Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

GIGI TIRUAN LENGKAP RESIN AKRILIK

Disusun Oleh:

Rudy S
NIM.16/405634/PKG/01107

Dosen pembimbing :
Drg. Maria Theresia Esti Tjahjanti, M.Kes., Sp.Pros (K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017

1
LAPORAN KASUS

A. Identifikasi Pasien
Nama : Susanti
Usia : 67 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan,Yogyakarta
Pekerjaan : Pensiuanan
No RM : 114111

B. Pemeriksaan Subyektif
Motivasi pasien
Pasien datang ke RSGM Prof Soedomo ingin dibuatkan gigi tiruan yang baru dengan
keinginan sendiri.
Keluhan Utama
Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan yang baru karena gigi tiruan yang lama sudah
longgar, rusak dan tidak nyaman lagi ketika dipakai.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Gigi rahang atas dan bawah hilang semua, sehingga pengunyahan, estetik dan fonetik
terganggu. Gigi tiruan yang lama dibuat sekitar 20 tahun yang lalu.
Riwayat Kesehatan Oral
Pernah ke dokter gigi untuk dilakukan pencabutan gigi
Riwayat dengan gigi tiruan
Pernah memakai gigi tiruan
Riwayat Kesehatan Umum
Tidak ada kelainan

2
C. Pemeriksaan Klinis / Obyektif
Umum
Keadaan umum baik
Lokal
1. Ekstra oral
Bentuk muka : Lonjong, simetris
Profil : Lurus
Bibir : Sedang
Otot-otot bibir : Normal
Otot-otot pipi : Normal
Limfonodi : Normal
Gambar ekstra oral :

Tampak depan Tampak samping

2. Intra oral
Status umum : Baik
Jaringan lunak : Baik

3
Gambar foto intra oral :

Tampak depan Tampak samping kanan

Tampak samping kiri Tampak rahang atas

Tampak rahang bawah

- Status lokalis

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

Keterangan :
X : Gigi hilang

4
1. Oklusi statik :-
2. Oklusi dinamik :-
3. Vertibulum :
a) RA :
Anterior : Sedang
Posterior kanan : Sedang
Posterior kiri : Sedang
b) RB :
Anterior : Sedang
Posterior kanan : Sedang
Posterior kiri : Sedang
4. Bentuk ridge : RA : Ovale
RB : Tapering
5. Bentuk palatum : U (normal)
6. Torus mandibularis : Datar
7. Exostosis : Tidak ada
8. Frenulum :
a) Frenulum labialis rahang atas : Normal
b) Frenulum labialis rahang bawah : Normal
c) Frenulum bukalis rahang atas : Normal
d) Frenulum bukalis rahang bawah : Normal
9. Relasi ridge : > 80o
10. Torus palatinus : Datar
11. Tuber maksilaris :-
12. Retromylohyoid : Sedang
13. Keadaan gigi-geligi :
a) Jumlah gigi :-
b) Warna gigi :-
c) Bentuk :-
14. Lidah :
a) Ukuran : normal
b) Aktivitas : normal
15. Oral hygienis : Baik

5
D. Diagnosis :
RA : Edentolous ridge
RB : Edentolous ridge
E. Rencana Perawatan :
RA : Gigi Tiruan Lengkap (GTL) resin akrilik
RB : Gigi Tiruan Lengkap (GTL) resin akrilik

GAMBAR BATAS-BATAS ANATOMIS


Rahang Atas :

1. Frenulum labii superior

2. Ruggae palatina

3. Frenulum buccalis

4. Tuberositas maxilla

5. Pterygomaxillaris notch

6. Vibrating line

7. Median palatina

8. Daerah Post dam

Rahang Bawah : 1. Frenulum labii inferior

2. Frenulum buccalis

3. Vestibulum lingualis

4. Retromolar pad

5. Frenulum lingualis

6. Processus alveolaris

7. Mylohyoid line

6
RENCANA PERAWATAN DAN PROSEDUR KERJA

Kunjungan I
1 Anamnesa dan indikasi
2. Membuat study model :

Sendok cetak : edentulous stock tray no 2


Bahan cetak : hidrocolloid irreversibel
Metode mencetak : mukostatik
Pengisian hasil cetakan : stone gips
3. Menentukan batas anatomis dan fisiologis pada studi model
4. Membuat sendok individual dengan shellac, mengikuti batas fisiologis yaitu ±
2 mm diatas batas anatomis.
Desain gigi tiruan lengkap rahang atas dan rahang bawah :

