Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

Disusun oleh :

Ahmad Hosni Abdillah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2023
A. KONSEP MEDIS
1. Definsi
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk
tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali
dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi
dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali
atau lebih) dalam satu hari (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan, 2011).
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu
keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan
atau tanpa darah dan tanpa lendir.
2. Etiologi
Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah :
a. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan
dimana merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi
bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta encephalitis
dan biasanya banyak terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun.
c. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap
karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi
protein dan lemak.
d. Faktor Risiko
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan (2011) faktor risiko terjadinya diare adalah :
1) Faktor perilaku yang meliputi :
a) Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan
makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini akan mempercepat bayi
kontak terhadap kuman.
b) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.
c) Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak.
d) Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
2) Faktor lingkungan antara lain:
a) Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan
mandi cuci kakus (MCK)
3. Patofisiologi
Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare di antaranya karena
faktor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya mikroorganisme ke
dalam saluran pencernaan kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel
mukosa usus yang dapat menurunkan usus. Berikutnya terjadi perubahan
dalam kapasitas usus sehingga menyebabkan gangguan fungsi usus dalam
mengabsorpsi (penyerapan) cairan dan elektrolit. Dengan adanya toksis
bakteri maka akan menyebabkan 15 gangguan sistem transpor aktif dalam
usus akibatnya sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan
dan elektrolit meningkat.
Faktor malaborpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi
yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran
cairan dan elektrolit ke dalam usus yang dapat meningkatkan rongga usus
sehingga terjadi diare. Pada factor makanan dapat terjadi apabila toksin yang
ada tidak diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan dan penurunan
peristaltic yang mengakibatkan penurunan penyerapan makanan yang
kemudian terjadi diare.
Patway

Etiologi : faktor infeksi, malabsorbsi, makanan


dan psikologis

Makanan yg tidak dapat diserap Adanya toksik/zat tertentu pd dinding usus Hiperperistaltik atau hipoperistaltik

Tekanan osmotik rongga usus Peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dlm Usus tidak mampu menyerap makanan
meningkat rongga usus

Air dan elektrolit dlm usus meningkat


Peningkatan isi rongga usus Penyerapan sari makanan menurun

Merangsang usus utk mengeluarkan


Defisit nutrisi

DIARE

Respon tubuh thdp


Proses infeksi
Anak gelisah,rewel Tinja cair, berlendir berulang

Suhu tubuh meningkat


Ansietas Output cairan meningkat

hipertermia
Hipevolemia
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai
berikut :
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran
menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam
5. Komplikasi
Adapun komplikasi dari diare sebagai berikut :
a. Dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi dibagi menjadi 2 yaitu
dehidrasi ringan, dihidrasi sedang dan dehidrasi berat. Dapat dikatakan
ringan apabila persentase dari cairan tubuh yang hilang 5% BB,
dehidrasi sedang apabila presentase cairan tubuh yang hilang 5-10% BB
sedangkan dehidrasi berat apabila presentase cairan tubuh yang hilang
lebih dari 5-10% BB.
b. Hypokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus, hipotoni
otot, kelemahan, bradikardia, dan perubahan pada pemeriksaan EKG.
Hypokalemia terjadi karena kurangnya kalium (K) selama rehidrasi yang
menyebabkan terjadinya hypokalemia ditandai dengan kelemahan otot,
peristaltic usus berkurang, gangguan fungsi ginjal, dan aritmia.
c. Hypernatremia yang biasanya terjadi pada diare yang diertai muntah,
menurut penelitian jurmalis, Sayoeti, dan Dewi (2009), menemukan
bahwa 10,3% anak yang menderita diare akut dengan dehidrasi berat
hypernatremia
d. Gangguan sirkulasi. Pada diare akut kehilangan cairan dapat terjadi
dalam waktu yang singkat, apabila kehilangan cairan lebih dari 10% BB
Karena penderita dapat mengalami syok atau pre-syok yang disebabkan
oleh berkurangnya volume darah (hipovolemia).
e. Hipoglikemia. Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya
pernah mengalami malnutrisi. Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma
tanpa sebab yang pasti atau belum diketahui penyebabnya, yang
kemungkinan dikarenakan cairan eksteseluler menjadi hipotonik dan air
masuk ke dalam cairan intraseluler sehingga menjadi edema otak yang
mengakibatkan koma.
f. Gangguan gizi. Biasanya terjadi karena asupan makanan yang kurang dan
output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian
makanan dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah mengalami
kekurangan gizi.
g. Demam. Demam sering ditemui pada kasus diare, yang biasanya timbul
jika penyebab diare berinvasi ke dalam sel epitel usus (Grace&Jerald,
2010). Bakteri yang masuk ke dalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh
tubuh, bakteri tersebut mengeluarkan toksin lipopolisakarida dan
membrane sel. Sel yang bertugas menghancurkan zat-zat toksi atau
infeksi tersebut adalah neutrophil dan makrofag dengan cara fagosistosis.
Sekresi fagosik menginduksi timbulnya demam (Ariani, 2016).
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos
medis diare adalah :
a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, Ph
dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok dubur).
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan
asam basa.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat
7. Penatalaksanaan
Menurut Lia dewi (2014) prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan).
b. Dietetik (pemberian makanan).
c. Obat-obatan.
1) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali
setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini
diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.
2) Sesuaikan dengan umur anak:
a. < 2 tahun diberikan ½ gelas,
b. 2-6 tahun diberikan 1 gelas,
c. > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas).
3) Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan
cairan 25- 100ml/kg/BB dalam sehari atau setiap 2 jam sekali.
4) Oralit diberikan sebanyak ±100ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus
dehidrasi ringan sampai berat. Beberapa cara untuk membuat cairan
rumah tangga (cairan RT):
a. Larutan gula garam (LGG): 1 sendok the gula pasir + ½ sendok teh
garam dapur halus + 1 gelas air hangat atau air the hangat,
b. Air tajin (2 liter + 5g garam).
 Cara tradisional. 3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras
dimasak selama 45-60 menit. 15
 Cara biasa. 2 liter air + 100 g tepung beras + 5 g garam dimasak
hingga mendidih.
d. Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan daya
tahan tubuh anak.

B. KONSEP ASPEK LEGAL ETIK KEPERAWATAN


1. Konsep legal etik
Pengertian Etika keperawatan merupakan bentuk ekspresi bagaimana
perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam
kode etik keperawatan. Aspek etik Kperawatan adalah aspek antara
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup dan
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk
hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan (Putri
and Kurniasih,2016).
2. Prinsip Legal dan Etik Keperawatan
a. Autonomi ( Otonomi )
Prinsip otonomi didasrkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompoten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memilih keputusan atau
pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan
bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-
hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
Berprilaku sesuai dengan perjanjian hukum, peraturan-peraturan dan
moralitas, berhubungan dengan hukum legal.
b. Beneficience ( Berbuat baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri
dan orang lain. Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi
konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan dalam prkatek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
Kesehatan.
d. Non-maleficience ( Tidak Merugikan )
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien.
e. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh
pemberi pelayanan Kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
f. Fidelity ( Kesetiaan )
Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan
tanggung jawab, memenuhi janji-janji. Veatch dan Fry mendifinisikan
sebagai tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan.
Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi
tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan
memberikan perhatian/ kepedulian. Peduli kepada pasien merupakan salah
satu dari prinsip ketaatan. Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam
memberi asuhan keperawatan dengan pendekatan individual, bersikap
baik, memberikan kenyamanan dan menunjukkan kemampuan
profesional.
g. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwwa
perawat menghargai semua informsi tentang pasien dan perawat
menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa dan semua yang
berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk disebarluaskan secara
tidak tepat.
h. Accountability ( Akuntabilitas )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa Tindakan
seseorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanpa terkecuali. (Putri and Kurnasari,2016).
C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian
yang lengkap, dan sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada
klien sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa 35 keperawatan dan
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu ( Olfah
& Ghofur, 2016 ).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa
keperawatan yang sering muncul pada kasus diare menurut Nuraarif&Kusuma
(2015) dan PPNI (2017) sebagai berikut :
1. Defisit nutrisi b/d diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b/d kehilangan cairan sekunder
terhadap diare
3. Hipetermia b/d proses infeksi sekunder terhadap diare
4. Ansietas anak berhubungan dengan tindakan invasive
3. Intervensi

Diagnosis Rencana
Keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi
Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan intervensi Observasi
diare atau output keperawatan maka berat badan 1. Identifikasi status nutrisi
berlebihan dan meningkat, eliminasi fekal Terapeutik
intake yang kurang pasien membaik, nafsu makan 2. Fasilitasi menentukan
membaik, status menelan pedoman diet
membaik, Konsistensi feses 3. Sajikan makanan secara
meningkat. menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan tinggi
kalori dan protein
Edukasi
5. Ajarkan diet yang di
programkan
6. Anjurkan posisi duduk
jika mampu
Kolaborasi
7. Kolaborasi dengan
ahli gizi
Resiko Setelah dilakukan intervensi Observasi
ketidakseimbanga keperawatan makan 1. Identifikasi
n elektrolit b/d keseimbangan elektrolit kemungkinan penyebab
kehilangan cairan membaik, eliminasi fekal ketidakseimbangan
sekunder terhadap membaik, keseimbangan elektrolit
diare cairan membaik, tingkat mual 2. Monitor mual muntah
muntah membaik dan diare
Terapeutik
3. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
4. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
5. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

Hipetermia b/d Setelah dilakukan Tindakan Observasi


proses infeksi keperawatan maka 1. Monitor suhu tubuh
sekunder terhadap termoregulasi membaik Terapeutik
diare 2. Sediakan lingkungan
yang dingin
3. Longgarkan dan lepaskan
pakaian
Edukasi
4. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena

Ansietas anak Observasi


berhubungan 1. Identifikasi saat tingkat
dengan tindakan ansietas berubah
invasive 2. Monitor tanda-tanda
ansietas pada klien
Terapeutik
3. Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
4. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
5. Tempatkan barang
pribadi yang memberikan
kenyamanan
Edukasi
6. Anjurkan keluarga untuk
tetap Bersama klien, jika
perlu
7. Latih kegiatan penglihan
untuk mengurangi
ketegangan

4. IMPLEMENTASI
Implementasi atau pelaksanaan adalah insiatif dari rencana Tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi ini dimulai setelah
rencana Tindakan disusun dan ditujukan pada rencana strategi untuk
membantu perawat mencapai tujuan yang diharapakan (Irman ode,2020).
5. Evaluasi
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana Tindakan dan implementasinya,
sudah berhasil dicapai. Evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor ke
alpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan
implementasi tindakan (Irman ode,2020).
DAFTAR PUSTAKA

Amih Huda Nuraarif, S.Kep., Ns & Hardhi Kusuma, S.Kep., Ns. (2015). Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.
Yogyakarta.

Ariani, P., (2016), Diare Pencegahan dan Pengobatan, Nuha Medika, Yogyakarta.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. (2011).


Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta.

Irman Ode, N. Y. (2020). Buku Ajar Keperawatan Pada Pasien Sinrom Koroner
Akut. Jawa Timur: CV.Penerbit Qiara Media.

Kartika Sari Wijayaningsih. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta


Putri, Ardina, Herlina Tri Astuti, and Nissa Kurniasih. 2016. “PENGERTIAN DAN
CONTOH PENERAPAN ASPEK LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN
ANESTESI.” In Yogyakarta: Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta.

PPNI. (2017). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia; Defenisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ; Defenisi dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

Yuliastati Nining. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai