Anda di halaman 1dari 21

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Data Pasien :

Nama Pasien : Marni

Umur : 51 tahun

No. RM : 002766

Alamat : Linggar Jati

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Tanggal pemeriksaan : Desember 2014

B. Pemeriksaan Subjektif

CC : Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan.

PI : Pasien belum pernah memakai gigi tiruan sebelumnya. Gigi pasien

banyak yang berlubang dan tinggal sisa akar lalu akhirnya dicabut.

Pasien terakhir mencabut gigi geraham bawah kiri dan geraham atas

kiri.

PDH : Pasien pernah ke dokter gigi untuk mencabut gigi.

PMH : Tidak ada riwayat penyakit sistemik

a. ANAMNESIS

1. Sebab kehilangan / kerusakan gigi : gigi goyang dan gigi berlubang

2. Pencabutan terakhir : Atas : belakang kiri


3. Pemakaian gigi tiruan : tidak pernah

4. Tujuan pembuatan gigi tiruan : pengunyahan, estetik dan bicara

b. Pemeriksaan Klinik

Ekstra Oral

1. Muka : lonjong, simetris

2. Profil : cembung

3. Pupil : sama tinggi

4. Tragus : sama tinggi

5. Hidung : simetris

6. Rima oris : normal

c. Pemeriksaan Ekstra Oral

1. Bibir atas : normal, simetris

2. Bibir bawah : normal, simetris

3. Sendi rahang :

Kiri : tidak

Kanan : tidak

4. Buka mulut : tidak deviasi

5. Kelainan lain : tidak ada

d. Pemeriksaan Intra Oral

Pemeriksaan umum

1. Higiene mulut : sedang

2. Kalkulus : ada

3. Stain : ada

4. Saliva : - Kuantitas : normal


- Konsistensi : normal

5. Lidah : - ukuran : normal

- Posisi wright : Kelas I

- Mobilitas : normal

6. Refleks muntah : rendah

7. Oklusi : Tidak ada

e. Pemeriksaan Gigi Geligi

32 Periodontitis kronis dengan mobility grade 1

31 Periodontitis kronis dengan mobility grade 1

41 Periodontitis kronis dengan mobility grade 1

42 Periodontitis kronis dengan mobility grade 1

43 Periodontitis kronis dengan mobility grade 1

13 TAK

24 TAK

f. Pemeriksaan Lain

1. Vestibulum

Post Kiri Post Kanan Anterior


Rahang Atas Dangkal Dangkal Sedang
Rahang bawah Dangkal Dalam Sedang

2. Prosesus Alveolaris

Rahang Atas Post Kiri Post Kanan Anterior


Bentuk Segi4 Segi4 Oval
Ketinggian Sedang Sedang Sedang
Tahanan Jaringan Tinggi Tinggi Tinggi

Rahang Bawah Post Kiri Post Kanan Anterior


Bentuk Segi3 Segi 3 Oval
Ketinggian Sedang Sedang Sedang
Tahanan jaringan Rendah Rendah Rendah

3. Frenulum

1. Labialis superior : sedang

2. Labialis inferior : rendah

3. Bukalis RA kiri : tinggi

4. Bukalis RA kanan : tinggi

5. Bukalis RB kiri : rendah

6. Bukalis RB kanan : rendah

7. Lingualis : sedang

4. Palatum

1. Bentuk : oval : dangkal

2. Torus palatinus : tidak ada

3. Palatum Mole : house kelas I

5. Alveolar Tubercle

1. Kiri : kecil

2. Kanan : kecil

6. Ruang Retromilohioid

1. Kiri : sedang

2. Kanan : sedang
7. Bentuk lengkung

1. RA : Parabola

2. RB : Parabola

8. Dasar mulut : normal

9. Lain- Lain :

1. Eksostosis : tidak ada

2. Torus mandibula : tidak ada

Sikap mental : Filosofis

g. Kumpulan Data Utama

Pasien ingin membuat gigi tiruan rahang atas dan bawah untuk membantu fungsi

pengunyahan estetik dan bicara. Keadaan umum pasien baik dan tidak menderita

penyakit sistemik.

