MALARIA
Oleh :
Pendamping :
dr. Cahyo Sukowidodo, M.Kes
1
LEMBAR PENGESAHAN
PORTOFOLIO KASUS
MALARIA
Mengetahui,
Pendamping Penulis
DAFTAR ISI
2
Lembar Pengesahan…………………………………………………………...2
Daftar Isi………………………………………………………………………3
BAB 1 Pendahuluan…………………………………………………………..4
BAB 4 Pembahasan………………………………………………………....39
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Diare akut adalah diare yang berlangsung ≤ 14 hari. Penyebab diare akut
dapat berupa infeksi ataupun noninfeksi. Secara patofisiologi, diare akut dapat
dibagi menjadi diare inflamasi dan noninflamasi. Berbagai patogen spesifik dapat
menimbulkan diare akut. Diare juga dapat terjadi pada pasien
immunocompromised dan pasien yang di rawat di rumah sakit. Untuk
mendiagnosis diare akut diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang sesuai. Terapi terpenting pada diare akut adalah
rehidrasi, lebih disenangi melalui rute oral dengan larutan yang mengandung air,
garam, dan gula. Terapi antimikrobial empiris hanya diperlukan pada keadaan
khusus.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya, lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980),
diare adalah buang air besar encer lebih dari 3x sehari baik disertai lendir
dan darah maupun tidak.1
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3
kali per hari, disertai dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lender dan darah yang berlangsung kurang dari satu
minggu.1
5
keasaman lambu ng, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam
4 minggu terakhir dan factor genetic.
1. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insideen tetinggi terjadi pada kelompok umur 6 – 11 bulan pada saat
diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarakan
kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan
aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri
tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat
bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang paling
tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang,
yang membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak
yang lebih besar dan pada orang dewasa.
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi
asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan
pembentukan imunisasi aktif. Pada infeksi asimtomatik yang mungkin
berlangsung pada beberapa hari atau minggu, tinja penderita
mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang
dengan infeksi asimtomatik berparan penting dalam peyebaran banyak
enteropaogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi,
tidak menjaga kebersihan, dan berpindah – pindah dari satu tempat ke
tempat lain.
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di
daerah sub tropik diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim
panas, sedangkan diare karena virus terutama rotavirus puncaknya
terjadi pada musim dingin. Di daerah tropik ( termasuk Indonesia ),
diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun
6
dengan peningkatn sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena
bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.
C. Etiologi
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah
golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut karena
infeksi adalah non inflammatory dan inflammatory.
7
Salmonella Cytomegalovirus Trichuris trichiura
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica
Tabel 2. Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anka usia <5 tahun
Diasamping itu penyebab diare nonifeksi yang dapat menimbulkan daire pada
anak antara lain:
Neuroblastoma
Phaeochromocytoma
Sindroma Zollinger Ellison
Defek anatomis Lain-lain:
8
Penyakit Hirchsprung Alergi susu sapi
Short Bowel Syndrome Penyakit Crohn
Atrofi mikrovilli Defisiensi imun
Stricture Colitis ulserosa
Ganguan motilitas usus
Pellagra
Malabsorbsi Keracunan makanan
Thyrotoksikosis
Penyakit Addison
Sindroma Androgenital
Tabel 4. Penyebab diare nonifeksi pada anak
D. Patofisiologi
1. Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh
air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik
antara lumen usus dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak
9
diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian
proksimal tersebut bersifat hipertoni dan menyebabkan
hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmose antara lumen usus
dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeable, air
akan mengalir kea rah jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air
dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan
demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar
Na normal. Sebagian kecil cairan ini akan dibawa kembali, akan tetapi
lainya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak
dapat diserap seperti Mg, glukosa, sucrose, lactose, maltose di segmen
ileum dan melebihi kemampuan absorbs kolon, sehinga terjadi diare.
Bahan-bahan seperti karbohidrat dan jus buah, atau bahan yang
mengandung sorbitol dalam jumlah berlabihan akan memberikan
dampak yang sama.1
2. Diare Sekretorik
Diare sektorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam
usus halus yang terjadi akibat gangguan absorbs natrium oleh vilus
saluran cerna, sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau
meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari
tubuh sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang
disebabkan oleh infeksi bakteri akbat rangsangan pada mukosa usus
halus oleh toksin E.coli atau V. cholera.01.7
10
mOsm/L). Pada diare sekretorik tinja diare mempunyai kadar Na tinggi
(>90 mEq/L), dan perbedaan osmotiknua kuran dari 20 mOsm/L.6
Osmotik Sekretorik
11
usus yang berat menyebabkan statis intestinal bearkibat inflamasi,
dekonjugasi garam empedu dan malabsorbsi. Diare akibat
hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan
karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada bayi. Gangguan
motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada Thyrotoksikosis,
malabsorbsi asam empedu, dan berbagai peyakit lain.1
E. Manifestasi klinis
Gejala klinis
:
17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Masa
+ ++ ++ - ++ -
Tunas
Sering Jarang Sering + - Sering
Panas
Tenesmus Tenesmus, Tenesmus,k - Tenesmus, Kramp
Mual,
12
muntah - kramp olik - kramp -
lamanya
sakit
Sifat tinja:
F. Diagnosis
1. Anamnesis
13
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama
diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir
dan darah. Bila disertai muntah volume dan frekuensinya. Kencing:
biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8jam terakhir.
Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakahh panas
atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media,
campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare:
member oralit, memabwa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit
dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.1
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda tambahan lainya:ubun-ubun besar
cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air
mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.1
Pernpasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis
metabolic. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat
hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan
capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi. Penilaian
beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif
yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare.
Subjektif dengan menggunakan criteria WHO dan MMWR.1
14
jantung meningkat bradikardi, (kasus
berat)
1 2 3
15
Turgor Baik Kurang Jelek
Penilaian :
<6 : Tidak dehidrasi
7-12 : Dehidrasi ringan sampai sedang
dehidrasu isotonic, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131-150 mEq/L
Rasa haus - + +
16
Banyaknya kasus 20-30% 70% 10-20%
3. Laboratorium
tinja:
a. Pemeriksaan makroskopik
17
darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi
dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
18
terjadi antara tinja yang diperiksa dengan tablet clinitest.
Prinsipnya adalah terdapatnya reduktor dalam tinja yang
mengubah cupri sulfat menjadi cupri oksida. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara mengambil bagian cair dari tinja segar
(sebaiknya tidak lebih dari 1 jam). Sepuluh tetes air dan 5 tetes
bagian cair dari tinja diteteskan kedalam gelas tabung, kemudian
ditambah 1 tablet clinitest. Setelah 60 detik maka perubahan
warna yang terjadi dicocokan dengan warna standart. Biru berarti
negative, kuning tua berarti positif kuat (++++=2%), antara
kuning dan biru terdapat variasi warna hijau kekuningan
(+=1/2%), (++=3/4%), (+++=1%). Sedangkan terdapatnya lemak
dalam tinja lebih dari 5 gram sehari disebut sebagai steatore.8
b. Pemeriksaan mikroskopik
19
dahulu sediaan tak berwarna (NaCL fisiologis), karena telur
cacing dan bentuk trofozoid dan protozoa akan lebih mudah
dilihat. Bentuk kista lebih mudah dilihat dengan perwanaan
yodium. Pemeriksaan dimulai dengan pembesaran objekstif 10x,
lalu 40x untuk menentukan spesiesnya.
G. Tata laksana
Mencegah dehidrasi
Antibiotik selektif
Edukasi
20
dalah 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml dan dewasa adalah
300-400 ml setiap BAB.
21
ml/kgBB/jam), apbila anak dapat minum dengan baik biasanya
dalam 3-4 jam ( untuk bayi ) atau 1-2 jam (untuk anak yang lebih
besar ). Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat
dengan dosis 100ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk <1tahun 1 jam
pertama 30cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Di
atas 1 tahun ½ jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2 ½ jam
berikutnya 70 cc/kgBB.
4. Seng ( Zinc )
Seng merupakan mikronutrien komponen berbagai enzim
dalam tubuh yang penting antara lain untuk sinreis DNA. Sejak
tahun 2004, WHO dan UNICEF telah merekomendasikan
penggunaan seng pada anak dengan diare dengan dosis 20 mg per
hari selama 10-14 hari, dan pada bayi<6 bulan dengan dosis 10 mg
per hari selama 10-14 hari
22
tidak mium ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak
setiap 3 jam.
6. Terapi Medikamentosa
a. Antibiotika
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua
diare akut oleh karen sebagian besra diare infeksi adalah rotavirus
yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan
antibiotika. Antibiotika pilihan pada diare antara lain
erythromycin 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari,
ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3hari. Metronidazole
10 mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
b. Obat Antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak
mempunyai keuntungan praktis dan tidak diindikasikan untuk
mengobati diare akut pad anak, beberapa dianteranya:
23
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup dalam makanan yang
difermentasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya
keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih baik. Mekanisme
efek probiotik melalui perubahan lingkungan mikro lumen usus
( pH , O2 ), produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa
patogen usus,kompetisi nutrien, mencegah adhesi kuman patogen
pada enterosit, modifikasi toksin/ reeptor toksin efek trofik
terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrien dan
imunomodulator. Contohnya : Lacto B.
b. Prebiotik
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme, tetapi bahan
makanan umumnya komplks karbohidrat yang bila dikonsumsi
dapat merangsang pertumbuhan flora intestinal yng
menguntungkan kesehatan. Oligosakarida di ASI merupakan
prototipe prebiotik karena dapat merangsang lactobacilli dan
Bifidobacteria di colon bayi yang minum ASI
Ceftriaxone 50-100
24
mg/kgBB
Amoebiasis Metronidazole 10
mg/kgBB
H. Komplikasi1,3
1. Gangguan elektrolit
25
dapat mulai diberikan. lanjutkan pemberian oralit
10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti.1
26
2. Demam
3. Edema/overhidrasi
4. Asidosis metabolic
5. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak
kecil sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala
berupa perut kembung, muntah, peristaltic usu berkurang atau tidak
ada. Pengobatan dengan cairan per oral dihentikan, beri cairan
parenteral yang mengandung banyak K.3
6. Kejang3
27
Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama.
Bila penderita dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberika
iv, dengan dosis 2,5 mg/kgBB, diberikan dalam waktu 5 menit.
Jika koma tersebut disebabkan oleh hipoglikemia dengan
pemberian glukosa intravena, kesadaran akan cepat pulih kembali.
kejang demam
Hipernatremia dan hiponatremia
penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada
hubungannya dengan diare, seperti meningitis, ensefalitis atau
epilepsy.
7. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa
Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu
formula selama diare dapat menyebabkan:3
Volume tinja bertambah
berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk
dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak
8. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh
infeksi, atau penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit
dihentikan, berikan cairan intravena3
9. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis
yang menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang
berhubungan dengan infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan
karena pemberian cairan oral terlalu cepat. Tindakan: berikan oralit
sedikit-sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap 2-3 menit),
antiemetic sebaiknya tidak diberikan karena sering menyebabkan
penurunan kesadaran.3
I. Pencegahan
1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
28
Kuman-kuman patoggen penyebab diare umumnya disebarkan secara
fekal oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu
difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang
terbukti efektif meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan
pendamping ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
sehabis buang air besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh
anggota keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
anak dan dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:
29
rotavirus oral yang diberikan sebelum usia 6 bulan dalam 2-3 kali
pemberiian dengan interval 4-6 minggu. 1,8,16,17,18
J. Prognosis
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar
(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5%( akan menjadi diare persisten.8
30
BAB 3
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Alamat : Sumberrejo
Umur : 1 Tahun
Agama : Islam
No. RM : 00079259
ANAMNESIS
Heteroanamnesis
KELUHAN UTAMA
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke IGD dengan keluhan mencret sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit. Mencret kurang lebih 7 kali/hari. Mencret cair
menyemprot, ada ampas dan berwarna kuning. Dua hari sebelum masuk rumah
sakit pasien muntah berulang berisi makanan yang dimakan. Muntahannya tidak
menyemprot. Selain itu juga pasien ada demam yang timbul tiba-tiba dan terus
menerus. Demamnya tidak terlalu tinggi, tidak menggigil dan tidak sampai
membuat pasien kejang. Buang air kecil masih ada waktu terakhir pasien mencret.
31
Orang tua pasien sebelumnya membawa ke Bidan belum tapi keluhan –
keluhannya ini masih berlanjut sesampainya dibawa ke RS.
Riwayat Penyakit Dahulu
Disangkal
Riwayat Kehamilan :
Ibu pasien memeriksakan kehamilannya kebidan, namun tidak setiap bulan.
Sakit selama hamil (-), demam (-), kuning (-), keputihan (-), perut tegang (-),
BAK sakit dan anyang-anyangan (-), kencing manis (-), dan darah tinggi (-).
Riwayat Kelahiran :
Cara lahir : spontan
Tempat lahir : rumah bersalin
Ditolong oleh : bidan
Masa gestasi : cukup bulan
Berat lahir : 2700 gram
Panjang lahir : 51 cm
Lahir normal, langsung nangis, sianosis (-), kejang (-)
Kelainan bawaan :
(-)
Riwayat imunisasi :
Ibu pasien mengaku rutin membawa anaknya untuk imunisasi sesuai jadwal.
Vaksin Umur
0 bulan 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 9 bulan 18 bulan
BCG √
32
DPT √ √ √
Polio √ √ √ √
Campak √
Hepatitis B √ √
Status Lingkungan
Kepemilikan rumah adalah rumah sendiri. Keadaan rumah adalah dinding rumah
tembok, kamar mandi di dalam rumah. Sumber air bersih dari sumur pompa.
Terdapat jamban keluarga. Limbah buangan ke saluran atau selokan yang ada.
Keadaan lingkungan jarak antara rumah berdekatan, cukup padat. Penyinaran
matahari, pertukaran udara dan kebersihan rumah kurang.
33
Suhu tubuh : 37,3 °C
Data Antropoemetri
Kepala
Toraks
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Retraksi (-)
• Palpasi : Vokal fremitus kiri dan kanan sama
• Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor
• Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler
Ronki -/-, Wheezing -/-
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop
(-)
34
Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal : 5x/menit
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali
cepat
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 28 Januari 2021
1. Hematologi Lengkap
1. Elektrolit
Elektrolit (27/1)
35
Chlorida 99,93 90-110
RESUME
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke IGD dengan keluhan mencret sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit. Mencret kurang lebih 7 kali/hari. Mencret cair
menyemprot, ada ampas dan berwarna kuning. Dua hari sebelum masuk rumah
sakit pasien muntah berulang berisi makanan yang dimakan. Muntahannya tidak
menyemprot. Selain itu juga pasien ada demam yang timbul tiba-tiba dan terus
menerus. Demamnya tidak terlalu tinggi, tidak menggigil dan tidak sampai
membuat pasien kejang. Buang air kecil masih ada waktu terakhir pasien mencret.
Orang tua pasien sebelumnya membawa ke Bidan belum tapi keluhan –
keluhannya ini masih berlanjut sesampainya dibawa ke RS.
PEMERIKSAAN FISIK
36
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali
cepat
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
PEMERIKSAAN LAB :
Leukositosis
Diagnosa Kerja
Diare akut e.c bakteri tanpa dehidrasi
Diagnosa Banding
Diare akut e.c virus
Penatalaksanaan
- Rawat inap
• Diet : biasa
• IVFD : Asering loading 200cc lanjut maintenance 800cc/hari
• MM : - Inf. Paracetamol 3x200
- Inj Ceftriaxon 2x300mg
- Inj. Ondansentron 3x1,5mg
- Zinc 1x1 (PO)
- LBio sach 3x1 (PO)
FOLLOW UP
Follow Up 1 (29 Januari 2021)
S O A P
BAB cair KU : lemah Gastroenteritis Akut Inf. Aering 800cc/hari
2x, muntah N 122x/m Inf. Paracetamol 3x200
(-) RR 22x/m Inj Ceftriaxon 2x300mg
Tem : 36,9 Inj.Ondansentron 3x1,5mg
SpO2 : 98% Zinc 1x1 (PO)
LBio sach 3x1 (PO)
37
Follow Up 2 (30 Januari 2021)
S O A P
BAB cair (-), KU : cukup Gastroenteritis Akut Inf. Aering 800cc/hari
muntah (-), N 120x/m Inf. Paracetamol
nafsu makan RR 20x/m 3x200
membaik Tem : 36,5 Inj Ceftriaxon
SpO2 : 97% 2x300mg
Inj.Ondansentron
3x1,5mg
Zinc 1x1 (PO)
LBio sach 3x1 (PO)
Rencana BLPL
38
BAB 4
PEMBAHASAN
Diare akut adalah diare yang berlangsung ≤ 14 hari. Penyebab diare akut
dapat berupa infeksi ataupun noninfeksi. Secara patofisiologi, diare akut dapat
dibagi menjadi diare inflamasi dan noninflamasi. Berbagai patogen spesifik dapat
menimbulkan diare akut. Diare juga dapat terjadi pada pasien
immunocompromised dan pasien yang di rawat di rumah sakit. Untuk
mendiagnosis diare akut diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang sesuai. Terapi terpenting pada diare akut adalah
rehidrasi, lebih disenangi melalui rute oral dengan larutan yang mengandung air,
garam, dan gula. Terapi antimikrobial empiris hanya diperlukan pada keadaan
khusus.
Dari anamnesis pasien ini dibawa oleh orang tuanya ke IGD dengan
keluhan mencret sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Mencret kurang lebih 7
kali/hari. Mencret cair menyemprot, ada ampas dan berwarna kuning. Dua hari
sebelum masuk rumah sakit pasien muntah berulang berisi makanan yang
dimakan. Muntahannya tidak menyemprot. Selain itu juga pasien ada demam
yang timbul tiba-tiba dan terus menerus. Demamnya tidak terlalu tinggi, tidak
menggigil dan tidak sampai membuat pasien kejang. Buang air kecil masih ada
waktu terakhir pasien mencret. Orang tua pasien sebelumnya membawa ke Bidan
belum tapi keluhan – keluhannya ini masih berlanjut sesampainya dibawa ke RS.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
12. Suandi IKG. Manajemen nutrisi pada gastroenteritis dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:84-100.
13. Aggarwal et al. Role of Zinc Administration in Prevention of Childhood
Diarrhea and respiratory illness. A merk analisis. Pediatric
2007 ;119:1120.
14. Isolaun E. Probiotics : A role in the treatment of intestinal infection and
inflammation. Gut.2002,50 (Supple III):III:54-1159
15. Arimbawa dkk. Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus
dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.
2007:100-111
41