Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK

“IDENTIFIKASI PENYIMPANGAN
NILAI-NILAI DASAR AKUNTABILITAS DAN NASIONALISME
DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA MILIK NEGARA”

Nama Kelompok 1 :
1. Andi Puspita Eka Putri Rasni, A.Md.KG
2. Dewa Ayu Putu Munikavilla, A.Md.Keb
3. Hefi Nurfadilah, A.Md.Kep

Topik : KPK Tahan Hadinoto Soedigno, Tersangka Kasus Korupsi


Garuda Indonesia

Sumber : https://nasional.tempo.co/read/1411644/kpk-tahan-hadinoto-soedigno-tersangka-
kasus-korupsi-garuda-indonesia/full&view=ok

a. Diskripsi Singkat

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menahan Direktur Teknik dan Pengelolaan
Armada Garuda Hadinoto Soedigno, tersangka kasus korupsi PT Garuda Indonesia. Pelaksana
Tugas Juru Bicara KPK Ali Fikri mengatakan, Hadinoto bakal ditahan di Rumah Tahanan KPK
cabang Pomdam Jaya Guntur. "Untuk 20 hari pertama sejak 4 Desember hingga 23 Desember,"
ujar dia melalui keterangan tertulis pada Jumat, 4 Desember 2020.

Hadinoto merupakan tersangka ketiga dalam kasus suap di Garuda. KPK lebih dulu
menetapkan bekas Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar dan Direktur Utama PT Mugi
Rekso Abadi, Soetikno Soearjo menjadi terasangka suap dan tindak pidana pencucian uang.
KPK menetapkan Hadinoto menjadi tersangka pada Agustus 2019. Bersama Emirsyah, KPK
menduga Hadinoto turut menerima suap pengadaan mesin pesawat dari Airbus SAS dan Rolls-
Royce PLC melalui Soetikno.

Mereka diduga menerima suap Euro 1,2 juta dan US$ 180 ribu atau senilai total Rp20 miliar
serta dalam bentuk barang senilai US$ 2 juta. Uang itu diduga berasal dari Rolls Royce dalam
pembelian 50 mesin pesawat Airbus SAS pada periode 2005-2014.

"Dalam proses penyidikan, KPK menemukan adanya perbuatan tersangka HDS menempatkan,
mentransfer, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atas uang suap yang
sebelumnya telah diterima oleh tersangka HDS yang diduga uang tersebut ditarik tunai dan
dikirimkan ke rekening-rekening lainnya antara lain anak dan istrinya serta termasuk rekening
investasi di Singapura," ucap Ali.

KPK menduga perbuatan Hadinoto dilakukan dengan tujuan menyembunyikan atau


menyamarkan asal usul uang suap tersebut guna menghindari pengawasan dari otoritas
berwenang baik yang ada di Indonesia. Alhasil, KPK menyangka Hadinoto dengan Pasal 12
huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55
ayat (1) ke-1 Jo. Pasal 64 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan diduga melanggar
pasal 3 dan atau pasal 4 dan atau pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang .

b. Penyebab Permasalahan
KPK menetapkan Hadinoto menjadi tersangka pada Agustus 2019. KPK menduga Hadinoto
turut menerima suap pengadaan mesin pesawat dari Airbus SAS dan Rolls-Royce PLC melalui
soetikno. Mereka di duga menerima suap Euro 1,2 juta dan US$ 180 ribu atau senilai total Rp 20
miliar serta dalam bentuk barang senilai US$ 2 juta. Uang itu di duga berasal dari Rolls Royce
dalam pembelian 50 mesin pesawat Airbus SAS pada periode 2005-2014.

c. Penyimpangan Terhadap Nilai-Nilai Dasar ASN

 Penyimpangan Nilai-Nilai Dasar Akuntabilitas Dalam Pengelolaan Sumberdaya


Milik Negara :

Tanggung Jawab: Hadinoto tidak dapat mempertanggung jawabkan Rolls-Royce dalam


pembelian 50 mesin pesawat Airbus SAS pada periode 2005-2014

Jujur : Hadinoto tidak jujur dalam memberikan laporan kinerja terbukti dengan KPK
menemukan adanya perbuatan tersangka HDS menempatkan, mentransfer, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atas uang suap yang sebelumnya telah diterima oleh tersangka
HDS yang diduga uang tersebut ditarik tunai dan dikirimkan ke rekening-rekening lainnya antara
lain anak dan istrinya serta termaksud rekening investasi di Singapura.

Kejelasan Target : Perencanaan yang awalnya untuk pembelian 50 mesin pesawat Airbus SAS
pada periode 2005-2014 tidak terealisasi, terbukti dengan ditemukannya bukti dari KPK bahwa
Hadinoto menyembunyikan asal usul uang suap tersebut guna menghindari pengawasan otoritas
berwenang yang ada di Indonesia.

Netral : Tidak menunjukkan sikap netralitas dalam menyelesaikan tugas pengadaan mesin
pesawat Airbus SAS dan Rolls-Royce PLC terbukti dengan Hadinoto mau menerima uang suap
dari pengadaan mesin pesawat Airbus SAS dan Rolls-Royce.

Orientasi Publik : Terlihat jelas Hadinoto lebih mementingkan kepentingan pribadi


dibandingkan kepentingan masyarakat banyak. Terbukti dengan Hadinoto mau menerima uang
suap pengadaan mesin pesawat Airbus SAS dan Rolls-Royce dan menggunakan uang suap
tersebut untuk kepentingan pribadi seperti mentransfer uang tersebut ke rekening investasi
miliknya di Singapura.

Adil : Sangat jelas perbuatan Hadinoto bukannya memberikan kepuasaan pelayanan dalam
bekerja pada masyarakat tapi justru melakukan hal yang diskriminatif bagi masyarakat Indonesia
dengan mengambil uang pengadaan pesawat untuk kepentingannya sendiri.

Transparan : Tidak adanya keterbukaan dalam melakukan kegiatan pengadaan pesawat Airbus
SAS dan Rolls-Royce. Yang membuat munculnya celah untuk mengambil keuntungan dari
pengadaan pesawat tersebut.

Konsisten : Tindakan menerima suap merupakan perbuatan yang tidak sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.

Partisipatif : Tidak ikut terlibat secara mental dan emosi pada pencapaian tujuan untuk
membelanjakan uang pengadaan mesin pesawat secara tepat dan benar tetapi justru mengambil
keuntungan pribadi dari pengadaan pesawat tersbut. Tidak ada rasa bertanggung jawab dalam
mengerjakan tugas yang telah di amanatkan .

 Penyimpangan Nilai-nilai Dasar Nasionalisme Dalam Pengelolaan Sumberdaya


Milik Negara:

Ketuhanan: Tidak menghadirkan Tuhan pada setiap perbuatan, sehingga berani menerima suap
tanpa memikirkan dosa serta akibat dari perbuatan yang telah dilakukan.

Kemanusiaan : Tidak tampak adanya sikap membela kebenaran dan keadilan. Terbukti dengan
diterimanya uang suap oleh Hadinoto. Padahal sudah sangat jelas perbuatan itu adalah perbuatan
yang tidak benar secara undang – undang yang berlaku.
Persatuan: Tidak terlihat adanya sikap rela berkorban untuk bangsa dan Negara Indonesia.
Tetapi justru memikirkan untuk menyembunyikan asal usul uang suap tersebut guna
menghindari pengawasan dari otoritas berwenang yang ada di Indonesia.

Kerakyatan : Tidak tampak adanya tindakan untuk mendahulukan kepetingan bersama


masyarakat Indonesia. Bahkan sebaliknya yang tampak jelas hanyalah memikirkan keuntungan
pribadi, dengan melakukan penarikan tunai dan dikirimkan ke rekening-rekening lainnya
antara lain anak dan istrinya serta termasuk rekening investasi di Singapura.

Keadilan Sosial: Tidak melaksanakan kewajiban sebagai pegawai yang amanah terbukti
dengan berani menerima suap uang pengadaan pesawat.

d. Strategi Penyelesaian Masalah


Sesuai dengan topik masalah pada kasus yang diangkat yaitu korupsi maka strategi
penyelesaian masalah agar kasus korupsi diharapkan tidak terulang kembali yaitu :
1. Memberikan Hukuman Berat Pada Koruptor
Memberikan hukuman berat bagi para pelaku koruptor, akan memunculkan efek jera. Hal ini
juga dapat menjadi pelajaran bagi seluruh kalangan agar tidak melakukan hal yang serupa.
Tak hanya di pemerintahan, hukuman berat bagi pelaku koruptor dalam kehidupan sehari-
hari juga harus diterapkan.

2. Menjadi Pemimpin yang Berintegritas


Sebagai seorang pemimpin sudah seharusnya menjadi contoh yang baik bagi setiap anggotanya.
Jika seluruh pemimpin suatu negara, pemerintahan, perusahaan atau usaha tidak melakukan
tindak korupsi maka ini bisa menghalangi orang-orang yang berada di bawahnya melakukan
tindak korupsi.

3. Memanfaatkan Teknologi pada Sistem


Teknologi digital kini berkembang dengan pesat. Teknologi juga dapat digunakan untuk
mempermudah sistem birokrasi baik di pemerintahan, perusahaan, bisnis maupun lembaga
pendidikan. Dengan memanfaatkan teknologi maka setiap aktivitas dapat dipantau sehingga
meminimalisir kesempatan untuk melakukan korupsi.

4. Membangun Pendidikan Moral Sejak Dini


Pendidikan moral merupakan pondasi yang harus diberikan sedari kecil. Dengan pendidikan
moral maka setiap insan tidak mudah tergiur dengan praktik korupsi.
Orang yang bermoral tidak akan berlaku adil, berintegritas dan bermartabat. Mereka
menyadari bahwa perbuatan korupsi akan merugikan orang lain.

5. Tanamkan Nilai Religi Secara Intensif


Sudah bukan rahasia lagi jika menanamkan nilai-nilai religi maka dapat berperan
memberantas korupsi. Setiap agama pada dasarnya tidak pernah mengajarkan perbuatan
tercela. Maka orang-orang yang beriman biasanya tidak akan terjebak dalam tindak korupsi.

6. Supremasi Hukum yang Kuat


Kekuatan hukum sangat diperlukan untuk menegakkan keadilan. Ketika hukum tidak berfungsi
sebagai mana fungsinya, maka kepercayaan publik akan hilang.
Dengan membangun supremasi hukum yang kuat, maka pelaku-pelaku koruptor tidak menemukan
celah untuk melancarkan aksi mereka. Membangun supremasi hukum yang kuat adalah dengan
memberlakukan hukuman secara adil tanpa pilih kasih sehingga tak ada lagi manusia yang
kebal hukum.

Anda mungkin juga menyukai