DIARE
Disusun oleh :
Makanan yg tidak dapat diserap Adanya toksik/zat tertentu pd dinding usus Hiperperistaltik atau hipoperistaltik
Tekanan osmotik rongga usus Peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dlm Usus tidak mampu menyerap makanan
meningkat rongga usus
DIARE
hipertermia
Hipevolemia
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai
berikut :
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran
menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam
5. Komplikasi
Adapun komplikasi dari diare sebagai berikut :
a. Dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi dibagi menjadi 2 yaitu
dehidrasi ringan, dihidrasi sedang dan dehidrasi berat. Dapat dikatakan
ringan apabila persentase dari cairan tubuh yang hilang 5% BB,
dehidrasi sedang apabila presentase cairan tubuh yang hilang 5-10% BB
sedangkan dehidrasi berat apabila presentase cairan tubuh yang hilang
lebih dari 5-10% BB.
b. Hypokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus, hipotoni
otot, kelemahan, bradikardia, dan perubahan pada pemeriksaan EKG.
Hypokalemia terjadi karena kurangnya kalium (K) selama rehidrasi yang
menyebabkan terjadinya hypokalemia ditandai dengan kelemahan otot,
peristaltic usus berkurang, gangguan fungsi ginjal, dan aritmia.
c. Hypernatremia yang biasanya terjadi pada diare yang diertai muntah,
menurut penelitian jurmalis, Sayoeti, dan Dewi (2009), menemukan
bahwa 10,3% anak yang menderita diare akut dengan dehidrasi berat
hypernatremia
d. Gangguan sirkulasi. Pada diare akut kehilangan cairan dapat terjadi
dalam waktu yang singkat, apabila kehilangan cairan lebih dari 10% BB
Karena penderita dapat mengalami syok atau pre-syok yang disebabkan
oleh berkurangnya volume darah (hipovolemia).
e. Hipoglikemia. Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya
pernah mengalami malnutrisi. Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma
tanpa sebab yang pasti atau belum diketahui penyebabnya, yang
kemungkinan dikarenakan cairan eksteseluler menjadi hipotonik dan air
masuk ke dalam cairan intraseluler sehingga menjadi edema otak yang
mengakibatkan koma.
f. Gangguan gizi. Biasanya terjadi karena asupan makanan yang kurang dan
output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian
makanan dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah mengalami
kekurangan gizi.
g. Demam. Demam sering ditemui pada kasus diare, yang biasanya timbul
jika penyebab diare berinvasi ke dalam sel epitel usus (Grace&Jerald,
2010). Bakteri yang masuk ke dalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh
tubuh, bakteri tersebut mengeluarkan toksin lipopolisakarida dan
membrane sel. Sel yang bertugas menghancurkan zat-zat toksi atau
infeksi tersebut adalah neutrophil dan makrofag dengan cara fagosistosis.
Sekresi fagosik menginduksi timbulnya demam (Ariani, 2016).
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos
medis diare adalah :
a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, Ph
dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok dubur).
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan
asam basa.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat
7. Penatalaksanaan
Menurut Lia dewi (2014) prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan).
b. Dietetik (pemberian makanan).
c. Obat-obatan.
1) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali
setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini
diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.
2) Sesuaikan dengan umur anak:
a. < 2 tahun diberikan ½ gelas,
b. 2-6 tahun diberikan 1 gelas,
c. > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas).
3) Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan
cairan 25- 100ml/kg/BB dalam sehari atau setiap 2 jam sekali.
4) Oralit diberikan sebanyak ±100ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus
dehidrasi ringan sampai berat. Beberapa cara untuk membuat cairan
rumah tangga (cairan RT):
a. Larutan gula garam (LGG): 1 sendok the gula pasir + ½ sendok teh
garam dapur halus + 1 gelas air hangat atau air the hangat,
b. Air tajin (2 liter + 5g garam).
Cara tradisional. 3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras
dimasak selama 45-60 menit. 15
Cara biasa. 2 liter air + 100 g tepung beras + 5 g garam dimasak
hingga mendidih.
d. Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan daya
tahan tubuh anak.
Diagnosis Rencana
Keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi
Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan intervensi Observasi
diare atau output keperawatan maka berat badan 1. Identifikasi status nutrisi
berlebihan dan meningkat, eliminasi fekal Terapeutik
intake yang kurang pasien membaik, nafsu makan 2. Fasilitasi menentukan
membaik, status menelan pedoman diet
membaik, Konsistensi feses 3. Sajikan makanan secara
meningkat. menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan tinggi
kalori dan protein
Edukasi
5. Ajarkan diet yang di
programkan
6. Anjurkan posisi duduk
jika mampu
Kolaborasi
7. Kolaborasi dengan
ahli gizi
Resiko Setelah dilakukan intervensi Observasi
ketidakseimbanga keperawatan makan 1. Identifikasi
n elektrolit b/d keseimbangan elektrolit kemungkinan penyebab
kehilangan cairan membaik, eliminasi fekal ketidakseimbangan
sekunder terhadap membaik, keseimbangan elektrolit
diare cairan membaik, tingkat mual 2. Monitor mual muntah
muntah membaik dan diare
Terapeutik
3. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
4. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
5. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
4. IMPLEMENTASI
Implementasi atau pelaksanaan adalah insiatif dari rencana Tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi ini dimulai setelah
rencana Tindakan disusun dan ditujukan pada rencana strategi untuk
membantu perawat mencapai tujuan yang diharapakan (Irman ode,2020).
5. Evaluasi
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana Tindakan dan implementasinya,
sudah berhasil dicapai. Evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor ke
alpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan
implementasi tindakan (Irman ode,2020).
DAFTAR PUSTAKA
Amih Huda Nuraarif, S.Kep., Ns & Hardhi Kusuma, S.Kep., Ns. (2015). Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.
Yogyakarta.
Ariani, P., (2016), Diare Pencegahan dan Pengobatan, Nuha Medika, Yogyakarta.
Irman Ode, N. Y. (2020). Buku Ajar Keperawatan Pada Pasien Sinrom Koroner
Akut. Jawa Timur: CV.Penerbit Qiara Media.