Anda di halaman 1dari 18

Skenario 4

Seorang ibu bersama anak laki-lakinya yng berusia 9 datang ke RSGM Unej ingin
memeriksakan gigi anaknya yang dirasakan tidak beraturan. Ibu menceritakan pada umur 8
tahun gigi susu depan atas belum tanggal sedangkan gigi dewasa sudah tumbuh di dalam.
Pemeriksaan klinis menunjukkan terdapat gigitan silang anterior. Selanjutnya dokter
melakukan pembuatan model studi, pemeriksaan intra oral, ekstra oral, fungsional dan
merujuk penderita untuk melakukan foto Sefalometri dan panoramik. Hasil pemeriksaan
adalah sebagai berikut : Profil cekung, Relasi bibir atas dan bawah kompeten, Relasi molar
kanan dan kiri Neutroklusi, Tidak terdapat pergeran garis median, Overjet 11 dan 21 terhadap
41 dan 31 negatif 1, overbite normal, Diskrepansi pada model RA -4,5 dan RB -3, SNA =
820 , SNB = 800, pemeriksaan foto panoramik benih gigi lengkap dengan pola erupsi normal.
Dari hasil pemeriksaan dokter dapat menentukan diagnosis.

Gambaran dari model studi adalah:


STEP 1

1. SNA SNB
 Sudut yang digunakan untuk mengetahui apakah mengalami protrusi atau
retrusi.
 Nilai normal SNA (Maksila) 82 derajat, jika lebih dari 82 protrusi kalo kurang
retrusi.
 Nilai normal SNB (Mandibula) 80 derajat, jika lebih protrusi kalo kurang
retrusi.
 SNA dan SNB dibentuk dari perpotongan garis dan titik B dan bidang SN
dimana SN merupakan referensi kranium horizontal yang utama dibentuk
dengan menghubungkan titik S dan N yang relatif tidak berubah selama
pertumbuhan dan perawatan.

2. SEFALOMETRI
o Ilmu yang mempelajari tentang pengukuran kuantitatif bagian-bagian tertentu
pada kepala untuk mendapatkan info tentang pola kraniofasial dan juga dapat
untuk mempelajarai tumbuh kembang dari kraniofasial.
o Terdiri dari alat yang disebut sefalo meter, terdiri dari
a. sumber sinar
b. sefalotat
untuk fiksasi kepala pada letak yang ditentukan
c. film
untuk menangkap bayangan kepala.
3. GIGITAN SILANG ANTERIOR
o Keadaan dimana terdapat hubungan labiolingual yang tidak normal antara 1
atau lebih gigi insisiv maksila dan mandibula, biasanya gigi insisiv mandibula
berada sebelah lingual daripada gigi maksila saat oklusi sentris. Biasanya
etiologinya trauma pada insisiv sulung sehingga terjadi letak salah benih pada
gigi permanen, supernumerary teeth pada gigi anterior, PSA yang berlebihan
pada gigi sulung, berdesakan pada regio anterior.
o Gigitan dengan keseluruhan atau beberapa gigi depan atas baik pada gigi susu
maupun permanen berada pada posisi lingual dalam hubungannya terhadap
gigi depan bawah
o Jika keadaan ini melibatkan keseluruhan gigi depan, dari gigi kaninus sampai
kaninus, disebut sebagai full anterior cross bite, sedangkan jika hanya
melibatkan satu atau beberapa gigi saja disebut sebagai individual anterior
cross bite.
o Pada keadaan awal, pada periode gigi susu addanya gigitan silang gigi depan
ini mengakibatkan mandibula dipaksa berada pada posisi lebih ke depan
terhadap posisi maksila, sedangkan bentuk dan ukuran mandibula biasanya
masih normal, keadaan ini disebut sebagai maloklusi pseudo klas III (karena
bukan karena skeletal)
o Jika tidak segera dirawat dan dibiarkan berkembang, sejalan dengan
pertumbuhan dan perkebangan anak, akan dapat mempengaruhi integritas
rahang yaitu terhambatnya pertumbuhan maksila dan tidak terkontrolnya
pertumbuhan mandibula ke depan sehingga kelainan crossbite anterior ini
akan melibatkan tulang rahang. Keadaan ini disebut sebagai maloklusi klas III
skeletal sejati (true skeletal clas III)
STEP 2

1. Bagaimana pemeriksaan pasien dan model studi pada skenario?


2. Terjadi gigitan silang anterior, etiologinya apa?
3. Apa diagnosa dari skenario tersebut?
4. Bagaimana prognosis perawatannya?
5. Apa rencana perawatan dari skenario tersebut?

