Anda di halaman 1dari 27

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Anamnesis/Pemeriksaan Subjektif

 Skenario Kasus

Seorang pasien perempuan berusia 62 tahun datang ke RSGM dengan keluhan

seluruh gigi rahang atas dan bawah ompong serta pasien ingin dibuatkan gigi palsu yang

dapat dilepas pasang. Sebelumnya pasien mengatakan bahwa dulu pernah dibuatkan gigi

palsu, tetapi saat ini pasien sudah tidak nyaman lagi dengan gigi palsu sebelumnya

dikarenakan sudah terasa longgar. Pemeriksaan ekstra oral tidak ditemukan adanya

kelainan. Pemeriksaan intraoral RA dan RB edentolus. Pasien ingin dibuatkan gigi palsu

 Identitas pasien

Nama : Yulismar

Umur : 62 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Sebrang Padang Utara 2

Pemeriksaan : 03 Juni 2021

 Keluhan utama

Seorang pasien perempuan berusia 62 tahun datang ke RSGM dengan keluhan

seluruh gigi rahang atas dan bawah ompong serta pasien ingin dibuatkan gigi palsu yang

dapat dilepas pasang

 Riwayat kesehatan umum

Tidak ada, pasien dalam keadaan sehat, tidak ada kelainan sistemik

 Riwayat kesehatan gigi dan mulut

Sebab kehilangan gigi : berlubang besar, ada beberapa gigi yang lepas sendiri dan

ada beberapa gigi yang dilakukan pencabutan


Pencabutan terakhir : rahang bawah sekitar 5 tahun yang lalu

 Riwayat pemakaian gigi tiruan : Pernah.

Bila pernah :

- Pada rahang atas dan bawah

- Jenis gigi tiruan : lepas pasang

- Masih dipakai jika keluar rumah

Pengalaman : saat ini gigi palsu sudah dirasakan longgar terutama pada rahang bawah

 Sikap mental : Filosofis

3.2 Pemeriksaan Klinis / Objektif

1. Ekstraoral

 Bentuk wajah : lonjong

 Profil wajah : cembung

 Proporsi dan simetris wajah : Simetris

 Mata : sama tinggi, bergerak kesegala arah

 Hidung : simetris, pernafasan melalui hidung lancer

 Bibir atas : normal, tipis dan simetris

 Bibir bawah : normal, tipis dan simetris

 Warna kulit : sawo matang

 Sendi rahang : Normal, tidak ada deviasi dengan ROM 45 mm

 Kelainan lain : Tidak ada

2. Intraoral

 Saliva : kuantitas dan kualitas normal

 Lidah : ukuran normal dan mobilitas normal

Posisi Wright : Kelas I/II/III

 Refleks muntah : Rendah

 Status gigi : RA dan RB edentolus


 Vestibulum :

Rahang atas :

Post. Kanan : dalam/ sedang/ dangkal

Post. Kiri : dalam/ sedang/ dangkal

Anterior : dalam/ sedang/ dangkal

Rahang bawah :

Post. Kanan : dalam/ sedang/ dangkal

Post. Kiri : dalam/ sedang/ dangkal

Anterior : dalam/ sedang/ dangkal

 Prosesus alveolaris dan residual ridge :

Rahang Post kanan Post kiri Anterior

atas
Bentuk Square/oval/ lancip Square/oval/lancip Square/oval/lancip
Ketinggia Tinggi/sedang/renda Tinggi/sedang/renda Tinggi/sedang/renda

n h h h
Tahanan Flabby/tinggi/rendah Flabby/tinggi/rendah Flabby/tinggi/rendah

jaringan
Bentuk Rata/tidak ada Rata/ tidak ada Rata/ tidak ada

permukaa

Rahang Post kanan Post kiri Anterior

bawah
Bentuk Square/oval/ lancip Square/oval/lancip Square/oval/lancip
Ketinggian Tinggi/sedang/rendah Tinggi/sedang/rendah Tinggi/sedang/rendah

