Anda di halaman 1dari 49

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGIDENTIFIKASI MACAM-MACAM

SUDUT DENGAN ALAT PERAGA MODEL BANGUN DATAR SEGITIGA SISWA


KELAS IV SD NEGERI KALIHARJO KECAMATAN KALIGESING SEMESTER 1
TAHUN 2019/2020

LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

OLEH
NAMA : SARTINAH
NIP:196904152007012018

DINAS PENDIDIKAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA


KABUPATEN PURWOREJO
SDN KALIHARJO KECAMATAN KALIGESING PURWOREJO
2020
PENGESAHAN

Penelitian Tindakan Kelas dengan Judul:


Peningkatan Hasil Belajar Mengidentifikasi Macam-Macam Sudut Dengan Alat
Peraga Model Bangun Datar Segitiga Siswa Kelas IV SD Negeri Kaliharjo Kecamatan
Kaligesing Semester 1 Tahun 2019/2020
benar- benar karya:
Nama : Sartinah, S.Pd.
NIP. : 19700220 199203 1 006
Pangkat/Gol : Penata Muda Tk I / III B
Unit Kerja : SD N Kaliharjo

Purworejo, September 2019


Kepala SD N Kaliharjo

Jumariyah S.Pd.
PENGESAHAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan Judul :


Peningkatan Hasil Belajar Mengidentifikasi Macam-Macam Sudut Dengan Alat
Peraga Model Bangun Datar Segitiga Siswa Kelas IV SD Negeri Kaliharjo Kecamatan
Kaligesing Semester 1 Tahun 2019/2020
benar- benar karya:
Nama : Sartinah, S.Pd.
NIP. : 19700220 199203 1 006
Pangkat/Gol : Penata Muda Tk I / III B
Unit Kerja : SD N Kaliharjo

Telah disahkan dan


Didokumentasikan di Perpustakaan SD N Kaliharjo
.

Disahkan di : Kaligesing
Pada Tanggal : 30 Desember 2020
Kepala SD N Kaliharjo

Jumariyah S.Pd.
KATA PENGANTAR

Puji skukur Alhamdulillahhirobbil ’alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian tindakan kelas ini.
Laporan penelitian tindakan kelas ini disusun sebagai bentuk pengembangan profesi
yang bertujuan untuk perbaikan proses pembelajaran yang pada akhirnya akan
meningkatkan kompetensi peserta didik khususnya dalam materi bangun datar di SD N
Hulososbo.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan penelitian tindakan kelas ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca demi kebaikan di masa datang.

Purworejo, Desember 2019


Penulis

Sartinah, S.Pd.
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Matematika memiliki nilai-nilai yang penting dalam membentuk sumber
daya manusia yang berkualitas. Nilai –nilai dalam pelajaran matatatika sangat
membantu siawa dalam menyesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Perkembangan ilmu dan teknologi informasi dan komunikasi didasari oleh
perkembangan matematika. Supaya dapat menguasai dan menciptakan teknologi di
masa depan sangat diperlukan penguasaan matematika sejak dini.
Pelajaran matematika diberikan kepada siswa supaya memiliki kemampuan
pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi serta pemecahan
masalah.Kemampuan pemahaman konsep dapat dilihat dari kemampuan
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasi konsep secara luwes ,akurat
dan efisien.Kemampuan penalaran dan komunikasi dapat terlihat dari kemampuan
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti
dan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain
untuk memperjelas masalah. Kemampuan memecahkan masalah terlihat dari
kemampuan siswa dalam memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
Saat ini oleh sebagian besar siswa, matematika masih dianggap pelajaran
yang sulit. Hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran
tersebut masih lebih rendah dibanding mata pelajaran lain. Khusus bagi siswa yang
taraf berfikirnya masih sederhana diperlukan ketekunan dan kesabaran serta
kreatifitas yang tinggi dari guru dalam penanaman konsep matematika supaya
mendapat hasil belajar sesuai yang diharapkan. Oleh sebab itu diperlukan metode
yang bervariasi dalam pemanfaatan berbagai media dalam pembelajaran matematika.
Di SD Negeri Kaliharjo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo
tempat penulis mengajar, perolehan hasil belajar dimungkinkan tidak sesuai yang
diharapkan, baik dari hasil ulangan semester maupun hasil ujian. Penulis merasakan
setiap pelajaran matematika siswa merasa seperti tertekan, sehingga kurang tertarik
dalam mengikuti pelajaran tersebut. Dalam mengajarkan matematika guru masih
sekedar mentransfer informasi kepada siswa dan belum memanfaatkan media yang
ada secara maksimal. Guru belum memberikan pembelajaran yang bervariasi
sehingga siswa tidak dapat menangkap materi secara baik, bahkan cenderung
merasa bosan.
Keadaan seperti ini mengakibatkan aktifitas belajar siswa kurang efektif.
Siswa hanya bergantung informasi guru, sehingga kurang dapat mengembangkan
kemampuan yang dimiiiki secara optimal. Padahal setiap siswa mempunyai potensi
yang dapat berkembang secara maksimal apabila didukung oleh pembelajaran yang
bermutu.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang bernutu memang tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Banyak fakta yang berpengaruh dalam proses tersebut,
diantaranya adalah faktor guru, siswa, media, dan daya dukung dari linkungan
sekolah. Dalam hal ini komitmen yang kuat dari guru memberikan pelajaran terbaik
terhadap siswa sangatlah dibutuhkan. Karena dengan adanya komitmen yang kuat
dari guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam pembelajaran.
Hasil perolehan nilai pelajaran matematika pada siswa kelas IV SD Negeri
Kaliharjo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo pada semester I
dimungkinkan tidak sesuai yang diharapkan. Begitu juga saat penulis mengajarkan
materi tentang mengidentifikas macam - macam sudut, ternyata masih jauh dari
standar KKM yang ditetapkan sekolah. Nilai rata-rata hasil ulangan berkisar pada
angka 42,38 dan hanya 33,36 % siswa yang berhasil mendapat nilai diatas KKM.
Sebagian besar siswa masih menemui kesulitan dalam memahami jenis-jenis
sudut, seperti sudut lancip, sudut siku–siku dan sudut tumpul. Mereka juga belum
dapat menentukan sudut lancip, sudut siku–siku dan sudut tumpul pada setiap
bangun datar segi tiga (segitiga sembaran, segitig siku_- siku dan segitiga sama kaki.
Dalam menyampaikan materi tentang sudut guru belum menggunakan
metode pembelajaran atau metode yang bervariasi. Papan tulis masih merupakan
media utama untuk menjelaskan materi dengan menggambar bangun-bangun datar .
Metode yang digunakan lebih banyak menggunakan ceramah dimana keaktifan dan
peran guru masih sangat dominan terhadap siswa. Akhirnya siswa dalam
menangkap materi yang disampaikan guru tidak dapat maksimal. Berdasarkan
permasalahan tersebut di atas menyebabkan pembelajaran matematika untuk materi
mengidentifikasi macam_macam sudut belum berhasil. Untuk mengatasi kekurang-
berhasilan dalam pembelajaran matematika itu dilakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) melalui 2 siklus yang pelaksanaannya dibantu teman sejawat.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Untuk mengetahui kekurang berhasilan dalam pembelajaran matematika
penulis berdiskusi dengan teman sejawat dan berkonsultasi dengan pembimbing.
Dari hasil diskusi dan konsultasi dapat diketahui masalah - masalah yang muncul
dalam pembelajaran macam-macam sudut yaitu:
1. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa masih rendah yaitu.....
2. Siswa belum memahami macam-macam sudut.
3. Siswa belum dapat menentukan nama sudut pada bangun datar.
4. Siswa belum dapat mengukur besar sudut pada bangun datar.
5. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran.
6. Siswa kesulitan dalam memahami soal-soal evaluasi.
7. Guru tidak menggunakan alat peraga scara optimal.
8. Penjelasan guru tidak bisa ditangkap siswa secara optimal.
9. Guru tidak memanfaatkan waktu dengan baik.
10. Contoh- contoh model sudut yang diberikan guru kurang bervariasi.
11. Guru kurang memberikan perhatian pada semua siswa.
12. Pembelajaran yang diberikan kurang terencana dengan baik.
13 .Pengelolaan kelas kurang maksimal.

C. BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan identifiksi masalah tersebut peneliti
mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan batasan masalah alat peraga model
bangun datar segitiga untuk meningkatkan hasil belajar mengidentifikasi macam –
macam sudut kelas IV SD Negeri Kaliharjo Kecamatan Kaligesing semester I tahun
2019/2020.

D. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
adalah:
1. Bagaimana Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Peraga Model
Bangun Datar Segitiga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mengidentifikasi
Macam – Macam Sudut Siswa Kelas IV SD Negeri Kaliharjo, Kecamatan
Kaligesing Semester I Tahun 2019/2020.
2. Bagaimanakah Peningkatan Hasil Belajar Mengidentifikasi Macam-Macam
Sudut Setelah Menggunakan Alat Peraga Model Bangun Datar Segitiga pada
Siswa Kelas IV SD Negeri Kaliharjo, Kecamatan Kaligesing Semester I Tahun
2019/2020.
E. TUJUAN PERBAIKAN
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah ebagai berikut:
a. Mendeskripsikan proses pembelajaran dengan alat peraga model bangun datar
segitiga untuk meningkatkan hasil belajar mengidentifikasi macam-macam
sudut kelas siswa IV SD Negeri Kaliharjo Kecamatan Kaligesing semester I
tahun 2019/2020.
b. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar mengidentifikasi macam –macam
sudut setelah menggunakan alat peraga model bangun datar segitiga pada kelas
IV siswa SD Negeri Kaliharjo Kecamatan Kaligesing semester I tahun
2019/2020.

F. MANFAAT
Hasil perbaikan pembelajaran ini diharapkan memberi manfaat:
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap macam-macam sudut ,sebab siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan menemukan sendiri konsep-
konsepnya.
b. Meningkatkan minat belajar siswa terhadap matematika dari semula
dianggap sulit menjadi pelajaran yang menyenangkan
2. Bagi Guru
a. Memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha meningkatkan prestasi
belajar matematika.
b. Meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dan
mengembangkan profesionalisme melalui pendidikan .
3. Bagi Sekolah
a. Memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha meningkatkan prestasi
belajar matematika.
b. Penelitian ini dapat menjadi bahan kajian bagi guru yang lain sebagai inovasi
pembelajaran matematika di SD.
BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. KAJIAN PUSTAKA
1) Pengertian Alat Peraga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, alat berarti benda yang dipakai
untuk mengerjakan sesuatu sedangkan peraga berarti memperagakan. Jadi Alat
peraga merupakan alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya apa yang di
peragakan atau diajarkan mudah di mengerti anak didik. Menurut Ali, alat
peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan
merangsang pikiran, perasaan dan perhatian serta kemauan siswa sehingga dapat
mendorong proses belajar. Menurut Ruseffendi, alat peraga adalah alat yang
menerangkan atau mewujudkan konsep matematika.
Pengertian alat peraga matematika menurut Pramudjono, adalah benda
konkret yang dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja digunakan untuk
membantu menanamkan atau mengembangkan konsep matematika.12 Istilah
alat peraga sering menggantikan istilah media pembelajaran. Alat peraga
matematika dapat di artikan sebagai suatu perangkat benda konkrit yang
dirancang, dibuat, dan disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu
menanamkan dan memahami konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam
matematika.13 Alat peraga termasuk kedalam suatu media pembelajaran, hal ini
kemukakan oleh Erman Suherman yang mengelompokkan media ke dalam dua
bagian, yaitu media sebagai pembawa informasi (ilmu pengetahuan), dan media
yang sekaligus merupakan alat untuk menanamkan konsep seperti alat-alat
peraga pendidikan matematika.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat peraga merupakan
bagian dari media pembelajaran. Dalam memahami konsep matematika yang
abstrak, anak memerlukan alat peraga seperti benda-benda yang nyata sebagai
perantara atau visualisasinya. Dalam pembelajaran matematika, penggunaan alat
peraga juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Erman Suherman yang mengungkapkan
bahwa dalam pembelajaran matematika kita sering menggunakan alat peraga,
dengan menggunakan alat peraga, maka:
a) Proses belajar mengajar termotivasi. Baik siswa maupun guru, dan terutama
siswa, minatnya akan timbul. Mereka akan merasa senang, tertarik untuk
belajar, dan karena itu akan bersikap positif terhadap proses pembelajaran
matematika.
b) Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk nyata dan karena itu
lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-
tingkat yang lebih rendah.
c) Alat peraga itu dapat berupa benda riil, gambarnya atau diagramnya.
Keuntungan alat peraga benda riil adalah benda-benda itu dapat dipindah-
pindahkan (dimanipulasikan), sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat
disajikan dalam buku (tulisan). Oleh karena itu untuk bentuk tulisannya kita
buat gambarnya datau diagramnya, tetapi kelemahannya tidak dapat
dimanipulasikan.
Ada beberapa hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuaut alat
peraga pembelajaran, yaitu: 1. Tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang cukup
kuat) 2. Bentuk dan warnya menarik 3. Sederhana dan mudah dikelola (tidak
rumit) 4. Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak 5. Dapat
menyajikan (dalam bentuk riil, gambar atau diagram) konsep matematika 6.
Dapat menunjukkan konsep matematika dengan jelas 7. Peragaan itu supaya
merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak 8. Bila kita juga
mengharapkan agar siswa belajar aktif (sendiri atau berkelompok) alat peraga
itu supaya dapat dimanipulasikan, yaitu dapat diraba, dipegang, dipindahkan,
dan diutak-atik, atau dipasangkan dan dilepas, dan lain-lain.
2) Fungsi Alat Peraga
Alat peraga pembelajaran matematika merupakan bagian dari media
pembelajaran. Levie & Lentz dalam Azhar Arsyad, mengemukakan terdapat
empat fungsi media pembelajaran menggunakan alat peraga, khususnya media
visual , yaitu a) Fungsi atensi, media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Seringkali pada
awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran yang tidak disenangi
sehingga mereka tidak memperhatikan. b) Fungsi afektif, media dapat terlihat
dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang
bergambar. Gambar atau lambang visual dapat mengubah emosi dan sikap
siswa, misalnya informasi menyangkut masalah sosial. c) Fungsi kognitif, media
dapat terlhat dari temuan-temuan penelitian yang menggunakan bahwa lambang
visual atau gambar memperlancar pencapaian informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar. d) Fungsi kompensatoris, media pembelajaran
terlihat dari hasil penelitian bahwa media yang memberikan konteks untuk
memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca atau
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.14 Jadi,
