Anda di halaman 1dari 10

TUGAS DASAR PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT

“Penyakit Berbasis Lingkungan: Diare”

Dosen Pengajar: Rahayu H. Akili., SKM., M.Kes.

Oleh:

Adventia P. Tandaju (211111010247)

Swingly D. Laletaa (211111010221)

Rachel M. Frans (211111010245)

Rayn C. Walangitan (211111010219)

Claudeo P. Wenur (211111010201)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

2022
PEMBAHASAN

CONTOH PENYAKIT BERBASIS PRILAKU (DIARE)

Latar Belakang

Menurut World Helath Organization (WHO) diare adalah kejadian buang air besar
dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode
24 jam. Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularannya secara fekal-oral.
Diare dapat mengenai semua kelompok umur baik balita, anak-anak dan orang dewasa dengan
berbagai golongan sosial.

Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di kalangan anak-anak


kurang dari 5 tahun Secara global terjadi peningkatan kejadian diare dan kematian akibat diare
pada balita dari tahun 2015-2017. Pada tahun 2015, diare menyebabkan sekitar 688 juta orang
sakit dan 499.000 kematian di seluruh dunia tejadi pada anak-anak dibawah 5 tahun.

Data WHO (2017) menyatakan, hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi pada anak dengan
angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap tahunnya.

Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan merupakan penyakit potensial


Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Berdasarkan data Profil
Kesehatan Indonesia (2016), terjadi KLB diare tiap tahun dari tahun 2013 sampai 2016 dengan
disertai peningkataan CFR (Case Fatality Rate).

Menurut WHO, kejadian diare sering dikaitkan dengan sumber air yang tercemar,
sanitasi yang tidak memadai, praktik kebersihan yang buruk, makanan yang terkontaminasi
dan malnutrisi. Kejadian diare dapat disebabkan beberapa faktor antara lain : faktor pendidikan,
pekerjaan, sosial ekonomi dan faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi, faktor balita
seperti umur balita, gizi balita, serta faktor lingkungan.(“World Health Organization,” 1947)

Diare adalah sebuah kondisi ketika pengidapnya buang air besar (BAB) lebih sering
dari biasanya. Seseorang bisa dikatakan mengalami diare bila ia BAB sebanyak tiga kali atau
lebih dalam satu hari. Selain itu, feses yang dikeluarkan juga lebih encer.
Ada dua jenis diare yang bisa terjadi, yaitu akut atau kronis (persisten). Diare akut
adalah diare yang berlangsung dalam waktu singkat. Ini adalah masalah kesehatan yang umum.
Diare akut biasanya berlangsung sekitar satu atau dua hari, tapi bisa juga lebih lama, kemudian
menghilang dengan sendirinya.

Diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari merupakan pertanda dari masalah yang
lebih serius. Diare kronis yang berlangsung minimal 4 minggu bisa menjadi gejala penyakit
kronis. Gejala pada diare kronis bisa berlangsung terus-menerus atau datang dan pergi.

Faktor Resiko dan Penyebab Diare

a. Faktor Resiko
Setidaknya ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terserang diare,
seperti:

 Jarang mencuci tangan setelah ke toilet.

 Penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak bersih.

 Jarang membersihkan dapur dan toilet.

 Sumber air yang tidak bersih.

 Makan makanan sisa yang sudah dingin.

 Tidak mencuci tangan dengan sabun.

Menurut buku (Yulia Khairina Ashar) Ada beberapa penyebab dari Diare, dan sesuai
dengan materi yang kami ambil Faktor resiko dari Diare termasuk juga dalam salah satu
penyebab dalam penyakit diare.

1. Sanitasi Dasar
Upaya kesehatan masyarakat yang memaparkan masyarakat pada berbagai faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Sanitasi dasar adalah sanitasi yang
digunakan untuk menciptakan lingkungan sehat yang memenuhi persyaratan kesehatan yang
mewakili berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia di lokasi. Salah
satu fasilitas sanitasi dasar adalah penyediaan air bersih, pengolahan kotoran manusia (toilet),
pengolahan sampah (tempat sampah) dan pengolahan aliran limbah (SPAL).

2. Sarana Air Bersih


Setelah udara, sistem pemurnian air adalah zat yang paling berharga dalam kehidupan
sehari-hari. Sekitar tiga perempat dari tubuh kita terdiri dari air, dan kita tidak dapat hidup
tanpa air selama lebih dari empat sampai lima hari. Air juga diperlukan untuk minum, mencuci,
mandi, dan membersihkan lingkungan rumah. Air yang memadai sama dengan air bersih, tetapi
air yang terbatas rentan terhadap pencemaran dan dapat menyebabkan penyakit di masyarakat.
Di negara maju, rata-rata orang menggunakan antara 60 dan 120 liter air setiap hari. Saat ini,
masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia menggunakan 30-60 liter air setiap hari.
Penggunaan air tergantung pada iklim, standar hidup dan kebiasaan masyarakat. Sumber air
bersih dapat dengan mudah dibagi menjadi siklus hidrologi: air hujan, air permukaan dan air
tanah. Air hujan merupakan sumber utama air bersih, namun cenderung tercemar ketika
memasuki atmosfer. Air permukaan meliputi sungai, danau, rawa, waduk, lahan basah, air
terjun, dan sumur permukaan berikut: Sumber air tercemar tanah dan sampah. Air tanah adalah
air hujan yang meresap ke dalam tanah dan mengalami proses penyaringan secara ilmiah.

3. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)


Selokan adalah saluran pembuangan sisa kotoran atau limbah rumah tangga. Air domestik
(lumpur) adalah air limbah yang tidak mengandung kotoran manusia yang dihasilkan dari
limbah rumah tangga seperti kamar mandi, dapur, dan cucian.

4. Sarana Pembuangan Sampah


Sampah adalah benda padat atau benda, baik organik maupun anorganik, yang sudah
tidak dapat digunakan lagi oleh manusia. Zat yang terkandung dalam limbah padat dapat
dibagi menjadi dua kategori:

a. Pertama, sampah organik ialah sampah pada umumnya dapat di daur ulang kembali
seperti sisa-sisa makanan, daun, sayur dan buah.
b. Kedua, sampah anorganik ialah sampah yang pada umumnya tidak dapat didaur ulang
kembali seperti logam, pecahan gelas kaca. Plastic dan lain-lain. Pembuangan sampah
yang tidak baik akan menjadikan tempat perkembangbiakan vektor penyatik antara
lain lalat, tikus, sehingga insiden penyakit tertentu seperti penyakit diare akan
meningkat.

5. Kondisi Rumah dan Lingkungan


Rumah yang sehat adalah rumah yang melindungi kita dari panasnya matahari dan dingin
yang menyengat, hama, bencana alam, dan polusi yang dapat menyebabkan penyakit.
Kondisi kehidupan yang buruk dapat menimbulkan penyakit. atau memperburuk masalah
kesehatan yang ada

Ada beberapa kondisi yang bisa membuat seseorang mengalami diare. Umumnya, diare
disebabkan oleh beberapa hal berikut:

 Bakteri dari makanan atau air yang terkontaminasi.

 Virus seperti flu, norovirus, atau rotavirus. Rotavirus adalah penyebab paling umum
dari diare akut pada anak-anak.

 Parasit, yang merupakan organisme kecil yang ditemukan dalam makanan atau air
yang terkontaminasi.

 Intoleransi atau sensitivitas terhadap makanan, seperti laktosa dan fruktosa.

 Alergi makanan.

 Efek samping dari obat-obatan tertentu, seperti antibiotik, obat kanker, dan antasida
yang mengandung magnesium.

 Penyakit yang mempengaruhi lambung, usus kecil, atau usus besar, seperti penyakit
Crohn.

 Masalah dengan fungsi usus besar, seperti sindrom iritasi usus besar.

 Penyakit celiac atau penyakit yang menyebabkan tubuh menolak protein gluten.

b. Penyebab diare
(Widjaja, 2010) Diare pada bayi disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (penurunan
kemampuan menyerap nutrisi), makanan dan faktor psikologis.

 Faktor Infeksi
Infeksi saluran cerna merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi
yang biasanya menyerang adalah sebagai berikut.

1. Infeksi bakteri yang disebabkan oleh bakteri E.coli. Salmonella, Vibrio cholerae
(kolera) dan jenis bakteri lain yang menyerang dalam jumlah berlebihan dan patogen
(memanfaatkan peluang saat tubuh lemah) seperti pseudomonas.
2. . Infeksi basil (disentri).
3. Infeksi virus enterovirus dan adenovirus.
4. Infeksi parasit oleh cacing (askaris).
5. Infeksi jamur (candidiasis)
6. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bron chitis, dan radang tenggorokan.
7. Keracunan Makanan

 Faktor Malabsorpsi
1. Malabsorpsi karbohidrat. Pada bayi, kepekaan terhadap laktoglobul dalam susu
formula menyebabkan diare. Gejalanya meliputi diare parah, tinja yang sangat
asam, dan sakit perut. Jika Anda sering terkena diare jenis ini, pertumbuhan anak
Anda akan terganggu.
2. Penyerapan lemak yang buruk. Makanan yang mengandung lemak disebut
trigliserida. Trigliserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi
misel yang siap diserap usus. Tanpa lipase dan lapisan usus yang rusak, diare bisa
terjadi karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah feses yang
mengandung lemak.

 Faktor Makanan
Makanan penyebab diare terkontaminasi, kadaluarsa, beracun, terlalu berlemak,
mentah (nabati) dan kurang matang.
Upayah Pencegahan Diare
Upaya yang dapat dilakukan keluarga untuk mencegah terjadinya diare pada balita
adalah melakukan perilaku sehat yaitu:

1. Pemberian ASI
ASI mempunyai khasiat pencegahan secara imunologik dan turut memberikan
perlindungan terhadap diare pada balita yang mendapatkan makanan yang tercemar. Balita
yang diberi ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih besar terhadap diare.
Pemberian ASI selama diare dapat mengurangi akibat negativ terhadap pertumbuhan dan
keadaan gizi balita serta mengurangi keparahan diare.

2. Menggunakan air bersih


Air bersih merupakan barang yang mahal saat sekarang karena di beberapa daerah yang
mengalami krisis air bersih. Namun penyedian air bersih yang memadai untuk secara afektif
membersihkan tempat dan peralatan memasak serta makanan, demikian pula untuk mencuci
tangan. Demikian juga peralatan sumber air untuk balita, tempat yang digunakan dan lainnya
harus bersih untuk mencegah terjadinya diare.

3. Mencuci Tangan
Mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah buang air besar dan sebelum
memegang makanan dan makanan merupakan salah satu cara mencegah terjadinya diare. Cuci
tangan juga perlu dilakukan sebelum menyiapkan makanan, makan, dan memberikan makanan
kepada balita. Balita juga secara bertahap diajarkan kebiasaan mencuci tangan.

4. Penggunaan Jamban
keluarga harus mempunyai jamban yang memenuhi syarat kesehatan, selalu
dibersihkan secara teratur.

UPAYA PENCEGAHAN DIARE PADA KELUARGA

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden didapatkan responden yang memiliki upaya
pencegahan diare baik sebanyak 39 responden (78 %), upaya cukup sebanyak 11 responden (22 %) dan
tidak ada responden yang memiliki upaya pencegahan kurang. Jadi sebagian besar responden memiliki
upaya pencegahan diare yang baik. Secara teori, menurut Notoatmodjo (2012) mengajukan klasifikasi
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain: perilaku kesehatan, perilaku sakit dan
perilaku peran sakit. Perilaku kesehatan mencakup hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Termasuk juga tindakan untuk
mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya. Menurut
Bloom dalam Notoatmodjo (2012), perilaku mencakup 3 domain yakni pengetahuan (knowledge), sikap
(attitude) dan tindakan atau praktik (practice).

Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang
dalam rangka memelihara kesehatan. Tindakan atau praktik kesehatan ini juga meliputi 4 faktor seperti
pengetahuan dan sikap kesehatan tersebut di atas, yaitu yang pertama: tindakan atau praktik sehubungan
dengan penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejalanya,
penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menangani sementara).
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perilaku adalah: motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup,
kepribadian dan belajar.

Keluarga adalah dua orang atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu (Effendy, 2006).

Peranan ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak dan berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, peranan ibu sebagai istri dari
suami dan ibu dari anak-anak, ibu mempunyai peran mengurus rumah tangga, sebagai pengaruh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan dalam
pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memiliki upaya pencegahan diare yang
baik. Dimanasebagian besar responden mampu menjawab soal aplikasi tentang upaya
pencegahan diare. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar responden adalah yang
mempunyai peran dalam keluarga sebagai ibu sebanyak 39 responden (78%) dari 50 responden.
Dan dari 39 responden tersebut sebanyak 32 responden (82%) memiliki upaya pencegahan
diare yang baik. Selain itu yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) sebanyak 16 responden (32%)
dari 50 responden. Ibu yang mempunyai peran mengurus rumah tangga sehingga ibu yang lebih
dekat dengan segala pekerjaan rumah tangga termasuk di dalamnya upaya pencegahan diare,
dimana peran tersebut didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga.
DAFPUS

World health organization. (1947). International Organization, 1(3), 535–537.


https://doi.org/10.1017/S0020818300005336

Admin. (2008). Gejala Diare. http://www.medicastore.com. Diakses pada 10 Oktober 2016.

Astaqauliyah.(2008).Penyakit Diare di Indonesia. http://sahabatpintarq. blogspot.com.


Diakses pada 10 Oktober 2016.
Hidayat, Aziz., A. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Jakarta: Salemba Medika
Ditjen PP & PL Depkes.(2016).Angka Kejadian Diare Nasional tahun 2016.
http://www.google.com. Diakses pada 10 Oktober 2016.
Effendy, Nasrul. (2006). Dasar-Dasar Keperawatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta: EGC
Endang. (2016). Laporan Bulanan Kegiatan P2M Diare Puskesmas Kota Wilayah Selatan.
Kediri: PKM Kowilsel
Fahrial. (2008). Penyebab Diare pada Dewasa. http://diare-penyebab.co.id. Diakses pada 10
Oktober 2016.
Gunarso, Singgih, D. (2008). Psikologi Perawatan. Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia.
Hartanto. (2008). Perubahan Perilaku Kebersihan. http://wikipedia.co.id. Diakses pada 10
Oktober 2016.
Kuncoroningrat. (2002). Psikologi Manusia. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC.

Healthline. Diakses pada 2022. What Causes Diarrhea?Mayo Clinic. Diakses pada 2022.

Disease and Conditions. Diarrhea. WebMD. Diakses pada 2022.Digestive Disorder.

Treatment for Diarrhea.Medline Plus. Diakses pada 2022. Diarrhea Diperbarui pada 14
Maret 2022.

Bellini, C. and Dumoulin, A. (2018) ‘Management of acute diarrhea’, Revue Medicale Suisse,
14(622), pp. 1790–1794. Available at: https://doi.org/10.5005/jp/books/12945_8.
Sujaya, N. et al. (2010) ‘Identifikasi penyebab diare di Kabupaten Karangasem , Bali’,
KESMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 4(4), pp. 186–191. Available at:
http://journal.fkm.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/180.

Widjaja, M.C. (no date) Mengatasi Diare & Keracunan pada Balita. Kawan Pustaka.
Available at: https://books.google.co.id/books?id=_mL2pHvlj5UC.

Yulia Khairina Ashar, S.K.M.M.K.M. (no date) Manajemen Penyakit Berbasis Lingkungan.
Cipta Media Nusantara. Available at:
https://books.google.co.id/books?id=CY96EAAAQBAJ.

Ayo Cegah Diare (2020). Pantera Publishing. Available at:


https://books.google.co.id/books?id=sYT-DwAAQBAJ.

Anda mungkin juga menyukai