Anda di halaman 1dari 13

 KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Definisi

Apendisitis adalah radang pada usus buntu atau dalam bahasa latinnya appendiks
vermivormis, yaitu suatu organ yang berbentuk memanjang dengan panjang 6-9 cm dengan
pangkal terletak pada bagianpangkal usus besar bernama sekum yang terletak pada perut
kanan bawah(Handaya, 2021).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks) Wimdejong,2020. Apendisitis merupakan keadaan inflamasi dan obstruksi pada
vermiforis. Apendisitis adalah inflamasi saluran usus yang tersembunyi dan kecil yang
berukuran sekitar 4 inci yang buntu pada ujung sekum (Rosdahl dan Mary T. Kowalski,
2021).
Apendisitis merupakan keadaan inflamasi dan obstruksi pada apendiks vermiformis.
Apendiks vermiformis yang disebut dengan umbai cacing atau lebih dikenal dengan
namausus buntu, merupakan kantung kecil yang buntu dan melekat pada sekum (Nurfaridah,
2021).
B. Etiologi
Penyebab dari apendisitis adalah adanya obstruksi pada lamen apendikeal oleh
apendikolit, tumor apendiks, hiperplasia folikel limfoid submukosa, fekalit (material garam
kalsium, debris fekal), atau parasit ( muttaqin, & kumala sari, 2020). Selain itu apendisitis
juga bisa disebabkan oleh kebiasaan makan makanan rendah serat sehingga dapat terjadi
konstipasi. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang mengakibatkan terjadinya
sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon.
C. Patofisiologi
Apendisitis terjadi karena disebabkan oleh adanya obstruksi pada lamen apendikeal
oleh apendikolit, tumor apendiks, hiperplasia folikel limfoid submukosa, fekalit (material
garam kalsium, debris fekal), atauparasit E-Histolytica. Selain itu apendisitis juga bisa
disebabkan oleh kebiasaan makan makanan yang rendah serat yang dapat menimbulkan
konstipasi. Kondisi obstruktif akan meningkatkan tekanan intraluminal dan peningkatan
perkembangan bakteri. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan kongesti dan penurunan
perfusi pada dinding apendiks yang berlanjut pada nekrosis dan inflamasi apendiks. Pada fase
ini penderita mengalami nyeri pada area periumbilikal. Dengan berlanjutnya pada proses
inflamasi, akan terjadi pembentukan eksudat pada permukaan serosa apendiks. Ketika
eksudat ini berhubungan dengan perietal peritoneum, maka intensitas nyeri yang khas akan
terjadi (Santacroce, 2022 ). Dengan berlanjutnya proses obstruksi, bakteri akan berproliferasi
dan meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrat pada mukosa dinding
apendiks yang ditandai dengan ketidaknyamanan pada abdomen. Adanya penurunan perfusi
pada dinding akan menimbulkan iskemia dan nekrosis serta diikuti peningkatan tekanan
intraluminal, juga akan meningkatkan risiko perforasi dari apendiks. Pada proses fagositosis
terhadap respon perlawanan terhadap bakteri ditandai dengan pembentukan nanah atau abses
yang terakumulasi pada lumen apendiks. Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan
resiko terjadinya perforasi dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi dengan cairan
inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen kemudian akan memberikan respon
inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Apabila perforasi apendiks disertai
dengan abses, maka akan ditandai dengan gejala nyeri lokal akibat akumulasi abses dan
kemudian akan memberikan respons peritonitis. Gejala yang khas dari perforasi apendiks
adalah adanya nyeri hebat yang tiba-tiba datang pada abdomen kanan bawah (Tzanaki,
2020 ).
D. Klasifikasi
Apendisitis dibagi menjadi 2, antara lain sebagai berikut :
1. Apendisitis akut
Peradangan pada apendiks dengan gejala khas yang memberi tanda setempat. Gejala
apendisitis akut antara lain nyeri samar dan tumpul merupakan nyeri visceral di saerah
epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini disertai rasa mual muntah dan penurunan
nafsu makan. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik McBurney. Pada titik ini,
nyeri yang dirasakan menjadi lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan
nyeri somatik setempat (H Mardalena,Ida 2021)
2. Apendisitis Kronis
Apendisitis kronis baru bisa ditegakkan apabila ditemukan tiga hal yaitu pertama,
pasien memiliki riwayat nyeri pada kuadran kanan bawah abdomen selama paling sedikit
tiga minggu tanpa alternatif diagnosa lain. Kedua, setelah dilakukan apendiktomi, gejala
yang dialami pasien akan hilang. Ketiga, secara histopatologik gejala dibuktikan sebagai
akibat dari inflamasi kronis yang aktif atau fibrosis pada apendiks (Santacroce dan Craig
2021 dalam Mardalena, Ida 2021).

E. Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis yang sering muncul pada apendisitis
antara lain sebagai berikut :
1. Nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium disekitar umbilikus atau periumbilikus.
Kemudian dalam beberapa jam, nyeri beralih ke kuadaran kanan bawah ke titik Mc
Burney (terletak diantara pertengahan umbilikus dan spina anterior ileum) nyeri terasa
lebih tajam.
2. Bisa disertai nyeri seluruh perut apabila sudah terjadi perionitis karena kebocoran apendiks
dan meluasnya pernanahan dalam rongga abdomen
3. Mual
4. Muntah
5. Nafsu makan menurun
6. Konstipasi
7. Demam (Mardalena 2020 ; Handaya, 2020)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan sel darah putih (Leukosit) hingga 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi
peningkatan yang lebih, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu)
b. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dilakukan untuk menilai inflamasi dari apendiks
c. CT – Scan
Pemeriksaan CT – Scan pada abdomen untuk mendeteksi apendisitis dan adanya
kemungkinan perforasi.
d. C – Reactive Protein (CRP)
C – Reactive Protein (CRP) adalah sintesis dari reaksi fase akut
oleh hati sebagai respon dari infeksi atau inflamasi. Pada
apendisitis didapatkan peningkatan kadar CRP
(Mutaqqin, Arif & Kumala Sari 2020)
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita apendisitis yaitu dengan tindakan
pembedahan/Apendiktomi
1. Pengertian Apendiktomi
Apendiktomi adalah intervensi bedah untuk melakukan pengangkatan bagian tubuh
yang mengalami masalah atau mempunyai penyakit. Apendiktomi dapat dilakukan dengan
dua metode pembedahan yaitu pembedahan secara terbuka/ pembedahan konveksional
(laparotomi) atau dengan menggunakan teknik laparoskopi yang merupakan teknik
pembedahan minimal infasif dengan metode terbaru yang sangat efektif Laparoskopi
apendiktomi adalah tindakan bedah invasive minimal yang paling banyak digunakan pada
apendisitis akut. Tindakan ini cukup dengan memasukkan laparoskopi pada pipa kecil
(trokar) yang dipasang melalui umbilikus dan dipantau melalui layar monitor. Sedangkan
Apendiktomi terbuka adalah tindakan dengan cara membuat sayatan pada perut sisi kanan
bawah atau pada daerah Mc Burney sampai menembus peritoneum.
2. Tahap Operasi Apendiktomi
1. Tindakan sebelum operasi
a. Observasi pasien
b.Pemberian cairan melalui infus intravena guna mencegah dehidrasi
c. Pemberian analgesik dan antibiotik melalui intravena
d. Pasien dipuasakan dan tidak ada asupan apapun secara oral
e. Pasien diminta melakukan tirah baring
2. Tindakan Operasi
a. Perawat dan dokter menyiapkan pasien untuk tindakan anastesi sebelum dilakukan
pembedahan
b. Pemberian cairan intravena ditujukan untuk meningkatkan fungsi ginjal adekuat dan
menggantikan cairan yang telah hilang.
c. Aspirin dapat diberikan untuk mengurangi peningkatan suhu.
d. Terapi antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi.
3. Tindakan pasca operasi
a. Observasi TTV
b.Sehari pasca operasi, posisikan pasien semi fowler, posisi ini dapat mengurangi
tegangan pada luka insisi sehingga membantu mengurangi rasa nyeri
c. Sehari pasca operasi, pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2 x 30
menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri tegak dan duduk diluar kamar
d. Pasien yang mengalami dehidrasi sebelum pembedahan diberikan cairan melalui
intravena. Cairan peroral biasanya diberikan bila pasien dapat mentoleransi
e. Dua hari pasca operasi, diberikan makanan saring dan pada hari berikutnya dapat
diberikan makanan lunak.
H. Komplikasi
Komplikasi bisa terjadi apabila adanya keterlambatan dalam penanganannya. Adapun jenis
komplikasi menurut diantaranya sebagai berikut:
1. Perforasi apendiks
Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi nanah sehingga bakteri menyebar ke
rongga perut. Perforasi dapat diketahui dengan gambaran klinis seperti suhu tubuh lebih
dari 38,5 C dan nyeri tekan pada seluruh perut yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit.
2. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum (lapisan membran serosa rongga abdomen).
Komplikasi ini termasuk komplikasi berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut
maupun kronis.
3. Abses
Abses adalah peradangan pada spendiks yang berisi nanah. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis Apendisitis
1. Pengkajian
pengkajian keperawatan pada pasien dengan apendicitis meliputi
a. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
b. Keluhan utama
Biasanya pada klien terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas pada daerah kuadran
kanan bawah, nyeri sekitar umbilikus. Timbul keluhan nyeri perut kanan bawah
mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri dipusat atau di epigasrium
dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus,
dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai
biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Selain mengeluh nyeri pada daerah epigastrium, keluhan yang menyertai biasanya
klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas,
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien memiliki riwayat operasi sebelumnya pada kolon.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya penyakit apendisitis ini bukan merupakan penyakit keturunan, bisa dalam
anggota keluarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien juga
tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami pasien
sebelumnya.
f. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Biasanya pasien tampak lemah
2. Tingkat kesadaran
Composmentis (kesadaran penuh dan koperatif )
3. Tanda tanda vital
a) Frekwensi nadi dan tekanan darah
Denyut nadi biasanya ditemukan normal, tekanan darah biasanya
ditemukan normal
b) Frekwensi pernafasan
Biasanya ditemukan frekwensi pernafasan normal
c) Suhu tubuh
Biasanya suhu tubuh normal, namun jika ada infeksi pada bekas luka suhu
tubuh dapat meningkat.
d) Kepala
Perhatikan bentuk dan kesimetrisan, palpasi adanya pembengkakan, dan
periksa kebersihan kepala.
e) Mata
Pada konjungtiva akan tampak anemis, sklera tidak ikterik.
f) Hidung
Perhatikan kesimetrisan hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung.
g) Mulut
Biasanya ditemukan mukosa bibir lembab.
h) Telinga
Perhatikan kebersihan telinga, lihat adanya lesi dan sekret.

i) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening dan tiroid.
j) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : bunyi jantung 1 RIC 111 kanan, kiri, bunyi jantung 11 RIC 4-5
midklafikula
Auskultasi : biasanya bunyi jantung murni
k) Paru paru
Inspeksi : terlihat simetris kiri dan kanan, tidak ada tarikan dinding dada.
Palpasi : premitus kiri dan kanan sama.
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
l) Abdomen
Inspeksi : Biasanya Pada apendisitis akut sering ditemukan adanya
abdominal swelling,sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan
distensi abdomen.
Palpasi : Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri.
Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. nyeri tekan perut kanan
bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut
kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah, ini disebut tanda
Rovsing ( Rovsing sign). Dan apabila tekanan pada perut kiri dilepas maka
juga akan terasa sakit di perut kanan bawah, ini disebut tanda Blumberg
(Blumberg sign).
Perkusi : Tympani
Auskultasi : peristaltik usus menurun atau tidak ada sama sekali
m) Ekstermitas
Crt kembali <2detik, tugor kulit kembali cepat, tidak ada edema.
4. pola kehidupan sehari-hari
5. Data yang diperoleh dalam kasus apendisitis menurut Diagnosis (2020) adalah
sebagai berikut :
a) Aktivitas / istirahat
Gejala : Biasanya malaise.
b) Sirkulasi
Tanda : Biasanya takikardi.
c) Eliminasi
Gejala : Biasanya konstipasi, pada awitan awal. Diare (kadangkadang).Tanda :
Distensi abdomen, nyeri tekan/ nyeri lepas, kekakuan. Penurunan atau tidak ada
bising usus.
d) Makanan / cairan
Gejala : Biasanya klien anoreksia. : Mual/muntah.
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Bararah (2020) :
a) Jumlah leokosit lebih tinggi dari 10.000/mm3normalnya 5.000- 10.000/mm3
b) Jumlah netrofil lebih tinggi dari 75%
c) Pemeriksaan urine rutin, urinalisis normal, tetapi eritrosit atau lekosit mungkin
ada
d) Pemeriksaan foto sinar x tidak tampak kelainan yang spesifik
e) Ultrasonografi (USG).

7. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan NANDA internasional yang mungkin muncul pada pasein
APP yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (infeksi).
b. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasif
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
d. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
e. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur bedah
8. intervensi keperawatan

Diagnosa Noc Nic


Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
Defenisi : pengalaman sensori dan Keperawatan diharapkan tingkat a) Lakukan pengkajian nyeri secara
emosional yang tidak menyenangkan yang nyeri berkurang dengan Criteria hasil: komprehensif termasuk lokasi,karakteristik,
muncul aibat kerusakan jaringan yang aktual a) Tidak ada nyeri yang dilaporkan durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
atau potensial atau digambarkan dalam hal b) Tidak ada mengerang dan menangis presipitasi
kerusakan sedemikian rupa c) Tidak ada menyeringit b) Observasi reaksi non verbal dari
Batasan karakteristik : d) Tidak ada ketegangan otot ketidaknyamanan
a) Perubahan selera makan e) Tidak ada kehilangan nafsu makan c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik
b) Perubahan tekanan darah f) Tidak ada Ekspresi wajah nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
c) Perubahan frekuensi jantung d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon
d) Perubahan frekuensi pernapasan nyeri
e) Mengekspresikan perilaku e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f) Masker wajah f) Evaluasi bersamapasien dan tim kesehatan
g) Gangguan tidur lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
Faktor yang masa lampau
berhubungan dengan : g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
agen cedera ( misal dan menemukan dukungan
biologis, zat kimia, fisik, h) Kontrol lingkungan yang dapat
psikologis) mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
i) Kurangi faktor presipitasi nyeri
j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi,non farmakologi dan
interpersonal)
Kekurangan volume Setelahdilakukan tindakan keperawatan Manajemencairan
cairan diharapkan terjadi keseimbangan cairan a) Pertahankan catatan intake dan
Definisi : penurunan cairan intravaskular, dengan kriteriahasil : output yangakurat
interstisial, dan atau intraseluler. Ini a) Tekanan darah tidak terganggu b) Monitor status hidrasi
mengacu pada dehidrasi. b) Keseimbangan intake dan output tidak c) Monitor vital sign
Faktor risiko : terganggu d) Monitor
a) Perubahan status mental c) Berat badan stabil tidak terganggu masukan ataucairan dan hitungintake
b) Penurunan tekanan darah d) Turgor kulit tidak terganggu kalori harian
c) Penurunan tekanan nadi e) Hematokrit sedikit terganggu e) Kolaborasi pemberian cairan IV
d) Penurunan volume nadi f) Berat jenis urin sedikit terganggu f) Monitor status nutrisi
e) Penurunan turgor kulit g) Monitor tingkat hematokrit
f) Membran mukosa kering h) Monitor tanda vital
g) Kulit kering Manajemenhipov
h) Peningkatan suhu olemia
tubuh a) Monitor status cairan termasuk intake dan
Faktor yang berhubungan dengan : output cairan
a) Kehilangan cairan aktif b) Pelihara IV line
b) Kegagalan mekanisme regulasi c) Monitor tingkatan Hb dan hematokrit
d) Monitor tanda vital
e) Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
f) Dorong pasien untuk menambah intake oral
Ketidak seimbangan Nutrisi Kurang Dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi
Kebutuhan Tubuh Defenisi : asupan status nutrisi: asupan makanan dan a) Kaji adanya alergi makanan
nutrisi tidak cukup untuk memenuhi cairan teratasi dengan kriteria hasil: b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan metabolic a) asupanmakananse caraperoralsepen menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
Batasan Karakteristik: uhnya adekuat dibutuhkan pasien
a) Berat badan 20% atau lebih dibawah b) Asupan cairan secara peroral sepenuh c) Berikan informasi tentang kebutuhan
rentang berat badan ideal nya adekuat nutrisi
b) Bising usus hiperaktif c) Asupan cairani ntravena sepenuhnya Monitor Nutrisi
c) Kelemahan otot untuk mengunyah adekuat a) Monitor adanya penurunan berat badan
d) Kelemahan otot untuk menelan d) Asupan nutrisi parenteral sepenuhnya b) Monitor lingkungan selama makan
e) Kehilangan rambut berlebihan adekuat c) Monitor kulit kering dan perubahan
f) Membran mukosa pucat pigmentasi
g) Ketidakmampuan memakan makanan d) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
h) Nyeri abdomen mudah patah
e) Monitor mual muntah
Faktor yangBerhubungan: f) Monitor kadar albumin, total protein, Hb,Ht
a) Faktor biologis g) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik,
b) Ketidakmampuan mencerna makanan papilla lidah dan cavitas oral.
c) Kurang asupan makanan
9. Impelementasi
Implemetasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan

10. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang didasarkan pada
tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi ada individu

Anda mungkin juga menyukai