Alat peraga berfungsi untuk membantu siswa yang lambat dan lemah dalam
menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan menggunakan
teks atau disajikan secara verbal.
3) Tujuan Penggunaan Alat Peraga Pembelajaran
Menurut Erman Suherman istilah media pembelajaran dengan alat peraga sering
diartikan suatu hal yang sama. Baik media pembelajaran maupun alat peraga
pembelajaran digunakan untuk mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa
khususnya dalam mata pelajaran matematika. Oleh karena itu, tujuan dari
penggunaan alat peraga pembelajaran sama dengan tujuan media pembelajaran
yakni: a. Mempermudah proses pembelajaran di kelas; b. Meningkatan efisiensi
proses pembelajaran; c. Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan
belajar; d. Membantu konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran.15 Menurut
Asyhar bahwa penggunaan media dapat meningkatkan daya ingat peserta didik
karena media dapat meningkatkan perhatian dan motivasi peserta didik terhadap
materi pembelajaran.16
4) Manfaat Alat Peraga
1) Menimbulkan minat sasaran. 2) Mencapai sasaran yang lebih banyak. 3)
Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman. 4) Merangsang
sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain. 5) Memudahkan penyampaian
informasi. 6) Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran. 7) Disarankan
lebih menggunakan alat-alat visual karena mempermudah cara penyampaian dan
penerimaan informasi oleh masyarakat. 8) Mendorong keinginan untuk
mengetahui, mendalami, dan mendapat pengertian yang lebih baik. 9)
Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh, yaitu menegakkan
pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima lebih lama
tersimpan dalam ingatan17
5) Macam-macam alat peraga matematika
Macam-macam alat peraga pembelajaran matematika menurut Eman Suherman
dkk sebagai berikut: 1. Alat Peraga Kekekalan Luas Luas daerah persegi
panjang, luas daerah bujursangkar, luas daerah jajaran genjang, luas daerah
segitiga, luas daerah trapesium, luas daerah belah ketupat, luas daerah
layanglayang, luas daerah segienam beraturan, luas daerah lingkaran, dalil
phytagoras, luas permukaan kubus, luas permukaan balok, luas permukaan
limas, luas permukaan prisma, luas permukaan kerucut, luas permukaan tabung,
luas permukaan permukaan bola, luas uraian a(a+b), uraian (x+a)(x+b), uraian
(a+b)2, uraian a2-b2, jumlah ukuran sudut dalam segitiga, jumlah ukuran sudut
dalam segiempat, jumlah ukuran sudut dalam segi-n, tanggram mini, pentamino,
dan kartu nilai tempat. 2. Alat Peraga Kekekalan Panjang Tangga garis bilangan,
pita garis bilangan, neraca bilangan, mistar hitung, dan batang Cuisenaire 3. Alat
Peraga Kekekalan Volume Uraian (a+b)3, blok Dienes, volume kubus, volume
balok, volume prisma segitiga, volume tabung, volume limas segi empat
beraturan, volume kerucut, dan volume bola. 4. Alat Peraga Kekekalan Banyak
Abacus biji (Romawi, Rusia, Cina/Jepang), lidi, dan kartu nilai tempat. 5. Alat
Peraga untuk Percobaan Dalam Teori Kemungkinan Uang logam, dadu (bermata
dan berwarna), bidang empat (bermata dan berwarna), bidang delapan (bermata
dan berwarna), gangsingan (segitiga, bujursangkar, segilima, segienam, segin),
paku payung, kartu (domino, dan bridge), bola berwarna, dan distribusi Galton
(sesatan Hexagon) 6. Alat Peraga untuk pengukuran Dalam Matematika
Meteran, busur derajat, roda meteran, kapak tomahawk, jepit bola, sperometer,
jangka sorong (segmat), hypsometer, dan klinometer. 7. Bangun-bangun
Geometri Macam-macam daerah segitiga, macam-macam daerah segiempat,
pengubahan daerah segibanyak, daerah lingkaran, daerah ellips, pengubinan
daerah segitiga, pengubinan daerah segiempat, pengubinan daerah segibanyak,
pengubinan daerah lingkaran, pengubinan daerah ellips, pengubinan daerah
abjad latin, kerangka benda ruang, dan benda-benda ruang. 8. Alat Peraga untuk
Permainan Dalam Matematika Mesin fungsi, saringan Erathosthenes,
bujursangkar ajaib, manara Hanoi, mobiles, perkalian tulang Napier
(bermacammacam basis), nomograf, kartu domino, pita mobius, aritmetika jam,
blok logic, kode rahasia, menyusun kartu, kartu penebak angka, kartu penebak
bulan, kartu penebak “hari”, alat kalkulasi, pita gulung, dan perkalian dengan
jari (untuk fakta dasar 9, untuk perkalian dua bilangan antara 6 dan 10, dan
untuk perkalian bilangan puluhan dengan angka 9). 18 Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa alat peraga yang peneliti gunakan termasuk kedalam alat
peraga kekekalan luas, hal ini dikarenakan peneliti membahas materi mengenai
bangun datar. Dalam pembelajaran bangun datar diproyeksikan dengan
menggunakan alat peraga roda putar dimana didalamnya dibagi beberapa sektor
atau bagian yang didalamnya terdapat gambar bangun datar beserta rumus-
rumusnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan peneliti menggunakan konsep alat
peraga kekekalan luas menurut Erman Suherman. f. Alat Peraga Roda Putar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia roda artinya benda bundar, dan
berlingkar. Roda yaitu sebuah lingkaran yang dapat berputar. Sehingga roda
putar dapat didefinisikan sebagai obyek berbentuk bundar atau lingkaran yang
dapat menghasilkan suatu gerakan berkeliling atau berganti arah. Dengan
kalimat lain, roda putar adalah obyek berbentuk bundar atau lingkaran yang
dapat di putar. Alat Peraga pembelajaran roda putar adalah alat peraga
pembelajaran yang menggunakan permainan roda putar (Twister) yang mana
dalam alat peraga pembelajaran ini siswa di tuntut untuk aktif, membuat siswa
berpikir, berbicara, mendengarkan dan saling bekerja sama. Menurut Risnawati,
dalam bukunya strategi pembelajaran matematika permainan matematika adalah
sesuatu kegiatan yang menyenangkan (menggembirakan) yang dapat menunjang
tercapainya tujuan pembelajaran dalam matematika baik aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotor. Jadi permainan matematika merupakan alat yang efektif
untuk belajar.19
6) Hasil Belajar
Menurut wingkel (Purwanto, 2008: 45) hasil belajar adalah perubahan
yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah laku. Menurut
puwanto ( 2008: 45) hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa
sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained).
Hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku, hasil belajar akan
tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tertentu. Aspek-aspek tersebut
adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,
hubungan social, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Apa bila seseorang
telah melakukan kegiatan belajar maka akan terlihat perubahan pada salah satu
atau beberapa sapek di atas ( Oemar Hamalik, 2001: 30).
Menurut Astri Budiningsih (2006: 24) hasil belajar adalah semua efek
yang dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode
pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda.
B. LANDASAN TEORI
7) Macam-macam segitiga
Ditinjau dari sudut-sudutnya, segitiga dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a) Segitiga lancip

Segitiga lancip adalah segitiga yang besar tiap sudutnya merupakan


sudut lancip atau besar sudutnya antara 0° sampai dengan 90°.

b. Segitiga tumpul

Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu dari tiga sudutnya
merupakan sudut tumpul atau besar sudutnya antara 90° dan 180°.
c. Segitiga siku-siku

Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya siku–siku


atau besar sudutnya 90°.

1) Macam-macam Segitiga Ditinjau dari Panjang Sisi-sisinya

Ditinjau dari panjang sisi-sisinya, segitiga dibedakan menjadi tiga macam,


yaitu:

a) Segitiga Sembarang

Segitiga sembarang adalah segitiga yang ketiga sisinya berbeda


panjangnya dan ketiga sudutnya berbeda besarnya.
C. Segitiga sama sisi

Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang.

D. Segitiga sama kaki

Segitiga sama kaki adalah segitiga yang mempunyai dua sisi sama
panjang.
3. Macam-macam Segitiga Ditinjau dari besar sudut dan Panjang Sisinya

Ditinjau dari besar sudut dan panjang sisinya, segitiga terbagi menjadi tujuh
macam. Perhatikan table berikut ini :

Gambar segitiga:

a) Segitiga Lancip sama sisi

b) Segitiga Lancip sama kaki


c) Segitiga Tumpul sama kaki

b. Segitiga Siku-siku sama kaki

c. Segitiga Lancip sembarang

d. Segitiga Tumpul sembarang


e. Segitiga Siku-siku sembarang

4. Segitiga Istimewa

Segitiga istimewa merupakan segitiga yang memiliki sifat-sifat khusus


(istimewa), baik mengenai hubungan panjang sisi-sisinya maupun hubungan besar
sudut-sudutnya. Yang merupakan segitiga istimewa di antara macam-macam segitiga
adalah :

a. Segitiga siku-siku

b. Segitiga sama kaki


c. Segitiga sama sisi

C. KERANGKA BERFIKIR

D. HIPOTESIS TINDAKAN
Sebagai jawaban sementara atas hasil tindakan yang dilakukan dalam
penelitian ini maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan alat peraga model bangun datar segitiga diduga terjadi
peningkatan proses pembelajaran mengidentifikasi macam-macam sudut siswa
kelas IV SD Negeri Kaliharjo Kecamatan Kaligesing Semester I Tahun
2019/2020.
2. Dengan menggunakan alat peraga model bangun datar segitiga diduga terjadi
peningkatan hasil belajar belajar mengidentifikasi macam-macam sudut siswa
kelas IV SD Negeri Kaliharjo Kecamatan Kaligesing Semester I Tahun
2019/2020.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan “Penelitian Tindakan” yang dilaksanakan dalam
proses belajar mengajar, oleh sebab itu metode penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan bentuk pelaksanaan
kolaboratif antara pengamat dan peneliti sebagai pelaku tindakan.
1) Setting Penelitian
Peneltian tindakan kelas ini dilaksanakanan di SD Negeri Kaliharjo,
yang beralamat di desa Kaliharjo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.
Peneliti mengambil tempat penelitian di SD Negeri Kaliharjo karena peneliti
melaksanakan tugas sebagai guru kelas di sekolah tersebut.
2) Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah belum memuaskannya hasil belajar hitung
perkalian dan pembagian bilangan cacah pada siswa kelas IV SD Negeri
Kaliharjo tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 19 siswa terdiri dari 10
siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Peneliti mengambil subyek kelas IV
karena dari kelas I-VI, kelas IV merupakan kelas yang prestasi belajarnya belum
memuaskan.
3) Waktu Penelitian
Peneltitian tindakan kelas ini dilaksanakan peserta didik selama 6 (enam)
bulan, mulai bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2019 dengan tata waktu
sebagai berikut.
a. Penyusunan Proposal : Juli 2019
b. Penyusunan Perangkat Penelitian : Juli-Agustus 2019
c. Pelaksanaan Penelitian : September-Oktober 2019
d. Pelaporan : November-Desember 2019
Rencana tata waktu pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam tabel
sebagai berikut.
Tabel 3.1. Tata Waktu Pelaksaan Penelitian Tindakan Kelas
Bulan
No Uraian Kegiatan
7 8 9 10 11 12
1 Penyusunan Proposal V
2 Penyusunan Perangkat
V V
+Penelitian
3 Pelaksanaan Penelitian V
a. Pelaksanaan Siklus I V
b. Pelaksanaan Siklus II V
4 Pelaporan V V V

4) Langkah-langkah
Tahapan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus yaitu
siklus I dan siklus II. Pada masing-masing siklus, peserta didik dibagi dalam
beberapa kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 siswa pada
siklus I dan siklus II. Selanjutnya secara berkelompok peserta didik
mengerjakan tugas dan diakhiri dengan presentasi. Anggota kelompok pada
setiap siklus tidak sama.

B. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan model Komalasari dan Huda dengan
tahapan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta refleksi dan tindak
lanjut untuk setiap siklus. Penelitian tindakan kelas ini dirancang menjadi 2 utama
yaitu siklus I dan siklus II.

C. TEKNIKPENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
pengamatan, teknik evaluasi, teknik wawancara dan dokumentasi foto.
1) Teknik Pengamatan
Teknik pengamatan digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses
pembelajaran. Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung
baik siklus I maupun siklus II. Teknik ini dilakukan oleh observer diperkuat oleh
validator yaitu beberapa sumber data atau siswa.
2) Teknik Evaluasi
Teknik evaluasi digunakan untuk mengumpulkan data kuantitas yang
merupakan hasil dari pembelajaran. Evaluasi pada akhir siklus I dilakukan
terhadap proses pembelajaran pada siklus I, evaluasi pada siklus II dilakukan
pada akhir pembelajaran siklus II. Evaluator dilakukan oleh peneliti.
3) Teknik Wawancara
Teknik wawancara untuk mengumpulkan data tanggapan siswa tentang
proses pembelajaran. Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran selesai
setiap siklus. Wawancara dilakukan oleh peneliti.Selain dengan melisankan
tanggapan, siswa juga menuliskan tanggapannya.
4) Dokumentasi foto
Penggunaan teknik dokumentasi foto dalam penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan data berupa gambar yang diambil observer pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Foto diambil ketika siswa mengikuti
kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Gambar foto tersebut
digunakan untuk memperkuat hasil penelitian.
D. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data atau instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui dan memperoleh data tentang proses pembelajaran dan
peningkatan hasil belajar siswa.
Data proses pembelajaran menggunakan lembar pengamatan dan pedoman
wawancara untuk validator serta foto-foto kegiatan. Data peningkatan kompetensi
hasil belajar cukup dengan menggunakan lembar jawab hasil evaluasi pada akhir siklus.
Data perubahan perilaku menggunakan lembar pengamatan. Data tanggapan
menggunakan pedoman wawancara dan foto.
1. Lembar Pengamatan
Lembar pengamatan digunakan untuk mengumpulkan data variabel proses
pembelajaran. Lembar pengamatan digunakan oleh observer. Lembar pengamatan
ini juga digunakan untuk menjaring data validasi peserta didik sebagai
validator.Sebelum dibuat lembar observasi lebih dahulu dibuat kisi-kisinya agar
memiliki validitas isi. Kisi-kisi instrumen untuk pengamatan proses pembelajaran
disusun seperti tabel berikut.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Pengamatan Proses Pembelajaran
SKOR
NO PENGAMATAN
5 4 3 2 1
A PERSIAPAN
1 Guru sudah menyiapkan skenario
pembelajaran.
2 Menyiapkan alat dan media pembelajaran
PENDAHULUAN
3 Memeriksa kehadiran peserta didik
SKOR
NO PENGAMATAN
5 4 3 2 1
4 Menyampaikan kompetensi yang akan
dicapai dalam kegiatan pembelajaran
5 Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
6 Mengajukan pertanyaan informasi berkaitan
dengan kompetensi yang akan dicapai
7 Memberikan motivasi pembelajaran yang
menarik berkaitan dengan tujuan
pembelajaran
B POKOK
8 Membentuk kelompok belajar
9 Melibatkan peserta didik dalam menemukan
konsep kompetensi yang akan dicapai
10 Peserta didik melaksanakan aktivitas selama
proses pembelajaran
11 Peserta didik lebih dominan dalam
pembelajaran dibandingkan dengan Gurunya
12 Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam
kelompok belajar
13 Peserta didik aktif dalam proses
pembelajaran
14 Guru memantau kerja kelompok
15 Memberikan bantuan seperlunya kepada
peserta didik yang membutuhkan
16 Memebrika kesempatan kepada
kelompok/individu untuk mempresentasikan
hasil kerja
17 Memberikan penguatan
C PENUTUP
18 Melaksanakan Penilaian
19 Merefleksikan Pembelajaran
20 Menyampaikan Materi yang akan dibahas
pada pertemuan berikutnya
JUMLAH
%
Keterangan:
Diisi 5, jika Kegiatan Nampak sangat baik
Diisi 4, jika Kegiatan Nampak baik
Diisi 3, jika Kegiatan Nampak cukup baik
Diisi 2, jika Kegiatan Nampak kurang baik
Diisi 1 jika Kegiatan tidak Nampak (sangat kurang baik)
5) Lembar Evaluasi Proses Pembelajaran
Evaluasi proses pembelajaran menggunakan lembar soal ulangan akhir
siklus yang dikerjakan oleh peserta didik.
6) Dokumentasi Foto
Dokumentasi foto digunakan untuk memvalidasi data proses pembelajaran
dan data tanggapan peserta didik setelah pembelajaran. Foto yang diambil ketika
guru sedang melakukan kegiatan dalam tiap siklus.
E. Validasi Data
Untuk validasi data penelitian digunakan teknik trianggulasi dari segi sumber
data yaitu, hasil pengamatan, rubrik dan hasil wawancara. Hasil validasi data dengan
teknik trianggulasi sumber tersebut juga didukung dengan dokumentasi foto yang
diambil saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
F. Teknik Analisis Data
1. Data Proses Pembelajaran
Jumlah butir lembar pengamatan proses pembelajaran sebanyak 20 butir.
Setiap butir, mendapat kategori skor Diisi 5, jika Kegiatan Nampak sangat baik,
diisi 4, jika Kegiatan Nampak baik, diisi 3, jika Kegiatan Nampak cukup baik,
diisi 2, jika Kegiatan Nampak kurang baik, dan diisi 1 jika Kegiatan tidak
Nampak (sangat kurang baik).
Skor tertinggi 20 x 5 = 100 dan terendah 20 x 1 = 20. Dengan demikian
skor proses pembelajaran bergerak antara 20 sampai 100. Sehingga perolehan
skor 20 - 36 atau 20% - 36% katagori sangat kurang; skor 37 - 52 atau 37% - 52%
katagori kurang; skor 53 - 68 atau 53% - 68% katagori nampak cukup; skor 69 –
84 atau 69% - 85% kategori baik dan skor 86-100 atau 86% - 100% katagori
sangat baik.
Tabel 3.3. Rentang Skor Proses Pembelajaran
No
Skor Prosentase Kategori
.
1 20 - 36 20% - 36% Sangat kurang
2 37 - 52 37% - 52% Kurang
3 53 - 68 53% - 68% Cukup
4 69 - 84 69% - 84% Baik
5 85 - 100 85% - 100% Sangat Baik

2. Data Peningkatan Kompetensi Hasil belajar


Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
analisis persentase. Melalui teknik analisis persentase ini, diharapkan hasil dan
tindakan-tindakan yang direncpeserta didikan dapat terungkap.
G. Indikator Kinerja
1. Proses Pembelajaran
Keberhasilan kegiatan penelitian tindakan kelas ini, jika proses
pembelajaran mencapai lebih dari 85% dengan kategori sangat baik.
2. Hasil Belajar Peserta didik
Rata-rata hasil ulangan minimum 70,00 dengan ketuntasan belajar lebih
dari 85%.
H. PelaksanaanTindakan
a) Siklus I
a. Rencana Tindakan 1
Dalam penelitian ini dilaksanakan dalam enam kali tatap muka yang
masing-masing dua jam pelajaran. Siklus I dengan 3 (tiga) kali tatap muka.
Siswsa bekerja dibagi dua kelompok, per kelompok berjumlah 3-4 siswa.
Siklus II dilaksanakan peserta didikan dalam 3 (tiga) kali tatap muka. Siswa
bekerja Siswsa bekerja dibagi dua kelompok, per kelompok berjumlah 3-4
siswa.
Siswa sebagai pelaksana kegiatan dan mengumpulkan data pada
kelompoknya masih dituntut untuk berfikir/mengkomunikasikan cara
memperoleh data kepada teman sekelompoknya. Dengan demikian diharapkan
Siswa akan mampu mengkomunikasikan hasil kegiatan dan memiliki minat
dalam proses pembelajaran. Keadaan yang demikian dikarenakan Siswa lah
berinteraksi dengan sumber belajarnya. Dan dengan demikian pula terjadi
suatu kegiatan belajar mengajar yang berpola interaktif edukatif dua arah
antara peserta didik dengan guru dalam suatu kegiatan diskusi.
Dari diskusi tersebut diharapkan muncul sikap ilmiah dan mampu
melakspeserta didikan langkah-langkah ilmiah dari diri, selain pengetahuan atau
kognitifnya.
b. Pelaksanaan tindakan 1
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan tahapan seperti diatas dengan
tahapan pembelajaran sebagai berikut.
1) Pertemuan pertama
a) Pertama-tama guru menyampaikan/mempresentasikan materi atau
member tugas kepada siswa untuk mempelajari materi.

b) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, Masing-masing 3-4 siswa.

c) Bagikan alat peraga berupa segitiga.


d) Guru menjelaskan kepada siswa agar mereka mengamati berbagai
mnacam segitiga.

e) Guru juga memberikan soal.

f) Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing.

g) Apabila waktu sudah habis, guru menyampaikan kepada siswa bahwa


waktu yang ditentukan sudah habis. Bagi siswa yang sudah menemukan
jawaban diminta untuk mempresentasikan di depan kelas.

2) Pertemuan kedua
a) Pertama-tama guru menyampaikan/mempresentasikan materi atau
member tugas kepada siswa untuk mempelajari materi.

b) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, Masing-masing 3-4 siswa.

c) Bagikan alat peraga berupa segitiga.

d) Guru menjelaskan kepada siswa agar mereka mengamati berbagai


mnacam segitiga.

e) Guru juga memberikan soal.

f) Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing.

g) Apabila waktu sudah habis, guru menyampaikan kepada siswa bahwa


waktu yang ditentukan sudah habis. Bagi siswa yang sudah menemukan
jawaban diminta untuk mempresentasikan di depan kelas.
3) Pertemuan ketiga
Ulangan Harian untuk siklus I.
a) Observasi 1
Pelaksanaan observasi dilakukan dengan suatu kegiatan
kolaborasi antara pelaksanaan tindakan dengan kolaborator. Kolaborator
pada pelaksanaan ini 1 observer, yang melakukan pengamatan
keterampilan diskusi antar siswa dan pengamatan keterampilan guru
dalam pengelolaan kelas dengan pembelajaran mengidentifikasi macam-
macam sudut dengan alat peraga model bangun datar segitiga.
b) Refleksi 1
Pada tahap ini diadakan suatu penemuan keberhasilan kegiatan.
Indikator keberhasilan pada langkah ini adalah jika semua indikator
keberhasilan telah terlampaui secara keseluruhan. Apabila ada sebagian
indikator kinerja belum terlampaui, maka dilanjutkan pada kegiatan siklus II.
2. Siklus II

a. Rencana tindakan 2
Tindakan pada siklus II ini direncpeserta didikan dalam 3 (tiga) kali
tatap muka. Rencana tindakan pada siklus II ini didasarkan pada hasil refleksi
1. Adapun tahapan pembelajarannya sama dengan siklus I, hanya saja terjadi
peningkatan kegiatan pada akhir tahapan yaitu generalisasinya diharapkan
dilakukan olehdua siswa Dalam siklus II ini peserta didik masih bekerja dalam
kelompok dengan jumlah 3-4 siswa.
b. Pelaksanaan tindakan 2
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan tahapan seperti diatas dengan
tahapan pembelajaran sebagai berikut.
f. Pertemuan pertama.
a) Pertama-tama guru menyampaikan/mempresentasikan materi atau
member tugas kepada siswa untuk mempelajari materi.

b) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, Masing-masing 3-4 siswa.

c) Bagikan alat peraga berupa segitiga.

d) Guru menjelaskan kepada siswa agar mereka mengamati berbagai


mnacam segitiga.

e) Guru juga memberikan soal.

f) Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing.

g) Apabila waktu sudah habis, guru menyampaikan kepada siswa bahwa


waktu yang ditentukan sudah habis. Bagi siswa yang sudah menemukan
jawaban diminta untuk mempresentasikan di depan kelas.

2. Pertemuan kedua
a) Pertama-tama guru menyampaikan/mempresentasikan materi atau member
tugas kepada siswa untuk mempelajari materi.
b) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, Masing-masing 3-4 siswa.
c) Bagikan alat peraga berupa segitiga.
d) Guru menjelaskan kepada siswa agar mereka mengamati berbagai
mnacam segitiga.
e) Guru juga memberikan soal.
f) Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing.
g) Apabila waktu sudah habis, guru menyampaikan kepada siswa bahwa
waktu yang ditentukan sudah habis. Bagi siswa yang sudah menemukan
jawaban diminta untuk mempresentasikan di depan kelas.
3. Pertemuan ketiga
Ulangan Harian untuk siklus II.
a. Observasi 2
Kolaborasi pada observasi siklus II ini sama dengan kolaborasi
pada siklus I. Hal ini diharapkan agar didapat data hasil pengamatan
keterampilan diskusi peserta didik maupun guru yang valid. Data yang
valid ini dikarenakan adanya pengamatan oleh dua peserta didik yang
berbeda dalam satu kali tindakan.
b. Refleksi 2
Pada tahap ini diadakan suatu penemuan keberhasilan kegiatan.
Indikator keberhasilan kegiatan dari hasil observasi siklus II adalah
seluruh indikator kinerja yang ditetapkan telah terlampaui sehingga
penelitian dihentikan sampai siklus II.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Sebelum Penelitian


Observasi tentang aktivitas peserta didik kelas IVSD Negeri Kaliharjo tahun
pelajaran 2019/2020 terhadap proses pembelajaran matematika belum sesuai dengan
harapan. Hal ini dapat dilihat pada sikap penerimaan peserta didik terhadap materi
yang diajarkan dimana beberapa peserta didik belum berkonsentrasi ketika guru
sedang menjelaskan materi pelajaran, akibatnya hasil belajar peserta didik kurang
memuaskan.
Berikut hasil ulangan harian kompetensi dasar 2.1, 2.2 dan 2.3 yang disajikan
dalam tabel.
Tabel 4.1 Hasil Ulangan Harian Sebelumpenelitian
UH KD
URAIAN UH KD 2.2 UH KD 2.3
2.1
RATA-RATA 45,00 42,40 43,30
N TERTINGGI 70 65 68
N TERENDAH 35,3 27,8 33,5
TUNTAS BELAJAR 6 4 4
31,58% 21,05% 21,05%
BELUM TUNTAS
13 15 15
BELAJAR
68,42% 78,95% 78,95%

Hasil ulangan harian pada Kompetensi 2.1 dengan perolehan rata-rata 45,00;
nilai tertinggi 70; nilai terendah 35,3; banyaknya peserta didik yang memperoleh nilai
diatas KKM sebanyak 6 peserta didik (31,58%) serta banyaknya peserta didik yang
memperoleh nilai dibawah KKM sebanyak 13 peserta didik (68,42%). Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran matematika kelas IV SD N Kaliharjo
adalah 60.
Kompetensi dasar 2.2, dengan perolehan rata-rata 42,40; nilai tertinggi 65;
nilai terendah 27,8; banyaknya peserta didik yang memperoleh nilai diatas KKM
sebanyak 4 peserta didik (21,05%) serta banyaknya peserta didik yang memperoleh
nilai dibawah KKM sebanyak 15 peserta didik (78,95%).
Kompetensi dasar 2.3 dengan perolehan rata-rata 43,30; nilai tertinggi 68; nilai
terendah 33,5; banyaknya peserta didik yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak
4 peserta didik (21,05%) serta banyaknya peserta didik yang memperoleh nilai
dibawah KKM sebanyak 15 peserta didik (78,95%).
Berdasarkan nilai hasil ulangan harian kompetensi dasar 2.1, 2.2 dan 2.3,
terdapat kecenderungan penurunan baik rata-rata maupun persentase ketuntasan
belajar klasikal. Dimungkinkan nilai ulangan harian pada kompetensi dasar berikutnya
juga kurang memuaskan.
Sebelum melakukan penelitian, peserta didik mengerjakan soal kondisi awal
untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik. Tes Kondisi awal dilaksanakan
pada hari Sabtu tanggal 7 September 2019. Bentuk soal kondisi awal berbentuk
pilihan isian sejumlah 15 (dua puluh) pertanyaan.
Hasil tes kondisi awal selanjutnya digfunakan sebagai nilai kondisi awal.
Adapun hasil dari tes kondisi awal ini disajikan dalam tabel nilai sebagai berikut.
Tabel 4.2 Nilai Hasil Tes Kondisi Awal

URAIAN NILAI KET


JUMLAH 966,67  
RATA-RATA 50,88  
N TERTINGGI 66,67  
N TERENDAH 26,67  
KKM 60
BELUM TUNTAS
13 68,42%
BELAJAR
TUNTAS BELAJAR 6 31,58%

Dari tabel diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.


1. Rata-rata hasil evaluasi = 50,88
2. Banyaknya peserta didik yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan
KKM sebanyak 6 peserta didik.
3. Ketuntasan belajar 31,58%
4. KKM = 60
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian Siklus 1
a. Perencanaan
Perencanaan pembelajaran yang telah dibuat dan dilaksanakan pada
siklus I terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut.
1) Alokasi waktu yang disediakan untuk setiap indikator.
2) Indikator yang direncanakan untuk setiap pertemuan.
3) Alokasi waktu untuk tes akhir siklus.
4) Remidial dan Pengayaan
b. Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali tatap muka.
Pertemuan ke-1 siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 September
2019. Mula-mula guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi
peserta didik dengan mengkaitkan materi dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian guru menjelaskan materi secara singkat dan mengkaitkan dengan
materi sebelumnya. Guru membagi peserta didik dalam kelompok yang
heterogen tanpa membedakan kecerdasan, suku/bangsa, maupun agama. Jadi,
dalam setiap kelompok ada peserta didik yang pandai, sedang atau lemah, dan
masing-masing peserta didik merasa cocok satu sama lain. Setiap kelompok
terdiri atas 3-4 peserta didik. Peserta didik diberi berbagai macam segituga
sebgai alat peraga.
Guru menuliskan contoh soal di papan tulis kemudian siswa diminta
berdiskusi sesuai kelompok masing-masing untuk mengerjakan soal, setelah
diperoleh hasil siswa diminta untuk berdiskusi dengan kelompok masing-
masing.
Guru akan menunjuk satu kelompok secara bergantian untuk menjawab
pertanyaan di papan tulis. Satu kelompok berkesempatan menjawab satu soal.
Setelah pembelajaran berakhir peserta didik membuat mengerjakan PR secara
kelompok.
Pertemuan ke-2 siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 10
September 2019. Mula-mula guru menanyakan kepada peserta didik tentang
soal pekerjaan rumah yang dirasa sulit oleh peserta didik. Selanjutnya guru
mengubah kelompok dan membentuk kembali kelompok yang berbeda dengan
kelompok yang terdahulu. Setiap kelompok terdiri atas 3-4 peserta didik.
Setelah pembelajaran berakhir peserta didik diarahkan untuk membuat
penugasan PR.
Berikut Foto-foto kegiatan proses pembelajaran pada siklus I
Gambar 4.1. Proses Pembelajaran Pada Siklus I
Hasil pengamatan oleh 1 (satu) Observer diperoleh hasil sebagai
berikut.:
Tabel 4.3. Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus 1
Uraian Penilaian
No.
Observer
1 Pertemuan Ke-1 88
2 Pertemuan Ke-2 89
Rata-rata 88,5

Pertemuan ke-3 siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 14


September 2019 dengan kegiatan ulangan harian untuk memperoleh data
berupa nilai pada kegiatan siklus I. Evaluasi dilaksanakan pada akhir proses
pembelajaran Siklus I dimana peserta didik diberikan soal sebagai soal
evaluasi atau ulangan. Dari hasil evaluasi pembelajaran diperoleh tabel nilai
sebagai berikut.
Tabel 4.4. Nilai Hasil Evaluasi Siklus 1

URAIAN NILAI KET.

JUMLAH 1253,33  
RATA-RATA 65,96  
N TERTINGGI 93,33  
N TERENDAH 46,67  
TUNTAS BELAJAR 14 73,68%
 BELUM TUNTAS BELAJAR 5 26,32%

Dari tabel diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.


1) Rata-rata hasil evaluasi = 65,96
2) Banyaknya peserta didik yang mendapatkan nilai lebih dari
atau sama dengan KKM (60,00) sebanyak 14 peserta didik.
3) Ketuntasan belajar 73,68 %
Perilaku peserta didik terhadap proses pembelajaran dalam kategori
baik seperti nampak pada tabel perilaku berikut ini.
Tabel 4.5. Perubahan Perilaku Peserta Dididk pada Proses Pembelajaran Siklus
1
Uraian
No. Penilaian Observer
1 Pertemuan Ke-1 87
2 Pertemuan Ke-2 89
Rata-rata 88

Hasil wawancara guru terhadap peserta didik setelah proses


pembelajaran, sebagian besar peserta didik merasa senang dengan
pembelajaran mengidentifikasi macam-macam sudut dengan alat peraga model
bangun datar segitiga. Karena pada saat pembelajaran peserta didik dapat
berdiskusi dalam kelompoknya untuk menentukan penyelesaian soal dengan
kemudahan-kemudahan dalam melakukan operasi hitung penambahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian. Peserta didik memberikan tanggapan
positif terhadap proses pembelajaran matematika operasi hitung bilangan
cacah.
c. Observasi
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Observer melakukan pengamatan terhadap motivasi dan aktivitas peserta didik.
Adapun motivasi peserta didik dilihat dari respon peserta didikterhadap proses
pembelajaran, meliputi sikap penerimaan peserta didik terhadap materi
pelajaran, dan metode pembelajaran. Sedangkan aktivitas peserta didik dilihat
dari: (1) kerja sama dengan teman dalam kelompoknya, (2) keberanian
bertanya dan mengemukakan pendapat, (3) keberanian dalam melakukan
presentasi untuk menyampaikan hasil kerja kelompok, serta (4) ketuntasan
peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Selain
mengamati proses pembelajaran, guru juga menganalisis data yang diperoleh
yang berupa hasil observasi motivasi dan aktivitas peserta didik serta tes hasil
belajar peserta didik.
Hasil pengamatan observer pada pertemuan pertama, sebagian besar
peserta didik belum dapat bekerja kelompok. Peserta didik masih bekerja
secara individu walaupun mereka dalam kelompok kerja. Hal ini
dimungkinkan mereka masih mempertahankan egonya masing-masing. Setelah
guru mengarahkan kepada peserta didik untuk tidak bekerja secara individu,
barulah mereka mau bekerja secara berkelompok. Pada pertemuan
keduapeserta didik sudah benar-benar dapat bekerja secara kelompok, namun
terkendala pada pemahaman materi yang diajarkan. Beberapa peserta didik
masih kebingungan untuk menyelesaikan soal tentang operasi hitung bilangan
cacah. Sebagian waktu terbuang untuk mencari penyelesaiannya. Kritikan yang
disampaikan oleh observer adalah guru kurang memperhatikan alokasi waktu
untuk peserta didik dalam melakukan kerja kelompok, sehingga pada saat
penyelesaian latihan soal waktu dialokasikan sangat sedikit.
Hasil pengamatan observer terhadap kinerja guru diperoleh hasil 88,5%
atau proses pembelajaran berlangsung dengan kategori sangat baik. Sedangkan
hasil pengamatan terhadap aktivitas peserta didik diperoleh hasil 88%.
Sehingga terjadi perubahan perilaku peserta didik untuk kategori sangat baik.
d. Refleksi
Refleksi dilaksanakan setelah pembelajaran usai. Karena baik observer
maupun peneliti masih memiliki tugas mengajar sampai jam ke-6, maka
kegiatan refleksi ini dilaksanakan setelah pembelajaran jam ke-7 dan ke-8.
Pada saat refleksi disampaikan temuan-temuan observer selama proses
pembelajaran berlangsung, agar diperbaiki dan disempurnakan sehingga
pertemuan berikutnya tidak terulang.
Dari hasil pengamatan observer untuk perbaikan pembelajaran
pertemuan berikutnya adalah (1) peserta didik belum dapat bekerja secara
berkelompok, mereka masih bekerja secara individu walaupun mereka bekerja
dalam satu kelompok kerja, (2) alokasi waktu yang kurang proporsional, dan
(3) bimbingan guru kepada tiap kelompok masih dirasa kurang.
Berdasarkan hasil tes dan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa pada
siklus I pembelajaran mengidentifikasi macam-macam sudut dengan alat
peraga model bangun datar segitiga terlaksana sesuai dengan skenario
pembelajaran. Peserta didik bekerja pada kelompok. Terjadi interaksi antara
peserta didik dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan guru.
Hasil tes terlihat bahwa rata-rata siklus I adalah 70,95, hal ini telah
melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu 65. Peserta didik yang memperoleh
nilai diatas KKM sebanyak 10 peserta didik atau 71,43%. Banyaknya peserta
didik yang memperoleh nilai dibawah KKM sebanyak 4 peserta didik atau
28,57%, sehingga perlu dilanjutkan dengan siklus II agar rata-rata nilai lebih
meningkat serta semua peserta didik memperoleh nilai diatas KKM.
Ada perubahan perilaku positif pada peserta didik. Peserta didik dapat
melaksanakan pembelajaran kooperatif. Dari hasil pengamatan observer
terhadap aktivitas peserta didik diatas, menunjukkan aktivitas peserta didik
mencapai meningkat.
2. Hasil Penelitian Siklus 2
a. Perencanaan
Dari analisis hasil evaluasai dari siklus I diatas dapat dilakukan
perencanaan pelaksanaan siklus II. Perencanaan pembelajaran yang telah
dibuat dan dilaksanakan pada siklus II terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain sebagai berikut.
1) Alokasi waktu yang disediakan perlu ditambah untuk setiap kegiatan.
2) Perlu penambahan latihan soal-soal untuk meningkatkan keterampilan
peserta didik dalam operasi hitung bilangan cacah.
b. Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalan 3 (tiga) kali tatap muka.
Pertemuan ke-1 siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 September
2019. Mula-mula guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi
peserta didik dengan mengkaitkan materi dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian guru menjelaskan materi secara singkat dan mengkaitkan dengan
materi sebelumnya. Guru membagi peserta didik dalam kelompok yang
heterogen tanpa membedakan kecerdasan, suku/bangsa, maupun agama. Jadi,
dalam setiap kelompok ada peserta didik yang pandai, sedang atau lemah, dan
masing-masing peserta didik merasa cocok satu sama lain. Setiap kelompok
terdiri atas 2-3 peserta didik. Peserta didik diberi dua macam kartu, satu
macam kartu berwarna merah muda yang tertulis soal dan satu macam kartu
berwarna putih yang sudah tertulis jawaban.
Guru meminta masing-masing kelompok untuk memilih 5 kartu soal
secara acak kemudan mengarjakan bersama kelompoknya masing-masingnya
dan mencacat hasilnya di buku tulis. Kelompok pertama menunjukkan kartu
soal pada kelompok yang lain. Masing-masing perwakilan kelompok mencatat
soal tersebut di papan tulis. Sementara itu kelompok lain berlomba-lomba soal
tersebut.
Cara menjawab soal adalah perwakilan dari anggota kelompok
mengangkat tangan dan menunjukkan kartu hasil kepada teman-teman lainnya.
Namun jika jawaban salah maka kesempatan menjawab akan diberikan kepada
kelompok lain. Setelah pembelajaran berakhir peserta didik membuat
mengerjakan PR secara kelompok.
Pertemuan ke-2 siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17
September 2019. Mula-mula guru mengingatkan kembali tentang operasi
hitung bilangan cacah. Guru menanyakan kepada peserta didik tentang soal
pekerjaan rumah yang dirasa sulit oleh peserta didik. Selanjutnya guru
membagi peserta didik dalam kelompok yang berbeda dengan kelompok yang
terdahulu. Setiap kelompok terdiri atas 3-4 peserta didik. Setelah pembelajaran
berakhir peserta didik diarahkan untuk membuat penugasan PR.
Berikut Foto-foto kegiatan proses pembelajaran pada siklus II
Gambar 4.2. Proses Pembelajaran Pada Siklus II
Berikut tabel hasil penngamatan oleh Observer terhadap proses
pembelajaran pada Siklus II.
Tabel 4.6. Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus II
Uraian
No. Penilaian Observer
1 Pertemuan Ke-1 91
2 Pertemuan Ke-2 92
Rata-rata 91,5

Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 21 September 2019


dengan kegiatan ulangan harian untuk memperoleh data berupa nilai pada
kegiatan siklus II. Evaluasi dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran Siklus II
dimana peserta didik diberikan soal sebagai soal evaluasi atau ulangan.
Dari hasil evaluasi pembelajaran diperoleh tabel nilai sebagai berikut.
Tabel 4.7. Nilai Hasil Evaluasi Siklus II

URAIAN NILAI KET.

JUMLAH 1440,00
RATA-RATA 75,79
N TERTINGGI 100,00
N TERENDAH 60,00  
TUNTAS BELAJAR 14 100%
 BELUM TUNTAS BELAJAR 0 0%

Dari tabel diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.


1) Rata-rata hasil evaluasi = 78,57
2) Banyaknya peserta didik yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama
dengan KKM (65,00) sebanyak 14 peserta didik.
3) Ketuntasan belajar 100 %
Perilaku peserta didik terhadap proses pembelajaran dalam kategori
baik seperti nampak pada tabel perilaku berikut ini.
Tabel 4.8. Perubahan Perilaku Peserta Didik pada Proses Pembelajaran Siklus
II
Uraian
No. Penilaian Observer
1 Pertemuan Ke-1 89
2 Pertemuan Ke-2 93
Rata-rata 91

Hasil wawancara guru terhadap peserta didik setelah proses


pembelajaran, sebagian besar peserta didik merasa senang dengan
pembelajaran metode mengidentifikasi macam-macam sudut dengan alat
peraga model bangun datar segitiga. Karena pada saat pembelajaran peserta
didik dapat berdiskusi dalam kelompoknya untuk menentukan penyelesaian
soal dengan kemudahan-kemudahan dalam mengalikan bilangan. Peserta didik
memberikan tanggapan positif terhadap proses pembelajaran matematika
dengan menggunakan perkalian angka sebelas pada materi operasi hitung
bilangan cacah.
c. Observasi
Seperti pada siklus I, observasi pada siklus II juga dilakukan pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Observer melakukan pengamatan terhadap
motivasi dan aktivitas peserta didik. Adapun motivasi peserta didik dilihat dari
respon peserta didik terhadap proses pembelajaran, meliputi sikap penerimaan
peserta didik terhadap materi pelajaran, dan metode pembelajaran. Sedangkan
aktivitas peserta didik dilihat dari: (1) kerja sama dengan teman dalam
kelompoknya, (2) keberanian bertanya dan mengemukakan pendapat, (3)
keberanian dalam melakukan presentasi untuk menyampaikan hasil kerja
kelompok, serta (4) ketuntasan peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan guru. Selain mengamati proses pembelajaran, guru juga
menganalisis data yang diperoleh yang berupa hasil observasi motivasi dan
aktivitas peserta didik serta tes hasil belajar peserta didik.
Hasil pengamatan observer terhadap proses pembelajaran diperoleh
hasil 89 % atau proses pembelajaran berlangsung dengan kategori sangat baik.
Sedangkan hasil pengamatan terhadap perilaku peserta didik diperoleh hasil
93%. Sehingga terjadi perubahan perilaku peserta didik dengan kategori sangat
baik.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil tes dan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran pada siklus II ini cukup memuaskan. Hasil tes terlihat bahwa
rata-rata siklus II adalah 78,57, hal ini sudah meningkat dibandingkan dengan
siklus I. Peserta didik yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 14 peserta
didik atau 100% dan banyaknya peserta didik yang memperoleh nilai dibawah
KKM sebanyak 0 peserta didik atau 0%. Karena semua indikator kinerja sudah
terlampaui, maka penelitian dihentikan sampai pada siklus II.
Dari hasil pengamatan observer terhadap proses belajar mengajar siklus
II diperoleh hasil 91,50% hal ini sudah melampaui indikator kinerja yaitu 85%
sedangkan pengamatan terhadap aktivitas peserta didik menunjukkan perilaku
peserta didik mencapai 91% hal ini sudah melampaui indikator kinerja yaitu
85%.
C. Pembahasan
Untuk melakukan pembahasan, terlebih dahulu kita cermati hasil pengamatan
proses pembelajaran pada kondisi siklus I dan siklus II yang tertuang seperti pada tabel
sebagai berikut.
Tabel 4.9. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
URAIAN SIKLUS I SIKLUS II
Penilaian Observer 88,5 91,5
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan terdapat kenaikan nilai observer terhadap
proses pembelajaran dari siklus I terhadap siklus II dari 88,5 menjadi 91,5 dan nilai
rata-rata ulangan harian dari siklus I terhadap siklus II terdapat kenaikan dari 70,95
menjadi 78,57.
Hasil pengamatan proses pembelajaran jika disajikan dalam bentuk grafik
sebagai berikut.

Proses Pembelajaran
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
Observer Rata-rata

Siklus 1 Siklus 2

Gambar 4.3. Diagam Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran, Siklus I dan Siklus II
Untuk hasil ulangan proses pembelajaran pada kondisi awal, siklus I dan siklus
II yang tertuang seperti pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.10. Hasil Evaluasi pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
NILAI NILAI NILAI
URAIAN
AWAL S1 S2
JUMLAH 813,33 993,33 1100,00
RATA-RATA 58,10 70,95 78,57
N TERTINGGI 80,00 93,33 100,00
N TERENDAH 40,00 53,33 66,67
TUNTAS BELAJAR 5 10 14
% 35,71 71,43 100
BELUM TUNTAS
9 4 0
BELAJAR
% 64,29 28,57 0
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Terdapat kenaikan rata-rata baik dari kondisi awal terhadap siklus I, siklus I
terhadap siklus II, maupun kondisi awal terhadap siklus II.
Dari kondisi awal terhadap siklus I terdapat kenaikan rata-rata dari 58,10
menjadi 70,95 dan dari siklus I terhadap siklus II terdapat kenaikan dari 70,95
menjadi 78,57 sehingga kenaikan rata-rata dari kondisi awal terhadap siklus II
terdapat kenaikan dari 64,53 menjadi 74,76 atau terjadi kenaikan rata -rata
sebesar 10,23.
2. Terdapat kenaikan prosentase tuntas belajar baik dari kondisi awal terhadap
siklus I, siklus I terhadap siklus II maupun kondisi awal terhadap siklus II. Dari
kondisi awal terhadap siklus I terdapat kenaikan prosentase tuntas belajar dari
35,71% menjadi 71,43% dan dari siklus I terhadap siklus II terdapat kenaikan
prosentase tuntas belajar dari 71,43% menjadi 100%, sehingga kenaikan
prosentase tuntas belajar dari kondisi awal terhadap siklus II terdapat kenaikan
dari 35,71% menjadi 100%. Sehingga terjadi kenaikan prosentase ketuntasan
belajar sebesar 64,29%.
Hasil ulangan jika disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut.

Hasil Ulangan
120.00

100.00

80.00

60.00

40.00

20.00

0.00
Rata-rata Tertinggi Terendah

Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

Gambar 4.4. Diagam Hasil Ulangan Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Sikap peserta didik selama berlangsung proses pembelajaran dapat diperoleh dari
pengamatan oleh guru, observer maupun hasil wawancara dengan peserta didik. Menurut
pengamatan penulis, selama proses belajar berlangsung peserta didik sangat antusias
dalam mengikuti pelajaran, peserta didik menemukan cara sendiri dalam menyelesaikan
persoalan dengan media kartu soal.Peserta didik merasa lebih percaya diri dan sangat
mendiri dalam menyelesaikan soal.
Setelah melakukan pembelajaran mengidentifikasi macam-macam sudut dengan
alat peraga model bangun datar segitiga untuk meningkatkan hasil belajar kemampuan
hitung perkalian dan pembagian bilangan cacah pada peserta didik kelas IVSD N
Kaliharjo semester I tahun pelajaran 2019/2020 dapat disimpulkan hasil penelitian
tindakan kelas ini sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran mengidentifikasi macam-macam sudut dengan alat peraga
model bangun datar segitiga untuk meningkatkan hasil belajar kemampuan hitung
perkalian dan pembagian bilangan cacah berjalan dengan baik. Proses
pembelajaran sampai siklus II mencapai 91,50% dengan indikator keberhasilan
sebesar 85%.
2. Rata-rata hasil ulangan 78,57 dengan ketuntasan belajar 100,00%. Hal ini
melebihi target sesuai dengan indikator kinerja yaitu KKM hasil ulangan
minimum 65,00 dengan ketuntasan belajar lebih dari 85%.
3. Ada perubahan sikap peserta didik pada saat pembelajaran. Peserta didik antusias
dalam melaksanakan kegiatan kelompok. Hasil observasi terhadap perubahan
perilaku peserta didik, diperoleh hasil 88% pada siklus I; 91% pada siklus II.
4. Seluruh peserta didik mau memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran
mengidentifikasi macam-macam sudut dengan alat peraga model bangun datar
segitiga. Peserta didik termotivasi untuk mengerjakan semua soal yang diterima.

Anda mungkin juga menyukai