h. Diagnosa :

RA : Klas I Kennedy

RB : Klas I Kennedy

i. Rencana Perawatan

Gigi tiruan Lepasan :

RA : Sebagian, elemen : 17, 16, 15, 14, 12, 11, 21, 22, 23, 25, 26, 27

RB : Sebagian, elemen : 47, 46, 45, 44, 43, 34, 35, 36, 37
Desain GTSL

A. Rahang atas

1. Retensi diperoleh dari :

- Retainer berupa cangkolan pada gigi 13 dan 24.

- Tegangan permukaan didapatkan dari adaptasi basis antara pada saliva,

mukosa rahang atas dan basis gigi tiruan

- Gaya adhesià perlekatan antara saliva dan GT rahang atas pada permukaan

anatomis yang berkontak rapat pada mukosa didapatkan dari pencetakan yang

akurat

- Gaya kohesi à perlekatan antara saliva dan saliva

- Muscular àmuscle trimming rahang atas

- Atmosferik àpostdam dan muscle trimming

2. Stabilisasi diperoleh dari :

- Adaptasi basis GT rahang atas yang berkontak tepat pada mukosa

- Perluasan basis GT rahang atas : di posterior mencangkupi hamular notch,

posterior palatal seal dandi anterior mencakupi batas fornik, pembebasan

frenulum dan vestibulum rahang atas

- Penyusunan gigi rahang atas di atas linggir

- Penyusunan anasir gigi memenuhi konsep oklusi berimbang, kontak yang

simultan antara rahang atas dan rahang bawah

- Penyusunan gigi membentuk kurva spee dalam arah antero posterior dan kurva

Manson dalam arah lateral

- Mengurangi jumlah gigi anasir

- Instuksikan pasien mengunyah pada kedua sisi

- Penentuan DV dan relasi sentrik yang tepat


3. Dukungan / support diperoleh dari : mucosa support dan tooth suport

4. Estetika diperoleh dari :

- Pemilihan anasir gigi : bentuk, ukuran, warna sesuai dengan gigi yang masih

tertinggal

- Penyusunan anasir

- Incisal gigi anterior rahang atas terlihat + 2 mm dari batas bawah bibir atas

saat istirahat

- Filtrum tidak terlalu kendor atau tegang

- Bibir dan pipi tidak terlalu cembung

- Sudut nasolabial + 90

- Mideline pasien tepat pada perpanjangan frenulum labialis rahang atas

- Garis senyum à gusi tidak terlihat saat senyum untuk menetukan panjang

anasir

- Overbite dan overjet + 2-4 mm

B. Rahang bawah

1. Retensi diperoleh dari :

- Tegangan permukaan didapatkan dari adaptasi basis antara pada saliva,

mukosa rahang bawah dan basis gigi tiruan

- Gaya kohesi à perlekatan antara saliva dan saliva

- Muscular àmuscle trimming rahang bawah

- Gaya berat GT Rahang bawah

2. Stabilisasi diperoleh dari :

- Adaptasi basis GT rahang bawah yang berkontak tepat pada mukosa


- Perluasan basis GT rahang bawah : di posterior mencangkupi retromolar pad,

bukal shelf, sulkus alveoli lingual dan di anteriormencakupi batas fornik,

pembebasan frenulum dan vestibulum rahang bawah

- Penyusunan gigi rahang bawah di atas linggir

- Penyusunan anasir gigi memenuhi konsep oklusi berimbang

- Penyusunan gigi membentuk kurva spee dalam arah antero posterior dan kurva

Manson dalam arah lateral

- Mengurangi jumlah gigi anasir

- Instuksikan pasien mengunyah pada kedua sisi

- Penentuan DV dan relasi sentrik yang tepat

3. Dukungan / support diperoleh dari : mucosa support dan tooth support

