Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

SPLINTING

DOSEN PEMBIMBING

Drg. Crista G. Sekeon

DISUSUN OLEH :

A.NOVIA DW PUTRI RASN

20014103023

19A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Splint periodontal adalah alat yang digunakan untuk mengimobilisasi atau

menstabilkan gigi-gigi yang mengalami kegoyangan dan memberi hubungan yang

baik antara tekanan oklusal dengan jaringan periodontal, dengan cara membagi

tekanan oklusal ke seluruh gigi secara merata sehingga dapat mencegah kerusakan

lebih lanjut akibat kegoyangan tersebut. Splint periodontal digunakan jika

kapasitas adaptasi periodonsium telah terlampaui dan derajat kegoyangan gigi

tidak kompatibel dengan fungsi pengunyahan.

Splinting pada gigi goyang akibat penyakit periodontal bukan merupakan

metode tunggal untuk mendapatkan stabilitas oklusi, untuk itu perlu diketahui

penyebab meningkatnya kegoyangan atau migrasi patologik dari gigi tersebut.

Kegoyangan gigi dapat berkurang setelah menghilangkan faktor-faktor penyebab.

Penyebab gigi tidak stabil kurangnya jaringan pendukung akibat bone loss,

tooth loss, digunakannya gigi sebagai sandaran untuk pontik, gaya oklusal

berlebih akibat kebiasaan parafungsi atau kontak premature dan inflamasi jaringan

periodontal (menyebabkan kegoyangan gigi walaupun beban oklusal dan jaringan

pendukung kuat/normal). Sebelum dilakukan splinting, harus ditentukan terlebih

dahulu penyebab ketidak stabilan gigi. Penyebab tersebut sebaiknya dihilangkan

dahulu sebelum dilakukan splinting, karena terdapat kemungkinan kegoyangan

gigi hilang sebelum dilakukan splinting.1


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Splinting

Splint merupakan alas stabilisasi dan immonilisasi gigi goyah karena suatu

lesi, trauma, atau penyakit periodontal. Prinsip dari pembuatan splint yaitu dengan

mengikat beberapa gigi menjadi satu kesatuan sehingga tekanan dapat

didistribusikan kesemua gigi yang diikat. Perawatan menggunakan alat splint

disebut splinting.

Pemakaian splint periodontal dapat dilakukan saat sebelum, selama, atau

setelah dilakukan perawatan jaringan periodontal pada gigi goyang. Splint

sementara atau splint provisional merupakan bagian dari terapi awal atau fase I

saat sebelum pembedahan periodontal. Splint dapat mencegah kerusakan lebih

lanjut akibat kegoyangan gigi-geligi. Selama pembedahan, splint membantu

mengimobilisasi dan melindungi gigi goyang agar memudahkan perawatan

selama dilakukan tindakan skeling, kuretase, bedah, gingivektomi, dan lain-lain,

sehingga membantu penyembuhan. Penyembuhan jaringan dapat terjadi dan

progresivitas serta prognosis perawatan dapat dievaluasi dengan lebih baik.

Setelah pembedahan periodontal pada gigi yang goyang, splint dapat membantu

penyembuhan jaringan yang sering terganggu karena tekanan kunyah saat proses

perbaikan sedang berlangsung. Splint dapat menstabulkan gigi goyang tersebut

dan member hubungan yang lebih baik antara tekanan oklusal dengan jaringan

periodontal.
2.2 Mobilitas/ Kegoyangan Gigi

Mobilitas gigi sebenarnya normal bila masih dalam batas tertentu misalnya

sewaktu bangun tidur yang disebabkan gigi sedikit ekstrusi akibat tidak berfungsi

selama tidur. Apabila mobilitas diluar batas fisiologis maka mobilitas tersebut

telah patologis. Mobilitas patologis disebabkan oleh inflamasi gingival dan jaringa

periodontal, kebiasaan parafungsi oklusal, oklusi premature, kehilangan tulang

pendukung, gaya torsi yang menyebabkan trauma pada gigi yang dijadikan

pegangan cengkraman gigi tiruan lepasan, terapi periodontal, dan trauma dapat

menyebabkan gigi sementara.

