Anda di halaman 1dari 102

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KUALITAS HIDUP PADA

PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI


HEMODIALISIS DI UPT. RSUD UNDATA PALU

SKRIPSI

MOH.DUR SULE
201801114

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
ii

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KUALITAS HIDUP PADA


PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI UPT. RSUD UNDATA PALU

SKRIPSI

Diajukan sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

MOH. DUR SULE


201801114

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Efikasi Diri
dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis di UPT. RSUD Undata Palu adalah benar karya saya dengan arahan
dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta skripsi saya kepada STIKes Widya
Nusantara Palu.

Palu, Mei 2022

MOH. DUR SULE


201801114
iv

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN


PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS
DI UPT. RSUD UNDATA PALU
The relationship of self-efficiency with quality of life in chronic kidney disease
patients treating hemodialysis in upt. Undata palu hospital

Moh. Dur Sule Tigor H.Situmorang dan Ni Nyoman Elfiyunai


Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

ABSTRAK

Penyakit ginjal stadium akhir juga dikenal sebagai gagal ginjal kronik adalah penyakit yang
disebabkan oleh kerusakan fungsi ginjal di mana tubuh kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan
uremia. Penatalaksanaan bagi pasien penyakit ginjal kronik stadium akhir adalah
hemodialisis. Kondisi pasien dengan hemodialisis akan memicu perubahan sosial yang akan
berdampak pada kualitas hidup pasien. Adapun untuk meningkatkan kualitas hidup pada
penderita penyakit ginjal kronik dapat di dorong oleh banyak faktor salah satunya yaitu
efikasi diri. Efikasi Diri merupakan bentuk keyakinan diri dari setiap individu yang
menjalani satu bentuk pengobatan, yang dimana merupakan keyakinan seseorang bahwa
dirinya mampu mengendalikan keadaan dan menghasilkan suatu hal yang positif. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup pada Pasien
Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di UPT. RSUD Undata Palu. Jenis
penelitian ini kuantitatif dengan menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross
sectional, jumlah sampel sebanyak 54 orang, pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan non probability sampling dengan cara purposive sampling. Analisis data
menggunakan Uji Fisher Exact. Hasil Penelitian menunjukkan sebagian besar responden
(74,0%) memiliki efikasi diri tinggi dengan kualitas hidup penyakit ginjal kronik yang baik. .
Hasil analisis bivariat dengan Uji Fisher Exact diperoleh terdapat Hubungan antara Efikasi
Diri dengan Kualitas Hidup pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis di UPT. RSUD Undata Palu yaitu nilai p menunjukkan angka 0,000 < 0,05.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada Hubungan Efikasi Diri dengan dengan Kualitas
Hidup pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di UPT. RSUD
Undata Palu.

Kata Kunci : Efikasi Diri, Kualitas Hidup, Gagal Ginjal Kronik.


v

ABSTRACT

End-stage kidney disease also known as chronic kidney failure is a disease caused by
impaired kidney function in which the body loses its ability to maintain metabolism,
fluid and electrolyte balance, causing uremia. Treatment for end-stage chronic kidney
disease patients is hemodialysis. The condition of patients on hemodialysis will
trigger social changes that will have an impact on the patient's quality of life. As for
improving the quality of life in patients with chronic kidney disease can be driven by
many factors, one of which is self-efficacy. Self-efficacy is a form of self-confidence
from each individual who undergoes a form of treatment, which is a person's belief
that he is able to control the situation and produce something positive. The purpose
of this study was to determine the relationship between self-efficacy and quality of
life in chronic kidney disease patients undergoing hemodialysis at UPT. Undata
Hospital Palu. This type of research is quantitative using an analytic design with a
cross sectional approach, the number of samples is 54 people, the sampling in this
study uses non-probability sampling by purposive sampling. Data analysis using
Fisher Exact Test. The results showed that most of the respondents (74.0%) had high
self-efficacy with good quality of life for chronic kidney disease. . The results of
bivariate analysis with Fisher's Exact Test showed that there was a relationship
between Self-Efficacy and Quality of Life in Chronic Kidney Disease Patients
Undergoing Hemodialysis at UPT. Undata Hospital Palu, namely the p value shows
the number 0.000 <0.05. The conclusion of this study is that there is a relationship
between self-efficacy and quality of life in chronic kidney disease patients
undergoing hemodialysis at UPT. Undata Hospital Palu.

Keywords: Self-Efficacy, Quality of Life, Chronic Kidney Failure.


vi

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KUALITAS HIDUP PADA


PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI UPT. RSUD UNDATA PALU

SKRIPSI

MOH.DUR SULE
201801114

Skripsi Ini Telah Diujikan Tanggal …..Mei 2022

Ns. Sringati, S.Kep., M.P.H (.………………………........)


NIK. 20080902006
(PENGUJI I)

Dr. Tigor H. Situmorang, MH., M.Kes (…………………………….)


NIK. 20080901001
(PENGUJI II)

Ns. Ni Nyoman Elfiyunai, S.Kep., M.Kes (…………………………….)


NIK. 20210901130
(PENGUJI III)

Mengetahui,
Ketua STIKes Widya Nusantara Palu

Dr. Tigor H. Situmorang, MH., M.Kes


NIK. 20080901001
vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia Nya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dan izinkanlah penulis menghaturkan
sembah sujud sedalam-dalamnya serta terima kasih dan penghargaan yang setingi-
tingginya kepada kedua orang tua tercinta, (Ayahanda Misi Sule dan Almarhumah
Ibunda Dinar) yang telah melahirkan, mengasuh, membesarkan, mendidik dan
memberikan doa restu serta dukungan moril maupun materil kepada penulis. Dan
juga penulis berterimah kasih yang tak terhingga kepada kedua Kakak saudara-
saudari kandung penulis yaitu (Isman dan Kamsia Sule S.IP) serta adik kandung
penulis (Ahmad Safri Sule) atas semua doa, dorongan semangat yang luar biasa,
inspiratif, serta segala bantuan baik moril maupun materilnya selama studi yang
senantiasa ikut menemani setiap langkah mata kuliah yang penulis jalani. Tak lupa
pula penulis berterimah kasih kepada Keluarga dan Kerabat penulis yang telah
membantu selama proses studi yang penulis jalani kurang lebih empat tahun.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April ini
ialah “Hubungan Efikasi Diri Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Penyakit Ginjal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di UPT. RSUD Undata Palu”.
Dalam menyelesaikan penyusunsn skripsi ini, penulis telah banyak menerima
bimbingan, bantuan, dorongan, arahan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimah kasih kepada:
1. Ibu Grace Widyawati Situmorang, M.Sc, selaku Ketua Yayasan STIKes
Widya Nusantara Palu.
2. Bapak Dr. Tigor H.Situmorang, M.H., M.Kes, selaku Ketua STIKes Widya
Nusantara Palu.
3. Ibu Ns. Yuhana Damantalm, M.Erg, selaku Ketua Prodi Ners STIKes
Widya Nusantara Palu.
4. Bapak Dr. Tigor H.Situmorang, M.H., M.Kes, selaku Pembimbing I yang
telah memberikan masukan dan dukungan moral dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Ibu Ns. Ni Nyoman Elfiyunai, S.Kep.,M.Kes, selaku Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan saran dalam perbaikan skripsi ini.
viii

6. Bapak/Ibu Dosen dan Staff administrasi STIKes Widya Nusantara Palu


yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan selama
penulis mengikuti pendidikan.
7. Direktur RSUD Undata Palu yang telah memeberikan kesempatan kepada
peneliti untuk melakukan penelitian di RSUD Undata palu.
8. Kepala Ruangan Dan Perawat di ruangan Hemodialisis RSUD Undata Palu
atas bantuan dan kerja samanya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
sesuai waktu yang terlah ditetapkan.
9. Responden di ruangan Hemodialisis yang telah bersedia terlibat dalam
penelitian ini.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan saya, Herli, Ibrahim Kadir, Ananda Shesilia
Lambe, Nilam Sari Mutaher, Niluh Gabriela, Rosdiana, Nurfadila M.Diran
dan Yefin Sampe Parenden yang selalu membantu, memberi semangat,
motivasi serta doa dalam penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan saya kelas IV C Keperawatan dan Angkatan
2018 S1 Ners yang sudah banyak memberikan bantuan dan juga dukungan
khususnya Muh.Fardiansyah, Rahma, Devi Fanesa Pakaya, Khairil Anwar,
Heriyanto, Rosanti, dan Yohanes Tumewu.
12. Senior-senior saya yang sudah banyak membantu dan memberikan
dukungan, khususnya Muhammad Rifal Mardani, Niluh Putu Ayu Sri
Aprilia Suci Diami, Nurul Sinta, Rifaldi Bilale Dan Akbar.
13. Rekan-rekan Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa, yang selalu
memberikan doa dan dukungan kepada saya dalam penyusunan skripsi ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masi jauh dari kesempurnaan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi
ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang ilmu keperawatan.
Palu,….Mei 2022

Penulis
ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL/COVER i
HALAMAN JUDUL SKRIPSI ii
HALAMAN PERNYATAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
LEMBAR PENGESAHAN vi
PRAKATA vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Tinjauan Teori 7
B. Kerangka Konsep 30
C. Hipotesis 30
BAB III METODE PENELITIAN 31
A. Desain Penelitian 31
B. Tempat Dan Waktu Penelitian 31
C. Populasi Dan Sampel 31
D. Variabel Penelitian 33
x

E. Definisi Operasional 33
F. Instrumen Penelitian 34
G. Teknik Pengumpulan Data 36
H. Analisis Data 36
I. Bagan Alur Penelitian 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40
A. Hasil 40
B. Pembahasan 48
C. Keterbatasan Penelitian 48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 58
A. Simpulan 58
B. Saran 58

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia 42


di RSUD Undata Palu pada Tahun 2022
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis 42
Kelamin di RSUD Undata Palu pada Tahun 2022
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan 43
Terakhir di RSUD Undata Palu pada Tahun 2022
Tabel 4.4 Distirbusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan 44
di RSUD Undata Palu pada Tahun 2022
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama 45
Menjalani Hemodialisis di RSUD Undata Palu
Tahun 2022
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat 45
Efikasi Diri di RSUD Undata Palu pada Tahun 2022
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas 46
Hidup di RSUD Undata Palu pada Tahun 2022
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hubungan Efikasi Diri Dengan Kualitas 47
Hidup Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisis di UPT. RSUD Undata Palu Pada
Tahun 2022
xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skala Respons Efikasi Diri 13

Gambar 2.2 Bagian Dan Struktur dari Ginjal Manusia 18

Gambar 2.3 Kerangka Konsep 30

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian 39

Gambar 4.1 Profil UPT. RSUD Undata Palu 41


xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Penelitian
2. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal di UPT. RSUD Undata Palu
3. Surat Balasan Pengambilan Data Awal di UPT. RSUD Undata Palu
4. Surat Permohonan Izin Turun Penelitian di UPT. RSUD Undata Palu
5. Permohonan Menjadi Responden (Informed Consent)
6. Kuesioner
7. Permohonan Persetujuan Responden
8. Surat Balasan Selesai Penelitian di UPT. RSUD Undata Palu
9. Master Tabel
10. Hasil Olahan Data Uji Normalitas, Univariat Dan Bivariat SPSS
11. Dokumentasi Penelitian
12. Lembar Bimbingan Proposal/Skripsi
13. Riwayat Hidup Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit ginjal stadium akhir juga dikenal sebagai gagal ginjal kronik
adalah penyakit yang disebabkan oleh kerusakan fungsi ginjal di mana tubuh
kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia. Penyakit gagal ginjal tersebut
biasanya menyerang setiap individu yang bertambah usia, tetapi tidak menutup
kemungkinan individu usia muda juga terserang penyakit ini akibat dari
perubahan gaya hidup yang tidak sehat. Penatalaksanaan bagi pasien penyakit
ginjal kronik stadium akhir adalah hemodialisis1.
Menurut data World Health Organization (WHO)2, menyebutkan jumlah
penderita penyakit ginjal kronik telah mengalami peningkatan 50% dari tahun
sebelumnya. Lebih dari 2 juta orang diperkirakan membutuhkan hemodialisis dan
terus meningkat setiap tahunnya. Kemudian di tahun (2015) menyatakan bahwa
prevalensi penyakit ginjal kronik mencapai 10% dari total populasi, Diperkirakan
1,5 juta pasien yang menjalani cuci darah (hemodialisis) dan jumlah ini terus
meningkat sebesar 8% setiap tahunnya.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)3, dipastikan bahwa
prevalensi penyakit ginjal kronik di indonesia adalah 499.800 jiwa dalam (2%), di
mana Maluku menempati prevalensi kejadian penyakit ginjal kronis tertinggi
dengan jumlah 4.351 jiwa (0,47%). Menurut hasil survei tahun 2019 oleh
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) Indonesia merupakan negara
dengan kejadian penyakit ginjal kronik yang tinggi diperkirakan mencapai 12,5%
atau sekitar 25% dari total penduduk jutaan orang Indonesia menderita gangguan
fungsi ginjal.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan4, kejadian penyakit ginjal kronik telah
mencapai 0,5% di tahun 2018 dan terus meningkat setiap tahunnya. Dari diagnosis
perhimpunan dokter Indonesia yang menjalani hemodialisis di provinsi Sulawesi
Tengah menempati urutan ke-lima yaitu 0,5% dan juga terus mengalami
peningkatan setiap tahun. Berdasarkan data Rekam Medik yang diperoleh dari

1
2

Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu, dan keterangan dari petugas medis di
unit hemodialisis prevalensi penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisis tahun 2019 terdapat 7.512 kunjungan, dan tahun 2020 sebanyak
8.180 kunjungan, terjadi peningkatan pada tahun 2021 sebanyak 8.928 kunjungan,
untuk jumlah kunjungan dihitung dari jumlah setiap pasien dalam melakukan
terapi dalam setahun, setiap seminggu satu pasien gagal ginjal kronik melakukan
terapi hemodialisis sebanyak 2 kali. Dari data di Unit Hemodialisa RSUD Undata
Palu diperoleh jumlah pasien yang rutin menjalani hemodialisis selama tahun
2021 sebanyak 62 orang.
Hemodialisis yang dijalani pasien dapat membantu menggantikan fungsi
ginjal untuk menjaga keseimbangan fungsi dan dapat mempertahankan
kelangsungan hidup. Pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
menghadapi perubahan gaya hidup seperti pembatasan asupan makanan dan
cairan, masalah fisik bisa timbul mual, muntah, sakit kepala dan hipertensi.
Gangguan psikologis seperti ketakutan, kecemasan, kemarahan, depresi, dan rasa
tidak aman atau kurangnya percaya diri. Dari perspektif sosial dan ekonomi dapat
menyebabkan perubahan peran, perubahan citra tubuh, mengganggu gaya hidup,
kehilangan pekerjaan, serta biaya yang terkait dengan tindakan hemodialisis5.
Hal ini menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien, karena pasien tidak
hanya dihadapkan masalah kesehatan yang berhubungan dengan penyakit ginjal
kronik, tetapi juga menerima pengobatan terapi yang berlangsung seumur hidup.
Kualitas hidup adalah dimensi yang digunakan untuk menggambarkan kondisi
kesehatan yang dapat dievaluasi atas dasar kesehatan fisik, psikologis, hubungan
sosial dan lingkungan. Kualitas hidup juga dapat diartikan sebagai keadaan di
mana seseorang menikmati kepuasan atau kenikmatan dalam kehidupan sehari-
hari6.
Penelitian yang dilakukan oleh Arehentari, Gasela, Hasanah, &
Iskandarsyah7, menunjukkan bahwa pasien dengan gagal ginjal kronik lebih
rentan terhadap masalah psikologis. Kenyataanya bahwa pasien akan menjalani
terapi hemodialisis yang dilakukan sepanjang taraf kehidupannya, yang dapat
menyebabkan pribadi tersebut merasa putus asa, cemas, kegelisahan, bahkan
3

depresi karena kesulitan beradaptasi dengan rutinitas dan kehidupan pasca


menjalani kewajiban hemodialisis.
Efikasi diri adalah salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan diri
ketika menjalani proses pengobatan yang kronis. Ketika seorang pasien sudah
divonis mengalami penyakit kronis seperti penyakit gagal ginjal kronik dan
memerlukan hemodialisis, pasien secara otomatis akan menerapkan tindakan
pengobatan untuk mencegah penyakitnya tidak bertambah parah, dalam hal ini
efikasi diri itu sendiri memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan
pasien. Beberapa faktor yang berperan dalam mengembangkan efikasi diri adalah
persepsi diri terhadap kemampuan diri, pengetahuan diri tentang cara
menyelesaikan tugas, dan adanya dukungan keluarga8.
Berdasarkan hasil penelitian Mineva dan Petrova9, telah menyatakan bahwa
optimisme merupakan faktor dalam pembentukan efikasi diri yang lebih tinggi, di
mana pasien yang terlibat langsung dalam penyelesaian suatu masalah sehingga
penderita lebih cenderung memiliki efikasi diri yang tinggi. Hal ini karena orang
dengan efikasi diri yang baik acuannya lebih tertarik pada masalah dari pada
ancaman yang di timbulkan. Faktor eksternal dari efikasi diri juga dipengaruhi
oleh dukungan sosial seperti hubungan baik dengan keluarga dan masyarakat,
serta pemberian motivasi diri juga berpengaruh meningkatkan keyakinan,
terhadap kemampuan diri individu dalam menghadapi penyakit ginjal kronik.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)10, mengartikan kualitas hidup ialah
cara berpikir atau mempresepsikan individu menganalisis kemampuan,
keterbatasan, gejala, kehidupan psikososial seseorang dalam konteks budaya dan
sistem nilai untuk menjalankan peran dan fungsinya di setiap hari dalam
kehidupan. Salah satu penentu utama kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik
adalah efikasi diri yang dapat memberikan keyakinan bahwa pasien tersebut akan
berhasil dalam perawatan diri selama mereka mematuhi terapi yang mendukung
status kesehatannya. Individu dengan tingkat efikasi diri yang baik akan lebih
responsif terhadap perawatan diri dan pengobatan. Sebaliknya jika efikasi diri
rendah dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka, karena beranggapan bahwa
perawatan diri merupakan tujuan yang sangat sulit untuk dicapai. Dengan
demikian, tujuan utama dari efikasi diri yaitu untuk mencapai taraf kesejatraan
4

hidup pasien yang sesuai dalam menjalani suatu terapi pengobatan. Sehingga
efikasi diri dapat mengoptimalkan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis.
Menurut penelitian oleh Masoudrayyani11, tentang efikasi diri dan kualitas
hidup pada pasien yang menjalani hemodialisis menunjukkan bahwa pasien yang
menerima hemodialisis, tetapi tidak memiliki efikasi diri yang cukup baik akan
lebih cenderung memiliki kualitas hidup yang cukup buruk. Penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kualitas hidup pasien
dengan efikasi diri, atau sebaliknya pasien dengan efikasi diri tinggi memiliki
kualitas hidup yang lebih baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Welly dan Hidayatul Rahmi 12,
tentang self efficacy dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik, yang
menjalani hemodialisis menunjukkan bahwa dari 33 responsden, dengan self
efficacy baik memiliki kualitas hidup yang baik yaitu 56,5% lebih tinggi dari pada
responden dengan self efficacy baik dengan kualitas hidup buruk yaitu 45,4%.
Hasil uji chi-square didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) artinya terdapat hubungan
yang bermakna antara self efficacy dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis. Kemudian penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian Hakim (2018) dari hasil uji chi-square di peroleh nilai p-value =0,001
dengan artian terdapat hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD
Dr.Moewardi, r (nilai koefisien korelasi) dengan hitung = 0,765 yang berarti
memiliki korelasi tinggi yang dapat disimpulkan pasien gagal ginjal kronik yang
memiliki self efficacy tinggi memiliki kualitas hidup yang baik, sebaliknya pasien
dengan self efficacy rendah memiliki kualitas hidup yang buruk.
Hasil wawancara peneliti terkait pengumpulan data awal pada 10 pasien
hemodialisis, 7 pasien mengatakan bahwa aktivitas sehari-hari mereka masih
didukung oleh keluarga mereka, mereka merasa cemas, memiliki harga diri
rendah, merasa hidup tidak berarti, stres, tidak rutin melaksanakan ibadah, tidak
bisa mencari nafkah, mereka tidak dapat berkumpul dengan keluarga seperti
biasanya, serta berinteraksi di lingkungan masyarakat. Sedangkan 3 pasien lainnya
mengatakan tidak lagi merasa cemas dan stres, hal ini dikarenakan sudah
5

