Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat


di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. Diperkirakan 20-50
kejadian diare per 100 penduduk setiap tahunnya. Kematian terutama
disebabkan karena penderita mengalami dehidrasi berat. Diare merupakan salah
satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dilaporkan terdapat hampir 1,7
milyar kasus setiap tahunnya.Penyakit ini sering menyebakan kematian pada
usia dibawah 5 tahun(balita).Dalam satu tahun sekitar 760.000 anak usia balita
meninggal karena penyakit ini (WHO,2013). Dari penemuan kasus diare di
fasilitas masyarakat pada tahun 2011 terdapat 35,5% kasus diare yang ditangani
di Indonesia. Di Jawa Tengah ditemukan kasus diare sebanyak 1.337.427, dan
yang ditangani 225.332 kasus atau sekitar 16,8% (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2011). Kejadian diare di kota Surakarta pada tahun 2007
cukup tinggi yaitu sebanyak 7,06% dari total jumlah penduduk (Departemen
Kesehatan RI, 2009). Penularan diare dapat dengan cara fekal-oral, yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen,kontak tangan
langsung dengan penderita, barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
atau secara tidak langsung melalui lalat. Cara penularan ini dikenal dengan
istilah 4F, yaitu finger, flies, fluid, field (Subagyo & Santoso, 2012). Adapun faktor
risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen diantaranya adalah
tidak memberikan ASI secara penuh pada bayi usia 4-6 bulan, tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan,
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan
makanan yang tidak higienis, serta cara penyapihan yang tidak baik (Subagyo &
Santoso, 2012). Kejadian diare dapat dicegah dengan memperhatikan air minum
yang aman dan sanitasi yang higienis (WHO, 2013).

Apabila telah terserang diare maka solusi penyembuhannya adalah


diberikan obat-obat antidiare.Namun beberapa faktor harus dipertimbangkan
dalam optimalisasi terapi obat diare bagi balita. Banyak obat yang diresepkan
untuk bayi dan anak-anak tidak tersedia dalam bentuk sediaan yang dikehendaki
maka banyak diresepkan obat racikan. Dengan demikian, apoteker harus mampu
1
menilai dan mengambil keputusan profesional untuk masalah tersebut. Selain itu
untuk pemberian sediaan yang terkendala oleh jumlah volume yang diberikan
dan akses yang terbatas untuk balita. Apotek sebagai sarana pelayanan resep
harus dapat memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) terhadap
orang tua pasien(ibu/bapak balita) melalui Tenaga Teknis Kefarmasian dan di
ikuti dengan peracikan obat yang aseptis dan baik.

1.2. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui obat-obat diare

2. Mahasiswa dapat mengetahui pelayanan resep pada pasien diare melalui


simulasi peran

3. Mengetahui KIE (Komunikasi,Informasi dan Edukasi) yang tepat pada pasien


diare

4. Mengetahui interaksi obat pada resep polifarmasi bagi pasien diare

1.3. Manfaat

1. Mahasiswa dapat melakukan pelayanan resep diare melelui simulasi peran

2. Dapat menyampaikan KIE (Komunikasi, Edukasi dan Informasi) yang tepat


pada pasien diare

3. Mahasiswa dapat memilih obat-obat yang tidak memiliki interaksi pada resep
polifarmasi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DIARE

Pengertian Diare Menurut Para Ahli: Diare merupakan salah satu


penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar
kasus setiap tahunnya.Penyakit ini sering menyebabkan kematian pada usia
dibawah 5 tahun(balita).Dalam satu tahun sekitar 760.000 anak usia balita
meninggal karena penyakit ini (WHO,2013). Diare adalah buang air besar tidak
normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya
(Hasan, 2005 : 283). Diare akut merupakan peningkatan defekasi dan
kandungan air pada tinja yang berlangsung selama 5-7 hari (Schwartz, 2004 :
256). Pengertian diare lainnya adalah keadaan buang air dengan banyak cairan
(mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan
lain,(Yun:diarrhea=mengalir melalui).

(BUKU OBAT-OBAT PENTING)

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa diare


adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak konsistensi feses encer dapat berwarna hijau dan dapat
pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja dan berlangsung antara 5-7
hari.

B. MACAM-MACAM DIARE

1. Diare Akut Adalah jenis diare yang paling sering terjadi,penyebab


utamanya adalah:

 Infeksi saluran cerna akibat virus,bakteri atau parasit pada air dan
makanan yang terkontaminasi,ataupun kontak dengan orang yang
sedang mengalami infeksi ini.
 Efek samping obat-obatan
 Mengkonsumsi terlalu banyak minuman soda,minuman beralkohol atau
minuman mengandung coffein.
 Keracunan
3
Selain buang air besar dalam bentuk lembek dan cair,diare akut kadang
disertai muntah,darah atau lendir pada tinja,demam,sakit kepala,sakit
perut.Diatas gejala diatas,dehidrasi adalah hal yang paling perlu diwaspadai dari
diare.Lemas kram otot,sakit kepala dan mulut kering adalah gejala dari dehidrasi.
Pada umumnya diare akut dapat sembuh dalam beberapa hari setelah
mengkonsumsi banyak cairan,mengkonsumsi obat, dan istirahat cukup.

2. Diare Kronis

Penyebab Diare Kronis:

 Obat-obatan seperti pencahar dan antibiotic.


 Ganguan pada usus misalnya radang usus.
 Gangguan pada pancreas.
 Gangguan pada tiroid
 Operasi ataupun terapi radiasi yang pernah diajalani
 Berkurangnya aliran darah pada usus
 Tumor
 Gangguan system kekebalan tubuh
 Penyakit turunan misalnya defisiensi enzim tertentu

Berbeda dengan diare akut,diagnosis diare kronis biasanya memerlukan


pemeriksaan tambahan selain pemeriksaan fisik utk mengetahui
penyebabnya.Diare kronis apapun penyebabnya,adalah kondisi yang
memerlukan penanganan medis dari dokter secepatnya karena berisiko sekali
menyebabkan dehidrasi dan gangguan elektrolit.

