LAPORAN KASUS
A. Data Pasien :
Umur : 51 tahun
No. RM : 002766
Pekerjaan : IRT
B. Pemeriksaan Subjektif
banyak yang berlubang dan tinggal sisa akar lalu akhirnya dicabut.
Pasien terakhir mencabut gigi geraham bawah kiri dan geraham atas
kiri.
a. ANAMNESIS
b. Pemeriksaan Klinik
Ekstra Oral
2. Profil : cembung
5. Hidung : simetris
3. Sendi rahang :
Kiri : tidak
Kanan : tidak
Pemeriksaan umum
2. Kalkulus : ada
3. Stain : ada
- Mobilitas : normal
13 TAK
24 TAK
f. Pemeriksaan Lain
1. Vestibulum
2. Prosesus Alveolaris
3. Frenulum
7. Lingualis : sedang
4. Palatum
5. Alveolar Tubercle
1. Kiri : kecil
2. Kanan : kecil
6. Ruang Retromilohioid
1. Kiri : sedang
2. Kanan : sedang
7. Bentuk lengkung
1. RA : Parabola
2. RB : Parabola
9. Lain- Lain :
Pasien ingin membuat gigi tiruan rahang atas dan bawah untuk membantu fungsi
pengunyahan estetik dan bicara. Keadaan umum pasien baik dan tidak menderita
penyakit sistemik.
h. Diagnosa :
RA : Klas I Kennedy
RB : Klas I Kennedy
i. Rencana Perawatan
RA : Sebagian, elemen : 17, 16, 15, 14, 12, 11, 21, 22, 23, 25, 26, 27
RB : Sebagian, elemen : 47, 46, 45, 44, 43, 34, 35, 36, 37
Desain GTSL
A. Rahang atas
- Gaya adhesià perlekatan antara saliva dan GT rahang atas pada permukaan
anatomis yang berkontak rapat pada mukosa didapatkan dari pencetakan yang
akurat
- Penyusunan gigi membentuk kurva spee dalam arah antero posterior dan kurva
- Pemilihan anasir gigi : bentuk, ukuran, warna sesuai dengan gigi yang masih
tertinggal
- Penyusunan anasir
- Incisal gigi anterior rahang atas terlihat + 2 mm dari batas bawah bibir atas
saat istirahat
- Sudut nasolabial + 90
- Garis senyum à gusi tidak terlihat saat senyum untuk menetukan panjang
anasir
B. Rahang bawah
- Penyusunan gigi membentuk kurva spee dalam arah antero posterior dan kurva
5. Arah pemasangan
RA : anterior tilting : -
RB : vertikal tilting : -
RENCANA PERAWATAN
1. Kunjungan I
Tahap Klinis
stock tray RB
2. Kunjungan II
Tahap Laboratoris
dengan cara menekannya sesuai dengan kontur edentolous dan bagian gigi
dibebaskan
Cek adaptasi sendok cetak shellac tersebut dengan menggunakan jari telunjuk
sambil ditekan pada salah satu sisi, kemudian lihat apakah sisi yang lainnya
terangkat/tidak
b.1 Tahap 2 : Mencetak bagian bergigi dengan stocktry dan bahan cetak alginate
stock try dan bahan cetak alginate untuk mendapatkan cetakan gigi pasien
• Pembuatan disain (outline sendok cetak individual) mencakup semua gigi dan
• Buat garis pada forniks dengan pensil biru, dengan batas anatomis :
RB :Retromolar pad dan Sulkus alveoli lingual
• Buat garis dengan menggunakan pensil merah 2mm di atas garis biru (forniks). Garis
• Lapisi model dengan selapis malam ( 2mm) menutupi gigi dan daerah tidak bergigi
• Pembuatan stopper
• Stopper berbentuk segi empat dengan ukuran 4 X 2 mm, dua pada bagian posterior
kiri dan kanan. Stopper tidak boleh ditempatkan pada gigi yang akan dijadikan
penyangga.
c. Buat akrilik dalam bentuk lempengan dan adaptasikan ke model yang telah
ditutupi spacer.
g. Finishing
j. Pembuangan wax spacer dan pembuatan lubang- lubang pada sendok cetak
Lengkung bite rim rahang bawah disesuaikan dengan alveolar ridge yang ada,
tinggi bite rim rahang bawah dibuat sejajar dengan tinggi retromolar pad dan gigi
yang tersisa.
Bite rim rahang atas dibuat setinggi ±2 mm di bawah bibir atas saat rest position.
3. Kunjungan III
a. Tahap Klinis
a.1 Pada insersi base plate dan bite rim perhatikan retensi
Langkah :
Pasien duduk rileks dengan posisi garis FHP (frankfurt horizontal plane) dan
Tentukan tinggi bite rim tepi bawah bite rim anterior 1-2 mm di bawah
low lip line (batas bawah bibir atas) dalam keadaan istirahat
Pasang benang jagung dan karet gelang ke telinga kiri dan kanan pasien
benang jagung melewati tengah tragus dan ala nasi pada kiri dan kanan
line)
Bidang oklusal bite rim posterior sejajar dengan garis champher (garis yang
Pasien duduk rileks dengan posisi FHP dan dataran oklusal sejajar lantai
Tentukan DVO perhitungan, yaitu dengan mengurangi DVF yang telah diukur
sebanyak 2-4 mm
Cocokkan ukuran yang kita dapatkan secara perhitungan dengan keadaan yang
rahang atas dan rahang bawah, kemudian ukur jarak 2 titik di hidung dan dagu.
Jika hasil perhitungannya sama, maka Dimensi vertikal oklusi sudah benar
kedua bite rim ukur jarak antara subnasion – gnation (hasilnya harus sama
Jika jarak subnasion-gnation < DVO tentatif kurangi tinggi bite rim RB
Jika jarak subnasion-gnation > DVO tentatif tambah tinggi bite rim RB
Jika tinggi bite rim sudah tidak memungkinkan untuk ketinggian anasir,
sedangkan DVO belum tercapai kurangi tinggi bite rim RA tapi tidak boleh
3. Instruksikan pasien untuk meletakkan ujung lidah pada bulatan lilin yang
paksaan
6. Masukkan bite rim RA dan RB, instruksian pasien menggigitkan bite rim RA dan
meletakkan ujung lidah di posterior bite rim RA. Ukur dengan sliding caliper
hingga didapat DVO. Terdapat teraan gigitan gigi bawah di bite rim RA
7. Jika pasien kesulitan menggigit bite rim, lunakkan bite rim dengan lecron panas
8. Masukkan bite rim RB,sesuaikan tinggi bite rim RB dengan DVO dengan panduan
10. Penilaian fonetik : pasien diinstruksikan untuk melafalkan huruf “s” terdapat
12. Tanggapan pasien terhadap kenyamanan yang dirasakan setelah menggunakan bite
14. Fiksasi bite rim RA dan RB mengunakan isi hecter yang dipanaskan. 2 posterior, 1
di anterior
15. Keluarkan biterim dari mulut pasien, pasang di model kerja dan tanam ke
artikulator
Tahap Laboratoris
a. Garis median model berhimpit dengan garis median artikulator (dilihat dari atas
artikulator)
b. Pin horizontal ujungnya menyentuh tepi luar anterior bite rim RA dan tepat pada garis
c. Dataran oklusan bite rim sejajar atau berhimpit dengan karet gelang pada artikulator
4. Kunjungan IV
Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)
Garis senyum (batas cervikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada saat senyum)
5. Kunjungan V
Tahap Laboratoris
Tahap klinis
a. Oklusi
gangguan
d. Stabilisasi
Tahap Laboratoris
6. Kunjungan VI
5.1 Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut.
a. Oklusi
b. Retensi
c. Stabilisasi
d. Artikulasi
5.3 Apabila sudah tidak ada gangguan, maka protesa dapat dipolis.
c. Pasien membersihkan protesanya setiap kali sehabis makan dan sebelum tidur.
d. Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien dianjurkan
7. Kunjungan VII
Setelah pemasangan GTSL selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol. Yang perlu
1. Pemeriksaan subyektif :
2. Pemeriksaan obyektif :
- Pencetakan anatomis
- Pencetakan fisiologis RA
- Pencetakan fisiologis RB
- Penentuan Gigit
Occlusal Biterim
- Pembuatan Postdam
- Kontrol 1
1. Sakit pada vestibulum rahang atas dan bawah dekat sayap gigi tiruan
berulang ulang sesuai oklusi sentrik pasien dan lihat teraan dan jejas pada
gigi tiruan. Hilangkan jejas/teraan tebal pada gigi tiruan dengan Arkansas
bur.
pengunyahan, dan lihat teraan yang terdapat pada gigi palsu, kurangi
kembali jejas pada gigi tiruan menggunakan prinsip working side dan
Tidak ada keluhan dari pasien, pasien sudah mulai nyaman dengan gigi
barunya.