menjalani cuci darah setiap 3-4 tahun, dan pasien hemodialisis sudah berusia
lanjut (golongan lansia) mudah menerima keadaan yang dialami karena telah
masuk pada fase penerimaan dari kondisi yang mereka jalani.
Maka dari masalah yang telah diuraikan di atas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Hubungan Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup
pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di UPT. Rumah
Sakit Umum Daerah Undata Palu”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas telah diuraikan permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:“Apakah ada hubungan antara
Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup pada pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di UPT. Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu ?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah telah diuraikan hubungan antara
efikasi diri dengan kualitas hidup pada pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di UPT. RSUD Undata palu.
2. Tujuan khusus
a. Telah didentifikasi efikasi diri pasien hemodialisis di UPT. Rumah Sakit
Umum Daerah Undata Palu
b. Telah diidentifikasi kualitas hidup pada pasien hemodialisis di UPT. Rumah
Sakit Umum Daerah Undata Palu
c. Telah dibuktikan adanya hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup
pada pasien hemodialisis di UPT. Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan (STIKes Widya Nusantara Palu)
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan tambahan referensi di
perpustakaan dan bisa dimanfaatkan oleh rekan-rekan lain jika ingin
6

melakukan penelitian baik dengan variabel yang sama ataupun variabel yang
berbeda.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini sebagai sumber informasi dan pengetahuan masyarakat
terkait penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit
Umum Daerah Undata palu.
3. Bagi instansi tempat peneliti
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan tentang terapi
hemodialisis, untuk meningkatkan efikasi diri yang akan berpengaruh terhadap
kualitas hidup pada pasien penyakit ginjal kronik di UPT. Rumah Sakit Umum
Daerah Undata Palu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Efikasi Diri
a. Definisi Efikasi Diri
Efikasi diri adalah penilaian orang tentang kemampuan mereka untuk
mengatur dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
kinerja tertentu. Self-efficacy adalah pusat dari motivasi manusia,
kebahagiaan, dan kesuksesan pribadi. Efiaksi diri merupakan penilaian
kemampuan seseorang untuk mengembangkan dan melaksanakan perilaku
yang diperlukan untuk mencapai efek yang diharapkan. Efikasi diri ialah
langkah awal untuk tekad stabilitas, ketenangan, dan kesuksesan
kepribadian manusia. Karena diyakini bahwa tindakan ini dapat mencapai
hasil yang diharapkan13.
Albert Bandura adalah orang yang pertama kali mencetuskan konsep
efikasi diri, di dalamnya Albert Bandura mendefinisikan self-efficacy
sebagai keyakinan pada kemampuan seseorang untuk melakukan kewajiban
dan perilaku yang diperlukan untuk mencapai hasil. Baroon dan Byrne
mengartikan efikasi diri sebagai penilaian seseorang terhadap kemampuan
dan keterampilannya dalam memenuhi kewajiban, mencapai hasil serta
mampu mengatasi hambatan14.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri
Bandura dalam Rahardjo, menyatakan ada empat faktor utama yang
dibutuhkan untuk mempelajari dan memahami efikasi diri terdiri dari
pengalaman akan kesuksesan, pengalaman individu lain, persuasi verbal,
dan keadaan fisiologi15.

7
8

1) Pengalaman tentang Kesuksesan


Sumber efikasi diri seseorang yang paling berpengaruh adalah rasa
berprestasi karena didasarkan pada pengalaman nyata. Dalam
pengalaman sukses efektivitas pribadi seseorang akan meningkat, Dan
dalam pengalaman gagal efikasi diri akan menurun. Tetapi setelah
menunjukkan diri anda dengan kuat melalui serangkaian kesuksesan, efek
negatif dari kegagalan akan berkurang. Kegagalan juga dapat diatasi
dengan upaya khusus yang dapat memperkuat motivasi pribadi ketika
ditemukan melalui pengalaman bahwa hambatan betapapun sulitnya
dapat diatasi dengan ketekunan15.
2) Pengalaman Individu Lain
Sumber efikasi diri seseorang tidak selalu bergantung pada
pengalaman kegagalan atau keberhasilan seseorang, pengalaman individu
lain juga mempengaruhi efikasi diri seseorang. Mengamati keberhasilan
individu lain dapat meningkatkan efikasi diri individu, di mana seseorang
menyakinkannya bahwa jika orang lain bisa melakukannya, maka dirinya
juga bisa melakukan hal tersebut dengan baik. Namun, jika individu terus
menerus mengamati kegagalan individu lain yang berusaha, maka akan
mempengaruhi kepercayaan individu terhadap kemampuannya sendiri
dan akan mempengaruhi usahanya untuk mencapai kesuksesan15.
3) Persuasi Verbal
Dalam persuasi verbal itu diungkapkan melalui saran, bimbingan,
dan nasihat yang memperkuat keyakinan bahwa tujuan yang diinginkan
dapat dicapai dengan membantu mereka mencapainya, di mana individu
yang percaya diri lebih berkeinginan untuk mencapai kesuksesan dalam
diri sendiri15.
4) Keadaan Fisiologis
Status fisiologi mempengaruhi penilaian kemampuan seseorang
untuk menyelesaikan tugas. Keadaan fisiologis dan luapan emosi yang
dialami oleh seseorang menandakan bahwa sesuatu yang diinginkan
sedang terjadi, sehingga individu cenderung menghindari situasi yang
membuat pribadi menjadi tertekan bahkan bisa sampai mengalami stres.
9

Di mana kondisi tersebut dapat membuat kondisi fisik terganggu seperti


gemetar, jantung berdebar, berkeringat dingin sampai bisa berada diluar
kendali15.
c. Dimensi efikasi diri
Menurut Bandura A. Efikasi diri dalam Wira Suciono, mengatakan
bahwa efikasi diri individu dapat dilihat dari tiga dimensi yakni: magnitude
(tingkat kesulitan tugas), generality (cakupan tingkah laku), dan strenght
(tingkat kekuatan)16.
1) Dimensi tingkat kesulitan tugas (Magnitude)
Aspek magnitude ialah bentuk dimensi yang arahnya pada tingkat
kesulitan. Dimana pengalaman hidup seseorang dalam hal sulitnya
menjalankan kewajiban tergantung pada upaya yang dilakukan. Sehingga
ketika self-efficacy baik maka akan lebih mudah memecahkan masalah
dan kesulitan yang dialami16.
2) Dimensi cakupan tingkah laku (Generality)
Aspek generality ialah dimensi yang fokusnya pada harapan,
individu yang ingin memecahkan suatu masalah yang dialaminya akan
mempengaruhi tindakannya untuk menuntaskan masalah yang
dihadapinya16.
3) Dimensi tingkat kekuatan (strenght)
Aspek strenght ialah dimensi kekuatan yang menitikberatkan pada
kepercayaan diri dalam melakukan upaya pemecahan masalah. Mereka
yang memiliki keyakinan kuat akan terus menantang, biarpun kegagalan
terus menghampiri. Karena individu yang mempunyai keyakinan dan
harapan tinggi terus menghadapi persoalan untuk mendapatkan hasil
yang memuaskan16.
d. Sumber Efikasi Diri
Terdapat beberapa sumber dari efikasi diri antara lain sebagai
berikut :
1) Hasil tafsiran seseorang
Sumber pertama yang berpengaruh pada kinerja sebelumnya,
pribadi yang tugasnya melakukan penginterpretasian dari hasil kerja
10

mereka serta menggunakan interpretasi dalam mengembangkan


keyakinan akan kemampuan mereka untuk ikut terlibat pada tugas
selanjutnya. Penafsiran keberhasilan maka efikasi diri akan meningkat
dan sebaliknya penafsiran kegagalan maka akan menurunkannya13.
2) Mengamati tugas yang dilakukan orang lain
Sumber yang kedua. Jika dibandingkan maka sumber ini lebih
lemah dengan pengalaman langsung pada keberhasilan, akan tetapi ketika
indivudu merasa tidak yakin dengan kemampuannya atau individu
memiliki pengalaman sedikit. Mereka jadi lebih peka terhadap hal itu.
Pemodelan dalam konteks ini menjadi sangat relevan terlebih ketika
individu memiliki sedikit pengalaman dengan tugas sebelumnya13.
3) Dalam pengembangan dan menciptakan efikasi diri
Pada sumber ini uraian verbal dari orang lain terlibat dalam
perkembagan pribadi mengenai kepercayaan diri persuasi mempunyai
peranan penting. Persuasi paling efektif wajib menumbuhkan keyakinan
dan kepercayaan pada diri seseorang dalam mengembangkan kemampuan
mereka disamping itu juga harus dipastikan visi keberhasilannya bisa
dicapai. Untuk mendorong dan memberdayakan keyakinan positif yang
bekerja sedang yang mengalahkan dan melemahkan keyakinan efektifitas
diri keyakinan negatif yang bekerja13.
e. Proses-proses Efikasi Diri
Menurut Bandura menguraikan proses psikologis efikasi diri dalam
mempengaruhi fungsi manusia. Proses tersebut dapat dijelaskan melalui
cara-cara sebagai berikut yaitu :
1) Proses Kognitif
Penetapan sasaran pribadi dipengaruhi oleh penilaian individu akan
kemampuan kognitifnya. Fungsi kognitif memungkinkan untuk
memprediksi kejadian sehari-hari yang akan berakibat pada masa depan.
Asumsi yang timbul pada aspek kognitif adalah semakin efektif
kemampuan individu dalam analisis dan dalam berlatih mengungkapkan
ide-ide atau gagasan-gagasan pribadi, maka akan mendukung individu
bertindak dengan tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Keahlian
11

ini , membutuhkan proses kognitif yang efektif dari berbagai macam


informasi13.
2) Proses motivasi
Motivasi individu timbul melalui pemikiran optimis dari dalam
dirinya untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Individu berusaha
memotivasi diri dengan menerapakan keyakinan pada tindakan yang akan
dilakukan, merencenakan tindakan yang akan direalisasikan. Efikasi diri
mempengaruhi atribusi penyebab, dimana individu yang memiliki efikasi
akademik yang tinggi menilai kegagalannya dalam mengerjakan tugas
akademik disebabkan oleh kurangnya usaha, sedangkan individu dengan
efikasi diri yang rendah menilai kegagalanya disebabkan oleh kurangnya
kemampuan. Teori nilai pengharapan memandang bahwa motivasi diatur
oleh pengharapan akan hasil dan nilai hasil tersebut13.
3) Proses Afeksi
Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan berperan dalam
menentukan intensitas pengalaman emosional. Afeksi ditujukan dengan
mengontrol kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola
piker yang benar untuk mencapai tujuan. Proses afeksi berkaitan dengan
kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri yang
mencapai tujuan yang diharapkan. Kepercayaan individu terhadap
kemampuannya mempengaruhi tingkat stress dan depresi yang dialami
ketika menghadapi tugas yang sulit atau bersifat mengancam. Individu
yang yakin dirinya mampu mengontrol ancaman tidak akan
membangkitkan pola pikir yang menggangu. Individu yang tidak percaya
akan kemampuannya yang dimiliki akan mengalami kecemasan karena
tidak mampu mengelola ancaman tersebut13.
4) Proses Seleksi
Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan individu untuk
meyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tetap, sehingga dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Ketidakmampuan individu dalam
melakukan seleksi tingkah laku membuat individu tidak percaya,
bingung, dan mudah menyerah ketika menghadapi tugas yang sulit.
12