1. Anasir gigi tiruan


2. Base plate resin akrilik

1. Anasir gigi tiruan


2. Base plate resin akrilik

7
Kunjungan II

1. Mencoba sendok individual

2. Mecetak model kerja :

Sendok cetak : Individual tray (shellac base plate)

Bahan cetak : Polivinil Siloxane (elastomer)

Metode mencetak : mukodinamik

Tahapannya :

a. Aduk bahan cetak sesuai konsistensi (masing-masing 6 cm)

b. Masukkan bahan cetak kedalam sendok cetak

c. Masukkan ke dalam mulut pasien

d. Lakukan muscle trimming dan setelah itu pasien diinstruksikan untuk :

1) Rahang atas :

Membuat Ah-line (vibrating line) dengan menggunakan indelible pencil.

Caranya; pasien disuruh mengatakan “ah” berkali-kali, pada batas antara

palatum durum dan palatum molle tampak gerakan yang jelas dan diberi

tanda garis dengan indelible pencil.

a) Mengucapkan kata “O” agar frenulum bukalis superior tercetak.

b) Mengucapkan kata “U” agar frenulum labialis tercetak

c) Menggerakkan rahang bawah ke kanan dan kiri agar daerah disekitar

tuberositas maxillaris tercetak.

2) Rahang bawah:

a) Mengucapkan kata “O” agar frenulum bukalis inferior tercetak.

b) Mengucapkan kata “U” agar frenulum labialis tercetak

c) Menggerakkan lidah ke bawah, ke kanan dan kiri agar daerah disekitar

Mylohyoid line tercetak.

8
3) Hasil cetakan diisi dengan gips stone.

3. Pekerjaan laboratorium

a. Membuat post dam area dengan meradir batas yang telah tergambar oleh

indelible pencil dengan kedalaman ± 2mm di depan garis ah line pada palatum molle

b. Kirim ke laboratorium untuk membuat base plate resin akrilik rahang atas dan rahang

bawah

Kunjungan III

1. Insersi basis permanen, yang perlu diperhatikan :


a. Retensi :
Diperiksa dengan cara mengungkit basis kearah oklusal atau dengan menekan basis
pada satu sisi,basis lepas dengan mudah atau tidak (base plate tidak terlepas pada
waktu dipasang). Selain itu bisa juga dengan menark bibir dan mukosa, apakah
basis lepas atau tidak.
b. Stabilisasi :
Diperiksa saat mulut berfungsi dengan menggerakkan pipi, bibir, dan lidah, basis
lepas atau tidak.

2. Membuat galengan gigit rahang atas dan rahang bawah :

Jika retensi dan stabilisasi basis telah baik lalu basis dihaluskan dan diatasnya dibuat
galengan gigit dari malam. Pembuatan galengan gigit harus memperhatikan estetis,
tinggi, lebar, dan kesejajaran dataran oklusal.

Galengan gigit, berbentuk tapal kuda dan diletakkan di atas basis permanen sesuai
dengan alveolar ridge untuk memperoleh tinggi gigitan pada keadaan oklusi sentrik
yang nantinya akan dipindahkan ke artikulator. Patokan galengan gigit: bagian anterior
tinggi 12 mm, lebar 4 mm; bagian posterior tinggi 10-11 mm, lebar 6 mm.

Patokan galengan gigit rahang atas adalah tinggi dibuat 2 mm di bawah bibir atas saat
rest position dan dilihat profil pasien, (2) lebar galengan gigit rahang atas posterior pada
bagian bukal selebar 4 mm dan bagian palatal selebar 2 mm. Patokan galengan gigit
rahang bawah adalah (1) lengkung disesuaikan dengan alveolar ridge yang ada, (2)

9
tinggi dibuat setinggi retromolar pad, dan (3) lebar posterior pada bagian bukal selebar
3 mm dan untuk bagian lingual selebar 3 mm.

3. Membuat garis chamfer :


a. Menentukan rotation center dengan cara pasien disuruh buka-tutup mulut berulang-
ulang sambil diraba letak condylus pasien dan diberi titik.
b. Titik tersebut digambar dengan condyle marker dengan titik pusat pada meatus
acusticus externus.
c. Buat garis dari meatus acusticus externus ke sudut mata, perpotongan garis ini dengan
garis condyle marker merupakan rotation center, atau 13 mm dari tragus auricularis
ke sudut mata.
d. Buat tali dari titik tersebut melalui spina nasalis anterior (SNA) simetris kanan-kiri,
garis ini disebut garis chamfer.