STEP 3

1. BAGAIMANA PEMERIKSAAN PASIEN DAN


MODEL STUDI PADA SKENARIO?
Sebelum ditanya Identitas, dokter gigi sebaiknya memberi info pada pasien tentang
apa yang akan dilakukan , ditanyakan apakah pasien menyanggupi kontrol rutin,
melakukan instruksi dan nasihat dokter, pasien bersedia memakai alat ortho sesuai
aturan, biaya, pasien harus mengisi inform consent tentang perawatan yang akan
diberikan.
ANAMNESA
 Identitas Pasien
Umur penting ditanyakan untuk mengetahui
a. apakah pasien masih dalam masa pertumbuhan atau sudah berhenti
b. untuk mengetahui pertumbuhan gigi geligi sekarang termasuk periode
desidui, mix, atau permanen
c. untuk mengetahui apakah gigi yang sudah erupsi sudah sesuai dengan
umur pasien menurut umur erupsi gigi
 Keluhan Utama dari Pasien
Di skenario keluhan utamanya karena gigi anak tidak beraturan.
 Riwayat Perjalanan Penyakit
Gigi pasien tidak rapi sejak umur 8th karena gigi sulung belum tanggal dan gigi
permanen sudah erupsi.
 Riwayat Gigi Geligi
a. Periode gigi susu
Misal ditanya apakah pasien pernah mengalami rampant karies maupun
tanggal prematur.
b. Periode gigi campuran
Ditanya apakah pernah mengalami persistensi.
c. Periode gigi permanen
Ada riwayat karies atau tidak
 Riwayat Keluarga
Penting, karena pada ortho kemungkinan menurun dari orang tuanya
 Kebiasaan Buruk
Kapan mengalami kebiasaan buruknya, macam kebiasaan buruk, durasinya,
frekuensi, intensitas

PEMERIKSAAN KLINIS
 Pemeriksaan Umum
a. TB
b. BB
c. Keadaan jasmani
d. Keadaan mental
e. Status gizi

TB, BB, Keadaan jasmani dan status gizi digunakan untuk memperkirakan
pertumbuhan dan perkembangan pasien secara umum, keadaan mental untuk
menentukan apakah pasien dapat bekerja sama atau kooperatif dengan baik
bersama operator dalam proses perawatan untuk mendapatkan hasil perawatan
yang optimal

 Pemeriksaan Ekstra Oral


a. Bentuk Kepala
Panjang kepala : Jarak glabela ke oksipital
Lebar kepala : Jarak Zigomatik Supra Mastodeus kanan dan kiri
Marin and Scaller 1957
Indeks Sefaliks = maximum width / maximum length

o Dolichospehalic (Long Skull)


X-75.9
o Mesosephalic
76-80.9
o Brachycephalic (Short skull)
81-85.4
o Hyperbracycephalic
85.5-X
b. Facial Form
Analisa tipe wajah dapat memperlihatkan hubungan variasi bagian-bagian
wajah sehingga para klinisi lebih mudah untuk mengidentifikasi
kemungkinan malrelasi yang terjadi.
o 5 – 10 tahun...40%
o 10 – 15 tahun....40%
o 15 – 25 tahun....Matur

Martin and Scaller


c. Proporsional Wajah

o 1/3 trision-glabela
o 1/3 glabela-filtrum
o 1/3 filtrum-simphisis/pogonion-POG
Kalau bagian ini lebih kecil akan terjadi deep bite
d. Profil Muka

o Muka cekung
Rahang bawah lebih ke anterior dan relasi bibir atas dan bawah
kompeten.
o Muka cembung
Rahang atas lebih ke anterior.
e. Bentuk muka bisa asimetris ataupun simetris.
f. Tes fonetik dengan menginstruksikan pasien berbicara S, M, V, F untuk
mengetahui kelainan gigitan terbuka atau kehilangan gigi.
g. Relasi bibir atas dan bawah kompeten
h. Relasi molar atas dan bawah : netroklusi
i. Tidak ada pergeseran garis median
j. Overjet 11 dan 21 terhadap 41 dan 31 : -1  crossbite anterior
k. Overbite normal

