Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

Disusun oleh:
NUR AFIFAH AINI
108117032

PRODI S1 KEPERAWATAN 2A
STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2019

LAPORAN PENDAHULUAN
Nama Mahasiswa : Nur Afifah Aini Tanggal Praktik : 13 Agustus 2019

Nomor Induk Mahasiswa : 108117032 Ruang Praktik : Aster

Masalah Keperawatan :

Diare

A. Definisi
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi
defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all. 1999). Gastroenteritis adalah buang
air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari ( WHO, 1980),
Berikut ini adalah beberapa pengertian diare menurut para ahli, yaitu suatu keadaan
dimana :
1. Individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal, ditandai
seringnya kehilangan cairan dan feses yang tidak berbentuk (Susan, 2005).
2. Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir
dalam tinja (Suharyono, 2004).
3. Bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi tinja yang dikeluarkan
(Pitono, 2006).
4. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
encer atau cair (Suriadi, 2010).
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan
sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air
besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar
(Dewi, 2010).
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa diare adalah
buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair yang dapat
disertai lendir atau darah dengan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari dimana
diare akut berlangsung kurang dari dua minggu dan diare kronik berlangsung lebih
dari dua minggu

B. Patofisiologi
Menurut Suriadi (2010), akibat terjadinya diare baik akut maupun kronis adalah :
1. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
2. Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler
kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat
terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transfort aktif akibat rangsangan toksin
terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi
dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal,
perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Serta
meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
Secara skematis, patofisiologi diare dapat digambarkan

C. Etiologi
Menurut A. Aziz (2007), Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor,yaitu :
1. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk
kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak
sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal
sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit.
Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor menjadi aktif
dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan
dan elektrolit akan meningkat.
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.
b. Infeksi bakteri: oleh bakteriVibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
c. Infeksi virus: oleh virus Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, poliomyelitis),
Adenovirus, Ratavirus, Astrovirus.
d. Infestasi parasit: oleh cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis),
jamur (Candida albicans).
e. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis media akut (OMA),Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia,Ensifalitis, keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan
osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga
usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
a. Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan dapat
terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makanan seperti makanan basi, beracun, dan alergi
terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat
mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan cemas.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Widjaja (2006), tanda dan gejala penyakit diare pada anak yaitu:
1. Anak menjadi cengeng atau gelisah.
2. Suhu badannya meninggi.
3. Tinja menjadi encer, berlendir, atau berdarah.
4. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
5. Anusnya lecet.
6. Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.
7. Muntah sebelum atau sesudah diare.
8. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
9. Dehidras

E. Komplikasi Diare
Menurut Depkes RI (2001), akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara
mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
2. Syok hipovolemik.
3. Hipokalemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah, dan bradikardi)
4. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktose.
5. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
6. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare yang berlangsung lama)
F. Tingkat Dehidrasi
1. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
2. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
3. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti
tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai
koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan tinja, ph dan kadar glukosa darah tinja,
bila perlu diadakan uji bakteri.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare :
1. Medis
Pemberian cairan : Jenis cairan, cara pemberian cairan, jumblah pemberiannya.
2. Keperawatan
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama
2. Bedrest
3. Pengaturan diet
4. Monitor tanda-tanda dehidrasi dan perkembangan kondisi penderita
Lainnya :

1. Dietetik Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan :
a. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak
tak jenuh.
b. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnyasusu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedangatau tak
jenuh.
2. Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:
a. Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
b. Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
c. Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)

I. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
2. Hipertermi b.d suhu lingkungan tinggi
3. Defisiensi pengetahuan b.d kurang pengetahuan
J. Rencana Tindakan
Tgl/jam Diagnosa NOC NIC Paraf/n
Keperawatan ama
13/08/19 Kekurangan Setelah dilakukan Perawatan
15.00 volume cairan tindakan keperawatan Hipotermi
b.d kehilangan selama 3x24 jam - Monitor TTV
cairan aktif diharapkan - monitor warna &
Kriteria hasil : suhu kulit
IR ER - Terapi IV
Keseimban 3 5 - Pemasangan
gan cairan infus
Asupan 3 5
makanan
dan cairan
Tingkat 3 5
kecemasan
13-8-2019 Hipertermi b.d Setelah dilakukan
15.00 suhu lingkungan tindakan keperawatan
- Monitor suhu
tinggi selama 3x24 jam
sesering mungkin
diharapkan terperatur
- Monitor warna
normal dengan kriteria
suhu kulit
hasil :
- Berikan
IR ER
pengobatan untuk
Temperatu 3 5 mengetahui
r kulit penyebab demam
Temperatu 3 5 - Bantuan cairan
r tubuh intravena
13-8-2019 Defisiensi Setelah dilakukan - jelaskan
15.00 pengetahuan b.d tindakan keperawatan patofisiologi
kurang selama 3x24 jam - Gambarkan
pengetahuan Kriteria hasil : tanda gejala dan
Pasien dan keluarga proses penyakit
mengatakan - Identifikasi
pemahaman tentang kemungkinan
penyakit, kognisi, penyebab
prognosis dan program - sediakan
pengobatan informasi pada
pasien tentang
kondisi

Gangguan kebutuhan dasar


- Monitor TTV
- Pemenuhan kebutuhan cairan
- Pemenuhan kebutuhan nutrisi

Masalah Keperawatan Masalah Kolaborasi


Kekurangan volume cairan Pemberian cairan
Hipertermi Montor TTV
Defisiensi pengetahuan Promosi kesehatan

Pemeriksaan Hasil
Diagnostik
Pemeriksaan Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
laboratorium Hemoglobin 11,3 12 - 16 g/dl
Leukosit 16300 4000 – 11006 10^3/ul
Eritrosit 4.7 4.0 – 5.0 10^6 ul
Trombosit 340.000 150000 - 400000 10^3/ul
Hematrokit 33 43 - 47 %
Hjl-Eosinofil 0 3-3 %
Hjl-Basofil 0 2-1 %
Hjl-Neutrofil 2 2–5 %
batang
Hjl-Neutrofil 78 50 - 70 %
segaran
Hjl-Limfosit 15 22 - 40 %
Hjl-Monosit 5 4–8 %
TYPHOID
Typhoid IgG Negatif
Typhoid IgM Negatif

Terapi
Pemberian DS/ ½ nasal 16 tpm
Pemasangan injeksi Dexa 1A
Paracetamol 150 mg
Pemasangan injeksi Ceftriaxon 1/3

Kebutuhan Cairan Kebutuhan Kalori


Kebutuhan normal bayi baru lahir 1300 Kebutuhan normal bayi baru lahir 1125
ml/hari kkal/dL3
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/124765402/LAPORAN-PENDAHULUAN-DIARE

https://www.academia.edu/15578269/LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA ANAK

Anda mungkin juga menyukai