Efikasi diri dapat membentuk hidup individu melalui pemilihan tipe


aktivitas dan lingkungan. Individu akan mampu melaksanakan aktivitas
yang menantang dan memilih situasi yang diyakini mampu menangani.
Individu akan memelihara kompetensi, minat, hubungan social, atas
pilihan yang ditentukan13.
f. Klasifikasi Efikasi Diri
Menurut Bandura A. dalam Wira Suciono, mengatakan bahwa efikasi
diri diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1) Efikasi Diri Kurang
Individu yang menganggap masalah merupakan ancaman, otomatis
akan memiliki efikasi diri yang kurang karena selalu meragukan
kemampuannya sendiri. Kemudian individu dengan efikasi diri kurang
tidak memikirkan bagaimana menyelesaikan solusi dari masalah, dan
cenderung sibuk dengan kesalahan pada dirinya sendiri. Sehingga
Seseorang dengan efikasi diri yang rendah memiliki ciri-ciri pemecahan
masalahnya pasif, penghindaran masalah yang tampak sulit, komitmenya
rendah, kegagalan yang mudah membuat frustasi, kecemasan bahkan bisa
stress dengan kondisinya16.
2) Efikasi Diri Baik
Individu dengan efikasi diri baik selalu optimis terhadap suatu
masalah tertentu bahkan persoalan cukup rumit mampu diatasi dengan
hati yang tenang, karena individu tersebut tidak menganggap masalah
untuk dihindari. Efikasi diri baik ditandai dengan mencari peluang untuk
menyingkirkan masalah, menanggapi situasi dengan tenang,
merencanakan untuk menghadapi masalah, bekerja dengan tekun, dan
mampu keluar dari kegagalan dan selalu kurang pengeluhan16.
g. Skala Respons Efikasi Diri
Menurut Frank dan Utami dalam metodologi, skala diberikan untuk
menilai efikasi diri dengan item yang menggambarkan tingkat persyaratan
untuk tugas yang berbeda dan menilai tingkat efektivitas dari diri sendiri,
yaitu kemampuannya untuk melakukan apa yang dikehendaki darinya.
Kegiatan mereka mencatat kekuatan efikasi diri mereka sendiri pada skala
13

100 poin, berkisar antara interval 10 unit dari 0 (“tidak bisa melakukan”);
dengan keyakinan sedang, 50 (“cukup yakin bisa melakukan”); untuk
kepastian yang lengkap jawaban 100 (“sangat pasti bisa melakukan”) format
respons yang lebih sederhana menerapkan struktur skala yang sama dengan
deskriptor, tetapi menggunakan rentan unit tunggal mulai dari 0 sampai 10,
petunjuk dan format respons standar skala efikasi diri seperti gambar
dibawah ini17.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Tidak bisa Sedang Sangat


Lakukan sama sekali Pasti bisa dilakukan pasti bisa dilakukan
Gambar. 2.1 Skala Respons Efikasi Diri

2. Tinjauan Umum Tentang Kualitas Hidup


a. Definisi Kualitas Hidup
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kualitas hidup adalah
persepsi yang dimiliki orang tentang kehidupan mereka dalam konteks
budaya, sistem nilai yang mereka jalani dengan tujuan harapan, standar, dan
masalah yang berbeda. Kualitas hidup merupakan perbandingan antara
harapan dan kenyataan di mana mencerminkan kualitas pengobatan karena
mencakup proses fisik, psikologis dan sosial yang perlu dicapai10.
b. Faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
1) Usia
Semakin lama usia menandakan semakin baik kualitas hidup,
karena semakin dewasa seseorang terutama secara psikologis semakin
siap menghadapi penyakitnya. Tidak seperti orang dewasa yang
menuntut tanggung jawab sosial seseorang dengan penyakit kronis pada
saat itu menyebabkan stress karena dapat membatasi produktivitas
mereka. Usia dikelompokkan berdasarkan pada kalangan umur usia
menengah antara (40-50 tahun) dan untuk usia lanjut yaitu (diatas 60
tahun)18.
14

2) Jenis kelamin
Laki laki lebih rentan terhadap kualitas hidup yang rendah
dibandingkan wanita, ini karena wanita lebih dewasa secara emosional
dalam hal tekanan/kasus. Persentase pria dengan gagal ginjal kronik
akibat hemodialisis lebih tinggi dari pada wanita karena lebih banyak pria
yang memiliki kebiasaan merokok dan resikonya tujuh kali lebih besar
dari pada orang yang tidak merokok. Hal ini karena pada wanita terdapat
hormone yang dapat mencegah penyerapan estrogen yang berfungsi
untuk keseimbangan kadar kalsium sehingga mampu mencegah
penyerapan oksalat yang mengakibatkan batu ginjal sebagai penyebab
dari gagal ginjal kronik18.
3) Income (status ekonomi)
Seseorang dengan pemasukan yang rendah lebih berpotensi
mempunyai mutu hidup yang lebih rendah bila dibanding dengan orang
yang berpendapatan besar18.
4) Kemampuan Berpikir
Kemampuan berpikir seseorang mempengaruhi tahap
perkembangan emosi. Di mana seseorang yang memiliki pengetahuan
yang lebih tinggi akan dapat mengingat dan menganalisis peristiwa yang
pernah dialami sehingga kesimpulan yang dibuat lebih jelas dan akurat18.
c. Dimensi Kualitas Hidup
1) Dimensi kesehatan fisik
a) Kegiatan yang dilakukan individu mencakup kesulitan dan kemudahan
dari setiap aktivitasnya sehari-hari.
b) Ketergantungan pada obat dan bantuan medis seseorang dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.
c) Energy dan kelelahan yang merupakan kemampuan individu untuk
melakukan kegiatan sehari-hari.
d) Mobilitas yang merepresentasikan tingkat pergerakan yang dapat
dilakukan oleh seorang individu dengan mudah dan cepat.
e) Rasa sakit dan ketidaknyamanan yang mewakili sejauh mana individu
merasa cemas tentang sesuatu yang membuat mereka merasa sakit.
15

f) Istirahat dan tidur yang menjelaskan kualitas tidur dan istirahat yang
dimiliki individu.
g) Kemampuan kerja yang merepresentasikan kemampuan seorang
individu untuk melakukan tugasnya19.
2) Dimensi kesejatraan psikologis
a) Bodi image dan appearance di mana melihat dan memandang kondisi
dari tubuh serta bentuk penampilannya.
b) Di mana menggambarkan adanya perasaan yang tidak menyenangkan
yang dimiliki oleh individu disebut perasaan negatif.
c) Emosi positif ialah menggambarkan perasaan menyenangkan yang
dimiliki setiap orang.
d) Harga diri, yang melihat bagaimana individu menilai atau
mendefinisikan dirinya sendiri.
e) Berpikir, belajar, dan konsentrasi yang melihat kondisi pengetahuan
individu yang memungkinkan dia untuk fokus belajar dan melakukan
fungsi pengetahuan lainnya19.
3) Dimensi hubungan sosial
a) Hubungan pribadi yang mendefinisikan hubungan individu dengan
orang lain.
b) Dukungan sosial yang mendefinisikan bantuan yang yang diterima
individu dari lingkungan masyarakat.
c) Kegiatan seksual di mana mendefinisikan aktivitas seksual yang
dilakukan individu19.
4) Dimensi hubungan dengan lingkungan
a) Sumber financial di mana mengilustrasikan kondisi keuangan
seseorang.
b) Perawatan sosial dan kesehatan di mana saja tersedia untuk
perlindungan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan.
c) Daerah lingkungan sekitar rumah di mana mengilustrasikan kondisi
tempat tinggal seseorang.
d) Kemungkinan untuk memperoleh informasi dan keterampilan (skill) di
mana membuat ada atau tidaknya kesempatan seseorang dalam
16

mendapatkan sesuatu yang baru dan memiliki fungsi bagi individu


tersebut.
e) Keadaan kondisi jasmani di mana menggambarkan keadaan sekitar
lingkungan pribadi (Keadaan air, saluran udara, cuaca, dan
pencemaran area lingkungan).
f) Transportasi di mana mengilustrasikan sarana dan prasarana atau
kendaraan yang ditempuh oleh setiap individu19.
d. Skala Pengukuran Kualitas Hidup
Kualitas hidup diukur dengan menggunakan instrumen yang dirancang
dan diuji secara khusus. Instrumen mengukur kemampuan seseorang
berfungsi dalam menjalankan tugas dalam kehidupan sehari-hari. Mengukur
kualitas hidup terkait kesehatan dapat membantu menentukan beban
penyakit yang dapat dicegah, luka dan cacat serta dapat memberikan
wawasan baru yang berharga ke dalam hubungan antara kualitas hidup
terkait kesehatan dan resiko. Kualitas hidup terkait kesehatan merupakan
suatu variabel abstrak. Kualitas hidup mengandung komponen objektif dan
subjektif, di mana data objektif yang diukur adalah status kesehatan
seseorang, dengan ungkapan subjektif lebih sulit diukur tetapi masih bisa
diukur secara tidak langsung dengan menggunakan sekumpulan pertanyaan
terangkum dalam sebuah kuesioner20.
Pengukuran kualitas hidup didasarkan pada beberapa konsep variabel
yang berpengaruh terhadap status kesehatan dan kualitas hidup yang
didasarkan pada komunitas yang luas. Variabel-variabel tersebut berpusat
pada penyakit atau parameter fisiologi penyakit yang diukur meliputi :
1) Functional person merupakan fungsi penampilan atau kapasitas yang
dilakukan setiap harinya seperti merawat diri, mobilitas dan aktivitas
fisik.
2) Psikologi yaitu pengukuran untuk mengetahui adanya distress psikologi,
adanya pola pikir yang positif dalam keadaan apapun, dan status
kesejatraan psikologis berfokus pada status mental dari dalam diri
individu itu sendiri.
17

