Gambar 1. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. PBIDI. Jakarta. 2014
c. Patofisiologi
Pada awal lesi terdapat infiltrasi limfosit yang diikuti oleh kerusakan epitel
dan infiltrasi neutrofil ke dalam jaringan. Sel mononuclear juga mengelilingi
pembuluh darah (perivaskular), tetapi vasculitis tidak terlihat. Namun, secara
keseluruhan terlihat tidak spesifik. Perjalanan stomatitis aphtous dimulai dari
masa prodromal selama 1-2 hari, berupa panas atau nyeri setempat. Kemudian
mukosa berubah menjadi makula berwarna merah, yang dalam waktu singkat
bagian tengahnya berubah menjadi jaringan nekrotik dengan epitelnya hilang
sehingga terjadi lekukan dangkal. Ulkus akan ditutupi oleh eksudat fibrin
kekuningan yang dapat bertahan selama 10-14 hari. Bila dasar ulkus berubah
warna menjadi merah muda tanpa eksudat fibrin, menandakan lesi sedang
memasuki tahap penyembuhan.
d. Manifestasi klinis
Berdasarkan penampakan lesi, stomatitis aftosa rekurens dapat dibagi menjadi
ulserasi minor bila diameter kurang dari 1 cm dengan penyembuhan tanpa
skar, ulserasi mayor bila diameter lebih dari 1 cm dengan peneymbuhan lebih
lama dan meninggalkan skar, ulserasi herpetiformis bila ulserasi kecil-kecil
dan berkumpul.
Adapun gejala klinis yang biasanya timbul pada SAR:
Luka yang terasa nyeri pada mukosa bukal, bibir bagian dalam, atau
sisi lateral atau anterior lidah
Onset penyakit biasanya dimulai pada usia kanak-kanak, paling sering
pada usia remaja atau dewasa muda dan jarang pada usia lanjut
Frekuensi rekurensi bervariasi
Biasanya bersifat self-limiting
Biasanya terdapat riwayat penyakit yang sama pada keluarga
Dapat ditemukan gejala-gejala seperti diare, konstipasi, ginjal
berdarah, sakit perut berulang, lemas atau pucat, yang berkaitan
dengan penyakit yang mendasari
Pada wanita dapat timbul saat menstruasi
e. Penatalaksanaan
Pengobatan yang dapat diberikan untuk mengatasi SAR adalah:
Larutan kumur chlorhexidine 0.2% untuk membersihkan rongga
mulut. Penggunaan sebanyak 3 kali setelah makan, masing-masing
selama 1 menit.
Kortikosteroid topikal, seperti krim triamcinolone acetodine 0.1% in
ora base sebanyak 2 kali sehari setelah makan dan membersihkan
rongga mulut.
2. Stomatitis Herpes
Stomatitis herpes kebanyakan dikarenakan oleh herpes simplex virus tipe 1 (HSV-
1), namun tidak menutup kemungkinan bahwa dapat juga terjadi akibat infeksi
akibat herpes simplex virus tipe 2 (HSV-2) yang biasa ditemukan pada herpes
genetalia. Pada infeksi herpes simpleks, 1 atau 2 hari setelah gejala prodromal
(demam,malaise,sakit kepala) muncul vesikel-vesikel berdinding tipis dengan
dasar inflamasi dan bila pecah akan menjadi ulkus terutama di mukosa berkeratin
tebal, yaitu palatum durum, dorsal lidah, dan gingiva. Petanda lain adalah
gingivitis marginal akut pada seluruh gingiva, inflamasi faring posterior, serta
pembesaran kelenjar getah bening submandibular dan servikal. Lesi ekstraoral
sama dengan lesi intraoral tetapi ditutupi krusta kekuningan dan terletak di daerah
merah bibir dan sirkum oral.
a. Faktor predisposisi
Rekurens dapat terjadi karena virus laten pada saraf. faktor predisposisi yang
dapat mengaktifkan virus laten adalah demam, stress, trauma lokal pada
bagian saraf, alergi, paparan sinar ultraviolet, infeksi saluran pernapasan atas,
kehamilan, menstruasi, immunosuppresan, defisiensi nutrisi, dan kelelahan
fisik.
b. Manifestasi klinis
Infeksi herpes simpleks rekurens pada mulut, yaitu pada bibir atau intraoral
terjadi pada pasien yang pernah menderita infeksi herpes simpleks dan
memiliki antibodi pelindung, sehingga disebut juga sebagai reaktivasi bukan
reinfeksi. Pemicunya adalah demam, haid, sinar ultraviolet, stress, dan
imunosupresi. Adapun gejala yang dapat timbul berupa:
Lesi berupa vesikel, berbemtuk seperti kubah, berbatas tegas,
berukuran 2-3mm, biasanya multipel, dan beberapa lesi dapat
bergabung satu sama lainnya.
Lokasi lesi dapat di bibir (herpes labialis) sisi luar dan dalam, lidah,
gingiva, palatum dan bukal
Mukosa sekitar lesi edematousa dan hiperemis
Demam
Pembesaran kelenjar limfe sevikal
Tanda-tanda penyakit immunodeffisiensi mendasari.
c. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu:
Untuk mengurangi rasa nyeri, dapat diberikan analgetik seperti
parasetamol atau ibuprofen. Larutan kumur chlorhexidine 0.2% juga
dapat memberi efek anestetik sehingga dapat membantu.
Pilihan antivirus yang dapat diberikan antara lain:
o Acyclovir, diberikan per oral, dengan dosis:
Dewasa: 5 kali 200-400 mg per hari, selama 7 hari
Anak: 20 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 5 kali
pemberian, selama 7 hari
o Valacyclovir, diberikan per oral, dengan dosis:
Dewasa: 2 kali 1-2g per hari, selama 1 hari
Anak: 20mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 5 kali
pemberian, selama 7 hari
o Famcyclovir, diberikan per oral, dengan dosis:
Dewasa: 3 kali 250 mg per hari, selama 7-10 hari untuk
episode tunggal. 3 kali 500 mg per hari, selama 7-10
hari untuk tipe rekurens.
Pemantauan fungsi ginjal sangat diperlukan sebelum memberikan obat-obatan
diatas. Pada kasus stomatitis herpes akibat penyakit sistemik, harus dilakukan
tatalaksana defenitif sesuai dengan penyakit yang mendasari.
Pencegahan rekurens dimulai dengan mengidentifikasi faktor-faktor pencetus
dan selanjutnya malakukan penghindaran.
Daftar Pustaka
1. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, Tiara AD, et
al. Kapita Selekta. Ed 3rd. jilid 1st . Media Aesculapius. Jakarta: 2001
2. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. PBIDI. Jakarta. 2014
3. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins Basic Pathology. Ed 9th. Elsevier
Saunders. Canada. 2013.