4. Estetika diperoleh dari :

- GTSL sesuai dengan kepribadian pasien sehingga tampak alami

- Bibir dan pipi tidak terlalu cembung

- Sulkus mentolabial tidak terlalu kendor atau tegang

- Midline pasien tepat pada perpanjangan frenulum labialis rahang bawah

- Garis caninus à tepat pada sudut mulut saat istirahat

- Overbite dan overjet + 2-4 mm

- Pemilihan anasir gigi:bentuk, ukuran, warna

5. Arah pemasangan

RA : anterior tilting : -

RB : vertikal tilting : -
RENCANA PERAWATAN

1. Kunjungan I

Tahap Klinis

a. Anamnesa dan pemeriksaan obyektif

b. Membuat cetakan studi

1) sendok cetak : stock tray RA

stock tray RB

2) bahan cetak : alginat

3) metode mencetak : mukostatis

2. Kunjungan II

Tahap Laboratoris

a. Pembuatan model kerja

Membuat cetakan model kerja

 Rahang atas : mukofungsional

Sendok cetak: shellac (edentolous), stock try (bergigi)

Bahan cetak: elastomer (edentolous), alginate (bergigi)

 Rahang bawah: mukofungsional

Sendok cetak : sendok cetak individual

Bahan cetak : elastomer


b. Teknik pencetakan double impression

b.1 Tahap 1 : mencetak bagian edentolous dengan sendok cetak shellac

 Shellac dipanaskan sampai bewarna bening, aplikasikan ke model study

dengan cara menekannya sesuai dengan kontur edentolous dan bagian gigi

dibebaskan

 Cek adaptasi sendok cetak shellac tersebut dengan menggunakan jari telunjuk

sambil ditekan pada salah satu sisi, kemudian lihat apakah sisi yang lainnya

terangkat/tidak

 Lakukan pengepasan sendok cetak shellac tersebut pada mulut pasien

 Jika adaptasinya sudah baik, lakukan muscle trimming, kemudian lubangi

sendok cetak shellac tersebut

 Setelah itu, lakukan pencetakan mukofungsional pada daerah edentolous

dengan bahan elastomer (exaflex)

b.1 Tahap 2 : Mencetak bagian bergigi dengan stocktry dan bahan cetak alginate

 Masukkan hasil cetakan tahap I (shellac + exaflex) ke dalam mulut pasien,

pastikan adaptasinya baik pada daerah edentolous

 Lakukan pencetakan tahap II ke dalam mulut pasien dengan menggunakan

stock try dan bahan cetak alginate untuk mendapatkan cetakan gigi pasien

 Setelah alginate menggeras, buka cetakan dengan keadaan cetakan tahap I

menempel pada cetakan tahap II

 Kemudian lakukan pengecoran dengan gips stone

c. Langkah – langkah Pembuatan Sendok Cetak Individual :

• Pembuatan disain (outline sendok cetak individual) mencakup semua gigi dan

jaringan pendukung gigi tiruan

• Buat garis pada forniks dengan pensil biru, dengan batas anatomis :
RB :Retromolar pad dan Sulkus alveoli lingual

• Buat garis dengan menggunakan pensil merah 2mm di atas garis biru (forniks). Garis

merah merupakan batas akhir dari sendok cetak fisiologis

• Pembuatan wax spacer.

• Lapisi model dengan selapis malam ( 2mm) menutupi gigi dan daerah tidak bergigi

sampai batas pensil merah.

• Pembuatan stopper

• Stopper berbentuk segi empat dengan ukuran 4 X 2 mm, dua pada bagian posterior

kiri dan kanan. Stopper tidak boleh ditempatkan pada gigi yang akan dijadikan

penyangga.

• Manipulasi akrilik swapolimerisasi

a. Campurkan powder dan liquid

b. Sebagian akrilik dimasukkan ke stopper

c. Buat akrilik dalam bentuk lempengan dan adaptasikan ke model yang telah

ditutupi spacer.

d. Ketebalan akrilik 2mm

e. Tepi sendok cetak berada di garis merah yaitu 2 mm di atas forniks

f. Pembuatan tangkai sendok cetak

g. Finishing

h. Mencobakan sendok individual ke dalam mulut pasien

i. Muscle trimming dengan compound

j. Pembuangan wax spacer dan pembuatan lubang- lubang pada sendok cetak

k. Lakukan pencetakan dengan menggunakan elastomer

l. Lakukan pengecoran dengan gips stone.

d. Pembuatan base plate dan bite rim


 Patokan bite rim :

Anterior  tinggi12 mm, lebar 4 mm

Posterior tinggi 10-11 mm, lebar 6 mm.

 Lengkung bite rim rahang bawah disesuaikan dengan alveolar ridge yang ada,

tinggi bite rim rahang bawah dibuat sejajar dengan tinggi retromolar pad dan gigi

yang tersisa.

 Bite rim rahang atas dibuat setinggi ±2 mm di bawah bibir atas saat rest position.

 Untuk menambah retensi pada RA dibuat post dam di daerah AH line

3. Kunjungan III

a. Tahap Klinis

a.1 Pada insersi base plate dan bite rim perhatikan retensi

a.2 Tentukan kesejajaran RA

Langkah :

 Pasien duduk rileks dengan posisi garis FHP (frankfurt horizontal plane) dan

dataran oklusal sejajar lantai

 Posisikan bite rim RA ke dalam mulut pasien

 Tentukan tinggi bite rim  tepi bawah bite rim anterior 1-2 mm di bawah

low lip line (batas bawah bibir atas) dalam keadaan istirahat

 Lihat dukungan wajah dengan memperhatikan kemiringan permukaan labial

bite rim (sudut naso labial ± 90°)

 Lihat dukungan wajah dengan memperhatikan posisi filtrum, garis naso

labial/sulkus naso labialis, dan dukungan pipi/ bucal support

 Pasang benang jagung dan karet gelang ke telinga kiri dan kanan pasien 

benang jagung melewati tengah tragus dan ala nasi pada kiri dan kanan

 Masukkan oklusal guide plane ke dalam mulut pasien


 Bidang insisal bite rim anterior sejajar dengan garis interpupil (Interpupilary

line)

 Bidang oklusal bite rim posterior sejajar dengan garis champher (garis yang

menghubungkan tragus –ala nasi)

a.3 Pengukuran Posisi Istirahat Fisiologis

 Pasien duduk rileks dengan posisi FHP dan dataran oklusal sejajar lantai

 Buat 2 titik : 1 pada hidung dan 1 pada dagu

 Pasien diinstruksikan untuk menggumam “mmmm” berulang hingga tidak terdapat

kontraksi otot bibir, ukur jarak 2 titik

 Lakukakan pengukuran pada kedua titik dengan menggunakan jangka sorong

 Hasil pengukuran merupakan dimensi vertikal istirahat fisiologis

a.4 Pengukuran dimensi vertikal oklusi tentatif

 DVO = DV istirahat-FWS (2-4mm)

 Tentukan DVO perhitungan, yaitu dengan mengurangi DVF yang telah diukur

sebanyak 2-4 mm

 Cocokkan ukuran yang kita dapatkan secara perhitungan dengan keadaan yang

sebenarnya dengan menginstruksikan pasien untuk mengoklusikan bite rim

rahang atas dan rahang bawah, kemudian ukur jarak 2 titik di hidung dan dagu.

Jika hasil perhitungannya sama, maka Dimensi vertikal oklusi sudah benar

 Penilaian fungsi estetis, fonetik, dan kenyamanan

 Masukkan bite rim RA dan RB dan instruksikan pasien untuk menggigitkan

kedua bite rim  ukur jarak antara subnasion – gnation (hasilnya harus sama

dengan dimensi vertikal oklusi tentatif)

 Jika jarak subnasion-gnation < DVO tentatif  kurangi tinggi bite rim RB
 Jika jarak subnasion-gnation > DVO tentatif  tambah tinggi bite rim RB

 Jika tinggi bite rim sudah tidak memungkinkan untuk ketinggian anasir,

sedangkan DVO belum tercapai  kurangi tinggi bite rim RA tapi tidak boleh

melewati low lip line

a.5 Tentukan relasi sentrik

Melatih pasien untuk mendapatkan relasi sentrik dengan 4 cara:

1. Instruksikan pasien untuk menengadahkan kepala

2. Instruksikan pasien untuk menelan ludah

3. Instruksikan pasien untuk meletakkan ujung lidah pada bulatan lilin yang

ditempelkan pada bagian posterior bite rim RA

4. Instruksikan pasien untuk membuka tutup rahang berulang-ulang hingga otot-

ototnya rileks. Bantu pasien meretruksikan RB dengan mendorong RB tanpa

paksaan

5. Lakukan berulang-ulang hingga didapatkan posisi yang sama.

6. Masukkan bite rim RA dan RB, instruksian pasien menggigitkan bite rim RA dan

RB pada posisi relasi sentrik sambil menengadahkan kepala, menelan ludah,

meletakkan ujung lidah di posterior bite rim RA. Ukur dengan sliding caliper

hingga didapat DVO. Terdapat teraan gigitan gigi bawah di bite rim RA

7. Jika pasien kesulitan menggigit bite rim, lunakkan bite rim dengan lecron panas

pada bekas gigitan RA sampai pasien bisa menggigit pada DVO

8. Masukkan bite rim RB,sesuaikan tinggi bite rim RB dengan DVO dengan panduan

teraan gigitan bite rim RA

9. Ukur kesesuaian DVO

10. Penilaian fonetik : pasien diinstruksikan untuk melafalkan huruf “s”  terdapat

jarak antara tepi bite rim RA dan RB sebesar 1-1,5 mm


11. Pasien dapat melafalkan bunyi : s, f, dan v dengan benar dan jelas

12. Tanggapan pasien terhadap kenyamanan yang dirasakan setelah menggunakan bite

rim (> 5 menit)

13. Tentukan garis orientasi

- Midline, Low lip line, High lip line, C line

14. Fiksasi bite rim RA dan RB mengunakan isi hecter yang dipanaskan. 2 posterior, 1

di anterior

15. Keluarkan biterim dari mulut pasien, pasang di model kerja dan tanam ke

artikulator

Tahap Laboratoris

Pemasangan pada artikulator (free plane artikulator) dengan pedoman :

a. Garis median model berhimpit dengan garis median artikulator (dilihat dari atas

artikulator)

b. Pin horizontal ujungnya menyentuh tepi luar anterior bite rim RA dan tepat pada garis

tengah bite rim

c. Dataran oklusan bite rim sejajar atau berhimpit dengan karet gelang pada artikulator

(dilihat dari lateral artikulator)

d. Pin vertikal berkontak dengan meja insisal artikulator dibawahnya

4. Kunjungan IV

4.1 Tahap Laboratoris

 Pemasangan gigi anterior rahang atas

4.2 Tahap klinis

Try in seluruh gigi tiruan di atas malam , kemudian diperiksa :

 Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)
 Garis senyum (batas cervikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada saat senyum)

High lip line

 Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan huruf s, f, t, r, m)

5. Kunjungan V

Tahap Laboratoris

 Pemasangan gigi posterior rahang atas

 Pemasangan gigi posterior rahang bawah

 Kontur gusi (modelir malam)

Tahap klinis

Try in seluruh gigi tiruan di atas malam lakukan pengamatan pada :

a. Oklusi

b. Estetis dengan melihat garis caninus dan garis senyum

c. Pasien disuruh mengucapkan huruf-huruf p, b, d, v dan lain-lain sampai tidak ada

gangguan

d. Stabilisasi

Tahap Laboratoris

 Proses pengodokan (flasking)

 Manipulasi dan proses heat cured acrylic

 Polishing dan finishing

6. Kunjungan VI

5.1 Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut.

5.2 Saat dilakukan insersi harus diperhatikan :

a. Oklusi

b. Retensi

c. Stabilisasi
d. Artikulasi

5.3 Apabila sudah tidak ada gangguan, maka protesa dapat dipolis.

5.4 Instruksi untuk pemeliharaan protesa :

a. Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas

b. Protesa dijaga kebersihannya

c. Protesa dijaga agar tidak mudah lepas

5.5 Instruksi untuk pasien :

a. Pasien dianjurkan untuk beradaptasi

b. Malam hari ketika tidur, protesa dilepas

c. Pasien membersihkan protesanya setiap kali sehabis makan dan sebelum tidur.

d. Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien dianjurkan

untuk segera kembali ke klinik.

e. Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

7. Kunjungan VII

Setelah pemasangan GTSL selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol. Yang perlu

diperhatikan pada saat kontrol :

1. Pemeriksaan subyektif :

a) Ditanyakan apakah ada keluhan, gangguan, rasa sakit atau tidak?

b) Ditanyakan bagaimana saat berfungsi?

2. Pemeriksaan obyektif :

a) Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan

b) Diperiksa retensi dan stabilisasi


TATA LAKSANA KASUS

Kunjungan 1 (8 Desember 2014)

- Pencetakan anatomis

- Pembuatan model studi

- Pengisian kartu status/diskusi

Kunjungan 2 (9 Desember 2014)

- Pembuatan sendok cetak perseorangan

- Pencetakan fisiologis RA

- Pencetakan fisiologis RB

- Pembuatan Model Kerja


Kunjungan 3 (10 Desember 2014)

- Penentuan Gigit

 Occlusal Biterim

 Vertical Dimention Occlusion

- Pemasangan model kerja di Artikulator

Kunjungan 4 (17 Desember 2014)

- Penyusunan Gigi Anterior

- Penyusunan Gigi Posterior

- Percobaan protesa malam

- Pembuatan Postdam

- Penghalusan protesa malam

Prosedur Laboratoris (30 Desember 2014)

- Penanaman model dalam kuvet

- Pengisian dengan resin akrilik

Kunjungan 5 (31 Desember 2014)

- Pemasangan gigi tiruan (Insersi)


Kunjungan 6 (12 Januari 2015)

- Kontrol 1

Hal yang dikeluhkan pasien :

1. Sakit pada vestibulum rahang atas dan bawah dekat sayap gigi tiruan

ketika dipakai makan

2. Rahang bawah terasa longgar ketika dipakai makan

Kontrol yang dilakukan :

1. Cek oklusi dengan articulating paper, instruksikan pasien untuk oklusi

berulang ulang sesuai oklusi sentrik pasien dan lihat teraan dan jejas pada

gigi tiruan. Hilangkan jejas/teraan tebal pada gigi tiruan dengan Arkansas

bur.

2. Selanjutnya tempatkan lagi articulating paper dan instruksikan pasien

untuk menggerakkan rahang kekiri dan kekanan sesuai fungsi

pengunyahan, dan lihat teraan yang terdapat pada gigi palsu, kurangi

kembali jejas pada gigi tiruan menggunakan prinsip working side dan

balancing side (BULL)

Kunjungan 7 (21 Januari 2015)


- Kontrol 2

Tidak ada keluhan dari pasien, pasien sudah mulai nyaman dengan gigi

barunya.

Anda mungkin juga menyukai