0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
112 tayangan6 halaman
Dokumen tersebut membahas etiologi diare, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti rotavirus, norovirus, dan adenovirus, infeksi parasit seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Cryptosporidium parvum, serta membedakan diare organik dan fungsional berdasarkan gejala klinisnya. Penyebab utama diare akut adalah agen infeksi.
Dokumen tersebut membahas etiologi diare, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti rotavirus, norovirus, dan adenovirus, infeksi parasit seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Cryptosporidium parvum, serta membedakan diare organik dan fungsional berdasarkan gejala klinisnya. Penyebab utama diare akut adalah agen infeksi.
Dokumen tersebut membahas etiologi diare, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti rotavirus, norovirus, dan adenovirus, infeksi parasit seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Cryptosporidium parvum, serta membedakan diare organik dan fungsional berdasarkan gejala klinisnya. Penyebab utama diare akut adalah agen infeksi.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. 1 Diare diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sementara diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. 1
Selain itu, terdapat istilah-istilah lain mengenai diare, seperti 1 : - Diare infektif : bila penyebab diare merupakan infeksi - Diare non-infektif : bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut - Diare organik : bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal, atau toksikologik - Diare fungsional : bila tidak ditemukan penyebab organik
Tabel 1. Sifat yang membedakan diare organik dari diare fungsional 2
Sifat Diare Organik Diare Fungsional Berat badan turun Sering Tidak Lama waktu sakit Bervariasi (mingguan hingga tahunan) Biasanya lama (>6 bulan) Jumlah feses Bervariasi tetapi biasanya besar (>200 g/24 jam) Biasanya kecil (<200 g/24 jam) Adanya darah dalam feses Mungkin ada Tidak ada (kecuali hemoroid) Waktu ketika diare muncul Tidak ada pola spesifik Biasanya ketika pagi tetapi jarang membangunkan pasien Demam, arthritis, lesi kulit Mungkin ada Tidak ada Stres emosional Tidak ada hubungan dengan gejala Biasanya mendahului atau terjadi bersamaan Nyeri kram abdomen Sering Mungkin ada
Diare Akut Lebih dari 90% kasus diare akut disebabkan oleh agen infeksi, dan kasus tersebut biasanya disertai dengan muntah, demam, dan nyeri abdomen akut. Sementara itu, sekitar 10% penyebab diare akut disebabkan oleh obat-obatan, intoksikasi, iskemia, dan kondisi-kondisi lainnya. 3
Infeksi Virus Rotavirus Rotavirus merupakan penyebab utama terjadinya gastroenteritis pada bayi pada daerah industri dan negara berkembang.
Rotavirus merupakan RNA virus double-stranded dengan klasifikasi yang rumit dan kompleks. Terdapat beberapa grup yang mungkin masih memiliki sub- grup lainnya. Sebagian besar, rotavirus yang menyebabkan penyakit pada manusia merupakan rotavirus grup A. 4
Patogenesis : virus tersebut menginvasi, berproliferasi, dan menghancurkan enterosit sehingga menyebabkan terdapatnya banyak virion di dalam feses individu yang terinfeksi hingga 7-10 hari. Terjadi enteritis yang cukup signifikan dengan pemendekan atau bahkan hilangnya villi, hyperplasia kriptus, dan inflamasi lamina propria. 4 Prinsip pemberian vaksin adalah protein VP4 dan VP7 yang terdapat pada partikel virus ternyata dapat dideteksi oleh antibodi. Inilah sebabnya infeksi yang terjadi kedua kalinya akan lebih lemah dibanding infeksi yang pertama. 5
Diare cair, yang mungkin cukup parah, dan muntah adalah gejala yang paling dominan. Dalam 50% kasus ditemukan adanya demam. Diagnosis ditegakkan dengan mendemonstrasikan antigen rotavirus dalam feses dengan ELISA spesifik atau latex agglutination assays. 4 Sementara untuk infeksi oleh non-grup A, dapat diidentifikasikan dengan mikroskop electron atau elektroforesis RNA dari sampel feses. 5
Norovirus (Norwalk, Snow Mountain, Hawaii) Norovirus merupakan calicivirusvirus yang kecil, memiliki single-stranded RNA yang tidak bisa dikultur. Virus ini menyebabkan sekitar 25 juta penyakit setiap tahunnya di dunia. Transmisi terjadi lewat rute oral-fecal melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi dan kontak antar orang. 4
Seperti rotavirus, norovirus sepertinya menyebabkan infeksi dengan cara bereplikasi pada epitel usus halus. Setelah ingesti, norovirus menimbulkan mucosal enteritis dalam derajat ringan- sedang, dengan puncak keparahan sekitar 48 jam setelah ingesti virus. Mucosal enteritis dapat hilang secara total setelah 4-6 minggu kemudian. Gambaran histologik yang ditemukan berupa penumpulan vili usus halus, hipertrofi kriptus, dan infiltrate inflamatori ringan. 4,5
Gejala klinik yang timbul berupa mual, muntah, diare cair, dan kram perut. Jika terdapat demam, biasanya ringan (38.6 0 C). Durasi terjadinya gejala klinik adalah antara beberapa jam hingga 3 hari. 4
Virus lainnya Adenovirus dengan serotype 40 dan 41 merupakan penyebab terjadinya diare pada anak-anak berusia di bawah 2 tahun. Virus ini tidak terlalu menular jika dibandingkan rotavirus. 4
Penyebarannya kemungkinan besar melalui rute oral-fecal. Virus ini kemungkinan menginfeksi vilus epitel. 5
Astrovirus menyebabkan gastroenteritis endemik, biasanya pada anak-anak, tetapi juga dapat terjadi pada orang tua dan dewasa yang immunocompromised. Gastroenteritis yang terjadi akibat astrovirus dan adenovirus serupa dengan yang disebabkan oleh rotavirus dan norovirus, prinsip terapinya pun sama. 4
Infeksi cytomegalovirus (CMV) pada traktus gastrointestinal berdampak besar pada pasien immunocompromised. Gejala klinik yang terjadi dapat berupa diare, hematochezia, demam, dan nyeri abdomen. Colitis dan ulkus dapat ditemukan dengan pemeriksaan endoskopi. Mortalitas akibat virus ini tinggi. Terapi antivirus yang digunakan adalah ganciclovir dan foscarnet. 4
Infeksi Parasit Entamoeba histolitica Penyakit ini terdapat pada seluruh dunia, tetapi prevalensi tertinggi ditemukan pada negara berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Tengah dan Selatan. Infeksi ini biasanya dimiliki oleh kelompok risiko tinggi seperti pengembara dan imigran, kelainan mental, dan homoseksual. 6
Siklus hidup E. histolytica terdiri dari dua tahap: kista (infektif) dan trofozoit. Kista dapat termakan bila mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi atau melalui kontak oral-fecal. 4 Stimulasi dari usus menyebabkan kista pecah dan membentuk inti dan sitoplasma yang berjumlah 8 trofozoit. Trofozoit merupakan stadium invasive. Penyakit invasif ditandai dengan ulserasi mukosa usus yang akan meluas ke submukosa. Pada beberapa kasus, invasi dapat mencapai hati melalui vena portal dan membentuk abses hati. 6
Manifestasi klinis amebiasis usus bervariasi dari infeksi asimtomatis, diare ringan, sampai disentri klasik, nyeri abdomen, tenesmus, dan tinja berdarah. Manifestasi klinis di luar usus yang paling sering terjadi adalah abses hati. 6
Giardia lamblia G. lamblia adalah protozoa berflagel. 6 G. lamblia merupakan infeksi protozoa paling umum di US. Ketika kista Giardia termakan, trofozoid akan terlepas pada usus halus bagian atas dan kemudian mereka melipatgandakan dirinya dan mengkolonisasi host. 4
Berbeda dengan E. histolytica, Giardia menyebabkan penyakit tanpa melakukan penetrasi ke epitelium di sekeliling jaringan, dan infeksi tidak berhubungan dengan inflamasi mukosa yang signifikan. Giardiasis menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme, termasuk malabsorpsi intestinal, hipersekresi, hilangnya fungsi pelindung epitel, dan hipermotilitas usus. Giardia menginduksi hilangnya area permukaan brush-border dan merusak aktivitas disakaridase yang berujung pada malabsorpsi. 6
