Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

SGD 3 MODUL 2.4 LBM 1

ILMU BAHAN KEDOKTERAN GIGI


Rontgen untuk gigi

ANGGOTA KELOMPOK :

1. Arlinda Wahyuning Septiyanti 31101900013


2. Ellya wahyu yulianti 31101900030
3. Glenis Grytha Qothrunnada 31101900037
4. Humaira Wardani PH 31101900040
5. M. Faiz Faz Sukarno 31101900054
6. Nadya Restu Ryendra 31101900063
7. Rini Rahmawati 31101900077
8. Safira Hilwah 31101900080
9. Sindhu Kariadi 31101600637
10. Tiko Umaroh 31101900094
11. Vionita Miagustin 31101900095

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG


SEMARANG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN
SGD 3 MODUL 2.4 LBM 1

ILMU BAHAN KEDOKTERAN GIGI


Rontgen untuk gigi

Telah Disetujui oleh :

Tutor Semarang, mei 2020

drg. Yuli Berliani ………………………………….

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dental radiography adalah salah satu kemajuan teknologi yang telah berkembang secara pesat
dalam bidang kedokteran gigi. Dental radiography itu sendiri dapat melihat suatu kelainan
didalam rongga mulut. Terutama kelainan pada jaringan penyangga gigi, akar gigi, maupun
kelainan lainnya yang terdapat pada apikal gigi. Hal ini sangat berguna hingga memudahkan
dokter gigi dalam membantu menentukan suatu kelainan pada rongga mulut (Walton, 2008).
Dalam bidang kedokteran gigi teknik radiografi yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu
radiografi intra oral dan radiografi ekstra oral. Radiografi intra oral pemeriksaan gigi dan jaringan
sekitarnya dengan radiografi yang filmnya diletakan didalam mulut pasien. Pemeriksaan intra
oral merupakan pokok dari radiografi kedokteran gigi. Radiografi ekstra oral merupakan
pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang dimana film berada di luar mulut
(Boel, 2008). Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan
studi dan penerapan berbagai teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit.
Pencitraan dapat menggunakan sinar-X, USG, CT scan, tomografi emisi positron (PET) dan
Pencitraan tersebut menciptakan gambar dari konfigurasi dalam dari sebuah objek padat, seperti
bagian tubuh manusia, dengan menggunakan energi radiasi. Radiologi juga kadang-kadang
disebut radioskopi atau radiologi klinis. Radiologi intervensi adalah prosedur medis dengan
bimbingan teknologi pencitraan. Pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau
penata rontgen. Seorang radiolog (dokter spesialis radiologi) kemudian membaca atau
menginterpretasikan gambar untuk menentukan cedera, menentukan seberapa serius cedera
tersebut atau membantu mendeteksi kelainan seperti tumor. Itulah sebabnya mengapa pasien
seringkali harus menunggu untuk mendapatkan hasil “resmi” sinar-X atau gambar lainnya bahkan
setelah dokter utamanya telah mengkajinya. Seorang spesialis radiologi juga harus
menginterpretasikan hasil dan berkonsultasi dengan dokter utama untuk menegakkan diagnosis
yang akurat. Peran radiografi dalam ilmu kedokteran gigi semakin meningkat sejalan dengan
berkembangnya pengetahuan saat ini.
Pada saat ini radiografi dalam kedokteran gigi merupakan perangkat yang sering digunakan.
Menurut Goaz, White, Frommer, Langlais yang dikutip oleh Hanna Bachtiar, gambaran yang
dihasilkan dari radiografi merupakan halyang sangat penting bagi seorang dokter gigi terutama
untuk melihat adanya kelainan-kelainan yang tidak tampak atau kurang jelas pada pemeriksaan
klinis dan dapat di ketahui secara jelas sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi
dalam hal menentukan diagnosis, rencana perawatan dan menilai keberhasilan perawatan yang
telah dilakukan terhadap pasien.Dalam melakukan suatu perawatan penyakit gigi dan mulut, agar
tercapai hasil yang optimal perlu ditunjang oleh pemeriksa tambahan, diantaranya pemeriksaan
radiografi. Salah satu dari pemeriksaan radiografi tersebut adalah periapikal foto, dan juga dapat
di bantu dengan pemeriksaan panoramik foto. Gambaran yang dihasilkan dapat berupa:
radiolusen,radiopak dan radio intermediate.
Pemeriksaan radiografi adalah salah satu pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan
diagnosa suatu penyakit gigi dan mulut. Pemeriksaan radiografi adalah salah satu pemeriksaan
yang dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit gigi dan mulut.Pemeriksaan
radiografi yang dapat dilakukan adalah teknik intra oral dan extra oral. Padateknik intra oral yang
dapat digunakan adalah teknik periapikal, bite wing dan oklusal,sedang pada teknik Extra Oral,
adalah: Eissler, PA-Ap, Lateral, Lateral Oblique,Cephalometrik dan Panoramik, serta teknik
pemotretan dengan pesawat CBCT-3D (ConeBean Computerize Tomography-Tiga Dimensi).Di
dalam bidang kedokteran gigi pemeriksaan radiografi memiliki klasifikasi fungsi penunjang yang
sangat penting diantaranya menghasilkan diagnosa dengan tingkat ketepatan diagnosis yang
tinggi. Dokter gigi menggunakan hasil radiograf sebagai pedoman untuk menyusun perencanaan
perawatan dan tindakan yang harus diberikan selama prosesperawatan kepada pasien menyangkut
kesehatan gigi dan mulut sebelum akhirnya dievaluasi.

B. Skenario
Pasien pria usia 30 tahun akan melakukan perawatan gigi secara komprehensif. Hasil
pemeriksaan klinis ditemukan banyak gigi yang berlubang dan goyah, oleh karena itu Dokter gigi
meminta pasien melakukan pemeriksaan radiografi periapical dan orthopantomography sebagai
pemeriksaan penunjang menegakan diagnosa. Dokter gigi terlebih dahulu menjelaskan kepada
pasien mengenai tujuan pemeriksaan tersebut, ambang batas aman radiasi dan efek efek radiasi
yang mungkin muncul.

C. Identifikasi Masalah
1. Indikasi dari pemeriksaan radiografi dalam bidang kedokteran gigi
2. Efek dari paparan sinar radiasi
3. Cara menghindari paparan sinar radiasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan teori
1. Indikasi pemeriksaan radiografi
Pada indikasi pemeriksaan radiografi kedokteran gigi diklasifikasikan menjadi
beberapa bidang, yaitu :
A. Bedah mulut
Melihat adanya fraktur pada rahang, lesi, tumor
B. Kedokteran gigi anak
Melihat adanya kelainan pertumbuhan gigi pada anak
C. Konservasi gigi
Melihat adanya karies tersembunyi seperti karies akar
D. Penyakit mulut
Melihat adanya lesi baik dalam rongga mulut maupun tulang
E. Periodonsia
Melihat adanya abses pada bagian periapical
F. Prostodonsia
Melihat kondisi tulang rahang dilakukan sebelum dan sesudah penempatan
implant gigi
G. Radiologi kedokteran gigi
Melihat kelainan baik intra maupun ekstraoral yang membantu dokter gigi dalam
menentukan diagnosis
H. Forensic
Bisa digunakan untuk melihat dan menentukan jenis kelamin
2. Efek dari paparan sinar radiasi
Beberapa efek merugikan yang muncul pada tubuh manusia karena terpapar sinar-x dan gamma
segera teramati beberapa saat pascapenemuan kedua jenis radiasi tersebut. Gangguan kesehatan
akibat dari paparan radiasi bermula dari interaksi antara radiasi pengion dengan sel maupun
jaringan tubuh manusia, sehingga sel-sel mengalami perubahan struktur dari struktur normal
semula.15 Roentgen dalam penelitian selanjutnya segera menemukan hampir semua sifat-sifat
fisik dan kimia sinar-x. Namun ada satu sifat yang terlewatkan, yaitu sifat biologi yang dapat
merusak sel-sel hidup.16 Studi intensif efek radiasi terhadap jaringan tubuh manusia terus
dilakukan oleh para ahli biologi radiasi, hingga diketahui bahwa radiasi dapat menimbulkan
kerusakan somatik berupa kerusakan sel-sel jaringan tubuh dan kerusakan genetik berupa mutasi
sel-sel reproduksi.15 Interaksi antara radiasi dengan bahan biologi merupakan proses yang
berlangsung secara bertahap. Proses ini diawali dengan tahap fisik dan diakhiri dengan tahap
biologik. Ada empat tahapan interaksi yaitu
1) tahapan fisik berupa absorbsi energi radiasi pengion yang menyebabkan terjadinya eksitasi
dan ionisasi pada molekul atau atom penyusun bahan biologi. Proses ini berlangsung sangat
singkat dalam orde 10-16 detik,
2) tahap fisikokimia yakni atom molekul yang terionisasi mengalami reaksi sehingga terbentuk
radikal bebas yang tidak stabil. Tahap ini berlangsung dalam orde 10-6 detik. Karena sebagian
besar tubuh manusia tersusun atas air, maka peranan air sangat besar dalam menentukan hasil
akhir tahap fisikokimia ini. Efek langsung radiasi pada molekul atau atom penyusun tubuh selain
air hanya memberi sumbangan kecil bagi akibat biologi dibandingkan dengan efek jika tidak
berlangsung di media air
3) tahap kimia dan biologi yang berlangsung dalam beberapa detik dan ditandai dengan
terjadinya reaksi antara radikal bebas dan peroksida dengan molekul organik sel serta inti sel
yang terdiri atas kromosom kromosom. Reaksi ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan
terhadap molekul-molekul di dalam sel. Jenis kerusakannya bergantung pada jenis molekul yang
bereaksi. Jika reaksi itu terjadi dengan molekul protein, ikatan rantai panjang akan putus
sehingga protein rusak karena ikatan menjadi terbuka dan dapat melakukan reaksi lainnya,
4) tahap biologis ditandai dengan terjadinya tanggapan biologis yang bervariasi bergantung pada
molekul penting yang bereaksi dengan radikal bebas dan peroksida yang terjadi pada tahap
ketiga. Proses tersebut berlangsung dalam orde beberapa puluh menit hingga beberapa puluh
tahun, bergantung pada tingkat kerusakan sel yang terjadi. Beberapa akibat dapat muncul karena
kerusakan sel, seperti kematian sel secara langsung, pembelahan sel terhambat atau tertunda serta
perubahan permanen sel anak setelah sel induknya membelah. Kerusakan yang terjadi dapat
meluas dari skala sel ke jaringan, organ dan dapat pula menyebabkan kematian.15 Setiap
jaringan mempunyai kepekaan terhadap radiasi yang tidak sama, tingkat kepekaannya disebut
radiosensitivitas. Dari suatu hasil penelitian diketahui bahwa radiosensitivitas suatu jaringan
berbanding terbalik dengan derajat diferensiasi dan berbanding lurus dengan kapasitas
reproduksi (Barunawaty Yunus & Karmila Bandu, 2019:99)

efek deterministik adalah didasarkan pada kematian sel dan memiliki hubungan dengan dosis
ambang. Apabila dosis yang diberikan berada di bawah ambang batas maka tidak muncul efek
klinis. Apabila dosis paparan yang diberikan berada di atas ambang batas, maka keparahan
kerusakan meningkat sesuai dosisnya.
Beberapa contoh dari efek deterministic
- dosis radiasi sebesar 10.000 mSv (100 Sv) atau lebih mengakibatkan kerusakan sistem saraf
pusat yang diikuti dengan kematian setelah beberapa jam atau hari. Akibat yang lebih fatal
dapat terjadi apabila radiasi mengenai kepala karena mengakibatkan kerusakan langsung
pada SSP
- radiasi dosis 10-50 Sv pada tubuh mengakibatkan kerusakan saluran pencernaan dan dapat
mengakibatkan kematian 1-2 minggu kemudian. Radiasi dosis tersebut akan merusak sistem
pencernaan di dalam perut,
- dosis radiasi 35 Sv dapat menyebabkan kerusakan sum-sum tulang yang diikuti kematian 1-2
bulan kemudian. Kerusakan utama terjadi pada organ pembentuk sel-sel darah dalam
sumsum tulang. Kecepatan timbulnya gejala bergantung pada dosis radiasi yang diterima

Efek stokastik adalah efek lain yang bisa terjadi. Perkembangan kerusakan akibat efek
stokastik muncul secara acak dan bergantung pada probabilitas struktur radiosensitif pada kepala
dan leher. Struktur yang bersifat radiosensitif antara lain kelenjar tiroid, kelenjar ludah, sumsum
tulang (leukemia) dan otak. Selain itu embrio juga bersifat radiosensitif, dan kehamilan periode
tertentu rawan terjadi resiko kanker apabila terpapar radiasi.
a. Stokatik Somatik
Efek stokastik somatik radiasi sinar-x dental contohnya adalah jenis leukemia dan tumor tertentu.
Efek kerusakan tersebut terjadi setiap tubuh terkena paparan dosis radiasi pada dosis berapapun.
Paparan pada gigi secara khusus dikaitkan dengan meningioma, tumor kelenjar ludah dan tumor
tiroid.
Beberapa contoh yang terjadi pada efek stokatik somatic antara lain :
- - Efek radiasi pada gigi
Gigi yang telah erupsi cenderung mengalami kerusakan akibat radiasi pada daerah rongga
mulut, meskipun kerusakannya baru tampak beberapa tahun setelah radiasi dengan
manifestasi berupa destruksi substansi gigi yang disebut karies radiasi dan dimulai pada
servikal gigi, lesi demineralisasi yang lebih daripada karies pada umumnya. Kerusakan
jaringan keras gigi mengakibatkan karies.9 Efek radiasi langsung terjadi paling dini dari
benih gigi berupa gangguan kalsifikasi benih gigi, gangguan perkembangan benih gigi, dan
gangguan erupsi gigi. Sedangkan efek radiasi tidak langsung terjadi setelah pembentukan
gigi dan erupsi gigi normal berada dalam rongga mulut, kemudian terkena radiasi ionisasi,
maka akan terlihat kelainan gigi tersebut misalnya karies radiasi. Biasanya karies radiasi
terjadi pada beberapa gigi bahkan seluruh regio yang terkena pancaran sinar radiasi. Keadaan
ini disebut rampan karies radiasi, terjadi setelah mengabsorsi dosis radiasi 5.000 R.9
- Efek pada kelenjar saliva
Radiasi ionisasi yang terjadi pada kelenjar liur akibat dosis sekitar 3.000 R akan
menimbulkan gangguan sekresi saliva sehingga rongga mulut terasa kering atau serostomia.9
Tingkat perubahan kelenjar liur beberapa hari pasca radiasi, terjadi radang kelenjar liur,
setelah satu minggu terjadi penyusutan perensim sehingga kelenjar liur mengecil dan
tersumbat terjadi penurunan sekresi dan viskositasnya lebih kental, warna air liur akan
berubah kekuningan dan coklat
- Efek radiasi pada lidah
Radiasi ionisasi pada lidah, menyebabkan papila filiformis dan papila fungiformis pecah,
yang akan menimbulkan keluhan lidah terasa kaku, keras, nyeri bila tersentuh makanan atau
benda keras, hilangnya indra rasa semua makanan terasa tawar atau hambar seperti rasa air
bening biasa. Gejala ini terjadi setelah menerima atau mengabsorsi dosis radiasi 3.000 R.

b. Stokastik Genetik
Mutasi dapat disebabkan oleh faktor eksternal atau terjadi secara spontan. Mutasi dan kerusakan
kromosom kemungkinan diakibatkan oleh ketidakmampuan DNA untuk memperbaiki diri
dan/atau gen pengontrol kehilangan kendali proses proliferasi dan diferensiasi. Radiasi sinar x
merupakan salah satu faktor eksternal penyebab yang potensial.
Beberapa contoh efek radiasi stokastik genetic
- Efek kematian pada sel
Kematian sel akibat radiasi dapat berupa nekrosis atau apoptosis, tergantung pada dosis dan
lama radiasi serta kecepatan proses kematian sel. Nekrosis terjadi apabila stabilitas membran
sel terganggu sehingga terjadi kegagalan pompa natrium sehingga terjadi kematian sel.
Apoptosis dan transformasi keganasan terjadi karena lesi pada DNA yang gagal diperbaiki
sehingga sel menjadi apoptosis atau transformasi keganasan tergantung bagian genetik yang
mengalami kerusakan. Apoptosis adalah bentuk kematian sel yang terpogram, yang dapat
terjadi secara fisiologis maupun patologis. Penelitian sebelumnya mengenai efek radiasi
ionisasi terhadap sel-sel jaringan pulpa menunjukkan radiasi dapat menyebabkan fibrosis,
atropi dan nekrosis jaringan pulpa, sedangkan sel odontoblasnya mengalami perubahan pada
morfologi dan pembentukan osteodentin.

3. Cara menghindari efek dari paparan sinar radiasi


Proteksi radiasi
Proteksi radiasi merupakan prosedur penting yang harus dilakukan sebelum melakukan
radiografi. Dasar perlindungan dari prinsip ALARA (as low as reasonable achievable)
menyebutkan bahwa tidak peduli sekecil apapun efek merusak tetap ada. Persiapan terhadap
proteksi radiografi harus dilakukan terhadap semua yang berhubungan dengan pelaksanaan
nradiografi antara lain pasien, operator, dan lingkungan kerja radiografi
- Proteksi terhadap pasien
Untuk proteksi terhadap pasien perlu diperhatikan :
 Pasien memakai apron (baju pelindung)
 Pasien anak atau wanita hamil dianjurkan menggunakan perisai tiroid saat akan
dilakukan radiografi
 Alat yang digunakan harus sesuai standar operasi yaitu :
 Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer
 Pemakaian voltage yang lebih tinggi sehingga daya tembusnya kuat
 Jarak focus pada pasien tidak boleh terlalu dekat
 Waktub penyinaran harus sesingkat mungkin
- Proteksi pada operator
Dalam melakukan radiografi dan untuk mencegah bahaya radiasi, setiap operator memiliki
kewajiban untuk :
 Operator tidak boleh berdiri didaerh radiasi sinar X primer
 Operator harus berada pada tempat yang aman yaitu dibalik dinding pelindung dan
berjarak cukup jauh dari sumber sinar X
 Operator dianjurkan memakai baju pelindung dan perisai yang dibentuk dari 0,005
timah
PETA KONSEP

metode
pemeriksaan

radiografi

kelebihan dan
klasifikasi indikasi efek proteksi
kekurangan

intraoral

ekstraoral
BAB III
KESIMPULAN
Radiografi adalah gambar yang didapat dengan melewatkan sinar-X melalui tubuh pada emulsi film yang
peka radiasi atau peka cahaya maupun pada reseptor pencitraan digital. Dalam bidang kedokteran gigi
teknik radiografi yang digunakan terdiri dari 2 jenis, yaitu radiografi intraoral dan radiografi ekstraoral.
Teknik radiografi intraoral dapat dibagi menjadi 3 kategori: proyeksi periapikal, proyeksi interproksimal,
dan proyeksi oklusal. Sedangkan radiografi ekstraoral terdiri dari teknik panoramik, teknik lateral, teknik
posteroanterior, teknik anteroposterior, teknik cephalometri, teknik waters, teknik reverse-towne, dan
teknik submentoverteks.
Dalam bidang kedokteran gigi, radiografi digunakan untuk menyediakan informasi tentang struktur oral
yang tidak tampak oleh mata. Penggunaan radiasi untuk kepentingan hidup manusia telah memberikan
manfaat yang sangat besar. Namun demikian penggunaan radiasi ionisasi juga memberikan dampak yang
merugikan. Radiasi ionisasi adalah agen yang kuat dalam menimbulkan kerusakan bahkan kematian
terhadap sel, jaringan, atau organ dalam tubuh.
Daftar Pustaka
Barunawaty Yunus, Karmila Bandu. 2019. “The effect of x-ray radiation on children Efek radiasi sinar-x
pada anak-anak “ dalam Makassar Dent J 2019; 8(2): 97-104
Supriyadi. 2012. “pedoman interpretasi radiografi lesi lesi di rongga mulut” dalam jurnal kedokteran
gigi unej volume 9 No.3 2012 hal 134 – 139
Marvrist kanter, P.S Anindita, Lenny winata. 2012. “gambaran penggunaan radioografi gigi di balai
pengobatan rumah sakit gigi dan mulut universitas sam ratulangi manado” Fakultas kedokteran gigi
Universitas Sam Ratulangi Manado

Hiswara, E., 2015. Buku Pintar Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit.

Woroprobosari, N.R., 2016. Efek Stokastik Radiasi Sinar-X Dental Pada Ibu Hamil dan Janin. ODONTO:
Dental Journal, 3(1), pp.60-66.

Hidayatullah, Rahmat. 2017. “Dampak Tingkat Radiasi pada Tubuh Manusia” dalam Jurnal Mutiara
Elektromedik Vol 1 No 1

Malya, Sanjay dan Ernest Larn. 2018. White and Pharoah’s Oral Radiology 8th Edition. Elsevier

Direktorat Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir. 2015. Pedoman dan
Prosedur Umum untuk Tanggap Medis Selama Kedaruratan Nuklir dan/atau Radiologi. Jakarta: BAPETEN

Boel, T. Dental Radiologi: Prinsip dan Teknik. Medan: USU Press, 2008.

Ireland, R. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2014.

Rasad, S. Radiologi Diagnostik, edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009.

Supriyadi. Distorsi Radiograf Periapikal pada Berbagai Ragio Gigi. Dentika Dental Journal, 2008; 13 (1):
33-36.

Supriyadi. Evaluasi Apoptosis Sel Odontoblas Akibat Paparan Radiasi Ionisasi. Indonesian Journal of
Dentistry, 2008; 15 (1): 71-76.

Walton, Torabinejad. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia, edisi ketiga. Jakarta: Buku Kedokteran EGC,
2008.

White, Pharoah. Oral Radiology: Principles and Interpretation, 7th edition. Mosby, Inc, 2013.

Anda mungkin juga menyukai