Anda di halaman 1dari 137

OPTIMALISASI BUDAYA MADRASAH DALAM

PELAKSANAAN PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK


DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 PEMALANG

PROPOSAL TESIS

Oleh:
LAMSANAH
NIM 18510110

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2020

i
OPTIMALISASI BUDAYA MADRASAH DALAM

PELAKSANAAN PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK

DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 PEMALANG

PROPOSAL TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu
Persyaratan dalam penyelesaian Program
Magister Manajemen Pendidikan

Oleh:
LAMSANAH
NIM 18510110

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2020

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... v
DARTAR GAMBAR....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Fokus Penelitian............................................................................. 17
C. Tujuan dan Manfaat....................................................................... 18
II KAJIAN PUSTAKA............................................................................. 19
A. Sekolah Ramah Anak..................................................................... 19
1. Pengertian sekolah ramah anak.............................................. 19
2. Tujuan pendidikan ramah anak ............................................ 26
3. Bentuk-bentuk partisipasi pendidikan ramah anak................. 27
4. Pengembangan pendidikan ramah anak.................................. 28
5. Program sekolah ramah anak ............................................... 40
B. Optimalisasi Budaya Madrasah .................................................... 41
1. Pengertian optimalisasi .......................................................... 41
2. Budaya madrasah ................................................................... 42
C. Perencanaan Optimalisasi Budaya Madrasah ............................... 46
1. Pengertian perencanaan ........................................................ 46
2. Tujuan perencanaan ............................................................... 47
D. Pengorganisasian Oprimalisasi Budaya Madrasah ...................... 48
E. Pengendalian Optimalisasi Budaya Madrasah ........................... 51
1. Pengertian pengemdalian ...................................................... 51
2. Fungsi pengendalian .............................................................. 52
F. Penelitian yang relevan.................................................................. 59

iii
III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 63
A. Metode Penelitian.......................................................................... 63
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................. 63
2. Kehadiran Peneliti ................................................................. 64
3. Lokasi / Setting Penelitian ..................................................... 65
4. Sumber Data .......................................................................... 65
5. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 68
6. Analisis Data .......................................................................... 78
7. Pengecekan Keabsahan Temuan ............................................ 83
B. Jadwal Penelitian ......................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 87
LAMPIRAN ............................................................................................... 90

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Prestasi Ujian Nasional MTs N 1 Pemalang....................................


16
Tabel 2. Tabel observasi optimalisasi budaya madrasah dalam pelaksanaan
program sekolah ramah anak di MTS Negeri 1 Pemalang...............
70
Tabel 3. Tabel informan dan kode informan ................................................
73
Tabel 4. Tabel dokumen optimalisasi budaya madrasah dalam pelaksanaan
program sekolah ramah anak di MTS Negeri 1 Pemalang...............
76
Tabel 5. Jadwal Penelitian Kualitatif.............................................................
86

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Model Analisis Interaktif Mengalir ..............................


81...............................................................................................

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Optimalisasi Budaya


Madrasah dalam Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak.
di MTS Negeri 1 Pemalang ......................................................
91
Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Optimalisasi Budaya
Madrasah dalam Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak.
di MTS Negeri 1 Pemalang.......................................................
95
Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Observasi Optimalisasi Budaya
Madrasah dalam Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak.
di MTS Negeri 1 Pemalang.......................................................
97
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Optimalisasi Budaya Madrasah dalam
Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak. di MTS Negeri
1 Pemalang Reponden 1 Pengawas Sekolah ............................
99

vii
Lampiran 5. Pedoman Wawancara Optimalisasi Budaya Madrasah dalam
Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak. di MTS Negeri
1 Pemalang Reponden 2 Kepala Madrasah...............................
101
Lampiran 6. Pedoman Wawancara Optimalisasi Budaya Madrasah dalam
Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak. di MTS Negeri
1 Pemalang Reponden 3 Ketua Komite Madrasah...................
103
Lampiran 7. Pedoman Wawancara Optimalisasi Budaya Madrasah dalam
Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak. di MTS Negeri
1 Pemalang Reponden 4 Kepala Tata Usaha ...........................
105
Lampiran 8. Pedoman Wawancara Optimalisasi Budaya Madrasah dalam
Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak. di MTS Negeri
1 Pemalang Reponden 5 – 7 Guru ..........................................
107
Lampiran 9. Pedoman Wawancara Optimalisasi Budaya Madrasah dalam
Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak. di MTS Negeri
1 Pemalang Reponden 8 – 10 Siswa........................................
109
Lampiran 10. Pedoman Wawancara Optimalisasi Budaya Madrasah dalam
Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak. di MTS Negeri
1 Pemalang Reponden 11- 13 Wali murid............................... 109
Lampiran 11. Kode Data Informan dalam Wawancara Optimalisasi Budaya
Madrasah dalam Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak.
di MTS Negeri 1 Pemalang...................................................... 111
Lampiran 11. Identitas Informan dalam Wawancara Optimalisasi Budaya
Madrasah dalam Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak.
di MTS Negeri 1 Pemalang...................................................... 114
Lampiran 12. Pedoman Observasi Optimalisasi Budaya Madrasah dalam
Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak. di MTS Negeri

viii
1 Pemalang................................................................................
127

ix
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara etimologi budaya atau “culture”dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah pikiran,akal budi, hasil. Sedangkan membudayakan adalah

mengajar supaya mempunyai budaya, mendidik supaya berbudaya,

membiasakan sesuatu yang baik sehingga berbudaya. Dalam Bahasa

sansekerta kata kebudayaan berasal dari kata budhi atau bhudaya sehingga

kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Pendapat

lain mengatakan bahwa budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah

akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan sedangkan daya adalah

perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani. Sehingga kebudayaan diartikan

sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.

Sedangkan pengertian secara terminalogi, Koentjaraningrat

mendefinisikan kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, Tindakan

dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

diri manusia dengan belajar.

Pengertian kebudayaan di atas dapat diartikan gagasan karya manusia

yang dilakukan dengan pembiasaan. Salah satu metode yang digunakan

dalam Pendidikan islam adalah metode pembiasaan. Metode ini mengajarkan

peserta didik untuk melaksanakan kewajiban dan tugas diperlukan

pembiasaan agar pelaksanaan kewajiban dan tugas tersebut tidak merasa berat

dilakukan karena sudah terbiasa.

1
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki

bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke

generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk system

agama dan politik, adat istiadat, Bahasa , perkakas, pakaian, bangunan dan

karya seni. Bahasa, sebagaimana budaya, merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung

menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha

berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan

perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak

keanekaragaman budaya yang sangat menarik dan unik. Dalam era

modernisasi sekarang ini, tidak sedikit penduduk Indonesia yang menganut

budaya asing dan melupakan budaya sendiri. Perkembangan teknologi dan

masuknya budaya barat ke Indonesia, tanpa disadari secara perlahan telah

menghancurkan budaya daerah. Rendahnya pengetahuan menyebabkan

akulturasi kebudayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang

terkandung di dalam kebudayaan daerah. Masuknya kebudayaan barat tanpa

disaring oleh masyarakat dan dsiterima secara mentah/apa adanya,

mengakibatkan terjadinya degredasi yang sangat luar biasa terhadap

kebudayaan asli.

John Dewey dalam bukunya Democracy and education menyebutkan

bahwa “ Education is not infrenquently defined as consistingin the

acquisition of thos habits that effectan adjustment of an individual and his

2
environment” yang artinya Pendidikan tidak selalu diartikan sebagai

pencapaian kemahiran dari kebiasaan yang terdampak penyesuaian pada

individu dan lingkungan. Kemahiran seorang individu dapat diperoleh karena

kebiasaan yang ia lakukan sehingga menimbulkan sebuah peraturan untuk

dirinya dan lingkungannya, kondisi ini ada di sekolah ramah anak.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 sebagaimana dirubah

dengan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 pasal 54 menyatakan:

“Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari


tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau
teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga
pendidikan lainnya”

Dalam pasal 70 ayat 2 Undang-Undang No 23 tahun 2002 yang telah dirubah


dengan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 menyebutkan:

”Setiap orang dilarang memperlakukan anak dengan mengabaikan


pandangan mereka dalam pendidikan secara diskriminatif, termasuk
labelisasi dan penyeteraan bagi anak-anak yang menyandang cacat.”

Sekolah (Madrasah) sebagai agen pelaksana proses pendidikan harus

memiliki budaya ramah dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan

pendidikan. Apalagi sekarang pemerintah bertindak sebagai pelayan

kebutuhan madrasah, bukan sebagai pihak yang mengintimidasi madrasah.

Lembaga madrasah sebagai pelayan belajar dan pelaksana pembelajaran.

Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam mempunyai peran

penting dan strategis dalam mendukung mutu pendidikan dan kualitas sebuah

bangsa.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa,

3
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara”.

Sedangkan pada pasal 2, disebutkan bahwa,

“Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta


didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”

Adapun fungsi pendidikan sebagaimana dinyatakan pada pasal 3 bahwa,

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Berdasarkan pengertian dan fungsi tersebut dapat disimpulkan bahwa,

pendidikan merupakan proses yang berkaitan dengan upaya untuk

mengembangkan diri peserta didik secara luas yang meliputi tiga aspek dalam

kehidupannya yaitu pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup.

Upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut dapat dilaksanakan pada

lembaga pendidikan yang disebut sekolah ramah anak.

Untuk mengimplementasikan misi agar teraplikasikan di madrasah

maupun dalam kehidupan sehari-hari, perlu diketahui bahwa kebudayaan

paling sedikit memiliki tiga wujud, yaitu 1) wujud kebudayaan sebagai

komplek dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,norma-norma, peraturan dan

sebagainya, 2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan

4
berpola dari manusia dalam masyarakat, 3) wujud kebudayaan sebagai benda-

benda hasil karya manusia.

Wujud pertama adalah wujud idealisme dalam kebudayaan. Pada

wujud pertama ini sifatnya abstrak tidak dapat diraba atau disentuh. Tempat

dari wujud ini adalah pikiran, sebuah gagasan atau ide. Jika wujud ini

diabadikan melalui tulisan maka biasanya terdapat pada arsip atau kalangan

hasil karya manusia. Wujud kedua adalah wujud aktivitas manusia dalam

berinteraksi sesuai dengan ide atau gagasan yang sudah berlaku. Wujud kedua

ini sudah bersifat konkrit dan bisa di foto, dirasakan, diobservasi dan telah

terjadi di sekeliling kita. Sedangkan wujud yang ketiga wujud yang berupa

fisik,dimana dalam wujud ketiga ini bersifat sangat konkrit. Karena pada

wujud ketiga ini berupa hasil karya manusia, hasil perbuatan dan hasil fisik.

Dalam penelitian ini wujud kebudayaan dapat disederhanakan lagi,

yaitu fisik dan non fisik. Budaya fisik disini meliputi sarana dan prasarana

yang mendukung. Sedangkan non fisik berkaitan dengan hal-hal yang tidak

berwujud fisik baik itu berupa konsep nilai, gagasan, sikap/perilaku dan lain-

lain.

Wujud budaya dalam penelitian ini bertitik pada ide, gagasan,

peraturan serta suatu wujud aktivitas kelakuan yang berpola dari manusia

dalam masyarakat serta wujud fisiknya yaitu adanya pamphlet dan lain-lain.

Sehingga dalam menciptakan peserta didik yang mampu mengaplikasikan

keilmuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari maka perlu adanya

5
proses pembudayaan melalui pembiasaan. Ukuran keberhasilan pembelajaran

dalam konsep enkulturasi adalah perubahan siswa.

Pendidikan ramah anak di Madrasah Tsanawiyah Negeri I Pemalang

melaksanakan pendidikan yang berdasarkan prinsip 3P dalam proses

pembelajarannya. Prinsip 3P sebagaimana diungkapkan oleh Rofi’ah (2015:

69) ialah provisi, proteksi, dan partisipasi. (1) Provisi adalah ketersediaannya

kebutuhan anak seperti cinta/ kasih sayang, makanan, kesehatan, pendidikan

dan rekreasi. (2) Proteksi berarti perlindungan terhadap anak dari ancaman,

diskriminasi, hukuman, salah perlakuan dan segala bentuk pelecehan serta

kebijakan yang kurang tepat. (3) Prinsip terakhir ialah partisipasi yang

merupakan hak untuk bertindak yang digunakan siswa untuk mengungkapkan

kebebasan pendapat, bertanya,

Pasal 28B (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa setiap

anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak

atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. ”Hal ini dipertegas dalam

pasal 54 Undang-Undang Perlindungan Anak, yang menyatakan ”Anak di

dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan

yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam

sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya. ” Pasal 70 ayat

2 menyebutkan, ”Setiap orang dilarang memperlakukan anak dengan

mengabaikan pandangan mereka dalam pendidikan secara diskriminatif,

termasuk labelisasi dan penyeteraan bagi anak-anak yang menyandang cacat.”

6
Madrasah sebagai agen pelaksana proses pendidikan harus memiliki budaya

salah satunya budaya ramah dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai

tujuan pendidikan. Apalagi sekarang pemerintah bertindak sebagai pelayan

kebutuhan madrasah, bukan sebagai pihak yang mengintimidasi madrasah.

Lembaga madrasah sebagai pelayan belajar dan pelaksana pembelajaran.

Dunia pendidikan islam dalam hal ini madrasah mempunyai peran penting

dan strategis dalam menentukan arah maju dan mundurnya kualitas sebuah

bangsa.

Dalam Bab I pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan pada pasal 2, disebutkan tujuan

pendidikan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Adapun fungsi pendidikan

sebagaimana dinyatakan pada pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Berdasarkan pengertian dan fungsi tersebut dapat disimpulkan bahwa,

7
pendidikan merupakan proses yang berkaitan dengan upaya untuk

mengembangkan diri peserta didik secara luas yang meliputi tiga aspek dalam

kehidupannya yaitu pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup.

Upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut dapat dilaksanakan pada

lembaga pendidikan yang disebut madrasah.

Menurut (Mulyasa, 2004 :4) jika bangsa Indonesia ingin berkiprah

dalam percaturan global, langkah pertama yang dilakukan adalah menata

SDM (Sumber Daya Manusia), dari segi aspek intelektualitas, emosional,

spiritual, kreativitas, moral, maupun pertanggungjawabannya. Otonomi

pengelola madrasah mengandung arti bahwa madrasah diberi keleluasaan

dalam mengelola sumber dayanya sesuai dengan prioritas kebutuhan

madrasah, dengan mengikutsertakan peran masyarakat untuk membantu dan

mengontrol penyelenggaraan pendidikan dalam kerangka kebijakan nasional.

Soegito, (2010 : 13) otonomi madrasah merupakan suatu upaya untuk

menampilkan kemandirian madrasah melalui pemberdayaan semua potensi

yang tersedia ditujukan untuk meningkatkan budaya pendidikan.

Meningkatkan mutu kualitas adalah tugas terpenting yang dihadapi oleh

setiap lembaga.

Peningkatan kualitas pendidikan di sebuah madrasah, akan terwujud

dengan baik apabila didukung secara optimal oleh peranan kepala madrasah

dalam meningkatkan kinerja guru. Sebab kepala madrasah adalah pelaku

utama dalam memainkan peranan penting di madrasah. Kepala madrasah

merupakan “the key person” dalam mencapai keberhasilan madrasah yang

8
diberi tanggung jawab dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya

manusia (SDM) dan sumber dana untuk kepentingan keberhasilan pencapaian

visi, misi dan tujuan madrasah.

Menurut Sallis (1993) dalam (Soegito, 2010 : 9) Pemimpin madrasah

dalam meningkatkan kualitas pendidikan, sebaiknya : (1) mempunyai visi

atau daya pandang yang jauh dan mendalam tentang mutu terpadu bagi

lembaganya maupun bagi dirinya, (2) mempunyai komitmen yang jelas pada

proses peningkatan kualitas, (3) mengkomunikasikan pesan yang berkaitan

dengan kualitas, (4) meyakinkan kebutuhan peserta didik sebagai pusat

perhatian kegiatan dan kebijakan lembaga madrasah, (5) meyakinkan para

pelanggan (siswa, orang tua, masyarakat) bahwa “channel” cocok untuk

menyampaikan harapan dan keinginannya, (6) melakukan pengembangan

staf, (7) tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa

dilandasi bukti yang kuat, (8) melakukan inovasi terhadap madrasah, (9)

menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawab yang

jelas, (10) mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap

penghalang baik yang bersifat organisasional maupun budaya, (11)

membangun tim kerja yang efektif, (12) mengembangkan mekanisme yang

cocok untuk melakukan monitoring dan evaluasi.

Menurut Sallis (1993) dalam (Soegito, 2010 : 9) Kepala madrasah

sebagai motor penggerak peningkatan kinerja guru dituntut memiliki visi,

misi dan wawasan yang luas serta kemampuan profesional yang memadai

dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan

9
penyelenggaraan pendidikan. Selain itu kepala madrasah dituntut untuk

memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama yang harmonis dengan

berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan di madrasah.

Kepala madrasah dituntut untuk bertanggungjawab atas seluruh

komponen madrasah, harus berupaya meningkatkan mutu pelayanan dan

mutu hasil belajar yang berorientasi kepada pemakai baik internal (siswa)

maupaun eksternal (masyarakat), pemerintah maupun lembaga industri dan

dunia kerja. Kemampuan kepala madrasah tentunya akan turut mempengaruhi

kinerja guru dalam melaksanakan tugas.

Dalam upaya mengembangkan budaya madrasah, peran kepala

madrasah sangat penting. Kepala madrasah mempunyai peran sebagai

manajer dan leader untuk membentuk komitmen mengembangkan budaya .

Budaya yang sudah mengakar di madrasah seperti pembinaan oleh kepala

madrasah yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi pelaksanaan

administrasi madrasah, tugas rutin guru-guru, ketertiban, disiplin dan

keberhasilan madrasah. Kegiatan pembinaan kepala madrasah seperti di atas

tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru. Keberhasilan

madrasah tidak terlepas dari tugas dan tanggung jawab serta peranan kepala

madrasah (Soegito, 2010 : 10)

Kepala madrasah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat

penting karena berhubungan langsung dengan pelaksanaan program

pendidikan di madrasah. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung

pada kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala madrasah yang

10
merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Kepala madrasah merupakan

seorang pejabat yang profesional dalam organisasi madrasah bertugas

mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam

mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.

Dari beberapa tahapan dalam perbaikan kualitas pendidikan, penelitian

ini difokuskan pada budaya. Budaya merupakan faktor penting dalam

membentuk peserta didik menjadi manusia yang penuh optimis, berani

tampil, berperilaku kooperatif mempunyai kecakapan personal dan akademik.

