Anda di halaman 1dari 24

Laporan Tutorial Skenario 4

Blok 17 Rekam Medik Dental

Dosen Tutor : drg. Swasthi Prasetyarini M.Kes


Anggota : Fahmi Firdhaus E. D (171610101139)
Mahriana (171610101140)
Daragyta Purnama R (171610101141)
Iza Afkarina (171610101142)
Desy Sofyah H (171610101143)
Mulki Nur Majid (171610101144)
Kevin Justisio (171610101145)
Muhammad Rizki Y (171610101146)
Annisa Ayah Esa S (171610101147)
Maria Eklevina W (171610101148)

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Jember

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Blok 17 Blok
Rekam Medik Dental. Tutorial blok ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib
ditempuh di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Dengan selesainya laporan tutorial
ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan
kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. drg. Swasthi Prasetyarini M.Kes (Dosen Pembimbing Tutorial)


2. Anggota Kelompok Tutorial 15

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… 3

BAB I……………………………………………………………………………………… 4

PENDAHULUAN………………………………………………………………………… 4

BAB II…………………………………………………………………………………….. 5

PEMBAHASAN…………………………………………………………………………. 5

Step I. Mengklarifikasi Istilah Atau Konsep……………………………………….. 5

Step II. Menetapkan Permasalahan…………………………………………………. 6

Step III. Penyelesaian Masalah……………………………………………………… 6

Step IV. Pemetaan…………………………………………………………………… 9

Step V. Menentukan Objek Pembelajaran……………………………………………10

Step VII. Jawaban Objek Pembelajaran……………………………………………. 10

BAB III……………………………………………………………………………………. 26

KESIMPULAN…………………………………………………………………………… 26

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………... 27

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

4
BAB II
PEMBAHASAN

SKENARIO 4
Diagnosis Ortodonsia

Seorang ibu bersama anak laki-lakinya yng berusia 9 datang ke RSGM Unej ingin
memeriksakan gigi anaknya yang dirasakan tidak beraturan. Ibu menceritakan pada umur 8
tahun gigi susu depan atas belum tanggal sedangkan gigi dewasa sudah tumbuh di dalam.
Pemeriksaan klinis menunjukkan terdapat gigitan silang anterior. Selanjutnya dokter
melakukan pembuatan model studi, pemeriksaan intra oral, ekstra oral, fungsional dan
merujuk penderita untuk melakukan foto Sefalometri dan panoramik.Hasil pemeriksaan
adalah sebagai berikut : Profil cekung, Relasi bibir atas dan bawah kompeten, Relasi molar
kanan dan kiri Neutroklusi, Tidak terdapat pergeran garis median, Overjet 11 dan 21 terhadap
41 dan 31 negatif 1, overbite normal, Diskreapsi pada model RA -4,5 dan RB -3, SNA = 820 ,
SNB = 800, pemeriksaan foto panoramik benih gigi lengkap dengan pola erupsi normal. Dari
hasil pemeriksaan dokter dapat menentukan diagnosis.

Gambaran dari model studi adalah:

5
STEP 1 Kata Sulit.

1. Sefalometri
 Pengukuran yang bertujuan mengetahui hubungan gigi geligi, tulang rahang
dan hubungannya dalam struktur kraniofasial.
 Salah satu teknik radiografi menampilkan lateral dari kranii.
 Sefalo = kepala, metri = pengukuran
2. Neutroklusi
 Caninus RA terletak di antara Caninus RB dan Premolar 1 RB. Mesiobukal
cusp Molar 1 RA terletak pada bukal groove Molar 1 RB.
3. SNA
 Sudut yang digunakan untuk mengetahui apakah gigi mengalami protrusi atau
retrusi.
 Sudut yang dibentuk titik SN dan A, lalu ditarik garis. Jika > 82derajat maka
protrusi.
 S = Sella, N = Nasion, A = Sub-spinal. Titik A batas antara tulang basal
maksila dan tulang alveolaris.
4. SNB
 Sudut yang dibentuk dari garis yang dihubungkan dari titik S, N, dan B di
mana titik B merupakan titik paling posterior dari mandibula.
 S = Sella, N = Nasion, B = Sub-mentale (di antara insisiv dan dagu). Titik B
batas antara tulang basal mandibula dan alveolaris.
5. Gigitan silang anterior
 Keadaan gigi anterior maksila lebih ke lingual.
 Crossbite; normalnya gigi anterior maksila berada di bagian labial dari gigi
mandibula, namun pada kondisi crossbite terjadi sebaliknya.
6. Profil cekung
 Simfisis lebih ke anterior dibandingkan glabella dan lip contour.
 Apabila ditarik garis imajiner, posisi simfisis lebih ke anterior hingga tampak
cekung.
7. Diskrepansi
 Ketidaksesuaian/ketidaktepatan.
 Perbedaan atau selisih antara tempat yang tersedia dengan required space.
8. Overjet
 Jarak gigit horizontal yang diukur dari insisal edge insisiv RA ke labial insisiv
RB. RA letaknya lebih ke anterior RB.
9. Overbite
 Jarak gigit vertikal yang diukur dari insisal insisiv RA ke insisal insisiv RB.
10. Panoramik
 Gambaran foto radiologi dari pandangan labial atau dari depan, terlihat seluruh
gigi, sebagian tengkorak (nasal, sinus, seluruh mandibula dan maksila,
zygoma) .

6
STEP II Identifikasi Permasalahan

1. Mengapa diperlukan foto sefalometrik dan panoramik? Mengapa tidak salah satu saja?
2. Apa diagnosa, prognosis, dan rencana perawatan dari kasus tersebut?
3. Bagaimana pemeriksaan dari kasus tersebut?

STEP III Brainstorming

1. Bagaimana pemeriksaan dari kasus tersebut?


 Pemeriksaan Subyektif
a) Identitas pasien
b) Keluhan utama  menggambarkan keluhan yang paling dikeluhan
yang menyebabkan pasien datang
c) Riwayat keluhan  sejak kapan, bagaimana, dsb
d) Riwayat perawatan gigi sebelumnya
e) Kesehatan umum  menjadi pertimbangan saat melakukan perawatan
f) Riwayat penyakit keluarga
 Pemeriksaan Obyektif
a) Ekstra oral
 Pemeriksaan tipe kepala
 Tipe muka
 Bentuk muka
 Tipe profil
 Proporsional wajah
 Kesimetrisan wajah
 Tonus otot bibir atas
 Tonus otot bibir bawah
 Relasi bibir atas dan bawah
b) Intra oral
 Tingkat OH
 Jaringan mukosa mulut
 Frenulum labii superior
 Frenulum labii inferior
 Fonetik
 Garis tengah gigi atas dan bawah
 Relasi molar
 Relasi kaninus
 Crossbite anterior
 Crossbite posterior
c) Fungsional
 Free way space
 Path of closure
 Sendi TMJ
 Pola atrisi
 Pemeriksaan Penunjang
a) Sefalometri

7
b) Panoramik
c) Interpretasi foto ekstra dan intra oral
2. Apa diagnosa, prognosis, dan rencana perawatan dari kasus tersebut?
 DIAGNOSA :
- Maloklusi klas I angle disertai gigitan silang di anterior rahang atas dan
berdesakan di anterior rahang bawah
- Gigi I1 kiri distolabioversi eksentris
 PROGNOSIS :
- Baik karena tidak ada penyakit sistemik, pasien kooperatif
 RENCANA PERAWATAN :
- DHE, KIE
- Pencabutan (ekstraksi) gigi 62 agar gigi terkoreksi rotasinya, ekstraksi sisa
akar 73 dan 83.
- Koreksi berdesakan anterior rahang bawah dan koreksi rotasi gigi 21
- Koreksi gigitan silang
- Evaluasi  karena masih fase gigi geligi pergantian; apakah gigi-gigi yang
erupsi akan mengganggu gigi yang telah dikoreksi
- Retensi  untuk mempertahankan posisi gigi yang telah dievaluasi agar
tidak kembali ke posisi semula (dilakukan setelah semua maloklusi
terkoreksi)