Tahanan Flabby/tinggi/rendah Flabby/tinggi/rendah Flabby/tinggi/rendah

jaringan
Bentuk Rata/tidak ada Rata/ tidak ada Rata/ tidak ada

permukaan

 Frenulum :
- Labialis superior : sedang

- Labialis inferior : rendah

- Bukalis RA kanan : sedang

- Bukalis RA kiri : rendah

- Bukalis RB kanan : rendah

- Bukalis RB kiri : rendah

- Lingualis : sedang

 Palatum :

Persegi/oval/segitiga

Dalam/sedang/dangkal

Torus palatinus : besar/kecil/tidak ada

Palatum mole : house kelas I/II/III

 Tuber maksila :

Kanan : besar/kecil

Kiri besar/kecil

Exostosis : ada/ tidak ada

 Ruangan retromilohioid :

Kanan : dalam/sedang/dangkal

Kiri : dalam/sedang/dangkal

 Bentuk lengkung rahang :

Rahang atas : persegi/oval/segitiga

Rahang bawah : persegi/oval/segitiga

 Perlekatan dasar mulut : tinggi/normal/rendah

 Diagnosis :

Diagnosa utama : Edentulus RA dan RB

BAB 4
RENCANA PERAWATAN

4.1 Rencana Perawatan


a. Rencana perawatan awal :
Perawatan pra prostodontik :
1. Perawatan periodontal : ada/tidak ada
2. Perawatan konservasi gigi : ada/tidak ada
3. Persiapan tempat cengkraman : ada/tidak ada
4. Perawatan bedah : ada/tidak ada
b. Rencana perawatan akhir : pembuatan gigi tiruan lengkap
c. Skema oklusi : Bilateral Balanced Occlution
d. Desain rahang atas dan bawah
 Jaringan pendukung (suporting) : mukosa
 Limited area : palatal seal, fovea palatina, rugae palatina
 Bantalan (bearing) : akrilik atau basis
 Relief : frenulum, vestibulum, prosesus alveolaris, alveolar tuberkel, hamular
notch
e. Prognosis : baik/sedang/buruk
4.2 Tahap Klinis Dan Tahap Laboratorium Yang Akan Dilakukan
Tabel : tahapan klinis dan laboratorium dalam pembuatan gigi tiruan lengkap
Kunjungan Cara kerja
Klinis Laboratorium
I 1. Pemeriksaan subjektif 1. Cor gips tipe 3 (untuk
dan objektif mendapatkan model
2. Penegakan diagnosis studi
3. Rencana perawatan 2. Membuat sendok cetak
4. Mencetak anatomis fisiologis
II 5. Try in sendok cetak 3. Cor beading dan boxing
fisiologis (untuk mendapatkan
6. Muscle trimming model kerja)
7. Mencetak fisiologis 4. Desain GTL
5. Basis sementara
III 8. Try in basis sementara 6. Pembuatan gelengan
gigit/bite rim
IV 9. Try in bite rim 7. Transfer articulator
10. Menetapkan MMR 8. Penyusunan gigi
11. Pemilihan warna gigi
V 12. Try in penyusunan gigi 9. Wax countering
10. Prosessing akrilik
VI 13. Insersi
VII 14. Kontrol

4.3 Tahapan Kerja


Kunjungan I
Klinis Laboratorium
1. Pemeriksaan subjektif dan objektif 5. Membuat model studi/diagnostic
2. Penegakan diagnosis RA/RB
3. Penentuan rencana perawatan 6. Membuat sendok cetak individu
4. Pencetakan awal/ anatomis (custom/individual tray) RA dan RB
yang terbuat dari resin akrilik

Gambar hasil sendok cetak


 Pembuatan sendok cetak fisiologis
- Pembuatan outline sendok cetak, batas akhir sendok cetak berada 2 mm diatas
forniks untuk mempersiapkan tempat bahan modelling compound (green kerr) pada
saat muscle trimming
- Sendok cetak fisiologis untuk rahang bawah didesain dengan perluasan kea rah
fossa retromylohyoid
- Pembuatan spacer dari wax dan pembuatan stopper
- Bahan sendok cetak dibuat dari bahan self akrilik
Kunjungan II
Klinis Laboratorium
1. Try in sendok cetak fisiologis 4. Membuat model kerja RA/RB
2. Border moulding 5. Membuat basis RA dan RB
3. Mencetak fisiologis rahang tidak
bergigi