3) Presepsi secara umum, kondisi ini meliputi evalusi individual dari


kegiatan atau tugas yang di lakukan dengan penilaian diri terhadap status
kesehatannya.
4) Fungsi peran atau sosial menunjukkan kapasitas individu untuk
menampilkan aktivitas yang berhubungan dengan perannya, seperti
dalam pekerjaan yang dilakukan baik itu mencari nafkah dan kegiatan
yang dilakukan di sekitar lingkungan tempat tinggal.
Pengukuran kualitas hidup juga dapat dilakukan dengan cara, yaitu
pengukuran kualitas hidup secara menyeluruh yakni kualitas hidup
dipandang sebagai evaluasi individu secara menyeluruh atau hanya
mengukur domain tertentu saja yakni kualitas hidup diukur hanya melalui
bagian tertentu saja dari diri seseorang.21

3. Anatomi Fisiologi Ginjal


a. Anatomi Ginjal
Ginjal adalah organ tertutup lemak yang terletak di rongga perut
posterior (posterior abdomen), terutama di daerah retroperitoneum, yaitu di
bagian kanan dan kiri tulang belakang. Setiap ginjal berukuran panjang 6
sampai 7,5 cm dan ketebalannya 1,5 hingga 2,5 cm. Beratnya sekitar 140
gram pada orang dewasa. Bentuk ginjal seperti biji kacang merah. Ginjal
bagian kanan lebih panjang karena hati berada di atas ginjal kanan, kedua
ginjal dipisahkan oleh fascisa yang disebut dengan fascia gerota yang
ditutupi oleh dua lapisan lemak yaitu perirenal dan pararenal. Bagian depan
ginjal terdiri dari dua lapisan ginjal distal ke sinus ginjal yaitu korteks ginjal
tua (bagian luar) dan medula ginjal cokelat muda (dalam). Pelvis ginjal
(pelvis renalis) adalah struktur yang berbentuk corong di sinus ginjal, yang
merupakan sambungan dari ureter. Vaskularisasi ginjal diprakarsai oleh
arteri renalis,yang merupakan cabang dari aorta abdominalis. Arteri renal
bersama dengan vena,ureter, pembuluh, getah bening dan saraf memasuki
hilus ginjal sebelum bercabang menjadi arteri interlobular (interlobularis).
Kemudian arterior aferen membentuk glomerulus, saat mereka memasuki
struktur yang lebih kecil.
18

Ginjal dibagi menjadi dua bagian yang berbeda yaitu korteks (bagian
luar) dan medula (bagian dalam). Medula dibagi menjadi irisan segitiga
yang disebut piramida. Ada 12 hingga 18 piramida untuk setiap ginjal.
Piramida-piramida tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut
kolom bertini. Piramida tampak berpola karena tersusun oleh segmen-
segmen tubulus dan saluran pengumpul nefron. Papila atau aspek dari tiap
piramid membentuk papilari belini. Setiap duktus atau saluran papilaris
masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal membentuk cawan yang
disebut kaliaks minor. Kemudian bersatu membentuk cekungan pelvis
ginjal, dan Merupakan reservoir utama sistem pengumpulan urine22.

Gambar. 2.2 Bagian dan Struktur Dari Ginjal Manusia

b. Fisiologi Ginjal
Menurut Brunner & Suddarth23, manfaat utama ginjal ialah menjaga
keseimbangan faktor kimia, elektrolit, hormon, kadar gula darah,membantu
mengontrol keseimbangan asam basa, dan mengeluarkan sampah sisa kimia
dari dalam tubuh, serta menghasilkan hormon dan enzim yang berperan
penting bagi tubuh. Berikut ini adalah fungsi ginjal secara umum :
1) Proses Filtrasi adalah masuknya darah dan zat lain ke dalam glomerulus
dan kapsul Bowman dari Nefron. Proses ini menghasilkan urine primer,
yang mengandung glukosa, kalium, asam amino, garam, natrium, dan
protein.
2) Proses Reabsorpsi di mana sebagian besar natrium, fosfat, klorida,
glukosa, dan ion-ion bikarbonat di reabsorpsi yang tersisa akan diarahkan
ke papilla ginjal.
19

3) Darah memasuki tubulus kontortus distal selama proses augmentasi


untuk mengisi kembali zat-zat yang tidak lagi di butuhkan tubuh. Proses
ini menghasilkan urine normal, yang terdiri dari 95% air, urea, asam urat,
ammonia, garam mineral (NaCl), dan zat berlebihan (obat-obatan,
vitamin, dan zat lainnya.
4) Meningkatkan keseimbangan asam dan basa yang stabil dalam tubuh
manusia23.

4. Tinjauan Umum Tentang Gagal Ginjal Kronik


a. Definisi Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat penurunan struktur fungsi ginjal yang progresif dengan
manifestasinya penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) dalam darah.
Sehingga mengakibatkan uremia (retensi urea dan limbah nitrogen lainnya
dalam darah). Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit karena adanya
ketidakmampuan kedua ginjal mempertahankan lingkungan dalam yang
cocok untuk kelangsungan hidup24.
b. Etiologi
Adapun faktor dari penyebab terjadinya gagal ginjal kronis secara
progresif atau terus menerus yaitu:
1) Infeksi Bakteri misalnya Pielonefritis kronik (infeksi saluran kemih),
glomerulonefritis (penyakit peradangan).
2) Penyakit vaskuler hipertensi misalnya nefrosklerosis banigna.
Disebabkan karena terjadinya kerusakan vaskularisasi di ginjal oleh
adanya peningkatan tekanan darah akut dan kronik.
3) Penyakit metabolik misalnya DM (Diabetes Mellitus).
4) Nefropatik toksik misalnya penyalahgunaan analgesic (anti nyeri) di
mana bila di komsumsi dalam batas normal menyebabkan terganggunya
fungsi ginjal.
5) Nefropati diabetik ialah gula darah yang tidak terkontrol pada penderita
diabetes yang dapat menyebabkan kerusakan pada glomerulus (pembuluh
20

darah tipis yang mengalami kerusakan tempat penyaringan darah di


ginjal). Jika kondisi ini berlangsung lama, dapat menyebabkan ginjal
kehilangan kemampuannya untuk menyaring darah, yang menyebabkan
gagal ginjal.
6) Satu penyebabnya ialah hipertensi yang tidak terkendali.
7) Trauma langsung pada ginjal contohnya tusukan dan keracunan25.
c. Patofisiologi
Awal mula proses timbulnya penyakit gagal ginjal kronik bergantung
dari penyakit yang dideritanya, namun dalam alur terjadi kurang lebih
serupa atau sama. Keseimbangan air dan elektrolit adalah dua penyesuaian
penting yang dibuat oleh organ fungsi ginjal. Penurunan massa ginjal
menentukan hipertrofi struktural sehingga nefron fungsional yang masih
bertahan sebagai kompensasi ginjal untuk melaksanakan semua beban kerja
ginjal, yang dimediasi oleh molekul vasoaktif seperti sitokinin dan hormon
pertumbuhan (grow factor). Hal ini menyebabkan peningkatan hiperfiltrasi,
yang disertai dengan kecepatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus.
Proses adaptasi ini sangat efektif dalam menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh, sehingga fungsi ginjal berada pada tahap yang sangat
rendah. Di mana jika terdapat 75% massa nefron rusak, laju filtrasi
glomerulus di tubulus tidak dapat dipertahankan lagi. Beberapa hal yang
dianggap berperan terhadap terjadinya progresivitas (peningkatan
sensitivitas ginjal) pada penyakit ginjal kronik adalah albuminuria,
hipertensi, hiperglikemia, dan dislipidemia.
Stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya
cadangan ginjal, pada keadaan laju penyaringan glomerulus basal masih
normal atau meningkat. Kemudian secara perlahan, tapi pasti akan terjadi
penurunan fungsi nefron yang progresif, yang di tandai dengan peningkatan
urea dan serum kreatinin dalam darah sampai pada tahap laju glomerulus
60%, pasien masih belum merasakan keluhan. Hingga sampai pada laju
penyaringan glomerulus 30% mulai muncul anemia, tekanan darah dibatas
normal, fosfor, kalsium tergangu, gatal-gatal, hingga mual dan muntah yang
merupakan tanda dari uremia. Sampai beban kerja ginjal berlebihan pada
21

akhirnya harus diambil oleh glomerulus yang sehat, kondisi ini dapat
menyebabkan nekrosis menjadi kaku bahkan sklerosis. Zat-zat beracun
menumpuk dan perubahan potensial akan menyebabkan kematian seluruh
organ vital di ginjal25.
d. Manifestasi Klinis
Penderita dengan gagal ginjal kronis pada dasarnya tanda dan
gejalanya tidak terlihat adanya penurunan fungsi ginjal secara jelas, namun
tanda munculnya dimulai saat fungsi dari nefron mengalami penurunan
secara bertahap. Sehinga menyebabkan terganggunya organ tubuh lainnya
yang di mana jika penatalaksanaan tidak dilakukan secara baik dapat
berakibat terjadinya komplikasi penyakit lainnya, bahkan bisa berujung
kematian. Keluhan umum penderita gagal ginjal kronis yaitu:
1) Dalam urine terdapat darah, sehingga warna urine terlihat gelap ibarat teh
(hematuria).
2) Albuminuria (urine berbusa).
3) Infeksi saluran kemih di mana urine terlihat keruh.
4) Dirasakan nyeri pada saat berkemih, serta susah pada saat buang air kecil.
5) Ditemukannya batu/pasir saat berkemih dalam urine.
6) Terjadinya Penambahan atau pengurangan produksi urine secara
signifikan.
7) Waktu tidur malam hari sering berkemih.
8) Nyeri dirasakan pada bagian pinggang dan perut.
9) Terlihat edema (bengkak) pada area pergelangan kaki, kelopak mata, dan
wajah.
10) Terjadinya peningkatan tekanan darah dari batas normal26.
e. Komplikasi
Komplikasi yang sering dijumpai pada penderita penyakit ginjal
kronik antara lain:
1) Anemia, hal ini terjadi karena produksi hormon eritropoietin (pengatur
sel darah merah di sum-sum tulang belakang) terganggu, dan hormone
eritropoietin, sehingga tubuh memproduksi energi yang diperlukan
penunjang aktivitas dalam sehari-hari. Penyebab penyakit ini adalah
22