3. Mengapa diperlukan foto sefalometrik dan panoramik? Mengapa tidak salah satu saja?

8
STEP 4 Mapping

PEMERIKSAAN SUBJEKTIF ANAMNESA

OBJEKTIF

PENUNJANG RADIOGRAFI
DIAGNOSA
SEFALOMETRI

RENCANA PANORAMIK
PERAWATAN

PROGNOSIS

EVALUASI

9
STEP 5 Learning Objective

1. Mahasiswa mampu memahami mengenai Pemeriksaan SNA, SNB, Overjet, Overbite,


Freeway space, Path Of Closure
2. Mahasiswa mampu memahami mengenai prosedur pemeriksaan

a. Subjektif

a. Objektif
b. Pemeriksaan Penunjang
2. Mahasiswa mampu memahami mengenai diagnosa penyakit
3. Mahasiswa mampu memahami mengenai rencana perawatan
4. Mahasiswa mampu memahami mengenai prognosis

STEP 7 Jawaban Learning Objective


1. Mahasiswa mampu memahami mengenai Pemeriksaan SNA, SNB, Overjet, Overbite,
Freeway space, Path Of Closure

 Besar sudut SNA akan menginterpretasikan hubungan antero-posterior


maksila dengan basis kranium, nilainya kurang lebih 82derajat, apabila
>82derajat  prognasi, apabila <82derajat  retrognasi.

 Sudut SNB menginterpretasikan hubungan anteroposterior dari mandibula


terhadap basi kranium, nilai normal 78derajat, bila >78derajat mandibula
prognasi, bila <78derajat mandibula retrognasi

10
 Overjet  jarak horizontal antara gigi insisivus RA dan labial insisivus RB.
Diukur dengan menggunakan jangka dan penggaris.
 Overbite  jarak vertikal antara insisal edge insisivus RB sampai insisal edge
insisivus RA.
Diukur dengan menggunakan jangka dan penggaris.
 Pemeriksaan free way space  untuk memeriksa jarak interoklusal saat
mandibula istirahat.
Mengukur posisi istirahat-oklusi sentris. Free way space diukur untuk
menentukan apakah akan dilakukan peninggian gigit pada gigi.

FREE WAY SPACE ( FWS )

Adalah : Jarak inter-oklusal ( interoclusal clearence ) pada saat mandibula dalam posisi
istirahat.
Cara Pengukuran :

 Penderita didudukkan dalam posisi istirahat ( rest position ), kemudian ditarik


garis yang menghubungkan antara titik di ujung hidung dan ujung dagu (paling
anterior) dan dihitung berapa jaraknya.
 Penderita dalam keadaan oklusi sentris , kemudian ditarik garis yang
menghubungkan antara titik di ujung hidung dan ujung dagu (paling anterior)
dan dihitung berapa jaraknya.

 Nilai FWS = jarak pada saat posisi istirahat dikurangi jarak pada saat oklusi
sentris.
 Nilai normal menurut Houston (1989) = 2 - 3 mm.

11
PATH OF CLOSURE
Adalah : Gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju oklusi sentris.

Normal apabila gerakan mandibula ke atas, ke muka dan belakang.

Tidak normal apabila terdapat :

- deviasi mandibula

- displacement mandibula
Cara Pemeriksaan :

1. Penderita didudukkan pada posisi istirahat ( rest position), dilihat posisi garis
mediannya.
2. penderita diinstruksikan untuk oklusi sentris dari posisi istirahat dan dilihat kembali
posisi garis mediannya.

Apabila posisi garis median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat
pergeseran ( sliding ) BERARTI tidak ada gangguan path of closure.

Apabila posisi garis median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris terdapat
pergeseran ( sliding) BERARTI terdapat gangguan path of closure.

2. Mahasiswa mampu memahami mengenai prosedur pemeriksaan

A. Subjektif
 IDENTIFIKASI PASIEN

Pencatatan identitas pasien meliputi :

1. Nama Pasien : Nama pasien dicatat dengan benar sesuai dengan yang dimaksud
pasien

2. Umur : Pencatatan umur diperlukan untuk :

• Mengetahui apakah pasien masih dalam masa pertumbuhan atau sudah berhenti

• Pertumbuhan gigi-geligi masih termasuk periode gigi susu/decidui, campuran/


mixed atau tetap/permanent.

12
• Gigi yang sudah erupsi sudah sesuai dengan umur pasien (menurut umur erupsi
gigi).

• Menetapkan jenis alat ortodontik yang tepat untuk digunakan (alat cekat atau
lepasan, alat aktif atau fungsional)

• Untuk memperkirakan waktu /lama perawatan yang diperlukan. Apakah perawatan


bisa segera dilaksanakan atau harus ditunda, berapa lama dibutuhkan perawatan aktif
dan berapa lama diperlukan untuk periode retensi

B. Jenis kelamin : Pencatatan jenis kelamin pasien diperlukan berkaitan segi


psikologi perawatan :

• Pasien wanita lebih sensitif dari pada pasien lelaki oleh karena itu perawatan harus
dilakukan dengan cara yang lebih lemah lembut dari pasien lelaki.
• Pasien wanita lebih memperhatikan secara detil keteraturan giginya dari pada pasin
laki-laki.
• Pasien wanita biasanya lebih tertib lebih sabar dan lebih telaten dari pada pasien
lelaki dalam melaksanakan ketentuan perawatan.

C. Alamat : Pencatatan alamat (dan nomer telepon) diperlukan agar operator


dapat menghubungi pasien dengan cepat bila diperlukan . Sebaliknya pasien
juga diberi alamat (dan nomer telepon) operator untuk mempermudah
komunikasi.

D. Pendidikan : Dengan mengetahui pendidikan pasien, operator dapat


menyesuaikan cara memberi penerangan, cara memotivasi pasien

E. Suku bangsa : Pencatatan suku bangsa diperlukan karena suatu kelompok suku
bangsa atau ras tertentu akan mempunyai ciri-ciri spesifik yang masih
termasuk normal untuk kelompok tersebut (misalnya suku bangsa Negroid
sedikit protrusif masih termasuk normal).

 ANAMNESIS
Anamnesis adalah salah satu cara pengumpulan data status pasien yang
didapat dengan cara operator mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan keadaan pasien :
Anamnesis meliputi :
1. Keluhan Utama (chief complain/main complain) : Keluhan utama adalah
alasan/motivasi yang menyebabkan pasien datang untuk dirawat

2. Riwayat Kasus (Case History)

13
Disini dimaksudkan agar operator dapat menelusuri riwayat
pertumbuhan dan perkembangan pasien yang melibatkan komponen
dentofasial sampai terjadinya kasus maloklusi seperti yang diderita
pasien saat ini. Rawayat kasus dapat ditelusuri dari beberapa aspek :

a. Riwayat Gigi-geligi (Dental History):

Anamnesis riwayat gigi-geligi dimaksudkan untuk mengetahui proses


pertumbuhan dan perkembangan gigi-geligi pasien sampai keadaan
sekarang sehingga dapat diketahui mulai sejak kapan dan bagai mana
proses perkembangan terbentuknya maloklusi pasien.

b. Riwayat Penyakit (Desease History) :

Anamnesis Riwayat penyakit tujuannya untuk mengetahui :

- Adakah penyakit yang pernah / sedang diderita pasien dapat


menggangu proses pertumbuhan, perkembangan rahang dan erupsi
normal gigi-geligi, sehingga diduga sebagai penyebab maloklusi.

- Adakah penyakit yang diderita pasien dapat mengganggu /


menghambat proses perawatan ortodontik yang akan dilakukan.

- Adakah penyakit yang kemungkinan dapat menular kepada operator

- Penyakit yang dimaksud antara laian :

• Penyakit kekurangan gizi pada masa kanak-kanak

• Tonsilitis atau Adenoiditis

• Hypertensi atau penyakit Jantung

• Hepatitis atau Lever

• Asthma

• Tubercolosis

• HIV atau AIDS

• Allergi terhadap obat tertentu

14
• Dll.

c. Riwayat keluarga (Family History) :

Tujuan dari anamnesis riwayat keluarga adalah untuk mengetahui apakah


maloklusi pasien merupakan faktor herediter (keturunan) yang diwariskan
dari orang tua. Untuk iru perlu ditanyakan keadaan gigi-geligi kedua orang
tua dan saudara kandung pasien

3. Kebiasaan buruk (Bad habit ) :

Anamnesis bad habit dinamaksudkan untuk mengetahui etiologi maloklusi


pasien apakah berasal dari suatu kebiasaan buruk yang telah / sedang
dilakukan pasien.

B. Objektif

a. Ektra Oral
o Type Profil
Ada 3 macam : - cekung

- lurus

- cembung

Cara pemeriksaan :

Dilihat dari arah samping penderita, kemudian ditarik garis imaginer


yang menghubungkan antara GLABELLA - LIP CONTOUR - SYMPHISIS.

a. Tipe profil lurus


Apabila GLABELLA - LIP CONTOUR - SYMPHISIS berada dalam satu
garis lurus.

b. Tipe profil cekung


Apabila SYMPHISIS lebih ke-anterior dibandingkan GLABELLA dan LIP
CONTOUR

c. Tipe profil cembung

15
Apabila SYMPHISIS lebih ke-posterior dibandingkan GLABELLA dan LIP
CONTOUR

Gambar 1. Berbagai tipe profil

o Type Kepala

Ada 3 macam : Brachycephalic

Dolicocephalic

Mesocephalic

Cara pemeriksaan
Penderita didudukkan pada posisi paling rendah, kemudian dilihat dari
atas dan diukur perbandingan antara panjang dan lebar kepala.

Yang akhirnya dinilai dengan INDEX CEPHALIC.

Lebar kepala maksimum X 100

INDEX CEPHALIC =

Panjang kepala maksimum

16
Dolico cephalic = X - 75,9

Meso cephalic = 76,0 - 80,9

Brachy cephalic = 81,0 - X

Tipe Brachycephalic

Mempunyai tipe muka lebar dan pendek, sedangkan bentuk lengkung


geliginya lebar.

Tipe Dolicocephalic

Mempunyai tipe muka dan bentuk lengkung geligi yang panjang dan sempit

Tipe Mesocephalic

Mempunyai tipe muka dan bentuk lengkung geligi yang berbentuk parabola.

Gambar 2. Berbagai tipe kepala

Tipe skelet : Ektomorfik

Mesomorfik

endomorfik

17
Gambar 3. Berbagai tipe skelet
b. Intra Oral
o Jaringan mukosa mulut
o Lidah
o Palatum
o Kebersihan rongga mulut
o Frekwensi karies
o Fase Geligi

c. Pemeriksaan rontgen foto


Tujuannya untuk mengetahui :

 Benih gigi
 Letak benih gigi
 Ukuran benih gigi
 Bentuk benih gigi
 Urutan erupsi
 Ada tidaknya gigi impaksi
 Gigi kelebihan
 Kelainan periodontal

Pada skenario didapatkan :


• Profil : cekung
• Lips : kompeten

18
• Relasi molar : neutroklusi
• Tidak ada pergeseran midline
• Overjet : -1
• Overbite : normal

C. Pemeriksaan Penunjang
Sefalometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran kuantitatif bagian-bagian
tertentu kepala untuk mendapatkan informasi tentang pola kraniofasial.
Fungsi:
a. Mempelajari pertumbuhan dari kraniofasial
b. Untuk melakukan diagnosa/analisa kelainan kraniofasial
c. Untuk mempelajari tipe wajah
d. Klasifikasi abnormalitas skeletal dan dental serta tipe wajah
e. Untuk evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat (progress reports)
f. Pembuatan rencana perawatan
g. Perkiraan arah pertumbuhan
 Jenis-Jenis Sefalogram :
a. Sefalogram Frontal menunjukkan gambaran tulang tengkorak kepala dari depan.
b. Sefalogram Lateral menunjukkan gambaran tulang tengkorak kepala dari samping
(lateral). Sefalogram lateral ini diambil dengan posisi kepala berada pada jarak
tertentu dari sumber sinar X

3. Mahasiswa mampu memahami mengenai diagnosa penyakit

19
 Maloklusi klas I angle disertai gigitan silang di anterior rahang atas dan
berdesakan di anterior rahang bawah
 Gigi I1 kiri distolabioversi eksentris

4. Mahasiswa mampu memahami mengenai rencana perawatan

 DHE, KIE
 Pencabutan (ekstraksi) gigi 62 agar gigi terkoreksi rotasinya, ekstraksi sisa
akar 73 dan 83.
 Koreksi berdesakan anterior rahang bawah dan koreksi rotasi gigi 21
 Koreksi gigitan silang
 Evaluasi  karena masih fase gigi geligi pergantian; apakah gigi-gigi yang
erupsi akan mengganggu gigi yang telah dikoreksi
 Retensi  untuk mempertahankan posisi gigi yang telah dievaluasi agar tidak
kembali ke posisi semula (dilakukan setelah semua maloklusi terkoreksi)
a. Dental Health Education (DHE) dan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
(KIE)
• Sebelum dilakukan perawatan ortodontik, dilakukan DHE dengan memberikan
edukasi tentang perawatan yang akan dilakukan, kemudian diupayakan untuk
menjaga oral hygiene.
• Secara umum mengajarkan pentingnya menggosok gigi dan mengajarkan
ketrampilan menggosok gigi disertai contoh demonstratif dan dilakukan secara
berulang dengan DHE secara personal akan dapat meningkatkan kebersihan mulut
dan menunjang kesehatan mulut

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) pada pasien :

• Cara membersihkan alat


• Durasi pemakaian alat ortodontik lepasan dalam 24 jam, khususnya alat orto
lepasan hanya di lepas pada saat makan
• Cara memasang dan melepas alat orto lepasan
• Durasi untuk kontrol alat orto lepasan setiap 2 minggu sekali

b. Ekstraksi Gigi Sulung

20
 Jadi pada kasus dalam skenario terdaapat berdesakan pada RB. Untuk
mengkoreksinya dilakukan ekstraksi pada gigi 73 dan 83 dengan tujuan memberi
tempat untuk gigi 32 dan 42 digeser ke mesial.
c. Koreksi berdesakan anterior RB dan gigitan silang anterior
EKSPANSI :
• Pada skenario terdapat diskrepansi RA -4,5 dan profil wajah cekung sehingga
dibutuhkan pelebaran lengkung gigi ke arah sagittal dengan alat skrup ekspansi.

d. Evaluasi
Dalam melakukan kontrol tindakan ortodontik perlu dilakukan dengan
mempertimbangkan:
1) Ungkapan Pemakaian Alat (masalah rasa sakit, kenyamanan, dipakai atau tidak,
pembersihan alat),
2) Perubahan keadaan gigi geligi dan tulang rahang (tumbuhkembang),
3) Pengaktifan kembali alat yang disesuaikan dengan tujuan serta mempertimbangkan
keluhan anak dan proses tumbuhkembang,
4) Pertimbangan pemberian hadiah (Positif Reinforcement),
5) Penentuan kesepakatan waktu kontrol berikutnya.

e. Retensi
 Tahapan retensi merupakan tahapan untuk menahan gigi telah terkoreksi
melalui perawatan ortodonti selama periode waktu yang diperlukan untuk
mempertahankan hasil perawatan
 Tujuan tahapan retensi antara lain :
1. Memberikan kesempatan terjadi reorganisasi dari gingiva dan jaringan
periodontal yang berubah karena pergerakan gigi karena perawatan ortodonti
2. Mencegah pergerakan yang tidak diinginkan karena proses pertumbuhan
3. Mencegah tendensi terjadi relapse

5. Mahasiswa mampu memahami mengenai prognosis


 Baik karena tidak ada penyakit sistemik, pasien kooperatif.

21
 Prognosis dalam bidang ortodonsia  prediksi dari kemungkinan
keberhasilan perawatan ortodonti sejalan dengan faktor yang mempengaruhi
prognosis tersebut :
- Kondisi lokal & umum
- Umur
- Kekooperatifan pasien terhadap rencana perawatan
- Keparahan maloklusi (kelainan skeletal / dental)

Prognosis pada Kasus dalam Skenario

• Kondisi lokal & umum


• Pasien datang dengan kondisi baik (tanpa adanya kelainan penyakit sistemik
seperti :
• penyakit yang mengganggu tumbuh kembang DMF
• penyakit yang menghambat perawatan orto (mis : epilepsi) (baik)
• Umur
• Pasien berusia 9 tahun (masih dalam rentang umur anak-anak)  proses
regenerasi sel dan remodeling tulang berlangsung lebih cepat pada usia anak
anak daripada orang dewasa (Trisnasih, 2013) (baik)
• Kekooperatifan pasien terhadap rencana perawatan
• Dalam tahap ini  menunjukkan keuntungan dan resiko multidisiplin untuk pasien
 faktor ini disebut analisis resiko-manfaat mencakup resiko, efek samping, disiplin
kontrol, dan finansial
• Ibu bersama anaknya (9 th)datang ke RSGM Unej ingin memeriksakan gigi anaknya
yang dirasakan tidak beraturan. (baik)
• Hasil Pemeriksaan pada Skenario :
• Tidak terdapat pergeran garis median
• Relasi bibir atas dan bawah kompeten
• SNA = 820 , SNB = 800 (normal, tidak ada kelainan skeletal)
• pemeriksaan foto panoramik benih gigi lengkap dengan pola erupsi normal
(baik)

22
BAB III
KESIMPULAN

23
DAFTAR PUSTAKA

- Graber, M., 1972. Principle and Practice. W.B Saunders, Philadelpia.


- Moyers, E.M., 1988. Hand Book of Orthodontics. Year book Medical Publisher.
Chicago. London
- Proffit W.R., 1986. Comtemporary Orthodontics. The C.V Mosby Company,
St.Louis.
- Jacobson, A., (Ed.), Radiographic Cephalometry From Basics to Videoimaging,
Quintessence Publishing Co, Inc, London, Chicago, Berlin, Tokyo, Sao Paulo,
Moscow, Prague and Warsawa, 1955.
- Kusnoto, H. Penggunaan Sefalometri Radiografi dalam bidang Orthodonti, Bagian
Orthodonti, Fakultas Trisakti, Jakarta, 1977.
- Sulandjari, Heryumani. 2008. Buku Ajar Ortodonsia I KGO I. Yogyakarta : FKG
Universitas Gadjah Mada
- Trisnasih, Widyawati Purba dkk. 2013. Perbandingan Dimensi Tulang Basal Alveolar
Mandibula Sebelum dan Setelah Perawatan Dengan Alat Cekat Teknik Begg Pada
Kasus Tumpang Gigit Dalam. J Ked Gi FKG UGM, Vol. 4, No. 3 : 211-217
- Sulandjari , Heryumani. 2008. Buku Ajar Ortodonsia I KGO I. Yogyakarta. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
- Ardhana, Wayan.Identifikasi Perawatan Orthodontik Spesialistik dan Umum. Maj
Ked Gi. Juni 2013; 20(1):1-8
-

24

Anda mungkin juga menyukai