Sekitar 50% penderita asimptomatik, tetapi gejala yang dapat timbul berupa diare, flatus, kram abdomen, nyeri epigastrik, dan mual. Sekitar sepertiga pasien yang simptomatik, mengalami muntah. 4
Cryptosporidium parvum Cryptosporidium hominis dan Cryptosporidium parvum merupakan anggota cryptosporidia yang menginfeksi manusia. Penyakit ini menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi, kontak manusia, dan kadang-kadang kontak manusia dengan hewan. 4 Cryptosporidiosis adalah penyebab paling sering diare pada pasien AIDS karena defek pada imunitas selular dan humoral merupakan faktor predisposisi dari penyakit ini. 4,6
Ingesti dari sedikit ookista saja sudah dapat menyebabkan kolonisasi dan penyakit. Ookista melepaskan sporozoit, yang kemudian menempel pada epitel endoderm. 4 Apoptosis sel epitel yang diinduksi oleh parasit menginduksi mediator inflamasi. Mekanisme diare yang disebabkan oleh cryptosporidia melalui disrupsi epitel yang menyebabkan malabsorpsi, induksi mediator radang, pengeluaran enterotoksin parasit yang menstimulasi sekresi intestinal. 6
Manifestasi klinis penyakit ini beragam mulai oleh carrier asimptomatik, diare cair, kram abdomen, mual, dan malaise, yang biasanya hilang spontan setelah 2-3 minggu pada host yang immunocompetent. Pada pasien immunocompromised, volume cairan diare semakin tinggi. 4
Balantidium coli 6
B. coli adalah parasit protozoa bersilia dan jarang ditemukan sebagai penyebab penyakit usus pada manusia. Penyakit pada manusia sering dihubungkan dengan pajanan terhadap babi dan kotorannya. Manusia biasanya cukup resisten pada B. coli, namun malnutrisi, achlorhydiria (produksi HCl pada lambung sedikit atau tidak ada), dan kebersihan yang kurang meningkatkan kemungkinan penyakit. Variasi penyakit mulai dari asimptomatik dengan diare cair, sampai colitis aktif dengan feses berdarah. Infeksi ini juga merupakan penyebab langka appendisitis. B. coli seperti E. histolytica dapat menginvasi mukosa kolon dan menyebar melalui lapisan submukosa, menyebabkan uleserasi kolon.
Ascaris lumbricoides 7
Ascaris lumbricoides merupakan infeksi helminth tersering pada manusia. Sekitar 20% manusia di dunia terinfeksi. Infeksi pada manusia didapat dari menelan makanan atau minuman terkontaminasi. Larva terlepas di dalam usus halus, dan mempenetrasi dinding usus, serta pindah ke paru-paru dan trakea. Larva kemudian tertelan, dan menyelesaikan perkembangannya di dalam lumen usus halus. Kebanyakan infeksi terjadi di daerah tropis dan subtropis di dunia, terutama di Asia. Prevalensi tertinggi terjadi pada kelompok usia lima sampai lima belas tahun. Ascariasis diperkirakan menyebabkan pertumbuhan terhambat, intoleransi laktosa, malabsorpsi vitamin A, malnutrisi, dan gangguan kognitif di negara berkembang. Pasien biasanya asimtomatik. Kebanyakan gejala yang disebabkan Ascaris (nyeri abdomen, mual, dan diare) sulit dibedakan dari penyakit endemik lain. Obstruksi usus dapat terjadi akibat ukuran parasit yang besar, khususnya pada anak-anak yang mengalami distensi abdominal. Ascaris dewasa dapat bermigrasi ke orofaring untuk dieliminasi oleh rute nasal atau oral, atau dapat pergi ke traktus bilier, menyebabkan cholangitis, abses liver atau pancreatitis, khususnya pada orang dewasa. Ketika migrasi larva melalui paru-paru, pasien dapat mengalami bronchospasme dan infiltrat pulmo dengan eosinophilia.
Trichuris trichiura(whipworm) 7
Trichuris trichiura merupakan helminth ketiga tersering yang ditransmisikan melalui tanah, menginfeksi 600 juta orang dengan prevalensi tertinggi di China, India, Asia Timur, dan Afrika Tengah. Manusia terinfeksi dengan menelan telur berembrio. Kemudian larva bebas dari telur, menuju ke kolon, dan dewasa dalam waktu 3 bulan. Meski parasit dewasa hidup di cecum, seluruh kolon dapat terinfeksi. Pada infeksi berat (seringkali pada usia <10 tahun), reaksi inflamasi menyebabkan colitis, disentri, dan prolaps rektal. Selain itu, dapat terjadi diare dan retardasi pertumbuhan. Eosinophilia sering ditemui pada tes laboratorium.
Stronglyoides stercoralis 7
Infeksi Strongyloides dapat bertahan selama beberapa dekade atau mengancam jiwa karena cacing ini dapat menyelesaikan siklus hidup dalam satu host manusia. Parasit betina dewasa hidup di dinding usus dan memproduksi telur secara aseksual. Kemudian telur parasit tersebut menetas dan menjadi larva rhabditiform yang bermigrasi ke lumen dan keluar lewat feses. . Beberapa larva rhabditiform berubah menjadi bentuk invasif sebelum dikeluarkan, dan dapat menginvasi kembali dinding usus atau kulit perianal (autoinfeksi). Di lingkungan, larva berubah menjadi larva filariform, yang menginfeksi host manusia dengan mempenetrasi kulit intak. Larva kemudian bermigrasi melalui aliran darah ke paru-paru, ke alveoli, naik ke tracheobronchial, dan tertelan. Area endemik termasuk kebanyakan area tropis di Afrika, Asia, dan Amazon. S. stercoralis dapat menghasilkan hiperinfeksi yang mengancam nyawa pada individu dengan perlindungan tubuh yang kurang, seperti pengguna kortikosteroid. Hiperinfeksi juga dilaporkan berhubungan dengan translplantasi organ, keganasan, terapi immunosuppresive lain, protein-calorie malnutrition, dan kondisi yang melemahkan sistem imun lainnya.
Non Infeksi Obat-obatan 1,3
Efek samping dari obat-obatan kemungkinan merupakan penyebab non-infeksi terbanyak dari diare akut. Obat-obatan yang sering menyebabkan diare adalah : - antibiotik - antidisritmia (misalnya quinidine mekanismenya tidak diketahui 8 ) - antihipertensi (misalnya guanethidine terjadi peningkatan motilitas gastrointestinal akibat dominansi parasimpatis yang mengontrol aktivitas dari otot polos intestinal 9 ) - nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) - antidepresan tertentu - agen kemoterapeutik - bronchodilator - antasida - laxative - dosis tinggi terapi radiasi
Ingesti toksin 3
Diare akut dapat disebabkan oleh karena ingesti toksin seperti insektisida organofosfat, amanita dan jamur lainnya, arsenic, dan toksin-toksin environmental di dalam makanan laut, seperti ciguatera dan scombroid. Iskemia Iskemia mesentrium dapat menyebabkan diare. Hal ini disebabkan karena segmen kecil atau besar dari usus mungkin terlibat, tergantung lokasi dari oklusi / hipoperfusi yang terjadi. Dengan berkurangnya aliran darah, lapisan mukosa usus menjadi anoksia, dan pada akhirnya menyebabkan kematian sel secara ireversibel. Lama-kelamaan mukosa akan menjadi edema dan meradang, hingga akhirnya timbul ulkus. Akibatnya, pasien mengalami malabsorpsi dan malabsorpsi ini yang menyebabkan diare dan pendarahan rektal. 10
Diare Kronik 3
Berbeda dengan diare akut, kebanyakan penyebab dari diare kronik adalah non infeksi. Klasifikasi dari diare kronik berdasarkan mekanisme patofisiologinya untuk memudahkan penatalaksanaan diare kronik. Diare sekretorik Diare sekretorik merupakan diare akibat gangguan transpor cairan dan elektrolit melalui mukosa enterocolonic. Dapat disebabkan oleh : - Obat-obatan (sama seperti pada diare akut) - Arsenik mungkin mengakibatkan diare kronik dibandingkan diare akut - Infeksi bakteri tertentu juga dapat persisten, seperti Vibrio cholera-Eltor, Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC), dan lainnya - Hormon, contohnya : metastatic gastrointestinal carcinoid tumors atau primary bronchial carcinoids mungkin dapat menyebabkan diare dengan mengeluarkan histamine, PG, serotonin, dan kinin-kinin lainnya untuk merangsang traktus GI mengeluarkan hormon-hormon - Defek congenital pada absorpsi ion Diare osmotik Diare ini terjadi akibat terdapat substansi yang sulit diserap, dan secara osmotik mampu menarik cairan ke dalam lumen (melebihi kapasitas reabsorpsi kolon). Dapat disebabkan oleh : - Malabsorpsi karbohidrat : karena defisiensi disakaridase, baik acquired maupun congenital. Akibatnya adalah diare osmotik dengan pH rendah. Defisiensi laktase dapat menyebabkan diare kronik dan gula lain seperti sorbitol, laktulosa, atau fruktosa sering dimalabsorpsi Diare disebabkan karena steatorrhea Diare ini dapat disebabkan karena : - Insufisiensi eksokrin pankreas, biasanya karena pankreatitis kronik - Overgrowth dari bakteri di usus halus mungkin dapat mengganggu pembentukan micel - Malabsorpsi mukosa, biasanya karena penyakit celiac, ditandai dengan atrofi vili dan hyperplasia kriptus - Obstruksi limfatik post-mukosa Disebabkan karena inflamasi Diare ini biasanya disertai nyeri, demam, pendarahan, atau manifestasi dari inflamasi. Pada pemeriksaan feses ditemukan adanya protein turunan dari leukosit berupa calprotectin. Diare ini dapat disebabkan karena idiopathic inflammatory bowel disease dan imunodefisiensi. Disebabkan karena dismotilitas Hipertiroidisme dan obat-obatan tertentu (misal PG dan agen prokinetik) dapat menyebabkan hipermotilitas yang mengakibatkan diare. Irritable bowel syndrome juga dapat menyebabkan diare, tetapi diare terjadi bergantian dengan konstipasi akibat gangguan motorik dan sensorik dari usus halus dan kolon. Factitial causes (self-induced) : contoh dari penyebab ini adalah pasien dengan Munchausen syndrome
Daftar Pustaka 1. Simadibrata M, Daldiyono. Diare Akut. In : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4 th ed. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI; 2006. p. 408. 2. Sedlack RE, Viggiano TR, Poterucha JJ. Gastroenterology and Hepatology. In : Habermann TM, Ghosh AK, editors. Mayo Clinic Internal Medicine Concise Textbook. Canada : Mayo Clinic Scientific Press; 2008. p. 229. 3. Camilleri M, Murray JA. Diarrhea and Constipation. In: Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, editors.. Harrisons Principles of Internal Medicine. 17 th ed. New York City: McGraw-Hill Companies; 2008. p.245-55. 4. Trier JS. Acute Diarrheal Disorders. In : Greenberger NJ, Blumberg RS, Burakoff R, editors. Current Diagnosis & Treatment Gastroenterology, Hepatology, & Endoscopy. New York City: McGraw-Hill Companies; 2009. p.45-63. 5. Tarr PI, Bass DM, Hecht GA. Bacterial, viral, and toxic causes of diarrhea, gastroenteritis, and anorectal infections. In : In: Yamada T, Alpers DH, Kalloo AN, Kaplowitz N, Owyang C, Powell DW, editors. Yamada Gastroenterology. 5 th ed. Oxford: Blackwell Publishing Ltd; 2009. p. 1157- 1204. 6. Li E, Stanley SL. Parasitic disease: protozoa. In: Yamada T, Alpers DH, Kalloo AN, Kaplowitz N, Owyang C, Powell DW, editors. Yamada Gastroenterology. 5 th ed. Oxford: Blackwell Publishing Ltd; 2009. p. 2632-2650 7. Seas C, Montes M, White AC. Parasitic disease: helminth. In: Yamada T, Alpers DH, Kalloo AN, Kaplowitz N, Owyang C, Powell DW, editors. Yamada Gastroenterology. 5 th ed. Oxford: Blackwell Publishing Ltd; 2009. p. 2651-2671 8. Roden DM. Antiarrhythmic Drugs. In : Brunton LL, Lazo JS, Parker KL, editors. Goodman & Gilmans The Pharmacological Basis of Therapeutics. 11 th ed. New York City: McGraw-Hill Companies; 2006. 9. Katzung BG, Akporiaye ET, Aminoff MJ, Basbaum AI, Benowitz NL, Berkowitz BA, et al. Basic and Clinical Pharmacology. 10 th ed. San Francisco : Lange; 2006. 10. Alobaidi M, Jafri SZH. Mesenteric Ischemia [internet]. 2008 [updated 2008 Dec 18; cited 2011 Feb 16]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/370688-overview