1. Try in sendok cetak fisiologis


Dilakukan pemeriksaan pada sendok cetak :
- Mencangkup semua batas anatomis
- Batas sendok cetak 2 mm diatas fornik
- Frenulum sudah dibebaskan
- Posisi tangkai vertical untuk memudahkan Gerakan bibir saat border moulding
2. Border moulding
- Bahan : green stick compound
- Green stick dipanaskan, kemudian diteteskan ditepi sendok cetak. Lalu celupkan ke
air agar tidak terlalu panas dan dimasukkan ke mulut pasien ,sambal menggerakkan
mukosa pipi, bibir, dan lidah pasien sehingga mendapatkan anatomisnya. Muscle
trimming dilakukan per regio
3. Pencetakan fisiologis
- Teknik : mukodinamis/mukokompresi
- Bahan : elastomer (medium body)
- Sebelum pencetakan, spacer dilepaskan dari sendok cetak kemudian dilakukan
pembuatan lubang retensi pada sendok cetak selanjutnya dilakukan pencetakan
fisiologis. Hasil pencetakan dilakukan beading dan boxing pada sekeliling sendok
cetak, utility wax diletakkan 3 mm di bawah green kerr, ditutup dengan wax dan
diisi dengan gips tipe IV untuk mendapatkan model fisiologis
4. Pembuatan basis gigi tiruan
Model fisiologis rahang atas dilakukan desain basis gigi tiruan. Desain basis seluas
mungkin sampai struktur anatomis pembatas gigi tiruan. Basis dibuatkan dengan bahan
resin akrilik

POST DAM
Cara penentuan post dam pada model kerja :
1. Menentukan letak A-H line posterior (A)
2. Menentukan letak posterior palatal seal didepan A-H line posterior lebih kurang 1-2
mm (B)
3. Buat garis batas dari tuber maksilaris kiri dan kanan ©
4. Buat garis batas dari torus palatinus jika ada (D)
5. Buat garis batas post dam dengan bentuk blow line dari palatal seal (bagian tengah 2-3
mm dan tepi dekat tubermaksilaris 4-6 mm) sampai tubermaksilaris dan berakhir
sampai hamular notch (0,5-1 mm) (E)
6. Lakukan pengerokkan pada batas yang sudah ditentukan dengan kedalaman 1-1,5 mm
(F)
Gambar

Kunjungan 3

Klinis Laboratorium
1. Try in basis 2. Desain bite rim
3. Membuat galangan gigit RA dan
RB

1. Try in basis
Basis rahang atas dan bawah diuji coba ke rongga mulut pasien. Pembuatan oklusal rim
dan garis pedoman ditempatkan pada oklusal rim rahang atas yang meliputi garis
tengah ( mid line ), garis bibir terendah ( low lip line), garis senyum, garis bibir
tertinggi ( High lip line) dan garis kaninus.
2. Pembuatan galangan gigit/ bite rim
Bite rim / occlusal rim adalah galengan yang diletakkan diatas base plate lebih kurang
diatas processus alveolaris (Fadriyanti, 2009). Didesain pada model kerja
Gambar : bite rim rahang atas dan rahang bawah yang diletakkan diatas linggir alveolar
Prosedur pembuatan bite rim dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan wax
merah yang diletakkan diatas basis
Gambar : pembuatan bite rim dengan wax
1. Tentukan dimensi awal bite rim rahang atas dan rahang bawah
a. RA :
- Lebar, anterior : 3-4 mm dan posteriror : 5-6 mm
- Tinggi, anterior : 10-12 mm dan posterior : 8-10 mm
b. RB :
- Lebar, anterior : 3-4 mm dan posterior : 5-6 mm
- Tinggi, anterior : 8-10 mm dan posterior : 10-12 mm
Tinggi bite rim rahang bawah sama dengan tinggi daerah retromolar pad
2. Desain bite rim pada model kerja
a. Desain pada rahang atas
Gambar. Desain garis pedoman bite rim rahang atas pada model kerja
- Lingkarlah papilla insisif dan ruge palatina. Tujuannya adalah
untuk menetukan garis median line. Lalu Tarik garis dari papilla
insisif sampai A-H line
- Lalu buatlah garis 2 buat diatas ridge alveolar kiri dan kanan
dengan pedoman hamular notch. Garisnya tepat ditengah prosesus
alveolaris
- Pembuatan garis tadi dilebihkan sampai ke tepi model dengan
tujuan untuk pedoman pemasangan bite rim
b. Desain pada rahang bawah
Gambar. Desain garis pedoman bite rim rahang bawah pada model kerja
- Buatlah garis median line
- Bagian yang ditunjuk oleh panah adalah bagian retromolar pad
- Lalu tariklah garis disamping retromolar pad tepat diatas prosesus
alveolaris
3. Letak bite rim pada model kerja
Gambar. Bite rim diletakkan tepat diatas ridge alveolar dengan perbandingan 2:1
- Bite rim diletakkan di ridge alveolar dengan menarik garis khayal dengan
menarik tepat dipuncak linggir pada rahang bawah sampai retromolar pad
dan rahang atas sampai hamular notch dengan perbandingan 2:1 ( 2 untuk
bukal (4mm) dan 1 linguar (2mm))
- Bite rim diletakkan membentuk huruf U dan disesuaikan dengan lengkung
rahang
- Bite rim RA dan RB dibuat sesuai dengan hubungan rahang atas dan
rahang bawah
Kunjungan 4
Klinis Laboratorium
1. Try in galangan gigit 4. Transfer articulator
2. Penetapan gigitan/MMR 5. Penyusunan gigi
3. Pemilihan gigi

1. Yang harus diperhatikan saat try in bite rim (klinis)


1. Labial fullness
Bibir normal didukung alveolar ridge dan gigi kemudian diganti dengan bite rim dengan
permukaan labial ditambah atau dikurangi, dan dibiarkan posisi bibir atas dalam keadaan
alami. Garis antara bibir atas dan bawah berkontak kemudian istirahat fisiologis (tidak
berkontak)
2. Untuk tinggi bite rim rahang atas
a. Dalam keadaan rest posisi, dilihat dari depan 2mm dibawah garis
bibir rahang atas
Gambar : keadaan gigi rest posisi tinggi bite rim 2 mm dibawah bibir atas
b. Fhiltrum tidak boleh tegang
Gambar. Keadaan filtrum tidak boleh tegang
c. Sulkus nasolabialis membentuk sudut 90 derajat
d. Bibir tidak boleh tegang
e. Sudut mulut tidak boleh turun. Jika sudut mulut turun bite rim di
tambah dengan wax
f. Pada saat tersenyum tinggi bite rim 2-4 mm dibawah sudut mulut
Gambar. Tinggi bite rim dalam keadaan senyum
3. Bidang oklusal dataran anterior ( dari depan) sejajar dengan garis pupil
4. Dataran anteroposterior ( dari samping ) berhubungan dengan depan sejajar garis champer
(alanasi tragus/ meatus acusticus externus)

2. Prosedur penepatan gigitan/MMR


Penentuan MMR ada 3 cara yaitu :

a. Dataran oklusal : merupakan tahap untuk rahang atas. Menentukan


kesejajaran oklusal dengan menggunakan garis chamfer dan garis
pupil yang dilihat dengan menggunakan oklusal bite plane dan bite
rim rahang bawah mengikuti bite rim rahang atas.

Persiapan operator, pasien, alat, dan bahan :


c. Persiapan pasien
Kepala harus tegak lurus, tidak boleh bersandar ke dental unit dan
rahang sejajr lantai
Gambar. Posisi kepala tegak lurus
b. Persiapan operator
Dengan memakai masker dan handscoon
c. Alat-alat yang dipersiapkan adalah :
Gambar. Alat dan bahan yang diperlukan untuk menentukan dataran
oklusal
- Oklusal bite plane : untuk menentukan kesejajaran bidang
oklusal
Gambar
- Pisau cappy yaitu untuk mendatarkan wax
Gambar
- Bite rim rahang atas
- Wax untuk menambahkan bite rim
- Pisau wax untuk mengurangi bite rim
- Lecron
- Pus,pus untuk mengurangi atau memanaskan wax
- Benang, untuk membuat garis chamfer
d. Caranya adalah
- Tentukan garis interpupil, yang dilihat dari arah anterior
yaitu garis dari sudut mata kanan ke sudut mata kiri
Gambar. Garis interpupil
- Tentukan garis chamfer yang dilihat dari arah
anteroposterior, yaitu garis dari tragus ke alanasi.
Gambar. Bidang orientasi sejajar A garis chamfer
- Pasang bite rim rahang atas
- Masukkan bite plane
Gambar bite plane dimasukkan kedalam mulut pasien
- Pasien di instruksikan untuk menekan bagian bawah bite
plane dengan ibu jari
- Periksa kesejajaran interpupil dan garis chamfer
- Try in bite rim rahang bawah
- Rahang atas dan rahang bawah tidak boleh ada space. Lihat
dari anterior dan posterior harus tepat
- Tentukan vertical dimensi dan relasi sentrik
b. Vertikal dimensi
Merupakan tahap rahang atas dan rahang bawah dalam arah vertical. Pada penetuan VD,
ada 2 buah yang harus ditentukan yaitu :
- VDO : vertical dimensi oklusal
Adalah keadaan bite rim RA dan RB berkontak (oklusi sentrik) dan mandibula
dalam keadaan relasi sentrik
- VDF : vertical dimensi fisiologis
Adalah relasi postural dari mandibula terhadap maksila jika pasien istirahat dengan
posisi tegak dan kondilus dalam posisi tidak tegang di glenoid fossa. Dimana bite
rim RA dan RB tidak berberkontak yaitu dalam keadaan istirahat fisiologis
Cara menentukan dimensi vertical :
1. Menentukan tinggi gigit/dimensi vertical oklusi (DVO), caranya :
c. Sebelum DVO ditentukan, operator mengukur terlebih dahulu tinggi rest posisi/dimensi
vertical fisiologis. Dengan cara :
- Posisikan pasien duduk rilex dengan kepala tegak. Dimana kepala dan punggung
lurus(dimana tujuannya adalah supaya bisa mengembalikan tinggi wajah dalam
keadaan VDO)
Gambar. Posisi kepala lurus menentukan dimensi vertical
- Ukur jarak dari glabella keg nation dengan menggunakan caliper atau will’s gauge.
Dimana garis-garis yang ditentukan adalah
1. Dari glabella ke nation
2. Dari nation keg nation
3. Dari sudut mata ke sudut mulut
Gambar . A. jarak A (mata-sudut mulut), B. hidung-dagu C. glabella-hidung 1.
Glabella 2. Subnathon 3. Gnation
Setalah didapatkan hasilnya, hitung rata-ratanya. Angka yang diperoleh merupakan
tinggi rest posisi pasien/dimensi vertical rest posisi.
Yang perlu dilakukan :
- Perhatikan estetis : dari arah depan, ekspresi harus tenang
- Fonetik, instruksikan pasien untuk mengucapkan huruf s atau angka 11-19. Pada
saat terakhir mengucapkan angka 11 bite rim RA dan RB tidak boleh berkontak.
Jika bibir tidak tertarik berarti VD tinggi, dan jika bibir tertarik VD rendah.
- Dalam keadaan rest posisi FWS normal (2-4) mm
Jika FWS < 2 = VD hampir 0, VD tinggi
Jika FWS > 4 = VD rendah
- Fungsi penelanan
2. Pengukuran dimensi vertical oklusi (VDO)
- Instruksikan untuk menutup mulut perlahan lahan hingga seluruh permukaan
insisal dan oklusi bite rim RA dan RB berkontak
- Apabila belum terjadi kontak bidang yang merata, maka permukaan insisal/
oklusal galengan gigit RB yang dirubah dan disesuaikan dengan RA, sehingga
diperoleh kontak bidang yang merata.
- Lalu, ukur jarak antara kedua titik (hidung-dagu) atau nation gnaation, lakukan
penyesuaian pada galengan gigi RB hingga mencapai VDO yang diinginkan
Pemeriksaan vertical dimensi yang benar :
1. Pengukuran saat istirahat fisiologis dan saat oklusi harus ada jarak 2-4 mm (free way
space)
2. Pengucapan s lebih kurang antara bite rim atas dan bawah lebih kurang 1 mm
3. Penelanan
4. Estetisnya, sesuai usia pasien perhatikan : philtrum, sulcus naso labialis, sulcus
mentofacialis, commisura bibir
Gambar. Tanda dimensi vertical yang normal
Keberhasilan VD tergantung kepada :
- Teori operator
- Skill operator
- Kerja sama dengan pasien
c. Relasi Sentrik
Merupakan tahap RA dan RB dalam arah horizontal. Nantinya tujuannya adalah untuk
mendapatkan oklusi. Metode yang digunakan sesuai dengan kasus adalah metode statis atau pasif,
dimana di sini yang aktif adalah operator dan pasien membantu, karena pasien ada kelainan TMJ
Relasi rahang ditentukan pada relasi sentrik. Pada posisi ini base plate dan oklusal rim direkam
pada record blok dan kemudian di fiksasi
Gambar. Penentuan relasi sentrik dengan metode statis

