Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN UMUM

PERAWATAN PULPITIS REVERSIBLE GIGI 36

Firdaus Sultan
J520150046

KEPANITERAAN UMUM PERIODE 12


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
I. PENDAHULUAN

A. Definisi Penyakit

Pulpa merupakan jaringan ikat longgar yang komposisinya sama dengan


jaringan ikat tubuh lainnya yang tersusun oleh jaringan pembuluh darah dan saraf
(Hargreaves & Goodis, 2002). Empat fungsi utama pulpa antara lain dentinogenik
(berperan dalam pembentukan dentin), sistem pertahanan (sebagai respon
inflamasi jika terjadi paparan bakteri), fungsi sensori (kemampuan menyampaikan
nyeri jika terjadi luka), dan nutritif (menutrisi metabolisme dentin) (Pansecchi et
al., 2009).
Salah satu jenis peradangan pulpa adalah pulpitis reversibel. Pulpitis
reversibel merupakan peradangan pulpa dalam gigi yang dapat terjadi ketika
melakukan preparasi, pengambilan cetakan, tindakan restorasi, maupun faktor lain
seperti penyakit periodontal atau suatu kondisi inflamasi pada pulpa, ringan
sampai sedang, biasanya asimtomatik serta inflamasi akan hilang dan pulpa akan
kembali normal apabila penyebabnya dihilangkan (Pansecchi et al., 2009).
Salah satu gejala pulpitis reversibel adalah dentin hipersensitif, yang
ditandai dengan ketika adanya sensitifitas jika terkena stimuli yang berlangsung
cepat, namun hilang jika stimuli dihentikan. Gejala lainnya sulit terlokalisir,
secara radiografik periradikuler terlihat normal, secara klinis perkusi negatif
kecuali terdapat trauma oklusal (Heasman, 2006). Pulpitis reversibel juga
berpotensi menyebabkan pulpa terbuka, pulpa terbuka dapat disebabkan karies
maupun perforasi selama preparasi. Perawatan untuk pulpitis reversibel adalah
kaping pulpa (San Chong, 2010).
Perawatan pulpitis reversibel adalah kaping pulpa. Kaping pulpa merupakan
teknik perawatan pulpa vital yang bertujuan untuk mempertahankan vitalitas
jaringan pulpa untuk melindungi dari bakteri dengan menambah kemampuan
reparasi. Terdapat dua jenis perawatan kaping pulpa indirek dan kaping pulpa
direk.
Kaping pulpa indirek merupakan perawatan yang bertujuan untuk
melindungi pulpa karena jika pembersihan karies dilakukan preparasi penuh maka
akan menyebabkan terbukanya pulpa (Straffon, 2000). Kaping pulpa direk
merupakan prosedur perawatan pulpa yang terbuka dengan cara melapisi pulpa
dengan bahan yang biokompatibel untuk merangsang terbentuknya jembatan
dentin (Swarup, 2014). Pulpa yang terbuka dapat disebabkan oleh karies, faktor
mekanik dan trauma. Terbukanya pulpa menyebabkan mudahnya infeksi bakteri
sehingga dapat menyebabkan pulpa inflamasi (Komabayashi, 2015).
Indikasi perawatan kaping pulpa indirek ditujukan pada gigi permanen
dengan pulpa normal setelah mengalami trauma mekanis seperti preparasi kavitas,
serta memungkinkan terjadi kontak langsung bahan kaping dengan jaringan pulpa.
Lesi jaringan pulpa harus bebas dari jaringan karies dan lebih kecil atau
mendekati 1mm (Babick et al., 2013). Bahan kaping pulpa antara lain kalsium
hidroksida, Glass Ionomer / Resin-Modifed Glass Ionomer, Adhesive system, dan
Mineral Trioxide Aggregate (MTA). Keuntungan kalsium hidroksida yaitu
mempunyai kemampuan antibakteri yang baik. Salah satu kerugian dari kalsium
hidroksida adalah tunnel defects, yaitu dentin reparatif yang terbentuk menipis
dengan ditandai adanya fibroblas dan kapiler. Kalsium hidroksida tersedia dalam
berbagai bentuk sediaan bubuk yang dicampur dengan air, salin, metil selulosa,
gliserin, dan bentuk pasta dengan metil selulosa (Pulpadent).

B. Etiologi Penyakit
• Faktor fisik
 Mekanis : trauma kecelakaan atau trauma oklusal
 pemakaian patologik (atrisi, abrasi) dan fraktur
• Faktor kimiawi
 Bahan kedokteran gigi dan perubahan suhu yang terjadi pada saat
preparasi gigi.
• Faktor bakterial
 Bakteri kariogenik
C. Patofisiologi
Pulpitis atau radang pulpa selama ini dapat ditentukan dengan adanya
keluhan rasa sakit yang sifatnya subyektif, biasanya diawali oleh karies yang
terbentuk karena kerusakan email akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri
penghasil gula dan asam yang menyebabkan demineralisasi enamel serta dentin.
Apabila karies sudah terbentuk dan tidak mendapat perawatan, maka proses
demineralisasi akan terus berlanjut dan menyebabkan bakteri masuk ke dentin dan
semakin luas ke dalam gigi bahkan sampai ke pulpa. Bila karies sudah mencapai
pulpa maka bakteri gram negatif dan anaerob akan masuk ke ruang pulpa dan
menyebabkan peradangan jaringan pulpa.

D. Gejala
Pulpitis reversible (Grossman et al., 2013)
 Asimtomatik (tanpa gejala) disebabkan karena karies yang baru
mulai dan menjadi normal kembali setelah karies dihilangkan
 Ditandai dengan rasa sakit yang tajam yang hanya sebentar
 Timbulnya tidak spontan
 Penyebab rasa sakit karena ada stimulus air dingin atau aliran udara,
namun apabila stimulus dihilangkan maka rasa nyeri akan mereda.
E. Tanda-tanda klinis
Tanda klinis pulpitis reversible : (Widyastuti, 2017)
 Pemeriksaan Obyektif:
• Sondasiàkavitas/ karies kedalaman dentin menuju pulpa.
• Transluminasi dasar kavitas à tampak merah muda.
• Tes thermal àrasa sakit tajam hanya sebentar segera hilang setelah stimuli
hilang.
• Perkusi (-), palpasi (-), sondasi (+) dan vitalitas (+)
 Pemeriksaan Penunjang:
• Pemeriksaan radiografis jaringan periapikal à menunjukkan terdapat area
radiolusen kedalaman karies sudah melibatkan dentin.
II. LAPORAN KASUS
A. Identitas
1. Nama : Nurcholis Yudha Utomo

2. Tempat, Tanggal Lahir : Sukoharjo, 31 oktober 1999

3. Umur : 19 tahun

4. Alamat : Ngadirejo, Kartasura, Sukoharjo

5. Jenis Kelamin : Laki – laki

6. Pekerjaan : Mahasiswa

7. Agama : Islam

8. Operator : Ahyar

B. DATA MEDIK UMUM

a) Golongan darah :O
b) Alergi :-
c) Penyakit Sistemik : Gastristis
C. Pemeriksaan Subjektif
CC :
 Pasien datang ingin dirawat karena gigi belakang bawah kiri ngilu saat

minum dingin dan makan. Pasien juga ingin dirawat gusinya yang

berdarah ketika menggosok gigi

PI :
 Pasien mengeluhkan giginya dan gusinya sejak kurang lebih 1 tahun

yang lalu.

 Pasien merasakan ngilu ketika ada rangsangan saja berupa minum

dingin atau makan manis dan hilang rasa ngilunya ketika rangsang

hilang
 Pasien belum memeriksakan keluhannya ke dokter gigi

PMH :
 Pasien mengaku tidak memiliki alergi terhadap makanan, minuman,

obat dan cuaca.

 Pasien mengaku belum pernah opname di Rumah Sakit atau rawat

inap di Rumah Sakit

 Pasien mempunyai riwayat penyakit maag

 Pasien tidak sedang mengonsumsi obat tertentu

PDH :
 Pasien pernah datang ke dokter gigi kurang lebih 5 tahun yang lalu
untuk dilakukan pencabutan gigi susunya
FH :
 Gigi
Ayah : Pasien mengaku ayahnya tidak memiliki keluhan gigi
Ibu : Pasien mengaku ibunya sering mengeluhkan giginya sakit
dan banyak berlubang
 Umum
Ayah : Pasien mengaku ayahnya tidak memiliki riwayat
penyakit sistemik dan sekarang dalam keadaan sehat
Ibu : Pasien mengaku, ibunya tidak memiliki penyakit
sistemik. Dan sekarang dalam keadaan sehat

SH :
 Pasien mengaku menyikat gigi 2x sehari tetapi tidak terartur karena

takut ketika menggosok gigi gusinya berdarah.

 Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya di rumah dengan

lingkungan yang bersih.


 Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok.

D. Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan Ekstraoral
 Kesan Umum Kesehatan Penderita
Jasmani: Sehat.
Mental: Sehat (komunikatif dan kooperatif)
 Vital Sign
Tekanan darah : 120/90 mmHg : Normal
Nadi : 96 X/ menit
Pernafapasan : 16 X/ menit
Suhu : Afebris
Berat badan : 55 Kg
Tinggi badan : 183 Cm

 Kesehatan Umum Berdasarkan Sistem Tubuh


o Sistem Endokrin : Tidak Ada Kelainan
o Sistem Gastrointestinal : Gastritis
o Sistem Hepatopoetik : Tidak Ada Kelainan
o Sistem Kardiovaskuler : Tidak Ada Kelainan
o Sistem Muskuloskeletal : Tidak Ada Kelainan
o Sistem Neurologik : Tidak Ada Kelainan
o Sistem Respirasi : Tidak Ada Kelainan
o Sistem Urogenital : Tidak Ada Kelainan
 Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Kelenjar Tulang
Fasial Neuromuskular TMJ
Ludah Limfe Rahang
Deformitas TAK TAK TAK TAK TAK TAK

Nyeri TAK TAK TAK TAK TAK TAK

Tumor TAK TAK TAK TAK TAK TAK


Gangguan TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Fungsi
a. Bentuk muka : Lonjong, simetris
b. Profil : Cembung
c. Bibir : Sedang
Deskripsi lesi / kelainan yang ditemukan : -

 Pemeriksaan Intra oral


- Mukosa Bibir : Normal, TAK
- Mukosa Pipi : terdapat jejas gigitan sewarna
mukosa, setinggi oklusal dari P2-
M2, ukuran 3 cm, , bilateral,
dipalpasi tidak sakit.
- Dasar Mulut : Normal, TAK
- Gingiva : terdapat pembesaran gingiva, warna
kemerahan, unstippling, berdarah
saat dipalpasi,papilla interdental
membulat, pada gigi C-C rahang
atas dan rahang bawah.
- Orofaring : TAK
- Oklusi : Normal bite
- Torus Palatinus : Tidak Ada
- Torus mandibula : Tidak ada
- Bentuk palatum : U, normal
- Frenulum
Frenulum Labialis RA : Sedang
Frenuum Labialis RB : Sedang
Frenulum Lingualis RA : Sedang
Frenulum Lingualis RB : Sedang
Frenulum Bukalis RA : Sedang
Frenulum Bukalis RB : Sedang
- Lidah
Ukuran : Normal
Aktivitas : Normal
- Alveolus
Rahang Atas : Tinggi
Rahang Bawah : Tinggi
- Supernumerary teeth : Tidak Ada
- Diastema : Tidak Ada
- Gigi Anomali : Tidak Ada
- Gigi Tiruan : Tidak Ada
- Oral Hygiene : Buruk
 Pemeriksaan Jaringan Lunak

13,14, 17 :
terdapat
pembesaran
gingiva, warna kemerahan, unstippling, berdarah saat dipalpasi,papilla
interdental membulat, pada gigi C-C rahang atas dan rahang bawah.
D/ gingivitis
2, 4 : terdapat jejas gigitan sewarna mukosa, setinggi oklusal dari P2-M2,
ukuran 3 cm, , bilateral, dipalpasi tidak sakit.
D/ Cheek biting
 Pemeriksaan OHI
Debris

Calculus

Kriteria OHI :

 0,0-2,4 : Baik
 2,5-6,0 : Sedang
 6,1-12 : Buruk
 Pemeriksaan Gigi Geligi

KODE
RINGKASAN RENCANA
DIAGNOSIS/ DIAGNOS
ELEMEN HASIL PERAWAT
DD IS (ICD-
PEMERIKSAAN AN
10)
36 Terdapat kavitas D/ : Pulpitis K04.01 Tp/: Kaping
pada bagian pulpa
reversibel
oklusal kedalaman indirek
dentin
Perkusi -
Palpasi -
Sondasi +
Vitalitas +

B. Pemeriksaan Penunjang : -
C. Diagnosis
D/ Pulpitis Reversible
D. Rencana Perawatan
TP/ -KIE
-Perawatan kaping pulpa pada gigi 36
-Kontrol
E. Tahapan Perawatan (Penjelasan secara detail)
 Alat
• Diagnostik set (kaca mulut: untuk melihat daerah yang tidak bisa dilihat
dengan mata secara langsung dan untuk meretraksi mukosa bukal, sonde:
untuk mengukur kedalaman kavitas, pinset: untuk mengambil kassa dan
kapas, eskavator: untuk membersihkan jaringan karies)
• Bengkok : untuk meletakkan diagnostic set.
• Round bur metal : untuk membersihkan jaringan karies
• Agate spatula : untuk memanipulasi SIK
• Light cure : untuk penyinaran resin komposit
• Glass plate : untuk menempatkan paper pad saat manipulasi.
• Round bur diamond : untuk membuka kavitas
• Ball aplicator : untuk mengaplikasikan bahan kaping dan lining kedalam
kavitas.
• Handpiece lowspeed (untuk menempatkan bur low speed)
• Handpiece highspeed (untuk menempatkan bur high speed
 Bahan
• Masker dan Handscoon : sebagai APD
• Paper pad : tempat untuk mengaduk SIK
• Film foto rontgen periapikal : untuk pengambilan gambar radiograf.
• Kalsium hydroxide : sebagai bahan kaping.
• SIK tipe III : sebagai lining yang di aplikasikan diatas bahan kaping.
• Cotton roll : untuk mengisolasi rongga mulut dari saliva.
• Cotton pellet : mengeringkan kavitas.
• Cavit : sebagai bahan tumpatan sementara.
• Resin Komposit packable : untuk tumpatan permanen
• Etsa : untuk membentuk mikropit pada email.
• Bonding : sebagai bahan adhesif
• Microbrush : untuk mengaplikasikan bahan adhesif bonding.
• Articulating paper : untuk mengecek apakah ada traumatik oklusi atau
tidak.
 Tahapan Perawatan
1. Kunjungan
Kunjungan I :
- Melakukan pemeriksaan subyektif
- Melakukan pemeriksaan obyektif
- Menentukan Diagnosis
- Rencana perawatan
- Informed consent
- Tindakan endodontik kaping pulpa pada gigi 36
Kunjungan II :
Kontrol
- Kontrol dilakukan 1 minggu setelah tindakan untuk melihat keberhasilan
kaping pulpa
- Setelah berhasil, dilakukan pembongkaran tumpatan sementara (cavit)
dan digantikan dengan tumpatan permanen (resin komposit).
2. Cara kerja
Kunjungan I:
a) Perisapan pasien (pasien dipersilahkan duduk di dental unit).
b) Persiapan alat dan bahan.
c) Pemeriksaan subyektif / Anamnesis (CC, PI, PDH, PMH, FH SH).
d) Pemeriksaan obyektif (Intra oral dan Ekstra Oral).
e) Cek vitalitas gigi dengan EPT
f) Melakukan eksavasasi dengan menggunakan sonde atau ekskavator.
g) Preparasi untuk membuka tumpatan dan membersihkan karies dengan
menggunakan round bur metal.
h) Membuka kavitas dengan menggunakan round bur diamond.
i) Memanipulasi bahan kalsium hydroxide yang terdiri dari base dan katalis
dengan gerakkan memutar.
j) Aplikasi bahan kaping kalsium hydroxide selapis tipis pada dasar kavitas
dengan menggunakan ball applicator.
k) Memanipulasi bahan lining SIK tipe III dengan gerakkan melipat.
l) Aplikasi bahan lining SIK tipe III diatas bahan kaping dengan menggunakan
ball apliactor.
m)Menumpatkan bahan cavit sebagai tumpatan sementara
n) Cek oklusi apakah masih ada traumatik atau tidak.
o) Menghaluskan cavit.
Kunjungan II:
- Kontrol
- Persiapan pasien
- Pemeriksaan subyektif dan obyektif
- Pengecekan traumatik oklusi.

F. Dokumentasi
1. Kavitas setelah dibersihkan jaringan karies

2. Pengaplikasian CaOH dengan Ball Aplicator

3. Pengaplikasian SIK tipe III sebagai lining


4. Penumpatan sementara dengan cavit

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Aplikasi Cavit
A. Hasil

Gambar gigi ketika dilakukan kontrol pasca perawatan kaping pulpa

Pemeriksaan Subyektif : Pasien sudah tidak mengeluhkan ngilu saat minum


dingin dan makan

Pemeriksaan Obyektif : - Tumatan sementara tidak luruh atau lepas

- Perkusi (-)
- Palpasi (-)
- Sondasi (-)
- Vitalitas CE (+)
B. Pembahasan
Pulp capping merupakan perawatan yang bertujuan untuk mencegah
inflamasi pulpa akibat bakteri dan iritan-iritan yang mengiritasi pulpa secara
langsung maupun tidak langsung melalui tubulus dentinalis. Perawatan pulp
capping dikatakan berhasil apabila dalam pemeriksaan subyektif dan obyektif
sudah tidak ada keluhan. Pada kasus ini diketahui dari pemeriksaan subyektif,
pasien mengaku tidak merasakan keluhan apapun. Pada pemeriksaan obyektif,
terdapat kondisi tambalan sementara masih baik dan tidak lepas, perkusi (-),
palpasi (-), sondasi (-), vitalitasi (+). Tindakan yang dilakukan selanjutnya yaitu
restorasi klas III GV Black dengan RK.
Bahan yang digunakan untuk melakukan capping pulpa yaitu kalsium
hidroksida berbentuk pasta dan katalis dengan ketebalan 1-2 mm yang memiliki
waktu setting selama 2,5—5,5 menit. Penggunaan bahan ini dimaksudkan untuk
merangsang odontoblas membentuk dentin reparatif kemudian membantu
pembentukan dentin sekunder sehingga perawatan tersebut berhasil dan pasien
tidak mengeluhkan rasa linu pada gigi tersebut. Selanjutnya, diatas
Ca(OH)2diaplikasikan bahan lining yaitu SIK tipe III. Bahan ini dibutuhkan
karena sifat Ca(OH)2 yang mudah larut, sehingga SIK tipe III berfungsi sebagai
proteksi anti bakteri dimana Ca(OH)2 sendiri tidak mampu untuk mengatasinya.

Perawatan yang dilakukan adalah indiricet pulp capping. Indirect pulp


capping merupakan suatu perawatan pada gigi yang masih memiliki selapis tipis
dentin dan tidak terdapat inflamasi pada pulpa. Indikasi gigi dilakukan pulp
capping adalah gigi yang memiliki gejala pulpitis reversible.

Menurut penelitian Fagundes dkk, tindakan indirect pulp capping yang


dilakukan dengan menggunakan bahan kalsium hidroksida menunjukkan hasil
yang cukup baik.Pada saat dilakukan kontrol, pemeriksaan subyektif dan obyektif
pasien sudah tidak menunjukkan gejala seperti sebelumnya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan :
- Kaping Pulpa merupakan perawatan pulpa untuk melindungi jaringan
pulpa dari rangsangan kimia, termal dan mekanis.
- Perawatan kaping pulpa bertujuan untuk mencegah inflamasi pulpa
akibat bakteri dan iritan-iritan yang mengiritasi pulpa secara langsung
maupun tidak langsung (melalui tubuli dentin) dan membentuk dentin
reparatif.
- Bahan yang biasa digunakan untuk pulp capping adalah kalsium
hidroksida (Ca(OH)2)) karena dapat merangsang pembentukan dentin
reparatif.
- Indirect pulp capping dilakukan bila pulpa belum terbuka, tapi atap
pulpa sudah sangat tipis sekali, namun apabila atap kamar pulpa
terbuka maka dilakukan direct pulp capping.
- Keberhasilan perawatan kaping pulpa dapat dilihat dari evaluasi saat
kontrol yaitu : Gigi nya masih vital, rangsangan terhadap dingin
menjadi minimal, tes perkusi (-) dan tes palpasi (-).
B. Saran :
- Sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang seperti radiologi
periapikal untuk mengetahui kedalaman kavitas yang lebih akurat.
- Mempertimbangkan dalam memilih bahan yang paling tepat untuk
perawatan pulp capping.
V. DAFTAR PUSTAKA

Bjorndal, Lars . 2013. Indirect Pulp Therapy and Stepwise Excavation. Vol. 34
No.78. University of Copenhagen. Denmark.

Chetrus.V and. Roman, S. 2014. Ciobanu. Early Diagnosis of acute diffuse


pulpitis, treatment success. The Departement of Stomatological Therapy.
University of Medicine and Pharmacy Nicolae Testemitanu.

Strassler, dr. 2012. Vital Pulp Therapy with Pulp Capping. Academy of General
Dentistry.

Tarigan, R., 2012. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), Edisi 3, Jakarta, EGC.

Hilton, T. J., 2009. Keys to Clinical Success with Pulp Capping: A review of the
Literature. Oper Dent. 34(5): 615-625.

Walton, R. E., Torabinejad, M. 2008. Prinsip dan praktek ilmu endodonsia.


Jakarta: EGC.

Fagundes, T.C., Barata, T. J. E., Prakki, A., Bresciani, E., Pereira., J.C. 2009.
Indirect Pulp Treatment In A Permanent Molar: Case Report Of 4-Year
Follow-Up. J Appl Oral Sci. 2009;17(1):70-4

Anda mungkin juga menyukai