1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Bagi semua orang membaca merupakan hal yang sangat penting, terutama
bagi siswa sekolah dasar di kelas awal. Hal ini dikarenakan semua ilmu pengetahuan
memerlukan kemampuan dalam hal membaca. Namun kenyataannya sebagian besar siswa
justru belum mampu membaca atau mengenal huruf terutama pada siswa kelas bawah.
Hal ini dikarenakan pembelajaran membaca belum boleh dikenalkan pada pendidikan
prasekolah seperti PAUD/TK, setidaknya anak tersebut mempunyai dasar pengenalan
huruf/membaca. Seangkan disisi lain tuntutan kurikulum yang ada di kelas 1 sudah sangat
tinggi, anak sudah diberikan materi yang sudah sangat sulit. Hal ini juga terjadi di SD
'Aisyiyah 1 Kecamatan Plemahan, berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SD 'Aisyiyah
1 Kecamatan Plemahan kelas I menyatakan bahwa mayoritas siswa belum bisa membaca.
Yakni dari 14 siswa yang sudah bisa mengenal huruf-huruf hanya 35% siwa sisanya
yang 65% yang sudah bisa mengenal huruf namun belum bisa membaca. Kondisi tersebut
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya ketika dalam pembelajaran guru jarang
menggunakan alat peraga yang bisa membantu siswa untuk mempermudah mengenal huruf,
kata maupun kalimat. Selain itu dalam pembelajaran materi pembelajaran dirasa sangat
terlalu kompleks jika siswa tersebut belum bisa membaca. Padahal siswa usia kelas I SD masi
senang dengan metode permainan yang menyenangkan.
Akibatnya, siswa mengalami kesulitan dalam belajar membaca. Apabila kondisi
tersebut jika berlangsung lama akan berakibat pada tidak akan tercapai ketuntasan belajar.
Proses belajar memang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Karena belajar adalah suatu
2
proses yang terus-menerus yang terjadi pada diri diri individu sesuai dengan tujuannya.
Proses belajar tersebut merupakan hasil pengalaman pada diri manusia yang bisa dijadikan
pembelajaran. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi tidak menganal usia dan waktu. Adanya
perubahan tingkah laku sesorang salah satu tujuan dari pembelajaran itu sendiri, baik bersifat
kognitif, afektif maupun psikomotor.
Kegiatan belajar yang menarik dan menyenangkan, khususnya siswa kelas bawah
merupakan suatu bagian penting karena bisa mendorong perkembangan hasil belajar siswa,
karena anak di usia tersebut masih sangat membutuhkan dorongan agar mampu
mengungkapkan dan menggunakan kata-kata atau kalimat untuk mengungkapkan diri. Maka
guru harus kreatif dalamh menyampaikan materi pembelajaran, khususnya dalam hal
membaca. Melalui metode permainan kartu huruf diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengenal huruf, kata, atau kalimat berdasarkan gambar-gambar
yang ada pada kartu huruf tersebut.
Salah satu tujuan pembelajaran, terutama dalam pelajaran membaca adalah bisa
menguraikan huruf atau kata yang ada dalan bacaan. Semua siswa diharapkan bisa menguasai
pelajaran dengan lancar. Karena tanpa bisa membaca maka sangat sulit bisa mangikuti
pelajaran dikelasnya dan akan tertinggal dari teman-temannya. Dengan membaca pula siswa
bisa memperoleh berbagai pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi
perkembangan kognitif siswa. Oleh karena itu, peranan guru kelas bawah, terutama kelas 1
sangat penting dalam prpses pembelajaran khususnya dalam hal membaca.
Jika siswa tidak memiliki kemampuan membaca maka akan sulit menguasai materi pelajaran,
baik pelajaran membaca ataupun pelajaran lainnya. Kemampuan membaca menjadi hal yang
sangat primer dalam segala hal baik dalam proses pembelajaran maupun dari pengalaman
sehari-hari. Pada saat ini masih banyak sebagian guru yang belum bisa melakukan sesuai
fungsinya, karena guru hanya disibukkan dengan tata tertib administrasi yang sangat rumit.
Beberapa guru biasanya hanya menyampaikan materi dan hanya mengejar ketuntasan
materi tanpa mengetahui bagaimana kondisi dan kemampuan siswa-siswanya, sehingga guru
belum terlalu memahami siswa secara merata mana siswa yang sudah bisa dalam pelajaran
dan mana yang belum, bahkan tak jarang ada guru yang tidak tahu jika siswanya ada yang
belum bisa membaca. Hal ini mengakibatkan tidak tercapainya KKM yang diharapkan.
Metode permainan kartu huruf di harapkan dapat membantu meningkatkan hasil belajar dan
3
kemampuan membaca siswa.
Mengingat siswa kelas bawah sangat tertarik dengan metode permainan seperti kartu
huruf yang diharapkan akan mampu mempermudah siswa untuk mengenal, mengingat huruf
maupun kata sehingga membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca mereka.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan
masalah-masalah berikut:
1. Banyak guru masih sering menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran
2. Tidak semua siswa sudah mampu membaca dalam bacaaan
3. Pembelajaran masih dilakukan yang membosankan sehingga siswa kurang tertarik
dalam kegiatan pembelajaran
4. Masih rendahnya ketertarikan siswa dalam pelajaran membaca.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah
penelitian ini adalah ”Apakah pembelajaran membaca dengan menggunakan metode kartu
huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas I SD 'Aisyiyah 1 Kecamatan
Plemahan Kabupaten Kediri?”.
D. Pemecahan Masalah
Pokok permasalahan yang diteliti adalah pembelajaran dengan menggunakan metode
kartu huruf untuk meningktakan kemampuan siswa dalam membaca.
E. Tujuan Penelitian Perbaikan
Pembelajaran Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa di kelas 1 SD
'Aisyiyah 1 Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri dengan permainan kartu huruf.
F. Manfaat Penelitian
4
a. Memberi motovasi bahwa setiap pembelajaran harus menyenangkan dan menarik.
b. Bisa dijadikan sebagai bahan referensi dalam meningkatkan mutu pembelajaran terutama
pada siswa kelas rendah terhadap kemampuan membaca
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Kemampuan Membaca
a. Pengertian Kemampuan
Membaca merupakan hal yang sangat penting dalam mempelajari banyak hal
terutama dalam pembelajaran dikelas. Membaca tidak sekadar kegiatan melihat-lihat atau
memandangi huruf-huruf atau lambing tertulis.
Namun lebih pada menyampaikan informasi atau materi kepada orang lain agar
penerima informasi bisa memahami materi yang di bacanya. Menurut ahli yang bernama
Chaplin kemampuan merupakan kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan atau segala
upaya untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut ahli
Sternberg, Warren (1994: 1) mengemukakan bahwa semua kekuatan siswa dalam
menunjukkan tindakan responsif, termasuk gerakan-gerakan terkoordinasi yang bersifat
kompleks dan pemecahan problem mental dapat dikategorikan sebagai kemampuan.
Berbeda dengan pendapat Gagne dan Briggs (1997: 57) yang mngemukakan bahwa
kemampuan adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu proses belajar-
mengajar. Senada dengan pengertian itu, menurut ahli Eysenck, Arnold, dan Meili (1995: 5)
menyampaikan bahwa segala sesuatu pertimbangan konseptual merupakan arti kemampuan.
Semua kondisi psikologi yang diperlukan siswa untuk menunjukkan suatu aktivitas dapat
dikatakan sebagai definisi kemampuan.
Berdasarkan beberapa uraian pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah semua tindakan atau aktivitas membutuhkan kesanggupan atau
kemampuan tertentu.
b. Pengertian Membaca
5
Secara umum membaca digunakan sebagai suatu aktivitas dalam pembelajaran yang
berkaitan dengan bahasa. Menurut Heilman, dalam Suwaryono Wiryodijoyo (1989: 1),
membaca dapat diartikan sebagai pengucapan kata-kata yang memiliki arti dan makna.
Berbagai ketrampilan yang kompleks terlibat dalam analisis dan pengorganisasian suatu
ketrampilan.
Semua kejelasan informasi bagi pembaca harus ada didalam pelajaran, pemikiran,
pertimbangan, perpaduan, pemecahan masalah. Menurut Horby, (1995; 699) suatu penafsiran
yang bermakna dari cetakan atau simbol verbal tulisan merupakan arti membaca. Dengan
kata lain, sesuatu yang berupa tulisan atau simbol verbal tulisan dapat dilihat dengan
membaca. Sedangkan menurut Martinus Yamin (2006: 106) semua upaya untuk memperoleh
informasi baik verbal mauoun non verval baik dari hasil penelitian, gagasan, pendapat, teori-
teori yang merupakan hasil pengetahuan siswa bisa dikategorikan sebagai kegiatan Sementara
Ngalim Purwanto (1997: 27) menyebutkan bahwa menangkap pikiran dan perasaan orang
lain melalui tulisan atau gambar dari bahasa yang dilisankan juga merupakan kegiatan
membaca. Membaca dimulai dari melihat yang mana merupakan suatu proses sensoris.
Stimulus masuk lewat indra penglihatan atau mata. Kekeliruan kesiapan (refractive
error) merupakan kelemahan penglihatan yang umum diderita anak yang mana suatu kondisi
mata yang tidak dapat terpusat atau konsentrasi. Mendengarkan merupakan tahap awal dari
kesiapan membaca. Berbagai kegiatan bisa seperti pembinaan kosakata, menyimak efektif
dan keterampilan membedakan bisa dimulai dari rumah. Dalam hal ini peran orang tua sangat
penting dalam kesiapan membaca. Anak yang tidak dapat membaca karena belum cukup
matang membutuhkan kesabaran guru untuk menunggu sampai dia siap pada tingkat
kematangannya.ini merupakan bahwa membaca adalah proses perkembangan teratus.
Pada setiap perkembangan anak harus disesuaikan dengan tingkat kesiapannya.
Dalam hal ini kesiapan anak harus sangat diperhatikan baik oleh guru maupun orangtua
sendiri. Dalam pross perkembangan membaca pada anak adalah, pertama membaca adalah
kegiatan yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan berpusat, oleh karena itu anak tidak bisa
melakukan kegiatan membaca secara isidental, anak tidak dapat melakukan kegiatan
membaca sambil menonton karena tidak dapat berpusat. Dan yang kedua kegiatan membaca
adalah suatu proses terus menerus bukanlah sesuatu subjek.
c. Tujuan utama
Dalam membaca mencari dan memperoleh informasi yang ada dalam suatu bacaan
atau berita merupakan tujuan utama dalam membaca. Semua arti dan makna yang ada
didalam suatu bacaan atau berita memiliki hubungan yang sangat erat sekali dengan tujuan
6
membaca. Ada beberapa tujuan penting dalam membaca menurut ahli Anderson (1972: 214):
1) Mendapatkan penjelasan tentang suatu fakta-fakta secara rinci dan detail
2) Mendapatkan ide utama dalam suatu bacaan
3) Mengetahui urutan atau susunan atau alur sebuah cerita
4) Menyimpulkan suatu bacaan
5) Mengklasifikasi isi suatu bacaan
6) Mengevaluasi atau menilai suatu bacaan
7) Membandingkan isi bacaan Dapat menangkap bahasa tertulis dengan tepat dan teratur
menurut Ngalim Purwanto (1997: 27) adalah bagian dari tujuan membaca. Artinya, dapat
memahami isi bacaan dengan benar semua makna yang terkandung dalam pemikiran
penulisnya.
8
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Informasi Subyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subjek yang digunakana pada penelitian ini adalah 6 siswa Kelas 1 SD 'Aisyiyah 1
Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri yang sednang mengalami kesulitan dalam membaca.
2. Tempat Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini adalah di SD 'Aisyiyah 1 Kecamatan Plemahan
Kabupaten Kediri.
3. Waktu Penelitian
Rentang waktu dalam penelitian dilakukan pada tanggal 20 Januari 2020 sampai
dengan 1 Februari 2020. Yang mana dilakukan dari siklus 1 sampai siklus 2.
4. Kelas dan Karakteristik Siswa
Adapun karakteristik siswa kelas 1 di SD 'Aisyiyah 1 Plemahan terdiri dari 14 siswa,
terdiri dari 7 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki, yang mana 6 dari 14 siswa tersebut
sedang mengalami kesulitan dalam membaca baik huruf, kata maupun kalimat.
Rata-rata 68,3
Ketuntasan 63,2%
Berdasarkan hasil tes pra siklus diperoleh siswa yang tuntas hanya 60% saja
sedangkan siswa yang belum tuntas persentasenya 40%. Sedangkan jumlah siswa yang tuntas
8 anak atau hanya mencapai 50% dari ketuntasan klasikalnya. Hal ini tentunya masih sangat
di bawah standar ketuntasan klasikal yaitu 85%.
Hasil belajar siswa yang ada pada tabel diatas seperti yang tercantum pada di atas
memperlihatkan bahwa prestasi belajar siswa masih rendah dan masih perlu ditingkatkan agar
rata-rata hasil belajar meningkat dan bisa mencapai ketuntasan maksimal.
Kriteria penilaian :
a. 0% - 39% = Sangat Kurang
b. 40% - 55% = Kurang
c. 56% - 65% = Cukup
d. 66% - 79% = Baik
e. 80% - 100% = Sangat Baik
Berdasarkan hasil observasi di atas maka dapat dikatakan bahwa persentase aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran secara keseluruhan adalah 45% dengan masuk kriteria kurang,
masih di bawah indikator pencapaian keberhasilan tindakan 14
yaitu 85%. Dalam proses
pembelajaran siswa belum terlihat begitu aktif. Yang merupakan salah satu aktivitas siswa
yang menonjol adalah siswa tidak memperhatikan materi pembelajaran.
Mereka juga kurang begitu tertarik dalam mengikuti pembelajaran dikelas. Hal ini
disebabkan guru masih menggunakan metode yang kurang menarik bagi siswa-siswanya
dikelas. Metode yang demikian juga mengakibatkan peserta didik mudah merasa jenuh dan
kurang begitu bersemangat mengikuti pembelajaran.
2. Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 1 minggu mulai tanggal 20 Januari 2020
sampai 25 Januari. Metode penelitian yang digunakan adalah terdiri dari dua siklus, yang
mana disetiap siklus terdapat beberapa tahapan. Berikut adalah beberapa tahapan yang
dilaksanakan dalam siklus 1 adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Langkah awal adalah guru berperan sebagai pengelola pembelajaran di kelas yang
mana harus mempersiapkan kelengkapan pembelajaran, seperti program tahunan, program
semester, perencanaan pembelajaran dengan media kartu, lembar observasi, dan lembar
tugas. Informasi awal tentang hasil belajar siswa didapatkan dari kegiatan obeservasi awal
terhadap proses pembelajaran. Dari hasil observasi tersebut didapatkan bahwa dari dari siswa
Kelas 1 sebanyak 14 siswa terdapat 6 siswa atau 50 % yang masih belum mampu membaca
permulaan dan belum bisa mencapai Kriteria Ketuntasan.
Sebagian siswa belum bisa membedakan bentuk-bentuk huruf dan masih bingung
terhadap pengucapan huruf-huruf tersebut. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil kerja siswa
yang sudah dikerjakan. Berdasarkan kenyataan tersebut maka guru akan melaksanakan
tindakan pembelajaran tematik dengan menggunakan media kartu huruf untuk mengatasi
kesulitan belajar membaca permulaan siswa Kelas 1 SD 'Aisyiyah 1 Plemahan. Dengan
demikian diharapkan siswa dapat mengalami peningkatan dalam kemampuasn belajaranya,
khususnya dalam hal membaca lancar.
Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam proses persiapan pembelajaran, yaitu
sebagai berikut :
1. Menentukan indikator pokok bahasan yang sesuai dengan metode membaca permulaan.
Siswa mampu mengucapkan huruf vokal dan konsonan adalah indikator yang tepat untuk
siklus I ini.
2. Penyususnan rencana pembelajaran yang mancakup 1 kali pertemuan dalam kurun waktu 2
jam pelajaran dalam 1 minggu yang sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.
15
3. Persiapan media yang berupa kartu huruf yang akan digunakan, yaitu kartu huruf tanpa
gambar dan ada beberapa huruf yang tidak lengkap dan siswa diminta untuk
melengkapinya. Setelah itu siswa diminta melengkapi bagian huruf apa yang sesuai untuk
mengisi bagian yang kosong pada kartu tersebut.
4. Pada siklus I ini, guru menggunakan beberapa kartu huruf polos tanpa gambar namun guru
hanya menunjukkan benda disekitar lingkungan kelas saja, sedangkan ada beberapa bagian
huruf yang kosong secara acak baik di depan, tengah, maupun di belakang, dan siswa
diminta untuk melengkapinya.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada awalnya di tahap ini guru menggunakan kartu huruf yang sesuai yang telah
disusun sesuai dengan tema pembelajaran. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I
dengan menggunakan media kartu ini dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Dalam pelajaran
tematik yang disampaikan guru yaitu membaca permulaan tentang indikator mengucap huruf
vokal dan konsonan sampai mampu membaca suku kata selanjutnya pembelajaran dibuka dan
diawali dengan berdoa bersama, kemudian guru melakukan absensi siswa kemudian kegiatan
literasi harian.
Pada siklus 1 ini, guru memilih pokok bahasan tentang mengenal benda-benda
disekitar dengan alasan karena media kartu yang akan digunakan guru sebagian besar adalah
gambar benda-benda disekitar yang setiap hari dijumpai. Hal ini bertujuana agar siswa lebih
tertarik dengan pelajaran dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran dimulai dengan doa bersama dan absensi siswa selesai, kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan appersepsi yaitu menghubungkan materi yang sudah pernah disampaikan
pada pertemuan sebelumnya.
Selanjutnya, guru mulai menganlkan materi dengan menggunakan media kartu dalam
pembelajaran. Guru menunjuk pada salah satu benda yang ada di kelas, kemudian salah satu
siswa menyebutkan apa nama benda yang ditunjukkan oleh guru. Kemudian guru menunjuk
beberapa siswa secara bergiliran huruf apa saja yang sesuai dengan benda-benda tersebut.
Kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus. Huruf yang di tunjukkan siswa menggunakan
katu huruf biasa yang sudah di acak oleh guru. Sedangkan siswa mengambilnya sesuai benda
yang ditunjukkan guru. Hal ini agar siswa aktif dan lebih bisa mengingat akan bentuk-bentuk
huruf tersebut. Setelah kegiatan itu selesai, guru mengoreksi pekerjaan siswa satu persatu
sedangkan siswa lainnya memperhatikan.
c. Observasi
16
Selama pelaksanaan pembelajaran guru melakukan observasi yaitu pencatatan dengan
menggunakan daftar list siswa. Hal ini utnuk mengetahui bagaimana keaktifan siswa, tingkat
ketertarikan siswa dalam belajar, dan kemampuan siswa dalam membaca dan membedakan
huruf melalui media kartu huruf tersebut. Berdasarkan pembelajaran siklus I ini,
menunjukkan bahwa semua aspek yang diamati masih dalam kategori sedang, sedangkan
dalam hal membedakan huruf dan membaca awal masih dalam kategori rendah.
Rata-rata 68,3
Ketuntasan 63,2%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dari pra siklus ke siklus I. Pada
pra siklus nilai rata-rata siswa 60 kemudian naik menjadi siswa 71,01 pada siklus I.