Metode ini lebih menguntungkan karena perpindahan base plate


minimal. Metode ini dapat ditentukan dengan 4 cara :

a. Metode Gysi

- Pedoman pada ventral otot messetter

- Ibu jari dengan telunjuk operator diletakkan dibagian ventral otot


messeter
- Pasien dalam keadaan relaks, kemudian operator mendorong
mandibula ke posterior dan pasien disuruh menggigit.
b. Metode Rhem

Ibu jari dan telunjuk diletakkan di daerah vestibulum menekan bite


trim, jari tengah di bengkokkan menekan dagu.
c. Metode gravitasi

Pasien duduk dikursi sedemikian rupa sehingga kepala


menengadah ke atas dengan gaya gravitasi mandibula akan terdorong ke
belakang dan pasien disuruh menggigit.

Jika posisi relasi sentrik sudah benar, buat garis vertikal pada record block
RA dan RB pada midline, caninus kiri dan kanan, garis ketawa dan juga garis
horizontal dimana RB dalam keadaan retrusif. Kemudian fiksasi dengan membuat
double V groove.

Tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Posisikan pasien duduk relaks dan dental unit direbahkan (semi supine),
kepala miring terhadap lantai membentuk sudut 30 derajat dan posisikan
pasien relasi sentrik.
Gambar. Posisi Kepala benar
2. Insersikan basis dan galangan gigit RA dan RB lalu posisikan pasien pada
relasi sentrik.
3. Buat tanda yang segaris disisi anterior dan posterior galangan gigit RA dan
RB sebagai garis panduan. Dimana garis pedoman pada bite trim adalah :
 Garis Median

Median line merupaka garis tengah wajah yang ditarik dari bibir
atas sampai bibir bawah dengan pedoman pada Philtrum ,
frenulum labialis . Digoreskan pada biterim rahang atas dan
rahang bawah yang berada tepat pada bagian tengah model .

Gambar. Garis pedoman median


 Garis kaninus

Garis caninus menentukan lebar enam gigi anterior atas . Menarik


garis tegak lurus pada sayap hidung sampai pada sudut mulut pada
biterim rahang atas pada waktu otot mulut relaks.

Gambar. Garis Pedoman Kaninus


 Garis tertawa
Gambar. Garis Pedoman Kaninus

Garis yang dibuat pada biterim anterior rahang atas yang bertujuan
untuk menentukan tinggi gigi atau menentukan letak servik gigi .
Pembuatan garis dilakukan waktu tertawa kecil (tersenyum)
kemudian ditandai pada biterim rahang atas batas bibir atas.
4. Pasien kembali diminta untuk membuka dan menutup mulut, periksa
apakah garis panduan pada anterior dan posterior galangan gigit RA dan
RB tetap segaris.

