Penyusun:
Nabela Dhea Ulhaq (171610101080)
Usykuri Naila Iflachiana (171610101081)
Farah Rachmah Aulia Wardhani (171610101082)
Rahmat Agung (171610101083)
Riris Aria Dewanti (171610101084)
Zhafirah Alifia Putri (171610101085)
Johan Al Falah (171610101086)
Nadira Safira (171610101087)
Hafizhun DInmas Fakhriy (171610101088)
RUMUSAN MASALAH
BRAINSTORMING
o. Kelainan darah
Orang dengan penyakit anemia maupun leukimia cenderung sering mengalami RAS.
Karena pada penderita anemia dan leukimia sel darah tidak banyak mengalir ke mukosa
rongga mulut sehingga mukosa menjadi mudah terserang RAS
p. Abnormalitas imunologi
Beberapa orang mudah alergi terhadap mikroorganisme di rongga mulut
3. Bagaimana gambaran klinis RAS?
a. Ulser berukuran 1-30 mm, tertutup selaput kuning keabu-abuan, berbatas jelas,
dikelilingi tepi yang eritematus.
b. Berbentuk bulat atau oval
c. RAS akut berwarna kuning karena terjadi supurasi
d. RAS kronis dilapisi pseudomembran atau keratin tinggi sehingga warnanya keabu-
abuan dan agak tebal
4. Apa saja klasifikasi dari RAS? Termasuk dalam klasifikasi apa penyakit RAS dalam
skenario?
a. RAS Minor
Ukuran bervariasi antara 3-5 mm dan 5-10 mm
Bisa tunggal maupun multiple
Multiple terdiri dari 1-5 ulser
Terjadi pada daerah non keratin (labial, bukal, dasar mulut)
Waktu sembuh 10-14 hari, bisa hilang dalam 10 hari
Jika sembuh tidak menimbulkan bekas luka
Prevalensinya 75-85% dari seluruh kasus RAS
b. RAS Mayor
>1 cm
Sembuh lebih dari 14 hari atau lebih
Ulser lebih dalam dan lebih besar
Jika sudah sembuh akan meninggalkan bekas luka/jaringan parut berupa jaringan
fibromembranous
Terjadi di mukosa berkeratin
Terdiri dari 1-3 ulser
Prevalensinya 10-85% dari seluruh kasus RAS
c. RAS Herpetiformis
10-100 ulser
Ukuran bervariasi
Multiple ulser
Dikelilingi eritematous
Terjadi di hampir semua mukosa rongga mulut
Berwarna kelabu putih
Setiap ulser berlangsung selama 1 minggu
Mirip dengan lesi infeksi herpes, tapi tidak berhubungan
Jika lesi pecah akan bergabung
Jika sembuh tidak akan meninggalkan bekas luka
Dalam skenario termasuk dalam RAS tipe minor.
Estrogen dan progesteron menyebabkan tubuh menjadi lebih sensitif terhadap adanya agen
infeksius, sehingga mudah menimbulkan lesi. RAS terjadi sekitar 14 hari setelah ovulasi,
dimana pada fase luteal progesteron dan estrogen turun, padahal 2 hormon tersebut
merangsang tumbuhnya epitel. Sehingga jika kadar hormon tersebut turun, akan mudah
menimbulkan trauma.
Recurrent berarti berulang, aftous berarti perih atau terbakar, stomatitis berarti radang pada
mulut khususnya pada jaringan lunak rongga mulut. Sehingga RAS Merupakan peradangan
di mukosa mulut dengan sensasi rasa terbakar dan terjadi secara berulang. Lesi RAS
berwarna putih kekuniungan baik dengan ulser tunggal maupun multiple. Biasanya
menyerang mukosa tidak berkeratin. Meskipun terjadi berulang, RAS termasuk penyakit
yang relatif ringan karena tidak membahayakan jiwa dan tidak menular Kelainan dengan
ulser yang terjadi secara berulang, biasanya terjadi sebatas di rongga mulut dan tidak ada
tanda lain yang mengikuti terjadinya RAS.
MAPPING
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
STEP 6
PEMBELAJARAN MANDIRI DAN PENCARIAN REFERENSI
STEP 7
PEMBAHASAN DAN DISKUSI
Recurrent aphthous stomatitis (RAS) adalah salah satu inflamasi ulseratif mukosa oral
yang kronis dan bersifat dapat sembuh dengan sendirinya (self-limiting disease) pada
hampir semua kasus (Slebioda et al, 2013; Guallar et al, 2014). Lokasi lesi umumnya pada
area dengan mukosa oral tidak berkeratin seperti bibir, pipi, dasar mulut dan vestibulum,
palatum lunak dan keras. Nyeri yang sering mengganggu bicara dan menelan dapat
menyertai perkembangan lesi ini (Slebioda et al, 2013).
Ulser aftosa minor dikenal juga sebagai Miculiz aphthous atau ulser aftosa ringan. Aftosa
minor terjadi terutama pada kelompok usia 10-40 tahun, mempunyai gejala yang minim,
dan berbentuk ulser bulat atau oval, dangkal, berwarna kuning-kelabu, dengan diameter
sekitar 2-4 mm, margin halo eritematosus dan disertai odema, dan ditemukan terutama
pada mukosa non-keratin seperti pada mukosa labial, mukosa bukal, dasar mulut, sulkus
atau ventral lidah dan jarang terjadi pada mukosa berkeratin seperti gingiva, palatum, dan
dorsal lidah. Lesi sembuh dalam 7 sampai 10 hari, dan berulang pada interval 1 sampai 4
bulan meninggalkan jaringan parut sedikit atau tidak sama sekali (Scully and Felix, 2005;
Preeti et al, 2011) .
b. RAS Mayor
Ulser aftosa mayor dikenal juga sebagai Sutton aphthous atau periadenitis mucosa
necrotica recurrens, mempunyai durasi lebih lama dan lebih menyakitkan dibandingkan
ulser minor. Ulser aftosa mayor berbentuk bulat atau ovoid seperti ulser minor, tetapi
ukuran lebih besar biasanya berdiameter sekitar 1 cm atau bahkan lebih dan dikelilingi
odema. Ulser ditemukan pada mukosa oral seperti dorsal lidah atau palatum, terjadi
hanya beberapa ulser (1 sampai 6) pada satu waktu dan sembuh dengan lambat selama 10
sampai 40 hari. Ulser dapat sering berulang, kemungkinan sembuh meninggalkan
jaringan parut (Scully and Felix, 2005).
c. RAS Herpetiformis
2-3 cm
Berkelompok 10-100 buah
Dikelilingi daerah eritematous
Pada seluruh mukosa oral
Tepi ireguler
Sembuh dalam waktu 14 hari atau lebih
Perbedaan dengan ulser herpes, di ras herpetiformis tidak mengandung virus dan
sering menyerang wanita
5. MMM Patogenesis RAS
Pada derah ulser terdapat lapisan eksudat yang terdiri dari fibrin dan beberapa red blood cells.
Terdapat eritematus karena terjadi peradangan vaskular dan vasodilaasi pembuluh darah
Adanya RAS disebabkan karena inflamasi neurogenik yang akan menghasilkan substansia P
yang merangsang adanya infiltrasi leukosit dan nekrosis sel epitel sehingga terbentuk ulser.
Mekanisme nya yaitu dimulai pada fase inisiasi yang mana pada epitel telah terjadi trauma atau
injury sehingga sel mengeluarkan mediator pro inflamasi yaitu sitokin dan TNF – alpha.
Keluarnya mediator tersebut merangsang leukosit untuk datang ke area jejas. Selanjutnya
masuk ke fase Primary Damage Response dimana mediator inflamasi semakin bertambah dan
TNF alpha mengaktivasi NF (neuron factor) yang menyebabkan sel injury menjadi nekrosis
sehingga terbentuklah ulser yang bagian tengahnya terdapat sel – sel nekrosis (pada gambaran
terlihat sel basal menghilang). Bagian yang ulser tersebut mudah untuk dimasuki agen jejas
seperti bakteri sehingga diperlukan pertahanan yang lebih kuat karena barrier pertama telah
hilang. Maka dari itu, pada lamina propria telah disediakan banyak sekali makrofag yang akan
fagositosis agen jejas tersebut lalu memproduksi sitokin. Sitokin yang banyak tersebut akan
beikatan dengan serabut – serabut saraf di rongga mulut (A delta dan C fibers). Setelah
keduanya berikatan dengan mediator, serabut C mensekresikan Substansia P untuk
menginisiasi rasa sakit. Setelah faktor predisposisi dihilangkan dan juga penggunaan obat anti
inflamasi maka mediator akan berkurang sehingga akan terjadi fase healing. Sel basalis yang
aktif membelah akan menuju maturasi dan menghasilkan keratin.
a. Tahap Premonitori
Terjadi pada 24 jam pertama perkembangan lesi SAR. Pada waktu prodromal, pasien akan
merasakan sensasi mulut terbakar pada tempat dimana lesi akan muncul. Secara
mikroskopis sel-sel mononuklear akan menginfeksi epitelium, dan edema akan mulai
berkembang.
b. Tahap Pre-ulserasi
Terjadi pada 18-72 jam pertama perkembangan lesi SAR. Pada tahap ini, makula dan
papula akan berkembang dengan tepi eritematus. Intensitas rasa nyeri akan meningkat
sewaktu tahap pre-ulserasi ini.
c. Tahap Ulseratif
Akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada tahap ini papula-papula akan
berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh lapisan fibromembranous yang akan diikuti
oleh intensitas nyeri yang berkurang.
d. Tahap Penyembuhan
Terjadi pada hari ke-4 hingga ke-35. Ulser tersebut akan ditutupi oleh epitelium.
Penyembuhan luka terjadi dan sering tidak meninggalkan jaringan parut dimana lesi SAR
pernah muncul. Semua lesi SAR sembuh dan lesi baru berkembang.
6. MMM Gambaran HPA RAS
Pada gambaran HPA, didapati struktur epitelial yang rusak, yang berarti lesi sekunder berupa
ulcer. Kerusakan telah mencapai pada lamina propria, sehingga terlihat permukaan superficial
dari lamina propria yang rusak.
Dibawah lapisan permukaan lamina propria yang terliat rusak, nampak adanya infiltrasi sel
radang menuju area lesi untuk membersihkan iritan. Di lamina propria, juga dilihat proliferasi
pembuluh darah sebagai akibat dari inflamasi, dan juga ada proliferasi fibroblast yang akan
membentuk jaringan ikat penyusun.
Penyakit Behçet (BD) pada awalnya digambarkan oleh Turki dokter kulit Hulusi
Behçet sebagai gejala termasuk ulkus oral berulang. BD sekarang dipahami sebagai
gangguan multisistem yang bersifat kronis dengan banyak kemungkinan manifestasi.
Insiden tertinggi BD telah dilaporkan di Asia Timur, Tengah Timur, dan Mediterania timur,
khususnya Turki dan Jepang, di mana BD adalah penyebab utama kebutaan di usia muda
laki-laki; Namun, kasus telah dilaporkan di seluruh dunia, termasuk Eropa dan Amerika
Utara. BD lebih parah di usia muda pasien dan pasien dengan keterlibatan mata dan GI.
Behçet Disease (BD) adalah vaskulitis sistemik yang ditandai oleh hiperaktivitas
neutrofil dengan peningkatan kemotaksis dan peningkatan proinflamasi sitokin IL-8 dan
IL-17, dengan TNF-α bermain peran utama dalam patogenesis. Genotipe HLA-B51 paling
sering dikaitkan dengan BD, terutama pada pasien dengan bentuk parah penyakit di Asia.
Tempat keterlibatan Behçet Disease (BD) yang paling umum adalah oral mukosa.
Ulkus oral berulang muncul di lebih dari 90% dari pasien; lesi ini tidak dapat dibedakan
baik secara klinis atau histologis dari RAS (Gambar 4-29). Beberapa pasien mengalami
lesi oral berulang ringan; yang lain memiliki kedalaman, besar, lesi parut karakteristik RAS
besar. Lesi ini dapat muncul di mana saja pada mukosa oral atau faring.
Penyakit ini terutama menyerang anak-anak kecil, yang Sebagian besar kasus
terjadi antara usia enam bulan dan lima tahun. Ini ditandai dengan munculnya lesi
makulopapular, eksantematosa, dan vesikular kulit, terutama yang melibatkan tangan, kaki,
kaki, lengan, dan sesekali pantat. Para pasien umumnya bermanifestasi anoreksia, demam
ringan, coryza dan kadang-kadang limfadenopati, diare, mual, dan muntah.
Sakit mulut dan penolakan makan adalah salah satu yang paling umum temuan
dalam penyakit. Ini karena kecil, ganda lesi lisan vesikuler, dan ulseratif yang lebih banyak
dari yang terlihat di herpangina. Dalam rangkaian kasus yang dilaporkan oleh Adler dan
rekan-rekannya, sakit mulut adalah kepala sekolah gejala di 90% dari pasien, dan lesi oral
hadir dalam 100% pasien. Situs paling umum untuk oral lesi adalah palatum keras, lidah,
dan mukosa bukal, dengan persentase yang jauh lebih kecil dari pasien yang menunjukkan
keterlibatan dari bibir, gingiva dan pharynx, termasuk amandel. Itu lidah juga bisa menjadi
merah dan edematous.
DAFTAR PUSTAKA