Anda di halaman 1dari 7

Pendahuluan

Diare merupakan penyakit endemis yang sering disertai kematian di


Indonesia. Tahun 2018 jumlah penderita diare balita yang dilayani di
sarana kesehatan sebanyak 40,90% dari perkiraan diare di sarana
kesehatan(Soegijanto, 2019).
Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit,
terutama penyakit infeksi yang salah satunya adalah diare. Diare banyak
menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang lemas sangat
rentang terhadap virus penyebab diare. Balita yang menderita diare
cenderung lebih beresikomengalami dehidrasi dengan cepat. Kondisi ini
sangat berbahaya dan berdampak negatif karena dapat menghambat
proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan
kualitas hidup (Depkes RI, 2011)
Kematian anak di bawah lima tahun hampir seperempat dari semua
kematian disebabkan diare. Penyakit diare adalah penyakit paling umum
didunia dan kebanyakan terjadi di masa kecil. Di negara negara
termiskin di Asia penyakit ini biasa juga sebagai pembunuh berbahaya
bagi balita. Setiap tahun bisa lebih dari 1,4 juta anak meninggal karena
diare, hal ini dikarenakan terbatasnya akses ke layanan kesehatan,
makanan bergizi, sanitasi dasar dan kebersihan (WHO, 2017).
Penyakit diare berada diperingkat kedua penyebab kematian terbanyak
pada balita. Setiap tahunnya diare mengakibatkan kematian dua miliar
anak didunia, dimana sebanyak 525.000 kasus kematian pada usia
balita. Diare pada balita merupakan kelompok beresiko untuk terjadinya
kematian jika tidak ditangani dengan serius. Insiden tertinggi untuk
terjadi diare pada dua tahun pertama kehidupan dan akan menurun
seiring dengan pertumbuhan usia anak (Sari & Ratu, 2021).
Banyak faktor resiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit
diare pada bayi dan balita di Indonesia baik secara langsung maupun
tidak langsung. Faktor resiko itu dapat dikelompokkan secara garis besar
menjadi faktor lingkungan, faktor balita, dan juga faktor ibu. Semua
faktor bisa menjadi faktor dominan penyebab diare tergantung daerah
dan kesadaran masyarakatnya akan pentingnya kebersihan lingkungan
dan diri. Berikut peneliti tampilkan faktor faktor yang didapat dari
mereview jurnal.

Latar belakang
Menurut WHO 2013 diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diapota
diare terdiri dari dua kata yaitu dia melalui aliran secara harfiah berarti
mengalir melalui
Diare merupakan suatu kondisi di mana individu mengalami buang air
dengan frekuensi sebanyak 3 atau lebih per hari dengan konsistensi tinja
dalam bentuk cair biasanya merupakan gejala infeksi saluran
pencernaan penyakit ini disebabkan oleh berbagai bakteri virus dan
parasit infeksi menyebar melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi selain itu dapat terjadi dari orang-orang sebagai akibat
bekerja kebersihan diri atau personal hygiene dan lingkungan
Diare dapat diklasifikasikan dan tiga kelompok yaitu osmotik sekretori
dan eksudatif
Diare osmotik terjadi ketika terlalu banyak air ditarik dari tubuh ke
dalam usus perut jika seorang minum cairan dengan gula atau garam
berlebihan ini biasanya menarik air dari tubuh ke dalam usus dan
menyebabkan diareSekretori (noninflammatory) diare terjadi ketika
tubuh melepaskan air ke usus saat hal itu tidak seharusnya. Banyak
infeksi, obat-obatan, dan kondisi lain menyebabkan sekresi diare (WHO,
2005). Menurut Black (2007) diare jenis ini terjadi saat racun
menstimulasi sekresi klorida mengurang penyerapan garam dan air
(disebabkan oleh V. cholera) atau organisme lainnya menghambat
fungsi absorpsi dari villus di usus halus.
3. Diare eksudatif terjadi jika ada darah dan nanah dalam tinja. Hal ini
terjadi dengan penyakit radang usus, seperti penyakit Crohn atau kolitis
ulseratif (WebMD, 2011).
Menurut Kemenkes RI (2010), penyebab diare secara klinis dapat
dikelompokkan menjadi 6 golongan yaitu infeksi (disebabkan oleh
bakteri, virus atau infestasi parasit). malabsorpsi, alergi, keracunan,
immunodefisiensi, dan sebab- sebab lainnya. Diare yang disebabkan
infeksi dan keracunan merupakan penyebab yang sering ditemukan di
masyarakat atau secara klinis. Penyebab diare dapat dibagi dalam 2
kelompok yaitu infeksi dan non infeksi (Cleveland. 2013:
diare bisa terjadi karena infeksi maupun non infeksi. Penyebab
infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus disebabkan maupun
protozoa. Penyebab non luka/peradangan inflamasi usus dan iritasi pada
usus 1. Infeksi. Hal ini biasanya ditularkan melalui rute fecal-oral
Beberapa jenis diare karena infeksi yaitu: Diare secara umum.
1) Virus (misalnya adenovirus, astrovirus, rotavirus, Norwalk virus)
merupakan penyebab paling umum dari diare di Amerika Serikat. Yang
paling umum pada anak-anak yaitu rotavirus dan pada orang dewasa
yaitu norovirus, 2) Escherichia coli (E. coli), Clostridium difficile
(C.difficile), dan Campylobacter, Salmonella, dan Dare Balita Suatu
Tinjauan dari Bilang Kesehatan Masyarakat [3 Shigella spp., merupakan
bakteri penyebab diare. B. cereus, C. perfringens, S. aureus, Salmonella
spp.. dan lain-lain menyebabkan keracunan makanan.3) E. histolytica,
Giardia, Cryptosporidium, dan Cyclospora spp., merupakan agen parasit
(protozoa) yang menyebabkan diare.
b. Diare akut disebabkan oleh Enterotoksik E. coli (ETEC), parasit
diinduksi diare dari Giardia dan Cryptosporidium spp. dan dalam kasus-
kasus keracunan makanan (konsumsi racun yang dibentuk) oleh B.
cereus dan S. aureus. Mekanisme terjadinya diare yang disebabkan oleh
E. Coli
Prosesnya yaitu "sel E. coli masuk ke dalam usus dan melepaskan
enterotoksin, "Enterotoksin masuk ke dalam sel epitel dan bergabung
dengan Adenylate cyclase dan melepaskan Magnesium (Mg++) dan
cAMP dengan menggunakan ATP. "CAMP menghambat penyerapan Na
Cl-dan menyebabkan pelepasan H₂O dan elektrolit (Black, 2007).

c. Beberapa agen infeksi menyebabkan peradangan mukosa (ringan atau


berat). Bakteri seperti Enteropatogenik E. coli (EPEC) dan virus seperti
rotavirus, dan HIV bisa menyebabkan peradangan. Bakteri yang
merusak enterosit seperti Shigella, E. coli, E histolytica, dan bakteri yang
menembus mukosa seperti Salmonella. C. jejuni, dan Y. enterocolitica
mengakibatkan peradangan berat dengan atau tanpa peradangan
(ulserasi).
d. Menelan racun yang diproduksi olch bakteri seperti B. cereus, S.
aureus, C. perfringens dapat mengakibatkan jejunitis akut. Aeromonas,
Shigella, dan Vibrio spp. (misalnya, V parahaemolyticus) menghasilkan
enterotoksin dan juga menyerang mukosa usus. Oleh karena itu,
penderita sering mengalami diare berair dan dalam hitungan jam atau
hari dapat terjadi diare berdarah. Bakteri yang menghasilkan
peradangan dari cytotoxins termasuk C. difficile dan Enterohemoragik
E. coli (EHEC).
2. Diare non infeksi. Diare non infeksi ini sering disebut diare eksudatif
dimana diare yang terjadi karena adanya luka pada dinding usus kecil
atau mukosa usus akibat ulserasi. Hal ini menyebabkan hilangnya
lendir, protein serum, dan darah ke dalam lumen usus. Diare merupakan
salah satu efek samping yang paling sering dari konsumsi obat. Hal ini
penting untuk dicatat bahwa diare karena obat-obatan biasanya terjadi
setelah obat baru mulai dikonsumsi atau dosisnya ditingkatkan.
Faktor resiko penyebab diare
faktor ibu
Akuyang diteliti adalah personal higyene ibu, kebiasaan cuci tangan.
Personal hygiene yang dilakukan ibu memiliki hubungan yang bermakna
dalam mencegah diare pada balita yang salah satu perilaku ibu tersebut
adalah kebiasaan mencuci sebelum memberikan makan pada anaknya,
kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah buang air besar.
Kebiasaan tersebut dapat mencegah terjadinya diare ataupun penularan
diare melalui mulut dan anus dengan perantarali melalui makanan atau
alat alat yang tercemar oleh kuman yang masuk melalui mulut, atau tinja
yang mengandung kuman bila dibuang sembarangan dan mencemari
lingkungan terutama air.
Dalam menjaga kebersihan diri ibu dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu
faktor predisposing, enabling, dan reinforcing. Faktor predisposing yaitu
tingkat pendidikan dan ekonomi sang ibu mempunyai korelasi positif
terhadap pemahanan kesehatan dan penerapannya di keluaga (health
pratice) .Faktor enabling yaitu fasilitas kesehatan (jarak
pencapaian,sarana) dan faktor reinforcing yaitu sistem pelayanan
provider (sikap dan prilaku petugas, pengabdian,kemampuan, ilmu dan
keterampilan (Kemenkes, 2017).
Menurut WHO pemberian ASI yang tidak eksklusif merupakan salah
satu faktor resiko terjadinya diare pada bayi dan balita. Kolostrum yang
terkandung pada ASI adalah Asi yang keluar pertama kali bewarna
kekuningan dan kental mengandung zat kekebalan, vitamin A, faktor
faktor untuk pertumbuhan, mencegah bayi kuning dan mencegah alergi.
Oleh sebab itu ASI mengandung faktor protektif seperti enzim lisozim,
zat kekebalan, hormon dan protein yang cocok untu bayi (Elvalini dkk,
2018)

Diagnosa
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari SMRS, sudah 5x
BAB cair dalam 1 hari, BAB cair disertai ampas sedikit tidak disertai
darah maupun lender. BAB warna kuning kehijauan, tidak berbau
busuk, dengan volume sekitar 1 gelas aqua kecil.
OS mengalami mual dan muntah sejak malam harinya sebanyak 10x
muntah tidak menyemprot, berisi susu dan air tidak ada lendir dan tidak
ada darah. OS saat menangis masih ada air mata dan terlihat tampak
lesu. Orang tua mengakatakan OS susah dalam minum dan sering kali
OS memuntahkan susunya saat minum susu. Orang tua mengatakan
belum meminum obat apapun.
Data Abnormal
1. Bab 5x dalam 1 hari
2. Bab cair selama 2 hari
3. Bab cair disertai ampas sedikit
4. Mual
5. Muntah sebanyak 10x
6. Pasien tampak lemas

Data keperawatan Etiologi Masalah keperawatan


Iritasi gastrointestinal Diare (utama)
Mayor
Subjektif: -

Objektif :
1. Defekasi lebih dari
tiga kali dalam 24 jam
2. Feses lembek atau
cair

Minor
Subjektif:
1. Urgency

Anda mungkin juga menyukai