Pembelajaran masih harus ditingkatkan sampai pada tingkat keberhasilan. Diharapkan pada
siklus berikutnya kemampuan guru dalam berkomunikasi dua arah dan kemampuan
menerapkan metode kartu huruf menjadi lebih baik. Upaya meningkatkan aktivitas belajar
siswa terutama dalam pengelolaan pengajaran guru masih perlu adanya perbaikan-perbaikan
dalam pembelajaran pada siklus berikutnya agar sesuai dengan indikator yang dicapai. 3.
Tindakan Siklus 2
Dalam siklus 2 ini dilaksanakan dalam waktu 1 minggu mulai 27 Januari 2020 sampai
dengan 1 Februari 2020. Adapun tahapannya kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
a. Perencanaan Tindakan
Pada pembelajaran siklus 1 menunjukkan bahwa hasil refleksi dan evaluasi
pelaksanaan tindakan diketahui sebagian siswa belum menunjukkan adanya peningkatan
prestasi belajar yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes yang menunjukkan
belum memenuhi ketuntasan belajar. Berdasarkan indikator yang telah ditentukan siswa
mampu mengucapkan huruf vokal dan konsonan .
Sedangkan tentang hasil prestasi siswa, belum menunjukkan hasil yang diinginkan.
Oleh karena itu peneliti dengan arahan dari para rekan guru dan kepala sekolah serta berbagai
pertimbangan maka peneliti kembali mengulang pembelajaran materi bahasa Indonesia
(membaca permulaan) dengan indikator siswa mampu mengucap suku kata atau kata dengan
benar dan tepat. Guru menunjukkan media kartu, setelah itu siswa menyebutkan hurufnya.
18
Setelah siswa selesai menuliskan huruf-huruf tersebut, guru menyuruh siswa untuk membaca
suku katanya.
Bacalah suku katanya dengan tepat dan nyaring ! Langkah-langkah penyusunan
rencana pembelajaran seperti siklus 1 yaitu dengan tujuan pembelajaran siswa mampu
mengucapkan suku kata atau kata dengan benar dan tepat. Penyusunan rencana pembelajaran
pada siklus 2 mengacu pada beberapa indikator yang dibuat sebagai dasar adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan indikator dan hasil belajar yang akan dicapai
2. Mempersiapkan alat-alat/media yang akan digunakan.
3. Membuat rencana perbaikan pembelajaran ( RPP ) sesuai yang telah disepakati bersama.
Mengingat hasil analisis siklus I, sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan
membaca atau menghafal sukua kata atau kata dengan benar dan tepat, maka rencana
penelitian pada siklus 2 ini adalah peneliti menggunakan media kartu dan kartu suku kata.
Langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran seperti siklus I yakni menentukan
indikator yang tepat untuk siklus 2 yaitu siswa mampu membedakan dan membaca suku kata
dan huruf dengan tepat. Dibawah ini terdapat beberapa indikator yang dapat dibuat sebagai
acuan atau dasar dalam menyusun rencana pembelajaran pada siklus 2 adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan indikator dan hasil belajar yang akan dicapai
2. Mempersiapkan alat-alat/media yang akan digunakan.
3. Membuat rencana perbaikan pembelajaran ( RPP ) sesuai yang telah disepakati
bersama. Berdasarkan hasil analisis pada siklus I, masih terdapat sebagian besar siswa yang
masih mengalami kesulitan membedakan huruf, suku kata, kata atau kalimat dengan tepat,
maka pada pelaksanaan siklus 2 peneliti menggunakan metode kartu huruf yang bergambar.
b. Pelaksanaan Tindakan
Penggunaan kartu huruf pada pembelajaran tematik sesuai dengan rencana
pembelajaran 1 kali pertemuan. Pembelajaran diawali dengan doa bersama, mengabsen
siswa, kemudian kegiatan literasi harian dilanjutkan dengan pemusatan konsentrasi, siswa
diajak tanya jawab tentang pelajaran yang sudah pernah disampaikan. Pada pembelajaran
siklus 2 ini menggunakan pokok bahsan tentang rekreasi. Setelah appersepsi, guru mulai
memasuki materi dengan menggunakan media kartu. Media kartu yang digunakan pada siklus
2 ini adalah gambar binatang. Guru menanyakan kepada siswa apa nama binatang yang ada
di gambar. Kemudian siswa menjawab dan menyebutkan huruf apa saja yang sesuai dengan
nama binatang tersebut.
19
Kegiatan selanjutnya adalah siswa secara bergilir maju menulis di papan tulis tentang
nama dari gambar binatang tersebut. Siswa secara bergantian menyebutkan huruf apa saja
yang terangkai menjadi kata/sebuah nama binatang tersebut. Kegiatan itu dilaksanakan secara
bergantian dan berulang-ulang sampai mencapai tujuan pembelajaran, yaitu siswa mampu
membaca suku kata/ kata dengan lafal yang tepat.
c. Observasi
Peneliti, kepala sekolah, dan rekan guru secara kolaboratif melaksanakan observasi
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media kartu. Kegiatan yang
dilakukan dalam pelaksaan observasi yaitu melihat bagaimana siswa di kelas dalam hal
keaktifannya, hasil penilaian, ketertarikan siswa terhadap materi pembelajaran, sikap
keantusiasannya, kemampuan membaca permulaan dan membedakan huruf.
Berdasarkan data yang diperoleh dalam kegiatan ini hasil test akan digunakan sebagai
bahan acuan untuk menganalisis bagaimana perkembangan hasil belajar siswa tentang
membaca permulaan. Hasil perkembangan aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Hal ini membuktikan bahwa siswa memiliki aktivitas belajar yang sudah mencapai
indikator keberhasilan tindakan. Pada observasi di siklus 2 menunjukkan bahwa : keaktifan
siswa, kemampuan siswa membedakan huruf, tingkat keantusiasan, tingkat ketertarikan siswa
terhadap pelajaran tinggi, nilai yang dicapai siswa sedang, tinggi. Sedangkan pada aspek
keaktifan membaca permulaan dan aspek kemampuan siswa dalam membaca permulaan
masih dalam kategori sedang.
c. Refleksi
Refleksi dilaksanakan oleh peneliti sebagai guru Kelas 1, hasil analisis data pada
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media kartu pada siklus 2, secara umum
telah menunjukkan perubahan yang cukup tinggi. Dalam penyampaian pembelajaran siswa
sudah semakin aktif dan tertari pada materi. Hasil tes siswa juga menunjukkan peningkatan
yang cukup baik. Hai ini juga ditunjukkan pada aktivitas lebih banyak memperhatikan dan
menjawab pertanyaan guru, lebih bersemangat, dan kreatif.
Kemampuan siswa dalam mengenal ataupun mengeja huruf menjadi suatu kata lebih
meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap kemampuan dalam membaca permulaan.
Suasana kelas pun menjadi hidup dan lebih menyenangkan dengan banyaknya partisipasi
siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat. Tabel 6
Rata-rata 68,3
Ketuntasan 63,2%
Dari data nilai siswa yang telah terkumpul pada siklus 2, maka dapat dirumuskan
berbagai refleksi sebagai berikut:
1. Hasil belajar peserta didik pada siklus 2 sudah lebih baik dibandingkan dengan siklus I.
Dari nilai rata-rata kelas pada siklus I 71.01 naik menjadi 82,78 pada siklus 2 dan
ketuntasan klasikal 71% pada siklus I naik menjadi 100% pada siklus 2.Indikator
keberhasilan sudah mencapai ketuntasan klasikal telah yaitu 90%. Hal ini membuktikan
bahwa hasil belajar siswa pada siklus 2 sudah berhasil.
2. Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya 70% menjadi 80% pada
siklus 2. Ini berarti batas minimal aktivitas siswa yang diharapkan sebesar 80% sudah
terpenuhi.