Suatu lembaga dapat dikatakan bermutu apabila mampu meraih prestasi

khususnya prestasi peserta didik yang tinggi dalam hal: a) prestasi akademik

memenuhi standar yang ditentukan, b) memiliki nilai-nilai kejujuran,

ketaqwaan, kesopanan, dan mampu mengapresiasi budaya, c) memiliki

tanggung jawab yang tinggi dan kemampuan yang diwujudkan dalam bentuk

keterampilan sesuai dasar ilmu yang diterima.

Mutu pendidikan suatu madrasah ditentukan oleh tenaga pendidik dan

tenaga kependidikan madrasah tersebut. Tenaga pendidik terdiri atas guru,

pembimbing, pengajar, pelatih. Sedangkan tenaga kependidikan meliputi

penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, laboran,

pustakawan, teknisi sumber belajar dan penguji. Pendapat lain mengatakan

bahwa peningkatan mutu pendidikan bersifat menyeluruh, menyangkut semua

komponen, pelaksana, dan kegiatan pendidikan atau disebut sebagai mutu

total atau” Total Quality” (Soegito, 2011 : 55).

11
Budaya madrasah menurut kemediknas ( Doni Koesoema 2012:125)

didefinisikan sebagai keseluruhan system berfikir, nilai, moral, norma dan

keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan

lingkungan alamnya. Kultur madrasah merupakan sebuah pola perilaku dan

cara bertindak yang terbentuk secara otomatis menjadi bagian hidup dalam

sebuah komunikasi pendidikan. Dasar pola berprilaku dan bertindak itu

adalah norma social, peraturan sekolah, dan kebijakan pendidikan yang ada di

dalam tingkat lokal. Ketiga hal itu tidak sekedar terbentuk karena ada

ekspresi legal formal berupa peraturan, melainkan terlihat dari spontanitas

anggotanya dalam bertindak, berfikir, mengambil keputusan dalam kehidupan

sehari-hari. Kultur madrasah dapat dikatakan sebagai kurikulum yang

tersembunyi, yang sesungguhnya lebih efektif mempengaruhi pola prilaku

dan cara berfikir anggota komunitas madrasah.

Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang adalah madrasah yang

terletak di tengah kota di Kabupaten Pemalang, yaitu di jalan Tentara pelajar

No.6, Mulyoharjo, kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah

12220. Madrasah ini mendapat animo sangat besar dari masyarakat sehingga

masyarakat sekitar berbondong-bondong menyekolahkan anak-anaknya di

madrasah tersebut. Madrasah Tsanawiyah Negeri I Pemalang mempunyai

moto kokoh dalam imtaq dan unggul dalam iptek. Visi MTs N I Pemalang

yaitu terwujudnya lulusan MTs yang bertaqwa kepada Allah, berakhlak

mulia,berkepribadian,berilmu,terampil dan mampu mengaktualisasikan diri

dalam kehidupan bermasyarakat.

12
Sedangkan misi MTs N I Pemalang 1) melaksanakan pembelajaran

yang bernuansa islam dengan mengutamakan pengamalan untuk mewujudkan

peserta didik yang berakhlak mulia, 2) melaksanakan proses pembelajaran

yang menginternalisasikan nilai-nilai ke-islaman (jujur, tanggung jawab,

peduli, adil rahmatan lilalamin) dalam setiap proses pembelajaran, 3)

melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu pada kurikulum berstandar

nasional dengan memfokuskan pada proses pembelajaran yang aktif, inofatif,

kreatif, efektif dan menyenangkan ( PAIKEM), 4) melaksanakan pelatihan

secara berkesinambungan kepada seluruh SDM madrasah untuk

mengembangkan kecakapan yang berkaitan dengan bidang studi keterampilan

mengajar, soft skill, manajemen dan kepemimpinan.

Tenaga pendidik yang ada di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1

Pemalang pada tahun 2019/2020 sudah sesuai standar guru professional.

Sarana dan prasarana Madrasah Tsanawiyah Negeri Pemalang pun sudah

memadai antara lain ruang kelas yang berAC, masjid yang cukup

menampung semua siswa, ruang perpustakaan yang nyaman, kantin yang

bersih yang sudah mendapat piagam dari BPOM, ruang UKS, ruang bermain

anak yang rindang, ruang literasi dan ruang laboratorium.

Biaya kegiatan belajar dan mengajar dibebankan pada keuangan yang

ada pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Pemalang bersumber pada dana

Bantuan Operasional Madrasah (BOS), selain itu ada juga bantuan Bea Siswa

Miskin (BSM) dan Program Keluarga Harapan (PKH) yang disalurkan dari

dinas sosial.

13
Madrasah Tsanawiyah Negeri I Pemalang sudah memiliki kelas

unggulan sejak tiga tahun terakhir, yaitu kelas unggulan sains, kelas unggulan

bahasa, kelas unggulan olah raga dan kelas unggulan agama. Khusus untuk

kelas unggulan disediakan asrama atau kelas boarding school. Kurikulum

Islamic Boarding School secara garis besar terbagi menjadi dua bagian yaitu

tahfidzul qur’an dan kitab kuning yang meliputi nahwu shorof, ta’lim

muta’allim, aqidatul awam dan hidayatushshibyan. MTs N I Pemalang juga

memiliki ekstrakurikuler 27 macam kegiatan seperti pramuka, hadzroh, PMR

dan PKS, tilawah, marching Band, pencak silat, karate, bulu tangkis, tenis

meja, kajian kitab kuning , panahan, komputer, bola basket , robotic, dll.

Data siswa MTs N I Pemalang pada tahun pelajaran 2019/2020 adalah

1171 yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 508 anak dan siswa

perempuan sebanyak 663. Sebagai wujud dari visi dan misi MTs N I

Pemalang yaitu diperoleh prestasi yang sangat banyak contohnya MTs

Negeri 1 Pemalang menjadi juara 2 pencak silat tingkat nasional, menjadi

juara 1 panahan pada acara Brebes Open , juara 2 lomba Kompetisi Sains

Madrasah tingkat Provinsi Jawa Tengah, juara 1 lomba robotic tingkat

nasional juga pernah diraih oleh MTs N I Pemalang.

MTs Negeri 1 Pemalang termasuk madrasah ramah anak di Kabupaten

Pemalang. MTs Negeri 1 Pemalang menjadi titik pantau penilaian Adipura di

Kabupaten Pemalang ( Sektor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Pemalang) dan titik pantau penilaian Pemalang sehat (Sektor Dinas

Kesehatan Kabupaten Pemalang) untuk meraih penghargaan. Selain prestasi-

14
prestasi tersebut, Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang tahun 2018

mendapatkan penghargaan sebagai Sekolah Ramah Anak Tingkat Nasional.

Tidak hanya siswanya yang banyak memperoleh prestasi, kepala sekolahnya

meraih juara 1 Kepala Madrasah berprestasi tingkat Provinsi Jawa Tengah,

dan guru Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang juga telah meraih medali

kejuaraan karate di Kanada.

Madrasah dapat dikatakan bermutu apabila prestasi madrasah

khususnya prestasi peserta didik menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam

tiga hal ; 1) prestasi akademik yaitu nilai rapor dan nilai kelulusan memenuhi

standard yang ditentukan; 2) memiliki nilai –nilai kejujuran, ketakwaan,

kesopanan dan mampu mengapresiasi budaya ; 3) memiliki tanggung jawab

yang tinggidan kemampuan yang diwujudkan dalam bentuk keterampilan

sesuai dengan dasar ilmu yang diterimanya di madrasah.( Syaiful Sagala

2008: 111) Berdasarkan data prestasi akademik di Madrasah Tsanawiyah

Negeri 1 Pemalang menunjukkan bahwa selama tiga tahun terakhir Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang memperoleh hasil peringkat sepuluh besar

dalam meraih nilai ujian nasional dan tiap tahun selalu mengalami kenaikan

hasil ujian. Tabel 1 berikut ini adalah daftar prestasi akademik Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang selama kurun waktu tiga tahun terakhir.

15
Tabel 1. Prestasi Ujian Nasional MTs Negeri 1 Pemalang

Tahun
No Mata Pelajaran
2017 2018 2019
1. B. Indonesia 8,16 8,46 8,48
2. Matematika 7,48 7,63 8,20
3. IPA 7,72 7,70 8,37
4. Bahasa Inggris 7,50 7,55 8,08
Jumlah 30,86 31,34 33,13
Rata-rata 7,72 7,84 8,28
(Sumber : Data MTs Negeri 1 Pemalang tahun 2019/2020)

Berdasarkan tabel di atas dapat dianalisis bahwa prestasi rata-rata nilai

Ujian Nasional (UN) MadrasahTsanawiyah Negeri 1 Pemalang selalu

meningkat.

Sebagai madrasah yang pernah mendapatkan penghargaan sekolah

Ramah Anak, dan nilai akreditasinya A, MTs N I Pemalang memiliki

karakteristik dan budaya. Budaya di Madrasah Tsanawiyah Negeri Pemalang

salah satunya setiap pagi dilaksanakan kegiatan Pagi Hasanah, yaitu

penyambutan kedatangan siswa oleh guru, pegawai, dan sebagian siswa yang

telah terjadwal. Penyambutan siswa setiap pagi di depan gerbang madrasah

secara tidak langsung telah memberikan teladan kepada siswanya tentang

bagaimana berbudaya santun saat bertemu dengan guru atau orang lain dan

memberikan dampak positif luar biasa untuk membangun motivasi anak

dalam mengikuti pembelajaran.

Dari data yang peneliti peroleh baik prestasi akademik maupun non

akademik salah satunya penghargaan sekolah ramah anak di Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang , maka peneliti tertarik untuk melakukan

16
penelitian dengan judul ”Optimalisasi Budaya Sekolah Dalam Pelaksanaan

Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah Negeri I Pemalang.”

B. Fokus Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini memfokuskan kajian terhadap

Optimalisasi budaya di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang Kabupaten

Pemalang dalam pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak. Dengan

pertimbangan bahwa Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang telah dapat

meraih, mempertahankan dan meningkatkan mutu baik dari segi akademik

maupun non akademik dari tahun 2017 sampai tahun 2020.

Sub fokus penelitian sebagai berikut

1. Bagaimanakah perencanaan optimalisasi budaya Madrasah Tsanawiyah

Negeri 1 Pemalang dalam pelaksanaan program sekolah ramah anak?

2. Bagaimanakah pengorganisasian optimalisasi budaya Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang dalam pelaksanaan program sekolah

ramah anak?

3. Bagaimanakah pengendalian optimalisasi budaya Madrasah Tsanawiyah

Negeri 1 Pemalang dalam pelaksanaan program sekolah ramah anak?

C. Tujuan Dan Manfaat

1. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

17
a. Mengetahui perencanaan optimalisasi budaya Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang dalam pelaksanaan program

sekolah ramah anak.

b. Mengetahui pengorganisasian optimalisasi budaya Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang dalam pelaksanaan program

sekolah ramah anak.

c. Mengetahui pengendalian optimalisasi budaya Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang dalam pelaksanaan program

sekolah ramah anak.

2. Manfaat

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan

sumbangan pemikiran dan khasanah kepustakaan tentang budaya.

Secara praktis penelitian yang berjudul “Optimalisasi Budaya Madrasah

Dalam Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang adalah :

a. Bagi Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang merupakan

gambaran yang dapat dijadikan refleksi untuk menuju madrasah

bermutu,berbudaya dan ramah anak

b. Bagi warga sekolah merupakan pengembangan sistem berpikir

kreatif, kritis, peduli serta mengajarkan kemandirian dan kearifan

local.

18
c. Bagi warga masyarakat dapat menumbuhkan kepercayaan dan

berkurangnya kekhawatiran masyarakat (orang tua) terhadap hal-hal

yang membahayakan terhadap peserta didik.

d. Bagi sekolah lain dapat dijadikan sebagai model pengembangan

sekolah bermutu yang berbasis pada pengembangan budaya di

lingkungan sekolah.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Sekolah Ramah Anak

1. Pengertian Sekolah Ramah Anak

Sebagaimana dalam bunyi pasal 4 UU No.23 Tahun 2002 tentang

perlindungan anak, menyebutkan bahwa anak mempunyai hak untuk

dapat hidup tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai

harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi. Disebutkan di atas salah satunya adalah

berpartisipasi yang dijabarkan sebagai hak untuk berpendapat dan

didengarkan suaranya. Dari Undang-undang tersebut dijelaskan Sekolah

Ramah Anak adalah sekolah yang terbuka melibatkan anak untuk

berpartisipasi dalam segala kegiatan, kehidupan sosial,serta mendorong

tumbuh kembang dan kesejahteraan anak serta aman, bersih, sehat, hijau,

inklusif dan nyaman bagi perkembangan fisik, kognisi dan psikososial

anak perempuan dan anak laki-laki termasuk anak yang memerlukan

pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus.

19
Dalam Peraturan Menteri No 12 Tahun 2011 Sekolah Ramah

Anak didefinisikan sebagai sekolah yang mampu menjamin pemenuhan

hak anak dalam proses belajar mengajar, aman, nyaman, bebas dari

kekerasan dan diskriminasi, serta menciptakan ruang bagi anak untuk

belajar berinteraksi, berpartisipasi, bekerja sama, menghargai

keberagaman, toleransi dan perdamaian. Sebuah sekolah dapat disebut

Sekolah Ramah Anak, bila memenuhi minimal kriteria berikut ini:

1) mempunyai kebijakan anti kekerasan (sesama siswa, tenaga

pendidik dan kependidikan, termasuk pegawai sekolah lainnya)

2) Memiliki program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

3) Lingkungan sekolah yang bersih dan sehat

4) Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

5) Sekolah Adiwiyata

6) Memiliki warung/kantin kejujuran

7) Siswa terlibat/dilibatkan dalam pembuatan kebijakan sekolah

Pendidikan ramah anak merupakan pendidikan yang berdasarkan

prinsip 3P dalam proses pembelajarannya. Prinsip 3P sebagaimana

diungkapkan oleh Rofi’ah (2015: 69) ialah provisi, proteksi, dan

partisipasi. (1) Provisi adalah ketersediaannya kebutuhan anak seperti

cinta/ kasih sayang, makanan, kesehatan, pendidikan dan rekreasi. (2)

Proteksi berarti perlindungan terhadap anak dari ancaman, diskriminasi,

hukuman, salah perlakuan dan segala bentuk pelecehan serta kebijakan

yang kurang tepat. (3) Prinsip terakhir ialah partisipasi yang merupakan

20
hak untuk bertindak yang digunakan siswa untuk mengungkapkan

kebebasan pendapat, bertanya, berargumentasi, berperan aktif di kelas

dan di sekolah.

Sedangkan menurut Yulianto (2016: 143) pendidikan ramah anak

adalah pendidikan yang anti diskriminasi, menerapkan PAIKEM,

perhatian dan melindungi anak, lingkungan yang sehat, serta adanya

partisipasi orangtua dan masyarakat. Sedangkan menurut Sholeh dkk

(2016: 6) berpendapat bahwa pendidikan ramah anak adalah suatu

satuan lembaga pendidikan yang dapat memfasilitasi dan

memberdayakan potensi anak.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan ramah anak adalah pendidikan yang terbuka melibatkan

anak untuk berpartisipasi dalam segala kegiatan, kehidupan sosial, serta

mendorong tumbuh kembang dan kesejahteraan anak.

Pendidikan ramah anak mengenal dan menghargai hak anak untuk

memperoleh pendidikan, kesehatan, kesempatan bermain dan

bersenang-senang, melindungi dari kekerasan dan pelecehan, dapat

mengungkapkan pandangan secara bebas, dan berperan serta dalam

mengambil keputusan sesuai dengan kapasitas mereka. Sekolah juga

menanamkan tanggung jawab untuk menghormati hak-hak orang lain,

kemajemukan dan menyelesaikan masalah perbedaan tanpa melakukan

kekerasan.

21
Sejalan dengan beberapa paparan di atas, Ulumudin (dalam

Rofi’ah, 2015: 69) menambahkan bahwa indikator pendidikan ramah

anak ada 9 yakni: 1) Riang, dimana anak selalu merasa senang dalam

melakukan kegiatan dan tidk merasa bosan; 2) Aman dan sehat, situasi

yang memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan yang bersifat

fisik, psikis; 3) Menarik kondisi dinamis yang membutuhkan minat

untuk mengembangkan potensi anak; 4) Aktif, dengan adanya

partisipasi yang ditunjukan oleh anak, pendidik dan tenaga

kependidikan serta masyarakat; 5) Hak anak, terjaminnya pemenuhan

hak anak seperti hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan

partisipasi dalam lingkungan pendidikan/sekolah; Kemudian, 6) Asah,

asih, asuh, merupakan satuan pendidikan yang efektif bagi peserta didik

sebagai tempat mencari ilmu, saling memberikan kasih sayang dan

mengasuh anak-anak sebagai generasi penerus bangsa; 7) Nyaman,

merupakan suasana yang membuat anak menjadi kerasan/betah dalam

melakukan kegiatan; 8) Aspiratif, merupakan satuan pendidikan sebagai

lembaga selalu menampung dan menggali masukan baik dari anak,

pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat; 9) Komunikatif/adanya

jalinan aktif antara anak, pendidik tenaga kependidikan dan masyarakat

untuk menciptakan suasana transparan dan dapat

dipertanggungjawabkan. Suatu lembaga pendidikan harus

memperhatikan bagian-bagian dari indikator pendidikan ramah anak

tersebut.

22
Sekolah yang belum memperhatikan hak-hak anak sebagaimana

yang telah disebutkan belum bisa dikatakan berhasil, karena sekolah

yang dapat dikatakan berhasil adalah sekolah yang dapat menjamin

hak-hak anak dapat terpenuhi baik itu dari segi pembelajaran, karakter,

dan segi sarana dan prasarana yang menjamin keselamatan, kesehatan,

kenyamanan dan kemudahan.

Dari segi pembelajaran yang ramah anak Kristanto, dkk (2011:

45) mengatakan sebagai berikut: 1) Proses Pembelajaran, dilakukan

dengan cara yang menyenangkan, inklusif, penuh kasih sayang dan

bebas dari perlakuan diskriminasi terhadap peserta didik baik di dalam

dan di luar kelas, memberikan gambaran yang adil, akurat, dan

informatif mengenai masyarakat dan budaya lokal serta memperhatikan

prinsip-prinsip hak anak; 2) Mengembangkan minat, bakat, dan inovasi

serta kreativitas peserta didik melalui kegiatan esktrakurikuler secara

individu maupun kelompok; 3) Peserta didik terlibat dalam kegiatan

bermain, berolahraga dan beristirahat; 4) Memotivasi dan memberikan

kesempatan peserta didik untuk menyelenggarakan, mengikuti, dan

mengapresiasi kegiatan seni budaya; 5) Menerapkan kebiasaan untuk

peduli dan berbudaya lingkungan hidup serta pengurangan resiko

bencana dalam pembelajaran; 6) Menumbuhkan wawasan dan rasa

kebangsaan pada peserta didik. Selain itu sekolah harus menerapkan

penilaian pembelajaran tanpa membandingkan satu peserta didik

23
dengan peserta didik yang lain, dan bahan Ajar yang aman dan bebas

dari unsur pornografi, kekerasan, dan radikalisme serta SARA.

Dari segi karakter dapat dilihat dari sikap yang ditunjukan guru

dalam memberikan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas

seperti kegiatan yang dilakukan setiap hari untuk membentuk karakter

siswa yang baik, cara menyelesaikan masalah dengan benar, cara

berperilaku yang baik dan sopan, dan bersikap tertib dan disiplin.

Semua sikap tersebut harus terlebih dahulu dilakukan oleh seorang guru

kemudian diajarkan ke anak karena semua tindakan yang dilakukan

oleh guru akan ditiru oleh anak. Oleh karena itu seorang guru harus

lebih bersikap sopan, santun, penuh kasih saying, perhatian, dan ramah.

Dari segi sarana dan prasarana sekolah dapat menyediakan untuk

mendukung proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana yang ramah

menurut Kristanto, dkk (2011: 45) sebagai berikut: Persyaratan

Keselamatan : (1) struktur bangunan sekolah dengan struktur yang kuat,

kokoh, dan tahan gempa; (2) bangunan sekolah memenuhi persyaratan

instalasi listrik yang aman. Persyaratan Kesehatan; (1) bangunan

sekolah memiliki ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan; (2)

bangunan sekolah menggunakan pencahayaan alami dan/atau

pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat; (3) bangunan

sekolah memiliki air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan dan

mengalir lancar; (4) bangunan sekolah memiliki sistem pembuangan air

limbah dan/atau air kotor yang berfungsi dengan baik dan tidak

24
mencemari lingkungan sekitar; (5) tersedia tempat pembuangan sampah

terpilah dan tertutup; (6) bangunan sekolah menggunakan bahan

bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan dan tidak

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Kemudian

Persyaratan Kenyamanan; (1) temperatur dan kelembaban ruang kelas

nyaman untuk kegiatan belajar mengajar; (2) ruang - ruang pada

bangunan sekolah terutama ruang kelas terhindar dari gangguan silau

dan pantulan sinar; (3) ruang-ruang pada bangunan sekolah terutama

ruang kelas terhindar dari kebisingan ; (4) Pencahayaan dalam kelas

yang cukup; (5) struktur bangunan tidak memiliki sudut yang tajam dan

kasar; (6) perabot tidak memiliki sudut yang tajam dan membahayakan

pengguna. Persyaratan Kemudahan; (1) tersedia toilet dengan jumlah

unit menyesuaikan jumlah murid, yang terpisah antara toilet laki -laki

dan perempuan; (2) kondisi toilet bersih, lantai tidak licin, memiliki

pencahayaan dan penghawaan yang baik dan sarana pelengkap yang

lain seperti perangkat kebersihan ; (3) pemisahan jarak akses pintu

masuk antara toilet bagi murid laki - laki dan perempuan; (4) perabot

toilet menggunakan ukuran yang sesuai dengan pengguna; (5) tersedia

ruang ibadah; (6) ruang UKS; (7) Sekolah memiliki lapangan olahraga

yang bisa diakses oleh seluruh anak; (8) Sekolah memiliki ruang

perpustakaan; (9) Sekolah harus memiliki kantin; (10) Sekolah

menyediakan fasilitas untuk media ekspresi anak, seperti madding.

25
Keenam indikator di atas yang mendukung berjalan atau tidaknya

pendidikan ramah anak di sekolah.

Untuk memberdayakan potensi anak di satuan lembaga pendidikan

tentunya harus memprogramkan segala sesuatunya yang menyebabkan

potensi anak bisa tumbuh dan berkembang, berpartisipasi dan

terlindungi dari tindak kekerasan dan diskriminasi. Selain itu harus

menciptakan program sekolah yang memadai, sekolah juga harus

menciptakan lingkungan yang kondusif dan edukatif.

2. Tujuan pendidikan ramah anak

Tujuan pendidikan ramah anak ialah mewujudkan satuan lembaga

pendidikan yang dapat menjamin dan memenuhi hak-hak dan

perlindungan anak Indonesia, hal ini sesuai dengan tujuan Pendidikan

Nasional, UUD 45, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, dan prinsip-prinsip perlindungan anak (Sholeh

dkk, 2016: 6). Sedangkan Maryanto berpendapat bahwa pendidikan

ramah anak bertujuan untuk membangun lingkungan belajar dimana

anak termotivasi dan mampu untuk belajar (Maryanto, 2010: 2).

Kemudian Muntari dkk (2010:4) menyatakan bahwa pendidikan

ramah anak bertujuan untuk mewujudkan lingkungan belajar yang

mendorong anak tumbuh dan berkembang dengan aman, layak, dan

menyenangkan untuk mendapatkan hak atas pendidikan dan lingkungan

yang baik.

26
Berdasarkan pendapat-pendapat tentang tujuan sekolah ramah anak

di atas dapat disimpulkan bahwa untuk memastikan terlaksananya

tujuan pendidikan ramah anak di satuan pendidikan, maka harus

memiliki prinsip-prinsip perlindungan anak, yakni; (1) tanpa

kekerasan, (2) tanpa diskriminasi, (3) kepentingan terbaik bagi anak,

(4) hak tumbuh dan berkembang, (5) penghargaan terhadap pendapat

anak, yang dapat diintegrasikan ke dalam bidang-bidang implementasi,

yakni; kebijaakan, kurikulum, manajemen, dan peraturann sekolah,

sarana, prasarana, dan lingkungan, serta relasi sehari-hari antara

pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan yaitu masyarakat.

3. Bentuk-bentuk partisipasi pendidikan ramah anak.

Menurut Sholeh dkk (2016: 9) ada tujuh (7) tingkatan partisipasi

masyarakat dalam mewujudkan pendidikan ramah anak (dirinci dari

tingkat partisipasi terendah ke tinggi ), yaitu: 1) Partisipasi dalam

pelayanan. Orangtua/masyarakat terlibat dalam kegiatan sekolah,

misalnya orangtua ikut membantu sekolah ketika ada study tour,

pramuka, kegiatan keagamaan, dan sebagainya; 2) Partisipasi sebagai

pelaksana kegiatan. Misalnya sekolah meminta orangtua/masyarakat

untuk memberikan penyuluhan pentingnya pendidikan, Partisipasi

dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. Pada tingkatan ini

masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah untuk mendidik anak-

anak mereka; 3) Partisipasi dengan memberikan kontribusi dana, bahan,

dan tenaga. Pada PSM (Peran Serta Masyarakat) jenis ini masyarakat

27
berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan

menyumbangkan dana, barang, atau tenaga; Selanjutnya, yang ke 4)

Partisipasi secara pasif. Masyarakat dalam tingkatan ini menyetujui dan

menerima apa yang diputuskan pihak sekolah (komite sekolah),

misalnya komite sekolah memutuskan agar orangtua membayar iuran

bagi anaknya yang bersekolah dan orangtua menerima keputusan iu

dengan mematuhinya; 5) Partisipasi melalui adanya konsultasi. Pada

tingkatan ini, orangtua datang ke sekolah untuk berkonsultasi tentang

masalah pembelajaran yang dialami anaknya; 6) partisipasi masalah

gender, gizi dan sebagainya. misalnya, berpartisipasi dalam mencatat

anak usia sekolah di lingkungannya agar sekolah dapat menampungnya,

menjadi narasumber, guru bantu, dan sebagainya; 7) Partisipasi dalam

pengambilan keputusan. Orangtua/masyarakat terlibat dalam

pembahasan masalah pendidikan baik akademis maupun non akademis,

dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam Rencana

Pengembangan Sekolah (RPS).

4. Pengembangan pendidikan ramah anak

Menurut Sholeh dkk (2016: 11) penyelenggaraan proses

pendidikan dan pembelajaran secara sistematis dan berkesinambungan.

Para pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah diharapkan

menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang mampu

memfasilitasi peserta didik berperilaku terpelajar. Perilaku terpelajar

ditampilkan dalam bentuk pencapaian prestasi akademik, menunjukan

28
perilaku yang beretika dan berakhlak mulia, memiliki motivasi belajar

yang tinggi, kreatif, disiplin, bertanggung jawab, serta menunjukan

karakter diri sebagai warga masyarakat, warga negara dan bangsa

Dinas Pendidikan Jawa Tengah (dalam Muntari, 2013: 21)

menjelaskan bahwa satuan lembaga pendidikan harus dapat

menciptakan suasana yang kondusif agar anak didik merasa nyaman

dan dapat mengekspresikan potensinya. Agar tercipta suasana kondusif

tersebut, maka ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, terutama

perencanaan program sekolah yang sesuai dengan tahap-tahap

pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Anak tidak harus

dipaksakan melakukan sesuatu, tetapi dengan program tersebut anak

secara otomatis terdorong untuk mengeksplorasi dirinya. Faktor penting

yang perlu diperhatikan sekolah adalah partisipasi aktif anak terhadap

barbagai kegiatan yang diprogramkan, namun sesuai dengan kebutuhan

anak. Selain itu, aspek sarana-prasarana yang memadai juga harus

diperhatikan, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan pembelajaran

anak didik.

Sedangkan menurut Munawarah (2009: 36) sarana-prasarana

tidak harus mahal tetapi sesuai dengan kebutuhan anak. Adanya zona

aman dan selamat ke sekolah, adanya kawasan bebas reklame rokok,

pendidikan inklusif juga merupakan faktor yang diperhatikan sekolah.

Penataan lingkungan sekolah dan kelas yang menarik, memikat,

mengesankan, pola pengasuhan, dan pendekatan individual sehingga

29
sekolah menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan. Selanjutnya

tersedianya forum anak, ketersediaan pusat-pusat informasi layak anak,

ketersediaan fasilitas kreatif dan rekreatif pada anak, ketersediaan kotak

saran kelas dan sekolah, ketersediaan papan pengumuman, ketersediaan

majalah atau koran anak. Sekolah hendaknya memungkinkan anak

untuk melakukan sesuatu yang meliputi hak untuk mengungkapkan

pandangan dan perasaannya terhadap situasi yang memiliki dampak

pada dirinya.

Satuan lembaga pendidikan yang ramah anak merupakan institusi

yang mengenal dan menghargai hak anak (untuk memperoleh

pendidikan, kesehatan, kesempatan bermain, dan bersenang-senang)

melindungi dari kekerasan dan pelecehan, dapat mengungkapkan

pandangan secara bebas, dan berperan serta dalam mengambil

keputusan sesuai dengan kapasitas mereka.

Dalam pendidikan sekolah ramah anak hal yang perlu

dikembangkan adalah pendidikan karakter. Karakter merupakan sifat-

sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang

dengan orang lain (Samani dkk, 2013: 42). Sukmawati (2015: 20)

karakter adalah cara berfikir atau berperilaku yang menjadi ciri khas

idnividu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,

masyarakat, bangsa maupun Negara. Nilai-nilai tersebut akan terlihat

dalam diri seseorang hingga dewasa, hal itu bisa terjadi karena karakter

adalah suatu sikap atau tindakan seseorang yang melekat pada dirinya.

30
Menurut Fadillah (2013: 21) karakter merupakan sikap dan

kebiasaan nilai-nilai yang baik (mengetahui nilai kebaikan, mau berbuat

baik, berbuat baik dalam kehidupan baik untuk diri sendiri maupun

masyarakat) terpatri dalam diri dan perilaku. Sejalan dengan pendapat

tersebut Djarat (dalam Marzuki, 2012: 21) menjelaskan karakter adalah

nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama,

kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika.

Lembaga pendidikan yang ramah anak juga harus menanamkan

tanggung jawab untuk menghormati hak-hak orang lain, kemajemukan

dan menyelesaikan masalah perbedaan tanpa melakukan kekerasan

(Sholeh dkk, 2016: 13). Sehingga dapat ditarik kesimpulkan bahwa

dengan adanya berbagai pendapat mengenai penggembangan

pendidikan ramah anak diatas maka dapat diartikan sebagai suatu

kegiatan yang dapat menumbuhkembangkan karakter maupun minat

dan bakat anak didik secara teratur dan terarah, kegiatan ini

dimaksudkan untuk mengarahkan pola pikir peserta didik sejak dini

demi mengasah ide maupun kreatifitas dan inovasi dalam berkarya di

dunia pendidikan, adapun hal lain yang perlu diperhatikan dalam

mengembangkan karakter anak yakni hal-hal penunjang seperti sarana

dan prasarana baik kesehatan, keamanan, metode pembelajaran dan lain

sebagainya.

Hal utama yang perlu dihindari dalam dunia pendidikan saat ini

ialah diskriminasi dan pelecehan terhadap anak dibawah umur yang

31
dapat mempengaruhi psikologis anak. Masalah tersebut akan

berdampak pada krisisnya kaum generasi, sehinga kehadiran satuan

lembaga pendidikan sangat diperlukan guna untuk melindungi dan

menjaga kaum anak didik sebagai penerus bangsa. Adapun hal penting

yang perlu diketahui ialah pengembangan tidak hanya dilakukan dalam

lingkungan sekolah akan tetapi dalam lingkungan keluarga orangtua

juga mesti memperhatikan hal-hal positif yang akan berdampak pada

penggembangan anak baik karakter, pola pikir, maupun inovasi.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa karakter

merupakan nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk

baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang

membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan

prilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Ada 18 nilai karakter yang telah diterapkan di sekolah seluruh

Indonesia. 18 nilai karakter tersebut diantaranya religius, jujur,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin

tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Tetapi 18 nilai karakter

tersebut diperbaharui dan disederhanakan menjadi 5 karakter utama

yang sudah mencakup keseluruhan dari 18 niai karakter sebelumnya

yaitu nilai karakter religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan

integritas. Lima nilai pendidikan karakter tersebut saling berkaitan

32
membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter. (Hendarman dkk,2016: 7).

Nilai nilai poendidikan karakter yang dikembangkan antara lain;

Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri,

Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air,

Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar

Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung Jawab,

Sedangkan Nilai Utama dalam pendidikan karkter adalah (1) Religius,

(2) Nasionalis (3) Integritas, (4) Mandiri, (5) Gotong royong.

Nilai-nilai Pendidikan Karakter mempunyai subnilai antara lain;

(1) Religius, mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan

kepercayaan yang dianutnya, menghargai perbedaan agama,

menjunjung tinggi sikap toleranterhadap pelaksanaan ibadah agama dan

kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.

Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai

perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja

sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,

persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai

lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih. (2) Nasionalis,

merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa,

33
menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri

dan kelompoknya. Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya

bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban,

unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat

hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan agama. (3)

Mandiri , sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang

lain dan menggunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk

merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai mandiri antara

lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang,

profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang

hayat. (4) Gotong royong, mencerminkan tindakan menghargai

semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan

bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi

bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai

gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen

atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolongmenolong,

solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap

kerelawanan. (5) Integritas, merupakan nilai yang mendasari perilaku

yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang

selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,

memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan

moral (integritas moral). Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta

pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan,

34
tanggungjawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu

(terutama penyandang disabilitas). (Hendarman dkk, 2016: 7)

Kelima nilai pendidikan karakter di atas bukanlah nilai yang

berdiri dan berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang

berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan

membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan

karakter dimulai, individu dan sekolah perlu mengembangkan nilai-

nilai utama lainnya baik secara kontekstual maupun universal.

Tahap pembentukan karakter Menurut Rohimah (2012: 58)

Membentuk karakter pada diri anak memerlukan suatu tahapan yang

dirancang secara sistematis dan berkelanjutan. Sebagai individu yang

sedang berkembang, anak memiliki sifat yang suka meniru tanpa

mempertimbangkan baik atau buruk. Hal ini didorong oleh rasa ingin

tahu dan ingin mencoba sesuatu yang diminati, yang kadang kala

muncul secara spontan. Sikap jujur yang menunjukkan kepolosan

seorang anak merupakan ciri yang juga dimilikinya. Kehidupan anak

yang dirasakan tanpa beban anak selalu tampil riang dan dapat bergerak

dan beraktifitas secara bebas. Dalam aktifitas ini, anak cenderung

menunjukkan sifat keangkuhannya. Akhirnya sifat unik menunjukkan

anak merupakan sosok individu yang kompleks yang memiliki

perbedaan dengan individu lainnya. Anak akan melihat dan meniru apa

yang ada disekitarnya, bahkan apabila hal itu sangat melekat pada diri

anak akan tersimpan dalam memori jangka panjang (long trem

35
memory). Apabila yang disimpan dalam LTM adalah hal yang positif

(baik), reproduksi selanjutnya akan menghasilakan perilaku yang

konstruktif. Namun apabila yang masuk ke dalam LTM adalah sesuatu

yang negatif, reproduksi yang akan dihasilkan di kemudian hari adalah

hal-hal yang destruktif. Dari deskripsi tahap pembentukan karakter di

atas, dapat disimpulkan bahwa karakter anak dapat terbentuk dengan

baik jika sekolah dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah dapat

menciptakan suasana lingkungan yang baik. Tindakan dan perilaku

yang dilakukan oleh guru harus mencerminkan hal yang positif

sehingga tindakan yang akan dilakukan oleh anak dari melihat tindakan

guru adalah hal-hal yang baik. Oleh karena itu untuk membentuk

karakter pada anak, harus dirancang dan diupayakan penciptaan

lingkungan, seeing copying Positif negatif negatif memorizing

reproducing erasing recording.

Penciptaan suasana berkarakter sangat dipengaruhi oleh situasi

dan kondisi tempat model itu akan diterapkan beserta penerapan nilai

yang mendasarinya. Pertama, penciptaan budaya berkarakter yang

bersifat vertikal (ilahiah). Kegiatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk

hubungan dengan Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa, melalui

peningkatan secara kuantitas maupun kualitas kegiatankegiatan

keagamaan di sekolah yang bersifat ubudiyah, seperti shalat berjamaah,

puasa Senin dan Kamis, membaca Al-Quran, doa bersama, dan lain

sebagainya. Kedua, penciptaan budaya berkarakter yang bersifat

36
horizontal (insaniah). Yaitu, lebih mendudukkan sekolah sebagai

institusi sosial, yang apabila dilihat dari struktur hubungan antar

manusianya, dapat diklasifikasikan ke dalam tiga hubungan, yaitu: (1)

hubungan atasan-bawahan, (2) hubungan profesional, (3) hubungan

sederajat atau sukarela yang didasarkan pada nilai-nilai positif, seperti

persaudaraan, kedermawanan, kejujuran, saling menghormati, dan

sebagainya.

Menurut Jaleha (2014: 42) ada tiga lingkungan yang dapat

membentuk karakter anak sebagai berikut. a) Lingkungan keluarga

(bi’ah al-‘âilah) Keluarga berperan penting dalam proses pembentukan

karakter anak. Keluarga yang beragama Islam, misalnya, akan mendidik

anak-anak mereka secara islami (menanamkan ketaatan shalat, banyak

beramal, berlaku adil, jujur, sabar, ramah, menjadikan keluarga yang

sakinah, mawaddah, dan warahmah). Keluarga yang kurang peduli

terhadap pendidikan anak-anaknya akan bersikap acuh, masa bodoh

terhadap akanaknya. Mereka bersikap masa bodoh, apakah anaknya

akan menjadi anak yang baik atau buruk. Hal itu juga diperparah

dengan permasalahan keluarga yang tidak pernah selesai, yang akan

berdampak besar pada pendidikan karakter anak, misalnya perceraian

orangtua, bertengkar, suka berjudi, terlibat narkoba, dan lain-lain.

Keluarga memiliki peran penting dalam menurunkan sifat-sifat akhlak

(karakter) kepada generasi berikutnya. Sifat keturunan itu bukan hanya

yang tampak saja, melainkan juga yang tidak tampak (hidden), seperti

37
kecerdasan, keberanian, kedermawanan, dan lain-lain. Sekolah juga

berperan dalam pembentukan karakter anak. Sebagai lembaga

pendidikan, sekolah menanamkan karakter yang positif kepada

anakanak. Sekolah memiliki misi tertentu dalam membentuk manusia

yang cerdas, terampil, dan berakhlak mulia sesuai aturan yang berlaku.

Karakter yang ditanamkan kepada anak telah disusun dalam silabus

setiap mata pelajaran, tema pembelajaran, dan kegiatan ekstrakurikuler

di sekolah.

Lingkungan masyarakat (bi’ah al-mujtama’) Masyarakat

berperan besar dalam proses pendidikan karakter anak karena sebagian

besar waktu bermain, berinteraksi, dan pergaulan hidup anak berada di

masyarakat. Karakter anak yang berada di lingkungan perkotaan akan

berbeda dengan karakter anak yang berada di daerah pedesaan,

pegunungan, pantai, atau pedalaman. Sifat-sifat lingkungan masyarakat

setempat pola hidup, norma-norma, adat istiadat, dan aturan-aturan lain

akan mewarnai karakter anak. Misalnya, pada masyarakat yang agamis,

anak-anak menjadi manusia yang taat dan patuh terhadap agamanya.

Berbeda dengan masyarakat nelayan, orangtua akan mendidik anak-

anak mereka menjadi nelayan yang tangguh, ulet, pantang menyerah,

dan berani mengarungi lautan.

Karakter yang diperoleh anak di masyarakat ada juga yang

negatif. Hal ini disebabkan pola hidup masyarakat yang beragam.

Tawuran (pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum), saling curiga,

38
kebencian antarsesama, pergaulan bebas, ketidakjujuran (korupsi),

tindak kekerasan, dan penggunaan kata-kata yang buruk. Sementara itu,

contoh dari karakter positif adalah gotong-royong, kepedulian, kasih

sayang, kerja sama, toleransi, saling menghormati. dan lain-lain.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi

(termasuk sekolah) pasti tumbuh dalam lingkungan kerja tertentu.

Lingkungan kerja pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu: (1)

lingkungan fisik, berupa berbagai sarana dan prasarana yang menunjang

pencapaian tujuan organisasi; (2) lingkungan nonfisik, berupa basic

value atau nilai dasar yang dikembangkan pada suatu organisasi.

Lingkungan kerja tersebut saling berkaitan, jika salah satunya tidak

bekerja dengan baik maka suatu organisasi belum bisa dikatakan

dikatakan baik. Lingkungan ini lazim disebut sebagai budaya

organisasi.

Sekolah Ramah Anak  adalah  sekolah  nyang  secara  sadar

berupaya menjamin dan memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek

kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab. Prinsip utama

adalah non diskriminasi kepentingan, hak hidup serta penghargaan

terhadap anak.

Dasar dari pelaksanaan sekolah ramah anak di Indonesia:

Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1:

“Pemenuhan Hak Pendidikan Anak adalah usaha sadar


dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik pada usia anak
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
39
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 pasal 4 tentang


perlindungan anak:
“Anak mempunyai hak untuk dapat hidup tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Disebutkan
di atas salah satunya adalah berpartisipasi yang dijabarkan
sebagai hak untuk berpendapat dan didengarkan
suaranya.”

5. Program Sekolah Ramah Anak

Secara Etimologis, Manajemen adalah kosa kata yang berasal dari

bahasa Perancis kuno, yaitu menegement yang berarti seni

melaksanakan dan mengatur. Sejauh ini memang belum ada kata yang

mapan dan diterima secara universal sehingga pengertiaanya untuk

masing-masing para ahli masih memiliki banyak perbedaan. Dalam

bahasa Arab manajemen berarti menata beberapa hal dan

mengabungkan antara satu dengan yang lainnya. Manajemen adalah

aktivitas menertibkan, mengatur dan berfikir yang dilakukan oleh

seseorang, sehingga dia mampu mengurutkan, menata dan merapikan

hal-hal yang ada disekitarnya, mengetahui prioritas-proiritasnya, serta

menjadikian hidupnya selalu selaras dan serasi dengan lainnya.

(Jawwad, 2004 : 119).

Sedangkan menurut Henri Foyol dalam (Robbins, 2003 : 4)

menyatakan manajemen mengandung gagasan lima fungsi utama yaitu,

40
merancang, mengorganisasi, memerintah, mengkoordinasi, dan

mengendalikan.

Pada umumnya definisi yang lazim diberikan kepada manajemen

adalah “the art of getting things done throung the effort of other

people”. (Manulang, 2008 : 2). Newman dan Terry mengatakan bahwa

manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan memperoleh hasil

tertentu melalaui orang lain. (Manulang, 2008 : 2). Sedangkan menurut

Oey Liang Lee dalam (Manulang, 2008 : 3) mendefinisikan manajemen

adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,

pengarahan, dan pengarahan sumber daya, terutaman sumber daya

mnusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan telebih dahulu.

B. Optimalisasi Budaya Madrasah

1. Pengertian Optimalisasi

Menurut Rahmadi (2014: 112) “Optimalisasi” berasal dari kata

optimal berarti terbaik, tertinggi, sedangkan optimalisasi berarti suatu

proses meninggikan atau meningkatkan ketercapaian dari tujuan yang

diharapkan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Optimalisasi

merupakan suatu proses untuk mengoptimalkan suatu solusi agar

ditemukannya solusi terbaik dari sekumpulan alternatif solusi yang ada.

Optimalisasi dilakukan dengan memaksimalkan suatu fungsi objektif

dengan tidak melanggar batasan yang ada. Dengan adanya optimalisasi,

41
suatu sistem dapat meningkatkan efektifitasnya, yaitu seperti

meningkatkan keuntungan, meminimalisir waktu proses, dan sebagainya.

Optimalisasi juga diartikan sebagai ukuran dimana semua

kebutuhan dapat dipenuhi dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

Sedangkan menurut Winardi (1996: 363) optimalisasi adalah ukuran

yang menyebabkan tercapainya tujuan. Secara umum optimalisasi adalah

pencarian nilai terbaik dari yang tersedia dari beberapa fungsi yang

diberikan pada suatu konteks.

Menurut Machfud Sidik (2012: 199) berkaitan dengan

Optimalisasi memberikan suatu batasan bahwa optimalisasi adalah suatu

tindakan/kegiatan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan. Untuk itu

diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan.

Dalam jangka pendek kegiatan yang paling mudah dan dapat segera

dilakukan adalah dengan melakukan intensifikasi terhadap obyek atau

sumber pendapatan yang sudah ada terutama melalui pemanfaatan

teknologi informasi.

Berdasarkan pengertian konsep dan teori di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa optimalisasi adalah suatu proses, suatu Langkah

untuk melaksanakan program yang telah direncanakan dengan terencana

guna mencapai tujuan/target sehingga dapat meningkatkan kinerja secara

optimal. Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah sebuah

perencanaan,pengorganisasian dan pengendalian yang digunakan dalam

rangka mengoptimalkan budaya dalam pelaksanaan sekolah ramah anak.

42
2. Budaya Madrasah

Budaya adalah segala bentuk prilaku manusia di dalam kehidupan

yang berhubungan dengan alam dan manusia. Termasuk di dalamnya

gambaran mengenai suatu pola hidup yang berkembang yang dimiliki

Bersama oleh suatu kelompok dan diwariskan turun temurun dari

generasi ke generasi. Budaya diyakini mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan. Budaya merupakan kekuatan social yang tidak tampak, yang

dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk

melakukan aktivitas kerja. Konsep budaya yang dikembangkan oleh

sebuah lembaga disesuaikan dengan cita-cita dan nilai-nilai yang

terkandung dalam visi misi lembaga tersebut. Madrasah sebagai suatu

lembaga dalam mengembangkan konsep budaya berpedoman pada visi

misi madrasah yang ditindaklanjuti dalam sebuah kebijakan dengan (1)

disosialisasikan secara meluas; (2) dijalankan dengan komitmen yang

tinggi; (3) dibiasakan menjadi budaya yang dikembangkan.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa budaya merupakan

suatu pola kehidupan di dalam suatu kelompok masyarakat di mana di

dalamnya terdapat nilai-nilai yang diwariskan dan diyakini dari generasi

ke generasi.

Deal dan Kennedy berpendapat budaya sekolah adalah

keyakinan,nilai dan norma milik Bersama yang menjadi pengikat kuat

kebersamaan sebagai warga masyarakat.Sekolah memiliki budaya

dengan satu budaya yang dominan. Nilai-nilai dominan dan nilai-nilai

43
subordinasi bisa sejalan dan tidak bisa sejalan. Pola nilai, keyakinan dan

tradisi, terbentuk melalui sejarah sekolah. Pola makna yang dipancarkan

secara historis mencakup norma, nilai,keyakinan seremonial, ritual,

tradisi dan mitos dalam derajat yang bervariasi oleh warga sekolah.

Budaya sekolah adalah suatu pola asumsi dasar hasil invensi penemuan

atau pengembangan oleh suatu kelompok tertentu,dan merupakan kreasi

Bersama, dapat dipelajari dan teruji dalam mengatasi masalah.

Budaya madrasah merupakan semua nilai-nilai, tradisi yang telah

dibangun dalam waktu yang cukup lama oleh semua warga yang ada di

lingkungan madrasah dan tentunya mengarah kepada seluruh personal.

Tradisi atau kebiasaan yang diterapkan harus dilaksanakan dan dipatuhi

oleh semua warga madrasah.

Madrasah sebagai organisasi harus memiliki : (1) kemampuan

untuk hidup,tumbuh dan berkembang dan melakukan adaptasi dengan

berbagai lingkungan yang ada, dan (2) integrasi internal yang

memungkinkan madrasah untuk menghasilkan individua tau kelompok

yang memiliki sifat positif.

Memperhatikan konsep di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

budaya madrasah merupakan pola-pola yang mendalam, kepercayaan

nilai,upacara symbol-simbol dan tradisi yang terbentuk dari rangkaia,

kebiasaan dan sejarah sekolah, serta cara pandang dalam memecahkan

persoalan-persoalan yang ada di sekolah. Budaya madrasah memiliki

peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sekolah.

44
Kondisi ini mengingat bahwa budaya madrasah berkaitan erat dengan

perilaku dan kebiasaan-kebiasaan warga madrasah untuk melakukan

penyesuaian dengan lingkungan, serta cara memandang persoalan dan

memecahkannya di lingkungan madrasah, sehingga dapat memberikan

landasan dan arah pada berlangsungnya suatu proses Pendidikan yang

efektif dan efesien. Dengan demikian maka substansi budaya madrasah

adalah perilaku, nilai-nilai sikap dan cara hidup warga madrasah yang

berusaha mendinamisir lingkungan madrasah untuk mencapai tujuan

sekolah. Budaya madrasah yang positif akan memberi warna tersendiri

dan sejalan dengan pelaksanaan kegiatan di madrasah. Budaya positif

tersebut antara lain: budaya jujur, saling percaya, budaya menjaga

kebersihan, budaya disiplin, budaya baca, budaya kerja sama, budaya

memberi teguran dan penghargaan.

Berdasarkan kajian dari Muhammad Joko Susilo yang disimpulkan

bahwa menciptakan budaya madrasah yang kondusif memerlukan

strategi pencapaian, antara lain: (1) melakukan perencanaan program

yang matang dan strategi pencapaian yang jelas, (2) melakukan

perubahan mindset kepada seluruh stakeholder, (3) memberi contoh

teladan yang baik, (4) menanamkan nilai-nilai karakter, dan (5)

menciptakan daya dukung yang optimal.

Robbins (2003: 725) dalam terjemahan Molan menyatakan bahwa

budaya menjalankan sejumlah fungsi di dalam suatu organisasi. Pertama,

budaya mempunyai peran menetapkan tapal batas ; artinya budaya

45
menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan

organisasi yang lain. Kedua, budaya memberikan rasa identitas ke

anggota-anggota organisasi. Ketiga, budaya mempermudah timbulnya

komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri pribadi

seseorang. Keempat, budaya itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.

Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan

organisasi itu dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan.

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa untuk menciptakan suatu

budaya madrasah bukan hal yang sederhana penerapannya harus

didahului dengan penyusunan rencana yang matang untuk kebaikan

dalam pelaksanaannya secara langsung, dengan penuh pertimbangan baik

dan buruknya.

C. Perencanaan Optimalisasi Budaya Madrasah

1. Pengertian perencanaan

“Plan” atau juga rencana merupakan suatu dokumen yang dipakai

untuk skema sebagai tujuan yang ingin dicapai. Rencana mencakup

alokasi sumber daya, jadwal, serta Tindakan penting lainnya. Sebuah

rencana dapat dibagi berdasarkan jangka wakytu, kekhususan, serta

frekuensi pemakaian. Rencana dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1).

Rencana strategis merupakan rencana yang umumdan berlaku di semua

lapisan organisasi. 2). Rencana oprasional merupakan suatu rencana yang

mengatur kegiatan sehari-hari sebuah anggota organisasi.

46
Perencanaan adalah suatu proses. Proses perencanaan merupakan

rangkaian urutan rasional di dalam penyusunan rencana.Proses

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : dapat disesuaikan dengan

tujuan,dapat disesuaikan dengan keterbatasan dan dapat dikembangkan

dengan Teknik dan kebutuhan tertentu.

Menurut Abdulrachman (1973) Perencanaan adalah pemikiran

rasional berdasarkan fakta-fakta dan atau perkiraan yang mendekat

sebagai persiapan untuk melaksanakan Tindakan-tindakan kemudian.

Abdulrachman (1973). Sedang menurut Siagian (1994), perencanaan

adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dar

hal-hal yang akan dating dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan.

Dalam perencanaan dan penyemaian budaya dan pengaturan

lingkungan madrasah perlu dirumuskan terlebih dahulu target atau

sasarannya. Kemudian Menyusun program dan menentukan strategi

mencapai tujuan. Profil budaya dan lingkungan madrasah yang

diharapkan perlu dinyatakan dengan tegas.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah

keseluruhan proses pemikiran secara rasioanal dan matang untuk

mencapai target dengan menggunakan strategi yang efektif dan efesien

dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

2. Tujuan perencanaan

Stephen Robbins dan Mary coulter mengemukakan tujuan perencanaan

sebagai berikut:

47
1) Untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer mauoun

karyawan non manajer

2) Untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat

rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan

perubahan tersebut, dan Menyusun rencana untuk menghadapinya.

3) Untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan

terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi

pemborosan. Selain itu dengan rencana mamajerjuga dapat

mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan

inefesiensi dalam perusahaan.

4) Untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi

selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevaluasian atau

evaluating adalah proses membandingkan rencana dengan kenyataan

yang ada. Tanpa adanya rencana manajer tidak akan dapat menilai

kenerja perusahaan.

D. Pengorganisasian Optimalisasi Budaya Madrasah


1. Pengertian pengorganisasian

Pengorganisasian berasal dari kata organisasi. Organisasi

adalah susunan dan aturan dari berbagai bagian (orang dan

sebagainya) sehungga merupakan kesatuan yang teratur

(Poerwadarminta,1984). Fungsi manajemen setelah perencanaan

adalah pengorganisasian. Pengorganisasian dimaksudkan agar

manajer dapat menempatkan orang-orangnya dalam struktur


48
formal yang didalamnya terkandung tugas-tugas serta hak dan

kewajiban atas penggunaan sumber daya organisasi untuk

mencapai tujuan organisasi. Struktur formal ini biasa di kenal

dengan nama struktur organisasi yang dapat mempengaruhi sikap

dan perilaku terhadap pekerjaan. Struktur organisasi yang sesuai

dan tepat akan dapat meminimalkan biaya dan meningkatkan

efesiensi.

Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik

yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah

struktur organisasi yang tepat dan tangguh,sistem dan lingkungan

organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua

pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efesien

guna pencapaian tujuan organisasi.

Jaafar Muhammad (1992 ) memberikan Batasan bahwa

pegorganisasian adalah penyusunan sumber-sumber organisasi

dalam bentuk kesatuan dengan cara yang berkesan agar tujuan

dan objektif organisasi yang dirancang dapat dicapai. Sedang

Certo (1997 ) menyebutkan focus pertama pengorganisasian

adalah menentukan aktivitas yang akan dilakukan oleh sumber

daya manusia dalam organisasi dan bagaimana SDM tersebut

dapat diselaraskan atau digabungkan dengan cara yang terbaik

untuk mencapai tujuan organisasi.

49
Kesimpulan yang diperoleh dari definisi-definisi di atas

adalah bahwa pengorganisasian adalah pembentukan struktur

organisasi yang di dalamnya terkandung :

1) Penugasan formal bagi individu-individu dan bagian-bagian

organisasi

2) Hubungan komunikasi dan pelaporan formal termasuk garis

kewenangan, penanggung jawab keputusan, jumlah tingkat

hirarche, dan jenjang control manajer,

3) Bahwa penyusunan struktur ini untuk memastikan terjadinya

koordinasi yang efektif bagi seluruh karyawan di seluruh lini

dan bagian organisasi.

Dengan kata lain bahwa dalam setiap bangun struktur

organisasi disangga oel 4 pilar, yakni :

1) Division of work ( Pembagian pekerjaan ) adalah pemecahan

tugas kompleks menjadi komponen -komponennya, sehingga

setiap orang bertanggungjawab untuk beberapa aktivitas terbatas

dan bukan tugas secara keseluruhan. Seringkalidirujuk sebagai

pembagian tugas.

2) Departementalisasi merupakan penggabungan tugas secara logis

dan efesien. Untuk melacak jaringan kompleks dari hubungan

formal dalam sebuah organisasi,manajer biasanya menggambar

bagan organisasi untuk melukiskan bagaimana pekerjaan dibagi-

bagi. Dalam bagan sebuah organisasi, kotak mewakili

50
pengelompokan logis dari aktivitas pekerjaan yang kita sebut

dengan “departemen”. Departementalisasi, oleh karena itu

merupakan hasil keputusan manajer tentangaktivitas pekerjaan

apa yang dapat dihubungkan dengan kelompok serupa.

3) Hierarki berarti menetapkan siapa yang memberi laporan kepada

siapa dalam organisasi, departemen dibentuk dan rentan Kembali

di[ilih manajer dapat memutuskan rantai komando. Hasil dari

keputusan ini merupakan pola bertingkat yang disebut “ hierarki”.

Puncak hierarki organisasi adalah tempat manajer peringkat senior

bertanggung jawab atas operasi dari seluruh organisasi

4) Koordinasi adalah menetapkan mekanisme yang menyatukan

aktivitas departemental menjadi satu kesatuan dan memonitor

keefektivan integrasi tersebut. Tanpa koordinasi, orang akan

kehilangan pandangan terhadap perannya dalam organisasi secara

total yang pada akhirnya dapat mengorbankan sasaran organisasi.

Seberapa jauh kordinasi yang diperlukan tergantung pada sifat dari

pekerjaan yang dilakukan dan tingkat ssaling ketergantungan dari

orang-orang dalam berbagai unit yang melakukan tugas itu

( Afifudin,2012 ).

Dari uraian 4 pilar diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi

yang baik organisasi yang mampu menjalankan perannya masing-

masing dalam fungsi dan bagiaannya di struktur organisasi.

2. Tujuan pengorganisasian

51
Manusia perlu berorganisasi dengan tujuan dan manfaat

untuk mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan dan

sumberdaya yang dimilikinya dalam mencapai tujuannya.

Mencapai tujuan secara lebih efektif dan efesien jika dilakukan

secara Bersama-sama.Selain itu dapat bermanfaat untuk

mngembangkan potensi dan spesialisasi yang dimiliki seseorang.

E. Pengendalian Optimalisasi Budaya Badrasah

1. Pengertian pengendalian.

Pengendalian atau dalam Bahasa Inggris di sebut dengan

“controlling” merupakan salah satu fungsi penting manajemen yang

harus dilakukan oleh semua manajer untuk mencapai tujuan

organisasinya. Pengendalian dapat diartikan sebagai fungsi manajemen

untuk memastikan bahwa kegiatan dalam organisasi dilakukan sesuai

dengan yang direncanakan. Proses yang dilakukan untuk memastikan

seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan

diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan

sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia Pendidikan

yang dihadapi.

Menurut Jones and George (2003:331) pengendalian adalah

proses diamana para manajer memantau dan mengatur bagaimana sebuah

organisasi dan segenap anggotanya menjalankan kegiatan yang

52
diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi secara efesien dan efektif.

Dalam pengenfalian, para manajer memantau dan mengevaluasi apakah

strategi dan struktur organisasi bekerja seperti yang dikehendaki,

bagaimana hal-hal tersebut dapat ditingkatkan dan bagaimana harus

diubah jika tidak bekerja.

2. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian atau “controlling” yaitu untuk memastikan

sumber-sumber daya organisasi telah digunakan secara efesien dan

efektif untuk menvapai organisasinya. Selain itu fungsi pengendalian

akan membandingkan kinerja actual organisasi dengan standar yang

ditentukan, menemukan penyimpanhan dan upaya untuk mengambil

Tindakan korektif. Dalam fungsi pengendalian ini juga membantu

merumuskan perencanaan di masa yang akan datang. Dengan demikian ,

fungsi pengendalian akan membantu dalam membawa siklus manajemen

kembali ke perencanaan.

Berikut ini merupakan merupakan indikator implementasi Sekolah

Ramah Anak dalam 8 Standar Nasional Pendidikan.

1. Standar isi

1.1 Kerangka dasar dan struktur kurikulum berlandaskan konsep

perlindungan anak

Indikatornya : Adanya dokumen dasar penyusunan KTSP yang

berlandaskan konsep perlindungan anak

1.2 Beban belajar mempertimbangkan usia dan kemampuan anak

53
Indikatornya : Adanya dokumen pengaturan beban belajar yang

mempertimbangkan usia dan kemampuan anak

1.3. Muatan kurikulum mengintegrasikan perlindungan anak

Indikatornya :

a. Jumlah mata pelajaran yang mengintegrasikan hak dan

perlindungan anak

b. Adanya pengintegrasian pendidikan kecakapan hidup sosial ke

dalam mata pelajaran

1.4. Adanya pengintegrasian pendidikan kecakapan hidup sosial ke


dalam mata pelajaran
Indikator : Adanya alokasi waktu dalam kalender pendidikan untuk

pengembangan minat dan bakat anak

2. Standar Proses

2.1 Pembelajaran di kelas menggunakan pendekatan saintifik yang

berbasis PAKEM

Indikatornya:

a. Guru menggunakan pendekatan saintifik berbasis PAKEM

dalam pembelajaran.

b. Guru melayani kebutuhan peserta didik secara individu dan

kelompok.

c. Guru memberi kesempatan anak untuk menerima haknya secara

layak.

d. Guru tidak memberi ancaman dan kekerasan yang berupa

hukuman fisik atau non fisik kepada anak


54
3. Standar Kompetensi Lulusan

3.1. Penilaian sikap, pengetahuan, dan ketrampilan sebagai

domaindalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan

pendidikan.

Indikatornya:

a. Guru memberi rasa aman dan kasih sayang kepada emua

anak.

b. Guru berperilaku toleransi dan tidak ada diskriminasi

c. Guru memfasilitasi kelangsungan pendidikan ABH dan ABK

d. Guru memberikan kebebasan dan kesempatan anak untuk

melaksanakan kegiatan hari besar keagamaan.

e. Guru mengembangkan budaya lokal dan kecakapan hidup

sosial dalam pembelajaran.

f. Guru membiasakan anak maaf jika melakukan kesalahan.

g. Guru membiasakan anak untuk bersikap empati dan saling

menghormati sesama teman.

h. Guru tidak memotong ketika siswa sedang memberikan

pendapat.

i. Guru membiasakan budaya mengangkat tangan ketika akan

berbicara dan setelah baru berbicara.

j. Guru membiasakan anak berbicara dengan sopan.

k. Guru membiasakan anak mendengarkan pendapat teman dan

tidak menertawakan jawaban anak yang kurang tepat.

55
l. Siswa mendapat peluang untuk berprestasi tanpa

diskriminasi.

m. Memberikan reward bagi anak berprestasi baik akademik

maupun non akademik.

n. Adanya dokumen berupa angket siswa tentang proses

pembelajaran di sekolah.

o. Adanya dokumen berupa angket orang tua tentang proses

pembelajaran di sekolah.

p. Tersedianya kotak saran di tempat strategis dan adanya

dokumen tindak lanjut secara periodik.

q. Perilaku tidak melakukan kekerasan sebagai salah satu syarat

kelulusan.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

4.1 Pendidik harus memiliki kompetensi akademik

Indikatornya:

Pendidik memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum

diploma empat(D-IV) atau sarjana(S1) dalam bidang pendidikan.

4.2 Pendidik sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta

memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan sekolah

ramah anak.

Indikatornya:

56
a. Pendidik bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut,

hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

b. Pendidik dinyatakan sehat jasmani dan rohani.

c. Pendidik tidak melakukan ancaman ataupun kekerasan terhadap

anak.

d. Pendidik tidak melakukan penelantaran kepada anak.

e. Pendidik tidak melakukan penghinaan terhadap harga diri anak.

f. Pendidik memberi perlindungan, rasa aman dan nyaman

terhadap anak

g. Pendidik memfasilitasi makanan sehat melalui kantin sekolah.

h. Pendidik memfasilitasi kebutuhan kesehatan anak di sekolah.

i. Pendidikan dan tenaga kependidikan mendapatkan kesempatan

untuk berprestasi

5. Standar Sarana dan Prasarana

5.1 Ketersediaan sarana sekolah yang memadai bagi kebutuhan anak.

Indikatornya:

a. Guru melibatkan anak dalam pemilihan warna dinding kelas

b. Tersedianya fasilitas kesehatan(UKS) yang memadai bagi anak.

c. Tersedianya perpustakaan sekolah dengan perangkat yang

memadai bagi anak.

d. Tersedianya laboratorium yang cukup memadai.

e. Tersedianya taman sekolah yang rapi dan indah.

f. Tersedianya sanitasi disekolah yang lancar.

57
6. Standar Pengelolaan

6.1 Penerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukan dengan

kemandirian, kemitraan, partispasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

Indikator:

a. Adanya pajangan tata tertib guru dan siswa yang dapat dibaca

anak.

b. Adanya sanksi pelanggaran tata tertib yang telah disepakati

bersama antara anak dan guru serta orang tua.

c. Adanya sosialisasi dokumen sanksi tata tertib yang disepakati

guru,anak dan orang tua.

d. Adanya dokumen daftar anak yang memiliki dan belum

memiliki akte kelahiran

e. Adanya penerapkan konsekuensi logis bagi pelanggar tata tertib

dan memberi reward kepada anak yang mentaati tata tertib.

f. Adanya data anak penerima bantuan.

g. Adanya dokumen rapat penentuan anak penerima bantuan.

h. Adanya dokumen bukti penerimaan bantuan.

i. Adanya dokumen program untuk memenuhi kebutuhan

berdasarkan keragaman kondisi siswa.

7. Standar Pembiayaan

7.1. Pembiayaan operasional sekolah dan penggunaannya bagi

kebutuhan anak.

Indikator:

58
a. Adanya dokumen kesepakatan pembiayaaan sekolah di awal

tahun ajaran antarasekolah dan orangtua.

b. Adanya laporan penggunaan dana secara transparan dana

kuntable (dipajang).

c. Adanya dokumen pemberitahuan kekurangan tanggungan

keuangan kepada orang tua.

d. Tersedianya dokumen pembiayaan tambahan yang telah

disetujui.

e. Adanya dokumen perencanaan kegiatan pembelajaran dan

pengembangan bakat yang sudah disepakati bersama.

f. Tidak adanya tagihan keuangan sekolah pada anak.

8. Standar Penilaian Pendidikan

8.1 Pelaksanaan penilaian pendidikan yang mengakomodir seluruh

kebutuhan anak.

Indikator:

a. Adanya dokumen tentang penilaian sikap spiritual ketaatan


beribadah, perperilaku syukur, berdoa sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan, dan toleransi dalam beribadah.
b. Adanya dokumen tentang penilaian sikap sosial :
jujur,disiplin,tanggung jawab, santun peduli dan percaya diri.
c. Adanya dokumen tentang penilaian aspek pengetahuan berupa
tes tulis,tes lisan dan penugasan.
d. Adanya dokumen tentang penilaian aspek sikap yang dilakukan
melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar teman,dan
jurnal.
e. Adanya dokumen penilaian otentik untuk menilai aspek sikap,
59
pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses,
sampai keluaran (output) pembelajaran.
f. Adanya dokumen penilaian diri yang dilakukan sendiri oleh
peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi
relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.
g. Adanya dokumen penilaian berbasis portofolio dari keseluruhan
proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan
dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas dalam kurun
waktu tertentu.
h. Adanya dokumen ulangan harian,ulangan tengah semester dan
ulangan akhir semester.
i. Adanya dokumen yang menjelaskan tentang penentuan KKM
setiap mata pelajaran dalam setiap kelas.
j. Adanya dokumen penilaian kecakapan hidup sosial bagi setiap
anak.
8.2 Sekolah mempunyai dokumen tindak lanjut hasil penilaian terhadap
siswa.
Indikatornya:
Adanya dokumen tentang program perbaikan dan pelaksanaan
perbaikan bagi anak yang belum mencapai KKM.

F. Penelitian yang Relevan

Munawarah (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pola

Pembentukan Karakter Anak melalui Pendidikan Ramah Anak dalam

Perspektif Pendidikan Agama Islam”. Penelitian ini bertujuan

mendeskripsikan : (1) bagaimana pola pembentukan karakter anak melalui

pendidikan ramah anak; (2) bagaimana tinjauan pendidikan islam dalam

pola pembentukan karakter anak melalui pendidikan ramah anak; (3)

60
adakah perbedaan pola pendidikan ramah anak secara umum dengan

pendidikan agama islam. Penelitian ini dilakukan di tempat yang berbeda

yaitu di Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Pertama,

dalam keluarga: menjalin komunikasi yang baik antara guru dan orang tua,

tidak hanya menekankan hukuman, dampingi dan pilihkan anak ketika

menonton acara TV, memberikan kesempatan anak untuk memilih dan

hargai usahanya, membacakan cerita-cerita pahlawan terdahulu dan

biasakan untuk bermusyawarah dalam kelurga, menghayati ciptaan-ciptaan

Allah SWT, tidak menghina dan mengurangi hak anak, menghindari

perkataan kotor, teladan yang baik, membacakan kisah-kisah Nabi dan

para sahabat, tilawah Al-Qur'an, berdialog, berkata jujur, membiasakan

anak bersedekah dan lain sebagainya. 2. Kedua, di sekolah: guru menjalin

hubungan yang efektif dengan siswa, guru sebagai fasilitator saja,

menerapkan hukuman yang mendidik, memberikan konseling pada guru,

memberikan kebebasan pada anak untuk berkreasi dan menerapkan

strategi pembelajaran berbasis PAIKEM, 3. Ketiga, dalam lingkungan

masyarakat: menciptakan lingkungan masyarakat yang aman, nyaman

dengan nuansa religius. 4. Keempat, Konsep pendidikan ramah anak

secara umum maupun dalam perspektif pendidikan Islam, baik dalam

proses dan pola, keduanya dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat dengan menggunakan pendekatan kasih sayang dan berbasis

humanistik dengan tujuan yang sama yaitu, membentuk anak berkarakter

positif (berakhlakul karimah), meskipun landasan keduanya berbeda,

61
dimana konsep pendidikan ramah anak secara umum berlandaskan pada

UU No.23 tahun 2002 tentang perlindangan anak, sedangkan dalam

pendidikan Islam berlandaskan pada al-Qur'an dan asSunnah. Persamaan

antara penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan adalah

pendidikan ramah anak dan pendidikan karakter yang akan dibentuk.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti terletak pada: penelitian terdahulu menggunakan penelitian

studi pustaka sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan

penelitian kualitatf dan peneliti turun langsung ke lapangan, penelitian

terdahulu menenkankan pada perspektif islam sedangkan penelitian yang

dilakukan di kelas 5 lebih sesuai dengan apa yang di temukan di lapangan.

Sehingga output yang dihasilkan pun juga berbeda, dan diharapkan dengan

melakukan penelitian ini peneliti bisa menambahkan ilmu pengetahuan

baru mengenai pendidikan ramah anak bagi penguatan pendidikan karakter

siswa.

Siti Aminah, M.Pd. dan Ari Dwi Widodo, M.Pd.I. (Studi kasus di

MAN 1 Jember dan MA Unggulan Nurul Islam Jember), judul ”

Membangun Budaya Mutu di Madrasah Unggul” mengupas tentang

konsep kepemimpinan transformasional dan pemberian motivasi yang

intens.

Syaiful Anwar dengan tesisnya yang berjudul “Pengembangan

Budaya Mutu dalam Meningkatkan Kualitas Madrasah di Madrasah

Ibtidaiyyah Negeri Kota Bandar Lampung, mengetengahkan pola

62
pengembangan budaya mutu yang diterapkan di Madrasah-madrasah

Ibtidaiyah Negeri se-kota Bandar Lampung.

Khotibul Umam, Sudharto, dan Noor Miyono dalam penelitiaannya

berjudul “Implementasi Budaya Mutu di Sekolah Dasar Islam Terpadu

(SDIT) Al Islam Kabupaten Kudus”. Penelitian ini menghasilkan

implementasi budaya mutu yang memiliki dampak positif untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

Miftachul Choiri dalam tesis yang berjudul “ Makna School Culture

dan Budaya Mutu bagi Stakeholder di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN)

Demangan Kota Madiun Tahun Pelajaran 2014-2015. Penelitian ini

menemukan tiga hal: 1) Kepala MIN Demangan memaknai budaya mutu

sebagai strategi mewujudkan madrasahnya menjadi lembaga pendidikan

Islam yang unggul., 2) Stakeholders MIN Demangan memaknai budaya

mutu sebagai upaya menumbuhkan perasaan kompetitif dalam diri warga

MIN Demangan, 3) Kepala MIN Demangan telah melakukan berbagai hal

dalam rangka menumbuhkan budaya mutu.

Hendro Widodo dalam tesisnya yang berjudul “Revitalisasi Berbasis

Budaya Mutu”, untuk menjadikan sekolah yang bermutu maka semua

komponen yang ada di sekolah harus berkesadaran mutu dan

membudayakan mutu dalam aktivitas sekolah serta manajemen sekolah

yang berbasis pada mutu.

Rais Hidayat, Henny Suharyati, Yuyun Elizabet Patras, Sutji

Harjanto, Haposan Andi dalam penelitiannya berjudul ”Optimalisasi

63
Budaya Mutu Sekolah Untuk meningkatkan Komitmen Guru.”

Menyimpulkan bahwa peningkatan komitmen guru dapat dilakukan

melalui optimalisasi budaya mutu di sekolah. Adapun cara pengoptimalan

budaya mutu di sekolah sebagai berikut: pemenuhan infrastruktur,

pemuasan pelanggan internal dan eksternal, pengembangan

profesionalisme guru, pembentukan tim kerja, kolaborasi dengan pihak

luar, pengevaluasian sekolah dan penetapan reward and punishment.

Muhamad Husni dan Muhammad Hasyim, dalam penelitiannya

berjudul “Konsep Kepala Madrasah dalam Mengembangkan Budaya Mutu

Akademik Religius.” Konsep budaya mutu yang dikembangkan di

madrasah disesuaikan cita-cita dan nilai-nilai mutu dalam visi misi

madrasah yang ditindaklanjuti dalam kebijakan serta disosialisasikan

secara meluas; dijalankan dengan komitmen yang tinggi; dibiasakan

menjadi budaya mutu yang dikembangkan; pengembangan budaya mutu

religius diprogramkan dan dikembangkan melalui kebiasaan berperilaku

dalam kehidupan sehari-hari; dan diinternalisasikan nilai-nilai budaya

akademik religius secara simultan

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan faktor penting dalam suatu

penelitian, karena metode penelitian ikut menunjang proses penyelesaian

masalah yang sedang dibahas. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

64
pendekatan penelitian kualitatif. Metode kualitatif dapat digunakan untuk

mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena, dan dapat juga

digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru

sedikit diketahui. Penelitian kualitatif sebagai alat riset atau instrumen

utama dalam penelitiannnya dituntut untuk menyajikan

pemahaman -pemahaman yang rasional dan gamblang mengenai fakta dan

kebenaran.

Hal tersebut dapat diperoleh melalui instrumen pengumpul data

seperti: wawancara, studi pustaka, maupun observasi langsung, yang

mana instrumen pengumpul data tersebut memiliki kedudukan sebagai

alat pendukung instrumen utama. Oleh karena itu kualitas tinggi

rendahnya hasil penelitian ditentukan oleh peneliti. Penelitian yang akan

dilakukan ini merupakan penelitian fenomenologi yaitu penelitian yang

dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam untuk mendriskipsikan

fenomena-fenomena optimalisasi budaya madrasah dalam pelaksanaan

sekolah ramah anak di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang.

B. Kehadiran Peneliti

Penelitian ini mengharuskan kehadiran peneliti di Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang tiap minggu selama lima hari dari Senin

sampai Jumat selama kurang lebih 2 bulan untuk memperoleh data dan

informasi yang diperlukan.

C. Lokasi/Setting Penelitian

65
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan

penelitiannya. Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau

permasalahan penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data

yang bisa dimanfaatkan oleh peneliti”, (Sutopo, 2002 : 52). Penelitian ini

dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang yang beralamat di

jalan Tentara Pelajar No. Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Pemalang

Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah

D. Sumber Data

Menurut Sutopo (2002), ”Sumber data dalam penelitian kualitatif

dapat berupa manusia, peristiwa dan tingkah laku, dokumen serta arsip

dan juga berbagai benda lain”. Adapun sumber data dalam penelitian ini

adalah:

a. Informan

Adalah orang yang memberi informasi tentang data yang

diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang

dilaksanakan. Menurut Sutopo (2002: 49), “Dalam penelitian kualitatif

posisi narasumber sangat penting, sebagai individu yang memiliki

informasi”. Informasi diperoleh dari informan-informan yang

dipandang mengetahui dan memahami permasalahan yang dikaji

peneliti.

Sumber data dari penelitian yang akan dilakukan di Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang ini berasal dari beberapa informan

66
yang mempunyai kepentingan dengan Madrasah Tsanawiyah Negeri 1

Pemalang. Informan tersebut antara lain:

1. Pengawas Sekolah/Madrasah

2. Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang.

3. Para Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang.

4. Ketua Komite Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang.

5. Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang.

6. Karyawan Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang.

b. Dokumen

Dokumen adalah adalah sebuah objek yang menyajikan

informasi. Dokumen terbagi menjadi dua jenis, yaitu dokumen tekstual

dan dokumen non tekstual. Penggunaan dokumen bertujuan untuk

mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian dengan melihat atau meneliti dokumen tersebut. Dalam

penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan mempelajari

dokumen yang berupa arsip, laporan, draft peraturan, profil sekolah,

jurnal pengawasan (buku presensi, jurnal mengajar, buku piket guru),

kurikulum yang dipakai, perangkat pembelajaran yang meliputi RPP,

silabus, evaluasi pembelajaran, serta arsip dan dokumen lain yang

dapat menunjang dalam penelitian ini.

Berikut ini adalah daftar dokumen yang akan digunakan sebagai

bahan observasi.

67
a. Dikuman Pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan Sekolah Ramah

Anak

b. Dokumen Visi, Misi dan Tujuan Program Sekolah Ramah Anak

c. Dokumen Struktur dan Fungsi Organisasi Program Sekolah Ramah

Anak

d. Dokumen Program Sekolah Ramah Anak

e. Dokumen Mekanisme Kerja Program Sekolah Ramah Anak

f. Dokumen Sumber Daya Program Sekolah Ramah Anak

g. Dokumen Jadwal Kegiatan Program Sekolah Ramah Anak

h. Dokumen Rencana Kerja Program Sekolah Ramah Anak

i. Dikumen Kegiatan Program Sekolah Ramah Anak

j. Dokumen Pengelolaan Bidang Kesiswaan Program Sekolah Ramah

Anak

k. Dokumen Pengelolaan Bidang Kurikulum dan Kegiatan Program

Sekolah Ramah Anak

l. Dokumen Pengelolaan Bidang Tenaga Pendidik dan Tenaga

Kependidikan, Program Sekolah Ramah Anak.

m. Dokumen Pengelolaan Bidang sarana dan Prasarana Program

Sekolah Ramah Anak

n. Dokumen Pengelolaan Bidang Keuangan dan pembiayaan Program

Sekolah Ramah Anak

o. Dokumen Pengelolaan Bidang Budaya, Lingkungan Sekolah dalam

Program Sekolah Ramah Anak

68
p. Dokumen Pengelolaan Peran Serta Masyarakat dalam Program

Sekolah Ramah Anak

q. Dokumen Sistem Pemantauann Evaluasi di Program Sekolah

Ramah Anak.

r. Dokumen Pelaksanaan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Program Sekolah Ramah Anak.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk dapat membuat sebuah simpulan, diperlukan serangkaian

data yang mendukung penelitian. Tentu saja aktivitas ini membutuhkan

beberapa teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data adalah

suatu cara atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan dan

memperoleh data yang objektif dan valid sebagai bahan untuk

membuktikan kebenaran suatu peristiwa atau pengetahuan. Data sangat

penting dalam suatu penelitian karena digunakan sebagai bukti atas

kebenaran suatu peristiwa atau pengetahuan. Oleh karena itu suatu

penelitian sangat membutuhkan data-data yang obyektif yang dapat

diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat.

Untuk memperoleh data dalam penelitian digunakan teknik-teknik:

a. Observasi

Menurut Hadi dalam (Sugiyono 2005 : 166), Observasi adalah

kegiatan yang meliputi pemusatan terhadap objek yang menggunakan

seluruh aspek indera. Kegiatan observasi dilakukan dengan

69
pengamatan secara langsung terhadap aktivitas di lapangan, fenomena

yang terjadi baik secara formal dan informal, dicatat secara sistematis

sebagai hasil pengamatan atas situasi dan kondisi yang terdapat di

lokasi penelitian. S. Nasution (2004 : 106) berpendapat bahwa

“Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan

manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Observasi berfungsi sebagai

eksplorasi. Dari hasil ini kita dapat memperoleh gambaran yang lebih

jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang

cara memecahkannya”

Observasi yang yang akan dilakukan yaitu observasi

partisipatif. Observasi partisipatif artinya pengumpulan data yang

fokus perhatiannya adalah pemahaman dan kemampuan peneliti

dalam memaknai suatu fenomena yang terjadi (Danim, 2002). Peneliti

dalam penelitian ini benar-benar menempatkan diri sebagai pengamat

(complete observer technique), yaitu hanya melakukan pengamatan,

pengambilan gambar (foto) dan menyusun fenomena yang terjadi.

Berikut ini adalah tabel observasi yang akan digunakan untuk

mengetahui optimalisasi budaya madrasah dalam pelaksanaan

program sekolah ramah anak di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1

Pemalang

Tabel 2 Tabel observasi optimalisasi budaya madrasah dalam

pelaksanaan program sekolah ramah anak di Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang

70
Tidak
No Aspek Observasi Ada/ya ada/ Ket
Tidak
1 Pembentukan Tim Pelaksana
Kegiatan Sekolah Ramah
Anak
2 Visi, Misi dan Tujuan
Program Sekolah Ramah
Anak
3 Struktur dan Fungsi
Organisasi Program Sekolah
Ramah Anak
4 Pembina Program Sekolah
Ramah Anak
5 Mekanisme Kerja Program
Sekolah Ramah Anak
6 Sumber Daya Program
Sekolah Ramah Anak
7 Jadwal Kegiatan Program
Sekolah Ramah Anak
8 Rencana Kerja Program
Sekolah Ramah Anak
9 Pengelolaan Kegiatan
Program Sekolah Ramah
Anak

10 Pengelolaan Bidang
Kesiswaan Program Sekolah
Ramah Anak
11 Pengelolaan Bidang
Kurikulum dan Kegiatan
Program Sekolah Ramah
Anak
12 Pengelolaan Bidang Tenaga

71
Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Program
Sekolah Ramah Anak.
13 Pengelolaan Bidang sarana
dan Prasarana Program
Sekolah Ramah Anak
14 Pengelolaan Bidang
Keuangan dan pembiayaan
Program Sekolah Ramah
Anak
15 Pengelolaan Bidang Budaya,
Lingkungan Sekolah dalam
Program Sekolah Ramah
Anak
16 Pengelolaan Peran Serta
Masyarakat dalam Program
Sekolah Ramah Anak
17 Sistem Pemantauann Evaluasi
di Program Sekolah Ramah
Anak.
18 Pelaksanaan Pemantauan,
Evaluasi dan Pelaporan
Program Sekolah Ramah
Anak.

b. Wawancara yang mendalam

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-

keterangan. Menurut Berg (2007) di dalam Djam’an Satori dan Aaan

Komariah (2009), “Wawancara adalah percakapan dengan suatu

72
tujuan, khususnya untuk mengumpulkan informasi”. Sebagai

tambahan, menurut S. Nasution (2004), wawancara dapat berfungsi

deskriptif dan eksploratif. Deskriptif, karena dengan wawancara dapat

dilukiskan dunia kenyataan seperti yang dialami oleh orang lain.

Eksploratif karena dengan wawancara, kita dapat mengetahui masalah

yang dialami oleh orang lain secara lebih mendalam.

Untuk memperoleh data utama dalam penelitian ini adalah

melalui wawancara kepada informan guna memperoleh data yang

akurat dan relevan. Sebelum melakukan kegiatan wawancara atau

mengajukan pertanyaan-pertanyaan perlu dibuat terlebih dahulu draft

atau kerangka pertanyaan yang sistematis yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Hal ini penting, agar pertanyaan-pertanyaan yang

diajuakan tetap fokus sesuai dengan tujuan penelitian.

Wawancara mendalam (indepth interview) adalah percakapan

dan/atau tanya jawab yang bertujuan agar dapat informasi yang

diharapkan. Wawancara dilakukan dengan cara tatap muka secara

langsung dengan pihak-pihak yang mengusai informasi berkaitan

dengan permasalahan penelitian. Namun karena adanya keterbatasan

waktu dalam penelitian, wawancara mendalam penelitian ini dibatasi

dengan kerangka pertanyaan (terpimpin) yang membimbing

responden memberikan jawaban sesuai tujuan penelitian. Peralatan

yang dipergunakan adalah alat perekam suara (Hand Phone) dan

pedoman wawancara.

73
Berikut ini adalah daftar responden beserta kode responden

yang akan digunakan sebagai sumber informasi melalui wawancara.

Tabel. 3. Tabel Informan dan Kode Informan

No Informan Koding Keterangan


1 Pengawas Madrasah PS R1
2 Kepala Sekolah KS R2
3 Ketua Komite KK R3
4 Kepala Tata Usaha KT R4
5 Guru G

a. Guru 1 G1 R5

b. Guru 2 G2 R6

c. Guru 3 G3 R7
6 Siswa S

a. Siswa 1 S1 R8

b. Siswa 2 S2 R9

c. Siswa 3 S3 R10
7 Walimurid W

a. Walimurid 1 W1 W1

b. Walimurid 2 W2 W2

c. Walimurid 3 W3 W3

c. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002), analisis dokumen adalah

suatu metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan-catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, prasasti,

notulen rapat, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, teknis analisis

yang dilakukan adalah dengan cara mencatat dan mengumpulkan data

74
yang bersumber dari arsip, buku-buku, laporan-laporan, dokumen,

dan gejala dari objek yang diteliti yang berhubungan dengan masalah

dan tujuan penelitian. Dapat dikatakan bahwa dokumentasi

merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan cara mencatat

dan mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen

yang isinya berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian.

Dokumentasi disebut juga data sekunder diperlukan sebagai

data pendukung dalam penelitian ini . Data-data tersebut antara lain

soft copy semua hasil prestasi, ataupun administrasi sekolah baik

dalam bentuk CD, ataupun dalam bukti fisik yang ada.

Tabel 4. Tabel Dokumen optimalisasi budaya madrasah dalam

pelaksanaan sekolah ramah anak di Madrasah Tsanawiyah

Negeri 1 Pemalang

Tidak
No Aspek Observasi Ada/ya ada/ Ket
Tidak
1 Pembentukan Tim Pelaksana
Kegiatan Sekolah Ramah
Anak
2 Visi, Misi dan Tujuan
Program Sekolah Ramah
Anak
3 Struktur dan Fungsi
Organisasi Program Sekolah
Ramah Anak
4 Pembina Program Sekolah
Ramah Anak

75
5 Mekanisme Kerja Program
Sekolah Ramah Anak
6 Sumber Daya Program
Sekolah Ramah Anak
7 Jadwal Kegiatan Program
Sekolah Ramah Anak
8 Rencana Kerja Program
Sekolah Ramah Anak
9 Pengelolaan Kegiatan
Program Sekolah Ramah
Anak

10 Pengelolaan Bidang
Kesiswaan Program Sekolah
Ramah Anak
11 Pengelolaan Bidang
Kurikulum dan Kegiatan
Program Sekolah Ramah
Anak
12 Pengelolaan Bidang Tenaga
Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Program
Sekolah Ramah Anak.
13 Pengelolaan Bidang sarana
dan Prasarana Program
Sekolah Ramah Anak
14 Pengelolaan Bidang
Keuangan dan pembiayaan
Program Sekolah Ramah
Anak
15 Pengelolaan Bidang Budaya,
Lingkungan Sekolah dalam
Program Sekolah Ramah

76
Anak
16 Pengelolaan Peran Serta
Masyarakat dalam Program
Sekolah Ramah Anak
17 Sistem Pemantauann Evaluasi
di Program Sekolah Ramah
Anak.

18 Pelaksanaan Pemantauan,
Evaluasi dan Pelaporan
Program Sekolah Ramah
Anak.

d. Triangulasi

Sugiyono (2011 : 83) mengemukakan bahwa triangulasi

diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data

dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data

yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas

data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber

data.

Sependapat dengan Sugiyono, Susan Stainback (1988) dalam

(Sugiyono, 2012 : 85) menyatakan bahwa tujuan dari triangulasi

bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi

77
lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah

ditemukan.

Selanjutnya Mathinson (1988) dalam Sugiyono (2012 : 85)

mengemukakan bahwa nilai dari teknik pengumpulan data dengan

triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent

(meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan

menggunakan teknik triangulasi dalam pengolahan data, maka data

yang akan diperoleh lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan

triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan

dengan satu pendekatan (Patton 1980) dalam (Sugiyono, 2012 : 85).

G. Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera

dilakukan proses mengolah data atau yang sering disebut dengan analisis

data. Analisis data menurut Michael Quinn Patton yang diterjemahkan

oleh Budi Puspo Priyadi (2006 : 250) diartikan sebagai sebuah proses

yang membawa bagaimana data diatur, mengorganisasikan apa yang ada

ke dalam sebuah pola, ketegori, dan unit deskripsi dasar. Sedangkan

menurut Bogdan dan Biklen dalam Lexy J Moleong (2007 : 248), analisis

data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan

data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola

78
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan

apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman terjemahan Tjeptjep

Rohendi Rohidi (1992 : 16) mengemukakan bahwa analisis terdiri dari

tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kegiatan

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi

dilakukan sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk

sejajar untuk membangun suatu analisis yang tangguh. Ketiga alur

kegiatan di atas dapat dijelaskan peneliti sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis

yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan

abstraksi data dari fieldnote. Proses reduksi data berlangsung secara

terus menerus sepanjang pelaksanaan penelitian, bahkan prosesnya

diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data, artinya reduksi

data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan (meski

mungkin tidak disadari sepenuhnya) tentang kerangka kerja

konseptual, melakukan pemilihan kasus, menyusun

pertanyaanpenelitian, dan juga menentukan cara pengumpulan data

yang digunakan. Berpijak dari penjelasan di atas dapat dinyatakan

bahwa reduksi adalah bagian dari proses yang mempertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak

79
penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga akan

mempermudah dalam menarik kesimpulan akhir.

b. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi,

deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan dapat dilakukan

serta disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca, akan

bisa lebih mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan

memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun

tindakan lain berdasarkan pemahamannya. Kedalaman dan

kemantapan hasil penelitian sangat ditentukan oleh kelengkapan

sajian datanya.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami

apa arti dari berbagai hal yang ditemui dengan melakukan

pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pertanyaan-pertanyaan,

konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai

proposisi. Pada dasarnya kesimpulan awal sudah dapat ditarik sejak

pengumpulan data. Kesimpulan-kesimpulan mungkin tidak muncul

sampai pengumpulan data berakhir. Hal ini sangat tergantung pada

besarnya kumpulankumpulan catatan lapangan pengkodeannya,

penyimpanan, metode pencarian ulang yang digunakan, dan

kecakapan peneliti. Kesimpulan-kesimpulan juga harus

80
diverifikasikan. Jadi bukan berarti sesudah dilakukan penarikan

kesimpulan merupakan final dari analisis karena pada dasarnya

makna-makna yang muncul dari data-data harus diuji kebenarannya,

yaitu yang merupakan validitasnya. Sehingga dalam hal ini peneliti

siap dan mampu bergerak di antara kegiatan tersebut.

Untuk lebih menjelaskan antar pengumpulan data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan dalam jalinan siklus analisis data

dapat peneliti gambarkan pada bagan berikut:

Sajian data

Pengumpulan Reduksi data


data

Kesimpulan dan
Verifikasi

Gambar 1. Skema Model Analisis Interaktif Mengalir

(Sumber: Sutopo, 2002 : 96)

Data yang sudah terkumpul diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

data kualitatif dan data kuantitatif. Data Kualitatif artinya data yang

berbentuk kata-kata dipisahkan menurut kategori untuk diambil

kesimpulan. Sedangkan data kuantitatif artinya data berbentuk angka

hasil dari perhitungan atau pengukuran diproses dengan cara

dijumlahkan, diklasifikasikan sehingga menjadi urut data (array)

81
untuk kemudian diproses menjadi perhitungan pengambilan

kesimpulan.

Dalam penelitian kualitatif data temuan lapangan

didokumentasikan dalam urutan data (data verbatin) sehingga dapat

disaring untuk ditentukan subjek tentang variabel penelitian tersaji,

namun karena banyaknya jumlah lembar data maka tidak disajikan

dalam laporan penelitian. Langkah-langkah penyusunan verbatim:

a. Metode Pemberian Kode

Dalam recheck dan crosscheck serta identifikasi fenomena-

fenomena yang dianggap khusus oleh peneliti diperlukan kode .

Kode dapat berupa kata kunci. Konsep inti yang diletakkan pada

kolom catatan khusus merupakan fenomena yang menarik

sehingga perlu diberikan perhatian dalam catatan tepi lembar data

verbatim.

b. Pemberian Label

Pada kolom label fenomena dan konsep menarik yang

disampaikan informan dicatat. Bila label ini sering muncul, maka

konsep informan tentang fenomena makin pasti.

c. Penyusunan Kategori.

Dalam mengelompokkan satu kategori label yang

memiliki kesamaan fokus dan karakteristik dikelompokkan ,

sedang label dengan perbedaan fokus dikelompokkan dalam

kategori berbeda.

82
d. Metode Penafsiran Data/Analisis Kualitatif

Dalam penelitian ini akan dilakukan penafsiran dengan

deskriptif analitif. Setiap informasi yang diperoleh dan memiliki

persamaan dilakukan pengelompokkan kategori secara langsung.

Data temuan yang memiliki perbedaan antara wawancara 1 dan

wawancara 2 perlu dilakukan crosscheck dengan informan

lainnya. Demikian seterusnya hingga diperoleh karakteristik

pernyataan yang sama antar informan. Tiap-tiap kategori ditelaah

hubungannya satu dengan lainnya dan ditentukan hubungan

tersebut memiliki dampak dalam kepemimpinan kepala sekolah

atau tidak.

H. Pengecekan Keabsahan Temuan

S. Nasution (2004 : 74), “Suatu alat pengukur dikatakan valid, jika

alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu”. Validitas data

adalah suatu alat atau sarana yang digunakan untuk menjaga keabsahan

data yang dikumpulkandan untuk menghindari adany bias penelitian.

Oleh karena itu, dibutuhkan teknik untuk memeriksa suatu validitas data,

yakni dengan triangulasi. Menurut Moleong (2007 : 330), ”Triangulasi

adalah tekni pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu”

83
Lebih lanjut lagi Moleong (2007 : 70) menambahkan, teknik

triangulasi dibagi dalam empat kategori yaitu:

a. Teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan data/ sumber.

Triangulasi data/ sumber adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

dimana peneliti menggali data yang sama atau sejenis kepada

informan yang berbeda.

b. Teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan metode/

metodologi. Triangulasi metodologi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data dimana peneliti menggali data yang sama atau sejenis

dengan menggunakan metode yang berbeda. Yaitu misalnya peneliti

menggunakan metode wawancara, pengamatan/ observasi, kuesioner,

analisis dokumen/ arsip, dan lain-lain.

c. Teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan

penyidik/investigator. Triangulasi penyidik/ investigator adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data dimana peneliti menggali data

yang sama atau sejenis dengan cara membandingkannya dengan hasil

penelitian yang sejenis dari peneliti yang lain.

d. Teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan teori

Triangulasi teori adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dimana

peneliti menggali data yang sama atau sejenis yang ditemukan di

lapangan kemudian dibandingkan dengan teori-teori yang ada, apakah

sama dengan teori-teori yang sudah ada. Apabila berbeda maka

84
dimungkinkan peneliti dapat menemukan atau menciptakan suatu

teori baru.

Sedangkan dalam penelitian ini teknik pemeriksaan data yang

digunakan adalah dengan triangulasi sumber dan triangulasi metode.

Teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan data/ sumber atau

triangulasi sumber merupakan teknik yang ditempuh dengan cara

membandingkan dan mengecek balik data yang telah diperoleh dari

berbagai sumber data yang berbeda untuk dapat diketahui derajat

kepercayaan suatu informasi. Sedangkan triangulasi metode

adalahpenelitian yang dilakukan dengan menggunakan data yang sejenis

tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda.

Menurut Neuman (1997) dalam Sugiyono (2012 : 132)

menyatakan bahwa penelitian kualitatif melalui serangkaian proses

nonlinier dan berputar-putar, peneliti melakukan tahapan penelitian jauh

ke depan namun pada saat yang diperlukan dapat sekaligus kembali ke

belakang untuk melakukan cek ulang terhadap suatu jawaban responden

guna didapatkannya penelitian yang kredibel.

Sanafiah Faisal (1990) dalam Sugiyono (2012 : 130) menyatakan

bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian

jelasnya, “semacam apa” suatu hasil penelitian dapat diberlakukan

(transferability) maka laporan tersebut memenuhi standar transferabilitas.

Dalam penelitian kualitatif, uji depanability dilakukan dengan

melakukan audit terhadap semua proses penelitian. Caranya dilakukan

85
oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit

keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana

peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan,

menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji

keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan

oleh peneliti. Jika peneliti tidak mempunyai dan takm dapat menunjukkan

“jejak aktivitas lapangannya”, maka depenbabilitas penelitiannya patut

diragukan Sanafiah Faisal (1990) dalam Sugiyono, (2012 :131). Sugiyono

(2012 : 131) mengemukakan bahwa pengujian konfirmability berarti

menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila

hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan,

maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Dalam

penelitian jangan sampai proses tidak ada tapi hasil ada.

B. Jadwal Penelitian

Penelitian kualitatif ini memerlukan waktu yang relatif lama kurang

lebih 6 bulan. Untuk itu perlu adanya penyusunan jadwal pelaksanaan

penelitian. Jadwal ini berisi tentang aktivitas yang dilakukan dan apa yang

akan dilakukan. Berikut ini adalah jadwal penelitian kualitatif yang akan

dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Pemalang.

Tabel 4 . Jadwal Penelitian Kualitatif Tahun 2020

Bulan
No Kegiatan
Maret April Mei Juni Juli Agust
1 Pengajuan Usulan √

86
Proposal
2 Bimbingan √ √ √
3 Penulisan Tesis √ √ √ √
4 Ujian √
5 Perbaikan √ √
6 Penggandaan √

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2013. Psikologi Pendidikan Anak Sekolah. Jakarta: Barnea Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Danim. 2006. Visi Baru Managemen Sekolah. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi
Depdagri.

Fadilah. 2013. Implikasi Sekolah Program Sekolah Ramah Anak. Bandung: Rosda
Karya.

Farida, Yusuf. 2011. Kepala Sekolah Dan Tanggungjawabnya. Yogyakarta:


Kanisius.

Hendarwan. 2016. Pentingnya Melatih Kemandirian Anak. Jakarta: Koordinat CV

Jalekha. 2014. Dimensi Sekolah Ramah Anak. Bandung: PT Ar Ruzz Media.

J. Moleong, Lexy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta


CV.

Jawwad, Muhamad Abdul, 2004. Menjadi Manajer Sukses. Jakarta: Gema Insani.

Kristanto. 2011. Pendidikan Karakter Non Dikotomik. Yogyakarta: Fakultas


Tarbiah dan Keguruan UIN Kalijaga.

Koesuma, Doni. 2012. Pendidikan Sekolah Ramah Anak. Bandung: Diva Express.

Maryanto. 2010. Strategi Pendidikan Kemandirian Anak. Ponorogo: CV Beta


Mandiri.

87
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.

Munawaroh, 2009. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Dalam Al Quran.Yogyakarta:


Rusdy CV.

Muntari. 2013. Psikologi Pendidikan Anak Dan Pekerjaan Islam. Jakarta: Pustaka
Al Kausar.

Muslih. 2012. Konsep Dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Depdikbud. 2019. Pedoman Pengelolaan Sekolah Ramah Anak. Jakarta: Gema


Insani

Peraturan Menteri No. 12 Tahun 2011. Peraturan Menteri Tentang Sekolah


Ramah Anak. Jakarta: Sinar Grafika.

Priyadi, Budi P. 2006. Perspektif Managemen Dan Pemasaran Kontemporer.


Jakarta: Indo Edukasi

Quinn, Michall Patton. 2006. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar Offset.

Robbies. 2003. Sekolah Berkarakter Kuat. Jakarta: Erlangga.

Robbins, Stepen P, 2003. Essential Of Organizational Behavior. Terjemahan dari


Halida dan Sartika Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi edisi ke-5. Jakarta:
PT Gelora Asmara Pratama.

Rofi’ ah. 2015. Implementasi Pendidikan Ramah Anak. Jakarta: Bina Aksara.

Rohimah. 2012. Managemen Sekolah Ramah Anak. Jogjakarta: Gajahmada


University Press.

Rohmadi, 2014. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.


.
S. Nasution. 2004. Metodologi Research. (Penelitan Ilmiah). Jakarta: Bumi
Aksara.

Satori, Djam’ an, dkk. 2007. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: CV
Mandar Maju.

Sholeh, dkk. 2016. Penelitian Pendidikan dan Metode Paradigma Baru. Jakarta:
Koordinat CV

88
Sidik, Machford. 2012, Pembentukan Karakter Kemandirian. Jakarta: Pustaka Al
Kausar

Stoner, Freman dan Gilbert, 1996. Manajemen. Terjemahan Sindoro, Alexander.


1996. Manajemen Jilid II. Jakarta: PT Prehallindo.

Sugito. 2010. Bina Karakter Remaja. Jogjakarta: Ar. Ruzz.

_____. 2011. Bina Karakter Usia Dini. Jogjakarta: Ar. Ruzz.

Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfa Beta.

Sukmawati. 2015. Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Ramah Anak.

Sumani. 2013. Menakar Mordenisasi Pendidikan Pesantren. Yogyakarta: CV Adi


Karya.

Sutopo. H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfa Beta.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003). Undang-Undang Sisdiknas Jakarta: Sinar


Grafika.

Undang-Undang N0. 23 Tahun 2002. Undang-Undang Perlindungan Anak.


Jakarta: Sinar Grafika.

Winardi. 2019. Sekolah Berbudaya Mutu. Bandung: Bandung Express.

Winataputra. 2006. Unggul Dalam Berkarakter. Bandung: CV Alfa Beta.

Yahya, Andi. 2013. Pendidikan Ramah Anak. Jakarta: Cendikia Abadi.

Yulianto, 2016. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT


Bumi Aksara.

Yusuf, Farida, 2011. Menjadi Manajer Sukses. Jakarta: Gema Insani.

Yusuf, Andi. 2012. Pembinaan Kemampuan Profesional Guru. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Catatan:

89
LAMPIRAN-LAMPIRANN

90
Lampiran 1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN


OPTIMALISASI BUDAYA MADRASAH DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK
DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 PEMALANG
Teknik
Komponen Pokok-Pokok Pertanyaan Pengambilan Responden
Data
Optimalisas A. Perencanaan Observasi 1. Pengawas (P)
i Budaya Perencanaan Wawancara 2. Kepala Sekolah (KS)
Madrasah manajemen Sekolah Dokumen 3. Kepala TU (KT)
dalam Ramah Anak meliputi 4. Ketua Komite (KK)
Pelaksanaan berbagai hal antara 5. Guru (G)
Program lain: a. G1
Sekolah 1. Need assessment b. G2
Ramah artinya analisis c. G3
Anak Di kebutuhan 6. Siswa (S)
Madrasah 2. Formulation of gool a. S1
Tsanawiyah and objective artinya b. S2
91
Negeri 1 perumusan tujuan c. S3
Pemalang dan sasaran 7. Wali Murid (W)
3. Policy and priority a. W1
setting artinya b. W2
penentuan c. W3
penggarisan
kebijakan dan
proiritas
4. Program and
project formulation
artinya program dan
proyek kegiatan
5. Feassibility testing
artinya alokasi
sumber yang
tersedia
6. Plan
implementation
artinya pelaksanaan
rencana
7. Evaluation
andrevision for
future plan artinya
kegiatan untuk
menilai tingkat
keberhasilan

B. Pengorganisasian Obvserwasi 1. Pengawas (P)


Pengorganisasian Wawancara 2. Kepala Sekolah (KS)
manajemen Sekolah Dokumentasi 3. Kepala TU (KT)
Ramah Anak meliputi 4. Ketua Komite (KK)
92
berbagai hal anatara 5. Guru (G)
lain : a. G1
1. Pembentukan Tim b. G2
Pelaksana c. G3
Kegiatan Sekolah 6. Siswa (S)
Ramah Anak a. S1
2. Visi, Misi dan b. S2
Tujuan, c. S3
3. Struktur dan 7. Wali Murid (W)
Fungsi Organisasi a. W1
Sekolah Ramah b. W2
Anak c. W3
4. Pembinaan Tim
Pelaksana
Kegiatan
5. Mekanisme Kerja
Ti Pelaksana
Kegiatan
6. Sumber Daya
Sekolah
7. Jadwal Kegiatan
8. Rencana Kerja
Tim Pelaksana
Kegiatan

C. Pelaksanaan Observasi 1. Pengawas (P)


Pelaksanaan program Wawancara 2. Kepala Sekolah (KS)
kerja Sekolah Ramah Dokumen 3. Kepala TU (KT)
Anak meliputi berbagai 4. Ketua Komite (KK)
hal anatara lain : 5. Guru (G)
1. Pengelolaan a. G1

93
Kegiatan Sekolah b. G2
Ramah Anak. c. G3
2. Pengelolaan Bidang 6. Siswa (S)
Kesiswaan a. S1
3. Pengelolaan Bidang b. S2
Kurikulum dan c. S3
Kegiatan 7. Wali Murid (W)
Pembelajaran a. W1
4. Pengelolaan Bidang b. W2
Tenaga Pendidik c. W3
dan Tenaga
Kependidikan
5. Pengelolaan Bidang
sarana dan
Prasarana.
6. Pengelolaan Bidang
Keuangan dan
pembiayaan
7. Pengelolaan Bidang
Budaya, Lingkungan
Gugus dan Sekolah
8. Pengelolaan Peran
Serta Masyarakat

D. Pemantauan, Evaluasi Observasi 1. Pengawas (P)


dan Pelaporan Wawancara 2. Kepala Sekolah (KS)
Hal-hal yang berkaitan Dokumen 3. Kepala TU (KT)
dengan pemantauan, 4. Ketua Komite (KK)
evaluasi dan pelaporan 5. Guru (G)
antara lain: a. G1
1. Sistem Pemantauann b. G2

94
Evaluasi Kegiatan c. G3
Sekolah Ramah 6. Siswa (S)
Anak a. S1
2. Pelaksanaan b. S2
Pemantauan, c. S3
Evaluasi dan 7. Wali Murid (W)
Pelaporan a. W1
Pengelolaan b. W2
Kegiatan Sekolah c. W3
Ramah Anak

Lampiran 2

KISI-KISI INSTRUMEN WAWANCARA


OPTIMALISASI BUDAYA MADRASAH DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK
DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 PEMALANG
Pokok Pertanyaan Sumber Data Alat Pengumpul Keterangan
Data
Perncanaan 1. Pengawas (P) Wawancara Wawancara
Optimalisasi 2. Kepala Sekolah Terstruktur
Budaya Madrasah (KS)
dalam 3. Kepala TU (KT)
Pelaksanaan 4. Ketua Komite
Program Sekolah (KK)
Ramah Anak di 5. Guru (G)
Madrasah a. G1
Tsanawiyah 1 b. G2
Pemalang c. G3
6. Siswa (S)

95
a. S1
b. S2
c. S3
7. Wali Murid (W)
a. W1
b. W2
c. W3
Pelaksanaan 1. Pengawas (P) Wawancara Wawancara
Optimalisasi 2. Kepala Sekolah Terstruktur
Budaya Madrasah (KS)
dalam 3. Kepala TU (KT)
Pelaksanaan 4. Ketua Komite
Program Sekolah (KK)
Ramah Anak di 5. Guru (G)
Madrasah a. G1
Tsanawiyah 1 b. G2
Pemalang c. G3
6. Siswa (S)
a. S1
b. S2
c. S3
7. Wali Murid (W)
a. W1
b. W2
c. W3
Pemantauan, 1. Pengawas (P) Wawancara Wawancara
Evaluasi dan 2. Kepala Sekolah Terstruktur
Pelaporan (KS)
Optimalisasi 3. Kepala TU (KT)
Budaya Madrasah 4. Ketua Komite
dalam (KK)

96
Pelaksanaan 5. Guru (G)
Program Sekolah a. G1
Ramah Anak di b. G2
Madrasah c. G3
Tsanawiyah 1 6. Siswa (S)
Pemalang a. S1
b. S2
c. S3
7. Wali Murid (W)
a. W1
b. W2
c. W3

Lampiran 3

KISI-KISI INSTRUMEN OBSERVASI (PENGAMATAN)


OPTIMALISASI BUDAYA MADRASAH DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK
DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 PEMALANG
Pokok Pertanyaan Sumber Data Alat Pengumpul Keterangan
Data
Perncanaan 1. Pengawas (P) Observasi Observasi aktif
Optimalisasi 2. Kepala Sekolah
Budaya Madrasah (KS)
dalam 3. Kepala TU (KT)
Pelaksanaan 4. Ketua Komite
Program Sekolah (KK)
Ramah Anak di 5. Guru (G)
Madrasah a. G1
Tsanawiyah 1 b. G2
Pemalang c. G3
6. Siswa (S)
a. S1
97
b. S2
c. S3
7. Wali Murid (W)
a. W1
b. W2
c. W3
Pelaksanaan 1. Pengawas (P) Observasi Observasi aktif
Optimalisasi 2. Kepala Sekolah
Budaya Madrasah (KS)
dalam 3. Kepala TU (KT)
Pelaksanaan 4. Ketua Komite
Program Sekolah (KK)
Ramah Anak di 5. Guru (G)
Madrasah a. G1
Tsanawiyah 1 b. G2
Pemalang c. G3
6. Siswa (S)
a. S1
b. S2
c. S3
7. Wali Murid (W)
a. W1
b. W2
c. W3
Pemantauan, 1. Pengawas (P) Observasi Observasi aktif
Evaluasi dan 2. Kepala Sekolah
Pelaporan (KS)
Optimalisasi 3. Kepala TU (KT)
Budaya Madrasah 4. Ketua Komite
dalam (KK)
Pelaksanaan 5. Guru (G)

98
Program Sekolah a. G1
Ramah Anak di b. G2
Madrasah c. G3
Tsanawiyah 1 6. Siswa (S)
Pemalang a. S1
b. S2
c. S3
7. Wali Murid (W)
a. W1
b. W2
c. W3

Lampiran 4

PEDOMAN WAWANCARA
OPTIMALISASI BUDAYA MADRASAH DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK
DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 PEMALANG
RESPONDEN 1 (Kode PS)
Pengawas Madrasah
Kementrian Agama Kabupaten Pemalang
A. Tujuan
Untuk memperoleh informasi tentang optimalisasi budaya madrasah dalam
pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah Negeri
1 Pemalang

B. Pertanyaan Panduan
Pengawas Madrasah Kementrian Agama Kabupaten Pemalang

1. Bagaimanakah menurut Bapak Visi, Misi dan Tujuan pengelolaan


Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
2. Bagaimanakah Struktur dan Fungsi Organisasi Tim Pengelola Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?

99
3. Bagaimanakah cara bapak melakukan pembinaan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
4. Bagaimanakah Mekanisme Kerja Tim Pengelola Kegiatan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?,
5. Bagaimanakah Sumber Daya Tim Pengelola Kegiatan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
6. Bagaimanakah Jadwal Kegiatan Pengelolaan Program Sekolah Ramah
Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
7. Bagaimanakah Rencana Kerja Tim Pengelola Kegiatan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
8. Bagaimanakah Pengelolaan Kegiatan Tim Pengelola Kegiatan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
9. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Kesiswaan dalam Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
10. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Kurikulum dan Kegiatan
Pembelajaran dalam Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah
Tsanawiyah 1 Pemalang?
11. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, dalam Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah
Tsanawiyah 1 Pemalang?
12. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang sarana dan Prasarana dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
13. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Keuangan dan pembiayaan dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
14. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Budaya, Lingkungan dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
15. Bagimanakah Pengelolaan Peran Serta Masyarakat dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
16. Bagaimanakah Sistem Pemantauann Evaluasi dalam Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?

100
17. Bagaimanakah Pelaksanaan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang.
18. Apa yang menjadi kendala/hambatan dalam pelaksanaan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang
19. Apa yang menjadi solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA
OPTIMALISASI BUDAYA MADRASAH DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK
DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 PEMALANG
RESPONDEN 2 (Kode KS)
Kepala Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

A. Tujuan

Untuk memperoleh informasi tentang optimalisasi buadaya madrasah dalam


pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah Negeri
1 Pemalang

B. Pertanyaan Panduan

Kepala Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang


1. Bagaimanakah keterlibatan saudara selaku Kepala Madrasah dalam
Pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan Sekolah Ramah Anak di
Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?

101
2. Bagaimanakah menurut Bapak Visi, Misi dan Tujuan pengelolaan
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
3. Bagaimanakah Struktur dan Fungsi Organisasi Tim Pengelola Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
4. Bagaimanakah cara bapak melakukan pembinaan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
5. Bagaimanakah Mekanisme Kerja Tim Pengelola Kegiatan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?,
6. Bagaimanakah Sumber Daya Tim Pengelola Kegiatan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
7. Bagaimanakah Jadwal Kegiatan Pengelolaan Program Sekolah Ramah
Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
8. Bagaimanakah Rencana Kerja Tim Pengelola Kegiatan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
9. Bagaimanakah Pengelolaan Kegiatan Tim Pengelola Kegiatan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
10. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Kesiswaan dalam Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
11. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Kurikulum dan Kegiatan
Pembelajaran dalam Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah
Tsanawiyah 1 Pemalang?
12. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, dalam Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah
Tsanawiyah 1 Pemalang?
13. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang sarana dan Prasarana dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
14. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Keuangan dan pembiayaan dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
15. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Budaya, Lingkungan dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?

102
16. Bagimanakah Pengelolaan Peran Serta Masyarakat dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
17. Bagaimanakah Sistem Pemantauann Evaluasi dalam Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
18. Bagaimanakah Pelaksanaan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang.
19. Apa yang menjadi kendala/hambatan dalam pelaksanaan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang
20. Apa yang menjadi solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

Lampiran 6
PEDOMAN WAWANCARA
OPTIMALISASI BUDAYA MADRASAH DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK
DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 PEMALANG
RESPONDEN 3 (Kode KK)

Komite Sekolah
Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang
A. Tujuan

Untuk memperoleh informasi tentang optimalisasi buadaya madrasah dalam


pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah Negeri
1 Pemalang

B. Pertanyaan Panduan

Kepala Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang


1. Apakah bapak terlibat dalam proses Pembentukan Tim Pengelola
Kegiatan Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1
Pemalang?

103
2. Bagaimanakah perumusan Visi, Misi dan Tujuan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
3. Bagaimanakah pembentukan Struktur dan Fungsi Organisasi Tim
Pengelola Kegiatan Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah
Tsanawiyah 1 Pemalang?
4. Bagaimanakah Mekanisme Kerja Tim Pengelola Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?,
5. Bagaimanakah pengelolaan Sumber Daya Tim Pengelola Kegiatan
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang
6. Bagaimanakah penyusunan Jadwal Kegiatan di Tim Pengelola Kegiatan
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?,
7. Bagaimanakah perencanaan program Kerja Tim Pengelola Kegiatan
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
8. Bagaimanakah cara pengelolaan Program Sekolah Ramah Anak di
Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
9. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Kesiswaan Program Sekolah Ramah
Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
10. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Kurikulum dan Kegiatan
Pembelajaran Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1
Pemalang?
11. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah
1 Pemalang?
12. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang sarana dan Prasarana dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
13. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Keuangan dan pembiayaan dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
14. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Budaya, Lingkungan dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
15. Bagimanakah Pengelolaan Peran Serta Masyarakat dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
104
16. Bagaimanakah Sistem Pemantauann Evaluasi dalam Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
17. Bagaimanakah Pelaksanaan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang.
18. Apa yang menjadi kendala/hambatan dalam pelaksanaan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang
19. Apa yang menjadi solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

Lampiran 7
PEDOMAN WAWANCARA
OPTIMALISASI BUDAYA MADRASAH DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK
DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 PEMALANG
RESPONDEN 5 (Kode KT)
Kepala Tata Usaha Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

A. Tujuan

Untuk memperoleh informasi tentang optimalisasi buadaya madrasah dalam


pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah Negeri
1 Pemalang

B. Pertanyaan Panduan

Kepala Tata Usaha Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang


1. Bagaimanakah keterlibatan saudara selaku Kepala Tata Usaha dalam
Pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan Sekolah Ramah Anak di
Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?

105
2. Bagaimanakah menurut Bapak Visi, Misi dan Tujuan pengelolaan
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
3. Bagaimanakah Struktur dan Fungsi Organisasi Tim Pengelola Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
4. Bagaimanakah cara bapak melakukan pembinaan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
5. Bagaimanakah Mekanisme Kerja Tim Pengelola Kegiatan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?,
6. Bagaimanakah Sumber Daya Tim Pengelola Kegiatan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
7. Bagaimanakah Jadwal Kegiatan Pengelolaan Program Sekolah Ramah
Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
8. Bagaimanakah Rencana Kerja Tim Pengelola Kegiatan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
9. Bagaimanakah Pengelolaan Kegiatan Tim Pengelola Kegiatan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
10. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Kesiswaan dalam Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
11. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Kurikulum dan Kegiatan
Pembelajaran dalam Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah
Tsanawiyah 1 Pemalang?
12. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, dalam Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah
Tsanawiyah 1 Pemalang?
13. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang sarana dan Prasarana dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
14. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Keuangan dan pembiayaan dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
15. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Budaya, Lingkungan dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?

106
16. Bagimanakah Pengelolaan Peran Serta Masyarakat dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
17. Bagaimanakah Sistem Pemantauann Evaluasi dalam Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
18. Bagaimanakah Pelaksanaan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang.
19. Apa yang menjadi kendala/hambatan dalam pelaksanaan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang
20. Apa yang menjadi solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

Lampiran 8
PEDOMAN WAWANCARA
OPTIMALISASI BUDAYA MADRASAH DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK
DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 PEMALANG
RESPONDEN 6 s/d RESPONDEN 9 (Kode G1 s/d G3)
Guru di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

A. Tujuan

Untuk memperoleh informasi tentang optimalisasi buadaya madrasah dalam


pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah Negeri
1 Pemalang

B. Pertanyaan Panduan

Guru Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

107
1. Bagaimanakah keterlibatan saudara selaku guru dalam Pembentukan Tim
Pelaksana Kegiatan Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1
Pemalang?
2. Bagaimanakah menurut Bapak Visi, Misi dan Tujuan pengelolaan
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
3. Bagaimanakah Struktur dan Fungsi Organisasi Tim Pengelola Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
4. Bagaimanakah cara bapak melakukan pembinaan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
5. Bagaimanakah Mekanisme Kerja Tim Pengelola Kegiatan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?,
6. Bagaimanakah Sumber Daya Tim Pengelola Kegiatan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
7. Bagaimanakah Jadwal Kegiatan Pengelolaan Program Sekolah Ramah
Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
8. Bagaimanakah Rencana Kerja Tim Pengelola Kegiatan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
9. Bagaimanakah Pengelolaan Kegiatan Tim Pengelola Kegiatan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
10. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Kesiswaan dalam Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
11. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Kurikulum dan Kegiatan
Pembelajaran dalam Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah
Tsanawiyah 1 Pemalang?
12. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, dalam Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah
Tsanawiyah 1 Pemalang?
13. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang sarana dan Prasarana dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
14. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Keuangan dan pembiayaan dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
108
15. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Budaya, Lingkungan dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
16. Bagimanakah Pengelolaan Peran Serta Masyarakat dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
17. Bagaimanakah Sistem Pemantauann Evaluasi dalam Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
18. Bagaimanakah Pelaksanaan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang.
19. Apa yang menjadi kendala/hambatan dalam pelaksanaan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang
20. Apa yang menjadi solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

Lampiran 9
PEDOMAN WAWANCARA
OPTIMALISASI BUDAYA MADRASAH DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK
DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 PEMALANG
RESPONDEN 10 s/d RESPONDEN 12 (Kode S1 s/d S3)
Siswa di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

A. Tujuan

Untuk memperoleh informasi tentang optimalisasi buadaya madrasah dalam


pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak Di Madrasah Tsanawiyah Negeri
1 Pemalang

B. Pertanyaan Panduan

Siswa Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang


1. Apakah anda mengetahui ada Tim Pelaksana Kegiatan Sekolah Ramah
Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
109
2. Bagaimanakah menurut anda Visi, Misi dan Tujuan pengelolaan
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
3. Bagaimanakah Struktur dan Fungsi Organisasi Tim Pengelola Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
4. Bagaimanakah cara bapak melakukan pembinaan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
5. Bagaimanakah Mekanisme Kerja Tim Pengelola Kegiatan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?,
6. Bagaimanakah Sumber Daya Tim Pengelola Kegiatan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
7. Bagaimanakah Jadwal Kegiatan Pengelolaan Program Sekolah Ramah
Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
8. Bagaimanakah Rencana Kerja Tim Pengelola Kegiatan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
9. Bagaimanakah Pengelolaan Kegiatan Tim Pengelola Kegiatan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
10. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Kesiswaan dalam Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
11. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Kurikulum dan Kegiatan
Pembelajaran dalam Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah
Tsanawiyah 1 Pemalang?
12. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, dalam Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah
Tsanawiyah 1 Pemalang?
13. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang sarana dan Prasarana dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
14. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Keuangan dan pembiayaan dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
15. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Budaya, Lingkungan dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?

110
16. Bagimanakah Pengelolaan Peran Serta Masyarakat dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
17. Bagaimanakah Sistem Pemantauann Evaluasi dalam Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
18. Bagaimanakah Pelaksanaan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang.
19. Apa yang menjadi kendala/hambatan dalam pelaksanaan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang
20. Apa yang menjadi solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

Lampiran 10
PEDOMAN WAWANCARA
OPTIMALISASI BUDAYA MADRASAH DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK
DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 PEMALANG
RESPONDEN 12 s/d RESPONDEN15 (Kode W1 s/d S3)
Wali Murid di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang
Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang
A. Tujuan
Untuk memperoleh informasi tentang optimalisasi buadaya madrasah dalam
pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah Negeri
1 Pemalang

B. Pertanyaan Panduan
Wali Murid Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang
1. Apakah bapak mengetahui ada Pembentukan Tim Pengelola Kegiatan
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?

111
2. Bagaimanakah perumusan Visi, Misi dan Tujuan Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
3. Bagaimanakah pembentukan Struktur dan Fungsi Organisasi Tim
Pengelola Kegiatan Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah
Tsanawiyah 1 Pemalang?
4. Bagaimanakah Mekanisme Kerja Tim Pengelola Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?,
5. Bagaimanakah pengelolaan Sumber Daya Tim Pengelola Kegiatan
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang
6. Bagaimanakah penyusunan Jadwal Kegiatan di Tim Pengelola Kegiatan
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?,
7. Bagaimanakah perencanaan program Kerja Tim Pengelola Kegiatan
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
8. Bagaimanakah cara pengelolaan Program Sekolah Ramah Anak di
Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
9. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Kesiswaan Program Sekolah Ramah
Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
10. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Kurikulum dan Kegiatan
Pembelajaran Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1
Pemalang?
11. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah
1 Pemalang?
12. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang sarana dan Prasarana dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
13. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Keuangan dan pembiayaan dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
14. Bagaimanakah Pengelolaan Bidang Budaya, Lingkungan dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
15. Bagimanakah Pengelolaan Peran Serta Masyarakat dalam Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
112
16. Bagaimanakah Sistem Pemantauann Evaluasi dalam Program Sekolah
Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang?
17. Bagaimanakah Pelaksanaan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang.
18. Apa yang menjadi kendala/hambatan dalam pelaksanaan Program
Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang
19. Apa yang menjadi solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam
Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

Lampiran 11
KODE DATA INFORMAN
DALAM PEDOMAN WAWANCARA

NO RESPONDEN KODE KET


1 Pengawas Madrasah PS R1
2 Kepala Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang KS R2
3 Ketua Komite KK R3
4 Kepala Tata Usaha KT R4
5 Guru Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang (1) G1 R5
6 Guru Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang (2) G2 R6
7 Guru Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang (3) G3 R7
8 Siswa Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang (1) S1 R8
9 Siswa Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang (2) S2 R9
10 Siswa Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang (3) S3 R10
11 Walimurid (1) W1 R11
12 Walimurid (2) W2 R12
13 Walimurid (3) W3 R13

113
Lampiran 12

IDENTITAS INFORMAN DALAM WAWANCARA

RESPONDEN 1
1. Responden : Pengawas Madrasah

Kementrian Agama Kabupaten Pemalang

2. Kode Responden : PS

3. Identitas Diri

a. Nama :

b. Jabatan :

c. Agama :

d. Pekerjaan :

e. Alamat :

f. Pendidikan terakhir :

114
IDENTITAS INFORMAN DALAM WAWANCARA

RESPONDEN 2
1. Responden : Kepala Mdrasah

Madrasah Stanawiyah 1 Pemalang

2. Kode Responden : KS

3. Identitas Diri

a. Nama :

b. Jabatan :

c. Agama :

d. Pekerjaan :

e. Alamat :

f. Pendidikan terakhir :

115
IDENTITAS INFORMAN DALAM WAWANCARA

RESPONDEN 3
1. Responden : Ketua Komite Madrasah

Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

2. Kode Responden : KK

3. Identitas Diri

a. Nama :

b. Jabatan :

c. Agama :

d. Pekerjaan :

e. Alamat :

f. Pendidikan terakhir :

116
IDENTITAS INFORMAN DALAM WAWANCARA

RESPONDEN 4
1. Responden : Kepala Tata Usaha

Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

2. Kode Responden : KT

3. Identitas Diri

a. Nama :

b. Jabatan :

c. Agama :

d. Pekerjaan :

e. Alamat :

f. Pendidikan terakhir :

117
IDENTITAS INFORMAN DALAM WAWANCARA

RESPONDEN 5
1. Responden : Guru

Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

2. Kode Responden : G1

3. Identitas Diri

a. Nama :

b. Jabatan :

c. Agama :

d. Pekerjaan :

e. Alamat :

f. Pendidikan terakhir :

118
IDENTITAS INFORMAN DALAM WAWANCARA

RESPONDEN 6
1. Responden : Guru

Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

2. Kode Responden : G2

3. Identitas Diri

a. Nama :

b. Jabatan :

c. Agama :

d. Pekerjaan :

e. Alamat :

f. Pendidikan terakhir :

119
IDENTITAS INFORMAN DALAM WAWANCARA

RESPONDEN 7
1. Responden : Guru

Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

2. Kode Responden : G3

3. Identitas Diri

a. Nama :

b. Jabatan :

c. Agama :

d. Pekerjaan :

e. Alamat :

f. Pendidikan terakhir :

120
IDENTITAS INFORMAN DALAM WAWANCARA

RESPONDEN 8
1. Responden : Siswa

Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

Kode Responden : S1

2. Identitas Diri

a. Nama :

b. Jabatan :

c. Agama :

d. Pekerjaan :

e. Alamat :

f. Pendidikan terakhir :

121
IDENTITAS INFORMAN DALAM WAWANCARA

RESPONDEN 9
1. Responden : Siswa

Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

2. Kode Responden : S2

3. Identitas Diri

a. Nama :.

b. Jabatan :

c. Agama :

d. Pekerjaan :

e. Alamat :

f. Pendidikan terakhir :

122
IDENTITAS INFORMAN DALAM WAWANCARA

RESPONDEN 10
1. Responden : Siswa

Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

2. Kode Responden : G3

3. Identitas Diri

a. Nama :

b. Jabatan :

c. Agama :

d. Pekerjaan :

e. Alamat :

f. Pendidikan terakhir :

123
IDENTITAS INFORMAN DALAM WAWANCARA

RESPONDEN 11
1 Responden : Wali Murid

Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

2. Kode Responden : W1

3. Identitas Diri

a. Nama :

b. Jabatan :

c. Agama :

d. Pekerjaan :

e. Alamat :

f. Pendidikan terakhir :

124
IDENTITAS INFORMAN DALAM WAWANCARA

RESPONDEN 12
1 Responden : Wali Murid

Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

2. Kode Responden : W2

3. Identitas Diri

a. Nama :

b. Jabatan :

c. Agama :

d. Pekerjaan :

e. Alamat :

f. Pendidikan terakhir :

125
IDENTITAS INFORMAN DALAM WAWANCARA

RESPONDEN 13
1 Responden : Wali Murid

Madrasah Tsanawiyah 1 Pemalang

2. Kode Responden : W3

3. Identitas Diri

a. Nama :

b. Jabatan :

c. Agama :

d. Pekerjaan :

e. Alamat :

f. Pendidikan terakhir :

126
Lampiran 13
PEDOMAN OBSERVASI (PENGAMATAN)
OPTIMALISASI BUDAYA MADRASAH DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK
DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 PEMALANG

A. Tujuan

Untuk memperoleh informasi tentang optimalisasi buadaya madrasah dalam


pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak di Madrasah Tsanawiyah Negeri
1 Pemalang

B. Instrumen Obsrvasi

Tidak
No Aspek Observasi Ada/ya ada/ Ket
Tidak
1 Pembentukan Tim Pelaksana
Kegiatan Sekolah Ramah Anak
2 Visi, Misi dan Tujuan Program
Sekolah Ramah Anak
3 Struktur dan Fungsi Organisasi
Program Sekolah Ramah Anak
4 Pembina Program Sekolah Ramah
Anak
5 Mekanisme Kerja Program Sekolah
Ramah Anak
6 Sumber Daya Program Sekolah
Ramah Anak
7 Jadwal Kegiatan Program Sekolah
127
Ramah Anak
8 Rencana Kerja Program Sekolah
Ramah Anak
9 Pengelolaan Kegiatan Program
Sekolah Ramah Anak
10 Pengelolaan Bidang Kesiswaan
Program Sekolah Ramah Anak
11 Pengelolaan Bidang Kurikulum dan
Kegiatan Program Sekolah Ramah
Anak
12 Pengelolaan Bidang Tenaga
Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Program Sekolah Ramah Anak.
13 Pengelolaan Bidang sarana dan
Prasarana Program Sekolah Ramah
Anak
14 Pengelolaan Bidang Keuangan dan
pembiayaan Program Sekolah
Ramah Anak
15 Pengelolaan Bidang Budaya,
Lingkungan Sekolah dalam Program
Sekolah Ramah Anak
16 Pengelolaan Peran Serta Masyarakat
dalam Program Sekolah Ramah
Anak
17 Sistem Pemantauann Evaluasi di
Program Sekolah Ramah Anak.
18 Pelaksanaan Pemantauan, Evaluasi
dan Pelaporan Program Sekolah
Ramah Anak.

128

Anda mungkin juga menyukai