4. Pengepasan record block :


a. Galengan gigit rahang atas harus sejajar dengan oklusal guideplane
b. Pandangan dari samping pasien, oklusal guide plane harus sejajar dengan garis
chamfer.
c. Pandangan dari anterior, oklusal guideplane harus sejajar dengan garis pupil.
d. Galengan gigit rahang bawah sejajar dengan oklusal guideplane.

5. Pencatatan Maxillo Mandibular Relationship (MMR)


a. Pengukuran dimensi vertikal rest posisi (DVR)
Pasien diminta untuk menggigit galengan gigit yang telah disiapkan pada rahang
atas dan rahang bawah. Dimensi vertikal diukur dengan cara mengukur jarak pupil
dengan sudut mulut (PM) sama dengan jarak dasar hidung dengan dasar dagu (HD).
Pada posisi istirahat, PM = HD.
b. Pengukuran relasi sentrik.
Relasi sentrik adalah suatu relasi mandibula terhadap maksila pada keadaan
prossesus condyleudeus berada paling posterior dari fossa glenoid.
Pada keadaan relasi sentrik, dimensi vertikal :
Physiologic rest position – freeway space ; PM = HD – 2.
Menentukan relasi sentrik dapat dengan 3 cara yaitu : Pertama, pasien diminta
membuka dan menutup mulut berulang ulang sampai pasien merasa lelah sehingga

10
ditemukan relasi sentrik yang tetap, Kedua dengan menengadahkan kepala pasien
sedemikian rupa sehingga prosesus condyloideus akan tertarik keposisi paling
posterior pada fossa glenoid karena tarikan dari otot (metode shanahan). Ketiga,
dengan cara pasien disuruh menelan ludah berulang-ulang sampai ditemukan relasi
sentrik yang diinginkan menetap.
c. Membuat median line yang ditarik dari garis tengah philtrum.
d. Membuat garis kaninus pada sudut mulut.
e. Membuat garis ketawa, dibuat pada 2/3 panjang gigi incisivus rahang atas.
f. Untuk bibir normal, galengan gigit rahang atas terlihat ± 2 mm pada saat rest posisi.
g. Untuk mengetahui apakah pengukuran dimensi vertical sudah benar, ada dua cara;
pertama, pasien disuruh mengucapkan huruf “s“ berulang-ulang atau dengan kata-
kata yang banyak mengandung huruf “s” misalnya: Mississipi. Kedua, pasien
disuruh menelan ludah berulang-ulang sampai tidak ada halangan atau kesulitan
dalam gerakan menelan ludah. Bila hal ini sudah dapat dilakukan dengan baik maka
pengukuran dimensi vertical sudah benar.

6. Fiksasi dengan double V groove


Fiksasi galangan gigit rahang atas dan rahang bawah
Setelah diperoleh relasi sentrik, dilakukan fixasi dengan double V – groove shape.
Caranya dibuat groove berbentuk V pada kanan dan kiri galengan gigit RA bagian
posterior (P1 dan M1), kemudian groove diberi vaselin. Pada galengan gigit RB dibuat
kerokan sedalam 2 mm pada posisi yang sama, lalu dilakukan penambahan wax yang
dilunakkan pada area antagonis dari galengan gigit RA (pada bagian kerokan di rahang
bawah) untuk menyesuaikan groove RA., sehingga pada saat digigit wax pada rahang
bawah akan mengisi groove rahang atas.

7. Bite rim rahang atas dan rahang bawah dikeluarkan dari mulut pasien.

8. Pemasangan pada artikulator


Jenis artikulator yang digunakan adalah anatomical type, yang disebut free plane
articulator. Artikulator tersebut terdiri dari beberapa bagian, yaitu upper member, lower
member, incisal guide pin, dan mounting table. Langkah-langkah pemasangan pada
artikulator.

11
Langkah-langkah pemasangan pada articulator (mounting articulator) adalah:
1) Menentukan besar derajat tonjol caninus dan premolar pertama atas.
2) Garis tengah galengan gigit dan model rahang atas berhimpit dengan garis tengah
mounting table.
3) Tepi luar galengan gigit rahang atas menyinggung garis incisal edge dari mounting
table.
4) Ujung jarum horizontal incisal guide pin menyentuh tepi luar anterior galengan
gigit rahang atas dan tepat pada garis tengah galengan gigit.
5) Galengan gigit rahang atas difiksasi dengan malam pada mounting table.
6) Adonan gips dibuat dan ditempatkan pada bagian atas model rahang atas lalu upper
member digerakkan ke bawah sampai menekan gips tersebut.
7) Upper member dan lower member diikat dengan karet dan gips yang memfiksir
upper member dengan model RA dirapikan.
8) Mounting table dilepas dari articulator, kemudian articulator dibalik.
9) Galengan gigit rahang bawah diletakkan kembali pada galengan gigit RA sesuai
dengan oklusinya.
10) Adonan gips dibuat dan ditempatkan pada model rahang bawah lalu lower member
digerakkan sampai menekan adonan gips, setelah itu articulator dibalik dan gips
dirapikan.
11) Membuat garis median pada galengan gigit atas yang disesuaikan dengan garis
median model kerja dan incisal guide plane.

12
Kunjungan IV
Dalam kunjungan ini telah dilakukan pemasangan gigi anterior RA (try in penyusunan gigi
anterior)
Cara pemasangan gigi geligi anterior RA :
a. Incisivus centralis
Tampak labial : Sumbu gigi hampir sejajar atau sedikit membentuk sudut 50o dengan
median line dan incical edge menempel pada bite rim RB.
Tampak proksimal : Bagian 1/3 permukaan labial agak depresi.
Bagian insisial menyentuh occlusal plane.

b. Incisivus lateralis
Tampak labial : Sumbu gigi inklinasinya membentuk sudut 50o dengan median line dan
incical edge berjarak 1 mm. Bagian mesio incisal berkontak dengan permukaan distal
incisivus centralis
Tampak proksimal : bagian cervikal lebih condong ke palatal.

c. Caninus
Tampak labial : Sumbu gigi sejajar atau sedikit miring dengan median line, bagian
distal tegak lurus bite rim RB. Puncak cups menyentuh bidang oklusi dan sisi mesio
incisal berkontak dengan sisi disto incisal incisivus lateralis.
Tampak proksimal : 1/3 labio vertikal lebih prominent dan sesuai lengkung bite rim
RB. Gigi caninus terletak pada ruang tepi distal incisivus lateralis.

13
Setelah itu lakukan pemeriksaan pada daerah cervikal ketiga gigi anterior RA yang
telah dipasang tadi dengan cara meletakkan template pada cervikal ketiga gigi anterior
(insisive 1, 2 dan caninus) semuanya permukaan cervikalnya menyentuh template.

Cara pemasangan gigi geligi anterior RB :

Posisi gigi anterior RB disusun dengan overjet dan overbite ½ sampai 1 mm dengan
anterior RA.

a. Incisivus centralis
Tampak labial : Sumbu gigi tegak gigi lurus bidang incisal
Tampak proksimal : Bagian cervikal dari permukaan labial sedikit ke lingual.

14
b. Incisivus lateralis
Tampak labial : Sumbu gigi sedikit miring ke mesial
Tampak proksimal : Permukaan labial tegak lurus dengan bidang incisal.

c. Caninus
Tampak labial : Sumbu gigi miring ke mesial.
Tampak proximal : Bagian cervikal dari permukaan labial lebih prominent.

Setelah itu dilakukan try in untuk gigi anterior atas, yang diperiksa adalah :

a. Overjet dan overbite (1/2 – 1 mm), incisal edge rahang atas dan rahang bawah edge to
edge pada gerakan protrusif mandibula dan tidak ada hambatan
b. Estetik :
1) Garis Caninus : pada saat rest position terletak pada sudut mulut.
2) Garis Ketawa : batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada saat ketawa.
c. Fungsi fonetik : pasien diminta mengucapkan huruf p, b, t, s, d, f, v.

Setelah gigi anterior dipasang maka dilanjutkan pemasangan gigi posterior rahang atas dan
rahang bawah.

15
Kunjungan V
Pemasangan gigi geligi posterior RA :
a. Premolar pertama
Tampak bukal : Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal. Tonjol bukal dan tonjol
palatinal menyentuh bidang oklusal.

Tampak proksimal :

b. Premolar kedua
Tampak bukal : Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal. Tonjol bukal dan tonjol
palatinal menyentuh bidang oklusal.

Tampak proksimal :

c. Molar pertama
Tampak bukal : Sumbu gigi miring menyentuh bidang oklusal. Tonjol mesiobuccal
menggantung ± 1mm. Tonjol distobuccal lebih menggantung ± 2mm. Hanya cups
mesio lingual yang menyentuh bidang oklusal. Bagian cervikal (sumbu gigi) lebih
miring ke mesial dan pada bagian palatal lurus untuk membentuk sudut 6o diatas curva.

Tampak proksimal :

16
d. Molar kedua
Tampak bukal : Sumbu gigi lebih miring dari molar pertama. Cuspidnya terletak pada
bidang oblique dari curve anterior-posterior. Tonjol mesiobukal dan mesiopalatal lebih
menggantung daripada gigi molar pertama.

Tampak proksimal :

Setelah semua gigi posterior RA disusun dilakukan pemeriksaan menggunakan template


pada bagian bukal. Gigi caninus, premolar 1, premolar 2, dan bagian cups mesio bukal
molar 1 RA menyentuh bidang templete. Sedangkan bagian cups disto bukal molar 1 RA
tidak menyentuh bidang templete.

Setelah itu dilakukan pemeriksaan pada bagian bukal gigi molar 1 dan 2 RA, semua
permukaan bukal gigi molar 1 dan 2 menyentuh bidang templete, dengankan gigi premolar
1 dan 2 tidak menyentuh bidang templete.

17
Yang harus diperhatikan dalam pemasangan gigi posterior RA :

a. Kurva Monson
Kurva monson melalui tonjol mesio-palatinal gigi molar pertama RA kanan-kiri dan
berbentuk melengkung keatas.

b. Kurva Anti Monson


Kurva ini melalui tonjol bukal dari gigi premolar pertama RA kanan-kiri dan berbentuk
melengkung kebawah, jadi kebalikan dengan kurve monson.

c. Kurva Von Spee


Kurva ini ditemukan pada gigi-gigi asli, mengikuti garis khayal yang melalui tonjol
bukal dari gigi-gigi bawah mulai dari caninus bawah ke posterior sampai processus
condyloideus mandibula dan hampir membentuk garis lengkung.

18
d. Kurva transisional
Kurva yang berupa garis lurus, dapat dilihat pada gigi premolar kedua.
Pemasangan gigi geligi posterior RB :

Gigi posterior RB disusun diatas puncak ridge

a. Premolar pertama
Tampak bukal : Tonjol bukal gigi premolar pertama RB terletak di antara tonjol bukal
gigi caninus dan premolar pertama RA. Mengikuti curva dari gigi caninus.
Tampak labial : gigi caninus lebih prominent.

b. Premolar kedua
Tampak bukal : Tonjol bukal gigi premolar kedua RB terletak diantara gigi premolar
pertama dan kedua RA

19
c. Molar pertama
Tampak bukal : Tonjol mesiobukal molar pertama RB berada di mesiobukal groove
molar pertama RA

d. Molar kedua
Tampak bukal : Tonjol mesiobukal molar kedua RB berkontak dengan garis tepi pada
tonjol distobukal molar pertama RA.

Setelah itu dilakukan try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gingiva tiruan.
Kemudian periksa :

a. Retensi, gigi tiruan tidak terlepas pada saat dipasang


b. Stabilisasi, gigi tiruan tetap stabil pada saat dilakukan gerakan working side
dan balancing side
c. Oklusi, secara keseluruhan susunan gigi geligi harus harmonis, tidak saja
pada keadaan sentrik oklusi, tapi juga pada keadaan relasi protrusif, working
occlusion maupun balancing occlusion. Bila hubungan rahang normal maka
antara gigi geligi depan atas dan bawah pada sentrik oklusi terlihat adanya
overbite dan overjet, demikian juga dengan gigi geligi posterior.
d. Fonetik, dengan cara menyuruh pasien mengucapkan huruf p, b, t, s, d, f, v
dan lainnya dengan jelas dan tidak ada gangguan.

20
Kunjugan VI
1. Insersi gigi tiruan lengkap pada pasien, yang perlu diperhatikan :
a. Pengecekan sentrik oklusi dengan articulating paper
b. Pengecekan oklusi eksentrik dengan articulating paper, apabila ada titik warna
yang lebih tebal atau tidak rata maka pengurangan gigi artfisial menggunakan
rumus buccal upper lingual lower (BULL) dan mesial upper distal lower (MUDL)
c. Retensi
d. Stabilisasi
e. Estetik

2. Instruksi pada pasien :


a. Pasien di ajarkan cara memakai dan melepas GTLnya.

b. Pasien beradaptasi dengan GTLnya yaitu dengan cara tidak melepas GTLnya
selama 2 x 24 jam, dilepas pada saat dibersihkan saja.
c. Menjaga kebersihan GTL dan sisa akar yang masih ada terutama setiap sesudah
makan.
Ada 2 cara pembersihan protesa :

1) Cara mekanis, yaitu di sikat dengan sikat lembut di bawah air mengalir.

2) Cara kimia yaitu dengan denture cleanser, yaitu dengan di rendam dalam
larutan : 1 tablet untuk merendam RA dan RB.
d. Melepas GTL pada waktu tidur dan direndam dalam air bersih pada wadah yang
tertutup.
e. Apabila ada gangguan fungsi bicara, pengunyahan dan sakit, dianjurkan untuk
segera kontrol
f. Kontrol sesuai waktu yang telah ditentukan guna mengecek kembali lebih lanjut,
jika tidak ada gangguan pasien terus dapat memakai.
g. Kontrol seminggu kemudian

21
Kunjungan VII
Kontrol, yang perlu diperhatikan :
1. Pemeriksaan subyektif :
a. Ditanyakan apakah ada keluhan atau rasa sakit.
b. Ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak pada saat berfungsi
2. Pemeriksaan obyektif :
a. Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan
b. Diperiksa retensi, stabilsasi dan oklusi
c. Koreksi dilakukan sesuai dengan keluhan pada pemeriksaan subyektif

22
PEMBAHASAN

Dari kasus ini diketahui bahwa pasien perempuan beruusia 67 tahun datang ke RSGM
Prof Soedomo ingin membuatkan gigi tiruan lengkap karena gigi tiruan yang lama sudah terasa
longgar, rusak, dan tidak nyaman lagi ketika dipakai, sehingga pasien terganggu dalam
pengunyahan, penampilan, dan fonetik, dan pasien ingin dibuatkan gigi tiruan yang baru.
Diagnosa ditegakkan sebagai edentulous rahang atas dan rahang bawah, sehingga
rencana perawatan untuk pasien ini ialah pembuatan GTL resin akrilik rahang atas dan rahang
bawah. Kondisi pasien dan jaringan mulutnya baik, sehingga memungkinkan untuk dilakukan
perawatan dengan menggunakan gigi tiruan dari bahan resin akrilik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya retensi adalah :

1. Peripheral seal.

2. Posterior seal

3. Luasnya permukaan protesa yang menempel pada mukosa

4. Adaptasi yang baik antara basis gigi tiruan dengan mukosa mulut

5. Penentuan batas jaringan yang bergerak dan tidak bergerak.

Untuk menjaga stabilisasi yang baik harus diperhatikan antara lain: polishing surface,
occlusal surface, penyusunan gigi-geligi tiruan, artikulasi, dan dimensi vertikal.

23
PROGNOSA
Prognosis pembuatan gigi tiruan lengkap ini diperkirakan baik, dengan mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :

1. Processus alveolaris rahang atas dan rahang bawah masih cukup baik
2. Kebersihan rongga mulut pasien baik
3. Jaringan pendukung sehat
4. Kesehatan umum pasien baik
5. Pasien kooperatif dan komunikatif
6. Keinginan pasien yang kuat untuk membuatkan gigi tiruan baru

24
DAFTAR PUSTAKA

Basker, R. M. dan Davenport, J.C., 1996., Prostetic treatment of the Edentulous Patient., ed.
3.,Macmillan Press Ltd.

Boucher, C.O., 1964., Swenson’s Complete Denture, 5 th ed., C.V. Mosby Company., St. Louis.

Itjingningsih, W. H., 1990. Geligi tiruan lengkap lepas., EGC, Jakarta.

Soelarko dan Herman W, 1980.Diktat Prosthodonsia Full Denture. FKG Universitas


Padjajaran: Bandung.

Utari, R.I., 1994., Desain dan Teknik mencetak pada Pembuatan Geligi tiruan lengkap.,
Cetakan I., Hipokrates, Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai