahunya. Membantu siswa
melakukan penelitian mandiri dengan tetap berada pada jalur disiplin ilmunya.

Tabel 2.1 Aktivitas Guru dan Peserta Didik dalam Melaksanakan Inkuiri

Peran Guru Peran Siswa


 Mendorong berpikir, bertanya, dan  Melakukan pengamatan,
berdiskusi mengumpulkan, dan
 Memfasilitasi debat dan diskusi menginterpretasi data
 Menyediakan beragam cara  Merumuskan hipotesis, merancang,
melakukan investigasi dan melakukan eksperimen untuk
 Bertindak sebagai teman dalam menguji fenomena
penyelidikan  Mengaitkan variabel bebas dan
 Membangkitkan minat siswa untuk terikat
aktif melakukan penyelidikan dan  Menggunakan kemampuan
mancari informasi baru bernalar (reasoning)
 Menjaga suasana kondusif dalam  Menarik kesimpulan berdasarkan
melaksanakan Inkuiri data
 Menekankan pada : bagaimana  Mempertahankan kesimpulan
memahami bahan pelajaran, bukan berdasarkan data
pada : apa yang harus diketahui dari
pelajaran

Suchman mengharapkan agar para siswa dapat bertanya mengapa sesuatu


itu dapat terjadi, seperti yang mereka alami, dan model ini siswa melakukan
pengolahan data secara logis, dan membangun cara berpikir untuk menemukan
sendiri jawaban atas pertanyaann (Hosnan, 2014).

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Hinai,
yang terletak di jalan Pelajar No. 3 Pasar Laguboti, Kecamatan Laguboti, Kabupaten
Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan
terhitung mulai bulan September 2019 sampai bulan November 2019 semester
ganjil.

3.2 Subjek Penelitian


Subjek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai TP
2019/2020 yang berjumlah 32 orang.

3.3 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

A. Tes hasil belajar


Tes hasil belajar ini berjumlah 24 soal bentuknya pilihan berganda. Melihat
gambaran klasifikasi soal memiliki gambaran sesuai dengan teori Bloom, dan
tingkat kesukarannya berbeda. Tes hasil belajar yang memiliki klasifikasi dan
tingkat kesukarannya berbeda. Tes hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui
kemampuan awal dan kemampuan akhir siswa. Setelah kegiatan belajar mengajar
dilaksanakan (Siklus I), maka dilakukan tes hasil belajar disebut Formatif I dengan
jumlah 8 soal, kemudian diakhir KBM pada Siklus II, dilakukan tes hasil belajar
atau disebut Formatif II, dan diakhir Siklus III juga dilakukan tes hasil belajar
terakhir yang disebut Formatif III. Soal formatif I, II, dan III diambil dari soal pretes
sesuai dengan materi pembelajaran.
B. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Lembar observasi keterampilan belajar ini digunakan pada saat siswa
bekerja dalam kelompok yang menggunakan lembar observasi belajar siswa ini
adalah pengamat. Pengamat tersebut mengamati masing-masing kelompok setiap

16
satu KBM yang sudah ditentukan oleh peneliti/guru. Pengamat mentabulasi
data/menceklis pada lembar observasi ini selama siswa melakukan diskusi. Akhir
kerja kelompok maka pengamat menandatangani lembar pengamat kemudian
menyerahkan kepada peneliti. Setelah data terkumpul, maka data tersebut dianalisis
sehingga setiap nilai keterampilan dapat ditentukan persentasinya.

3.4 Rancangan Penelitian


Penelitian tindakan kelas adalah jenis penelitian yang mampu menawarkan
cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru
dalam proses pembelajaran di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan
proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Dalam penelitian tindakan
kelas guru dapat meneliti sendiri atau dengan cara berkolaborasi dengan teman
sejawat terhadap praktik pembelajaran yang dilaksaanakan di kelas. Dengan
penelitian tindakan kelas peneliti atau guru dapat melakukan penelitian terhadap
siswa dilihat dari aspek interaksinya terhadap proses atau produk pembelajaran
secara reflektif di kelas. Jadi dengan melakukan penelitian tindakan kelas guru dapat
memperbaiki praktik-praktik pembelajaran menjadi lebih efektif.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena


peneliti akan mengefektifkan pembelajaran mendeskripsi secara tertulis serta
mengungkap kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan
tugas mendeskripsi secara tertulis.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pendekatan


analisis kualitatif yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran PPKn di Kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai. Adapun langkah-langkah
penelitian ini mengikuti prinsip-prinsip dasar dalam penelitian tindakan seperti yang
digambarkan oleh Kurt Lewin (dalam Aqib, Z., 2006:22) sebagai langkah spiral atau
daur ulang perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/ observasi, dan refleksi
yang mungkin diikuti dengan perencanaan tindakan berikutnya.

Dalam penelitian ini peneliti (guru) melaksanakan tindakan hanya dua


siklus. Adapun langkah-langkah dari tiap siklusnya adalah sebagai berikut:

17
1. Siklus I
Tindakan pada siklus I dilakukan melalui pendekatan kontekstual dengan
memanfaatkan media alat musik sebagai media pembelajaran.
a. Perencanaan Tindakan I
Guru sebagai peneliti menyusun
a) Rencana pembelajaran (RPP)
b) Lembar Kerja Siswa (LKS)
c) Membuat soal tes kemampuan
d) Menyiapkan media
e) Melaksanakan evaluasi tindakan I
b. Pelaksanaan Tindakan I
Tindakan I dilaksanakan oleh penelitian (guru) dibantu oleh guru lain yang
telah ditunjuk sebagai tim penelitian. Pada akhir pembelajaran dilaksanakan
tes untuk mengevaluasi tindakan I ini. Hasil pekerjaan siswa dievaluasi dan
membuat catatan lapangan tentang kesulitan atau kesalahan-kesalahan siswa
dalam apresiasi materi ajar secara tertulis, serta memikirkan cara
mengatasinya.
c. Obsevasi Tindakan I
Selama pembelajaran berlangsung keterampilan siswa diamati oleh guru
sebagai peneliti.
d. Refleksi Tindakan I
Semua data yang diperoleh akan dianalisis, baik data hasil evaluasi
maupun hasil observasi. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diambil
kesimpulan apakah siswa sudah mampu mengapresiasikan materi ajar.
Berdasarkan hasil analisis data tersebut kemudian disimpulkan apakah
pemberian tindakan perlu diulangi atau tidak. Jika tindakan perlu diulangi,
maka peneliti bersama tim merancang kembali tindakan yang akan
dilaksanakan pada siklus berikutnya. Jika tujuan masih belum tercapai maka
perlu diberikan tindakan lanjutan, sehingga pada siklus ini subjek penelitian
benar-benar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan II

18
Guru sebagai peneliti menyusun:
a) Rencana Pembelajaran
b) Lembar Kerja Siswa (LKS)
c) Menyiapkan media
d) Membuat lembar observasi siswa
e) Membuat soal tes kemampuan
f) Membentuk kelompok belajar
g) Melaksanakan evaluasi tindakan II
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pada pelaksanaan tindakan II peneliti bersama tim melaksanakan
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran inkuiri, pemanfaatan
media melalui LKS dan media untuk meningkatkan kemampuan kognitif
dan aktivitas siswa. Pada akhir pembelajaran diadakan tes formatif II. Hasil
pekerjaan siswa dievaluasi dan membuat catatan lapangan untuk mengetahui
sejauh mana peningkatan yang dialami siswa dalam hal memahami materi
ajar.
c. Observasi Tindakan II
Selama pembelajaran berlangsung aktivitas siswa diamati oleh guru sebagai
peneliti.
d. Refleksi Tindakan II
Semua data yang diperoleh akan dideskripsikan, baik data hasil evaluasi

maupun hasil observasi. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diambil

kesimpulan apakah siswa mengalami peningkatan dalam kemampuan

apresiasi materi ajar. Berdasrkan hasil analisis data tersebut kemudian

disimpulkan apakah pemberian tindakan perlu diulangi atau tidak.

3. Siklus III
a. Perencanaan Tindakan III
Guru sebagai peneliti menyusun:
a) Rencana Pembelajaran

19
b) Lembar Kerja Siswa (LKS)
c) Menyiapkan media
d) Membuat lembar observasi siswa
e) Membuat soal tes kemampuan
f) Membentuk kelompok belajar
g) Melaksanakan evaluasi tindakan III
b. Pelaksanaan Tindakan III
Pada pelaksanaan tindakan III peneliti bersama tim melaksanakan
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran inkuiri, pemanfaatan
media melalui LKS dan media untuk meningkatkan kemampuan kognitif
dan aktivitas siswa. Pada akhir pembelajaran diadakan tes formatif III.
Hasil pekerjaan siswa dievaluasi dan membuat catatan lapangan untuk
mengetahui sejauh mana peningkatan yang dialami siswa dalam hal
memahami materi ajar.
c. Observasi Tindakan III
Selama pembelajaran berlangsung aktivitas siswa diamati oleh guru
sebagai peneliti.
d. Refleksi Tindakan III
Semua data yang diperoleh akan dideskripsikan, baik data hasil evaluasi

maupun hasil observasi. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diambil

kesimpulan apakah siswa mengalami peningkatan dalam kemampuan

apresiasi materi ajar. Berdasrkan hasil analisis data tersebut kemudian

disimpulkan apakah pemberian tindakan perlu diulangi atau tidak. Tetapi

peneliti membatasi hanya tiga siklus karena keterbatasan waktu dan data.

Adapun desain pelaksanaan PTK yang penulis rencanakan dalam penelitian


adalah dalam tiga Siklus PTK seperti gambar berikut :

20
Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan

Pengamatan

?
Gambar 3.1. Siklus Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

3.5 Teknik Analisis Data


Metode analisis data pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan
membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa
setelah tindakan.
Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:
1. Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir Siklus I,
Siklus II dan Siklus III
2. Menghitung nilai rerata atau persentase hasil belajar siswa sebelum
dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada
Siklus I, Siklus II dan Siklus III untuk mengetahui adanya peningkatan
hasil belajar.
3. Penilaian

21
a. Data nilai hasil belajar (kognitif) diperoleh dengan menggunakan
rumus:
Nilai Siswa = Jumlah jawaban benarx 100
Jumlah seluruh soal

b. Nilai rata-rata siswa dicari dengan rumus sebagai berikut:

=
Keterangan :
X = Nilai rata-rata
Σ = Jumlah nilai X
N = Jumlah peserta tes

c. Untuk penilaian aktivitas belajar siswa digunakan rumus sebagai


berikut:

%= x100% dengan

Dimana: % = Persentase aktivitas


X = Rata-rata skor yang diperoleh

ΣX = Jumlah skor maksimum


d. Ketentuan persentase ketuntasan belajar kelas

Ketuntasan belajar kelas = x 100%

ΣSb = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 75 (KKM)


ΣK = Jumlah siswa
Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat
dari: tes, jika hasil belajar siswa mencapai KKM secara individual dan 85% secara
klasikal.

22
3.6 Indikator Pencapaian
Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat
dari: hasil tes, jika hasil belajar kognitif peserta didik yang mampu memperoleh
atau mencapai hasil belajar minimal 75, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah
peserta didik yang ada di kelas tersebut (Mulyasa, 2006: 99). Indikator
keberhasilan penelitian ini sendiri dapat dikatakan berhasil dengan adanya
peningkatan hasil belajar siswa untuk tiap siklusnya baik secara klasikal maupun
individu. Peningkatan hasil belajar tersebut tercermin dari kenaikan jumlah siswa
yang tuntas belajar. Keberhasilan juga ditentukan oleh peningkatan aktivitas
belajar siswa selama KBM terkhusus dalam aktivitas mengerjakan LKS dan
berdiskusi dengan teman.

3.7 Jadwal Penelitian


Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

Tahun 2019
No Jenis Kegiatan September Oktober November

1. Analisis Kurikulum
2. Membuat
Instrumen
3. Berdiskusi dua
orang guru
4. Menentukan kelas
pengambilan data
5. Melakukan
KBM/Pengambilan
data
6. Selesai Proposal
7. Analisis Data
8. Jilid Laporan

23
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Kondisi Pra Siklus
Sebelum melakukan siklus I penulis terlebih dahulu berdiskusi dengan
satu orang guru sejawat mengenai masalah-masalah yang timbul di kelas yang
penulis ajar. Setelah berdiskusi kemudian memilih model pembelajaran inkuiri
sebagai alternatif pemecahan masalah. Penulis juga mengumpulkan data yang
berhubungan dengan kondisi awal siswa. Untuk memperoleh data tersebut,
diberikan ujian pretes yang mencakup seluruh indikator yang akan menjadi bahan
ajar untuk 4 KBM (siklus I dan II). Adapun data yang diperoleh seperti pada tabel
berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Hasil Pretes
Nilai Frekuensi Rata-rata
8 2
13 2
17 3
21 6
25 8
29 6 24.09
33 3
38 1
42 1
Jumlah 32

Berdasarkan data di atas dapat kita lihat bahwa tak seorang siswapun yang
mendapat nilai di atas KKM yang telah ditentukan. Hal ini mengindikasikan bahwa
sebelum menikuti pembelajaran di sekolah siswa tidak membaca maupun
mempelajari pelajaran yang akan mereka pelajari di sekolah. Dilihat dari data nilai
pretes di atas juga diindikasikan bahwa pelajaran PPKn bukan mata pelajaran yang
cukup digemari oleh siswa, karena aktivitas belajar siswa di rumah untuk mata
pelajaran PPKn rendah. Siswa hanya mengharapkan penjelasan guru tanpa mencari
tahu maupun membakali diri.

24
4.1.2 Siklus I
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti selaku guru menyiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, Lembar observasi aktivitas belajar
siswa, instrumen tes hasil belajar siswa, dan media pembelajaran.
b) Tahap pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan dengan 2
KBM. Masing-masing KBM terdiri dari 2 jam pembelajaran (3x45 menit).
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintak model
pembelajaran inkuiri dan selama aktivitas berkelompok siswa akan diamati
oleh seorang pengamat yakni Ibu Erlina Simanjuntak, S.Pd dan Ibu Santa
Panjaitan. Berikut rekaman Pembelajaran KBM 1 dan 2 siklus I:
KBM I
Ketika bel berbunyi pergantian jam mengajar pada hari Senin, 09
September 2019, guru memasuki kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai. Memberi
salam “Selamat pagi anak-anak” Siswa menjawab selamat pagi pak dan ada juga
yang menjawab selamat pagi menjelang siang bu. Sebelum pelajaran dimulai
guru bertanya kepada ketua kelas “Ada yang tidak masuk” tidak ada pak jawab
ketua kelas.
Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
siswa-siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru mengajukan
permasalahan atau tugas untuk dipecahkan bersama dalam kelompok. Kemudian
guru meminta membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang untuk masing-
masing kelompok, langsung siswa membentuk kelompok dan duduk sesuai
dengan kelompok. Masing-masing kelompok mendiskusikan jawaban yang benar
dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya. Ketika siswa-
siswa berdiskusi, guru berjalan-jalan mengamati aktivitas dan melihat keseriusan
mereka dalam berdiskusi.
Waktu diskusi sudah selesai, guru menyuruh perwakilan tiap kelompok
untuk menuliskan jawaban kelompok masing-masing, setelah itu guru menyuruh
kelompok lain memberi tanggapan. Setelah memberi tanggapan/berkomentar
guru menyimpulkan jawaban yang telah dijawab tiap-tiap kelompok sehingga
kesimpulan jawaban dapat dimengerti siswa-siswa. Siswa-siswa dipersilahkan
untuk bertanya tentang materi yang belum jelas ataupun yang belum dimengerti.
“apakah ada yang mau bertanya?” kata guru kepada siswa. Jika tidak ada maka
ibu akan kasih tugas individu.

25
KBM II
Bel berbunyi pergantian jam mengajar pada hari Senin, 16 September
2019. Guru mamasuki kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai sembari memberi salam.
“Selamat pagi anak-anak” Selamat pagi bu jawab siswa-siswa. Baik kita akan
melanjutkan materi selanjutnya. Materi selanjutnya adalah Perjanjian
Internasional. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.
Kemudian guru menjelaskan materi ajar. Guru bertanya kepada siapa” apa ada
pertanyaan sampai sini”? Guru memberikan LKS untuk dipecahkan bersama
dalam kelompok dan dilanjutkan presentasi.
Kemudian guru meminta membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang
untuk masing-masing kelompok, langsung siswa membentuk kelompok dan
duduk sesuai dengan kelompok. Masing-masing kelompok mendiskusikan
jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya. Ketika siswa-siswa berdiskusi, guru berjalan-jalan mengamati
aktivitas dan melihat keseriusan mereka dalam berdiskusi.
Waktu diskusi sudah selesai, guru menyuruh salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Pada saaat presentasi,
kelompok yang menjadi kelompok audiens diberikan waktu dan kesempatan
untuk mengajukan pertanyaan dan menyampaikan pendapat yang berbeda dengan
jawaban kelompoknya. Setelah memberi tanggapan/berkomentar siswa
menyimpulkan jawaban yang telah dijawab tiap-tiap kelompok sehingga
kesimpulan jawaban dapat dimengerti. Siswa-siswa dipersilahkan untuk bertanya
tentang materi yang belum jelas ataupun yang belum dimengerti. “apakah ada
yang mau bertanya?” kata guru kepada siswa. Jika tidak ada maka ibu akan kasih
tugas individu.
Kemudian siswa diminta kembali ke tempat duduk semula dan
memberikan tes formatif I kepada siswa untuk dijawab.

c) Tahap Observasi
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar

26
yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Hasil Formatif I
Nilai Frekuensi Nilai rata-rata
13 1
25 2
38 6 57.81
50 3
63 9
75 9
88 2
Jumlah 32

Berdasarkan tabel 4.2, nilai terendah Formatif I adalah 13 sebanyak 1


orang dan nilai tertinggi adalah 88 sebanyak 2 orang, dengan 11 orang mendapat
nilai di atas kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 34.38%
dengan nilai KMM sebesar 75. Nilai ini berada dibawah kriteria keberhasilan
klasikal sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I tidak berhasil memberi ketuntasan
belajar dalam kelas.

Selama kegiatan berlangsung diadakan observasi secara langsung terhadap


aktivitas siswa dalam pemebelajaran PPKn. Pada pertemuan pertama ini jumlah
siswa yang masuk sebanyak 32 siswa (100%) dari 32 siswa. Aktivitas siswa pada
siklus pertama ini masih rendah atau belum sesuai dengan yang diharapkan.
Siswa masih pasif dalam mengikuti pembelajaran. Masalah yang dihadapi yaitu
siswa sibuk sendiri dan mengobrol dengan teman-temannya pada saat diskusi
berlangsung, siswa ada yang melamun, siswa dalam bertanya dan menjawab asal-
asalan. Pada pertemuan pertama ini tidak semua kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas karena keterbatasan waktu. Hasil observasi pada
pertemuan pertama ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

Siklus I
No Aktivitas Jumlah Skor Persentase
1 Menulis/membaca 69 17.25 43.13%

27
2 Mengerjakan LKS 30 7.50 18.75%
3 Berdiskusi dengan teman 22 5.50 13.75%
4 Bertanaya pada guru 21 5.25 13.13%
5 Yang tidak relevan dengan
KBM 18 4.50 11.25%
Jumlah 160 40.00 100.00%

Setelah memperoleh data-data hasil observasi pada pertemuan 1 dan 2,


selanjutnya akan dibandingkan aktivitas siswa dan nilai rata-rata antara siklus I
dengan nilai rata-rata pretes kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai. Penerapan
pembelajaran inkuiri pada siklus I ini belum dapat dilaksanakan secara optimal,
hal ini terbukti dengan belum tercapainya indikator ketercapaian dalam penelitian
ini dan persentase aktivitas belajar siswa belum seperti yang diharapkan. Bahkan
pada aktivitas membaca/menulis mendominasi aktivitas selama proses belajar
mengajar.

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas siswa yang paling


dominan pada siklus I adalah menulis/membaca yaitu 43.13%. Aktivitas lain
yang presentasinya cukup besar adalah mengerjakan LKS yaitu sebesar 18.75%.
Sedangkan aktivitas berdiskusi dengan teman dan bertanya pada guru masing-
masing 13.75% dan 13.13%. Aktivitas yang tidak relevan dengan KBM adalah
11.25%.

Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan model
pembelajaran inkuiri sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru
masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model
tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.

d) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut :
1. Dalam kegiatan pembelajaran khususnya guru dalam melakukan persiapan
ruang dan media masih belum optimal.
2. Dalam penyampaian materi pembelajaran masih ada beberapa kendala
yang ditemukan seperti lafal dan intonasi guru yang terdengar kurang
jelas.

28
3. Masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru,
sehingga pada saat pembagian dan diskusi kelompok mereka kurang
memahami apa yang telah dijelaskan oleh guru.
4. Efisiensi penggunaan waktu harus optimal.

e) Revisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat


kekurangan, dari hasil yang belum memuaskan itu peneliti perlu memperbaiki
tindakan pada siklus II antara lain:
1. Untuk meningkatkan kinerja guru, khususnya pada kegiatan pembelajaran
guru hendaknya melakukan persiapan yang benar-benar matang agar
optimalisasi waktu lebih baik.
2. Agar siswa dapat lebih memahami apa yang disampaikan oleh guru,
hendaknya guru juga memperhatikan pelafalan dan intonasi perkataannya
sehingga siswa lebih mudah untuk menangkap materi yang dijelaskan oleh
guru.
3. Agar siswa dapat lebih fokus atau memperhatikan apa yang disampaikan
oleh guru, hendaknya guru lebih tegas kepada siswa yang mengobrol atau
bermain sehingga mereka tidak menganggap temeh pelajaran yang
disampaikan.

4.1.2. Siklus II

a) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti selaku guru menyiapkan Rencan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, Lembar observasi aktivitas belajar siswa,
instrumen tes hasil belajar siswa, dan media pembelajaran.
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan dengan 2 KBM.


Masing-masing KBM terdiri drai 2 jam pembelajaran (3x45 menit). kegiatan
pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintak model pembelajaran inkuiri
dan rencana perbaikan pembelajaran seperti yang telah direncanakan pada refleksi
dan revisi siklus I. Selama proses inkuiri dilakukan pengamatan aktivitas

29
berkelompok oleh seorang pengamat yakni Ibu Erlina Simanjuntak, S.Pd dan Ibu
Santa Panjaitan. Berikut rekaman pembelajaran KBM 3 dan 4 siklus II:

KBM III

Pada hari Senin, 06 Oktober 2019, guru masuk ke kelas VII-1 SMP
Negeri 1 Hinai untuk mengajarkan PPKn. Setelah guru tiba di depan kelas, guru
menyuruh siswa masuk ke dalam ruangan kelas. Ketua kelas menyiapkan
anggota kelas untuk berdiri dan berdoa menurut agama masing-masing. Setelah
berdoa ketua kelas memimpin seluruh siswa untuk memberikan penghormatan
kepada guru. Seluruh siswa mengucapkan salam dan guru menjawab salam siswa
serta menyuruh siswa untuk duduk.
Guru kemudian menjelaskan materi pelajaran kepada siswa yaitu
prosedur penunjukan dan penerimaan perwakilan diplomatik. Setelah itu, guru
kemudian memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. Seorang siswa
bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru, namun belum tepat.
Kemudian guru meluruskan jawaban dari pertanyaan Andira.
Guru kemudian membagi siswa menjadi 8 kelompok. Masing-masing
kelompok terdiri dari 4 orang, karena jumlah siswa kelas VII-1 SMP Negeri 1
Hinai adalah 32 orang. Setelah membagi siswa menjadi 8 kelompok, guru
membagikan LKS kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan secara
bersama-sama. Setelah kelompok mendapatkan LKS, siswa mulai berdiskusi
mengerjakan LKS, sumber belajar siswa yakni buku dan juga guru yang menjadi
fasilitator. Selama siswa berdiskusi dua orang pengamat mengamati aktivitas
belajar siswa sesuai dengan instrumen observasi aktivitas belajar yang telah
disiapkan oleh guru.
Siswa berdiskusi dengan cukup baik, walau ada beberapa siswa yang
membuat kegaduhan, tidak serius, maupun kelompok yang pasif. Setelah waktu
diskusi habis. Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas dan kelompok lain menjadi audiens memberikan
tanggapan dan kritik mengenai diskusi kelompok penyaji. Setelah presentasi dan
tanya jawab selesai, siswa disuruh kembali duduk ke tempat semula. Kemudian
guru akan merangkumnya dan menjelaskan teori dari pertanyaan tersebut dan
begitu seterusnya. Guru membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran.
Terdengar bel tanda pelajaran PPKn berakhir, guru kemudian
memberikan tugas kepada siswa, yang diambil dari buku Paket siswa. Guru
menutup pembelajaran dengan memberi salam pada siswa dan mengucapkan
sampai ketemu pada pertemuan selanjutnya.

KBM IV

Pada hari Senin, 13 Oktober 2019, kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai
belajar PPKn. Setelah guru tiba di depan kelas, guru menyuruh siswa masuk ke
dalam ruangan kelas. Ketua kelas menyiapkan anggota kelas untuk berdiri dan
berdoa menurut agama masing-masing. Setelah berdoa ketua kelas memimpin
seluruh siswa untuk memberikan penghormatan kepada guru. Seluruh siswa

30
mengucapkan salam dan guru menjawab salam siswa serta menyuruh siswa
untuk duduk.
Guru kemudian menjelaskan materi pelajaran kepada siswa peranan
ASEAN, AA dan PBB. Setelah itu, guru kemudian memberikan kesempatan
pada siswa untuk bertanya. Seorang siswa bertanya dan menjawab pertanyaan
yang diberikan guru, namun belum tepat. Kemudian guru meluruskan jawaban
dari pertanyaan siswa tersebut.
Guru kemudian membagi siswa menjadi 8 kelompok. Masing-masing
kelompok terdiri dari 4 orang, karena jumlah siswa kelas VII-1 SMP Negeri 1
Hinai adalah 32 orang. Setelah membagi siswa menjadi 8 kelompok. Guru
kemudian memberikan pertanyaan yang harus didiskusikan kepada siswa dalam
bentuk LKS. Setiap kelompok mendapat LKS yang isinya sama. Setelah
kelompok mendapatkan LKS, siswa mulai berdiskusi mengerjakan LKS, sumber
belajar siswa yakni buku dan juga guru yang menjadi fasilitator. Selama siswa
berdiskusi dua orang pengamat mengamati aktivitas belajar siswa sesuai dengan
instrumen observasi aktivitas belajar yang telah disiapkan oleh guru.
Siswa berdiskusi dengan cukup baik, walau ada beberapa siswa yang
membuat kegaduhan, tidak serius, maupun kelompok yang pasif. Setelah waktu
diskusi habis. Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas dan kelompok lain menjadi audiens memberikan
tanggapan dan kritik mengenai diskusi kelompok penyaji. Setelah presentasi dan
tanya jawab selesai, siswa disuruh kembali duduk ke tempat semula. Kemudian
guru akan merangkumnya dan menjelaskan teori dari pertanyaan tersebut dan
begitu seterusnya. Guru membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran.
Kemudian guru memberikan formatif II kepada siswa, sebelum bel
berbunyi guru mengumpulkan lembar jawaban siswa dan guru menutup
pembelajaran dengan memberi salam pada siswa dan mengucapkan sampai
ketemu besok.
c) Tahap Observasi
Pada akhir pertemuan siklus II diadakan tes untuk mengetahui sejauh
mana peranan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa, dari hasil
tes tersebut akan dibandingkan dengan nilai formatif I yang lalu. Adapun data hasil
penelitian pada siklus II adalah sebagi berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Hasil Formatif II
Nilai rata-
Nilai Frekuensi rata
38 1
50 1
63 9
75 15
88 6
Jumlah 32 71.88