tubuh manusia kehilangan energi akibat kurangnya eritrosit yang


membawa oksigen ke dalam tubuh dan sel jaringan manusia.
2) Osteodistofi ginjal, gangguan tulang akibat penipisan tulang yang
disebabkan akibat metabolisme mineral. Jika kandungan kalsium dan
fosfat dalam darah terlalu tinggi, maka bisa terjadi penggumpalan garam
kalsium fosfat di berbagai jaringan lunak yang dapat berujung pada nyeri
sendi, batu ginjal, tersumbatnya pembuluh darah, aritmia dan kelainan
pada indra penglihatan.
3) Tekanan Darah Tinggi, diakibatkan karena di dalam tubuh terjadi
penumpukan air dan natrium. Hal ini menyebabkan volume darah
berlebihan dan menurunkan aksi dari angiotensin dan aldosteron dalam
menormalkan tekanan darah.
4) Penimbunan kadar kalsium fosfat di jaringan menyebabkan kulit terasa
gatal.
5) Gangguan pola pikir pada komplikasi saraf akibat dari penumpukan
uremia dalam darah27.
f. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan apakah seseorang positif terkena penyakit ginjal
kronis perlu dilakukan tes pemeriksaan berikut ini :
1) Pemeriksaan urine
Tes pemeriksaan urine memiliki fungsi untuk melihat dan mengetahui
volume, warna, sedimen, berat jenis, kadar kreatinin, serta kadar protein
dalam urine.
2) Pemeriksaan darah
Tes pemeriksaan darah ini yaitu (Blood Urea Nitrogen) BUN /kreatinin,
hitung darah lengkap, sel darah merah, natrium serum, kalium,
magnesium fosfat, protein, dan osmolaritas serum.
3) Pemeriksaan pielografi intravena
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasi kelainan pelvis ginjal
dan ureter serta nefrografi, Pemeriksaan dilakukan bila dicurigai ada
obstruksi yang reversible. Selain itu, tes ini juga digunakan untuk
23

mengidentifikasi arteri ginjal, mengevaluasi dan mendeteksi sirkulasi


ginjal serta melihat jika adanya massa ekstravaskuler dalam ginjal.
4) Ultrasonografi ginjal
Pemeriksaan ini menunjukkan ukuran dari kandung kemih, melihat
adanya massa, kista, dan obstruksi pada saluran kemih bagian atas.
5) Biopsi ginjal
Pemeriksaan ini dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel
jaringan dari diagnosis histologi.
6) Endoskopi ginjal nefroskopi
Endoskopi ginjal nefroskopi adalah pemeriksaan untuk menentukan letak
pelvis ginjal, di mana terdapat batu ginjal, dan pengangkatan tumor
selektif.
7) EKG
Penunjang pemeriksaan EKG dalam keadaan abnormal menunjukkan
tanda ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, gangguan irama
jantung, hipertrofi vertikel, dan adanya tanda gejala dari perikarditis27.
g. Pengkajian Diagnostik Laboratorium
1) Tes Kreatinin
Dikenal dengan tes serum kreatinin bertujuan untuk mengetahui kadar
kreatinin dalam darah. Kreatinin adalah zat sisa hasil pemecahan otot,
produksi kreatinin di pengaruhi massa otot, dan berat badan, kemudian
pengeluaran harian juga di pengaruhi oleh diet rendah protein misalnya
daging merah.
2) Tes Glomerulo Filtration Rate (GFR)
Tes GFR untuk mengetahui kemampuan ginjal dalam menyaring darah
atau memfilter zat sisa metabolisme tubuh sehingga dapat menunjukkan
seberapa optimal dan baik laju filtrasi yang dilakukan ginjal. Laju filtrasi
glomerulus digunakan sebagai tafsiran untuk menentukan tingkat
kerusakan ginjal, laju filtrasi sama dengan klirens suatu zat yang disaring
secara bebas oleh glomerulus, yaitu volume darah atau plasma yang di
keluarkan oleh ginjal dari beberapa zat per satuan waktu. Ginjal yang
24

memiliki nilai GFR yakni <60mg/dl dalam ≥ 3 bulan dikategorikan


sebagai penyakit ginjal kronis.
3) Tes Kadar Urea
Senyawa nitrogen non protein dengan konsentrasi tinggi dalam darah
adalah urea. Urea adalah hasil ekskresi metabolisme protein terbesar
konsentrasi urea dalam plasma darah ditentukan oleh sintesis di hati dan
pengeluarannya melalui urine. Kadar uremia meningkat di pengaruhi
pada diet tinggi protein menyebabkan gangguan fungsi ginjal.
4) Elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan pada gagal ginjal kronik yaitu
hiponatremi umumnya terjadi karena kelebihan volume cairan dalam
tubuh.
5) Asam Urat
Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin. Asam urat
bersifat kurang larut air, berada nilai kadarnya berkisar 7,36-7,44 mg/dl,
dikatakan asam urat berada dibatas normal dalam darah. Penyakit ginjal
kronik menyebabkan kadar asam urat meningkat karena adanya
gangguan fungsi filtrasi, sekresi ginjal dan pengeluaran asam urat melalui
urine yang menurun. Metode kimia asam fosfotungsat dan metode
enzimatik spektrofotomatriks.
6) Keseimbangan Asam dan Basa
Gangguan keseimbangan asam dan basa pada gagal ginjal kronik
merupakan asidosis metabolik yang diakibatkan mual, muntah, dan
lemas. Asidosis metabolik disebabkan oleh penurunan ekskresi asam di
mana jumlah asam yang masuk dari luar dan diproduksi di dalam tubuh
lebih besar dari jumlah total yang dikeluarkan oleh ginjal. Hal ini
menyebabkan penurunan amonia dan ion hidrogen dan kehilangan
natrium disertai dengan retensi asam di glomerulus, sehingga terjadi
kegagalan dari fungsi ginjal.
25

7) Tes Konsentrasi Urine


Tes penyaring mengukur osmolalitas sampel urine 24 jam dengan
aktivitas minimal. Jika osmolalitas >800 mol/kg atau berat jenis urine >
1,020 maka aktivitas konsentrasi baik dari fungsi tubulus ginjal.
8) Sedimen Urine
Partikel di dalam urine yang dapat berasal dari darah, ginjal dan saluran
kemih atau merupakan kontaminasi yang berasal dari luar saluran kemih.
Pemeriksaan sedimen urine dilakukan secara manual dan hasilnya
dilaporkan secara kuantitatif28.
h. Penatalaksanaan
Dalam pengobatan penyakit ginjal kronik ada dua tahap yaitu
penanganan konservatif dan terapi pengganti ginjal. Penanganan konservatif
adalah memperlambat keparahan penyakit ginjal kronik, kondisi klien
menjadi stabil, dan mengobati faktor-faktor reversible. Sementara
penanganan pengganti ginjal dilaksanakan pada klien yang menderita
penyakit ginjal kronik stadium 5 ialah hemodialisis, dan transplantasi ginjal.
Bentuk terapi pengobatan asuhan keperawatan pasien dengan gagal ginjal
kronik menurut Smeltzer (2018) diklasifikasikan menjadi tiga tindakan
yaitu:
1) Penanganan Konservatif
a) Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan urine
b) Observasi balance cairan
c) Observasi adanya edema
d) Batasi cairan yang masuk.
2) Hemodialisis, yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan invasi di
vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodialisis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan
fistula arteriovenosa (Av Fistule) di mana menggabungkan vena, arteri
dan Double Lumen langsung pada daerah jantung.
3) Operasi yang dilakukan seperti pengambilan batu dan transplantasi
ginjal29.
26

5. Tinjauan Umum Tentang Hemodialisis


a. Definisi Hemodialisis
Hemodialisis merupakan pengobatan yang digunakan sebagai
pengganti ginjal yang memakai membran semipermeable yang bertindak
sebagai nefron sehingga menghasilkan produk hasil metabolisme dan
memperbaiki masalah keseimbangan elektrolit pasien penyakit ginjal.
Hemodialisis yang dijalani pasien gagal ginjal kronis dapat dilakukan dua
atau tiga kali dalam seminggu, tergantung tingkat keparahan dari kerusakan
ginjal.
Dapat dikatakan bahwa hemodialisis adalah suatu terapi pengeluaran
darah dari tubuh pasien oleh mesin dialisis dengan dua kompartemen darah
yaitu satu sisi ialah cairan dialisis, sisi lainnya berisi darah, sehingga terjadi
proses difusi dan ultrafiltrasi dalam mesin dialisis, setelah itu darah kembali
lagi ke tubuh pasien30.
b. Tujuan Hemodialisis
Manfaat utama hemodialisis adalah meminimalkan akumulasi sisa
metabolisme dan cairan elektrolit atau zat toksik dalam darah pada pasien
gagal ginjal kronik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut pada
penderita31.
c. Prinsip Dan Proses Hemodialisis
Prinsip dari hemodialisis dibagi menjadi 3 tahap yaitu antara lain
difusi, osmosis, serta ultrafiltrasi:
1) Difusi
Difusi adalah pemindahan partikel dari tempat yang memiliki konsentrasi
tinggi ke tempat konsentrasinya cukup rendah. Hal ini ditemukan di
membran semipermeabel tubuh manusia, difusi menyebabkan kreatinin,
urea, dan asam urat dari darah masuk ke dalam dialisat. Namun, protein
dan sel darah merah tidak dapat melewati membran semipermeable
karena molekulnya yang sangat besar.
27

2) Osmosis
Proses Osmosis yaitu berpindahnya partikel dari tempat yang
konsentrasinya rendah ke konsentrasi tinggi melalui energi kimiawi
terjadi perbandingan osmolalitas dan dialisat.
3) Ultrafiltrasi
Proses Ultrafiltrasi adalah pergerakan cairan melintasi membran
semipermeabel karena gradient tekanan buatan (biasanya tekanan
positif/dorongan dan negatif/tarikan) juga terjadi akibat perbandingan
dari hidrostatik dalam darah serta dialisat32.
d. Komplikasi Tindakan Hemodialisis Kronis
Adapun komplikasi yang sering dijumpai dari tindakan hemodialisis
itu sendiri, yaitu:
1) Kram otot
Kram otot biasanya ditemui saat proses hemodialisis berlangsung sampai
akhir terapi dialisis. Kram otot sering juga terjadi pada saat volume besar
dalam ultrafiltrasi atau penarikan cairan dari dalam tubuh pasien.
2) Aritmia
Pada pasien hemodialisis hipoksia, hipotensi, pemberhentian obat anti
aritmia sepanjang dialisis, penipisan kalsium, kalium, dan bikarbonat
serum berlangsung cepat merupakan penyebab dari gangguan irama
jantung (aritmia).
3) Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisis diperkirakan penyebabnya oleh zat
osmotik lain dari otak dan kurang cepatnya pembersihan urea dari darah,
menyebabkan terjadinya gradient osmotik antara kompartemen lainnya.
4) Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisis dapat dilakukan secara monitoring pada
klien yang terjangkit keterbatasan fungsi paru.
5) Perdarahan
Uremia mengakibatkan masalah dalam menggunakan keping darah.
Pemanfaatan keping darah (trombosit) dapat dilihat saat mengukur waktu
28

perdarahan, penggunaan heparin selama hemodialisis juga merupakan


aspek dari efek samping perdarahan.
6) Gangguan pencernaan
Hipoglikemia adalah gangguan pencernaan yang terjadi pada pasien yang
menjalani hemodialisis gejalanya seperti mual dan muntah. Gangguan
pencernaan ini juga disertai dengan sakit kepala pada penderita tersebut33.
e. Penatalaksanaan Pasien Hemodialisis Kronis
1) Penatalaksanaan diet ketat rendah kalori konsultasi dengan ahli gizi
terkait asupan makanan yang tepat (protein,sodium,dan potassium)
pembatasan cairan masuk.
2) Kepatuhan diet cairan mengatur jumlah air yang diminum setiap harinya
yaitu 500 ml atau setara 2 gelas perhari ,di mana tujuannya untuk
menurunkan beban kerja dari jantung dan paru-paru sehingga pasien
tidak merasa sesak dan leleh.
3) Pantau kesehatan secara terus menerus meliputi penatalaksanaan terapi
hingga ekskresi ginjal normal.
4) Olahraga ringan secukupnya dan atur pola hidup agar terhindar dari
stress.
5) Dan rutin pelaksanaan terapi hemodialisis sesuai jadwal dari rumah sakit
tempat menjalani terapi ter sebut34.