Gigi memiliki mobilitas fisiologis dalam arah vertical, horizontal, dan

rotasi dikarenakan gigi didukung oleh tulang alveolar dan terdapat elastisitas

ligament periodontal yang mebuat mobilitas fisiologis. Mobilitas gigi biasanya

lebih besar saat pagi hari atau bangun tidur yang disebabkan gigi sedikit ekstrusi

akibat tidak berfungsi selama tidur. Kegoyangan gigi bergantung pada jenis gigi

yaitu pada luas permukaan gigi yang menjadi tempat penempelan serat ligament

periodontal yang berhubungan dengan sementum, jumlah akar gigi dan panjang

serta diameter akar.

1. Penyebab Mobilitas

Sebelum dilakukan splinting sebaiknya ditentukan dahulu penyebab

mobilitas gigi yaitu ;

a. Kehilangan (kuantitatif) struktur pendukung gigi akibat periodontitis.


b. Perubahan (kualitatif) struktur pendukung gigi akibat trauma oklusi

(parafungsi).

c. Trauma jangka pendek pada periodontium akibat perawatan

periodontitis.

d. Mobilitas gigi diseabkan oleh trauma yang tidak disengaja.

e. Kombinasi diatas.

2. Pemeriksan Mobilitas

Pemeriksaan mobilitas dapat dilakukan dengan menekan salah satu sisi

gigi yang bersangkutan dengan alat atau ujung jari dengan jari lainnya terletak

pada sisi yang bersebrangan dan gigi tetangganya yang digunakan sebagai titik

pedoman. Cara lain untuk memeriksa mobilitas adalah menempatkan jari pada

permukaan fasial gigi dengan pasien mengoklusikan gigi-geliginya.


3. Derajat Mobilitas

Derajat mobilitas gigi dikelompokan sebagai berikut:

a. Menurut H.R Muhleman

b. Menurut Miller

Skor 0 : Mobilitas fisiologis

Skor 1 : Mobilitas ringan, kurang dari 1 mm pergerakan horizontal

dalam arah facial-lingual.

Skor 2 : Mobilitas sedang/moderat, lebih dari 1 mm pergerakan

horizontal dalam arah facial-lingual.

Skor 3 : Mobilitas parah/severe, lebih dari 1 mm pergerakan dalam

arah facial-lingual dan/atau mesiodistal dan pergerakan kea rah

vertical.

c. Menurut Lindhe

Derajat 1 : Pergerakan mahkota gigi sebesar 0.2-1 mm dalam arah

horizontal.
Derajat 2 : Pergerakan mahkota gigi melebihi 1 mm dalam arah

horizontal.

Derajat 3 : Pergerakan mahkota gigi dalam arah vertikal.

2.3 Pembuatan Splinting

Hal yang harus dipertimbangkan dalam menggunakan splint yaitu

besarnya kehilangan jaringan pendukung (jaringan periodontal), perubahan

kualitas jaringan pendukung yang disebabkan traumatic oklusi, penyakit sistemik,

trauma jangka panjang karena perawatan periodontitis dan faktor latrogenik.

1. Pertimbangan Pembuatan Splint

Pada pembuatan splint harus mempertimbangkan :

a. Panjang akar gigi sandaran 2x gigi yang goyang dan gigi yang dijadikan

sandaran mencakup beberapa gigi sehat/kokoh.

b. Estetis tidak terganggu

c. Oklusi tidak terganggu

d. Fonetik tidak terganggu

e. Tidak mengiritasi jaringan lunak, gingival, pipi, bibir dan lidah.

f. Mudah dibersihkan.

g. Harus dapat menahan gigi dengan kuat dan tidak member stress torsional

pada gigi yang dipegangnya.

2. Indikasi Splinting :

a. Gigi goyang sehingga pasien tidak dapat mengunyah dengan nyaman.

b. Imobilisasi selama proses penyembuhan pasca perawatan periodontal.

c. Gigi dengan root resection.


d. Gigi sandaran yang goyang.

e. Pasca perawatan ortodonti.

3. Tujuan Splinting

a. Mengistirahatkan jaringan yang sakit.

b. Memperbaiki fungsi pengunyahan.

c. Membagi rata daya kunyah.

d. Mencegah tipping, migrasi, pergerakan gigi.

e. Menstabilkan kontak proksimal dan mencegah impaksi makanan.

f. Memfungsikan gigi goyang.

2.4 Klasifikasi Splingting Berdasarkan Waktu Penggunaan dan Dapat

Dilepas atau Tidak oleh pasien.

Keuntungan berdasarkan jenis, yaitu :

a. Temporer- semi permanen


1) Alat untuk mencegah trauma lebih lanjut yang disebabkan oleh
trauma oklusi dan kebiasaan parafungsi.

2) Perawatan emergensi bagi gigi yang sangat goyang.

3) Alat untuk mengurangi trauma selama terapi periodontitis.

b. Semi permanen - permanen


1) Meningkatkan kenyamanan pengunyahan dalam kasus gigi yang
sangat goyang
2) Menstabilkan gigi selama fase penyembuhan periodontal,
terutama setelah perawatan regeneratif.
3) Selama periode observasi sebelum menentukan prognosa jangka
panjang
4) Memberikan retensi selama perawatan ortodontik
c. Permanen
1) Rehabilitasi oral yang kompleks, dimana gigi sandaran goyang,
atau hanya sedikit gigi yang harus mendukung seluruh protesa,
terlebih lagi gigi sandaran memiliki jaringan pendukung yang
sedikit.
2) Distribusi beban oklusal ketika kebiasaan parafungsi tidak bisa
dihilangkan.
3) Jika tidak di splint terdapat resiko peningkatan mobilitas gigi
dan migrasi gigi
A. Splinting Sementara (Provisional)

Peran splint sementara adalah untuk mengurangi trauma pada

waktu sebelum dan selama perawatan juga menstabilkan gigi selama

proses penyembuhan. Splint periodontal digunakan untuk menentukan

seberapa besar peningkatan kegoyangan gigi terhadap respon perawatan,

menstabilisasi gigi selama skaling dan root planning, oklusal adjustment,

dan bedah periodontal.


Splint sementara atau splint provisional merupakan bagian dari terapi

awal atau fase I saat sebelum pembedahan periodontal. Splint dapat

mencegah kerusakan lebih lanjut akibat kegoyangan gigi-geligi. Selama

pembedahan, splin membantu mengimobilisasi dan melindungi gigi

goyang agar memudahkan perawatan selama dilakukan tindakan skeling,

kuretase, bedah, gingivektomi, dan lain-lain, sehingga membantu

penyembuhan. Penyembuhan jaringan dapat terjadi dan progresivitas serta

prognosis perawatan dapat dievaluasi dengan lebih baik. Setelah

pembedahan periodontal pada gigi yang goyang, splint dapat membantu

penyembuhan jaringan yang sering terganggu karena tekanan kunyah saat

proses perbaikan sedang berlangsung. Splint dapat menstabilkan gigi

goyang tersebut dan memberi hubungan yang baik antara tekanan oklusal

dengan jaringan periodontal.

Penggunaan splint periodontal sementara juga dapat digunakan pada

kondisi- kondisi tertentu untuk stabilisasi dalam jangka waktu panjang,

yaitu pada kasus splint permanen tidak bisa dibuat karena status ekonomi

dan status kesehatan pasien yang buruk, kasus gigi dengan prognosis yang

meragukan dan prosedur splint cekat yang rumit tidak bisa dilakukan, serta

karena alasan waktu yang tidak cukup untuk pemasangan splint permanen.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam prosedur splinting

sementara, yaitu: penyesuaian oklusi gigi-geligi meliputi stabilisasi gigi

goyang pada posisi yang benar; kecukupan jumlah gigi sehat yang

dilibatkan untuk menyebarkan gaya yang merata, termasuk pertimbangan


spin cross-arch; kemungkinan adanya iritasi splin terhadap jaringan

gingiva, pipi, bibir, atau lidah; estetika splin; kebersihan gigi yang

dilakukan splin; tidak bolehnya splin mengganggu fonetik.

Adanya faktor estetik, wire ligature sebagai splint sementara cekat

sudah jarang digunakan. Sebagai gantinya bahan komposit atau akrilik

dapat digunakan untuk splinting sementara. Persyaratan splint temporer

adalah konstruksinya sederhana, tanpa restorasi gigi, tidak merubah kontur

gigi dan stabil.

1. Macam-macam temporary splint:

a. Wire ligation

b. Acid-etch composite resin splint


c. Orthodontic band

d. Removable acrylic appliances/bite guard

e. Kawat dan akrilik

f. Kawat dan amargam

g. Kawat, amalgam dan akrilik

h. Cast chrome-cobalt alloy bars dengan amalgam atau akrilik atau

keduanya

B. Splinting Semi Permanen

Indikasi splint semi permanen adalah untuk kegoyangan gigi yang

sangat berat yang mengganggu pengunyahan dan dipergunakan sebelum

dan selama terapi periodontal. Kadang-kadang alat retensi ortodonsi juga

dapat dianggap sebagai splint semi permanen. Untuk gigi-gigi anterior,

bahan yang sering digunakan pada splint semi permanen cekat adalah

komposit resin (light cure). Pada gigi-gigi posterior, splint semi permanen

ditujukan untuk gigi-gigi goyang berat yang harus menerima beban


kunyah. Splint ini digunakan sebelum, selama dan sesudah terapi

periodontal karena prognosisnya belum pasti.

Beberapa bentuk splint temporer/provisional

1. Splint dengan bahan tambal komposit dengan preparasi gigi

Splint jenis ini merupakan bentuk splint temporer yang paling

sederhana Bahan komposit dietsa ke permukaan gigi yang telah di

preparasi dan kemudian dihubungkan.

2. Splint Lepasan

cast chrome-cobalt alloy yang biasanya dihubungkan dengan

cangkolan GTSL.

C. Splinting Permanen

Pemakaian splint permanen merupakan bagian dari fase restorasi

atau fase rekonstruksi dari perawatan periodontal. Splint permanen sangat

terbatas penggunaannya. Hanya digunakan bila benar-benar dipergunakan

untuk menambah stabilitas tekanan oklusal dan menggantikan gigi-gigi

yang hilang. Selain menstabilkan gigi yang goyang, splint ini juga

harus mendistribusikan kekuatan oklusi, mengurangi serta mencegah


trauma oklusi, membantu penyembuhan jaringan periodontal dan

memperbaiki estetika.

Splint permanen dapat berupa splint lepasan eksternal atau splint

cekat internal. Splint permanen lepasan eksternal ini desainnya merupakan

bagian dari gigi tiruan kerangka logam. Splint lepasan tidak boleh

digunakan pada gigi-gigi goyang yang mempunyai tendensi untuk

bermigrasi, apalagi splint tersebut hanya digunakan pada malam hari.

Pemakaian splint permanen lepasan pada keadaan tidak bergigi dapat

dikombinasikan dengan gigi tiruan. Splint permanen cekat internal

merupakan splint yang paling efektif dan tahan lama. Splint ini

merupakan penggabungan dari restorasi yang membentuk satu kesatuan

rigid dan direkatkan dengan penyemenan.

Setelah dilakukan splinting pasien diinstruksikan untuk lebih

memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya, terutama pada regio gigi

yang displinting, karena pada regio tersebut lebih mudah terjadi

akumulasi plak dan debris. Begitupun setelah pelepasan splinting, pasien

tetap diinstruksi untuk lebih menjaga kebersihan gigi dan mulutnya, serta

meminimalkan penggunaan regio yang displinting dari fungsi

pengunyahan.
2.5 Klasifikasi Splint Berdasarkan Lokasi pada Mahkota Gigi

A. Ekstrakoronal Splint

 Biasanya sementara

 Pebedaan dengan intracoronal splint yaitu tipe splint ini tidak

melibatkan prepaasi

 Sedangkan kemiripannya dengan intracoronal splint yaitu dapat

menjadi kuat dengan kawat jika kekuatan tambahan dibutuhkan.

 Biasanya mengikat gigi anterior.

1. Indikasi

a. Gigi anterior dengan kegoyangan sedang

b. Retensi post-orthodontic tanpa pergerakan

c. Untuk memberikan kestabilan pada kasus trauma akut dan

memberikan kesembuhan ligament periodontal, pembentukan

kembali tulang alveolar, pemeliharaan posisi gigi, dan

kenyamanan selama berfungsi.

d. Prosedur regenerasi di mana kegoyangan mungkin meningkat

sementara.

e. Lesi endodontik-periodontik.

2. Kelebihan

a. Hanya membutuhkan sedikit waktu karena tidak preparasi.

b. Lebih revesible

3. Kekurangan
a. Kompromi awal fonetik dan kenyamanan

b. Dapat membatasi kemampuan pasien untu melakukan OH

4. Material

a. Resin Komposit paling banyak digunakan untuk ekstrakoronal

dan intrakoronal splint.

Kelebihan: aplikasi mudah, kuat, estetik, dan relatif mudah

dibersihkan.

Kekurangan: bond strength.

b. Amalgam jarang digunakan dalam seharihari karena mudah

fraktur dan lebih sulit untuk diperbaiki.

c. Resin Akrilik digunakan terutama pada tipe provisional splint.

Kelebihan: estetik dan kekuatan.

Kekurangan : sulit diperbaiki dan mudah stain.

B. Intrakoronal Splint

Splin intrakoronal merupakan salah satu contoh splinting sementara.

Splinting intrakoronal juga dapat digunakan sebagai splinting

semipermanen. Splinting intrakoronal dapat digunakan pada gigi posterior

maupun gigi anterior.6 Splin intrakoronal juga dapat dilakukan pada kasus

periodontitis lanjut yang diperberat oleh trauma oklusi sekunder, dimana

pendekatan restoratif yang kompleks dan mahal tidak memungkinkan bagi

pasien (misalnya karena keuangan atau kesehatan pasien).

 Paling sering digunakan


 Pembuatan preparasi kavitas pada permukaan lingual, palatal, atau

oklusal.

 Preparasi bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dan retensi dari

material restorasi.

1. Macam-macam

a. Continuous Splint digunakan pada regio mandibula karena

dimensi mesiodistal dari insisif mandibula relatif pendek.

b. Discontinuous Splint lebih sering digunakan pada regio

maksila.

2. Indikasi

a. Gigi dengan jaringan periodontium yang berkurang

b. Overbite yang dalam

c. Gigi dengan akar sangat pendek atau terdapat resorbsi akar

d. Gigi dengan amputasi akar dan goyang.

e. Untuk menghindari kesalahan penempatan selama prosedur

regenerasi.

f. Post-orthodontics, terutama pada kasus intrusi, ektrusi, rotasi,

dan migrasi patologis.

g. Pasien dengan kegoyangan gigi yang tidak dapat di terapi

dengan cara lain.

2.6 Splint Kawat

Paling umum digunakan untuk jenis stabilisasi. Splinting menggunakan

kawat ini mudah dibuat dan lebih kokoh. Paling banyak penggunaannya
untuk menstabilisasi gigi insisivus mandibula. Splint terbuat dari kawat

stainless steel (single/double) berukuran 0.01 inch yang dilingkarkan pada

permukaan lingual atau labial gigi yang akan di splint.

Keuntungan :

 Non invasif dan reversible

 Mudah diinsersikan, disesuaikan , diangkat dan diganti

 Sederhana dan mudah

Kerugian :

 Tidak rigid

 Tidak dapat digunakan untuk gigi posterior atau anterior yang edge

to edge.

 Kawat mudah putus

 Retensi plak

 Plak control sulit bagi pasen atau operator.

2.7 Acid Etch Bonded Resin Splint

Indikasi :

 Gigi anterior  estetik

 Kegoyangan sementara karena trauma

Kontra Indikasi :

 Gigi dengan tekanan yang berat

 Fifi posterior

Keuntungan :

 Estetiknya baik
 Tidak merusak gigi dan reversible

 Tidak mengiritasi gusi

 Dapat diperkuat dengan wire

Kerugian :

 Kekuatan tergantung retensi kimiawi

Teknik :

 Permukaan email dipoles kemudian dietsa

 Permukaan proksimal ditahan dengan wedge

 Gigi diisolasi

 Bonding diaplikasikan

 Permukaan dibentuk

 Dipoles

2.8 Composit and Wire Splint

Keuntungan :

 Estetiknya baik

 Stabilisasi baik

 Tidak mengiritasi gusi

 Dapat dipakai di gigi anterior dan posterior

 Dapat mendukung mahkota gigi anterior RB yang telah amputasi

Kerugian :

 Invasif dan ireversibel

 Patah dibawah tekanan kuat


 Memerlukan anestesi local

 Membahayakan vitalitas pulpa

 Memerlukan plak control yang baik

Indikasi :

 Gigi anterior yang memerlukan estetik

 Gigi anterior/posterior yang akan direstorasi

 Indeks karies rendah

 Insisif bawah harus diganti sementara

Kontra Indikasi :

 Indeks karies gigi tinggi

 Gigi menerima tekanan terus menerus gigi lawan

 Teknik noninvasive merupakan kontraindikasi

Teknik :

 Buat groove horizontal dengan undercut dilingual (gigi anterior)

 Undercut pada permukaan oklusal (gigi posterior)

 Wire diletakkan dalam groove

 Isi dengan komposit

 Poles

2.9 Teknik Essig

Alat dan Bahan :

 Kawat stainless steel

 Pemotong kawat
 Lidah ular

 Wire holder

Cara :

a. Siapkan ligature wire ukuran 0,01 inci sebagai kawat utama yang akan

mengelilingi semua gigi yang akan dilakukan splinting, dimasukkan

dari distal gigi penyangga.

b. Adaptasikan kawat dari insisal hingga berada pada bagian singulum

gigi, lalu pilin pertemuan kedua kawat tersebut searah jarum jam.

c. Ambil kembali kawat baru dengan ukuran panjang kurang lebih 1,5

inci dan masukkan salah satu ujung dari permukaan labial ke lingual

lalu kembalikan ke permukaan labial lagi melalui kawat tersebut

dibawah titik kontak. tarik kawat dengan menggunakan pinset.

Kencangkan dengan memilin kembali kawat tersebut searah jarum

jam.

d. Tinggalkan 3-4 mm akhiran kawat tersebut yang sudah dipilin, potong

kawat yang berlebih.

e. Setelah dipotong kelebihannya lalu sisa kawat yang terpilin tersebut

dilipat ke bagian interproksimal dengan lidah ular (dapat juga

menggunakan amalgam plugger). Lakukan kembali gigi lainnya yang

dilakukan splinting.

f. Ujung kawat di bagian gigi penyangga gigi paling distal yang belum

dikencangkan searah jarum jam dengan wire holder kemudian potong


kawat dengan pemotong kawat kemudiaan lipat ke bagian

interproksimal.

2.10 Teknik Figure of Eight

Alat dan Bahan :

 Kawat stainless steel

 Pemotong kawat

 Lidah ular

 Wire holder

Cara :

a. Masukkan kawat dari labial ujung distal gigi penyangga melewati

permukaan lingual gigi, lalu masukkan kembali kawat tersebut

menuju mesial gigi hingga keluar ke bagian labial gigi,

b. Setelah itu lewati labial gigi sebelahnya hingga masukkan kembali

kawat tersebut ke bagian distal gigi sebelahnya,

c. Lakukan gerakan tersebut hingga akhir dari ujung gigi penyangga di

sisi lain.
d. Lalu lakukan gerakan seperti sebelumnya dengan arah sebaliknya

menuju gigi penyangga yang pertama, sehingga kawat tersebut

mengelilingi gigi menyerupai bentuk angka 8.

e. Akhiri figure eight tersebut pada distal gigi penyangga pertama

dengan memilin gigi tersebut pada ujung distal, lalu lipat kedalam sisi

interproksimal gigi tersebut.

2.11 Ivy Loop/ Eyelet Teknik

Teknik Ivy loop merupakan teknik yang digunakan pada gigi posterior,

dan hanya menggunakan satu kawat mayor


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penggunaan splint merupakan perawatan pendukung dalam penanganan

penderita gigi goyang dengan kehilangan dukungan jarngan periodontal.

Kegoyangan gigi akibat berkurangnya struktur pendukung gigi menyebabkan

penentuan desain maupun bahan yang digunakan splint menjadi faktor yang perlu

dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Newman M G, Takei H H, Klokkevold P R. Caranza F A, editor. Carranza’s


clinical periodontology. 10th ed. Missouri: Sauders-Elsevier;2006.

2. https://id.scribd.com/document/427393626/Makalah-Splinting

Anda mungkin juga menyukai