C. JENIS-JENIS DIARE

Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi:

1. Diare Akibat Virus

2. Diare Bakterial Invasif

3. Diare Parasiter

4. Diare Akibat Penyakit


4
5. Akibat obat

6. Akibat Keracunan Makanan

D. PENYEBAB DIARE

Secara Etiologi :

1. Factor Infeksi Dibagi menjadi 2:

 Infeksi Internal yang merupakan infeksi saluran pencernaan yang menjadi


penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. Colli,
Salmonela, Shigella), infeksi virus (Enterrovirus, Rota virus, Andenovirus,
Astrivirus) dan infeksi parasit (cacing yaitu Ascaris, Ticturis Oxyiuris,
Stangloides, Protozoa meliputi Glarida lambliatrichomonashominis dan
jamur yaitu kandida albicans.
 Infeksi Parental/ infeksi di luar alat pencernaan

2. Keracunan makanan

Disebabkan oleh toksin bakteri dan toksin yang dikeluarkan oleh


makanan itu sendiri.

3. Factor Malabsorbsi

Yaitu intoleransi disacarida (laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida


(intoleransi glukosa dan galaktosa) malabsorbsi lemak, protein pada bayi dan
anak yang terserang dalam intoleransi laktosa.

4. Factor Imunologic

Definisi IgA akan menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan
parasit dalam usus (Suharyono, 1999).

Secara Patofisiologi:

Sejumlah besar virus, bakteri/organisme protosoa dapat menyebabkan


gastroenteritis. Pada diare bayi yang paling sering patogen adalah virus dan

5
entero patogenik, Ecoli. Pada orang dewasaterdapat perbedaan yang berkaitan
dengan umur, apakah infeksi di daerah tropik dan faktor presipitasi seperti
pengorbanan antibiotik yang terdahulu atau imun. Enterokolitis menyebabkan
kram dan diare. Sedangkan gastro entero kolitis menimbulkan mual, muntah dan
kram.Dua cara utama dimana organisme patogen menyebabkan diare Invasi
bakteri pada mukosa kolon menyebabkan peradangan ulserasi. Hal ini
menyebabkan diare berdarah dengan pasasi mucus dan nanah (sering disebut
disentri). Sekresi entero toksin bakterial menyebabkan sekresi air dan
elektrolit dengan diare berair yang banyak. Enterotoksin dapat dihasilkan
sesudah kolonisasi bakteri (tanpa invasi) pada usus halus (masa inkubasi 6-24
jam). Enterotoksin ini mungkin masuk ke dalam karena makanan yang
terkontaminasi kurang dimasak terutama oleh pencemaranmakanan stafilokoki
(Carpenito, 2000: 188).

E. TERAPI DIARE

1. Garam Rehidrasi Oral

Oral rehydration solution (ORS) adalah suatu larutan dari campuran NaCl
3,5 g,KCl 1,5 g ,Na trisitrat 2,5 g dan glukosa 20 gdalam liter air matang
(oralit).Dasar ilmiah dari penggunaan ORS ini adalah penemuan ± 25 tahun yang
lalu bahwa glukosa menstimulasi secara aktif transfor Na dan air melalui dinding
usus .Dengan demikian resorpsi air dalam usus halus meningkat ddengan 25 kali
(Sladen dan Dawson).Begitu pula baha gizi lainnya (asam amina,peptide)
memperlancar penyerapan air.

2. Kemoterapeutika

Untuk teerapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare,seperti


antibiotika ,sulfonamide, dan senyawa kinolon.

3. Obtipansia

Untuk terapi diare ssecara simtomatis,yang dapat menghentikan diare


dengan beberapa cara, yaitu :

1. zat-zat penekan peristaltic

6
sehingga memeberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan
elektrolit oleh mukosa usus, yaitu candu dan alkaloidnya, derivate petidin
(loperamide) dan antilonergik (atropine dan elstrak belladone).

2. Addstringensia

Yang menciutkan selaput lender usus,misalnya asam samak (tannin) dan


tannalbumin ,garam-garam bismuth dan aluminium.

3. Adsorbensia

Misalnya Carbo Adsorbens yang pada permukaannya dapat menyerap


(absorbs) zat-zat beracun yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya
berasal dari makanan (udang atau ikan). Termasuk disini adalah juga
mucilagines, zat-zat lender yang menutupi selaput lender usus dan luka-luka nya
dengan suatu lapisan pelindung,misalnya kaolin, pectin (suatu karbohidrat yang
terdapat antara lain dalam buah apel) dan garamgaram bismuth serta aluminium.

4. Spasmolitika

Yaitu zat-zat melepaskan kejang-kejang otot yang sering kali


mengakibatkan nyeri perut pada diare, obatnya antara lain adalah papaverine

5. Zat Penghambat Peristaltik

1. Candu :opium, opii pulvis Candu bekerja melalui otot-otot licin dan
menekan peristaltic. Oleh karena itu berguna sebagai obstipan pada pengobatan
disentri dan kolera,namun karena daya kerjanya terahdap SSP dan berisiko
adiksi , candu tidak boleh digunakan semabarangan.

2. Loperamide : Imodium Zat ini (1974) memiliki kesamaan mengenai


rumus kimia nya dengan opiate petidin dan berkhasiat obstipasi kuat dengan
mengurangi peristaltic. Namun berbeda dengan petidin,loperamide tidak bekerja
melalui SSP sehingga tidak mengakibatkan ketergantungan.

6. Antibiotika

7
Antibiotik hanya digunakan pada diare yang disebabkan oleh bakteri dan
berisiko parah,adapun antibiotic yang biasanya digunakan adalah:

1. Ampisilin dan Amoksisilin Bekerja agak lambat setelah 5-6 hari

2. Kotrimoksazol Mampu menghilangkan demam dalam 4 hari.Setelah


terapi tinja tidak mengandung basil tifus,sehingga juga efektif untuk mengobati
pembawa basil.Namun obat ini sebaiknya tidak digunakan

3. Kloramfenikol Obat ini merupakan obat yang plaing efektif terhadap


tifus.Keberatannya adalah tidak berkhasiat mematikan kuman, sehingga sering
timbul “pembawa basil” juga dapat mengakibatkan anemia aplastis”fatal. Dosis
biasa adalah 50 mg setiap kg BB,setelah beberapa hari dan tidak lagi disertai
demam maka dosis dapat diturunkan untuk menghindari kambuhnya
penyakit.Pengobatan maksimal 14 hari atau total 30 g kloramfenikol.

4. Tetrasiklin dan Turunannya Obat ini kurang berkhasiat terhadap


salmonella,walaupun basil tersebut dapat hilang melalui darah dan tinja, namun
penyakit berlangsung terus tanpa perubahan.Obat ini juga tidak terulu efektif
untuk disentri basiler.

7. Obat Lainnya

Obat-obat lain yang dapat digunakan untuk terapi diare adalah:

 Tannin
 Tannalbumin
 Carbo adsorbens
 Kaolin
 Pectin
 Attapulgite
 Bismuth subcarbonas

F. DIARE PADA BAYI

Diare pada bayi dapat disebabkan oleh banyak hal ,mulai dari infeksi
usus sampai perubahan pola makan,namun penyebab yang banyak itu antara

8
lain hampir sama dengan kasus diare pada orang dewasa. Ciri-ciri anak terkena
diare:

1. Anak cengeng dan gelisah

2. Suhu tubuh meningkat diatas 39 derajat celcius

3. Tinja cair,warna kehijauan serta ada lender dan darah

4. Anus dan daerah sekitarnya lecet

5. Muntah

6. Berat badan menurun

7. Dehidrasi

a). Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% dan BB, turgor masih
baik,penderita belum jatuh dalam keadaan pre syok, haus.

b). Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-8% dari BB, turgor


kulitmenurun, UUB cekung, mata cowong, nadi cepat, nafas cepat dan dalam
(kusmoul), penderita jatuh pada pre syok/syok.

c). Dehidrasi berat: kehilangan cairan 8-10 % dari BB, turgor jelek,
kesadaran turun (apatis sampai koma), otot kaku, sianosis, nadi cepat, nafas
cepat dan dalam, penderita jatuh pada pre syok.

G. PENCEGAHAN DIARE PADA BAYI

1. Mencuci tangan bayi secara rutin

2. Orang dewasa yang merawat bayi juga harus memperhatikan kebersihan


dirinya

3. Menjaga kenersihan lingkungan bayi

4. Menjaga kebersihan makanan bayi

9
H. TERAPI DIARE PADA BAYI

 Memberikan ASI Pemberian ASI pada bayi mampu membuat bayi


terhindar dari dehidrasi.
 Makanan Perlu bagi ibu bayi untuk menjaga pola makan dan asupan gizi
yang dimakan. Hindari makanan yang pedas dan asam yang dapat
memicu diare lebih parah pada buah hati.Perlu diingat bahwa hal ini tidak
hanya bagi bayi namun juga bagi bunda si bayi karena kualitas asupan
yang dimaka oleh bunda juga mempengaruhi .
 Oralite Pastikan untuk tidak membrikan bayi air putih pada saat
diare,cukup berikan saja anaknya ASI yang cukup dan sesekali cairan
oralite.Obat ini bertujun untuk menghindari dari dehidrasi yang dapat
dibeli di apotek atau dibuat sendiri di rumah.
 Istirahat Pastikan buah hati memiliki istirahat yang cukup untuk
mempercepat pemulihan.
 jika dalam 3 hari diare belum sembuh maka perlu dibawa kedokter.

I. FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK PADA BAYI DAN ANAK

1. Farmakokinetik

a. Absorpsi Obat melalui jalur oral tentu akan melewati lambung. Pada bayi dan
anak, sekresi asam lambung bekum sebanyak pada orang dewasa sehingga
lambung cenderung alkalis (basa). Hal tersebut akan menurunkan absorpsi obat-
obat terutama yang bersifat asam lemah. Selain itu waktu pengosongan dan pH
lambung akan mencapai tahap normal pada sekitar tiga tahun. Gerakan
peristaltik pada neonatus juga agak lambat dan tidak beraturan maka absorpsi di
usus halusnya tidak dapat diprediksi.

b. Distribusi Distribusi obat pada bayi dan anak berbeda dengan orang dewasa,
karena adanya perbedaan volume cairan ekstraseluler, total air tubuh, komposisi
jaringan lemak dan protein lemak. Volume ekstraseluler lebih tinggi dari orang
dewasa. Hal ini menyebabkan volume distribusi dari obat-obat yang larut air akan
meningkat sehingga dosis mg/kg BB perlu diturunkan. Sedangkan untuk kondisi
lemak justru berbanding terbalik yakni lebih sedikit pada bayi dibandingkan
dengan orang dewasa.Pada bayi premature hanya sekitar 1 – 2 % sedangkan

10
pada dewasa 20 %. Maka volume distribusi untuk obat-obat larut lemak akan
lebih sedikit pada bayi dibandingkan orang dewasa maka perlu adanya
penurunan/penyesuaian dosis.

c. Metabolisme Metabolisme pada neonatus dapat dikatakan rendah karena


rendahnya aliran darah ke hati, asupan obat oleh sel hati, kapasitas enzim hati
dan ekskresi empedu. Sistem enzim pada neonatus dan bayi masih belum
sempurna terutama pada proses oksidasi dan glukoronidase.

d. Ekskresi (melalui ginjal) Filtrasi glomerulus, sekresi tubulus, reabsorpsi tubulus


menurun dan juga clearance obat tidak diprediksi, tergantung pada profil
eliminasi masing-masing obat.

2. Farmakodinamik

Pada anak-anak.Secara umum jalur eliminasi obat (hepar dan ginjal)


sangat minim pada bayi yang baru lahir, dan juga pada bayi yang premature. Hal
ini disebabkan karena faktor fisiologis dari bayi yang tidak biasa, dimana dapat
menyebabkan efek yang tidak diinginkan dari terapi. Jalur kliren obat sangat
dipengaruhi oleh perubahan fisiologi (bayi, premature, dan saat pubertas). Pada
perkembangan bayi di tahun pertama, kliren metabolit obat sangat minim. Pada
saat pubertas kliren akan mengalami penurunan lebih cepat pada perempuan
daripada pada laki-laki. Perbedaan farmakodinamik ditemukan antara anak-anak
dan orang dewasa hal ini dapat mempengaruhi outcome terapi yang tidak
diinginkan, dan juga adverse effect. Namun tidak selamanya penggunaan obat
pada anak-anak dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Contohnya,
sekalipun pada penggunaan asam valproic pada anak-anak dapat menimbulkan
hepatotoksik lebih tinggi dibanding pada orang dewasa, namun pada
penggunaan isoniasid dan asetaminofen, efek hepatotoksisitasnya lebih rendah.

J. MASALAH TERKAIT OBAT PADA BAYI DAN ANAK

1. Rute Pemakaian

Obat Komplikasi dapat terjadi dalam pemberian obat untuk anak


dibandingkan dengan orang dewasa. Bayi dan anak lebih banyak menghabiskan
waktu mereka untuk tidur sehingga waktu pemberian obat harus dijadwalkan
11
ulang selama mereka terjaga. Oleh karena itu, pembagian dosis yang sederhana
misalnya satu atau dua kali sehari akan memudahkan pada pemakaian anak-
anak (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2009). Berikut beberapa
cara rute pemakaian obat untuk pasien pediatric:

a. Rute oral merupaka cara pemberian yang paling sesuai untuk


anakanak terutama sediaan cair yang sangat cocok untuk balita. Selain itu bentu
sediaan padat dapat menjadi pilihan abgi anak di atas usia 5 tahun yang sudah
bsia menelan tablet.

b. Rute rektal merupaka alternative terhadap rute oral yang berguna bagi
pasien pediatric yang tidak dapat meminum obat karena mual atau pingsan.

c. Rute inhalasi dapat emnimbulkan kesulitan pada anak-anak karena


penggunaan aerosol yang memerlukan bantuan dari pihak lain. Bayi yang
berusia kuarrang dari 2 tahun paing sesuai utnuk menggunakan nebulizer.

d. Rute intravena biasanya digunakan pada saat kondisi serius.


Kecepatan penyuntikan obat dan tempat penyuntikan bervariasi luas pada
pasien pediatric. Konsentrasi serum efektif diharapkan cepat tercapai setelah
pemberian obat infsu. Pemantauan obat sebaiknya dilaksanakan secara rutin
untuk mengantisipasi konsentrasi serum yang kurang akurat atau bahkan
berpotensi menimbulkan bahaya.

2. Permintaan Dosis

Permintaan dosis umumnya berdasarkan pada berat badan neonatus,


bayi dan anak-anak; misalnya mg per kg BB untuk diberikan pada satu atau lebih
dosis pemberian dalam sehari. Pada kasus lain, jumlah total berat badan atau
luas permukaan tubuh setiap individu atau dosis harian pada pasien pediatric
khususnya pada pasien remaja , harus tidak melebihi dosis yang diindikasikan
untuk pasien dewasa (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2009).

3. Interaksi Obat

Penelitian tentang interaksi obat pada pasien pediatric masih sangat


sedikit.Data yang ada berupa hasil ekstrapolasi dari data populasi pasien

12
dewasa. Perhatian khusus harus diberikan untuk pasien yang ebranjak dewasa
yang mungkin mengkonsumsi obat yang diresepkan dokter atau non resep lain
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2009).

4. Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki

Pasien pediatric sering mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki


yang sama dengan pasien dewasa, namun reaksi obat yang tidak dikehendaki
pada pasien pediatric lebih sulit dikenali karena intensitasnya yang lebih besar
atau lebih tinggi. Masih kurangnya literatur tentang senyawa terapeutik yang baru
dikenalkan akan menyebabkan perlunya dilakukan pemantauan penggunaan
obat baru khususnya bagi pasien pediatric. Pemantauan reaksi obat yang tidak
dikehendaki yang lengkap dan pelaporan program adalah penting dalam
mengurangi kejadian reaksi-reaksi tersebut pada pasein pediatric (Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2009).

K. PERHITUNGAN DOSIS PADA ANAK

The British Pediatric Association (BPA) membagi waktu perkembangan


biologis masa anak-anak untuk menentukan dosis obat sebagai berikut (Aslam,
2003):

a. Neonatus : Awal kelahiran sampai usia 1 bulan (dengan subseksi


tersendiri untuk bayi yang lahir saat usia kurang dari 37 minggu dalam
kandungan)

b. Bayi : 1 bulan sampai 2 tahun

c. Anak : 2 sampai 12 tahun (dengan subseksi : anak dibawah 6 tahun


memerlukan bentuk sediaan yang sesuai)

d. Remaja : 12 sampai 18 tahun

Anak-anak terutama neonatus mempunyai respon yang berbeda terhadap


pemberian obat dibanding orang dewasa. Perhatian perlu dilakukan pada masa
neonatus (umur 0-30 hari) karena dosis harus selalu dihitung dengan cermat
(BPOM RI, 2008).

13
Berbagai rumus penentuan dosis obat untuk anak dapat digunakan
apabila pabrikan obat tidak merinci secara jelas mengenai dosis untuk digunakan
pada pasien anak. Sebaliknya apabila pabrikan obat merinci dengan jelas
mengenai dosis untuk anak, maka ikutilah petunjuk tersebut. sebagai peringatan,
tidak semua obat untuk dewasa dapat diberikan pada anak.

Dibawah ini perhitungan dosis untuk anak berdasarkan rule


masingmasing:

1. Berdasarkan Berat Badan


Clark's rule
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑙𝑏)
Dosis Anak = 𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
150

berat badan bukan dalam kg, tapi lb dimana 1kg = 2,2lb

2. Berdasarkan Umur
a. Young's rule
𝑈𝑚𝑢𝑟 (𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
Dosis Anak = 𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
𝑢𝑚𝑢𝑟+12

b. Cowling's rule
𝑈𝑚𝑢𝑟 (𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)+1
Dosis Anak = 𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
24

c. Friend's rule
2 𝑥 𝑈𝑚𝑢𝑟 (𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
Dosis Anak = 𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
25

d. Fried's rule (untuk bayi)


𝑈𝑚𝑢𝑟 (𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛)
Dosis Anak = 𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
150

e. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (Body Surface Area)


 Rumus menghitung BSA
√𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑐𝑚) 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
Mosteller BSA =
3600
𝑀𝑜𝑠𝑡𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 𝐵𝑆𝐴
 Dosis Anak = 𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
1,73

14
BAB III

TELAAH RESEP

A. Resep

Resep 1

15
B. Salinan Resep

Salinan Resep 1

Apotek Simulasi Farma

Jurusan Farmasi Poltekkes Palembang

Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang

Telp (0711) 352671

Apoteker : Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt

Salinan resep

Nomor :

Dari Dokter : dr. P. Aulia

Tetulis tanggal :13 April 2019Pro :


An. Nakula (11 bulan)

R/ Lacto B No. X

S 2 dd I

det

R/ Zinkid 20 mg No. X

S 1 dd I

det

R/ Tremenza 1/5 tab

m.f. Pulv dtd No. X

S 3 dd I

det

R/ Sanprima syr fls I

S 2 dd I cth

16
det

Palembang, 15 April 2019

P.C.C

Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt

SIPA No. 503/IPA/0276/KPPT/2014

17
C. Perhitungan Bahan

1. Resep 1

a. Lacto B

Diambil Lacto B = 10 sachet

b. Zinkid

Diambil Zinkid = 10 tablet

c. Racikan

 Tremenza = 1/5 x 10 = 2 tablet tremenza


Per tabletnya =

- Pseudoefedrin HCl = 60 mg
- Triprolidin HCl = 2,5 mg

Jadi, jika tremenza 2 tablet, mengandung:

- Pseudoefedrin HCl = 2 x 60 mg = 120 mg


- Triprolidin HCl = 2 x 2,5 mg= 5 mg

d. Sanprima syr = 1 botol

Tiap 5 ml mengandung:

-Trimetoprim 40 mg

Sulfametoksazol 200 mg

D. Perhitungan Dosis

1. Resep 1

N Dosis Pemakaian Dosis lazim anak % Kadar


o.
1. Zinc - -

1x = 20 mg

1 hari= 20 mg
2. Pseudoefedrin HCl - --

18
120 𝑚𝑔
1x = = 12 𝑚𝑔
10

1 hari = 3 x 12 mg=36
mg
3. Triprolidin HCl - -

5 𝑚𝑔
1x = 10
= 0,5 mg

1 hari= 3 x 0,5 mg =1,5


mg
4. Trimetoprim - -

1x = 40 mg

1 hari=2 x 40 = 80 mg
5. Sulfametoksazol Per hari 50 mg/kg
BB (BB 11 bulan
1x = 200 mg laki-laki = 8,028
kg
1 hari= 2 x 200= 400 1x =-
mg 1x =-

1hari=
50 𝑚𝑔
𝑘𝑔 𝐵𝐵
𝑥 8,028 𝑘𝑔 = 1 hari =
401,4
400
𝑥 100%
401,4

= 99, 6%

E. Cara Pengerjaan Resep

1. TTK menerima resep dari pasien, lalu memeriksa kelengkapan dan


keabsahan resep tersebut.
2. TTK akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. Bila
obatyang dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan
memberitahukan- nya kepada pasien. Setelah pasien setuju segera
dilakukan pembayaran atas obat pada bagian kasir. Alamat dan nomor
telepon pasien dicatat. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas
membuat salinan resep untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang
memerlukan kuitansi maka dapat pula dibuatkan kuitansi.
3. Resep diberi nomor urut resep, selanjutnya nomor resep tersebut
diserahkan ke pasien untuk mengambil obat pada bagian penyerahan
obat.
4. Resep asli diserahkan ke bagian peracikan atau penyiapan obat. TTK
pada bagian peracikan atau penyiapan obat lalu meracik atau
menyiapkan obat sesuai dengan resep.
5. Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas.
19
6. Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali meliputi nomor
resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya. Juga
dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta
kebenaran kuitansi.
7. Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep lalu
pasiendiberi informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain
yang diperlukan pasien.
8. Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal
resepdan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun.
9. Pada setiap tahapannya, petugas apotek wajib membubuhkan paraf atas
apa saja yang dikerjakan pada resep tersebut, jika terjadi sesuatu dapat
dipertanggung jawabkan atas pekerjaan yang dilakukan.

F. Aturan Pakai

1. Lacto-B = dua kali sehari satu bungkus

2. Zinkid tab = satu kali sehari satu tablet

3. Tremenza = tiga kali sehari satu bungkus, dicampur sirplus

4. Sanprima sirup = dua kali sehari satu sendok teh

G. Deskripsi obat

1. Lacto-B

Indikasi Umum : Diare dan pencegahan intoleransi laktosa

Deskripsi : LACTO-B merupakan obat dengan kandungan probiotik


yang membantu fungsi saluran pencernaan. Obat ini dapat digunakan untuk
mengobati diare dan pencegahan intoleransi laktosa pada anak 1-12 tahun.

Kategori :Lambung & Saluran Pencernaan

20
Komposisi :Per Granul : Viable cell 1 x 1.000.000.000 CFU/g
(Lactobacillus Acidophilus, Bifidobacterium Longum, Streptococcus
Thermophillus), Vit C 10 mg, Vit B1 0.5 mg, Vit B2 0.5 mg, Vit B6 0.5 mg, Niacin
2 mg, Protein 0.02g, Fat 0.1 g. Energy 3.4 kal

Dosis : Anak 1-12 tahun : 3 sachet/hari, Bayi < 1 tahun : 2


sachet/hari.

Aturan Pakai : Sebelum atau sesudah makan, dapat diberikan bersama


makanan untuk mengurangi ketidak-nyamanan pencernaan.

Kemasan : Box Isi 40 Sachet

Efek Samping :-

Kontra Indikas :-

Perhatian :-

Interaksi Obat :-

Segmentasi : Green

Manufaktur : Novell Pharmaceutical Laboratories

2. Zinkid

- Komposisi : zinc sulfate 54.9 mg setara dengan zinc 20 mg


- Bentuk sediaan : tablet
- Harga : Rp 30.000
- Produsen : Indofarma Global Medika

21
- Kategori obat : Obat bebas terbatas
- Indikasi : pengobatan diare pada anak dibawah 5 tahun,
diberikan bersama oralit
- Kontra indikasi :-
- Dosis : Anak usia 2 - 6 bulan : Satu kali sehari 10 mg (
setengah tablet) diberikan setiap hari selama 10 hari berturut-turut
(bahkan ketika diare telah berhenti). Anak usia 6 bulan - 5 tahun : Satu
kali sehari 1 tablet diberikan setiap hari selama 10 hari berturut-turut
- Efek samping : Mual, muntah, sakit kepala, pemakaian jangka
panjang dosis tinggi menyebabkan konsentrasi lipoprotein plasma dan
absorbsi tembaga
- Penyimpanan : Simpan di tempat kering dan sejuk.
3. Tremenza

Indikasi Umum : Flu karena alergi pada saluran nafas atas atau
yang memerlukan dekongestan dan antihistamin
Deskripsi : TREMENZA merupakan obat dengan kandungan
Pseudoephedrine HCl dan Triprolidine HCl. Obat ini dapat digunakan untuk
meringankan gejala flu karena alergi seperti bersin-bersin, hidung tersumbat, dan
rasa gatal pada hidung. Dalam penggunaan obat ini harus SESUAI DENGAN
PETUNJUK DOKTER.
Kategori : Batuk dan Flu
Komposisi : Pseudoephedrine HCl 60 mg, Triprolidine HCl 2.5
mg
Dosis : PENGGUNAAN OBAT INI HARUS SESUAI
DENGAN PETUNJUK DOKTER. Dosis dewasa dan anak lebih besar dari 12
tahun : 1 sampai 2 kali sehari 1 tablet. Anak 6 - 12 tahun : 1 kali sehari 1/2 tablet.
Aturan Pakai : Sesudah makan
Kemasan : 1 Dos Isi 10 Strip X 10 Tablet
Efek Samping :-

22
Kontra Indikasi : Penggunaan bersamaan atau dalam 2 minggu
menghentikan MAOI. Hipertensi berat atau penyakit arteri koroner.
Perhatian : HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Penyakit
saluran napas bagian bawah termasuk asma, hipersensitivitas terhadap obat ini,
hipertensi, glaukoma, diabetes, penyakit arteri koroner dan pada terapi dengan
penghambat monoamin oksidase
Interaksi Obat :-
Segmentasi : Red
Manufaktur : Sanbe Farm

4. Sanprima sirup

Indikasi Umum : Infeksi saluran nafas, Gl,saluran kemih


kelamin,kulit dan septikemia.
Kategori : Antibiotik
Komposisi : Per 5 mL: Sulfamethoxazole 200 mg, trimethoprim
40 mg
Dosis : PENGGUNAAN OBAT INI HARUS SESUAI
DENGAN PETUNJUK DOKTER. Anak usia 6 - 12 tahun : 10 ml 2 kali sehari.
Anak usia 6 bulan - 5 tahun : 5 ml 2 kali sehari. Anak usia 6 minggu - 5 bulan :
2,5 ml 2 kali sehari.
Aturan Pakai : Sebaiknya diberikan bersama makanan.
Kemasan : Botol 60 ml
Efek Samping :-
Kontra Indikasi :-
Perhatian : HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Penderita
dengan defisiensi asam folat. Penderita dengan status gizi buruk. Penderita
defisiensi enzim G6PD. Manula dan Penderita gangguan fungsi ginjal.
Interaksi Obat :-

23
Segmentasi : Red
Manufaktur : Sanbe Farma

Etiket

1. Lacto B
APOTIK SIMULASI FARMA
Jurusan Farmasi Poltekkes Palembang
Jl. Ismail Marzuki No.5341/171 Telp (0711) 352071 Palembang
Apoteker : Mona Rahmi Rulianti, M.Farm, Apt
SIPA No. 503/IPA/0276/KPPT/2014
No.R/ Nama : Nakula(11 bln) Tanggal: 15 April 2019

Dua kali sehari satu Tab / Capsul /Bungkus Pagi


Sendok makan (15ml) Siang
Sendok teh (5ml) Sore
Malam
Sebelum Makan Sesudah Makan
Bersama Makanan Suapan Pertama

Nama / Jumlah Obat : Lacto-B/ 10 bungkus


Tanggal Kadaluarsa : September 2020

2. Zinkid

APOTIK SIMULASI FARMA


Jurusan Farmasi Poltekkes Palembang
Jl. Ismail Marzuki No.5341/171 Telp (0711) 352071 Palembang
Apoteker : Mona Rahmi Rulianti, M.Farm, Apt
SIPA No. 503/IPA/0276/KPPT/2014
No.R/ Nama : Nakula (11 bln) Tanggal: 15 April 2019

satu kali sehari satu Tab / Capsul /Bungkus Pagi


Sendok makan (15ml) Siang
Sendok teh (5ml) Sore
Malam
Sebelum Makan Sesudah Makan
Bersama Makanan Suapan Pertama

Nama / Jumlah Obat : Zinkid/10 tablet


Tanggal Kadaluarsa : Agustus 2020

3. Tremenza

APOTIK SIMULASI FARMA


Jurusan Farmasi Poltekkes Palembang
Jl. Ismail Marzuki No.5341/171 Telp (0711) 352071 Palembang
Apoteker : Mona Rahmi Rulianti, M.Farm, Apt
SIPA No. 503/IPA/0276/KPPT/2014
24
No.R/ Nama : Nakula (11 bln) Tanggal: 15 April 2019

Tiga Kali sehari satu Tab / Capsul /Bungkus Pagi


Sendok makan (15ml) Siang
Sendok teh (5ml) Sore
Malam
Sebelum Makan Sesudah Makan
Bersama Makanan Suapan Pertama

Nama / Jumlah Obat : Tremenza puyer/ 10 bungkus


Tanggal Kadaluarsa : April 2020

4. Sanprima sirup

APOTIK SIMULASI FARMA


Jurusan Farmasi Poltekkes Palembang
Jl. Ismail Marzuki No.5341/171 Telp (0711) 352071 Palembang
Apoteker : Mona Rahmi Rulianti, M.Farm, Apt
SIPA No. 503/IPA/0276/KPPT/2014
No.R/ Nama : Nakula (11 bln) Tanggal: 15 April 2019

Tiga Kali sehari satu Tab / Capsul /Bungkus Pagi


Sendok makan (15ml) Siang
Sendok teh (5ml) Sore
Malam
Sebelum Makan Sesudah Makan
Bersama Makanan Suapan Pertama

Nama / Jumlah Obat : Sanprima sirup/ 1 botol


Tanggal Kadaluarsa : November 2020

H. Perhitungan Harga
Resep 1
1.Lacto-b = Rp5000
Lacto-B 10 sachet = 50.000
Tuslah = Rp 500
Harga jual apotik =Rp55.500

2. Zinkid 10 tablet =Rp30.000


Tuslah = Rp 500
Harga jual apotik = Rp30.500

3. Tremenza tab =Rp2000

Tremenza 2 tab = Rp4000

25
Tuslah = Rp1500

Harga jual apotek = Rp5.500

4. Sanprima = Rp33.500

Tuslah = Rp500

Harga jual apotek = Rp34.000

Total harganya menjadi= Rp55.500 + Rp30.500 + Rp5.500 +Rp34.000

=Rp125.500

26
BAB IV
SKENARIO
Nabila Choirunnisa’ PO.71.39.0.17.062
Natasyah Fitri PO.71.39.0.17.064
Neti Haryanti PO.71.39.0.17.066
Nur Ainun Nisa PO.71.39.0.17.068
Nurul Karimah Lestari PO.71.39.0.17.070

Pada suatu pagi, keadaan apotek simulasi masih belum ramai seperti
biasanya yang penuh dengan pasien yang ingin membeli obat dan konsultasi.
Seorang ibu datang ke apotek ingin menebus obat yang dokter resepkan.

TTK 1 :”Selamat pagi, selamat datang di apotek simulasi. Mau cari obat apa
bu?”

Pasien :”Ini mbak saya mau nebus resep ini.”

TTK 1 :”Sebentar saya lihat dulu bu. Ini benar resep untuk Nakula, 11 bulan ya
bu?

Pasien :”Iya itu anak saya mbak.”

TTK 1 :”Maaf sebelumnya ibu, anak ibu diperiksa ke dokter atas keluhan apa ya
bu?”

Pasien :”Gini mbak anak saya itu, mencret –mencret sama terserang flu juga
mbak. Saya khawatir sekali jadi saya periksakan ke dokter dan di beri dokter
resep ini mbak.”

TTK 1 :”Oh iya bu kalau begitu, tunggu sebentar ya bu. Saya cek dulu
ketersediaan obatnya. Ibu silahkan duduk dahulu.”

Pasien :”Cepet sedikit ya mbak. Saya takut anak saya nangis, soalnya Cuma
sama neneknya aja.”

TTK 1 :”Iya bu.”

27
TTK 1 menyerahkan resep obat kepada TTK 2, TTK 2 bertanya
ketersediaan obat kepada TTK 3.

TTK 2 :”Net, tolong cek obat-obatan di resep ini, ada gak?”

TTK 3 :”Baiklah tunggu sebentar ya.”

Beberapa saat kemudian

TTK 3 :Sa.

TTk 2 :”Iya gimana Net?”

TTK 3 :”Obatnya ada semua, total harganya Rp125.500 Tawarkan ibu itu juga
sirplus biar anaknya bisa minum tremenza puyernya agar rasanya manis. Sirplus
harganya Rp 8.000 jadi kalo ibunya mau totalnya jadi 133.500.

TTK2 :”baiklah Net.”

TTK 2 memberi tahu kepada ibu perihal obat dan harganya.

TTK 2 :”Resep atas nama Nakula, 11 bulan.”

Pasien :”Iya.Gimana mbak.”

TTK 2 :”Obatnya ada semua bu,lacto b, zinkid tablet, tremenza, dan sanprima
sirupnya ada. totalnya jadi 125.500. Kami ada sirplus ibu yang bisa dicampurkan
ke obat racikan tremenzanya, harganya Rp8.000 Jadi totalnya Rp135.500.

Pasien :” Sebentar mbak, zinkidnya itu tablet ya?”

TTK 2 :”Iya ibu, tapi zinkid ini tablet dispersible yang sangat mudah larut jka
diberi air.”

Pasien :”Jadi gimana saya ngasih ke anak saya?

TTK 2 :”Caranya ibu taruh satu tablet di sendok makan, tambahkan beebrapa
tetes air matang, tabletnya akan mengembang dan laut dalam air.”

28
Pasien :”Baiklah mbak.oh iya saya mau sirplusnya, biar Nakula gak ngerasa
pahit.”

TTK :”Baik ibu. Maaf, bu boleh minta no telepon dan alamt ibu, untuk
keperluan administrasi?”

Pasien :”Boleh mbak. 087769911297. Alamat jl.sekip bedung no.005.”

TTK 2 :”Baik bu kalo begitu. Ini nomer antriannya.silahkan duduk kembali ibu.”

Pasien :”Baik mbak.”

TTK 2 memberikan resep kepada kepada TTK 3 untuk menyiapkan obat dan
membuat copy resep. TTK 3 menyerahkan catatan kepada TTK 4 untuk
menyiapkan obat.

TTK 2 :”Net ini resepnya,tolong siapkan.”

TTK 3 :”Ok Sa.(Lalu memanggil TTK 4), Ainun…”

TTK 4 :”Iya Net.”

TTK 3 :”Ini tolong disiapkan obatnya ya.”

TTK 4 :”baiklah.”

Setelah TTK 4 menyiapkan obatnya, lalu diberika kepada TTK 5 untuk


diberikan etiket.

TTK 4 :”Ini tolong diberikan etiket obat-obatannya ya Nurul.”

TTK 5 :”Baiklah Nun.”

Setelah obat-obatan siap, TTK 5 menyerahkan kepada TTK 3, dan TTK 3


menyerahkan obat dan copy resepnya ke TTK 1.

TTK 5 :”Ini sudah siap obatnya.”

TTK 3 :”Ok.Nabila ini obatnya.”

29
TTK 1 :”Iya terima kasih.”

TTK 1 memberikan obat disertai penjelasan.

TTK 1 :”No antrian…”

Pasien :”Iya saya.”

TTK 1 :”Boleh minta no antriannya.”

Pasien :”Ini mbak.”

TTK 1 :”Ini bu obat-obatannya, ada lacto b, zinkid tabet, tremenza puyer,


sanprima, dan sirplus. Maaf ibu saya jelaskan dulu penggunaannya ya bu.”

Pasien :”Baiklah mbak.”

TTK 1 :”Begini bu, untuk lacto b ini, bisa ibu campurkan dengan makanan bayi
ya ibu, digunakannya dua kali sehari 1 sachet, bisa saat makan pagi dan juga
makan siang. Untuk Zinkidnya seperti yang saya bilang tadi ibu taruh satu
tabletnya di atas sendok tambahkan beberapa tetes air, diminum sesudah atau
sebelum makan satu kali sehari. Untuk puyer tremenzanya ini diminum tiga kali
sehari satu puyer ya ibu, bisa dicampukan dengan sirplusnya agar terasa manis
saat anak ibu meminumnya. Dan obat yang terakhir ini ada sanprima sirup,
diminumnya dua kali sehari satu sendok teh (5 ml) setelah makan.

Pasien :”Ada perawatan khusus untuk anak saya gak mbak.”

TTK 1 :”Ibu masih ASI.”

Pasien :”Iya saya masih ASI mbak.”

TTK 1 :”Nah ibu juga dijjaga makanannya ya bu, jangan makan sembarangan,
kurangi makanan pedas, prhatikan juga saat pemberian ASI keadaan putingnya
harus steril agar tidak terkena bakteri atau virus, jaga makanan anaknya ya bu.”

Pasien :”Baiklah mbak.”

TTK 1 :”Obat-obatannya disimpan di suhu ruang bu ya, jangan terpaapr sinar


30
matahari langsung.Jauhkan dari jangkauan dedeknya ya bu.”

Pasien :”baiklah mbak. Berapa harganya tadi mbak?”

TTK 1 :”Harganya 133.500 bu.”

Pasien :”Ini mbak uangnya.”

TTK 1 :”Iya bu ini obatnya, didalamnya ada copy resepnya.Ibu mau kwitansi
bu?”

Pasien :”Iya mbak. Tidak usah mbak”

TTK 1 :”Baiklah ibu. Terima kasih. Semoga dedeknya lekas sembuh bu.’

Pasien :”Aamiin. Terima kasih mbak.”

31
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Mutaroh,dkk,. 2010.Ensiklopedi Kesehatan untuk Umum,.Jogjakarta: Ar-


Ruzz Media

Depkes RI. 2009.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan,Jakarta, Departemen Kesehatan R

Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO) Volume 49, 2014, Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia, Jakarta.

Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO) Volume 52, 2017, Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia, Jakarta.

Tjay,Tan Hoan., dan Kirana Rahardja.2015. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex


Media Komputindo.

Guys., dan St Thomas. 2012. Pediatric Formulary. London: National Health


Service foundation trust.

Carpentino, Linda Juall. 2000. Nursing Diagnosis (Application to Clinical


Practice). Philadelphia : Lippincott.

World Health Organization. 2013. Diarrhoel disease. Switzerland. 2013

https://mediskus.com/rhinofed (diakses tanggal 14 April 2019)

32

Anda mungkin juga menyukai