Anda di halaman 1dari 11

Best Practices

September 2022

Oleh
PERMANA HADINATA, S.PD

No. UKG
201699769749
LK 3.1 MENYUSUN
BEST PRACTICES

BEST
PRACTICES
Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice)
Menggunakan Metode Star
(Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa
Dalam Pembelajaran

LOKASI
SDN SUKABETAH

LINGKUP PENDIDIKAN
Sekolah Dasar

TUJUAN YANG INGIN DICAPAI


Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas 5
SDN Sukabetah melalui Model Pembelajaran Project Based
Learning (PjBL)

PENULIS
PERMANA HADINATA, S.Pd

TANGGAL
26 September 2022
SITUASI

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah kurangnya motivasi belajar


peserta didik disebabkan karena pembelajaran hanya terpusat pada guru
dan tidak adanya media atau alat peraga dalam proses pembelajaran
sehingga membuat peserta didik jenuh dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar tersebut.

Mengapa praktik ini penting untuk dibagikan karena banyak sebagian


besar guru yang mengalami permasalahan seperti ini dan juga
diharapkan bisa menjadi referensi bagi guru-guru lain terkait motivasi
belajar peserta didik.
Menurut Hamzah B. Uno (2016), motivasi belajar mempunyai fungsi
sebagai energi penggerak terhadap tingkah laku, menentukan arah
perbuatan, dan menentukan intensitas suatu perbuatan. Motivasi
mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapainya. Motivasi merupakan konsep yang menjelaskan alasan
seseorang berperilaku.

Kemampuan sama dimiliki oleh dua anak yang memberikan peluang dan
kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja dan hasil yang ingin
dicapai oleh anak yang termotivasi akan lebig baik dibandingkan dengan
anak yang tidak termotivasi. Motivasi menentukan tingkat berhasil
berhasil atau gagalnya kegiatan belajar peserta didik. Belajar tanpa
motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal.
Menurut Sadirman (2014), Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang
itu mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia suka maka akan
berusaha untuk meniadakan atau meninggalkan perasaan tidak suka itu.
Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu
adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka
motivasi dapat dikatakansebagai keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Belajar mengajar merupakan suatu proses yang sangat kompleks, karena


dalam proses tersebut siswa tidak hanya menerima dan menyerap
kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan agar motivasi belajarnya
lebih baik dan sempurna dari proses pembelajaran tersebut siswa dapat
menghasilkan suatu perubahan yang bertahap dalam dirinya, baik dalam
bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Peran dan tanggung jawab dalam praktik ini adalah sebagai guru yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif
dengan menggunakan model pembelejaran yang tepat disertai media
pembalajaran yang sesuai dengan materi ajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan apa yang diharapkan.
TANTANGAN

Setelah berakhirnya pandemi Covid-19, pemerintah menerapkan kembali


proses pembelajaran tatap muka langsung di sekolah. Dimasa transisi
inilah yang menjadi tantangan praktik ini yang merupakan peralihan dari
pembelajaran daring ke pembelajaran tatap muka secara langsung.
Berikut tantangan yang harus dihadapi oleh guru:

1. Kembali Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik


Banyak peserta didik yang beranggapan bahwa yang terjadi pada satu
tahun terakhir mereka belajar di sekolah setangah hari dari biasanya. Hal
itu sangat dirasakan oleh mayoritas peserta didik Sekolah Dasar. Karena
banyaknya waktu mereka di rumah tidak dimanfaatkan untuk belajar
melainkan asyiknya mereka bermain, sehingga motivasi mereka dalam
belajar pun menurun. Oleh karena itu guru sangat berperan penting
untuk kembali menumbuhkan minat peserta didik dalam belajar.

2. Perubahan Waktu Pembelajaran


Pada satu tahun terakhir kita melaksanakan pembelajaran tatap muka
terbatas yang waktunya hanya 2 jam setiap harinya. Hal ini menjadikan
penyebab peserta didik terbiasa dengan waktu jam pulang sekolah
tersebut, sehingga ketika mulai diterapkan kembali pembelajaran tatap
muka langsung secara penuh ini menjadi sulit membiasakan peserta
didik untuk melaksanakan pembelajaran sampai selesai.
3. Model Pembelajaran yang Kembali Berubah
Dengan kembalinya peserta didk ke sekolah setelah lama PJJ dan PTM
terbatas membuat guru kembali mengganti model pembelajaran yang
akan diterapkannya saat mengajar. Dalam hal ini, model pembelajaran
yang tepat digunakan guru yaitu model pembelajaran yang kooperatif,
yaitu suatu metode pembelajaran atau strategi dalam belajar dan
mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja dengan kata lain pembelajaran dilakukan dengan membuat
sejumlah kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 anak yang
bertujuan untuk saling memotivasi antar anggotanya untuk saling
membantu agar tujuan dapat tercapai secara maksimal.

Menurut Trianto (2007), ada dua alasan mengapa kooperatif learning


menjadi pilihan. Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa
penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan
sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,
serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif
dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,
memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
keterampilan. Dan dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem
pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
AKSI

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan-


tantangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif


Berdasarkan hasil eksplorasi model pembelajaran kooperatif untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik adalah dengan
menggunakan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) karena
dapat melibatkan aktivitas peserta didik.