31
Pada tabel 4.4 tersebut, nilai terendah Formatif II adalah 38 sebanyak 1
orang dan nilai tertinggi adalah 88 sebanyak 6 orang, ketuntasan klasikal adalah
sebesar 65.63%. Dengan nilai KKM sebesar 75. Nilai ini belum berada di atas
kriteria keberhasilan klasikal sehingga dapat dikatakan KBM Siklus II belum
berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas, namun sudah mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar siklus I. Nilai rata-rata kelas
adalah 71.88 dan belum berada di atas KKM (75) PPKn untuk kelas VII-1.
Selama kegiatan berlangsung diadakan observasi secara langsung terhadap
aktivitas siswa dalam pembelajaran PPKn. Pada pertemuan pertama ini jumlah
siswa yang masuk sebanyak 32 siswa (100%) dari 32 siswa. Aktivitas siswa pada
pertemuan kedua ini mengalami peningkatan dan cukup mendekati aktivitas yang
diharapkan. Adapun skor aktivitas siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Siklus II
No Aktivitas Jumlah Skor Persentase
1 Menulis/membaca 50 12.50 31.25%
2 Mengerjakan LKS 42 10.50 26.25%
3 Berdiskusi dengan teman 37 9.25 23.13%
4 Bertanya pada guru 18 4.50 11.25%
5 Yang tidak relevan
dengan KBM 13 3.25 8.13%
Jumlah 160 40.00 100.00%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas siswa yang paling


dominan pada siklus II ternyata masih sama dengan siklus I walaupun sudah
mengalami penurunan, aktivitas itu adalah menulis/membaca yakni sebesar
31.25%. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah mengerjakan LKS
yaitu sebesar 23.13%. Sedangkan aktivitas berdiskusi dengan teman dan bertanya
pada guru masing-masing 23.13% dan 11.25%. Aktivitas yang tidak relevan
dengan KBM adalah 8.13%.
d) Refleksi
Berdasarkan pengamatan oleh observer terhadap proses pembelajaran pada
siklus II melalui penerapan model pembelajaran inkuiri. Terdapat beberapa hal
yang harus diperbaiki, diantaranya:

32
1. Dalam kegiatan pembelajaran khususnya guru hendaknya meningkatkan
kinerjanya pada kegiatan inti pembelajaran agar kegiatan pembelajaran
dapat berjalan lebih maksimal.
2. Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran khususnya pada
saat diskusi kelompok perlu ditingkatkan.
3. Guru hendaknya lebih dapat menguasai kelas, sehingga kegiatan belajar
lebih efektif.
4. Efisiensi penggunaan waktu masih harus dioptimalkan.

e) Revisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II ini masih terdapat
kekurangan, dari hasil yang belum memuaskan itu peneliti perlu memperbaiki
tindakan pada siklus III antara lain:
1. Sebaiknya guru harus lebih mempersiapkan diri sebelum melakukan
pembelajaran agar pada saat kegiatan belajar dapat meminimalisir
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Perhatian guru kepada siswa lebih ditingkatkan kepada setiap siswa agar
siswa yang masih kurang aktif dalam kegiatan diskusi dapat bekerja sama
dengan baik.
3. Ketegasan sebagai seorang guru perlu ditingkatkan agar siswa di dalam kelas
mematuhi apa yang diperintahkan guru.
4. Lebih memanajemen penggunaan waktu.

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun
yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan model
pembelajaran inkuiri. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai
berikut :
1) Selama proses belajar mengajar peneliti telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi presentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek
cukup besar.

33
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama
proses belajar mengajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan
peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.

4.1.3 Siklus III

a) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti selaku guru menyiapkan Rencan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, Lembar observasi aktivitas belajar siswa,
instrumen tes hasil belajar siswa, dan media pembelajaran.

b) Tahap Pelaksanaan Tindakan


Tahap pelaksanaan tindakan pada siklus III dilakukan dengan 2 KBM.
Masing-masing KBM terdiri drai 2 jam pembelajaran (3x45 menit). kegiatan
pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintak model pembelajaran inkuiri
dan rencana perbaikan pembelajaran seperti yang telah direncanakan pada refleksi
dan revisi siklus II. Selama proses inkuiri dilakukan pengamatan aktivitas
berkelompok oleh seorang pengamat yakni Ibu Erlina Simanjuntak, S.Pd dan Ibu
Santa Panjaitan. Berikut rekaman pembelajaran KBM 5 dan 6 siklus III:

KBM V

Pada hari Senin, 24 Oktober 2019, siswa kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai
mempelajari PPKn. Guru menuju kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai untuk
mengajarkan PPKn. Setelah guru tiba di depan kelas, suasana hening sehingga
guru melanjutkan masuk ke dalam kelas. Di dalam kelas ternyata siswa sudah
duduk di kursi masing-masing. Karena guru sudah di dalam kelas, maka ketua
kelas menyiapkan anggota kelas untuk berdiri dan berdoa menurut agama
masing-masing. Setelah berdoa ketua kelas memimpin seluruh siswa untuk
memberikan penghormatan kepada guru. Seluruh siswa mengucapkan salam dan
guru menjawab salam siswa serta menyuruh siswa untuk duduk.
Guru kemudian menjelaskan materi pelajaran kepada siswa. Setelah itu,
guru kemudian memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. Seorang
siswa yang bertanya dan dijawab oleh siswa yang lain dan pertanyaan dan
jawaban mereka sudah tepat sehingga guru tidak lagi meluruskannya.
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. Setelah kelompok

34
mendapat LKS, siswa mulai berdiskusi mengerjakan LKS, sumber belajar
siswa yakni buku dan juga guru yang menjadi fasilitator. Selama siswa
berdiskusi dua orang pengamat mengamati aktivitas belajar siswa sesuai dengan
instrumen observasi aktivitas belajar yang telah disiapkan oleh guru.
Siswa berdiskusi dengan cukup baik, walau ada beberapa siswa yang
membuat kegaduhan, tidak serius, maupun kelompok yang pasif. Setelah waktu
diskusi habis, Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas dan kelompok yang menjadi audiens mendengarkan dan
memberikan pertanyaan dan tanggapan. Kemudian guru akan merangkumnya dan
menjelaskan teori dari pertanyaan tersebut dan begitu seterusnya. Guru
membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran.
Sebelum bel berbunyi guru memberikan tugas rumah kepada setiap siswa
yang diambil dari buku paket. Guru juga mengingatkan kepada siswa bahwa
minggu depan akan diadakan Formatif III. Guru menutup pembelajaran dengan
memberi salam pada siswa dan mengucapkan sampai ketemu pada pertemuan
selanjutnya.
KBM VI

Pada hari Senin, tanggal 31 Oktober 2019, siswa kelas VII-1 SMP Negeri
1 Hinai mempelajari PPKn. Guru menuju kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai untuk
mengajarkan PPKn. Setelah guru tiba di depan kelas, suasana hening sehingga
guru melanjutkan masuk ke dalam kelas. Di dalam kelas ternyata siswa sudah
duduk di kursi masing-masing. Karena guru sudah di dalam kelas, maka ketua
kelas menyiapkan anggota kelas untuk berdiri dan berdoa menurut agama
masing-masing. Setelah berdoa ketua kelas memimpin seluruh siswa untuk
memberikan penghormatan kepada guru. Seluruh siswa mengucapkan salam dan
guru menjawab salam siswa serta menyuruh siswa untuk duduk.
Guru mengumpulkan tugas yang diberikan minggu lalu kemudian
menjelaskan materi pelajaran kepada siswa. Setelah itu, guru kemudian
memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. Seorang siswa yang
bertanya dan dijawab oleh siswa yang lain dan pertanyaan dan jawaban mereka
sudah tepat sehingga guru tidak lagi meluruskannya.
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. Setelah kelompok
mendapat LKS, siswa mulai berdiskusi mengerjakan LKS, sumber belajar
siswa yakni buku dan juga guru yang menjadi fasilitator. Selama siswa
berdiskusi dua orang pengamat mengamati aktivitas belajar siswa sesuai dengan
instrumen observasi aktivitas belajar yang telah disiapkan oleh guru. Setelah
waktu diskusi habis, Guru meminta salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok yang menjadi
audiens mendengarkan dan memberikan pertanyaan dan tanggapan. Kemudian
guru akan merangkumnya dan menjelaskan teori dari pertanyaan tersebut dan
begitu seterusnya. Guru membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran.
Kemudian guru memberikan Formatif III kepada setiap siswa. Sebelum
bel berbunyi guru menutup pembelajraan dengan memberi salam pada siswa dan
mengucapkan sampai ketemu pada pertemuan selanjutnya.
c) Tahap Observasi

35
Pada akhir pertemuan siklus III diadakan tes untuk mengetahui sejauh
mana peranan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa, dari hasil
tes tersebut akan dibandingkan dengan nilai formatif II yang lalu. Adapun data
hasil penelitian pada siklus II adalah sebagi berikut:

Tabel 4.6. Distribusi Hasil Formatif III

Nilai rata-
Nilai Frekuensi rata
50 1
63 3
75 12
88 15
100 1
Jumlah 32 79.69

Pada tabel 4.6 tersebut, nilai terendah Formatif III adalah 50 sebanyak 1

orang dan nilai tertinggi adalah 100 sebanyak 1 orang, ketuntasan klasikal adalah

sebesar 87.50%. Dengan nilai KMM sebesar 75. Nilai ini sudah berada di atas

kriteria keberhasilan klasikal sehingga dapat dikatakan KBM Siklus III sudah

berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah

79.69 dan belum berada diatas KKM (75) PPKn untuk kelas VII-1 SMP Negeri 1

Hinai.

Selama kegiatan berlangsung diadakan observasi secara langsung terhadap


aktivitas siswa dalam pembelajaran PPKn. Pada pertemuan pertama ini jumlah
siswa yang masuk sebanyak 32 siswa (100%) dari 32 siswa. Aktivitas siswa pada
pertemuan kedua ini mengalami peningkatan dan cukup mendekati aktivitas yang
diharapkan. Adapun skor aktivitas siswa pada siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7. Aktivitas Belajar Siswa Siklus III

36
Siklus III
No Aktivitas Jumlah Skor Persentase
1 Menulis/membaca 36 9.00 22.50%
2 Mengerjakan LKS 54 13.50 33.75%
3 Berdiskusi dnegan teman 53 13.25 33.13%
4 Bertanya pada guru 13 3.25 8.13%
5 Yang tidak relevan dengan
KBM 4 1.00 2.50%
Jumlah 160 40.00 100.00%

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas siswa yang paling


dominan sudah sesuai dengan yang diharapkan, adapun aktivitas tersebut adalah
mengerjakan LKS dan berdiskusi dengan teman dengan presentase 33.75% dan
33.13%, aktivitas yang selanjutnya adalah aktivitas menulis/membaca sebesar
22.50%, kemudian bertanya pada guru 8.13% dan terakhir yang tidak relevan
dengan KBM sebesar 2.50%.

d) Refleksi
Adapun hasil refleksi siklus III antara lain:
1. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sudah baik, siswa mau
berdiskusi dengan teman satu kelompoknya.
2. Kinerja guru dalam proses pembelajaran sudah baik sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
3. Penggunaan waktu lebih efektif dan efisien sehingga tidak banyak waktu
yang terbuang percuma.

e) Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan
baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses
belajar mengajar sudah berjala dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu
banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar

37
pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model pembelajaran
inkuiri dapat meningkatkan proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.

4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus yang terdiri dari 6 KBM dengan
2 KBM setiap siklusnya. Berdasarkan data yang diperoleh ada dampak dari
penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap pemahaman siswa yang
dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Sebelum dilakukan siklus I,
peneliti terlebih dahulu melakukan ujian pretes untuk mengumpulkan data
pengetahuan siswa sebelum dilakukan tindakan penerapan model pembelajaran
inkuiri.
Merujuk Tabel 4.1. tentang hasil pretes siswa diperoleh data bahwa nilai
tertinggi yang mampu diperoleh siswa kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai hanya 42
dan itu pun hanya satu orang. Nilai ini masih jauh dibawah KKM yang telah
ditentukan hal ini mengindikasikan bahwa sebelum mengikuti pembelajaran di
sekolah siswa tidak membaca maupun mempelajari pelajaran yang akan mereka
pelajari di sekolah. Dilihat dari data nilai pretes di atas juga diindikasikan bahwa
pelajaran PPKn bukan mata pelajaran yang cukup digemari oleh siswa, karena
aktivitas belajar siswa di rumah untuk mata pelajaran PPKn rendah. Siswa hanya
mengharapkan penjelasan guru tanpa mencari tahu maupun membekali diri.
Setelah diketahui kemampuan awal siswa maka penelitian dilanjutkan ke
siklus I yang dilaksanakan selama dua KBM. Pada akhir proses belajar mengajar
siklus I, siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Merujuk
Tabel 4.2. terlihat bahwa nilai tertinggi yang mampu dicapai siswa adalah 88 dan
sudah mencapai KKM yang ditentukan namun jumlah siswa yang mencapai KKM
hanya 11 orang atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 34.38% dengan nilai KKM
sebesar 75. Nilai ini berada dibawah kriteria keberhasilan klasikal sehingga dapat
dikatakan KBM Siklus I tidak berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas.
Selama kegiatan berlangsung diadakan observasi secara langsung terhadap
aktivitas siswa dalam pembelajaran PPKn. Pada siklus I ini jumlah siswa yang

38
masuk sebanyak 32 siswa (100%) dari 32 siswa. Aktivitas siswa pada siklus
pertama ini masih rendah atau belum sesuai dengan yang diharapkan. Siswa masih
pasif dalam mengikuti pembelajaran. Masalah yang dihadapi yaitu siswa sibuk
sendiri dan mengobrol dengan teman-temannya pada saat diskusi berlangsung, siswa
ada yang melamun, siswa dalam bertanya dan menjawab asal-asalan. Pada
pertemuan pertama ini tidak semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas karena keterbatasan waktu. Hasil observasi pada siklus I merujuk Tabel
4.3. dimana dari 5 aktivitas yang diamati oleh pengamat ternyata aktivitas yang
dominan dilakukan siswa selama diskusi kelompok adalah menulis/membaca
dengan presentase 43.13%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak ada bekal awal
atau pengetahuan awal mengenai LKS yang sedang dibahas sehingga untuk
menyelesaikan LKS, siswa fokus membaca di berbagai sumber, sehingga kegiatan
diskusi dengan teman kurang berjalan dengan presentase 13.75%. Hasil belajar dan
aktivitas siswa pada siklus I secara garis besar belum dilaksanakan dengan baik
karena peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan,
karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
Berdasarkan hasil refleksi terhadap beberapa kelemahan pada siklus I yang
secara tidak langsung mempengaruhi kurang mampunya siklus I memberi
ketuntasan. Adapun kelemahan tersebut sebagai berikut:
1. Dalam kegiatan pembelajaran khususnya guru dalam melakukan persiapan
ruang dan media masih belum optimal.
2. Dalam penyampaian materi pembelajaran masih ada beberapa kendala
yang ditemukan seperti lafal dan intonasi guru yang terdengar kurang
jelas.
3. Masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru,
sehingga pada saat pembagian dan diskusi kelompok mereka kurang
memahami apa yang telah dijelaskan oleh guru.
4. Efisiensi penggunaan waktu harus optimal.
Setelah melakukan refleksi, maka untuk menentukan tindakan perbaikan
yang akan dilakukan peneliti melakukan diskusi dua orang teman sejawat. Diskusi
ditujukan untuk memperoleh tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus
II. Hal ini dilakukan agar kesalahan pada siklus I tidak akan terulang dan

39
diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa yang bermuara pada
peningkatan prestasi belajar siswa. Berdasarkan diskusi tersebut maka diputuskan
tindakan perbaikan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kinerja guru, khususnya pada kegiatan pembelajaran
guru hendaknya melakukan persiapan yang benar-benar matang agar
optimalisasi waktu lebih baik.
2. Agar siswa dapat lebih memahami apa yang disampaikan oleh guru,
hendaknya guru juga memperhatikan pelafalan dan intonasi perkataannya
sehingga siswa lebih mudah untuk menangkap materi yang dijelaskan oleh
guru.
3. Agar siswa dapat lebih fokus atau memperhatikan apa yang disampaikan
oleh guru, hendaknya guru lebih tegas kepada siswa yang mengobrol atau
bermain sehingga mereka tidak menganggap temeh pelajaran yang
disampaikan.
Setelah ditentukan tindakan perbaikan maka peneliti menyusun perangkat
pembelajaran siklus II dan melaksanakan siklus II dengan melakukan 2 KBM.
Pada akhir pertemuan siklus II diadakan tes untuk mengetahui sejauh mana peranan
model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa, dari hasil tes tersebut akan
dibandingkan dengan nilai formatif I yang lalu. Merujuk Tabel 4.4. diperoleh data
bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 38 sebanyak 1 orang dan nilai
tertinggi 88 sebanyak 6 orang, ketuntasan klasikal adalah sebesar 65.63%. Dengan
nilai KMM sebesar 75. Nilai ini belum berada di atas kriteria keberhasilan klasikal
sehingga dapat dikatakan KBM Siklus II belum berhasil memberi ketuntasan
belajar dalam kelas, namun sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan hasil belajar siklus I. Nilai rata-rata kelas adalah 71.88 dan belum berada di
atas KKM (75) PPKn untuk kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai.
Selama kegiatan berlangsung diadakan observasi secara langsung terhadap
aktivitas siswa dalam pembelajaran PPKn. Pada siklus II ini jumlah siswa yang
masuk sebanyak 32 siswa (100%) dari 32 siswa. Aktivitas siswa pada pertemuan
kedua ini mengalami peningkatan dan cukup mendekati aktivitas yang diharapkan.
Berdasarkan Tabel 4.5. tampak bahwa aktivitas siswa yang paling dominan pada
siklus II ternyata masih sama dengan siklus I walaupun sudah mengalami

40
penurunan, aktivitas itu adalah menulis/membaca yakni sebesar 31.25%. Aktivitas
lain yang presentasinya cukup besar adalah mengerjakan LKS yaitu sebesar 23.13%.
Sedangkan aktivitas berdiskusi dengan teman dan bertanya pada guru masing-
masing 23.13% dan 11.25%. Aktivitas yang tidak relevan dengan KBM adalah
8.13%. Hasil belajar dan aktivitas siswa pada siklus II secara garis besar cukup
dilaksanakan dengan baik dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus
sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mulai terbiasa dengan model
pembelajaran inkuiri.
Berdasarkan pengamatan oleh observer terhadap proses pembelajaran pada
siklus II melalui penerapan model pembelajaran inkuiri. Terdapat beberapa hal
yang harus diperbaiki, diantaranya:
1. Dalam kegiatan pembelajaran khususnya guru hendaknya meningkatkan
kinerjanya pada kegiatan inti pembelajaran agar kegiatan pembelajaran
dapat berjalan lebih maksimal.
2. Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran khususnya pada
saat diskusi kelompok perlu ditingkatkan.
3. Guru hendaknya lebih dapat menguasai kelas, sehingga kegiatan belajar
lebih efektif.
4. Efisiensi penggunaan waktu masih harus dioptimalkan.
Setelah diketahui kekurangan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
makan peneliti melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran sejenis, wali kelas
dan pengamat mencari tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada siklus III.
Hasil diskusi untuk tindakan perbaikan antara lain:
1. Sebaiknya guru harus lebih mempersiapkan diri sebelum melakukan
pembelajaran agar pada saat kegiatan belajar dapat meminimalisir terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Perhatian guru kepada siswa lebih ditingkatkan kepada setiap siswa agar
siswa yang masih kurang aktif dalam kegiatan diskusi dapat bekerja sama
dengan baik.
3. Ketegasan sebagai seorang guru perlu ditingkatkan agar siswa di dalam kelas
mematuhi apa yang diperintahkan guru.
4. Lebih memanajemen penggunaan waktu.

41
Setelah diketahui tindakan perbaikan untuk siklus III maka penelitian
dilanjutkan. Siklus III terdiri dari 2 KBM yaitu KBM V dan KBM VI dengan
materi yang dijadikan bahan peneliti adalah lanjutan KBM IV. Pada akhir
pertemuan siklus III diadakan tes untuk mengetahui sejauh mana peranan model
pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa. Merujuk Tabel 4.6. diperoleh
data hasil penelitian siklus III dimana nilai terendah Formatif III adalah 50
sebanyak 1 orang dan nilai tertinggi adalah 100 sebanyak 1 orang, ketuntasan
klasikal adalah sebesar 87.50%. Dengan nilai KMM sebesar 75. Nilai ini sudah
berada di atas kriteria keberhasilan klasikal sehingga dapat dikatakan KBM Siklus
III sudah berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas dengan nilai rata-rata
kelas juga sudah berada di atas KKM yaitu 79.69 sehingga tidak perlu dilakukan
penelitian lanjutan.
Selain data hasil belajar, pada penelitian ini juga diperoleh data aktivitas
belajar yang merujuk pada Tabel 4.7. Berdasarkan Tabel 4.7 tampak bahwa
aktivitas siswa yang paling dominan sudah sesuai dengan yang diharapkan,
adapun aktivitas tersebut adalah mengerjakan LKS dan berdiskusi dengan teman
dengan presentase 33.75% dan 33.13%, aktivitas yang selanjutnya adalah aktivitas
menulis/membaca sebesar 22.50%, kemudian bertanya pada guru 8.13% dan
terakhir yang tidak relevan dengan KBM sebesar 2.50%.
Setelah menganalisis data hasil belajar dan aktivitas belajar siswa, kegiatan
selanjutya adalah melakukan refleksi siklus III. Adapun hasil refleksi siklus III
antara lain:
1. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sudah baik, siswa mau
berdiskusi dengan teman satu kelompoknya.
2. Kinerja guru dalam proses pembelajaran sudah baik sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
3. Penggunaan waktu lebih efektif dan efisien sehingga tidak banyak waktu
yang terbuang percuma.
Berdasarkan hasil refleksi siklus III dapat disimpulkan bahwa pada siklus
III guru telah menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan baik dan dilihat
dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah berjala dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi

42
yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pelaksanaan proses
belajar mengajar selanjutnya penerapan model pembelajaran inkuiri dapat
meningkatkan proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Setelah selesai melakukan penelitian tindakan kelas, maka peneliti
melakukan seminar presentasi hasil penelitian kelas di SMP Negeri 1 Hinai dengan
tujuan memberikan informasi tentang hasil penelitian tindakan kelas. Dalam
kegiatan seminar ini, peneliti memperoleh beberapa masukan dan tanggapan dari
peserta seminar, setelah diperoleh tanggapan dan masukkan peneliti melakukan
revisi sesuai dengan masukan dan laporan hasil penelitian tindakan kelas menjadi
lebih baik dari sebelumnya.

43
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

penerapan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran PPKn di kelas VII-1

SMP Negeri 1 Hinai Tahun Pelajaran 2019/2020 bahwa :

1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn melalui model pembelajaran
inkuiri di kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai mengalami peningkatan
ketuntasan belajar secara individu dan kelas pada setiap siklusnya. Pada
siklus I terdapat 11 siswa yang tuntas namun belum tuntas secara kelas,
pada siklus II terdapat 21 siswa yang tuntas namun juga belum tuntas
secara kelas, kemudian pada siklus III sudah terdapat 28 siswa yang tuntas
dan mencapai ketuntasan kelas.
2. Aktivitas belajar siswa menurut dua orang pengamat pada mata pelajaran
PPKn melalui model pembelajaran inkuiri di kelas VII-1 SMP Negeri 1
Hinai mengalami peningkatan dan juga penurunan. Aktivitas yang
meningkat tiap siklusnya adalah aktivitas mengerjakan LKS dan berdiskusi
dengan teman sedangkan aktivitas yang menurun adalah aktivitas
menulis/membaca, bertanya pada teman dan yang tidak relevan dengan
KBM sehingga dapat dikatakan aktivitas siswa membaik tiap siklusnya.

Dengan demikian terjadi peningkatan hasil dan aktivitas belajar siswa

yang disebabkan karena siswa sudah semakin aktif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran khususnya pada saat diskusi kelompok perlu ditingkatkan.

44
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar PPKn lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilihtopik
yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran inkuiri dalam proses
belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Disarankan untuk guru sejawat agar mencoba menerapkan model
pembelajaran ini karena terbukti mampu meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa.
3. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai,
walau dalam taraf yang sederhana. Desaian pembelajaran yang variatif akan
memberikan motivasi belajar bagi siswa dan siswa tidak jenuh dalam
belajar.
4. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di kelas VII-1 SMP Negeri 1 Hinai Pembelajaran 2019/2020.
5. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar
diperoleh hasil yang lebih baik.

45
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani, Ridwan & Sudiran. 2014. Meningkatkan Profesionalisme Guru


Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Citapustaka.

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Penerbit Yrama


Widya.

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Bnadung : Penerbit Bumi


Aksara.

Hosnan. 2014. Pendekatan Sainstifik dan Kontekstual dalam pembelajaran Abad


21. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.

Mulyasa. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Penerbit PT Remaja


Rosdakarya.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Raja Grafindo


Persada.

Sardiman, A.M., 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Penerbit
Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Mengajar. Jakarta : Penerbit Kencana Prenada Media.

Setyani, R dan Hartati, D. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta :


Kementerian Pendidikan Nasional.

Sumedi, P. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Kementerian


Pendidikan Nasional.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :


Penerbit Kencana Prenada Media Group.

46

Anda mungkin juga menyukai