Anda di halaman 1dari 81

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH

TERHADAP KINERJA GURU SMP SE KECAMATAN AIR KUMBANG


KABUPATEN BANYUASIN

PROPOSAL TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar
Magister Pendidikan Bidang Manajemen Pendidikan

Oleh
HALIM
NIM:20196013439

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji ke hadirat Allah SWT atas Rahmat, Nikmat dan Taufiknya, sehingga
dapat diselesaikannya proposal tesis yang berjudul “ Pengaruh Kepemimpinan
dan Manajemen Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Se-Kecamatan Air
Kumbang” Proposal ini diajukan sebagai bagian dari tugas akhir dalam rangka
menyelesaikan studi di Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas
PGRI Palembang. Dalam penyelesaian proposal tesis ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan
ucapan terima kasih setulusnya kepada:
1. Dr. H. Edi Harapan, M.Pd selaku dosen pembimbing 1, yang telah banyak
membantu penulis dalam memberikan ide, saran dan kritiknya.
2. Dr. Dessy Wardiah, M.Pd selaku dosen pembimbing ke-2, yang telah banyak
membantu penulis dalam memberikan ide, saran dan kritiknya.
3. Dr. Happy Fitria,M.Pd selaku Ketua Prodi Magister Manajemen Pendidikan,
yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan ide, saran dan
kritiknya.
4. Rekan-rekan seperjuangan di magister manajemen PGRI yang terus
memberikan semangat dan motivasinya untuk segera merampungkan
proposal tesis ini.
Palembang, Nov 2020
Penulis

Halim

III
DAFTAR ISI

Hal

COVER ........................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL TESIS......................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi

I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah............................................................... 6
C. Batasan Masalah .................................................................. 8
D. Rumusan Masalah................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 9
F. Manfaat Penelitian ................................................................ 10

II KERANGKA TEORITIK
A. Deskripsi Teoritik......................................................................... 11
1. Kepemimpinan ...................................................................... 11
2. Manajemen Kepala Sekolah.................................................. 1
3. Kinerja Guru........................................................................... 35
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan .......................................... 45
C. Kerangka Bepikir......................................................................... 49
D. Hipotesis Penelitian ................................................................... 51

III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat Penelitian .................................................................. 52
B. Metode Penelitian .................................................................. 52
C. Populasi dan Sampel Penelitian.............................................. 54
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 57
E. Definisi Konseptual Variabel ................................................... 58
F. Definisi Operasional Variabel................................................... 59
G. Uji Coba Instrumen ................................................................ 63
H. Teknik Analisis Data................................................................ 66
I. Kriteria Pengujian Hipotesis ..................................................... 67
J. Waktu Penelitian....................................................................... 70

Daftar Pustaka.............................................................................................. 71

IV
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1 Kompetensi Kepala Sekolah.................................................... 25


Tabel 2 Populasi Guru SMP Se-Kecamatan Air Kumbang................... 54
Tabel 3 Rincian Sampel Guru SMP Se-Kecamatan Air Kumbang....... 56
Tabel 4 Daftar Pembobotan Angket...................................................... 58
Tabel 5 Kisi- Kisi Instrumen Variabel Kepemimpinan........................... 60
Tabel 6 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Manajemen Kepala Sekolah....... 61
Tabel 7 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kinerja Guru................................ 62
Tabel 8 Sampel Uji Coba Instrumen..................................................... 63
Tabel 9 Jadwal Penelitian..................................................................... 70

V
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1. Desain Penelitian........................................................................ 53

VI
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang dmeokratis serta bertanggung jawab.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus mampu mengembangkan

seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Potensi yang dimiliki oleh peserta

didik tersebut harus meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Priansa,

2018:43). Dalam memenuhi harapan dan keinginan masyarakat yang semakin

meningkat maka sekolah sebagai organisasi pendidikan harus berupaya untuk

mengkaji berbagai kelebihan dan kelemahannya dengan berupaya melakukan

perbaikan terus menerus serta mengidnetifikasi berbagai tantangan dan

ancaman dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Sekolah dengan pemimpin yang profesional serta di dukung dengan guru-

guru yang memiliki kinerja yang tinggi diharapkan akan menghasilkan hasil

belajar sesuai harapan. Pembelajaran yang berkualitas hanya dapat diwujudkan

oleh guru yang memiliki kemampuan unggul dan motivasi yang tinggi dalam

melaksanakan kewajibannya (Barnawi dan Arifin, 2017:14). Kunci keberhasilan

sekolah terletak di kerjasama yang sinergis antara kepala sekolah dan guru,

tenaga pendidik, orang tua, dan pemerintah.


2

Guru memiliki peran strategis sebab keberadaannya sangat berkaitan

dengan keberhasilan dan kualitas pendidikan. Guru merupakan pribadi yang

harus menjabarkan dan menerjemahkan serta menjabarkan nilai - nilai yang

terdapat dalam kurikulum, kemudian mentraformasikan nilai - nilai tersebut

kepada peserta didik melalui proses pembelajaran (Priansa, 2018:79)

Dalam upaya meningkatkan kesadaran guru akan pentingnya peningkatan

profesional serta kualitas kerjanya, maka kepala sekolah harus mengadakan

suvervisi terhadap guru untuk meningkatkan kinerja guru, hal ini dikarenakan

rendahnya kinerja guru akan membuat kepala sekolah menjadi gundah.

Rendahnya kinerja guru dapat menurunkan mutu pendidikan dan menghambat

tercapainya visi dan misi di suatu sekolah. Sekolah yang seperti ini, tidak akan

mampu menghasilkan lulusan yang unggul dan memiliki daya saing di kancah

global seperti sekarang ini ( Barnawi dan Arifin, 2017:78).

Kinerja guru nampak dari tanggung jawabnya dalam menjalankan

amanah, profesi yang diembannya, serta moral yang dimilikinya.Kemudian, hal

tersebut tercermin dari kepatuhan, komitmen dan loyalitasnya dalam

mengembangkan potensi peserta didik serta memajukan sekolah (Priansa,

2018:79). Seorang guru mempunyai peran yang sangat strategis, sebab

keberadaannya berkaitan dengan keberhasilan dan kualitas pendidikan. Sebagai

pribadi yang mampu menerjemahkan dan menjabarkan nilai--nilai yang terdapat

dalam kurikulum, kemudian mentransformasikan nilai--nilai tersebut kepada

peserta didik melalui proses pembelajaran di ruang kelas. Guru juga memiliki

tugas yang beragam yang berkaitan dengan bentuk pengabdian.

Tugas itu meliputi bidang profesi dan bidang kemanusiaan, serta bidang

kemasyarakatan.Dalam bidang sebagai profesi, meliputi mendidik, mengajar, dan


3

melatih peserta didik sehingga berbagai potensi yang dimilikinya mampu

berkembang.Mendidik berarti meneruskan dan mengambangkan nilai--nilai hidup

dan kehidupan yang perlu dimiliki oleh peserta didik untuk menjadi bagian

penting dari masyarakat.Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik mampu menguasainya,

sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan yang

dimiliki peserta didik untuk menjadi bagian dari masyarakat (Priansa, 2018:81).

Uraian di atas menjelaskan bahwa, kinerja guru merupakan perilaku yang

dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan

pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu yaitu,

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Dengan demikian, tugas

seorang guru tidak hanya mengajar pada waktu di kelas, tetapi seorang guru

juga mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mendidik peserta didiknya.

Kepala sekolah memegang peranan penting dalam keberhasilan suatu

sekolah dalam menjalankan visi dan misinya hal ini dikarenakan kepala sekolah

adalah penanggung jawab atas penyelenggaran pendidikan, administrasi

sekolah, pembinaan tenaga pendidikan lainnya, pendayagunaan serta

pemeliharaan sarana dan prasarana, juga sebagai supervisor pada sekolah yang

dipimpinnya (Hendarman dan Rohanim, 2019:22).

Agar sekolah dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien, kepala

sekolah harus melaksanakan fungsi-fungsi manajerial seperti perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pemberian motivasi, pelaksanaan,

pengorganisasian pengendalian, evaluasi, dan inovasi. Kepala sekolah yang baik

diharapkan akan membentuk pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru


4

menjadi baik. Jika pembelajaran di sekolah baik maka akan dapat diharapkan

menghasilkan hasil belajar yang baik.

Apa yang diungkapkan di atas menjadi lebih penting sejalan semakin

kompleksnya tuntutan tugas dan peran kepala sekolah. Menurut wahjosumidjo

(2013:81) peran kepala sekolah antara lain sebagai pejabat formal, kepala

sekolah sebagai manajer, kepala sekolah sebagai pemimpin, kepala sekolaj

sebagai pendidik dan kepala sekolah sebagai staf.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Makhfudz (2010:89),

dalam tesisnya yang berjudul “Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Dalam

Meningkatkan Kinerja Guru Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Purwosari Pasuruhan”, yang kesimpulannya membahas bahwa proses manajemen

yang dilakukan oleh kepala SMA Negeri 1 Purwosari, Pasuruhan dalam

meningkatkan kinerja guru tidak akan berjalan efektif tanpa adanya kompetensi

manajerial yang mumpuni dan efektif yang dimiliki oleh kepala sekolah selaku

manajer di sekolah, serta adanya dukungan dan kerjasama yang solid antara

kepala sekolah, para guru maupun civitas academia lainnya.

Untuk itu peranan kepemimpinan dan manajemen Kepala Sekolah adalah

untuk mengadakan peningkatan mutu mengajar guru menjadi lebih baik dari

sebelumnya. Untuk itu kepemimpinan Kepala Sekolah dan guru di SMP harus

sudah diterapkan sebagai pedoman dalam melaksanakan proses belajar

mengajar agar lebih efektif dan edisien.

Guru memiliki tanggung jawab dan fungsi yang sangat strategis dalam

mengembangkan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

Untuk itu, guru perlu memahami dengan baik apa yang dimaksud potensi siswa

sehingga memicu mendapatkan hasil belajar yang baik. Guru sangat berperan
5

dalam meningkatkan mutu pendidikan. Untuk itu dalam menyelenggaraan

pendidikan seperti termuat dalam Undang - undang Nomor 20 tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional salah satunya pendidikan diselenggarakan

dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta

dalam penyelenggaran dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Pendidikan

yang bermutu sangat bergantung pada keberadaan guru yang bermutu.

Berdasarkan beberapan penjelasan di atas dengan tidak mengabaikan

faktor-faktor lainnya, guru dianggap sebagai faktor yang menurunkan atau

meningkatkan mutu pendidikan nasional. Oleh karena itu betapa pentingnya

pembinaan guru secara profesional secara terarah dan terprogram untuk

meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Namun hal ini tidak terlepas dari kepemimpinan dan manajemen yang

diterapkan oleh kepala sekolah. Menurut Basri (2014:118) apabila kepala

sekolah memiliki mentalitas kepemimpinan dan manajemen yang buruk,

penyelenggaran pendidikan pun akan buruk karena kepala sekolah sebagai

pengelolah, pembina, dan pengembang proses pembelajaran dengan sebuah

aktivitas lainnya. Kepala sekolah adalah supervisor yang harus bertindak sebagai

pemimpin yang demokratis, berwibawa, dan menjadi suri teladan bagi semua

guru, semua siswa dan semua karyawan sekolah.

Dari data hasil penilaian kinerja guru yang telah dilakukan oleh penilai di

Sekolah Menengah Pertama Se-Kecamatan Air Kumbang, diketahui bahwa nilai

rata-rata tingkat kompetensi guru SMP yang diperoleh sebesar 46,17. Hal ini

menunjukkan tingkat kompetensi yang dimiliki guru tergolong cukup. Namun, ada

beberapa guru yang sudah memiliki tingkat kompetensi yang baik.


6

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara yang dilakukan oleh peneliti

dengan pengawas SMP se-kecamatan Air Kumbang, pada tanggal 14 Oktober

2020 mengatakan bahwa masih banyak guru SMP Se-Kecamatan Air Kumbang

yang memiliki kinerja yang kurang, kepemimpinan dan manajemen kepala

sekolah bervariasi macamnya. Dengan kepemimpinan dan manajemen yang

bervariasi tersebut, kinerja guru juga menjadi bermacam-macam. Ada yang baik

ada pula yang masih kurang.

Wawancara juga dilakukan dengan kepala sekolah SMP Negeri 3 Air

Kumbang pada tanggal 15 Oktober 2020 yang mengatakan bahwa kinerja guru

di sekolah bermacam-macam variasinya. Kinerja guru yang kurang maksimal

diantaranya disebabkan masalah waktu. Permasalahan yang terjadi pada

menurunkannya kinerja dan produktivitas guru di SMP Se-Kecamatan Air

Kumbang yang disebabkan oleh kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah

rendahnya disiplin kerja beberapa guru yang cenderung dibiarkan berakibat pada

terjadinya dis-harmoni di dalam organisasi yang berdampak pada kinerja guru

secara keseluruhan. Padahal, kinerja dan produktivitas guru dalam mengajar

merupakan kunci utama terjadinya kualitas proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan penelitian yang

berjudul “ Pengaruh Kepemimpinan dan Manajemen Kepala Sekolah Terhadap

Kinerja Guru SMP Se-Kecamatan Air Kumbang”

B. Identifikasi Masalah

Merujuk pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

masalah pokok sebagai berikut :


7

1. Kinerja sebagian guru SMP Se-Kecamatan Air Kumbang yang masih kurang

dan perlu ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Priansa (2018:7)

yang menyatakan bahwa masih banyak guru yang belum memenuhi

ketentuan profesionalismenya sebagai seorang guru, sesuai dengan amanat

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

dan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

(UUGD). bahkan di daerah, banyak guru yang belum memenuhi kualifikasi

pendidikan S1/D4. Selain itu, masih banyak guru yang belum mampu

mengembangkan metode pembelajaran yang kreatif dan efektif untuk

menghasilkan peserta didik sesuai amanat perundang-undangan. Banyak

guru yang masih menganggap profesinya hanya sebagai rutinitas pekerjaan

biasa, sehingga hal ini la yang memicu kinerja guru menjadi rendah.

2. Kepemimpinan dan manajemen yang diterapkan oleh kepala sekolah yang

bervariasi membuat perbedaan pada kinerja guru SMP Se-Kecamatan Air

Kumbang. Setiap kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk

melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana dan

berkesinambungan. Kepala Sekolah sebagai pemimpin tertinggi sangat

berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah. Priansa (2018:34)

menjelaskan bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat

mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan

kemampuan tenaga kependidikan.

3. Pola pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru masih

beragam bentuknya. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, seorang

kepala sekolah memiliki pola kepemimpinan dan manajemen masing-

masing, sehingga membuat pola pembinaan yang berbeda, akan tetapi arah
8

yang dikehendaki salah satunya untuk mempengaruhi kinerja guru di

lingkungan kerjanya (Mulyasa, 2017:158)

4. Belum diketahuinya kepemimpinan dan manajemen yang ideal bagi kepala

sekolah. Menurut Hermino (2017:175) idealnya seorang kepala sekolah

harus mampu menggunakan proses-proses demokrasi atas dasar kualitas

sumbangannya, hendaknya berusaha untuk meningkatkan kemampuan staf

untuk bekerja dan berpikir bersama dan berusaha selalu mengevaluasi

program pendidikan yang direncanakannya. Mulyasa (2017:48) mengatakan

kepemimpinan fasilitatif merupakan alternatif model kepemimpinan ideal

yang dibutuhkan oleh guru guna menghadapi tantangan masa depan pada

era globalisasi.

5. Lokasi SMP Se-Kecamatan Air Kumbang yang jauh dari pusat kota membuat

kinerja sebagian guru menjadi tidak maksimal. Lokasi sekolah yang jauh

membuat kinerja guru menjadi rendah hal ini dikaitkan rendahnya dengan

kesehjahteraan guru. Hal ini tertulis di buku Priansa (2018:8) dijelaskan

bahwa rendahnya kesehjahteraan guru menyebabkan kualitas pendidikan

menjadi kurang optimal. Masih terdapat ratusan ribu guru kontrak / honorer

yang belum memperoleh penghasilan yang memadai sesuai dengan standar

hidup minimal, dan ditambah dengan tempat mengajar di pelosok-pelosok

pedesaan hal inila yang menyebabkan kinerja yang dihasilkan guru menjadi

tidak optimal karena kebutuhan dasar guru belum terpenuhi.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak keluar dari pembahasan yang telah ditetapkan oleh

peneliti, maka peneliti memberikan batasan masalah dalam penelitian ini yaitu
9

1. Kepemimpinan kepala sekolah yang meliputi fungsi dan tugasnya dalam

pelaksanaan penggunaan pengaruh, profesional, pemberdayaan, mobilitas,

motivasi, pengarahan dan bimbingan, serta pembentukan komitmen.

2. Manajemen kepala sekolah yang terdapat pada aspek keterbukaan,

kemandirian, kerjasama, akuntabilitas dan sustainbilitas.

3. Kinerja guru yang meliputi kedisiplinan, kemampuan mengajar , kemampuan

mengelola kelas, kemampuan merencanakan dan mengevaluasi

pembelajaran

D. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan dan pembatasan masalah, dapat

ditentukan rumusan permasalahannya. Adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja

guru SMP Se-Kecamatan Air Kumbang?

2. Apakah terdapat pengaruh manajemen kepala sekolah terhadap kinerja guru

SMP Se-Kecamatan Air Kumbang?

3. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah

secara bersama-sama terhadap kinerja guru SMP Se-Kecamatan Air

Kumbang?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

1. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Se-

Kecamatan Air Kumbang.


10

2. Pengaruh manajemen kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Se-

Kecamatan Air Kumbang

3. Pengaruh kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah secara bersama-

sama terhadap kinerja guru SMP Se-Kecamatan Air Kumbang.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut.

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan menjadi rujukan yang dapat memberikan kontribusi

yng signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin

ilmu Manajemen Pendidikan

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan secara informasi awal

untuk selanjutnya dapat dikaji dan diteliti kembali mengenai kepemimpinan

kepala sekolah dan manajemen kepala sekolah serta kinerja guru

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi mengenai

kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah serta kinerja guru

c. Bagi Dinas Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam

merumuskan dan menetapkan kebijakan pendidikan khususnya bagi

peningkatan pengelolaan pendidikan.


11

II. KERANGKA TEORITIK

A. DESKRIPSI TEORITIK

1. KEPEMIMPINAN

a. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan diterjemahkan dari bahasa Inggris “Leadership”. merupakan

ilmu terapan dari ilmu - ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dari rumusannya

diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesehjahteraan manusia (Pianda,

2018: 73).

Menurut Wahyudi (2015:119) definisi kepemimpinan terus mengalami

perubahan sesuai dengan peran yang dijalankan, kemampuan untuk

memperdayakan (empowering) bawahan / anggota sehingga timbul inisiatif untuk

berkreasi dalam bekerja dan hasilnya lebih bermakna bagi organisasi dengan

sekali-kali pemimpin mengarahkan, menggerekkan dan mempengaruhi anggota.

Kepemimpinan merupakan sifat pemimpin, artinya unsur-unsur yang terdapat

pada seorang pemimpin dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta

merealisasikan visi dan misinya dalam memimpin bawahan, masyarakat dalam

suatu lingkungan sosial, organisasi atau negara (Basri, 2014:11)

Wahjosumidjo (2013:17) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan

istilah sifat - sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola

interaksi, hubungan kerja sama antar peran, kedudukan dari satu jabatan

administratif dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh.

Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk menciptakan perubahan yang

paling efektif dalam perilaku kelompok bagi yang lain dia adalah proses

mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok kearah penetapan tujuan dan

pencapaian tujuan (Rohiat, 2018:14)


12

Kepemimpinan merupakan sebagai tingkah laku individu dalam interaksi

dengan sistem sosial untuk mencapai suatu tujuan. Tercapai tidaknya suatu

tujuan organisasi sangat bergantung pada kepemimpinan yang digunakan oleh

pemimpin (Permadi dan Arifin, 2018:53)

Menurut Damin dan Suparno (2019:3) bahwa kepemimpinan adalah

kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian tertentu.

Pengaruh itu dihasilkan dari interaksi atas dasar posisi formal ataupun informal.

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi

bawahan agar dapat bekerja atau berpartisipasi dalam pelaksanaan proses

pendidikan sehingga tujuan atau sasaran sesuai dengan apa yang telah

ditetapkan (Susanto, 2016 :22)

Suprihatiningrum (2014:273) kepemimpinan pada dasarnya merupakan

pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan

pengaruhnya terhadap kelompokorang agar bekerja bersama-sama untuk

mencapai tujuan.

Menurut Andang (2014:39) kepemimpinan adalah suatu proses yang

dilakukan untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk bekerja

secara bersama tanpa paksaan dalam mencapai tujuan dari suatu organisai.

Para peneliti biasanya mendefinisikan kepemimpinan sesuai dengan

perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian

mereka. Kepemimpinan telah didefinisikan dalam kaitannya dengan ciri-ciri

individual, perilaku pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interksi, hubungan

peran, tempatnya pada suatu posisi administrasi, serta persepsi oleh orang lain

mengenai keabsahan dari pengaruh.


13

Sobirin (2018:53) menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah proses

dimana seseorang (pemimpin) dengan bantuan kualitas persuasifnya,

mempengaruhi kegiatan kelompok yang terorganisasi dalam upaya mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Dari beberapa pengertian tentang kepemimpinan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kecakapan atau kemampuan

seseorang dalam suatu proses interaksi kelompok yang mempengaruhi orang

lain untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.

b. Tipe Kepemimpinan

Menurut Shulhan & Soim (2013: 36) ada beberapa tipe kepemimpinan

Kepala Sekolah.

1. Tipe Kepemimpinan Otokratis/Otoriter

Tipe kepemimpinan otokratis ini merupakan tipe kepemimpinan yang paling

dikenal. Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sabagai

dictator terhadap anggota-anggotanya. Kepala sekolah berperan sebagai

pemimpin yaitu menggerakkan kelompoknya. Kekuasaan pemimpin yang

otokratis hanya dibatasi oleh undang-undang, penafsirannya sebagai pemimpin

tiada lain adalah menunjukkan dan memberi perintah.

Kewajiban bawahan adalah mengikuti dan menjalankan, tidak boleh

membantah dan mengajukan saran. Veithzal dan Mulyadi (2012:36)

mengungkapkan tipe kepemimpinan otoriter menempatkan kekuasaan di tangan

satu orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan

tugas bawahan semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah dan

bahkan kehendak pemimpin. Pimpinan memandang dirinya lebih dalam segala

hal, dibandingkan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah,


14

sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa ada perintah. Pemimpin

yang otokratis tidak menghendaki musyawarah, rapat hanyalah sebagai sarana

untuk menyampaikan instruksi-instruksi. Setiap perbedaan pendapat antara para

anggotanya diartikan sebagai kepicikan, pembangkangan, dan pelanggaran

disiplin terhadap instruksi yang telah ditetapkan. Dalam tindakan dan perbuatan,

pemimpin tidak dapat diganggu gugat. Supervisi bagi pemimpin yang otokratis

diartikan sebagai pengontrolan kepatuhan dan ketaatan kelompok terhadap

segala perintah pemimpin. Dalam hal ini, berarti bukan supervise yang dilakukan

akan tetapi sebagai inspeksi, yaitu mencari kesalahan dari para anggota.

Jika ada anggota yang tidak patuh akan diberikan hukuman, begitupun

sebaliknya jika ada yang patuh maka akan diberikan penghargaan. Kepemimpina

otoriter memiliki dampak begatif dalam sebuah organisasi, antara lain :

1. Anggota akan menjadi pengikut yang tidak mampu dan tidak mau berinisiatif,

takut mengambil keputusan, dan minimnya tingkat kretifitas.

2. Ketersediaan anggota dalam meaksanakan tugas didasari oleh perasaan

takut dan tertekan.

3. Organisasi menjadi statis, karena pemimpin tidak menyukai perubahan,

perkembangan biasanya datang dari para anggota. Kepemimpinan

dangan tipe otokratis banyak ditemukan dalam pemerintahan absolut,

sehingga ucapan raja berlaku sebagai undang-undang atau ketentuan

hokum yang mengikat.

Kepemimpinan dangan tipe otokratis banyak ditemukan dalam

pemerintahan absolut, sehingga ucapan raja berlaku sebagai undang-undang

atau ketentuan hukum yang mengikat. Disamping itu, kepemimpinan ini sering
15

pula terlihat pada kepemimpinan dictator sebagaimana yang terjadi di masa Nazi

Jerman dengan Hitler sebagai pemimpin yang otoriter.

2. Tipe Kepemimpinan Laizes Faire (Kendali Bebas)

Tipe kepemimpinan Laizes Faire, sebenarnya pemimpin tidak meberikan

pimpinannya. Tipe ini diartikan sebagai kepemimpinan yang acuh, artinya

membiarkan orang-orang berlaku sesuai kehendaknya masing-masing.

Pemimpin dengan tipe ini termasuk pemimpin yang sama sekali tidak

memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan anggotanya. Pekerjaan

tugas dan kerjasama diserahkan kepada anggotanya tanpa ada petunjuk atau

saran dari pemimpin. Kekuasaan dan tanggung jawab bersimpang-siur dan

terjadi kekacauan diantara anggota kelompoknya. Tingkat keberhasilan

organisasi dengan kepemimpinan Laizes Faire ini disebabkan karena kesadaran

dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh dari

pemimpinnya. Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari kepemimpinan

otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan

dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam

mengambil keputusan dan melakukan kegiatannya masing-masing, baik secara

individu maupun kelompok. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai

penasihat. Tipe kepemimpinan ini biasanya yang struktur organisasinya tidak

jelas. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana yang terarah dan tanpa

pengawasan dari pemimpin. (Veithzal dan Mulyadi, 2012 :37).

3. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Pemimpin yang demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai

dictator melainkan sebagai pemimpin yang transparan. Pemimpin yang

demokratis.selalu berusaha menstimulasi anggotanya gara bekerja lebih


16

kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usahanya selalu

berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya dan

mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya. Tipe

kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan

terpenting dalam setiap organisasi. Pemipin memandang bawahannya sebagai

subjek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspek. Keinginan, kehendak,

kemampuan, maupun kreatifitas yang berbeda dakan mendapatkan

penghargaan dari pemimpin yang bersifat demokratis. Kepemimpinan demokratis

adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah. Pemimpin akan

mengambil keputusan dengan cara musyawarah dan mufakat bersama. (Veithzal

dan Mulyadi, 2012: 37)

Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin demokratis selalu bersifat

transparan, artinya selalu menerima dan mengharapan pendapat dan saran-

saran dari anggotanya. Pun kritik yang membangun sebagai umpan balik dan

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pemimpin. Pemimpin demokratis mempunyai kepercayaan diri sendiri dan

menyimpan perhatian serta kepercayaan pada anggotanya bahwa mereka

mampunyai kemampuan untuk bekerja dengan profesional. Pemimpin yang

demokratis juga selalu memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan, selalu

membangun semangat anggota kelompok dalam menjalankan dan

mengembangkan daya anggota kelompk dalam menjalankan tugasnya.

Beberapa tipe kepemimpinan diatas, dalam prakteknya dapat saling mengisi,

terutama antara kepemimpinan otoriter dan kepemimpinan demokratis. Dengan

kata lain dalam kepemimpinan masih diperlukan kepemimpinan otoriter walaupun

sifatnya yang lebih lunak. Sifat otoriter tersebut diperlukan sebagai perwujudan
17

kesatuan perintah agar tidak membingungkan. Disamping itu dalam batas-batas

tertentu kepemimpinan otoriter masih sangat diperlukan dalam kegiatan

mengontrol dan pengawasan.

Terjadinya perbedaan-perbedaan mengenai tipe kepemimpinan tersebut

adalah atas dasar hubungan antara pemimpin dan kelompok yang dipimpinnya.

Berpijak dari teori dan tipe kepemimpinan tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa agar seseorang dapat tampil sebagai pemimpin yang baik dan sukses

dalam melaksanakan kepemimpinannya, maka semua kualitas kepemimpinan

haruslah memenuhi persyaratan dan tuntutan yang diajukan oleh situasi.

Dari beberapa tipe kepemimpinan tersebut, dalam prakteknya dapat saling

mengisi, terutama antara kepemimpinan otoriter dan kepemimpinan demokratis.

Dengan kata lain dalam kepemimpinan masih diperlukan kepemimpinan otoriter

walaupun sifatnya yang lebih lunak. Sifat otoriter tersebut diperlukan sebagai

perwujudan kesatuan perintah agar tidak membingungkan. Disamping itu, dalam

batas-batas tertentu kepemimpinan otoriter masih sangat diperlukan dalam

kegiatan pengontrolan dan pengawasan. (Shulhan, 2013: 41) Dari beberapa tipe

kepemimpinan yang utama, terdapat beberapa tipe kepemimpinan yang sifatnya

sebagai pelengkap antara lain : tipe kepemimpinan kharismatik, simbol,

pengayom, tipe kepemimpinan ahli, organisatoris, administrator, dan agiator.

(Shulhan, 2013: 45) Berdasarkan dari teori dan tipe kepemimpinan tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa agar seseorang dapat tampil sebagai pemimpin

yang baik dan sukses dalam melaksanakan kekepmimpinannya, maka semua

kualitas kepemimpinan harus memenuhi persyaratan dan tuntunan yang diajukan

oleh situasi dan kondisi dalam proses kepemimpinan.


18

2. MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH

a. Definisi Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa latin dari kata “ Manus” yang artinya “

tangan” dan “ agere’ yang bearti “ melakukan. Kata -kata ini digabung menjadi “

Managere” yang bermakna menangani sesuatu, mengatur, membuat sesuatu

menjadi seperti apa yang diinginkan dengan mendayagunakan seluruh sumber

daya yang ada (Kristiawan, Safitri dan Lestari, 2012:1)

Manajemen merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan,

memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan

sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah

ditetapkan (Suprhihanto, 2014:4). Setiap organisasi memerlukan manajemen.

Manajemen berfungsi untuk mengatur aktivitas seluruh elemen dalam suatu

lembaga. Oleh karena itu, dalam proses manajemen diperlukan perencanaan,

pengorganisasian, penganggaran, kepemimpinan, dan pengendalian.

Manajemen merupakan seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan (Jawangga, 2019:1)

Choliq (2011:3) menjelaskan bahwa manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha

para anggota dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya

agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen merupakan

suatu proses menyelesaikan aktivitas secara efisien dengan atau melalui orang

lain dan berkaitan dengan rutinitas tugas suatu organisasi (Danim & Suparno,

2019:3)
19

Menurut Ratminto & Winarsih (2012:1) mendefinisikan manajemen sebagai

suatu seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penyusunan

dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan terlebih dahulu.

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan

dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua

sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah

ditetapkan.(Safroni, 2012: 44)

Pengertian manajemen telah banyak dibahas para ahli yang bisa dijelaskan

bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, perorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan para anggota dan sumber daya lainnya untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, apabila

dalam sistem dan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

penganggaran, dan pengawasan itu kurang baik, maka proses manajemen itu

secara keseluruhan juga kurang baik, maka proses manajemen itu keseluruhan

juga kurang baik. Dengan demikian, proses pencapaian tujuan organisasi juga

terganggu, bahkan mungkin dapat mengalami kegagalan.

b. Fungsi Manajemen

Hakekat manajemen secara sederhana pada dasarnya adalah proses

mengoptimalkan kontribusi manusia, material, anggaran untuk mencapai tujuan

organisasi. Dalam hal ini tentunya tujuan untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan maka kegiatan manajemen di perpustakaan secara garis besar dapat

dilaksanakan berdasarkan fungsi-fungsi manajemen pada umumnya. Terry

(2010:9) mengelompokkan fungsi manajemen dalam beberapa aspek seperti


20

planning,organizing,actuating,and controlling dengan akronim yang cukup

popular POAC.

Menurut Terry (2010: 9), fungsi manajemen dapat dibagi menjadi empat

bagian, yakni planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating

(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan) :

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan visi, misi,

tujuan, strategi, kebijakan, program, prosedur, sistem, metode, anggaran dan

standar yang dibutuhkan perpustakaan sekolah. Perencanaan meliputi program

jangka pendek, menengah, dan panjang. Di samping itu, dalam penyusunan

rencana kerja hendaknya didahului dengan analisis kebutuhan perpustakaan

sekolah dan analisis faktor pendukung dan penghambat. Misalnya kebutuhan

staf perpustakaan, sumber dana, prioritas kebutuhan bahan pustaka. Semua

program kerja yang telah tersusun tersebut hendaknya disosialisasikan kepada

seluruh warga sekolah dan masyarakat melalui komite sekolah, dengan tujuan

untuk memperoleh tanggapan atau masukan. Dengan demikian, dimungkinkan

akan terjadi perbaikan (revisi) program kerja perpustakaan.

2. Pengorganisasian (organizing)

Kepala perpustakaan sekolah harus mengidentifikasi jenis pekerjaan,

beban kerja, dan kompetensi tenaga perpustakaan. Dengan demikian, kepala

perpustakaan bisa dengan mudah menetapkan tugas dan tanggung jawab

kepada staf perpustakaan, dan mengorganisir staf perpustakaan untuk

menjalankan tugas yang ditetapkannya.

3. Penggerakan (Actuating)
21

Memimpin atau menggerakan seseorang adalah aktivitas yang

menyangkut pihak yang memimpin dan pihak yang dipimpin. Tanpa ada kerja

sama yang baik dan harmonis antara kedua belah pihak maka sulit untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Actuating berhubungan dengan

aktivitas mempengaruhi orang lain agar orang tersebut dengan suka rela mau

melaksanakan tugas atau usaha-usaha kea rah pencapaian tujuan (sasaran)

Tindakan-tindakan perencanaan dan pengorganisasian belum dapat

dikatakan berhasil sebelum kita melaksanakan semua aktivitas kegiatan.

Masalah-masalah yang sering dihadapi kepala perpustakaan berkaitan dengan

actuating adalah :

a. Bagaimana carannya mengusahakan agar setiap staf perpustakaan

mampu bekerja sama secara lebih efisien.

b. Bagaimana caranya para mengembangkan skill (keterampilan) staf

perpustakaan sekolah.

c. Bagaimana caranya memotivasi staf perpustakaan, maupun guru

pustakawan dapat bekerja secara efektif dan efisien.

4. Pengawasan (controlling)

Tugas utama kepala perpustakaan sekolah adalah mengendalikan semua

kegiatan agar pelaksanaanya dapat berjalan sesuai dengan rencana (program)

dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Apabila terjadi

penyimpangan, maka kepala perpustakaan harus melihat dan meneliti di mana

letak terjadinya penyimpangan, maka kepala perpustakaan harus melihat dan

meneliti di mana letak terjadinya penyimpangan itu dan bagaimana cara atau

tindakan yang harus dilakukan. Biasannya, pengawasan berhubungan dengan

persoalan-persoalan sebagai berikut :


22

a. Membandingkan kejadian-kejadian dengan rencana yang sebelumnya

dibuat;

b. Mengadakan koreksi yang perlu dilakukan apabila kejadian riil ternyata

menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan.

Mentari (2019:13) menjelaskan manajemen memiliki beberapa fungsi,

sebagai berikut :

1) Perencanaan

Perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan suatu

proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan yang akan

dilaksanakan pada masa yang akan datang dan harus ada sebelum kegiatan

berlangsung.

2) Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan proses membagi kerja ke dalam tugas -

tugas kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang sesuai dengan

kemampuannya dan mengalokasikan sumber daya serta

mengkordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan

organisasi.

3) Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan teperinci. Pelaksanaan ini

dilakukan apabila perencanaan sudah dianggap siap.

4) Pengendalian

Pengendalian diartikan sebagai usaha menentukan apa yang sedang

dilaksanakan dengan cara menilai hasil atau prestasi dan kalau terdapat

penyimpangan dari standar yang ditentukan maka segera akan diadakan


23

usaha perbaikan, sehingga hasil atau prestasi yang dicapai sesuai dengan

rencana.

c. Definisi Kepala Sekolah

Secara etimologi, kepala sekolah merupakan padanan dari school principal

yang bertugas menjalankan principalship atau kekepalasekolahan. Istilah

kekepalasekolahan, artinya segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok

dan fungsi sebagai kepala sekolah. Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “

kepala” dan “ sekolah”. kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin

organisasi atau lembaga. Sementara “ sekolah” bearti lembaga tempat menerima

dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan

pemimpin sekolah atau lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran

(Basri, 2014:40)

Kepala Sekolah adalah merupakan jabatan karir yang diperoleh seseorang

setelah sekian lama menjabat sebagai guru. Seseorang diangkat dan dipercaya

menduduki jabatan kepala sekolah harus memenuhi kriteria - kriteria yang

disyaratkan untuk jabatan dimaksud (Wahyudi, 2015:63)

Kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru

yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan

proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang

memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2013:80)

Menurut Permadi dan Arifin (2018:55) Kepala sekolah merupakan jabatan

tambahan dari jabatan guru . hal ini berdasarkan S.K Mempan No. 0296 tahun

1996 yang menyatakan kepala sekolah adalam pemimpin resmi di sekolah,


24

karena ada legitimasi dari pihak yang berkuasa dan berwenang baik dari

pemerintah atau yayasan

Sobirin (2018:94) menjelaskan bahwa kepala sekolah merupakan orang

yang bertanggung jawab dalam berbagai bidang garapan, yaitu bidang

akademik, bidang kepegawaian, bidang kesiswaan, bidang sarana dan

prasarana, bidang keuangan, dan bidang hubungan kemsyarakatan.

Kepala Sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat

untuk menduduki jabatan struktural (Kepala Sekolah) di sekolah. (Aedi, 2016: 35)

Adapun pengertian Kepala Sekolah sesuai dengan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional No.28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai

Kepala Sekolah/Madrasah, Pasal 1 ayat 1 yaitu : Kepala Sekolah/Madrasah

adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin taman

kanak-kanak/raudhotul athfal (TK/RA), taman kanak-kanak luar biasa (TKLB),

sekolah/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah

menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah

pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas/madrasah Aliyah

(SMA/MA), sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK),

sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) yang bukan sekolah bertaraf

internasioanal (SBI) atau yang tidak dikembangkan menjadi sekolah bertaraf

internasional (SBI). Pasal 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990

tentang Pendidikan Dasar menyatakan bahwa kepala sekolah bertanggung

jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,

pembinaan tenaga kependidikans lainnya dan pendayagunaan serta

pemeliharaan sarana dan prasarana.


25

Dari beberapa definisi di atas, disimpulkan bahwa Kepala Sekolah adalah

guru yang di beri tugas karena mempunyai kualifikasi dan kompetensi untuk

memimpin lembaga pendidikan.

d. Kompetensi Kepala Sekolah

Menurut Wahyudi (2015:28) menjelaskan bahwa kompetensi kepala

sekolah adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang

direfleksikan kepala sekolah dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara

konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau berkemampuan

dalam mengambil keputusan tentang, penyediaan, pemanfaatan dan

peningkatan potensi sumber daya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Kompetensi kepala sekolah sebagaimana tertulis dalam peraturan

menteri pendidikan nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007, tentang

standar kepala sekolah / madrasah di jabarkan dalam tabel berikut :

Tabel 1.
Dimensi Kompetensi dan Kompetensi Kepala Sekolah

Dimensi Kompetensi Kompetensi


1. Kepribadian 1) Berakhlak mulia, mengembangkan
budaya dan tradisi akhlak mulia,
dan menjadi teladan akhlak mulia
nagi komunitas di sekolah /
madrasah
2) Memiliki integritas kepribadian
sebagai pemimpin
3) Memiliki keinginan yang kuat
dalam pengembangan diri
4) Bersikap terbuka dalam
melaksanakan tugas pokok dan
fungsi
5) Mengendalikan diri dalam
26

menghadapi masalah dalam


pekerjaan sebagai kepala
sekolah / madrasah
6) Memiliki bakat dan minat jabatan
sebagai pemimpin pendidikan
2. Manajerial 1) Menyusun perencanaan sekolah /
madrasah untuk berbagai
tingkatan perencanaa
2) Mengembangkan organisasi
sekolah / madrasah sesuai dengan
kebutuhan
3) Dalam rangka pendayagunaan
sumberdaya sekolah / madrasah
secara optimal
4) Mengelola perubahan dan
pengembangan sekolah /
madrasah menuju organisasi
pembelajaran yang efektif
5) Menciptakan budaya dan iklim
sekolah / madrasah yang kondusif
dan inovatif bagi pembelajaran
peserta didik
6) Mengelola guru dan staf dalam
rangka pendayagunaan sumber
daya manusia secara optimal
7) Mengelola sarana dan prasarana
sekolah / madrasah dalam rangka
pemdayagunaan secara optimal
8) Mengelola hubungan sekolah /
madrasah dan masyarakat dalam
rangka pencarian dukungan ide,
sumber belajar dan pembiayaan
sekolah /madrasah
9) Mengelola peserta didik dalam
27

rangka penerimaan peserta didik


baru dan penempatan dan
pengembangan kapasitas peserta
didik
10) Mengelola pengembangan
kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah
dan tujuan pendidikan nasional
11) Mengelola keuangan sekolah /
madrasah sesuai dengan prinsip
pengelolaan yang akuntabel,
transparan dan efisien
12) Mengelola ketatausahaan
sekolah / madrasah dalam
mendukung pecapaian tujuan
sekolah / madrasah
13) Mengelola unit layanan khusus
sekolah / madrasah dalam
mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan
peserta didik di sekolah /
madrasah
14) Mengelola sistem informasi
sekolah / madrasah dalam
mendukung penyusunan program
dan pengambilan keputusan
15) Memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen
sekolah / madrasah
16) Melakukan monitoring, evaluasi,
dan pelaporan pelaksanaan
program kegiatan sekolah /
madrasah dengan prosedur yang
28

tepat serta merencanakan tindak


lanjut

3. Kewirausahaan 1) Menciptakan inovasi yang berguna


bagi pengembangan sekolah /
madrasah
2) Bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan sekolah / madrasah
3) Memiliki motivasi yang kuat untuk
sukses dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin sekolah / madrasah
4) Pantang menyerah dan selalu
mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang
dihadapi sekolah / madrasah
5) Memiliki naluri kewirausahaan
dalam mengelola kegiatan
produksi / jasa sekolah / madrasah
sebagai sumber belajar peserta
didik
4. Supervisi 1) Merencanakan program supervisi
akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru
2) Melaksanakan supervisi akademik
terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan
teknik supervisi yang tepat
3) Menindaklanjuti hasil supervisi
akademik terhadap guru dalam
rangka peningkatan
profesionalisme guru
5. Sosial 1) Bekerjasama dengan pihak lain
untuk kepentingan sekolah /
29

madrasah
2) Berpartisipasi dalam kegiatan
sosial kemasyarakatan
3) Memiliki kepekaan sosial terhadap
orang atau kelompok lain

Kompetensi kepala sekolah sebagaimana yang dipersyaratkan dalam

peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun

2007, tentang standar kepala sekolah / madrasah belum cukup untuk menjamin

keberhasilan sekolah dalam mencapai visi dan misi yang ditetapkan. Karena itu

perlu ditambah dengan kompetensi-komptensi yang lain yang berkaitan dengan

tugas dan fungsi kepala sekolah.

e. Tugas dan Peran Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai pemimpin di sebuah lembaga pendidikan, didalam

kepemimpinanya ada beberapa unsur yang saling berkaitan yaitu: unsur

manusia, unsur sarana, unsur tujuan. Untuk dapat memperlakukan ketiga unsur

tersebut secara seimbang seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan atau

kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan

kepemimpinan. Pengetahuan dan keterampilan ini dapat diperoleh dari

pengalaman belajar secara teori ataupun dari pengalaman di dalam praktek

selama menjadi kepala sekolah. Adapun tugas dan fungsi kepala sekolah antara

lain:

1. Kepala Sekolah Sebagai Edukator

Kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas

pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor pengalaman

sangat mempengaruhi profesionalisme kepala sekolah, terutama dalam

mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap


30

pelaksanaan tugasnya. Upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam peningkatan

kinerja tenaga kependidikan antara lain yang mengikutsertakan guru-guru dalam

penataran-penataran, untuk menambahkan wawasan para guru. Kepala sekolah

juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar kejenjang pendidikan yang

lebih tinggi (Wahjosumidjo, 2013:126).

2. Kepala Sekolah Sebagai Pejabat Formal

Salah satu peran kepala sekolah adalah sebagai seorang pejabat formal

atau sebagai pemimpin formal. Oleh sebab itu, kedudukannya yang formal,

pengangkatan, pembinaan dan tanggung jawabnya terikat oleh serangkaian

berbagai ketentuan dan prosedur. Demikian pula dalam melaksanakan tugas -

tugas kekepala sekolahan harus selalu memerhatikan berbagai faktor seperti

perundang-undangan, kebijaksanaan serta peraturan yang berlaku, variabel

internal dan eksternal, interkasi antarsumber daya manusia dan sumber material

yang ada, efektivitas, kekuatan dan kelemahan serta integritas dan pengalaman

(Wahjosumdijo, 2013:129).

3. Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Peranan kepala sekolah sebagai manajer merupakan sebuah tugas, dalam

rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus

memiliki strategi yang tepat untuk mendayagunakan tenaga kependidikan melalui

kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga

kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan

seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program

sekolah. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala
31

sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk mendayagunakan tenaga

kependidikan melalui kerjasama atau koperatif, memberi kesempatan kepada

para tenaga kependidikan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan

yang menujang program sekolah (Wahyudi, 2015:64). Menurut Hendarman dan

Rohanim (2019:112) menjelaskan bahwa peran kepala sekolah sebagai manajer

pada hakikatnya menjadi tantangan bagi para kepala sekolah. Tantangan

dimaksud dikaitkan dengan pengubahan pola pikir dan pola sikap. Bagi sebagian

besar kepala sekolah hal tersebut akan dirasakan sebagai suatu yang tidak

mudah, tetapi bagi sebagian kepala sekolah yang lain hal tersebut dapat

dianggap sebagai suatu bentuk tanggung jawab dan komitmen untuk menjadikan

perubahan peran sebagai indikator dari keinginan untuk selalu berubah dari

waktu ke waktu yang lebih baik.

4. Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubugan yang sangat erat

dengan berbagai aktifitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,

penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah khusunya berkenaan

dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan

kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar madrasah dapat

mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan

mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu

kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai

bagi upaya peningkatan kompetensi guru (Mulyasa, 2017:78). Kepala sekolah

sebagai administrator, khususnya dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas

sekolah, dapat dianalisis berdasarkan seberapa pendekatan, baik pendekatan

sifat, pendekatan perilaku, maupun pendekatan situsional. Dalam hal ini, kepala
32

sekolah harus mampu bertindak situasional, sesuai dengan situasi dan kondisi

yang ada. Meskipun demikian, pada hakiketnya kepala sekolah harus lebih

mengutamakan tugas, agar tugas-tugas yang diberikan kepada setiap tenaga

kependidikan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di samping berorientasi

terhadap tugas, kepala sekolah juga harus menjaga hubungan manusia dengan

para stafnya, agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas

dengan baik, tetapi mereka tetap senang dalam melakukan tugasnya.

5. Kepala Sekolah Sebagai Leader

Peran kepala sekolah sebagai leader adalah kepala sekolah harus mampu

memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemampuan tenaga

kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Peran

kepala sekolah sebagai inovator adalah kepala sekolah harus memiliki strategi

yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari

gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada

seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan mengembangkan model-model

pembelajaran yang inovatif.

6. Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Peran kepala sekolah sebagai motivator adalah harus memiliki strategi yang

tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam

melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi dapat ditumbuhkan melalui

peraturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan,

penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui

pengembangan pusat sumber belajar (PSB).

7. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor


33

Peran kepala sekolah sebagai supervisor, sebagai supervisor kepala sekolah

harus mampu menguasai dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Ia

bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sekolah, mengatur proses belajar,

mengajar, mengatur hal-hal yang menyangkut kesiswaan, personalia, sarana dan

prasarana yang dibutuhkan dalam pelajaran, ketatausahaan, keuangan, serta

mengatur hubungan dengan masyarakat (Basri, 2014:139)

Tugas utama Kepala Sekolah lebih dititikberatkan kepada fungsi

pembelajaran dan adminisstrasi. Tugas di bidang pembelajaran merupakan

tugas utama Kepala Sekolah. Perhatian Kepala Sekolah lebih tercurah untuk

memikirkan tentang kelancaran fungsi pembelajaran dan administratif. (Susanto,

2016: 24) Secara khusus Kepala Sekolah bertugas untuk.

a. Menentukan tujuan sekolah

b. Mengembangkan dan memacu harapan siswa untuk mencapai keberhasilan

c. Menentukan dan memacu standar akademi yang tinggi

d. Mempertahankan bobot waktu jam pengajaran

e. Mensyaratkan adanya pengetahuan kurikuler dan penyampaiannya yang

berbibit

f. Mengkondisikan kurikulum

g. Memacu dan membantu perbaikan pengajaran

h. Mengadakan supervise dan evaluasi terhadap pengajaran

i. Menciptakan lingkungan dan iklim kerja yang produktif

Menurut Mc Crudy dalam Susanto (2016: 13) selain tugas pembelajaran

yang telah disebutkan diatas, Kepala sekolah memiliki tugas administrative, yakni

Kepala Sekolah harus memfokuskan dirinya ke dalam enam bidang, yaitu :


34

orang, media pembelajaran, sumber, kualitas pengawasan, koordinasi kegiatan

sekolah, dan pemecahan masalah.

8. Kepala Sekolah Sebagai Pencipta Iklim Kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru

lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai

usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya

menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukan menarik

dan menyenangkan.

b. Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada guru

sehingga mereka mengetahui tujuan bekerja, para guru dapat dilibatkan

dalam penyusunan tujuan tersebut.

c. Pemberian reward lebih baik daripada hukuman, namun hukuman juga

diperlukan.

d. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru sehingga

memperoleh keputusan.

9. Kepala Sekolah Sebagai Wirausahawan

Dalam menerapkan prinsip kewirausahaan dihubungkan dengan

peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah harus dapat menciptakan

pembaruan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang.

Kepala Sekolah dengan sikap kewirausahaan yang kuat akan berani melakukan

perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal yang

berhubungan dengan proses pembelajaran serta kompetensi gurunya. Adapun

fungsi pemimpin pendidikan Kepala Sekolah adalah sebagai berikut.


35

a. Menciptakan suasana persaudaraan, kerjasama dengan penuh rasa

kebebasan.

b. Membantu kelompok untuk mengorganisasi diri, yaitu ikut serta dalam

memberikan rangsangan kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan

tujuan.

c. Membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu

kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan

prosedur mana yang paling praktis dan efektif.

d. Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan

kelompok.

e. Memberikan kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman.

Pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk melatih kelompok

menyadari proses da nisi yang dilakukan dan berani menilai hasilnya

secara jujur dan objektif.

f. Bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan

eksistendi organisasi.

3. KINERJA GURU

a. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance

(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang. Pengertian

kinerja (perstasi) adalah hasil kerja secara kualitas, kuantitas yang dicapai oleh

seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2014:56). Sedangkan menurut Dharma

(2015:78) menetapkan cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan, banyak cara

pengukuran yang dapat digunakan dengan cara pengukuran kauntitas, kualitas


36

dan ketepatan waktu. Hal ini diperkuat oleh Supardi (2016:54) bahwa kinerja

guru merupakan seorang guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di

madrasah dan bertanggung jawab atas peserta didik di bawah bimbingannya

dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam

melaksanakan tugas atau pekerjaannya (Rachmawati 2013:16). Priansa

(2018:79) mengungkapkan bahwa kinerja guru merupakan tingkat keberhasilan

guru dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kinerja guru tidak hanya ditunjukkan

oleh hasil kerja akan tetapi juga ditunjukkan oleh perilaku dalam bekerja, mulai

dari perencanaan pembelajaran, dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas dan

proses evaluasi atau penilaian hasil belajar siswa.

Sementara menurut Barnawi dan Arifin (2014:14) menjelaskan bahwa

kinerja guru dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan guru dalam

melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggung jawab dan

wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode

tertentu dalam kerangka mencapai tujuan pendidikan

Berdasarkan beberapa penjelasan ahli di atas maka dapat disimpulkan

bahwa kinerja guru merupakan gambaran hasil kerja seseorang. Hasil kerja ini

berkaitan dengan tugas yang menjadi tangggung jawab seorang individu. Bagi

guru tugas rutin dalam kinerjanya adalah tugas pembalajaran dikelas, dan disisi

lain guru memiliki tugas untuk merencanakan, pengelolaan dan administrasi atas

tugas-tugas pembelajaran tersebut.

b. Standar Kinerja Guru Profesional

Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat

penting dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan.


37

Melalui standar proses pendidikan setiap guru dan atau pengelola sekolah dapat

menentukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Untuk

mencapai standar pencapaian proses pendidikan melalui peningkatan dan

perbaikan profesional guru serta mengoptimalkan peran guru dalam proses

pembelajaran.

Menurut Yuliana (2018:125-143), Standar kinerja guru sangat penting

untuk diperhatikan dan dievaluasi karena guru mengemban tugas profesional.

Artinya tugas-tugas hanya dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang

diperoleh melalui program pendidikan.Guru memiliki tanggungjawab yang secara

garis besar dapat dikelompokkan yaitu: 1) Guru sebagai pengajar, 2) Guru

sebagai pembimbing, dan 3) Guru sebagai administrator kelas.

Standar kinerja merupakan patokan dalam mengadakan pertanggung

jawaban terhadap segala hal yang telah dikerjakan. Ivancevich dalam Rusman

(2011:89) patokan tersebut meliputi: (a) Hasil, mengacu pada ukuran output

utama organisasi; (b) Efisiensi, mengacu pada penggunaan sumberdaya langka

oleh organisasi; (c) Kepuasan, mengacu pada keberhasilan organisasi dalam

memenuhi kebutuhan karyawan atau anggotanya.; (d) Keadaptasian, mengacu

pada ukuran tanggapan organisasi terhadap perubahan.

Selanjutnya, Sahertian dalam Rusman (2011:51) menjelaskan bahwa

standar kinerja guru berhubungan dengan kualitas kinerja guru dalam

menjalankan tugasnya seperti: (a) Bekerja dengan siswa secara individu;

(b)Persiapan danperencanaan pembelajaran; (c) Pendayagunaan media

pembelajaran; (d) Melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar; dan(e)

Kepemimpinan yang aktif dari guru.


38

Kompetensi secara bahasa adalah kecakapan, kompetensi, dan

kewenangan. Kompetensi adalah kecakapan yang memadai untuk

melaksanakan suatu tugas atau keterampilan tertentu yang disyaratkan.

Kompetensi juga bisa diartikan karakteristik dasar seseorang yang memiliki

hubungan kausal dengan criteria referensi efektifitas dan keunggulan dalam

pekerjaan atau kondisi tertentu (Muamar, dkk, 2017: 26).

Terdapat beberapa istilah yang mirip dengan pengertian kompetensi,

yaitu kinerja (performance), kualifikasi (qualification), kapabilitas (capability)

dan kemampuan (ability). Pengertian kinerja merupakan unjuk kerja individu

yang secara langsung dapat diobservasi dan diukur. Kualifikasi menyangkut

kecakapan individu untuk melakukan tugas-tugas tertentu dengan benar

sesuai dengan persyaratan minimal yang ditentukan. Kapabilitas lebih dekat

dengan kompetensi, yaitu menyangkut kemampuan individu untuk melakukan

tugas-tugas tertentu, baik yang telah diaktualisasikan maupun yang belum.

Sedangkan kemampuan mengacu pada tingkat penguasaan peserta didik baik

ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik dalam melakukan pekerjaan.

Kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang

dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi berarti suatu

hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang baik yang

kualitatif maupun kuantitatif (Romlah, 2018: 19).

Pengelolaan adalah kemampuan untuk memperoleh suatu hasil dalam

rangka mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain. Pembelajaran adalah

proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi

suatu perubahan kearah yang lebih baik (Mulyasa, 2017:100).


39

Jadi kompetensi pengelolaan pembelajaran adalah kemampuan atau

ketrampilan guru dalam mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan proses

mengajar di kelas mulai dari pembuka pelajaran sampai pada pelaksanaan

penilaian dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai pengelola

pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang

memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Kompetensi ini merupakan

salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru, karena jika guru

mampu melaksanakan tugas mengajarnya dengan baik, maka kinerja guru akan

dikatakan baik pula.

Dan kinerja itu sendiri dapat dilihat dari bagaimana seseorang guru dalam

mengelola pembelajaran baik sebelum proses belajar mengajar berlangsung

sampai pada saat proses pembelajaran selesai. Usman (2011: 90-91)

menjelaskan bahwa kinerja guru itu terlihat dari aktifitas dilakukan dalam

mempersiapkan pengajaran di kelas, meliputi:

a) Mengidentifikasi secara cermat pokok bahasan atau sub pokok bahasan

yang telah digariskan dalam kurikulum.

b) Menentukan kelas atau semester dan alokasi waktu.

c) Merumuskan tujuan intruksional umum.

d) Merumuskan tujuan intruksional khusus.

e) Merinci materi pelajaran yang didasarkan kepada bahan pengajaran dan

GBPP dan TIK yang hendak dicapai.

f) Merencanakan kegiatan belajar mengajar secara cermat, jelas dan tegas,

sistematis, logis dengan TIK dan materi pelajaran.

g) Mempersiapkan dan melakukan variasi dan kebutuhan siswa.

h) Memilih alat peraga, sumber bahan dari buku dan masyarakat.


40

i) Merancang secara teliti prosedur penilaian dan evaluasi.

j) Menggunakan bahasa yang jelas, mudah dipahami dan sesuai dengan

EYD.

k) Menyusun satuan pelajaran.

Kompetensi profesional merupakan profil kemampuan dasar yang harus

dimiliki guru. Kompetensi tersebut dikembangkan berdasarkan analisis tugas-

tugas yang harus dilakukan guru. Oleh karena itu, kompetensi-kompetensi

tersebut secara operasional akan mencerminkan fungsi dan peranan guru dalam

membelajarkan anak didik.

Berdasarkan uraian di atas, untuk memperoleh predikat kinerja guru

dengan baik, ada banyak hal yang harus dilakukan dan diperlihatkan guru dalam

kegiatan proses belajar mengajarnya, baik pekerjaan yang sifatnya tertulis

maupun yang tidak tertulis. Sehingga sebagai guru harus bisa memahami akan

tugasnya sebagai pengelola pembelajaran, melaksanakannya, dan berhasil

dalam mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik

sangat ditentukan oleh konsekuensi dan kepiawaian dalam memilih strategi

mengajar.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru.

Menurut Mangkunegara (2016:67) faktor-faktor yang mempengaruhi

pencapaian kinerja atau prestasi kerja adalah faktor kemampuan (ability) dan

faktor motivasi (motivation). Lebih lanjut Mangkunegara (2016: 67) menjelaskan

secara rinci kedua faktor tersebut:

a) Faktor kemampuan

Secara psikologis, kemampuan seseorang terdiri dari kemampuan potensi

(IQ) dan kemampuan reality (knowledge and skill). Artinya, seseorang yang
41

memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai

untuk pekerjaannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya, maka

ia akan lebih mudah mencapai kinerja yangdiharapkan. Oleh karena itu

guru perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

Dengan kata lain, seseorang akan lebih mudah untuk menunjukkan kinerja

yang terbaik jika ia memiliki kemampuan.

b) Faktor motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seseorang dalam menghadapi

situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri

seseorang agar terarah untuk mencapai tujuan organisasi. selain faktor

kemampuan, faktor motivasi juga akan mempengaruhi kinerja seseorang,

karena faktor inilah yang dapat menggerakkan diri seseorang untuk dapat

bekerja sesuai dengan tujuan organisasi.

Menurut Barnawi dan Arifin (2017:43) kinerja guru tidak terwujud dengan

begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yaitu, faktor internal dan

eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari guru itu sendiri,

contohnya ialah kemampuan, keterampilan, kepribadian, persepsi, motivasi

menjadi guru, pengalaman lapangan dan latar belakang keluarga. Sedangkan

faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar guru seperti gaji, sarana dan

prasarana, lingkungan kerja fisik dan kepemimpinan.

Selanjutnya menurut Mangkuprawira dan Aida (dalam Yamin & Maisah,

2010: 11) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru terdiri dari faktor intrinsik

guru (personal/individu) meliputi unsur pengetahuan, keterampilan, kemampuan,

kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap guru. Dari

uraian diatas dapat dilihat bahwa kinerja guru tidak akan terwujud dengan
42

sendiri, tetapi terdapat faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang

penting adalah faktor yang berasal dari dalam diri guru itu sendiri yaitu meliputi

kemampuan menjadi guru, motivasi menjadi guru, keterampilan mengajar,

kepribadian yang menyenangkan

d. Indikator Kinerja Guru

Menurut Baruningsih (2011: 19), ada beberapa indikator yang dapat dilihat

peran guru dalam meningkatkan kemampuan dalam proses belajar-mengajar.

Indikator kinerja tersebut adalah:

1) Kemampuan merencanakan belajar mengajar, meliputi:

a) Menguasai garis-garis besar penyelenggaraan pendidikan.

b) Menyesuaikan analisa materi pelajaran

c) Menyusun program semester

d) Menyusun program atau pembelajaran

2) Kemampuan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, meliputi:

a) Tahap pra intruksional

b) Tahap intruksional

c) Tahap evaluasi dan tidak lanjut

3) Kemampuan mengevaluasi, meliputi:

a) Evaluasi normative

b) Evaluasi formatif

c) Laporan hasil evaluasi

d) Pelakanaan program perbaikan dan pengayaan

Sedangkan Menurut Depdikbud dalam Uno (2012:70), menyusun Alat

Penilaian Kompetensi Guru (AKPG) sebagai berikut:

1) Kemampuan membuat perencanaan pengajaran yang meliputi:


43

a) Perencanaan pengorganisasian bahan pengajaran

b) Perencanaan pengolahan kegiatan belajar mengajar

c) Perencanaan pengelolaan kelas

d) Perencanaan penggunaan media dan sumber belajar

e) Perencanaan penilaian hasil belajar

2) Kemampuan mengajar dalam kelas yang meliputi:

a) Menggunakan metode, media dan bahan latihan

b) Berinteraksi dengan siswa

c) Mendemonstrasikan khazanah metode mengajar

d) Mendorong dan mengarah-kan ketertiban siswa dalam kelas

e) Mendemonstrasi-kan penguasaan mata pelajaran

f) Mengorganisasikan waktu, ruang dan bahan perlengkapan

g) Melakukan evaluasi hasil belajar

3) Kemampuan mengadakan hubungan antara pribadi siswa yang meliputi:

a) Membantu mengembangkan sikap positif pada diri siswa

b) Bersikap terbuka dan luwes terhadap siswa dan orang lain

c) Menampilkan kegairahan dan kesanggupan dalam kegiatan belajar

mengajar

e. Sistem Penilaian Kinerja Guru

Sistem penilaian kinerja guru umumnya dirancang untuk pengembangan

karir guru, mendorong terciptanya “professional learning”, melakukan dukungan

terhadap kondisi yang dianggap lemah dan tersedianya informasi yang

terpercaya kepada masyarakat.

Menurut Hasibuan (dalam Barnawi & Arifin, 2017: 43) penilaian kinerja

adalah evaluasi terhadap perilaku, prestasi kerja dan potensi pengembangan


44

yang telah dilakukan. Menurut Uhar (2012: 164) penilaian kinerja merupakan

suatu kegiatan guna menilai perilaku karyawan dalam pekerjaannya, baik secara

kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian kinerja guru pada dasarnya merupakan

proses menilai hasil kerja guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru

dalam melaksanakan tugas-tugas keguruannya dalam rangka untuk mencapai

tujuan pendidikan.

Selanjutnya, ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya

dalam menjalankan amanah profesi yang diembannya, rasa tanggung jawab

moral dipundaknya. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggung

jawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum

melaksanakan proses pembelajaran (Syatra, 2013: 86). Selain itu, guru juga

sudah mempertimbangkan akan metodologi yang akan digunakan, termasuk alat

media pendidikan yang akan dipakai serta alat penilaian yang digunakan di

dalam pelaksanaan evaluasi

Menurut Barnawi dan Arifin (2017: 43), secara umum penilaian kinerja guru

memiliki dua fungsi utama yaitu:

1) Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua

kompetensidan keterampilan yang diperlukan dalam proses pembelajaran,

pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan

fungsi sekolah. dengan demikian profil kinerja guru sebagai gambaran

kekuatan dan kelemahan guru akan teridentifikasi dan dimaknai sebagai

analisis kebutuhan atau audit keterampilan untuk setiap guru, yang dapat

dipergunakan sebagai basis untuk merencanakan penilaian kinerja guru.

2) Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja

pembelajaran, pembimbingan atau pelaksanaan tugas tambahan yang


45

relevan dengan fungsi sekolah yang dilakukan pada tahun tersebut.

Kegiatan penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari

proses pengembangan karier dan promosi guru untuk kenaikan pangkat

dan jabatan fungsionalnya.

Berdasarkan uraian di atas, penilaian kinerja guru dapat dirumuskan

sebagai proses penilaian untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kontribusi

guru dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam periode tertentu. Hasil

penilaian ini berguna untuk memperbaiki kinerja guru, memotivasi kerja guru,

mengambil keputusan yang berkaitan dengan guru (perencanaan, seleksi,

pengembangan karir imbalan, kompensasi, kesejahteraan, hubungan internal)

yang pada akhirnya mampu meningkatkan pencapaian tujuan

organisasi/sekolah. Suatu hal yang mustahil bila sekolah ingin menghasilkan

lulusan yang bermutu, namun proses pendidikan tidak berjalan dengan baik.

Keberhasilan proses pendidikan sangat tergantung dan tercermin dalam kinerja

guru itu sendiri. Jadi kinerja guru yang berkualitas dalam proses belajar

mengajar, bisa menunjang peningkatan mutu pendidikan disekolah.

B. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN

1. Penelitian yang dilakukan Sugeng (2012:63) dengan judul “Pengaruh

Managerial Kepala Sekolah Dan Kinerja Guru Terhadap Kinerja Guru SMP

Negeri Di Kabupaten Kudus”. Adapun hasil penelitian menunjukan 1)

Kompetensi managerial 46,7% menyumbang secara positif dan signifikan

terhadap kinerja guru; 2) Kinerja guru menyumbang 53.6% secara positif dan

signifikan terhadap kinerja guru; 3) sumbangan secara positif dan signifikan

di hasilkan dari hasil pengaruh secara bersama-sama antara managerial


46

kepala sekolah dan kinerja guru sebesar 60,5%. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian yang akan di teliti adalah sama sama menjadikan kepala

sekolah dan guru sebagai variabel penelitian. Penelitian ini juga sama sama

menggunakan metode kuantitatif sebagai analisis penelitian.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ishaq, Yusrizal, dan Bahrun (2016:78)

dengan judul “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja

Guru Pada SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh dan SMA Negeri 3

Meulaboh”. Dengan hasil penelitian adalah kepemimpinan kepala sekolah

SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh bergaya otokratis., sedangkan kepala

sekolah SMA Negeri 3 Meulaboh bergaya demokratis. Kepemimpinan

Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh dan SMA Negeri 3

Meulaboh mampu menigkatkan kinerja guru di masing – masing sekolah. Hal

ini terbukti dari kurikulum, kesiswaan, saran prasara dan prestasi belajar

siswa yang berjalan dengan baik dan sesuai standar kinerja guru.

Tanggapan atau respon guru terhadap pendekatan kepemimpinan yang

dilakukan kepala sekolah di SMA Negeri 4 Wira bangsa Meulaboh dan SMA

Negeri 3 Meulaboh cukup baik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

yang akan diteliti adalah sama sama menjadikan kepemimpinan kepala

sekolah dan kinerja guru sebagai variabel penelitian.

3. Penelitian terdahulu juga dilakukan oleh Mawadah, Harapan dan

Kesumawati (2021:100) yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala

Sekolah dan Ketersediaan Sarana dan Prasarana terhadap Kepuasan Kerja

Guru. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan kepala

sekolah berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja di Sekolah Dasar Negeri

Kecamatan Tanjung Raja. Ketersediaan Sarana dan Prasarana berpengaruh


47

terhadap Kepausan Kerja di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Tanjung

Raja. Kepemimpinan Kepala sekolah dan ketersediaan sarana dan

prasarana berpengaruh secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja di

SD Negeri Kecamatan Tanjung Raja. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu yaitu sama-sama mengkaji mengenai kepemimpinan

kepala sekolah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu

terletak di variabel penelitian yang dikaji, penelitian terdahulu variabel

penelitiannya mengkaji mengenai ketersedian sarana prasarana dan

kepuasan kerja guru, sedangkan penelitian sekarang variabel yang dikaji

mengenai manajemen kepala sekolah dan kinerja guru.

4. Penelitian terdahulu juga dilakukan oleh Muslim, Harapan dan Kesumawati

(2020:149) yang berjudul “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Negeri 1 Indralaya Selatan”. Hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah meliputi

aspek, a) cara berkomunikasi b) pemberian motivasi, c) kemampuan

memimpin d) pengambilan keputusan dan e) kekuasaan positif berada pada

kategori sangat baik. Aspek mutu pendidikan didasarkan pada Peraturan

Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang delapan Standar Nasional

Pendidikan yang telah dilaksanakan dengan baik. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian terdahulu yaitu sama-sama mengkaji mengenai

kepemimpinan kepala sekolah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

terdahulu yaitu terletak di metode penelitian yang digunakan. Penelitian

terdahulu metode penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan

kualitatif sedangkan metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini

ialah metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif.


48

5. Penelitian terdahulu juga dilakukan oleh Puspitasari, Tobari, & Kesumawati

(2020:156) dengan judul “Pengaruh Manajemen Kepala Sekolah dan

Profesionalisme Guru Terhadap Kinerja Guru”. Hasil penelitian dan hasil

analisis data yang telah dilakukan bahwa terdapat pengaruh manajemen

kepala sekolah terhadap kinerja guru di SD Negeri Kecamatan Tanjung

Raja. Hal ini dikarenakan keeratan hubungan korelasi berada pada positif

sangat lemah; tidak terdapat pengaruhprofesionalisme guru terhadap kinerja

gurudi SD Negeri Kecamatan Tanjung Raja. Hal ini dikarenakan keeratan

hubungan korelasi berada pada negarif lemah; dan tidak terdapat pengaruh

manajemen kepala sekolah dan profesionalisme guru secarabersama-sama

terhadap kinerja guru di SD Negeri Kecamatan Tanjung Raja. Hal ini

dikarenakan koefisien variabel bebas berada pada negarif lemah.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan diteliti adalah

sama – sama meneliti tentang pengaruh manajemen kepala sekolah

terhadap kinerja guru. Perbedaannya adalah penelitian di atas menganalisis

profesionalisme guru terhadap kinerja guru.

6. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Rachmawati (2013:19) yang berjudul”

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru”. Kepala

sekolah sebagai pelaksana supervisi sebaiknya tetap menjalankan kegiatan

pengontrolan terhadap ketertiban pembuatan perencanaan pengajaran yang

disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku dan tidak mengurangi

rutinitas kunjungan kelas yang dilaksanakan sewaktu-waktu ke kelas-kelas

pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Lebih ditingkatkan

lagi motivasi dan etos kerja para guru-guru SMK SANDIKTA untuk

mendorong semangat kerja. Seseorang yang melihat pekerjaan sebagai


49

beban dan keterpaksaan untuk memperoleh uang akan mempunyai kinerja

yang rendah, sebaliknya seseorang yang memandang pekerjaan sebagai

suatu kebutuhan, pengabdian, tantangan dan prestasi akan menghasilkan

kinerja yang tinggi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu

dengan penelitian yaitu sama-sama mengkaji kepemimpinan dan kinerja

guru, perbedaannya dengan penelitian terdahulu terletak pada penggunaan

variabel, untuk penelitian terdahulu variabel yang digunakan hanya dua

variabel, sedangkan penelitian sekarang menggunakan tiga variabel.

7. Penelitian terdahulu juga dilakukan oleh Septiana, Ngadiman dan Ivada

(2013:107) yang berjudul “ Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru”. Kepemimpinan kepala sekolah dan

motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

kinerja guru, (2) Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan

terhadap kinerja guru, (3) Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap

kinerja guru SMP Negeri Wonosari.Persamaan penelitian di atas dengan

penelitian yang akan diteliti adalah sama – sama meneliti tentang pengaruh

kepemimpinan terhadap kinerja guru. Perbedaannya adalah penelitian di

atas menganalisis motivasi kerja terhadap kinerja guru.

C. KERANGKA BEPIKIR

Pada era Globalisasi saat ini ketika kemajuan IPTEK semakin pesat, hal ini

juga berimbas pada pentingnya seorang guru meningkatkan kinerja dan

kemampuan mereka sehingga terwujud keprofesionalan yang mantap. Seorang

guru dituntut untuk mampu menampilkan pembelajaran yang inovatif, kratif, dan

menarik siswa untuk beraktivitas secara aktif.


50

Menurut Suprihatiningrum (2014:39) bahwasannya kinerja guru merupakan

faktor yang paling menentukan kualitas pembelajaran. Dengan demikian

peningkatan mutu pendidikan kualitas kinerja guru perlu mendapatkan perhatian

utama dalam penetapan kebijakan.

Kinerja seorang guru merupakan kemampuan dalam melaksanakan aktivitas

secara menyeluruh terhadap pekerjaan yang merupakan tanggung jawab

seseorang dan lebih dari itu kinerja juga bermakna sebagai kerja yang

menggambarkan produktivitas dan kualitas kerja seseorang dalam suatu

organisasi (Supardi, 2016:41)

Rendahnya kinerja guru dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal

maupun eksternal. Kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah dalam

mengatur guru merupakan salah satu faktor internal yang perlu dipertimbangkan

dalam upaya meningkatkan kinerja guru. Hal ini sesuai dengan penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh

Kekurangan dan kelemahan yang terdapat pada guru dalam menjalankan

tugasnya sebagai pendidik dan pengajar bukan tidak disadari atau diketahui oleh

guru yang bersangkutan. Karenanya guru membutuhkan pertolongan untuk

memiliki kekurangan dan kelemahan yang ada pada dirinya dalam melakukan

pendidikan dan pembelajaran baik di dalam dan di luar kelas

Untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan guru kepala sekolah harus

melakukan supervisi. Supersvisi merupakan salah satu kebijakan dalam

kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah yaitu membimbing dan

mengarahkan serta mengembangkan kompetensi kerja yang telah dimiliki oleh

guru sehingga menghasilkan hasil belajar yang baik bagi siswa. Hal ini diperkuat

dengan penelitian Rachmawati (2013:19) yang menjelaskan bahwa kepala


51

sekolah sebagai pelaksana supervisi sebaiknya tetap menjalankan kegiatan

pengontrolan terhadap ketertiban pembuatan perencanaan pengajaran yang

disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku dan tidak mengurangi

rutinitas kunjungan kelas yang dilaksanakan sewaktu-waktu ke kelas-kelas pada

saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Arikunto (2013:110) menjelaskan bahwa hipotesis merupakan suatu jawaban

yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti

melalui data yang terkumpul. Apabila peneliti telah mendalami permasalahan

penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu

membuat suatu teori sementara yang kebenarannya masih perlu diuji (di bawah

kebenaran). Inilah hipotesis peneliti harus berpikir bahwa hipotesisnya itu dapat

diuji.

Berdasarkan konsep tentang hipotesis dan kerangka konseptual yang

dikemukakan di atas maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai

berikut.

1. Adanya pengaruh antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja

guru

2. Adanya pengaruh antara manajemen kepala sekolah terhadap kinerja guru

3. Adanya pengaruh antara kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen

terhadap kinerja guru


52

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran dan informasi yang

lebih jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk

melakukan penelitian kuantitatif. Oleh karena itu, maka penulis menetapkan

lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan. Dalam hal ini,

lokasi penelitian yang digunakan ialah Sekolah Menegah Pertama Se-

Kecematan Air Kumbang yang terdiri dari 7 Sekolah Menengah Pertama, yang

terbagi menjadi 4 SMP Negeri dan 3 SMP Swasta.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kuantitatif deskriptif yaitu dengan cara mencari informasi tentang gejala

yang ada, didefinisikan dengan jelas tujuan yang akan dicapai, merencanakan

cara pendekatannya, mengumpulkan data sebagai bahan untuk membuat

laporan (Sugiyono, 2019:8 ). Menurut Arikunto (2013:33) mengatakan bahwa

penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggunakan observasi, wawancara

atau angket mengenai keadaan sekarang ini, mengenai subjek yang sedang kita

teliti. Melalui angket dan sebagainya kita mengumpulkan data untuk menguji

hipotensis atau menjawab suatu pertanyaan. Untuk penelitian kuantitatif

deskriptif apabila datanya terkumpul, maka lalu diklasifikasikan menjadi dua


53

kelompok data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data

kuantitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol (Arikunto, 2013:282)

Melalui penelitian deskriptif ini peneliti akan memaparkan yang sebenarnya

terjadi mengenai keadaan sekarang ini yang sedang diteliti. Hal ini juga

dijelaskan oleh Bugin (2015:48) bahwa penelitian kuantitaif deskriptif digunakan

untuk menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan berbagai kondisi,

situasi, fenomena, atau berbagai variabel penelitian menurut kejadian

sebagaimana adanya yang dapat dipotret, diwawancara, diobservasi, serta yang

dapat diungkapkan melalui bahan-bahan dokumenter

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui atau mengukur keterkaitan

Pengaruh kepemimpinan dan Manajemen Kepala Sekolah terhadap kinerja guru

SMP Se-Kecamatan Air Kumbang. Variabel penelitian yang akan dikaji dalam

penelitian ini dibagi menjadi tiga variabel utama, yaitu Kepemimpinan (X1) dan

Manajemen Kepala Sekolah (X2) terhadap kinerja Guru (Y), sedangkan pengujian

hipotesis bersama-sama (simultan) yaitu Kepemimpinan (X1) dan Manajemen

Kepala Sekolah (X2) terhadap kinerja guru (Y), kemudian seluruh data yang

diperoleh diproses dan diolah dengan analisa kuantitatif. Adapun penjabaran

variabel penelitian dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini:

MANAJEMEN
KEPALA
SEKOLAH
KEPEMIMPINAN

KINERJA GURU
54

Gambar 1. Desain Penelitian

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1.Populasi

Menurut Sugiyono (2019:125) mengemukakan bahwa populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Arikunto (2013:173) Populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh guru

SMP Se-kecamatan Air Kumbang. Adapun jumlah guru tersebut dapat dilihat

pada Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2.
Populasi Guru SMP Se-Kecamatan Air Kumbang

No. Nama Sekolah Jumlah


Guru
1 SMP Negeri 1 Air Kumbang 36
2 SMP Negeri 2 Air Kumbang 16
3 SMP Negeri 3 Air Kumbang 24
4 SMP Negeri 4 Air Kumbang 32
5 SMP Yahya An Najah 11
6 SMP Tri Budi Mulya 9
7 SMP Air Kumbang Padang 12
Rata-Rata 140
Sumber : Tata Usaha SMP Negeri Se Kecamatan Air Kumbang
55

2. Sampel Penelitian

Menurut Winarni (2018:40) menjelaskan bahwa sampel adalah bagian

integral yang tak dapat dipisahkan dengan populasi dan menjadi cermin dari

populasi “ potret” sampel yang seharusnya menjadi “ wajah” populasi. Penelitian

ini menggunakan teknik simple random sampling yaitu secara acak tanpa

memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Menurut

Arikunto (2013:91), Simple random sampling dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara undian "Cointoss" yaitu peneliti memilih sejumlah sampel n dari

populasi N yang dilakukan secara random.

Adapun penghitungan sampel dengan perhitungan rumus Taro

Yamane (Ridwan dan Sunarto, 2012:65). Rumus Taro Yamane yang

digunakan dalam menentukan sampel keseluruhan, maka digunakan rumus

Taro Yamane yaitu :

N
n=
N . d 2 .+1

Keterangan :

n= Jumlah sampel

N= Jumlah Populasi

d = Presisi yang ditetapkan yaitu 5% = 0,05

Berdasarkan jumlah populasi yang digunakan, jika jumlah populasi

sebesar 140 orang maka sampel untuk penelitian ini yaitu.

N 140 140
n= = = =103 , 7=104
N . d +1 140 . 0 , 05 +1 1 , 35
2 2
orang

Jadi sampel penelitian berjumlah 104 orang.

Berdasarkan perhitungan sampel keseluruhan menggunakan rumus Taro

Yamane maka didapatkan jumlah sampel sebesar 104 orang dari SMP Se-
56

Kecamatan Air Kumbang. Kemudian Sampel keseluruhan dipecah menjadi

sampel berstrata, maka rincian sampel berstrata menggunakan rumus

Sugiyono (2012:65) yaitu:

Keterangan :

ni = Jumlah Sampel menurut stratum

n = Jumlah Sampel Keseluruhan

Ni = Jumlah Populasi menurut Stratum

N = Jumlah Populasi Keseluruhan

Adapun rincian pembagian sampel berstrata dapat dilihat pada tabel 3

dibawah ini:

Tabel 3
Rincian Sampel Guru SMP Se-Kecamatan AIr Kumbang

No. Nama Sekolah Jumlah Penentuan Sampel Sampel


Guru
1 SMP Negeri 1 Air Kumbang 36 (36/140) X 104 27
2 SMP Negeri 2 Air Kumbang 16 (16 / 140) X 104 11
3 SMP Negeri 3 Air Kumbang 24 (24 / 140) X 104 17
4 SMP Negeri 4 Air Kumbang 32 (32 / 140 ) X 104 24
5 SMP Yahya An Najah 11 (11 / 140) X 104 9
6 SMP Tri Budi Mulya 9 (9 / 140) X 104 7
7 SMP Air Kumbang Padang 12 (12 / 140) X 104 9
Jumlah Populasi 140 104

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple

random sampling yaitu cara pengambilan sampel dari anggota 104 orang dengan

menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota


57

populasi tersebut. Simple random sampling dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara undian "Cointoss" yaitu peneliti memilih sejumlah sampel n dari

populasi N yang dilakukan secara random (Arikunto, 2013:91).

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kuantitatif

maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Observasi

Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data

yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung

di lapangan. Peneliti berada ditempat itu, untuk mendapatkan bukti-bukti yang

valid dalam laporan yang akan diajukan. Observasi adalah metode pengumpulan

data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan

selama penelitian (Sugiyono, 2019:297)

Dalam observasi ini peneliti menggunakan jenis observasi non partisipan,

yaitu peneliti hanya mengamati secara langsung keadaan objek, tetapi peneliti

tidak aktif dan ikut serta secara langsung. Observasi dilakukan untuk

mendapatkan data awal penelitian melihat permasalahan yang muncul di setiap

SMP Se-Kecamatan Air Kumbang

2. Dokumentasi

Dokumentasi berupa dokumen-dokumen baik berupa dokumen primer

maupun sekunder yang menunjang proses pembelajaran di dalam kelas

(Paizaluddin dan Ermalinda, 2014:135). Dokumentasi yang digunakan disini

berupa photo-photo yang akan diambil untuk menunjukkan tempat penelitian.


58

Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah

berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian

dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian adalah

sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif (Yusuf,

2017:391).

3. Kuisioner

Menurut Sugiyono (2019:142) kuesioner (angket) merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Pertanyaan yang digunakan pada penelitian ini untuk setiap variabel sebanyak

30 pertanyaan. Penyebaran angket pada masa pandemi covid 19 akan

menggunakan sistem daring yaitu lewat media whatsaap kepada guru yang

dijadikan sampel penelitian yaitu guru SMP Se-kecamatan Air Kumbang yang

berjumlah 58 orang. Untuk pembobotan angket, masing - masing pilihan diberi

nilai. Adapun nilai yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:

Tabel. 4
Daftar Pembobotan Angket

No Alternatif Jawaban Bobot


Penilaian
1 Sangat Tidak Setuju (STS)
1
2 Tidak Setuju (TS)
2
3 Netral (N)
3
4 Setuju (S)
4
5 SS (Sangat Setuju) 5
Sumber : Arikunto, 2013 :171

E. Definisi Konseptual Variabel


59

Adapun yang menjadi definisi konseptual variabel adalah sebagai berikut.

a. Definisi Konseptual Variabel Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk menciptakan perubahan

yang paling efektif dalam perilaku kelompok bagi yang lain dia adalah proses

mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok kearah penetapan tujuan dan

pencapaian tujuan (Rohiat, 2018:14)

b. Definisi Konseptual Variabel Manajemen Kepala Sekolah

Manajemen kepala sekolah merupakan seni dan ilmu perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan sumber daya organisasi untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah (Jawangga, 2019:1)

c. Definisi Konseptual Variabel Kinerja Guru

Kinerja guru merupakan seorang guru dalam melaksanakan tugas

pembelajaran di madrasah dan bertanggung jawab atas peserta didik di bawah

bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik (Supardi,

2016:54).

F. Definisi Operasional Variabel

Istilah “ Variabel” merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam

setiap jenis penelitian. Menurut Arikunto (2013:159) variabel sebagai gejala yang

bervariasi. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek

penelitian yang bervariasi. Untuk memperjelas dalam pengumpulan data dan

pengujian hipotesis perlu dikemukakan batasan-batasan konsep variabel,

dimansi (subvariabel) dan indikator-indikatornya.


60

Definisi operasional variabel adalah salah satu unsur dari penelitian yang

menyampaikan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Definisi

Operasionalisasi variabel merupakan indikator yang digunakan dalam

penyusunan penelitian.

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti, yang terdiri dari dua

variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas yang pertama yaitu (X1)

Kepemimpinan, variabel bebas yang kedua yaitu (X2) Manajemen Kepala

Sekolah. Kemudian satu-satunya variabel terikat dalam penelitian ini adalah (Y)

Kinerja Guru. Adapun indikator variabel yang digunakan peneliti dalam penelitian

ini dapat dilihat pada tabel 5,6 dan 7 di bawah ini:

Tabel 5.
Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kepemimpinan (X1)
No Variabel Sub Variabel Indikator No
Item
1 Kepemimpinan Conseptual Skill  Merencanakan 1-6
(x1) semua 61kegiatan
sekolah
 Kemampuan
mendiaknosa
permasalahan di
sekolah
 Kemampuan
memecahkan
masalah
 Mengkoordinasi
kegiatan sekolah
 Mengembangkan
kurikulum
 Mengembangkan
staf untuk
mencapai tujuan
sekolah

2 Human Skill  Menjalin kerjasama 7-12


dengan para guru
maupun sekolah
 Menjalin
komunikasi dengan
para guru
 Mengikutsertakan
para guru dalam
merumuskan
dalam
pengambilan
keputusan
 Memberikan
penghargaan
kepada guru
berprestasi
 Menciptakan
hubungan yang
positif dengan
masyarakat
 Memperhatikan
kesejahteraan guru

3 Technical Skill  Membimbing guru 13-30


dalam
melaksanakan
proses belajar
mengajar
 Mengkoordinasikan
penggunaan
peralatan
pengajaran
 Membantu guru
dalam
mendiagnosa
kesulitan belajar
siswa serta
membimbing dan
konseling para
siswa
 Membimbing guru
dalam
melaksanakan
administrasi
62

Tabel 6
Kisi-Kisi Instrumen Variabel Manajemen Kepala Sekolah (X2)

No Variabel Indikator No.Item

1 Manajemen Kepala  Penyusunan perencanaan 1-7


Sekolah (X2) sekolah
 Penyusunan rencana
operasional pengembangan
sekolah
 Penyusunan RAPBS
2  Pengembangan organisasi 8-16
sekolah
 Menciptakan budaya organisasi
sekolah
 Menciptakan Iklim organisasi
sekolah
3  Mengelola guru dan staf dalam 17-25
pemberdayaan SDM
 Mengelola sarana dan
prasarana
 Mengelola Humas
 Mengelola peserta didik
 Mengelola pengembangan
kurikulum
 Mengelola keuangan sekolah
 Mengelola ketatausahaan
sekolah
 Mengelola unit layanan khusu
sekolah
 Mengelola sistem informasi
sekolah
 Memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi di sekolah
4  Monitoring pelaksanaan 26-30
program kegiatan sekolah
 Evaluasi pelaksanaan program
kegiatan sekolah
 Pelaporan pelaksanaan
program kegiatan sekolah
 Merencanakan tindak lanjut

Tabel 7.
Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kinerja Guru (Y)

No Variabel Indikator No.Item

1 Kinerja Guru (Y)  Mengenal karakteristik peserta 1-7


didik
63

 Menguasai teori belajar dan


prinsip - prinsip pembelajaran
 Pengembangan Kurikulum
 Kegiatan Pembelajaran yang
Mendidik
 Pengembangan Potensi Peserta
Didik
 Komunikasi dengan Peserta
Didik
 Penilaian dan Evaluasi
2  Bertindak sesuai dengan norma 8-10
agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional
 Menunjukkan pribadi yang
dewasa dan teladan
 Etos kerja, tanggung jawab
yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru
3  Bersikap inklusif, bertindak 11-12
objektif, serta tidak deskriminatif
 Komunikasi dengan sesama
guru, tenaga kependidikan,
orang tua, peserta didik dan
masyarakat
4  Penguasaan materi, struktur, 13-30
konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata
pelajaran yang diampu
 Mengembangkan
keprofesionalan melalui
tindakan yang reflektif jumlah
( Hasil Penilaian Kinerja Guru)

G. Uji Coba Instrumen (Kalibrasi)

1. Responden Uji Coba Instrumen

Instrumen penelitian di ujicobakan pada responden yang tidak termasuk

sampel penelitian dalam populasi. Jumlah responden uji coba sebanyak 35

guru SMP yang ada dikecamatan Air Kumbang, di luar sampel. Jumlah

responden sebanyak 35 orang ini dianggap memenuhi syarat untuk uji coba

(Sugiyono, 2019:177). Untuk sampel uji coba instrumen pada penelitian ini
64

akan di ambil dari populasi yang tidak digunakan sebagai sampel, hal ini dapat

dilihat pada Tabel 8 di bawah ini:

Tabel 8.
Sampel Uji Coba Instrumen

No. Nama Sekolah Sampel Uji


Coba
1 SMP Negeri 1 Air 8
Kumbang
2 SMP Negeri 2 Air 5
Kumbang
3 SMP Negeri 3 Air 7
Kumbang
4 SMP Negeri 4 Air 8
Kumbang
5 SMP Yahya An 2
Najah
2. Pelaksanaan Uji
6 SMP Tri Budi 2
Coba Instrumen
Mulya
Uji 7 SMP Air Kumbang 3 coba instrumen
Padang
dilaksanakan
Total 35
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Setelah item pertanyaan disusun, kemudian diteliti untuk melihat apakah

indikator telah terwadahi dalam butir-butir pertanyaan

b) Item atau butir instrumen dikonsultasikan dengan ahlinya, apakah sudah

sesuai dengan ruang lingkup dan kedalaman variabel yang ada

c) Uji coba dilaksanakan terhadap kelompok peserta didik yang memiliki

kesamaan karakteristik dengan responden yang akan diteliti

d) Selanjutnya hasil uji coba diolah untuk mengetahui validitas dan

reliabilitasnya

3. Uji Validitas Instrumen


65

Uji validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada

objek penelitian dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian

(Sugiyono, 2019:267). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah

instrument yang digunakan sudah tepat mengukur apa yang seharusnya diukur

atau belum, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi validitas suatu

test, maka alat test tersebut akan semakin tepat mengenai sasaran.

Nilai validitas pada dasarnya adalah nilai korelasi. Oleh karena itu, untuk

menguji validitas dilakukan dengan teknik korelasi item total yang merupakan

dasar dari korelasi pearson. Adapun rumus korelasi pearson adalah :

N Σ XY −( Σ X ) (Σ Y )
r xy =
√ { N Σ X −( Σ X ) } {N Σ Y − ( Σ Y )
2 2 2 2

Keterangan :

r = korelasi validitas item yang dicari

x = skor yang diperoleh subyek dari seluruh item

y = skor total yang diperoleh subyek dari seluruh item

Σx = jumlah skor dalam distribusi x

Σy = jumlah skor dalam distribusi y


2
Σx = jumlah kuadrat skor dalam distribusi x
2
Σy = jumlah kuadrat skor dalam distribusi y

N = jumlah responden

Menurut Sugiono (2012:89) bila korelasi tiap faktor (r xy) tersebut positif

dan besarnya > 0,3 maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat

(valid), demikian pula sebaliknya, jika r xy< 0,3 maka dikatakan tidak valid.
66

4. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan terhadap hasil suatu

pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi merupakan

pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur terpercaya (reliable).

Untuk uji reliabilitas digunakan metode belah dua (Split Half Method) dari

Spearman Brown. Metode belah dua ini dilakukan dengan cara membagi

instrument menjadi dua belahan, bisa ganjil-genap dan bisa pula belahan

pertama dan kedua dengan rumus :

2 rb
r 11 =
1+ r b

Keterangan ;

r 11 = reliabilitas internal seluruh instrument

r b = korelasi product moment antara belahan kesatu dan kedua kemudian

dikorelasikan dengan rumus yang sama seperti uji validitas.

N Σ XY −( Σ X ) (Σ Y )
r xy =
√ { N Σ X −( Σ X ) } {N Σ Y − ( Σ Y )
2 2 2 2

Jika r xy> 7, maka instrument tersebut dikatakan reliabel. Demikian bila

sebaliknya, jika r xy< 7 maka dikatakan tidak reliabel

H. Teknik Analisis Data

Sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu dilakukan pengujian

persyaratan analisis yang merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi agar

analisis dapat dilakukan, baik untuk keperluan prediksi maupun untuk pengujian

hipotesis. Ada 3 syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan analisis regresi,

yaitu 1) uji normalitas; 2) uji homogenitas; dan 3) uji linieritas.


67

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui variabel dalam penelitian ini

yaitu variabel bebas dan variabel terikat keduanya mempunyai distribusi normal

atau tidak. Untuk melakukan uji normalitas distribusi data, menurut Duwi (2016:

36) dapat digunakan uji Kolmogorof-Smirnov dari program Statical Programme

for Social Science (SPSS) for window version 21.0.

Normalitas distribusi data dihitung dengan cara membandingkan nilai

Asymtotic Significance yang diperoleh dengan nilai α = 0,05. Apabila Asymp. Sig.

> 0.05, maka data dinyatakan normal (Duwi, 2016:78).

Kemudian, sebagai salah satu persyaratan untuk melakukan analisis data

dengan menggunakan analisis regresi linier berganda perlu diuji

homogenitasnya. Uji homogenitas ini perlu untuk memastikan apakah data

tersebut berasal dari populasi yang homogen. Pengujian homogenitas pada

penelitan ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square dengan

menetapkan hasil signifikansi 5% (α = 0,05) Interpretasi homogenitas data

dihitung. Berdasarkan nilai Asymtotic Significarce yang diperoleh. Jika

Asymp.Sig.> 0,05, maka data dinyatakan homogen (Duwi, 2016:78).

Selanjutnya dilakukan uji Linearitas yang dipergunakan untuk mengetahui

apakah jalur yang diperoleh “berarti” apabila dipergunakan untuk membuat

kesimpulan antar variabel yang sedang dianalisis. Pengujian linearitas variabel

bebas dengan variabel yang sedang dianalisis. Pengujian linearitas variabel

bebas dengan variabel terikat dilakukan dengan One-way Anova pada program

SPSS dengan taraf signifiakansi 5% (α = 0,05). Interpretasi linearitas data

dilakukan dengan ketentuan jika F hitung < F tabel, maka variabel bebas dengan

variabel terikat tersebut mempunyai hubungan yang linier, (Duwi, 2016:78).


68

I. Kriteria Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan secara statistik dengan pengujian secara

parsial (Uji t).

a.Hipotesis pertama

Ha1: Besarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kinerja guru.

H1 diterima, jika sig. t ≥ 0,05

H01: Kecilnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja

guru .

H0 ditolak jika sig. t < 0,05

b.Hipotesis kedua

Ha2: Besarnya pengaruh manajemen kepala sekolah terhadap kinerja

guru

H1 diterima jika sig. t ≥ 0,05

H02: Kecilnya pengaruh manajemen kepala sekolah terhadap kinerja

guru

H0 ditolak jika sig. t < 0,05

Adapun rumus yang digunakan :

r √n−2
t=
√ 1−r 2
Keterangan :

t = nilai thitung

r = koefesien korelasi hasil rhitung

n = jumlah responden
69

c.Hipotesis ketiga

Ha3: Besarnya pengaruh Kepemimpinan dan Manajemen Kepala

Sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru..

H03: Kecilnya pengaruh Kepemimpinan dan manajemen Kepala

Sekolah Siswa secara bersama-sama terhadap kinerja guru..

Untuk uji hipotesis ketiga digunakan Uji F mengkorelasi regreasi (secara

bersama-sama) variabel X1 dan X2 terhadap Y. Uji F ini merupakan pengujian

terhadap koefisien regresi secara bersama-sama dari variabel bebas terhadap

variabel terikat.

H0: b1 = b2 = 0 besarnya pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1),

Manajemen Kepala Sekolah (X2), secara bersama terhadap kinerja guru

(Y)

Ha: Bj≠0 j≠0 artinya bahwa terdapat pengaruh Kepemimpinan (X1),

Manajemen Kepala Sekolah (X2), secara bersama dengan kinerja Guru

(Y).

Kriteria pengujian:

Uji dua sisi:  : 5% (0,05)

Ha diterima bila: Fhitung > Ftabel

H0 ditolak bila: Fhitung < Ftabel

R 2(n−m−1 )
Fhit=
m. (1 . R 2 )
\

Keterangan :

R2 = Nilai Korelasi
70

n = Jumlah Sampel

m = Jumlah Variabel Bebas

J. Jadwal Penelitian

Kegiatan penelitian ini dijadwalkan berlangsung selama 3 bulan yaitu dari

bulan November 2020 sampai Januari 2021. Adapun jadwal rencana

pelaksanaan penelitian digambarkan pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9.
Jadwal Penelitian

Rencana Kegiatan pada bulan ke-


No Kegiatan
Nov Des Jan
1 Observasi lapangan dan
mengkaji teori
2 Menyusun draf rencana dan
instrument penelitian
3 Menentukan sampel
4 Seminar Proposal
5 Mengurus izin penelitian dan
berkoordinasi dengan dosen
pembimbing
6 Melakukan penelitian
7 Menganalisis data hasil
penelitian
8 Menyusun laporan
9 Seminar Hasil Penelitian
10 Publikasi
71

DAFTAR PUSTAKA

Aedi, N. (2016). Pengawasan Pendidikan: Tinjauan Teori dan Praktik. Jakarta:


Rajawali Pers

Andang. (2014) Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah . Yogyakarta :


Ar - Ruzz Media.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

Barnawi dan Arifin, M. (2017). Kinerja Guru Profesional: Instrumen Pembinaan,


Peningkatan dan Penilaian. Ar- Rusz M edia : Yogyakarta

Baruningsih, P. (2011). Pengaruh Sertifikasi Profesi Guru terhadap Kinerja Guru


Akuntasi di SMK Sekabupaten Sragen. Semarang: UNNES.

Basri, H. (2014). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung : Pustaka Setia

Bugin, B. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi,Ekonomi, dan


Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

Choliq, A. (2011). Pengantar Manajemen. Semarang: Rafi Sarana Perkasa

Damin, S dan Suparno. (2019). Manajemen dan Kepemimpinan


Transformasional Kekepalasekolahan. Jakarta: Rineka Cipta

Dharma. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara : Jakarta

Duwi, P. (2016). Belajar Alat Analisis Data Dan Cara Pengolahnnya Dengan
SPSS Praktis dan Mudah Dipahami untuk Tingkat Pemula dan
Menengah. Yogyakarta: Gava Media

Hendraman dan Rohanim. (2019). Kepala Sekolah Sebagai Manajer (Teori dan
Praktik). Bandung : PT. Rosda Karya

Hermino, A. (2017). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Alfabeta


72

Ishaq, Y. B.(2016). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja


Guru Pada SMA Negeri 4 Wira Bangsa dan SMA Negeri 3 Meulaboh .
Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.
Volume 4, No 1:32-45

Jawangga, YH. (2019). Peran Manajemen. Klaten : Cempaka Putih

Kristiawan, Safitri, D & Lestari, R. (2012). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta :


deepublish

Mangkunegara .(2016). Perilaku dan Budaya Organisasi . Refika Aditama :


Bandung

Mawadah., Harapan E dan Kesumawati N. (2021). Pengaruh Kepemimpinan


Kepala Sekolah dan Ketersediaan Sarana dan Prasarana terhadap
Kepuasan Kerja Guru. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi
Pendidikan. Vol 6 No 1 Hal 100-111

Mentari,EG. (2019). Manajemen Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini


Dilengkapi dengan Manajemen Perpustakaan & Ekstrakurikuler. Jawa
Tengah : Desa Pustaka Indonesia.

Muammar, Dkk. (2017). Dampak Tunjangan sertifikasi terhadap Kinerja Guru.


Jurnal Madaniyah, Volume 1 Edisi XII ISSN (printed) : 2086-3462, ISSN
(online) : 2548-6993

Mulyasa, (2017). Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung : PT.
Rosda Karya

Muslim, Harapan E dan Kesumawati N. (2020). Kepemimpinan Kepala Sekolah


dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Negeri 1 Indralaya
Selatan. Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial, dan Sains. Vol 9 No 1
Hal 149-158

Paizaludin dan Ermalinda. (2014). Penelitian Tindakan Kelas Panduan Teoritis


dan Praktis.Bandung : Alfabeta

Permadi, D dan Arifin, D. (2018). Kepemimpinan Transformasional Kepala


Sekolah dan Komite sekolah. Bandung : PT. Sarana Panca Karya Nusa

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.28 Tahun 2010 tentang Penugasan


Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar

Peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun


2007, tentang standar kepala sekolah / madrasah

Pianda,D. (2018). Kinerja Guru (Kompetensi Guru, Motivasi Kerja, dan


Kepemimpinan Kepala Sekolah). Sukabumi : CV Jejak
73

Priansa, DJ, (2018). Kinerja dan Profesionalisme Guru. Alfabeta : Bandung

Puspitasari, Y., Tobari., & Kesumawati, N. (2020) Pengaruh Manajemen Kepala


Sekolah dan Profesinalisme Guru Terhadap Kinerja Guru. JMKSP
(Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan),
6(1).88-99.

Rachmawati,Y. (2020). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap


Kinerja Guru. Jurnal Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang. Vol 1
No 1 hal 19-28

Rachmawati, T. (2013). Penilaian Kinerja Profesi Guru dan Angka Kreditnya.


Gava Media : Yogyakarta

Ratminto & Winarsih.S.A. (2012). Manajemen Pelayanan. Pustaka Pelajar.


Yogyakarta

Ridwan, & Sunarto. (2012). Pengantar Statistika Pendidikan, Sosial, Ekonomi,


Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta

Rohiat. (2018). Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah.


Bandung: Refika Aditama

Romlah. (2018). Implementasi Sertifikasi Dalam Peningkatan Kinerja Guru Di


Madrasah Ibtidaiyah Kota Metro.Tesis. Metro: Universitas IAIN Metro

Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Safroni, L. (2012). Manajemen dan Reformasi Pelayanan Publik dalam Konteks


Birokrasi Indonesia. Surabaya : Aditya Media Publishing

Septiana R., Ngadiman., dan Ivada E. (2013). Pengaruh Kepemimpinan Kepala


Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru. Jupe Uns (Ejournal
Internasional). Vol 2 Ho 1 Hal 107

Sobirin. (2018). Kepala Sekolah, Guru dan Pembelajaran. Bandung : Nuansa


Cendekia

Shulhan M dan Soim. (2013). Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Dasar


Menuju Peningkatan Mutu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras

Sugeng. 2012. Pengaruh Managerial Kepala Sekolah Dan Kinerja Guru


Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri Di Kabupaten Kudus. Educational
Management. Vol 1 No 1 Hal 63-70

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :


Alfabeta
74

Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Supardi. 2016. Kinerja Guru. Grafindo: Jakarta

Suprihatiningrum, J. (2014). Guru Profesional Pedoman KInerja, Kualifikasi &


Kompetensi Guru. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

Suprihanto, J. (2014). Manajemen. Yogyakarta : Gaja Mada University Press

Susanto,A. (2016). Konsep Strategi dan Implementasi Manajemen Peningkatan


Kinerja Guru. Jakarta : Kencana

Syatra YN. (2013). Desain Relasi Efektif guru dan Murid. Jogjakarta:Buku Biru

Terry, GR. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama. Cetakan
Pertama. Jakarta : Penerbit Kencana

Uhar, S. (2012). Administrasi Pendidikan, Bandung: PT Refika Aditama

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

Undang - undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

Uno, HB. (2012). Teori Kinerja dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara

Usman, MU.( 2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Veithzal, R dan Mulyadi,D. (2012). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Edisi


Ketiga. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Wahjosumidjo. (2013) Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan


Permasalahan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wahyudi. (2015). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar


(Learning Organization). Bandung : Alfabeta

Winarni,W.E. (2018). Teori dan Praktik Penelitian Kuantitatif Kualitatif (Penelitian


Tindakan Kelas (PTK), Research and Development (R & D )

Yamin, M & Maisah. (2010). Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: Gaung Persada

Yuliana, KE. (2018). Pengaruh Biaya Pendidikan Dan Kinerja Guru Terhadap
Pencapaian Siswa (Analisis Deskriptif Pada Sma Negeri Di Kabupaten
Purwakarta). Jurnal Ekonomi dan Bisnis.Volume 2, No.1, Hal: 125-143

Yusuf,M. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian


Gabungan. Jakarta : Kencana Prenada Grub
75

Anda mungkin juga menyukai