Berikut beberapa kajian literatur mengenai Model Pembelajaran Project


Based Learning (PjBL) yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta
didik:

a. Menurut Fauzan Akbar dan Arsad Bahri (2017), berdasarkan


penelitiannya dapat disimpulkan bahwa model PjBL efektif dalam
meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Sehingga para pendidik
diharapkan dapat menerapkan model PjBL dalam pembelajaran dengan
menyesuaikan karakteristik materi pelajaran.

b. Resi Dayana, dkk (2021) menyatakan berdasarkan data hasil


penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan
penggunaan model pembelajaran PjBL dalam pembelajaran IPA karena
dalam menghasilkan sebuah karya proyek siklus hidup hewan dapat
membantu peserta didik memahami materi tentang tahapan siklus
hewan sehingga menghadirkan kesan konkret dalam pembelajaran.
c. Elisabet, dkk (2019), berdasarkan hasil PTK peserta didik kelas 5
dengan menggunakan model PjBL dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar IPA. Hal ini dilihat dari 37 peserta didik hanya 7 peserta didik
yang belum memenuhi KKM, meskipun masih ada 7 peserta didik yang
belum tuntas akan tetapi nilai setiap siklusnya selalu meningkat sehingga
tidak terlalu jauh dari KKM. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan
agar guru terutama pada pembelajaran IPA dapat menggunakan model
PjBL sebagai salah satu alternatif model pembelajaran.

d. Lilita Silpia (2019), berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya


dapat disimpulkan bahwa:
·Model PjBL berpengaruh terhadap motivasi peserta didik.
·Model PjBL berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar peserta
didik.
·Motivasi peserta didik dengan menggunakan model PjBL didapatkan
hasil dengan kriteria sangat baik.
2. Penggunaan Media Pembelajaran yang Sesuai dengan Materi
Menurut Yolanda Febrita, Maria Ulfah (2019), menyatakan salah satu
upaya meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik, yaitu
digunakannya media pembelajaran yang baik dan benar serta menarik
agar dapat membangkitkan minat dan keinginan yang baru,
membangkitka motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh psikologis terhadap pembelajaran karena melalui
berbagai metode dan media pembalajaran akan dapat banyak
berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang
dimiliki peserta didik.
Dalam pemilihan media pembelajaran ini harus sesuai dengan materi ajar
yang akan dilaksanakan dan dapat mendukung model pembelajaran
yang akan diterapkan. Media pembelajaran dalam praktik ini yaitu
menggunakan aplikasi powerpoint dan video pembelajaran untuk
menyampaikan materi serta menggunakan model picture and picture
berupa media kartu sebagai alat peraganya.
Menurut Etalia Panggabean, dkk (2013) menyatakan bahwa penggunaan
model picture and picture peserta didik lebih fokus dalam belajar karena
materi yang diberikan disertai dengan menggunakan gambar-gambar
sehingga dapat menarik minat peserta didik dalam belajar.

3. Penyusunan Perangkat Pembalajaran


Setelah menentukan model pembelajaran dan media pembelajarannya,
selanjutnya menyusun perangkat pembalajaran meliputi RPP, bahan ajar,
membuat media, LKPD dan alat evaluasi. Perangkat pembelajaran ini
berfungsi sebagai pedoman guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran secara sistematis.
REFLEKSI AKHIR DAN DAMPAK

Dampak dari pembelajaran yang menggunakan Model Pembelajaran


Project Based Learning yaitu membuat peserta didik lebih termotivasi
untuk belajar karena menciptakan pembelajaran yang menyenangkan,
mendorong peserta didik untuk belajar kelompok atau berkolaborasi
sehingga meningkatkan keaktifan dan kreativitas peserta didik.

Penggunaan media berbasis TPACK yang diimplementasikan dalam


bentuk video pembelajaran yang ditayangkan melalui powerpoint dapat
membuat peserta didik lebih bersemangat dan tidak mudah bosan
dalam mengikuti proses pembelajaran.

Kemudian model picture and picture yang bermedia kartu gambar


sebagai alat peraganya dapat memberikan bebebarapa manfaat di
dalam proses belajar mengajar, antara lain:

1. Memudahkan peserta didik untuk memahami yang dimaksudkan guru


ketika menyampaikan materi pembelajaran. Melalui media gambar
peserta didik akan mudah menyerap materi yang diajarkan oleh guru.
Karena dengan model pembelajaran ini peserta didik belajar secara
bersama-sama dengan mengamati gambar.

2. Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan. Artinya,


dengan penerapan model pembelajaran picture and picture maka
peserta didik akan menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti
pelajaran. Karena di dalam pembelajaran peserta didik dapat belajar
sambil bermain, yaitu memasangkan gambar acak menjadi gambar urut.
Peserta didik akan berlomba-lomba untuk menunjukkan jari maju ke
depan, dengan begitu keaktifan peserta didik akan meningkat.
3. Peserta didik dapat berfikir logis dan sistematis dalam menyusun
gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.

4. Peserta didik lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas tugas yang


diberikan oleh guru. Di dalam proses pembelajaran peserta didik akan
lebih konsentrasi pada gambar dan kemungkinan kecil peserta didik
ramai karena asik mengamati gambar. Sehingga peserta didik mudah
dalam memahami materi pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan strategi


tersebut respon dari peserta didik memberikan respon positif
diantaranya peserta didik merasa senang dengan proses pembelajaran
karena mereka dapat terlibat langsung dan kegiatannya menarik
menurut mereka.

Faktor keberhasilan pembelajaran ini sangat ditentukan oleh penguasaan


guru terhadap pengelolaan kelas, materi ajar, model pembelajaran, media
pembelajaran dan langkah-langkah pelaksanaan rencana pembelajaran
yang telah dibuat.
Pembelajaran yang dapat diambil dari kegiatan yang sudah dilaksanakan
guru tentunya dapat menjadikan guru lebih kreatif dan inovatif dalam
memilih dan mengembangkan model pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai