Universitas Jember
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Blok 17 Blok
Rekam Medik Dental. Tutorial blok ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib
ditempuh di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Dengan selesainya laporan tutorial
ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan
kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
November 2019
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… 3
BAB I……………………………………………………………………………………… 4
PENDAHULUAN………………………………………………………………………… 4
BAB II…………………………………………………………………………………….. 5
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………. 5
BAB III……………………………………………………………………………………. 26
KESIMPULAN…………………………………………………………………………… 26
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………... 27
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
4
BAB II
PEMBAHASAN
SKENARIO 4
Diagnosis Ortodonsia
Seorang ibu bersama anak laki-lakinya yng berusia 9 datang ke RSGM Unej ingin
memeriksakan gigi anaknya yang dirasakan tidak beraturan. Ibu menceritakan pada umur 8
tahun gigi susu depan atas belum tanggal sedangkan gigi dewasa sudah tumbuh di dalam.
Pemeriksaan klinis menunjukkan terdapat gigitan silang anterior. Selanjutnya dokter
melakukan pembuatan model studi, pemeriksaan intra oral, ekstra oral, fungsional dan
merujuk penderita untuk melakukan foto Sefalometri dan panoramik.Hasil pemeriksaan
adalah sebagai berikut : Profil cekung, Relasi bibir atas dan bawah kompeten, Relasi molar
kanan dan kiri Neutroklusi, Tidak terdapat pergeran garis median, Overjet 11 dan 21 terhadap
41 dan 31 negatif 1, overbite normal, Diskreapsi pada model RA -4,5 dan RB -3, SNA = 820 ,
SNB = 800, pemeriksaan foto panoramik benih gigi lengkap dengan pola erupsi normal. Dari
hasil pemeriksaan dokter dapat menentukan diagnosis.
5
STEP 1 Kata Sulit.
1. Sefalometri
Pengukuran yang bertujuan mengetahui hubungan gigi geligi, tulang rahang
dan hubungannya dalam struktur kraniofasial.
Salah satu teknik radiografi menampilkan lateral dari kranii.
Sefalo = kepala, metri = pengukuran
2. Neutroklusi
Caninus RA terletak di antara Caninus RB dan Premolar 1 RB. Mesiobukal
cusp Molar 1 RA terletak pada bukal groove Molar 1 RB.
3. SNA
Sudut yang digunakan untuk mengetahui apakah gigi mengalami protrusi atau
retrusi.
Sudut yang dibentuk titik SN dan A, lalu ditarik garis. Jika > 82derajat maka
protrusi.
S = Sella, N = Nasion, A = Sub-spinal. Titik A batas antara tulang basal
maksila dan tulang alveolaris.
4. SNB
Sudut yang dibentuk dari garis yang dihubungkan dari titik S, N, dan B di
mana titik B merupakan titik paling posterior dari mandibula.
S = Sella, N = Nasion, B = Sub-mentale (di antara insisiv dan dagu). Titik B
batas antara tulang basal mandibula dan alveolaris.
5. Gigitan silang anterior
Keadaan gigi anterior maksila lebih ke lingual.
Crossbite; normalnya gigi anterior maksila berada di bagian labial dari gigi
mandibula, namun pada kondisi crossbite terjadi sebaliknya.
6. Profil cekung
Simfisis lebih ke anterior dibandingkan glabella dan lip contour.
Apabila ditarik garis imajiner, posisi simfisis lebih ke anterior hingga tampak
cekung.
7. Diskrepansi
Ketidaksesuaian/ketidaktepatan.
Perbedaan atau selisih antara tempat yang tersedia dengan required space.
8. Overjet
Jarak gigit horizontal yang diukur dari insisal edge insisiv RA ke labial insisiv
RB. RA letaknya lebih ke anterior RB.
9. Overbite
Jarak gigit vertikal yang diukur dari insisal insisiv RA ke insisal insisiv RB.
10. Panoramik
Gambaran foto radiologi dari pandangan labial atau dari depan, terlihat seluruh
gigi, sebagian tengkorak (nasal, sinus, seluruh mandibula dan maksila,
zygoma) .
6
STEP II Identifikasi Permasalahan
1. Mengapa diperlukan foto sefalometrik dan panoramik? Mengapa tidak salah satu saja?
2. Apa diagnosa, prognosis, dan rencana perawatan dari kasus tersebut?
3. Bagaimana pemeriksaan dari kasus tersebut?
7
b) Panoramik
c) Interpretasi foto ekstra dan intra oral
2. Apa diagnosa, prognosis, dan rencana perawatan dari kasus tersebut?
DIAGNOSA :
- Maloklusi klas I angle disertai gigitan silang di anterior rahang atas dan
berdesakan di anterior rahang bawah
- Gigi I1 kiri distolabioversi eksentris
PROGNOSIS :
- Baik karena tidak ada penyakit sistemik, pasien kooperatif
RENCANA PERAWATAN :
- DHE, KIE
- Pencabutan (ekstraksi) gigi 62 agar gigi terkoreksi rotasinya, ekstraksi sisa
akar 73 dan 83.
- Koreksi berdesakan anterior rahang bawah dan koreksi rotasi gigi 21
- Koreksi gigitan silang
- Evaluasi karena masih fase gigi geligi pergantian; apakah gigi-gigi yang
erupsi akan mengganggu gigi yang telah dikoreksi
- Retensi untuk mempertahankan posisi gigi yang telah dievaluasi agar
tidak kembali ke posisi semula (dilakukan setelah semua maloklusi
terkoreksi)
3. Mengapa diperlukan foto sefalometrik dan panoramik? Mengapa tidak salah satu saja?
8
STEP 4 Mapping
OBJEKTIF
PENUNJANG RADIOGRAFI
DIAGNOSA
SEFALOMETRI
RENCANA PANORAMIK
PERAWATAN
PROGNOSIS
EVALUASI
9
STEP 5 Learning Objective
a. Subjektif
a. Objektif
b. Pemeriksaan Penunjang
2. Mahasiswa mampu memahami mengenai diagnosa penyakit
3. Mahasiswa mampu memahami mengenai rencana perawatan
4. Mahasiswa mampu memahami mengenai prognosis
10
Overjet jarak horizontal antara gigi insisivus RA dan labial insisivus RB.
Diukur dengan menggunakan jangka dan penggaris.
Overbite jarak vertikal antara insisal edge insisivus RB sampai insisal edge
insisivus RA.
Diukur dengan menggunakan jangka dan penggaris.
Pemeriksaan free way space untuk memeriksa jarak interoklusal saat
mandibula istirahat.
Mengukur posisi istirahat-oklusi sentris. Free way space diukur untuk
menentukan apakah akan dilakukan peninggian gigit pada gigi.
Adalah : Jarak inter-oklusal ( interoclusal clearence ) pada saat mandibula dalam posisi
istirahat.
Cara Pengukuran :
Nilai FWS = jarak pada saat posisi istirahat dikurangi jarak pada saat oklusi
sentris.
Nilai normal menurut Houston (1989) = 2 - 3 mm.
11
PATH OF CLOSURE
Adalah : Gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju oklusi sentris.
- deviasi mandibula
- displacement mandibula
Cara Pemeriksaan :
1. Penderita didudukkan pada posisi istirahat ( rest position), dilihat posisi garis
mediannya.
2. penderita diinstruksikan untuk oklusi sentris dari posisi istirahat dan dilihat kembali
posisi garis mediannya.
Apabila posisi garis median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat
pergeseran ( sliding ) BERARTI tidak ada gangguan path of closure.
Apabila posisi garis median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris terdapat
pergeseran ( sliding) BERARTI terdapat gangguan path of closure.
A. Subjektif
IDENTIFIKASI PASIEN
1. Nama Pasien : Nama pasien dicatat dengan benar sesuai dengan yang dimaksud
pasien
• Mengetahui apakah pasien masih dalam masa pertumbuhan atau sudah berhenti
12
• Gigi yang sudah erupsi sudah sesuai dengan umur pasien (menurut umur erupsi
gigi).
• Menetapkan jenis alat ortodontik yang tepat untuk digunakan (alat cekat atau
lepasan, alat aktif atau fungsional)
• Pasien wanita lebih sensitif dari pada pasien lelaki oleh karena itu perawatan harus
dilakukan dengan cara yang lebih lemah lembut dari pasien lelaki.
• Pasien wanita lebih memperhatikan secara detil keteraturan giginya dari pada pasin
laki-laki.
• Pasien wanita biasanya lebih tertib lebih sabar dan lebih telaten dari pada pasien
lelaki dalam melaksanakan ketentuan perawatan.
E. Suku bangsa : Pencatatan suku bangsa diperlukan karena suatu kelompok suku
bangsa atau ras tertentu akan mempunyai ciri-ciri spesifik yang masih
termasuk normal untuk kelompok tersebut (misalnya suku bangsa Negroid
sedikit protrusif masih termasuk normal).
ANAMNESIS
Anamnesis adalah salah satu cara pengumpulan data status pasien yang
didapat dengan cara operator mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan keadaan pasien :
Anamnesis meliputi :
1. Keluhan Utama (chief complain/main complain) : Keluhan utama adalah
alasan/motivasi yang menyebabkan pasien datang untuk dirawat
13
Disini dimaksudkan agar operator dapat menelusuri riwayat
pertumbuhan dan perkembangan pasien yang melibatkan komponen
dentofasial sampai terjadinya kasus maloklusi seperti yang diderita
pasien saat ini. Rawayat kasus dapat ditelusuri dari beberapa aspek :
• Asthma
• Tubercolosis
14
• Dll.
B. Objektif
a. Ektra Oral
o Type Profil
Ada 3 macam : - cekung
- lurus
- cembung
Cara pemeriksaan :
15
Apabila SYMPHISIS lebih ke-posterior dibandingkan GLABELLA dan LIP
CONTOUR
o Type Kepala
Dolicocephalic
Mesocephalic
Cara pemeriksaan
Penderita didudukkan pada posisi paling rendah, kemudian dilihat dari
atas dan diukur perbandingan antara panjang dan lebar kepala.
INDEX CEPHALIC =
16
Dolico cephalic = X - 75,9
Tipe Brachycephalic
Tipe Dolicocephalic
Mempunyai tipe muka dan bentuk lengkung geligi yang panjang dan sempit
Tipe Mesocephalic
Mempunyai tipe muka dan bentuk lengkung geligi yang berbentuk parabola.
Mesomorfik
endomorfik
17
Gambar 3. Berbagai tipe skelet
b. Intra Oral
o Jaringan mukosa mulut
o Lidah
o Palatum
o Kebersihan rongga mulut
o Frekwensi karies
o Fase Geligi
Benih gigi
Letak benih gigi
Ukuran benih gigi
Bentuk benih gigi
Urutan erupsi
Ada tidaknya gigi impaksi
Gigi kelebihan
Kelainan periodontal
18
• Relasi molar : neutroklusi
• Tidak ada pergeseran midline
• Overjet : -1
• Overbite : normal
C. Pemeriksaan Penunjang
Sefalometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran kuantitatif bagian-bagian
tertentu kepala untuk mendapatkan informasi tentang pola kraniofasial.
Fungsi:
a. Mempelajari pertumbuhan dari kraniofasial
b. Untuk melakukan diagnosa/analisa kelainan kraniofasial
c. Untuk mempelajari tipe wajah
d. Klasifikasi abnormalitas skeletal dan dental serta tipe wajah
e. Untuk evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat (progress reports)
f. Pembuatan rencana perawatan
g. Perkiraan arah pertumbuhan
Jenis-Jenis Sefalogram :
a. Sefalogram Frontal menunjukkan gambaran tulang tengkorak kepala dari depan.
b. Sefalogram Lateral menunjukkan gambaran tulang tengkorak kepala dari samping
(lateral). Sefalogram lateral ini diambil dengan posisi kepala berada pada jarak
tertentu dari sumber sinar X
19
Maloklusi klas I angle disertai gigitan silang di anterior rahang atas dan
berdesakan di anterior rahang bawah
Gigi I1 kiri distolabioversi eksentris
DHE, KIE
Pencabutan (ekstraksi) gigi 62 agar gigi terkoreksi rotasinya, ekstraksi sisa
akar 73 dan 83.
Koreksi berdesakan anterior rahang bawah dan koreksi rotasi gigi 21
Koreksi gigitan silang
Evaluasi karena masih fase gigi geligi pergantian; apakah gigi-gigi yang
erupsi akan mengganggu gigi yang telah dikoreksi
Retensi untuk mempertahankan posisi gigi yang telah dievaluasi agar tidak
kembali ke posisi semula (dilakukan setelah semua maloklusi terkoreksi)
a. Dental Health Education (DHE) dan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
(KIE)
• Sebelum dilakukan perawatan ortodontik, dilakukan DHE dengan memberikan
edukasi tentang perawatan yang akan dilakukan, kemudian diupayakan untuk
menjaga oral hygiene.
• Secara umum mengajarkan pentingnya menggosok gigi dan mengajarkan
ketrampilan menggosok gigi disertai contoh demonstratif dan dilakukan secara
berulang dengan DHE secara personal akan dapat meningkatkan kebersihan mulut
dan menunjang kesehatan mulut
20
Jadi pada kasus dalam skenario terdaapat berdesakan pada RB. Untuk
mengkoreksinya dilakukan ekstraksi pada gigi 73 dan 83 dengan tujuan memberi
tempat untuk gigi 32 dan 42 digeser ke mesial.
c. Koreksi berdesakan anterior RB dan gigitan silang anterior
EKSPANSI :
• Pada skenario terdapat diskrepansi RA -4,5 dan profil wajah cekung sehingga
dibutuhkan pelebaran lengkung gigi ke arah sagittal dengan alat skrup ekspansi.
d. Evaluasi
Dalam melakukan kontrol tindakan ortodontik perlu dilakukan dengan
mempertimbangkan:
1) Ungkapan Pemakaian Alat (masalah rasa sakit, kenyamanan, dipakai atau tidak,
pembersihan alat),
2) Perubahan keadaan gigi geligi dan tulang rahang (tumbuhkembang),
3) Pengaktifan kembali alat yang disesuaikan dengan tujuan serta mempertimbangkan
keluhan anak dan proses tumbuhkembang,
4) Pertimbangan pemberian hadiah (Positif Reinforcement),
5) Penentuan kesepakatan waktu kontrol berikutnya.
e. Retensi
Tahapan retensi merupakan tahapan untuk menahan gigi telah terkoreksi
melalui perawatan ortodonti selama periode waktu yang diperlukan untuk
mempertahankan hasil perawatan
Tujuan tahapan retensi antara lain :
1. Memberikan kesempatan terjadi reorganisasi dari gingiva dan jaringan
periodontal yang berubah karena pergerakan gigi karena perawatan ortodonti
2. Mencegah pergerakan yang tidak diinginkan karena proses pertumbuhan
3. Mencegah tendensi terjadi relapse
21
Prognosis dalam bidang ortodonsia prediksi dari kemungkinan
keberhasilan perawatan ortodonti sejalan dengan faktor yang mempengaruhi
prognosis tersebut :
- Kondisi lokal & umum
- Umur
- Kekooperatifan pasien terhadap rencana perawatan
- Keparahan maloklusi (kelainan skeletal / dental)
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24