Gambar. Garis pedoman yang sudah ditandai pada biterim


Fiksasi

Cara memfixir :

a. Staples atau pin

b. Interocclusal record
Cara dengan bahan wax dengan pembuatan double V groove :

a. Buat double V groove pada biterim atas di daerah premolar – molar


kemudian olesi dengan Vaseline .

b. Pada biterim rahang bawah region premolar ke posterior dipotong


(dikurangi) , kemudian dilapisi kembali wax di permukaan oklusal .
Lunakkan daerah tersebut dan gigitkan pada pasien . Ketika digigit garis
penghubung rahang atas dan rahang bawah tetap berhimpit.
c. Kemudian dikeluarkan bersamaan rahang atas dan rahang bawah dan
transfer articulator

Gambar. Pembuatan double V groove


3. Pemilihan dan penyusunan gigi

Pemilihan gigi yang paling cocok bagi tiap pasien sangat menentukan
berhasil atau tidaknya pembuatan GTL. Gigi yang tidak serasi dengan warna,
bentuk dan ukuran wajah pasien akan menimbulkan masalah dalam pembuatan
GTL. Efektifitas pemilihan gigi tergantung dari kemampuan dokter gigi untuk
menginterpretasikan apa yang diloihatnya. Pada fase inilah dokter gigi
berkesempatan untuk mengungkapkan kemampuan seninya (Fadriyanti, 2010).
 Penyusunan gigi

Anterior atas (Fadriyanti, 2010) :

1. Gigi Insisivus satu atas (11)


- Inklinasi labio-palatal
Terlihat garis lurus sama dengan garis yang ditarikdari servik ke
insisal (bagian insisal dan servikal ke insisal posisinya sama atau
bagian insisal sedikit lebih ke palatal).
- Inklinasi mesio-distal

Long axis membentuk sudut 85 derajatkearah distal dengan bidang


oklusal.
- Bidang oklusal

Tepi insisal terlihat menyentuh dataran oklusal (glass plate).

2. Gigi Insisivus dua atas (12)

- Inklinasi labio-palatal

12 hampir sama dengan 11 dimana bagian servikalnya lebih


condong ke palatal dibandingkan dengan 11. Jika ditarik garis
khayal, terloihat lebih miring dibandingkan 11.
- Inklinasi mesio-distal

Long axisnya membentuk sudut 80 derajat dengan bidang oklusal.

- Bidang oklusal

Tepi insisal terletak imm diatas dataran oklusal (menggantung).

3. Gigi Kaninus atas (C)

- Inklinasi labio-palatal

Berbeda dengan 11 dan 12, bagian servikalnya lebih kelabial dan


insisalnya lebih kepalatal.
- Inklinasi mesio-distal

Long axisnya hamper sama dengan 11 dan bagian distal lebih


condong kepalatal dari pada mesial.
- Bidang oklusal

Tepi insisalnya sama dengan 11 berkontak dengan datarn oklusal.


Anterior bawah

1. Insisivus satu bawah

- Inklinasi labio-lingual

Untuk I-1 lebih miring bidang oklusal dibandingkan I-2.Bagian


insisal lebih ke labial dan bagian servikal lebih ke lingual (85
derajat).
- Inklinasi mesio-distal

Long axisnya membentuk sudut 85 derajatr dengan hiding oklusal.

- Bidang oklusal

Tepi insisal 1-2 mm diatas bidang oklusal, dilihat dari bidang


oklusal tepi insisal terletak diatas linggir rahang
2. Insisivus dua bawah

- Inklinasi labio-lingual

Bagain servikal dan labialnya lurus terhadap bidang oklusal.

- Inklinasi mesio-distal

Long axisnya membentuk sudut 80 derajat dengan bidang oklusal.

- Bidang oklusal

Bagian tepi insisalnya sama jaraknya 1-2 mm diatas bidang


ojklusal.
3. Gigi Caninus bawah

- Inklinasi labio-lingual

Bagian servikal lebih kelabial dan tepi insisal lebih ke lingual.


- Inklinasi mesio-distal

Long axisnya miring, tepi distal agak lurus dengan bidang oklusal.

- Bidang oklusal

Ujung cupsnya terletak diatas bidang oklusal.

Posterior atas

1. Premolar Satu

- Inklinasi mesio-distal

Tegak lurus bidang oklusal

- Bidang oklusal

Cups bukal berkontak dengan bidang oklusal dan cups palatal


tidak berkontak.
2. Premolar dua

- Inklinasi mesio-distal

Sama dengan P1

- Bidang oklusal

Cups bukal dan palatal berkontak dengan bidang oklusal

3. Molar satu

- Inklinasi mesio-distal

Bagian distal lebih kearah palatal


- Bidang oklusal

Cups mesio palatal berkontak dengan bidang oklusal dan cups


yang lain menggantung (mesio-bukal, disto-bukal dan disto-
palatal). Cups mesio-bukal berada pada mesio-bukal groove M1
bawah.

4. Molar dua

- Inklinasi mesio-distal

Sama dengan M1

- Bidang oklusal

Semua cups menggantung dan makin kearah distal lebih tinggi.

Posterior bawah

Penyusunan posterior bawah dengan mengikuti garis pedoman atau garis


imajiner yang ditarik dari bagian tengah retromolar pad sampai kebagian anterior.
Penyususnan gigi posterior dimulai dari molar satu (kunci oklusi) yang tidak
boleh dirubah ukurannya.Penyusunan mengikuti letak dari gigi posterior atas
(fadriyanti, 2010).

Kunjungan 5

Kli laboratorium
nis
1. Try in penyusunan gigi 2. Wax conturing

3. Prossesing

1. Try in penyusunan gigi

 Intra oral : Retensi, stabilisasi, dan estetis

- Retensi : dilakukan dengan memasangkan gigi tiruan kuat-kuat


dalam mulut dan mencoba melepaskannya dengan gaya tegak
lurus terhadap bidang oklusal.
- Stabilisasi : dilakukan saat mulut berfungsi, tidak boleh
mengganggu mastikasi, penelanan, bicara, ekspresi wajah dan
sebagainya.

 Estetis : pemilihan warna gigi yang sesuai umur, jenis kelamin dan warna
kulit pasien dan pemilihan ukuran gigi yang sesuai.

 Ekstra oral : dilihat penampilan pasien dalam keadaan mulut terutup


tanpa oklusi, rest posisi (fisiologis) dukungan pipi, bibir, traumatik oklusi.

2. Wax conturing

 Wax counturing untuk membentuk akar imaginer

3. Prossesing

 Dengan bahan CMS, heat curing, dan gips tipe 2.

Kunjungan 6

Insersi gigi tiruan lengkap lepasan

Prosedur kerja:

 Tahapan persiapan:

a) Perhatikan permukaan anatomis atau permukaan cetakan dari basis tidak


ada yang tajam dan bersih dari sisa gips
b) Pemeriksaan permukaan polis dari basis dan tidak porus dan mengkilat

Setelah gigi tiruan didalam mulut lakukan pemeriksaan dan evaluasi:

-Retensi, kedudukan basis terhadap mukosa


-Stabilisasi, perluasan basis dan penyusunan anasir gigi

-Oklusi sentrik dan eksentrik

-Psikologis: adaptasi dan penerimaan pasien terhadap gigi tiruannya


(kenyamanan pasien, estetik, bicara, mastikasi)

Berikan instruksi pemakaian dan pemeliharaan gigi tiruan, yaitu: setelah


insersi, pasien diminta untuk memakai gigi tiruannya selama 24 jam kecuali saat
mengunyah, gigi tiruan harus dilepas saat membersihkan dan dibuka malam hari.

Kunjungan 7

Kontrol

Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi


tindakan yang perlu dilakukan.
a) Pemeriksaan subjektif

Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat
pemakaian gigi tiruan tersebut.
b) Pemeriksaan objektif

Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut, melihat keadaan gigi tiruan
dan memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.

Anda mungkin juga menyukai