l. Diskrepansi pada model RA : - 4,5 dan RB : -3  kategori non ekstraksi


m. SNA : 82derajat dan SNB : 80derajat
 PEMERIKSAAN INTRA ORAL
a. Pemeriksaaan overjet dan over bite
b. Melihat relasi molar dan caninus, ditentukan dengan neutroklusi,
mesioklusi atau distoklusi
c. Melihta keadaan frenulum labii superior dan inferior, untuk mengetahui
posisi perlekatan pada margin gingiva dan ketebalannya.
d. Pemeriksaan malposisi gigi
e. Melihat path of closure mandibula
f. Kebersihan rongga mulut dengan OHI-S
g. Jaringan mukosa mulut
h. Crossbite anterior dan posterior
i. Examination of Lips
 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto sefalometri
o Untuk mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.
Analisis kelainan kraniofasial. Mempelajari tipe fasial. Rencana
perawatan ortho. Evaluasi hasil perawatan.
o Digunakan untuk dapat mendiagnosa maloklusi dan keadaan
dentofacial secara lebih detail dan lebih teliti tentang :
a. Pertumbuhan dan perkembangan serta kelainan kraniofasial
b. Mengetahui tipe muka atau fasial baik jar keras maupun
lunak
c. Mengetahui posisi gigi terhadap rahang
d. Mengetahui hubungan rahang atas dan rahang bawah
terhadap basis kranium
o Titik sefalometri pada jaringan lunak
a. Kulit
b. Pronasal
c. Subnasal
d. labral superior
e. progonion kulit
f. labral inferior
o Titik sefalometri skeletal
a. sela (titik tengah outline fossa pituitari)
b. nasion (bagian paling inferior dan anterior tulang frontal)
c. orbital (paling inferior tulang orbital).
b. Foto panoramik
Untuk melihat benih gigi geligi, dilihat apakah ada benih gigi yang
impaksi, agenisi atau gigi kelebihan. Dilihat apakah benih gigi permanen
lengkap atau tidak.

ANALISA MODEL
Dibuat untuk menjelaskan oklusi pada pasien dan orang tua, mengetahui diagnosa
untuk rencana perawatan. Jika tidak pakai RO bisa dengan analisa model.
 Untuk mengetahui (diskrepansi) tempat yang dibutuhkan dan tempat yang
tersedia, biasanya dihitung dari mesiodistal pada lengkung dari M1 kiri
bagian mesial sampai mesial M1 kanan dengan metode mayers.
 Bisa juga dengan curve of spee dengan garis imajiner dari insisal edge I1
sampai M2 permanen.
Jika hasilnya + bentuknya cekung, jika – bentuknya cembung, jika lurus
datar dari I1 sampai M2.
 Dilihat pergeseran gigi giginya, cara pengukurannya dari gigi
menggunanakan simestroscope yang diletakkan ditengah garis median gigi
permanen pada model studi, setelah itu dilakukan perbandingan antara gigi
kiri dan kanan.
 Bentuk lengkung gigi RA dan RB, dilakukan dengan menggunakan wire.
Pemeriksaan fungsional :
 Freeway space
Celah yang terdapat antara RA dan RB dimana pasien dalam keadaan
istirahat yang merupakan selisih antara relasi vertikal saat istirahat dan
relasi vertikal saat oklusi sentris.
Untuk menentukan adanya peninggian gigit pada posterior pada saat
koreksi gigitan silang anterior
 Sendi Temporo Mandibula
Dilihat apakah normal atau ada deviasi mandila ataupun displacement
mandibula.
 Pola atrisi
2. APA ETIOLOGI TERJADINYA GIGITAN SILANG
ANTERIOR?
Kemungkinan dari persistensi, karena saat anamnesa ibu menyatakan saat umur 8 th
gigi sulung belum tanggal, namun gigi permanen sudah tumbuh di bagian palatal.

3. APA DIAGNOSIS KASUS PADA SKENARIO?


Diagnosa : maloklusi kelas I Angle, tipe 1dan 3 Dewey.

 Kelas I : Netroklusi
 Tipe 1 Dewey : gigi anterior berjejal
 Tipe 3 Dewey : adanya crossbite anterior atau gigitan silang anterior, tipe 3 dewey
karena overjetnya bernilai negatif. Profil wajahnya cekung.
4. APA PROGNOSIS KASUS PADA SKENARIO?
 Baik atau jelek tergantung faktor yang mempengaruhi
 Keadaan pasien : usia, jenis kelamin (pasien wanita lebih sensitif daripada
pasien laki-laki, wanita juga paling jeli masalah estetis,wanita lebih sabar),
serta kooperatif pasien
 Keahlian operator
 Alat yang dipakai
 Pada skenario prognosisnya baik, karena tidak ada kelainan skeletal. Jika tidak
ada kelainan skeletal, berarti kelainannya hanya pada dental. Sedangkan jika ada
kelainan skeletal buruk, karena sulit merubah bentuk skeletal.

5. APA RENCANA PERAWATANAN KASUS PADA


SKENARIO?
 Dilakukan DHE : pasien diedukasi tentang perawatan yang akan dilakukan serta
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama perawatan.
 Perawatan Crossbite ant :
a. Terapi tongue blade : dilakukan apabila dental crossbite sederhana dan hanya
melibatkan 1 gigi. Biasanya diindikasikan untuk gigi yang erupsi insisif pada
RA terlambat, dan gigi insisif RB erupsi penuh. Biasanya pada tahap awal
gejala bisa digrinding pada insisal rahang bawah dan bagian fasial palatal
insisiv RA. Biasanya digunakan selama 10 hari dengan kontrol.
b. Lower incline plane : digunakan apabila melibatkan 1 atau lebih gigi –
Perawatan pilihan untuk skenario. Diberikan plat ortho pada gigi post agar
bisa mengoreksi crossbite. Setelah itu bisa juga diberi piranti orthodontik
lepasan, lalu dievaluasi kemudian diberikan retensi agar tidak relaps. Biasanya
menggunakan wire berukuran 0,7mm diinstruksikan untuk digunakan setiap
hari dan kontrol tiap minggu.
c. Perawatan mahkota komposit atau stainless steel : metode sementasi mahkota
terbalik pada insisiv yang tertahan pada posisi lingual dengan sudut 45 derajat
terhadap occlusal plane
d. Hawkey retainer dengan auksilari spring digunakan pada kasus pediatrik
ringan
e. Labial and lingual arch wire, kesuksesan tinggi namun biaya mahal dan perlu
pelatihan khusus untuk memakainya
 Diskrepansi RA -4,5 dan RB -3, jadi perawatan yang dilakukan tanpa ekstraksi

STEP 4

STEP 5

1. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang anamnesis, pemeriksaan klinis,


pemeriksaan penunjang, dan analisis model studi sesuai skenario.
2. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang diagnosis sesuai skenario.
3. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang prognosis sesuai skenario.
4. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang rencana perawatan (evaluasi dan
retensi) sesuai skenario.
STEP 7
1. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang anamnesis, pemeriksaan
klinis, pemeriksaan penunjang, dan analisis model studi sesuai skenario.

Anamnesa :

1. Keluhan utama : gigi tidak beraturan dan gigitan silang anterior


2. Riwayat keluhan : persistensi gigi susu depan atas pada umur 8 tahun
3. Riwayat keluarga
4. Riwayat penyakit sistemik
5. Kebiasaan buruk

Pemeriksaan ekstraoral

1. Tipe profil : cekung


Ditentukan dengan mengguanakan 4 titik anatomis yatu glabella terletak diantara alis
kanan dan kiri yang merupakan titik terendah dari dahi, lip contur atas yaitu titik
terdepan dari bibir atas dan lip contur bawah yaitu titik terdepan dari bibir bawah,
yang terakhir pogonion yaitu ttitik terdepan dari dagu yang berada di daerah simpisis
mandibula.
2. Bentuk kepala : Klasifikasi dari bentuk kepala ada dolicosefalic yaitu panjang dan
sempit apabila indeksnya <0,75. Mesosefalic 0,76-0,79. Brachiosefalic (lebar dan
pendek) >0,80.
3. Relasi bibir atas dan bawah kompeten
4. Relasi molar atas dan bawah : netroklusi
5. Tidak ada pergeseran garis median
6. Overjet 11 dan 21 terhadap 41 dan 31 : -1  crossbite
7. Overbite normal
8. Diskrepansi pada model RA : - 4,5 dan RB : -3  kategori non ekstraksi
9. SNA : 82derajat dan SNB : 80derajat

Pemeriksaan klinis intraoral

1. Kebersihan rongga mulut : indeks OHIS, pasien yang kebersihan mulutnya buruk
maka akan lebih jelek lagi pada saat perawatan
2. Keadaan lidah : normal, mikroglossia, makroglossia
3. Keadaan palatum : tinggi, normal, rendah, lebar, sempit
Jika pasien memiliki pertumbuhan rahang yang kurang ke arah lateral biasanya
palatumnya tinggi dan sempit. Sedangkan apabila memiliki pertumbuhan yang
berlebih maka pertumbuhan rahang lebih rendah dan lebar.
4. Keadaan gingiva : normal, hipertropi, hipotropi
5. Keadaan mukosa : normal, inflamasi, atau keaadaan lainnya. Apabila OHIs buruk
akan memiliki mukosa yang terinflamasi.
6. Keadaan frenulum : frenulum labii superior, frenulum labii inferior, dan frenulum
lingualis. Dilihat normal, tinggi, rendah, tebal, dan tipisnya.
7. Bentuk lengkung gigi RA dab RB : parabola,setengah elips, trapezoid, u-form, v-form
,dan setengah lingkaran.

Analisa fungsional

1. Freeway space : jarak anatar interoklusal pada saat mandibula dalam posisi istirahat.
Nilai dai freeway space dihitung dari jarak pada saat posisi istirahat dikurangi jarak
pada sat oklusi sentris, nilai normal 2-3mm. Nilai FWS perlu diketahuui da dapat
dipakai sebagai panduan untuk melakukkan pemberian lempeng gigit sehubungan
adanya gigitan terbalik anterior. Apabila FWS lebih besar daripada tumpang gigit
maka tidak pelu diberikan peninggian gigit posterior, apabila FWSnya kurang dari
tumpang gigit maka perlu diberikan peninggian gigit posterior.
2. Path of closure : gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju oklusi sentris.
Dikatakan tidak normal apabila terjadi deviasi dan displacement mandibula.
Dikatakan tidak terdapat path of closure apabila posisi garis median pada saat posisi
istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat pergeseran.

Pemeriksaan penunjang

1. Radiografi :
 panoramik tujuannya untuk mengetahui letak benih gigi, mengetahui ukuran
dan arah erupsi gigi, mengetahui gigi impaksi, mengetahui lebar mesio distal,
mengetahu required space dan juga untuk mengetahu urutan erupsi gigi.
 Sephalometri : utuk menganalisis hubungan antar wajah dan gigi geligi
sehingga diagnosa kondisi pasien lebih akurat. Untuk perawatan orthodontk
yang bertujuan untuk mengevalusi kondisi pasien sebelum perawatan terkait
dengan hubungan dental dan facialnya untuk menentukan pergerakan gigi
geligi dan pertumbuhan wajah pada saat perawatan.
2. Analisis fotografi/foto muka.
Digunakan untuk tujuan dekoumentasi mengenai wajah pasien yang diperlukan pada
laporan status pasien dan untuk mendiagnosis adanya abnormalitas mengenai bentuk
profil (cembung, cekung, lurus) dan bentuk muka
(brachiefacial,mesofacial,oligofacial)

Analisis model : penilaian 3 diemensi terhadap gigi pada rahang dan penilian hubungan
oklusi. Hasil cetakan harus mengiikuti bentuk sluruh gigi, jaringan lunak, dan juga
vestibulumnya. Daerah vestibulum harus diperoleh sedalam mungkin sehingga didapat
inkilnasi mahkota dan akar terlihat.

1. Bentuk lengkung gigi RA dan RB : pemeriksaannya menggunakan wire


2. Jumlah 4 insisiv RA: menggunakan jangka, jumlah normal : 28-36mm, jka kurang dar
28 dikatakan mikrodonsia dan apabila lebih dari 36 dikatakan makrodonsia.
3. Pergeseran gigi-gigi :menggunakan simestroskop yan diletakkan di median garis gigi
permanen pada model studi. Dilakukan perbandingan gigi kiri dan kanan
4. Pergeseran garis median terhadap muka
5. Gigi yang terletak salah
6. Relasi sagital : neutroklusi (sesuai skenario)
7. Relasi transversal: normalnya gigitan fisura luar RA karena RA lebih lebar dari RB

2. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang prognosis sesuai skenario.

Crossbite anterior termasuk penanganan dini fungsinya untuk menghindari masalah yag
dihadapi jika pasien pada saat dewasa. Jika pasien kooperative dan mempunyai motivasi yang
tinggi dari pasien dan keluarga, tidak ada kelainan skeletal  keberhasilannya tinggi
prognosis baik.

Masalah yang dihadapi pada saat dewasa : mengganggu estetik dan mengganggu fungsi bibir,
otot wajah, otot kunyah dan menyebabkan impaksi makanan pada daerah labial anterior RA,
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan dan juga pergerakan rahang. penanganan dini
agar gigitan terbalik tidak terjadi lebih parah.

3. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang rencana perawatan (evaluasi


dan retensi) sesuai skenario.

Sebelum dilakukan ortho, dilakukan DHE dengan memberikan edukasi tentang pperawatan
yang akan dilakukan, meninformasikan tentang apa yaang boleh dan tidak boleh dilakukan
selama perawatan, kemudian diupayakan untuk OHInya baik. Jika ada gigi yang karies
dirawat terlebih dahulu. Dan dilakukan SRP, jika ada penyakit sistemik harus dikontrol
terlebih dahulu.

Untuk RA : digunakan alat ekspansi  orthodontik utuk pelebaran lengkung gigi maupun
orthopedik dan peleberan lengkung basal. Pelebaran lengkung gigi sangat efektif dilakukan
pada periode gigi pergantian, Waktu sutura palatina belum menutup dan petumbuhan pasien
masih aktif. Macam macam alat ekspansi berdasarkan cara pemakaiannnya :
1. Fixed atau cekat : RME atau rapid maxillary expantion  digunakan pada skenario
karena bersifat cekat, menghasilkan arah pelebaran lateral, parallel, dan simetris.
Indikasi untuk crossbite anterior.
2. Semi cekat : quad helix
3. Removable atau lepasan : plat ekpansi. Pada kasus gigi pergantian lebih baik
digunakan removable karena perawatan lebih banyak memanfaatkan fase gigi
pergantian.

Alat perawatan :

1. tongue blade  untuk mengoreksi crossbite anterior dental yang sedang berkembang ,
pada saat gigi permanen anterior yang terlibat sedang erupsi. Selain itu juga
digunakan pada kasus ruang yang cukup untuk memajukan gigi anterior maksila.
2. Incline bite plane salah satu alternatif untuk koreksi crossbite, biasanya ditambakan
perluasan akrilik dibagian lingual pada sudut kemiringan 45derajat terhadap sumbu
insisiv bawah berfungsi untuk meloncatkan gigitan. Dapat dipasang dan dilepas
namun harus terpasang pada rongga mulut selama 24 jam perhari. Dikatakan selsesai
apabila perawatan crossbite telah tekoreksi yaitu RA anterior berada di labial anterior
RB. Dan dilanjutkan dengan perawatan fixed orthodontik untuk mendapatkan
keseimbangan oklusi.

Fase evaluasi :

Fase retensi bertujuan untuk mempertahankan gigi pada posisi yang baru dan membantu
stabilisasi setelah perawatan.

Urutan rencana perawatan

1. Ekstraksi pada gigi sulung


2. Koreksi berdesakan anterior : enamel stripping,ekspansi lengkung gigi
3. Koreksi pergeseran garis median jika ada
4. Fase evaluasi : slicing posterior  slicing pada proksimal posterior untuk
menyediakan tempat pada gigi yang akan erupsi untuk mencegah gigi berdesakan
5. Fase retensi untuk mempertahankan letak gigi yang telah selesai dikoreksi secara
orthodonsi sambil menungu ligamen periodontal dan tulang alveolar menyesuaikan
dengan letak gigi yang baru retainer. Digunakan untuk mencegah relaps ada 3
faktor yang menyebabkan relaps :
1. Kebiasaan buruk : untuk menghilangkan kebiasaan mengigit jempol agar tidak
memperparah keadaan. Menjulurkan lidah saat menelan makanan.
2. Pengaruh jaringan lunak. Serat ligamen periodontal kembali normal sekita 3-4
bulan. Sedangkan serat kolagen / gingiva 6 bulan. Transeptal/supraalveolar
kembali normal setelah 1 tahun. Tonus otot : lidah disebelah lingual dan otot peri
oral di sebelah labial gigi
3. Jaringan keras: tulang alveolar mengalami remodelling selama 6 bulan.
Penggunaan alat retensi sekitar 1 tahun

Anda mungkin juga menyukai