3. Pembelajaran dikelas dapat dikelola dengan baik oleh guru pada siklus 2 dan sudah
mengalami peningkatan dibandingkan dari siklus I. Berdasarkan hasil belajar siswa yang
diperoleh pada masing-masing siklus, maka pembelajaran membaca
21 permulaan dengan
menggunakan media kartu yang dilaksanakan pada siklus 2 sudah berhasil atau tuntas
sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikut. Proses pembelajaran dengan
menggunakan media kartu ini dapat menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap materi
pelajaran dan lebih mudah mengingat bentuk huruf, cara mengucapkan huruf, cara
mengeja suku kata dan kata sehingga dalam pembelajaran siswa lebih tertarik dan
termotivasi. Selain itu anak tidak mudah bosan di kelasnya.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pra Siklus
Dari hasil tes pra siklus siswa siswa yang tuntas persentasenya 50% sedangkan siswa
yang belum tuntas persentasenya 50%. Dari jumlah 14 peserta didik hanya 7 anak yang tuntas
atau hanya 50% saja tingkat ketuntasannya atau masih di bawah standar ketuntasan klasikal
yaitu 85%. Berdasarkan tabel hasil belajar peserta didik maka diperoleh bahwa prestasi
belajar peserta didik masih rendah dan perlu ditingkatkan agar rata-rata meningkat dan
seluruh hasil belajar siswa mencapai KKM. 2. Siklus 1 Nilai rata-rata siswa pada siklus I
meningkat menjadi 71,01.
Dalam pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah dalam kategori
baik, tetapi alangkah baiknya melakukan perbaikan dalam beberapa aspek yang perlu
diperbaiki misal kemampuan guru dalam menciptakan komunikasi terhadap siswa dan
kemampuan dalam menerapkan metode kartu huruf. Diharapkan pada siklus berikutnya
kemampuan guru dalam berkomunikasi dua arah dan kemampuan menerapkan metode kartu
huruf menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil refleksi tersebut maka masih diperlukan berbagai
uapay perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran pada siklus berikutnya, seperti upaya
meningkatkan lagi aktivitas belajar peserta didik dan pengelolaan pengajaran guru. 3.
Siklus 2 Dalam pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sudah
lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Jika melihat pada nilai rata-rata kelas pada siklus I
71.01 yang naik menjadi 82,78 pada siklus II dan ketuntasan klasikal 71% pada siklus I naik
menjadi 100% pada siklus II. Dalam hal ini berarti ketuntasan klasikal sudah mencapai
indikator ketuntasan yaitu 90%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta
didik pada siklus II sudah tuntas.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A.Kesimpulan
Pembelajaran menggunakan metode kartu huruf pada siswa kelas I SD 'Aisyiyah 1
Plemahan semester 2 pada tahun pelajaran 2019/2020 mengalami peningkatan hasil belajar
22
maupun dalam hal aktivitas belajar siswa. Hal ini tentunya dilakukan dengan beberapa siklus
perbaikan dari siklus 1 sampai siklus 2. Hal ini terlihat dari hasil belajar peserta didik pada
siklus II sudah lebih baik dibandingkan dengan siklus 1.
Peningkatan ini dapat dilihat nilai rata-rata kelas pada siklus I 71.01 naik menjadi
82,78 pada siklus II dan ketuntasan klasikal 71% pada siklus I naik menjadi 100% pada siklus
II. Pada akhirnya siswa mengalami ketuntasan klasikal telah melebihi indikator keberhasilan
yaitu 90%. Sehingga dapat disimpulan bahwa hasil belajar peserta didik pada siklus II sudah
tuntas.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil tindakan penelitian yang dilakukan maka penulis dapat memberikan saran
tindak lanjut sebagai berikut:
a. Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan permainan kartu huruf hendaknya
siswa diberikan motivasi sehingga muncul keinginan belajar yang bermakna.
b. Dalam pembelajaran dengan pendekatan permainan kartu huruf sebaiknya guru
memperhatikan kesiapan siswa untuk belajar dengan penguasaan kelas dan ketepatan
waktu yang baik.
c. Dalam pembelajaran dengan pendekatan permainan kartu huruf, sebaiknya diberikan tugas
yang menarik pada LKS sehingga siswa merasa tertarik dan antusias terhadap
pembelajaran.
23