Anda di halaman 1dari 11

STUDI KASUS

PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARAN

Oleh :
Kelompok 1
1.

PENDIDIKAN PROFESI GURU GEL 1 2023


URUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang telah
memberikan karunia dan lindungan-Nya disertai keteguhan dan kesabaran hati,begitu besar
rasa syukur yang dirasakan, karena berkat Ridho-Nyalah sehingga akhirnya laporan studi
kasus ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pemahaman tentang peserta didik.
Laporan ini berisi hasil studi kasus yang dilakukan selama beberapa waktu di salah
satu SD yang ada Batu Dalam penulisan ini, penyusun menyadari bahwa tanpa adanya
bantuan dari semua pihak tidak mungkin dapat diselesaikan. Oleh karena itu, ucapan terima
kasih yang tak terhingga penyusun sampaikan terutama kepada Segenap pihak dari sekolah
yang telah banyak membantu kelancaran studi kasus ini, juga kepada Dosen pembimbing
dalam mata kuliah Studi Kasus atas bimbingannya, beserta rekan-rekan sejawat yang telah
banyak berpartisipasi.
Dengan rasa rendah hati, Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi penyajian, penulisan, dan penggunaan tata bahasa. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikkan dimasa
yang akan datang. Walaupun demikian penyusun mengharapkan laporan studi kasus ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 23 September 2023

Penyusun
A. Latar Belakang
Setiap siswa yang ada tentunya mempunyai masalah dan akan sangat beragam.
Permasalahan yang ada dalam lingkungan siswa dapat bersifat pribadi, sosial, belajar, atau
karier. Oleh karena keterbatasan kematangan siswa dalam mengenali dan memahami
hambatan maka sebagai konselor yang berkompeten, sudah turut ambil andil di dalamnya
dalam penanganannya.
Studi kasus adalah suatu cara memperoleh data selengkap-lengkapnya tentang individu.
Data tersebut diolah dan dianalisis, kemudian hasilnya akan dapat digunakan untuk menduga
permasalahan dari individu, sehingga dapat di berikan layanan bimbingan dan/konseling
setepat mungkin.

B. Tujuan
Tujuan yang yang ingin dicapai dari kegiatan studi kasus ini adalah:
1. Untuk memperoleh gambaran tentang kasus yang terjadi pada salah satu peserta didik
sekolah dasar di Batu
2. Untuk memenuhi tugas mata pemahaman tentang peserta didik.

C. Metode Pengumpulan Data


Dalam kegiatan studi kasus ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
metode pengumpulan data yakni melalui wawancara dan observasi dengan penjelasan sebagai
berikut:
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode untuk mendapatkan data tentang anak atau
individu lain dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan (face to
face relation). Wawancara dilakukan kepada guru kelas
2. Observasi
Observasi dilakukan selama 2 bulan untuk mendapatkan data atau informasi dari suatu
objek yang diamati.

D. Identifikasi
Identifikasi kasus
Identifikasi kasus adalah menyangkut siapa individu atau sejumlah individu yang dapat
ditandai atau diduga bermasalah atau memerlukan layanan bantuan. Berikut adalah siswa
yang dijadikan siswa kasus / konseli.

a. Data berdasarkan biodata siswa


Keterangan Pribadi
1. Nama Lengkap : KS (Inisial)
2. Kelas :4
3. Sekolah :X
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Hoby : Tidur
7. Bahasa sehari – hari : Bahasa jawa
Keterangan Tempat Tinggal
1. Tinggal Dengan : Ayah dan kakak
2. Ke sekolah Dengan : Diantar dengan Ayah
3. Jarak Rumah Dengan Sekolah: 1 km.
Fasilitas Belajar dan Pendukung
1. Kelengkapan belajar
Buku paket : Lengkap / Tidak lengkap
Buku catatan : Lengkap / Tidak lengkap
Ruang belajar : Punya / Tidak punya
2. Bimbingan
Dari ayah : Selalu / Jarang / Tidak pernah
Dari ibu : Selalu / Jarang / Tidak pernah
Dari saudara : Selalu / Jarang / Tidak pernah
3. Waktu belajar
Waktu belajar siswa : Teratur / Tidak teratur
Keterangan Lainnya
1) Penampilan
Ekspresi Wajah : Datar dan selalu mengantuk
Kerapian : Tidak rapi
Suara : Normal
2) Tipe Pergaulan : Individual (dijauhi teman-temnnya karena jarang
mandi, pakaian kusut dan kotor)
3) Kegiatan di luar sekolah : Membantu orang tua mencari nafkah malam hari
sebagai penjual gantungan kunci di alun-alun Batu.

4) Keadaan penghidupan:
 Kekurangan buku karena tak mampu membeli
 Orang tua bercerai
 Tinggal dengan Ayah yang penghasilannya pas-pasan
b. Data berdasarkan wawancara
Dari hasil wawancara dengan peserta didik didapatkan informasi tentang gambaran
studi dan kehidupan keluarganya. Dari aspek studinya di ketahui bahwa ia memiliki
waktu belajar yang tidak teratur, sulit konsentrasi saat belajar, dan tidak begitu
percaya diri. Dari kehidupan keluarganya berasal dari keluarga yang kurang mampu
dan orang tuanya bercerai sehingga menurutnya ia senantiasa merasa ada kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan sekolahnya, dan juga ia jarang berkomunikasi dengan
teman-temannya Adapun berdasarkan wawancara dengan guru kelas peserta didik
cenderung malas. Suatu kejadian peserta didik tersebut mengajak adek kelasnya
sesama jenis untuk masuk ke kamar mandi dan melakukan hal yang tidak
seharunsya.
Identifikasi masalah
Dari berbagai informasi yang telah diperoleh melalui pengumpulan data, maka
gambaran umum permasalahan yang diperoleh menyangkut pada bidang pendidikan
(educational problems). Adapun karakteristiknya di jabarkan sebagai berikut:
 Ketidakpercayaan diri dalam menyusun cita-cita.
 Malas/ membolos.
 Kesulitan dalam belajar karena kurangnya fasilitas pelengkap belajar, dan waktu
belajar yang kurang teratur.
 Keseringan tidur pagi karena harus membantu orang tuanya berjualan
 Kehidupan keluarga yang kurang komunikasi dengan ekonomi rendah.
 Ibu yang tidak berada di rumah
 Ayah yang sering meminum minuman keras
 Memiliki tingkah laku yang menyimpang

E. Diagnosis
Masalah yang di alami peserta didik disebabkan faktor antara lain yaitu:
1. Orang tua yang bercerai, peserta didik hanya tinggal bersama ayahnya
2. Kepercayaan diri yang kurang
3. Kurangnya perhatian orangtua pada akademik anak
4. Perekonomian yang rendah
F. Prognosis
Prognosis merupakan estimasi alternatif pemecahan masalah yang mungkin di lakukan
berdasarkan hasil diagnosis. Dari hasil diagnosis diatas, maka rencana bantuan/ treatmen
yang dapat diberikan kepada siswa / konseli dalam usaha untuk memecahkan masalahnya
yaitu :
1. Pemberian bantuan konseling (BK) terhadap SD
Pentingnya BK di Sekolah Dasar didasari atas banyaknya kasus kenakalan dan
kriminalitas yang dilakukan dan konseling, yaitu:
1. Fungsi penyaluran (distributif)
2. Fungsi penyesuaian (adjustif)
3. Fungsi adaptasi (adaptif)
Pelayanan bimbingan dan konseling perlu diselenggarakan di SD agar pribadi dan segenap
potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal. Bimbingan dan konseling di
SD dilaksanakan oleh guru kelas. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan
kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran
yang dirumuskan. Peran guru dalam kegiatan BK, yaitu sebagai informator, organisator,
motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator (Sugiyono,
1887:4).
2. Pendidikan agama
Pentingnya pendidikan agama yang diaktualisasikan dan direalisasikan melaui akhlak
untuk anak sangatlah penting untuk dilakukan. Hal tersebut karena dalam siklus kehidupan
manusia periode anak merupakan masa dimana pada masa ini menjadi paling penting dan
terekam kuat dalam memori anak. Pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Islam yang
diterapkan oleh orang tua kepada anaknya mempunyai tujuan agar anaknya tumbuh dan
berkembang menjadi pribadi yang beriman serta bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak
mulia yang mencakup moral, etika, budi pekerti spiritual atau pengalaman nilai dan
pemahaman nilai-nilai keagamaan yang di aktualisasikan dalam kehidupan sehari-harinya
(Yuliaharti, 2018). Sehingga pentingnya pendidikan Islam dalam membentuk karakter anak
dapat mempengaruhi perkembangan anak sesuai karakter yang Islami, baik pendidikan yang
dilakukan orang tua, masyarakat, lingkungan maupun oleh guru.
Pendidikan berlandaskan agama Islam diakui sangat penting untuk ditegakkan dan
digunakan untuk pembentukan karakter seorang anak (Parhan, 2020). Sebisa mungkin orang
tua membentengi diri anaknya dengan ajaran-ajaran Islam, bersikap seselektif mungkin untuk
menentukan dan mengetahui lingkungan sekitar anaknya. Dengan menginternalisasikan nilai
agama, maka pandangan hidup akan mewarnai perkembangan jasmani dan akalnya, serta
penanaman sikap berlandaskan nilai Islam yang dikemudian hari akan menjadi basis dan
pondasi dalam menghargai sesama dalam berinteraksi dengan sesama (Ahmad Tafsir, 2010).
3. Pendidikan seks pada usia SD
Pemahaman dan pencegahan yang perlu dilakukan berupa pendidikan seks bagi anak-
anak generasi penerus kita diantaranya: 1) membangun komunikasi baik dan harmonis antara
pendidik (orang tua-guru) dengan anak; 2) memberikan pemahaman ajaran agama yang baik;
3) memberikan informasi kepada anak tentang lingkungan pergaulan, terutama Batasan
antara hubungan laki-laki dengan perempuan; 4) mengawasi dan menginformasikan pengaruh
media elektronik yang perlu dihindari; 5) menegaskan kepada anak etika berpakaian yang
baik; 6) memberikan informasi dan mengajarkan tentang kesehatan alat reproduksi; 7)
memberikan informasi dan pendidikan kepada anak laki-laki dan perempuan bagaimana etika
yang baik Ketika nanti memiliki pasangan hidup; dan 8) utamakan baik dan bagusnya
perilaku gaya hidup para pendidik (orang tua-guru) sebagai teladan kehidupan anak-anak
generasi penerus bangsa.
A. Peran Orang Tua
Orang tua sebagai pendidik pertama di rumah wajib memberikan pendidikan yang baik
berupa Pendidikan agama, pendidikan budaya etnisnya dan bahkan pendidikan mengenai
seksualitas bagi anak. Memang Sebagian besar orang tua merasa asing dan enggan
membicarakan seksualitas. Padahal pemahaman tersebut sangat penting bagi anak-anak.
Tentunya pemberian pemahaman tersebut perlu ada batasan-batasan yang perlu dikaji.
Seperti contoh bagaimana jika laki-laki dan perempuan sebagai makhluk ciptaan Tuhan itu
diciptakan berpasang pasangan dan harus mengikuti ajaran Tuhan dan Nabi Nya. Pemahaman
ini diberikan melalui metode ceramah dan diskusi. Namun, sebagai orang tua harus
memahami apa yang harus disampaikan kepada anak-anaknya. Menurut Wajdi et al, orang
tua sebagai kunci utama dalam proses pertumbuhan maupun per kembangan perilaku anak
(Wajdi et al., 2021).
Orang tua harus mengambil sikap dan berperan aktif terhadap Pendidikan seks pada
anak, karena orang tua merupakan orang terdekat bagi anak yang memberi rasa aman dan
nyaman terhadap komunikasi dan informasi tentang Pendidikan seks (Wahyuni, 2018).
B. Peran Pendidik
Para pendidik memiliki peran mendidik para partisipan didik dalam satuan pendidikan di
sekolah dan di kampus. Dalam hal ini guru sekolah melalui guru BP atau BK yang terdapat
dalam satuan pendidikan memberikan pendidikan tambahan diluar jam sekolah dengan
memberikan pemahaman seksualitas, seperti masa pubertas, bagaimana sikap anak
perempuan terhadap lawan jenisnya, dan sebagainya. Hal ini sangat penting bagi mereka.
Sebab sekolah adalah wadah kedua bagi mereka dalam memperoleh pemahaman, ilmu,
pengetahuan dan pendidikan yang baik. Terutama mengani pendidikan seksual.
Menurut Suteja dan Riyadi, guru memiliki peran begitu penting dalam memberikan
pemahaman berupa pendidikan seksual bagi anak sebagai upaya antisipasi, pengetahuan,
pemahaman guna mencegah perilaku seks bebas dan upaya menghindari efek kurang baik
(Suteja & Riyadi, 2019) Pendidikan seks dalam satuan Pendidikan (di sekolah) memiliki
peran yang juga sangat penting guna menjaga kesehatan dan kesejahteraan seksual bagi anak
(Goldfarb & Lieberman, 2021).

G. Treatment
Treatment atau lazimnya disebut perlakuan merupakan tindakan menetapkan dan
melakukan cara yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah kasus dengan program
yang teratur dan sistematis.
Adapun treatment bantuan yang dapat di berikan kepada konseli yaitu :
1. Pemberian bantuan konseling (guru BK) pada SD
2. Pemberian Pendidikan Agama
3. Pendidikan seks usia SD

H. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu cara yang ditempuh untuk melihat seberapa jauh efek atau
pengaruh yang diberikan bagi pemecahan masalah yang ada. Segi keberhasilan dan tidaknya
perlakuan yang telah diberikan dijabarkan sebagai berikut :
1. Dari sisi keberhasilan
a. Peserta didik bersangkutan menjadi bersemangat masuk kesekolah
b. Peserta didik memakai seragam yang rapi
c. Peserta didik bersosialisasi dengan temannya
d. Peserta didik tidak melakukan hal yang melanggar norma sekolah, masyarakat dan
agama
2. Dari sisi ketidakberhasilan
a. Siswa masih belum merubah sikap yang diharapkan.
b. Siswa tidak mau mempelajari agama
c. Siswa kurang mau berpartisipasi dalam konseling yang dilakukan, akibatnya
proses konseling agak terhambat

I. Tindak Lanjut
Tindak lanjut (Follow Up) merupakan upaya yang dilakukan konselor untuk mengikuti
perkembangan klien selanjutnya. Tindak lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan kemajuan yang dialami klien atas bantuan yang telah diberikan.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini antara lain :
1. Memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu giat belajar dan percaya sepenuhnya
pada kemampuan yang dimilikinya, sehingga ia mampu menata cita-citanya dengan
penuh percaya diri sesuai potensinya.
2. Meminta bantuan psikolog agar anak bisa tertangani dengan baik
3. Menyarankan kepada guru/ kepala sekolah SD untuk pengadaan guru BK agar
senantiasa memberikan perhatian kepada siswanya, khususnya dalam belajar serta
memberikan motivasi kepada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Arhan, M., Faiz, A., Karim, A., Nugraha, R. H., Subakti, G. E., Islamy, M. R. F., Budiyanti,
N., Fuadin, A., & Tantowi, Y. A. (2020). Internalization values of Islamic
education at university. International Journal of Psychosocial Rehabilitation,
24(8), 14778–14791. https://doi.org/10.37200/IJPR/V24I8/PR281455

Daruma, A. Razak Dkk. 2002. Studi Kasus. Makassar : FIP Universitas Negeri Makassar.
Goldfarb, E. S., & Lieberman, L. D. (2021). Three Decades of Research: The Case for
Comprehensive Sex Education. Journal of Adolescent Health, 68(1), 13–27.
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2020.07.03

Sugiyo, dkk. 1987. Bimbingan dan Konseling Sekolah. Semarang: FIP IKIP. Semarang.

Suteja, J., & Riyadi, M. (2019). Revitalisasi Peran Orang Tua Dan Guru Dalam Memberikan
Pendidikan Seks Pada Anak. Equalita: Jurnal Pusat Studi Gender Dan Anak,
1(1), 38–50. https://doi.org/10.24235/equalita.v1i1.5154

Sulismadi. “Model Penguatan Kapasitas Pemerintah Desa.” Jurnal Sosial Politik dan
Humaniora 05, no. 2 (2017): 21

Wajid, Faris. “PENTINGNYA PENDIDIKAN SEKS BAGI ANAK SEBAGAI UPAYA


PEMAHAMAN DAN MENGHINDARI PENCEGAHAN KEKERASAN
MAUPUN KEJAHATAN SEKSUAL”.Jurnal Abdimas Indonesia,Vol. 1. No. 3.
(2021:6)

Wajdi, F., Wahyono, E., & Arif, A. (2021). Management of Student Development on The
Impact of Smartphones Through the Role of Parents During the Pandemic.
Journal of Educational Science and Technology (EST), 7(2), 155–162.
https://doi.org/10.26858/est.v7i2.19361
Wahyuni, D. (2018). Peran Orang Tua dalam Pendidikan Seks Bagi Anak untuk
Mengantisipasi LGBT. Quantum : Jurnal Kesejahteraan Sosial, 14(1), 23–32.
https://ejournal.kemensos.go.id/index.php/Quantum/article/view/1747

Anda mungkin juga menyukai