OLEH:
Pembahasan
Kondisi peserta didik yang kurang percaya diri dalam melakukan proses
belajar di dalam kelas sangat tidak ideal. Peserta didik tidak mampu untuk
mendapatkan hal yang baru berupa pengetahuan maupun kemampuan. Peserta didik
yang tidak percaya diri ditandai melalui gerak-geriknya yang peragu. Cenderung
memperlihatkan sikap yang pendiam. Takut untuk bertanya dan menyampaikan
kepada guru dan temannya saat membutuhkan konfirmasi dalam pembelajaran.
Menurut N Yulianti, motivasi belajar IPA menjadi rendah disebabkan oleh
indikator antara lain sebagai berikut : 1) sikap ingin tahu peserta didik kurang. Sikap
ingin tahu peserta didik kurang ditunjukkan dengan peserta didik enggan bertanya
saat diberi kesempatan untuk bertanya; 2) kecermatan peserta didik kurang, hal ini
ditunjukkan dengan peserta didik kurang cermat dalam mengerjakan soal yang
diberikan guru; 3) rasa percaya diri peserta didik kurang, ini ditunjukkan peserta
didik tidak berani jika diminta mengerjakan soal di depan karena takut jawabannya
salah; 4) kejujuran peserta didik kurang. Sikap jujur yang kurang ini ditunjukkan
dengan peserta didik tidak berani tunjuk jari jika ditanya siapakah diantara mereka
yang belum paham tentang materi yang diberikan.
Sebagai guru tentulah harus memiliki kesadaran untuk menemukan bahwa
fenomena tersebut adalah merupakan masalah yang berakibat gagalnya pencapaian
pembelajaran pada tujuan. Sehingga guru harus menemukan solusi untuk
mengatasinya.
Dalam menyelesaikan permasalahan kurangnya percaya diri peserta didik
di kelas. Guru harus bekerjasama dengan guru sejawat untuk mendapatkan
pandangan dan masukan terkait dengan usaha dalam mendapatkan solusi yang
tepat. Selain itu, guru juga akan lebih tepat mendapatkan solusi dengan melakukan
pencarian referensi akademik. Melalui jurnal-jurnal yang memuat permasalahan
yang tepat.
Bagaimana prosesnya
Proses yang dilakukan antara lain.
1. Tahap Persiapan
Guru dengan bimbingan dosen dan guru pamong mendesain pembelajaran yang
inovatif. Selain itu diperkuat dengan arahan dan masukan teman-teman satu
kelompok.
2. Tahap Pelaksanaan
Guru melaksanakan desain pembelajaran yang telah dibuat sesuai dengan sintaks
PBL. Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
3. Tahap Evaluasi dan Refleksi Merefleksi kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan sudah menyelesaikan permasalahan atau belum. Serta menentukan
rencana tindak lanjut untuk pembelajaran selanjutnya.
Data menunjukan bahwa hasil belajar siswa sudah mengalami perbaikan dengan
menggunakan model pembelajaran Problem based learning (PBL).
Kesimpulan
Sebagai seorang guru memiliki tanggungjawab untuk menciptakan pembelajaan
yang bermakna, kreatif dan inovatif. Oleh karena itu seorang guru harus
meningkatkan ketrampilan dan belajar untuk memahami kebutuhan peserta didik
serta mengikuti perkembangan
zaman.
Daftar Pustaka
Mulyani, S., Gani, A., Syukri, M., Tarmizi, T., Elisa, E., Nurhasanah, N., &
Fajriani, F. (2020). Penerapan model problem based learning pada materi alat-alat
optik untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan menyelesaikan
masalah kontekstual. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (Indonesian Journal of
Science Education), 8(1), 105-113.
Hotimah, H., & Ramadani, S. D. (2021). Model PBL Diperkaya dengan Reading
and Concept Map: Apakah Efektif dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis dan Minat Baca Siswa?. Phenomenon: Jurnal Pendidikan MIPA, 11(1), 1-
14.