Anda di halaman 1dari 14

Makalah

“ DIARE ”

Disusun oleh :
FRISKE ADAM

XI KEPERWATAN C

T.A 2022/2023
BAB I
 
PENDAHULUAN
 
A.Latar Belakang

 Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele
penanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan gangguan sistem
ataupun komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa di
antaranya adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock
hipovolemia, gangguan berbagai organ tubuh, dan bila tidak tertangani dengan
baik dapat menyebabkan kematian. Dengan demikian menjadi penting bagi
perawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negative yang
ditibulkan, serta upaya  penanganan dan pencegahan komplikasinya.
Pada kasus pemenuhan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit,
sebenarnya masih ada diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. Tetapi pada
kasus ini difokuskan pada kasus diare, sehingga tindakan keperawatan lebih
banyak diarahkan pada rehidrasi pasien, dan ternyata banyak sekali yang harus
dipertimbangkan dan diperhatikan.

B.Rumusan
 Adapun rumusan masalah yang penulis gunakan meliputi :
1. Apa itu diare ?
2. Apa etiologi diare ?
3. Apa patofisiologi diare ?
4. Apa manifestasi klinik diare ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik diare ?
6. Bagaimana cara pencegahannya diare ?
7. Bagaimana penatalaksanaan diare ?

C.Tujuan
 Berdasarkan latar belakang dan rumusan di atas penulisan makalah ini bertujuan
untuk :
1. Mengetahui pengertian diare.
2. Mengetahui etiologi diare.
3. Mengetahui patofisiologi diare.
4. Mengetahui manifestasi klinik diare.
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostik diare.
6. Mengetahui cara pencegahannya diare.
7. Mengetahui penatalaksanaan diare.
BAB II
 
PEMBAHASAN
 

A.Pengertian Diare

 Diare didefenisikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi perubahan dalam


kepadatan dan karakter tinja dan tinja air di keluarkan tiga kali atau lebih per hari
(Ramaiah, 2007:13). Diare tejadi akibat pencernaan bakteri E.COLI terhadap
makanan. Bakteri ini sangat senang berada dalam tinja manusia, air kotor, dan
makanan basi.

Untuk mencegah terjadinya diare, makanan yang diberikan kepada anak


harus hygenis. Jangan lupa  juga untuk selalu mencuci tangan dengan bersih
(Widjaja. 2005:26). Sedangkan menurut Suriadi (2006:80) menyatakan bahwa
diare adalah kehilanangn cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuiensi satu kali atau lebih buang air bentuk tinja encer atau cair. Menurut
Suradi, dan Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

Enteritis adalah infeksi yang disebabkan virus maupun bakteri pada traktus
intestinal (misalnya kholera, disentri amuba). Diare psikogenik adalah diare yang
menyertai masa ketegangan saraf / stress. Jika ditilik definisinya, diare adalah
gejala buang air besar dengan konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan
dapat berupa air saja.

Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam
jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal,
orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari dengan konsistensi
feses padat atau keras. Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar
yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer
dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya
proses inflamasi pada lambung atau usus.
B. Etiologi Diare
 
Menurut Dr. Haikin Rachmat, MSc., penyebab diare dapat diklasifikasikan
menjadi enam golongan:

1.Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.


2.Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.
3.Alergi.
4.Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.
5.Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.
6.Penyebab lain.

Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (PPML), Ditjen


Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) Depkes
yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan. Setelah melalui pemeriksaan laboratorium, sumber penularannya
berasal dari makanan atau minuman yang tercemar virus. Konkretnya, kasus
diare berkaitan dengan masalah lingkungan dan perilaku. Perubahan dari musim
kemarau ke musim  penghujan yang menimbulkan banjir, kurangnya sarana air
bersih, dan kondisi lingkungan yang kurang bersih menyebabkan meningkatnya
kasus diare. Fakta yang ada menunjukkan sebagian besar pasien ternyata tinggal di
kawasan kurang bersih dan tidak sehat. Saat persediaan air bersih sangat terbatas,
orang lantas menggunakan air sungai yang jelas-jelas kotor oleh limbah.

Bahkan menjadi tempat buang air besar. Jelas airnya tak bisa digunakan.
Jangan heran kalau kemudian penderita diare sangat  banyak karena menggunakan
air yang sudah tercemar oleh kuman maupun zat kimia yang meracuni tubuh.
Masalah perilaku juga bisa menyebabkan seseorang mengalami diare. Misalnya,
mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak bersih, sudah tercemar, dan
mengandung bibit penyakit. Jika daya tahan tubuh ternyata lemah, alhasil
terjadilah diare.

Diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan atau dari menu makanan.
Faktor lingkungan dapat menyebabkan anak terinfeksi bakteri atau virus penyebab
diare. Makanan yang tidak cocok atau belum dapat dicerna dan diterima dengan
baik oleh anak dan keracunan makanan juga dapat menyebabkan diare. Kadang
kala sulit untuk mengetahui penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh infeksi
pada perut atau usus.

Peradangan atau infeksi usus oleh agen penyebab :


1.Faktor infeksi : Bakteri, virus, parasit, kandida
2.Faktor parenteral : infeksi di bagian tubuh alin (OMA sering terjadi  pada anak-
anak)
3.Faktor malbabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein
4.Faktor makanan : makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran yang
dimasak kurang matang, kebiasaan cuci tangan
5.Faktor psikologis : rasa takut, cemas

C. Patofisiologi

 Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti:

1. Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
2. Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan
tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan
dipermukaan udara sampai beberapa hari.
3. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air
yang benar.
4. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus


enteris, VirusNorwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella,
Escherihia Coli, Yersinia
 dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding
usus  pada gastroenteritis akut.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising


usus dan sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen iritasi atau
agen infeksi. Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare dan
absorpsi air serta elektrolit terganggu. Sebagai homeostasis tubuh, sebagai akibat
dari masuknya agen pengiritasi pada kolon, maka ada upaya untuk segera
mengeluarkan agen tersebut.
Sehingga kolon memproduksi mukus dan HCO3 yang berlebihan yang  berefek
pada gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan gizi, dan
gangguan sirkulasi darah.

Proses terjadinya Gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagaikemungkinan


faktor diantaranya:

1. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime (kuman)yang


masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerahpermukaan usus.
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yangakhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan danelektrolit. Atau juga dikatakan
adanya toksin  bakteri akan menyebabkansystem transport aktif dalam usus halus,
sel di dalam mukosa intestinalmengalami iritasi dan meningkatnya cairan dan
elekrtolit.Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa
intestinalsehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan
kapasitasintestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.

2. Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsiyang


mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadipergeseran air dan
eletrolit ke ronga usus yang dapat meningkatkan isirongga usus sehingga terjadilah
Gastroenteritis.

3. Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampudiserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yangmengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yangkemudian menyebabkan
Gastroenteritis.

4. Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristalticusus


yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yangdapat
mnyebabkan Gastroenteritis (Hidayat Azis, 2006).
D.Manifestasi Klinik 

 1. Bising usus meningkat, sakit perut atau mules


2. Diare, vomitus, tanda dehidrasi (+)
3. Asidosis, hipokalemia, hipotensi, oliguri, syok, koma
4. Pemeriksaan mikro organisme (+) ( misalnya amoeba)
5. Bisa ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri amuba)
6. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
7. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering
8. Kram abdominal
9. Demam
10. Mual dan muntah
11. Anoreksia
12. Lemah
13. Pucat
14. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernapasan cepat
15. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,


hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare
yang  berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat
dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan
merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi
tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan
dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam


karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang  pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam
(pernapasan Kussmaul) Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang
berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120
x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah,
muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan
menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan
ini tidak segera diatsi akan timbul  penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang
berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
E.Pemeriksaan Diagnostik 

 1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan


2. Kultur tinja
3. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinin, dan glukosa
4. Pemeriksaan tinja; pH, lekosit, glukosa, dan adanya darah

F.Pencegahan

 Penyakit diare dapat dicegah melalui ( Widoyono, 2005: 151 )

1. Menggunakan air bersih Tanda-tanda air bersih :

Ø Tidak berwarna
Ø Tidak berbau
Ø Tidak berasa

2. Memasak air sampai mendidih sebolum diminum untuk mematikan sebagian


besar kuman penyakit.

3. Membuang tinja bayi dan anak-anak dengan benar. Pencegahan muntaber bisa
dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat.

1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.


2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di
lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak
berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan
tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti
air bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar.
Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau
sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian,
warga bisa menggunakan air  bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak,
mandi, dan sebagainya.

G. Penatalaksanaan
 
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam
mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau
oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini
segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya
sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru
dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.

Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan
kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang
enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari
biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit,
dan lain-lain.

Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi


masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah
yang fatal. Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain
ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus
penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease). Diare karena
infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli
perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang
diberikan dapat membasmi kuman.

Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan
antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan
untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan
suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut
kalau kondisi sudah membaik.
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1.Banyak minum

2.Rehidrasi perinfus

3.Antibiotika yang sesuai

4.Diit tinggi protein dan rendah residu

5.Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang abdomen

6.Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain)

7.Transfusi bila terjadi perdarahan

8.Pembedahan bila terjadi perforasi

9.Observasi keseimbangan cairan

10.Cegah komplikasi
BAB III
 
PENUTUP
 

A. Kesimpulan

 Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah
atau lendir dalam tinja akibat imflamasi mukosa lambung atau usus sehingga
terjadi kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Sebagai akibat dari
berkurangnya absorpsi cairan dan elektrolit di usus besar, maka muncul beberapa
masalah keperawatan dari diare ini, diantaranya adalah adanya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang daru kebutuhan dan nausea.

Dari masalah tersebut, dipilih beberapa tindakan penatalaksanaan, diantaranya :


a. Banyak minum (oralit)  
b. Rehidrasi perinfus (jenis isotonis kristaloid)
c. Antibiotika yang sesuai (misal ciprofloxacin dan metronidazole)
d. Diit tinggi protein dan rendah residu
e. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang abdomen
f. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain), misal
carboadsorben
g. Observasi keseimbangan cairan dan level elektrolit
h. Cegah komplikasi

B. Saran

 1.Biasakanlah untuk selalu hidup sehat agar kita tidak terkena diare.
2.Tingkatkan kesehatan baik individu maupun lingkungan, agar tidak terserang
penyakit.
3.Masaklah air minum sampai mendidih.
4.Cucilah tangan sebelum dan sesudah makan.
5.Buang Air Besar(BAB) dan Buang Air Kecil(BAK) di kakus(WC).
DAFTAR PUSTAKA
 
Ramaiah, safitri, 2007. All You Wanted To Know About Diare
. Jakarta: Bhuana Ilmu Popular. Suryadi, dkk. 2006.
 Asuhan Keperawatan Pada Anak 
. Jakarta:percetakan penebar swadaya. Widjaja. 2007.
 Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan  Pemberantasannya
. Jakarta: Erlangga. Widoyono, 2005.
 Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan  Pemberantasan
. Jakarta: Erlangga. Ummu, Latifah. 2010.
 Makalah Diare
. di http://belajarsukes.blogspot.com Eoman. 2011.
 Makalah Diare Keperawatan
di http://eonman95.blogspot.com Midwery. 2009. Diare. di http://midwifery-
materials.blogspot.com Rizky, Kurniadi. 2009.
 Makalah Asuhan Keperawatan Anak dengan Diare
. di http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com Bernardo, Simatupang. 2011.
 Makalah Diare
. di http://bernardosimatupang.wordpress.com 
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya serta dorongan dari
semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan seksama.
Makalah mengenai “ Diare ” ini disusun dengan sistematis untuk memenuhi salah satu tugas
dari mata pelajaran ilmu penyakit.

Dengan selesainya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kekurangan-kekurangan, baik dari segi materi
maupun teknis penulisan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan
pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaanya. Semoga laporan praktikum ini dapat
memberikan manfaat untuk rekan-rekan yang membaca terkait penyakit Diare
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................
A. Latar belakang.......................................................................................
B. Rumusan...............................................................................................
C. tujuan.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................
1. pengertian diare....................................................................................
2. etiologi diare........................................................................................
3. patofiologi............................................................................................
4. manifestasi klinik diare........................................................................
5. diagnostik diare...................................................................................
6. pencegahan diare.................................................................................
7. penatalaksanaan diare..........................................................................

BAB III PENUTUP........................................................................................


A. kesimpulan...........................................................................................
B. saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

Anda mungkin juga menyukai