6. Hubungan Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal


Kronik yang menjalani Hemodialisis
Pasien penyakit ginjal kronik didorong untuk mampu melakukan
menejemen diri yang efektif untuk mengurangi tingkat stress, kecemasan,
depresi, dan harga diri rendah yang dirasakan pasien. Hal ini berkaitan dengan
efikasi diri masing-masing pasien, semakin tinggi efikasi dirinya maka
kesadaran pasien untuk melakukan menejemen diri pun semakin meningkat.
Pasien gagal ginjal kronik perlu menejemen diri yang baik karena mereka
menghadapi bayak tekanan fisik dan psikososial seperti gamguan pola pikir,
kurang nafsu makan, anemia, gangguan seksual, pendapatan berkurang, dan
isolasi sosial35.
29

Peningkatan efikasi diri berhubungan dengan sikap positif dan


pengambilan keputusan seseorang. Contohnya seperti peningkatan kepatuhan
terhadap pengobatan, perilaku yang dianggap untuk meningkatkan kesehatan,
dan menurunkan gejala fisik dan psikologis, melakukan hal-hal yang disukai
untuk mengurangi stress dan percaya bahwa dirinya dapat melakukan segala
tindakan dan membantu orang lain sesuai kemampuannya. Dalam penelitian
yang dilakukan Rayyani, Efikasi Diri terbukti mempengaruhi keputusan
individu untuk melakukan tindakan perawatan diri seperti yang dianjurkan oleh
tenaga medis. Dikemukkakan bahwa efikasi diri bertindak sebagai mediator
dalam kualitas hidup. Pengukuran efikasi diri dirancang untuk menguji
keyakinan individu untuk melakukan kegiatan yang di pilih sebagai usaha yang
diharapkan35.
Kualitas hidup menjadi aspek penting setelah pasien menjalani terapi
hemodialisis. Beberapa pasien memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan
sebagian lagi memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibanding sebelum
menjalani hemodialisis, karena selain menghadapi masalah terkait penyakitnya
juga terkait dengan terapi yang dijalani seumur hidupnya. Dampak
hemodialisis akan berakibat terhadap respon pasien. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya karakteristik individu, pengalaman sebelumnya,
dan mekanisme koping36.
Pasien hemodialisis di dorong untuk mampu melakukan efikasi diri baik
dalam meningkatkan kualitas hidup yang efektif, baik dalam menejemen fisik,
psikologis maupun sosial. Pengukuran efikasi diri dirancang untuk menguji
keyakinan individu untuk melakukan kegiatan ynag dipilih sebagai usaha yang
diinginkan. Sebuah penelitian lainnya yang dilakukan oleh Tasya menunjukkan
bahwa pasien hemodialisis dengan tingkat efikasi diri tinggi dapat melakukan
aktifitas fisik dan fungsi psikososial yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang mempunyai efikasi diri rendah. Efikasi diri yang tinggi akan berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas hidup bagi pasien hemodialisis37.

B. Kerangka Konsep
30

Kerangka konseptual adalah turunan dari kerangka teori yang disusun


sebelumnya pada tinjauan literatur ilmiah. Kerangka konseptual adalah
penggambaran hubungan antara setiap variabel yang dirumuskan oleh penulis
setelah membaca berbagai literatur baik laporan ilmiah atau jurnal penelitian yang
digunakan sebagai dasar penelitian. Adapun diagram dalam kerangka konsep
dibawah ini harus menunjukkan hubungan antara setiap variabel yang akan
diteliti38.

Variabel Independen Variabel Dependen

Efikasi Diri Kualitas Hidup Pasien


Penyakit Ginjal Kronik

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen yang diteliti

: Variabel Dependen yang diteliti

: Hubungan antara variabel

C. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu:
Ha : Ada hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pada pasien penyakit
ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di UPT. RSUD Undata Palu.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah jenis penelitian yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian, penelitian ini juga sifatnya lebih sistematis, terencana, dan terstruktur
dari awal hingga pelaksanaan desain penelitian. Di mana proses pengukurannya
harus akurat, karena hasil pengukuran secara empiris akan menunjukkan adanya
hubungan kuantitatif antara setiap variable dalam penelitian.
Penelitian ini menggunakan desain analitik artinya dapat mengetahui suatu
fenomena terjadi melalui analisis statistik seperti korelasi antara resiko dengan
sebab akibat, dengan metode cross sectional di mana peneliti melakukan
pengukuran variabel pada saat yang bersamaan antara variabel bebas yaitu Efikasi
Diri dan variabel terkait yaitu Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik39.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di ruang unit Hemodialisa UPT. RSUD Undata
Palu Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2022.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi diartikan sebagai semua item keseluruhan sumber data atau
elemen yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua pasien yang menjalani hemodialisa dan menderita gagal ginjal kronik di
UPT. Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu pada saat dilakukan
penelitian38. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 62 pasien
gagal ginjal yang menjalani hemodialisa.

31
32

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi, karena dengan menggunakan sampel lebih
menghemat biaya, waktu, dan tenaga38. Sampel dalam penelitian ini diambil
dengan menggunakan rumus slovin. Sebagai berikut:
Rumus:
N
n=
1+(Ne¿¿ 2)¿
62
n=
1+62 ×(0.05¿¿ 2)¿
62
n=
1+(62× 0,0025)
62
n=
1+0,155
62
n=
1,155
n=53,67dibulatkan menjadi 54
Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah sampel sebanyak 54
responden.
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Jumlah Seluruh populasi
e = Kelonggaran ketidaktelitian atau derajat toleransi (0,05)
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel pada penelitian ini yaitu non probability sampling
artinya pengambilan sampel dengan semua unsur elemen dalam populasi yang
tidak memiliki kriteria sama dijadikan sebagai sampel. Adapun cara yang
digunakan dalam pengambilan sampel yaitu purposive sampling, di mana
metode pengambilan sampel yang dilakukan secara sengaja dengan memilih
sampel itu sendiri karena beberapa pertimbangan tertentu38. Adapun Kriteria
Sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria Inklusi dalam penelitian yaitu :
1) Pasien penyakit gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di UPT. Rumah
Sakit Umum Daerah Undata Palu.
33

2) Pasien yang menjalani hemodialisis 2 kali dalam seminngu.


3) Pasien penyakit gagal ginjal baik yang baru dan lama menjalani
hemodialisis.
4) Pasien yang bersedia menjadi responden yang menandatangani lembar
persetujuan Informed consent.
b. Kriteria Eksklusi dalam penelitian yaitu:
1) Pasien hemodialisis yang tidak berada di tempat saat penelitian
berlangsung.
2) Pasien yang tidak sadarkan diri pada saat hemodialisis.

D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah segala bentuk yang ditentukan oleh
penelitian untuk diteliti guna menjadi pembeda antara yang satu dengan yang lain
dan memperoleh informasi mengenai hasil tersebut, adapun variabel dalam
penelitian ini yaitu38:
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai
variabel bebas. Di mana merupakan variabel yang berpengaruh dan menjadi
penyebab berubahnya dan munculnya variabel dependen. Adapun variabel
Independen dalam penelitian ini adalah Efikasi Diri38.
2. Variabel Dependen
Dalam bahasa Indonesia variabel dependen dinyatakan sebagai variabel
terkait. Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas disebut variable dependen. Variabel terkait yang digunakan pada
penelitian ini ialah Kualitas Hidup pada pasien yang menjalani hemodialisis38.

E. Definisi Operasional
Definisi operasional ialah bentuk variabel yang dipelajari secara individual
dan bisa dioperasikan ditempat penelitian. Definisi operasional dibuat atas dasar
kemudahan implementasi pengumpulan data, pengerjaan data dan analisis data.
Sehingga memungkinkan peneliti melaksanakan observasi atau pengukuran
berdasarkan parameter yang dijadikan dalam penelitian. Definisi operasional
34

ditentukan cara pengukuran yaitu cara di mana variabel dapat diukur dan
ditentukan karakteristiknya40.
1. Tingkat Efikasi Diri Pasien yang menjalani hemodialisis
Defenisi : Efikasi diri adalah keyakinan utuh individu/seseorang dilihat
dari tingkatan (level), keluasan (generality), dan kekuatan
(strength) bahwa dirinya mampu mengatur dan melakukan
perawatan diri untuk mencapai hasil yang diharapkan. Seperti
rutin melakukan terapi hemodialisis dari penyakit ginjal
kronik.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Wawancara dengan Pengisian kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 1.Tingkat Efikasi Diri Tinggi, jika skor = 41- 60
2.Tingkat Efikasi Diri Sedang, jika skor = 21- 40
3.Tingkat Efikasi Diri Rendah, jika skor = 0 - 20
2. Kualitas Hidup Pasien yang menjalani hemodialisis
Defenisi : Kualitas hidup merupakan presepsi individu tentang kesehatan
fisik, ketentraman psikologis, tingkat kemandirian, hubungan
sosial, tingkat ekonomi terpenuhi, hubungan baik terhadap
lingkungan di masyarakat, dan tingkat kedekatan dengan
tuhan yang maha kuasa (spiritual).
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Wawancara dan Pengisian kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 1. Kualitas Hidup Baik, jika skor nilainya ≥ 50
2. Kualitas Hidup Buruk, jika skor nilainya ≤ 50

F. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar kuesioner. Pertanyaan tertulis yang berguna untuk mendapatkan
informasi dari responden adalah kuesioner. Alat ukur yang digunakan pada
penelitian ini disusun secara sistematis dan berisikan pertanyaan yang dijawab
35

oleh responden. Tujuan dari Alat ukur sebagai alat memperoleh data yang sesuai
dengan tujuan penelitian dan penjabaran dari hipotesis. Adapun kueisoner dalam
penelitian ini adalah41.
1. Kuesioner Data Demografi
Kuesioner merupakan lembar data demografi yang terdiri dari 6
pertanyaan meliputi nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan
dan lama menderita penyakit.
2. Kuesioner Efikasi Diri
Kuesioner Efikasi Diri diadopsi dari penelitian Wakhid (2018) tentang
efikasi diri dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal Kronik yang menjalani
hemodialisis, di mana terdiri dari 20 item pertanyaan dengan indikator tingkat
kesulitan (magnitude) sebanyak 6 pertanyaan, kekuatan (strength) 8
pertanyaan, dan cakupan tingkah laku (generality), sebanyak 6 pertanyaan.
Skala yang digunakan dalam kuesioner ini adalah skala likert. Pembuatan
kuesioner ini dikelompokkan dalam cakupan item (favorable) yang artinya
memuat nilai-nilai positif dan nilai yang diberikan adalah tidak pernah = 0,
kadang-kadang = 1, sering = 2 dan selalu = 3. Kuesioner untuk Efikasi Diri
pada pasien gagal ginjal kronik telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas
oleh peneliti sebelumnya.
3. Kuesioner Kualitas Hidup
Kuesioner kualitas hidup diadopsi dari penelitian Niluh Putu Ayu (2021)
yang terdiri 36 item pertanyaan yaitu Kuesioner KDQOL-36 (Kidney Desease
Quality Of Life) adalah instrumen yang dipakai untuk mengukur keadaan
pribadi pasien dengan gagal ginjal yang menjalani dialisis. Di mana pertanyaan
dalam instrumen didasarkan pada skala likert yaitu skala yang dapat
dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
kelompok tentang suatu kejadian dalam penelitian. Kuesioner KDQOL terdiri
atas 2 dimensi yaitu dimensi kesehatan fisik dan kesehatan mental. Dua
dimensi tersebut dapat dibagi lagi menjadi 8 kriteria yaitu (1) fungsi fisik, (2)
keterbatasan peran karena kesehatan fisik, (3) nyeri, (4) presepsi kesehatan
secara umum, (5) vitalitas, (6) fungsi sosial, (7) peran keterbatasan karena
masalah emosional, (8) kesehatan mental. Kuesioner KDQOL-36 telah di
36

validasi dan diuji reliabilitasnya dalam penelitian sebelumnya sehingga baik


digunakan untuk mengukur kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisis42.

G. Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data merupakan cara atau metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data penelitian, data diperoleh
dari dua jenis meliputi data primer dan data sekunder43.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden dengan
menggunakan kuesioner yang telah dibagikan kepada klien gagal ginjal kronik
dalam menjalankan hemodialisis di UPT. RSUD Undata Palu. Terdiri dari
kuesioner data demografi, kuesioner Efikasi Diri, dan kuesioner Kualitas
Hidup.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang dipakai untuk membantu
data primer. Dalam penelitian ini data sekunder yaitu data yang berkaitan
dengan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di UPT. RSUD
Undata Palu43.

H. Analisa data
Setelah data terkumpul, kemudian data akan diolah dengan beberapa tahap
antara lain38.
1. Editing
Merupakan proses yang dilakukan dengan cara mengamati kembali data yang
telah dikumpulkan agar diketahui apakah ada kekeliruan atau tidak.
2. Coding
Dilakukan dengan cara memberikan kode atau nilai pada jawaban yang bersifat
kategori sehingga memudahkan peneliti untuk memasukkan data pada
komputer.

3. Tabulating
37

Dilakukan setelah pemeriksaan dan pemberian kode. Dalam tahap ini data
disusun dalam bentuk tabel agar lebih mempermudah dalam menganalisis data
sesuai dengan tujuan penelitian.
4. Entry
Memasukkan data kedalam program komputer untuk mempermudah proses
perhitungan dalam analisis.
5. Cleaning
Untuk melihat variabel yang digunakan apakah datanya sudah benar atau
belum, oleh karena itu dilakukan pembersihan data.
6. Describing
setelah data diolah maka data ditampilkan dan diberi keterangan.
Setelah itu, akan dilakukan analisis data untuk mencapai tujuan yang
diharapkan oleh peneliti. Tujuan utama dalam penelitian ini ialah menjawab
pertanyaan peneliti dalam mengungkapkan fenomena. Terdapat dua jenis analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara univariat dan bivariat
menggunakan program komputer38.
a. Analisis Univariat
Analisis Univariat yaitu analisis dipakai untuk menganalisis setiap
variabel dari hasil penelitian yang mewujudkan suatu distribusi frekuensi dan
presentasi dari masing-masing variabel41. Variabel bebas yaitu (Efikasi Diri)
dan variabel terkait yaitu (Kualitas Hidup pasien yang menjalani hemodialisis)
Pada umumnya analisis ini diperoleh dalam bentuk presentasi, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
f
Rumus : P= x 100 %=… %
n
Keterangan:
P : Persentase
f : Jumlah subjek yang ada pada kategori tertentu
N : Jumlah atau Keseluruhan responden
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat ialah analisis untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terkait yang diduga berhubungan atau
berkorelasi. Analisis bivariate dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
38

hubungan Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup pada pasien penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis di UPT. RSUD Undata Palu. Adapun uji
yang digunakan dalam pada penelitian ini adalah uji chi square, dimana Nilai
signifikansi 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Ambang signifikan 5% atau
0,05 artinya peneliti mengambil resiko salah dalam mengambil keputusan
dengan menolak hipotesis yang benar sebanyak 5%. Benar saat mengambil
keputusan minimal 95% (tingkat kepercayaan). Dikatakan ada hubungan, jika
p-value <0,05 sedangkan jika p-value> 0,05 tidak ada hubungan.Adapun rumus
uji chi-square sebagai berikut44:
n

X2 = ∑ 2
(Oi−E )
i−1 i

Ei

Keterangan:
X2 : Distribusi chi-square
Oi : Nilai observasi (pengamatan) ke-i
Ei : Nilai ekspektasi ke-i
Uji chi-square merupakan uji non parametris yang paling banyak
digunakan. Namun perlu diketahui syarat-syarat dari uji ini adalah frekuensi
atau responden yang digunakan besar, berikut ini Persyaratan penggunaan Uji
Chi-Square yaitu:
1) Tidak terdapat sel dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual
Count (F0) sebesar 0 (Nol)
2) Jika bentuk tabel kontigensi 2 x 2, maka tidak boleh ada 1 sel saja yang
mempunyai frekuensi harapan atau disebut juga expected count (“Fh”)
kurang dari 5.
3) Jika bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 2 x 3, maka jumlah sel dengan
frekuensi harapan yang ≤5 tidak boleh ≥20%.
Apabila tabel kontigensi 2 x 2, tetapi tidak memenuhi syarat dalam uji
Chi-Square maka rumus yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test.
Sedangkan apabila tabel kontigensi lebih dari 2 x 2 misal 2 x 3 maka rumus
yang digunakan adalah Pearson Chi-Square44.
39

I. Bagan Alur Penelitian

Identifikasi Masalah

Pengambilan Data Awal


Awal
Menentukan Lokasi Penelitian

Melakukan Uji Turnitin

Ujian Proposal

Mengurus Surat Izin Penelitian di Ruang Tata Usaha STIKes WN Palu

Mengajukan Surat Izin Penelitian di UPT. RSUD Undata


Palu
Populasi Berjumlah 62 Orang
Pengambilan Sampel Menggunakan Tekhnik Proposive Sampling

Melakukan Penelitian dengan Menggunakan APD di UPT. RSUD


Undata Palu
Informed Consent
Menjelaskan untuk Meminta Persetujuan Responden

Pengumpulan Data
Dengan Menggunakan Data Primer dan Data Sekunder

Variabel Dependen (Terikat)


Variabel Independen (Bebas)
Kualitas hidup pasien penyakit ginjal
Efikasi Diri
kronik

Analisi Data Menggunakan Uji Chi-Square

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan
Gambar 3.1 Bagandan
alurSaran
penelitin

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hasil penelitian Hubungan Efikasi Diri Dengan


Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis dan
juga pembahasan dari data yang sudah dikumpulkan dengan dilakukan pengisian
kuesioner pada responden. Waktu pengumpulan data dilakukan selama 2 minggu
yaitu pada tanggal 01 April-16 April 2022. Jumlah total sampel dalam penelitian
ini adalah sebanyak 54 responden pasien yang menjalani Hemodialisis yang
memenuhi kriteria inklusi.

A. Hasil
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu, secara resmi berdiri pada tahun
1972 berlokasi di pesisir teluk palu. Berdasarkan SK Gubernur kepala daerah
tingkat I provinsi Sulawesi Tengah Nomor : 59/DTTAP/1072 tanggal 7
Agustus 1972, RSUD “Undata” yang berarti “Obat Kita”. Kata ini sekaligus
bermakna tentang pelayanan kesehatan dalam cangkupan bersifat preventif,
kuratif, dan rehabilitatif pada tatanan kebersamaan. Rumah Sakit Umum
Daerah Undata Palu, terletak di Jalan RE. Martadinata, Kelurahan Tondo,
Kecamatan Mantikulore, Kota Palu. Memiliki luas bangunan gedung 14.890,33
M2 dan luas tanah 53.125M2 45.
Fasilitas pelayanan yang tersedia di RSUD Undata adalah Rawat Jalan
yang terdiri dari klinik Onkologi dan Ginekologi, Poliklinik Anak, Klinik
Tumbuh Kembang, Klinik Kandungan, Klinik Mata, Klinik Saraf, Klinik THT,
Klinik Jiwa, Klinik Urologi, Poliklinik Bedah Saraf, Klinik Gizi, Klinik Bedah
Mulut, Klinik Gigi, Klinik Bedah, Klinik Bedah Tulang, Poliklinik Penyakit
Dalam, Poliklinik Jantung, dan Klinik Rehabilitasi Medik. Selain itu terdapat
Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Gizi, Farmasi, Hemodialisis,
Laboratorium, Pemulasaran Jenazah, Radiologi, Bank Darah, Gas Medik,
Sterilisasi, Laundry, Sanitasi, IPSRS, Bedah Central, dan Rawat Inap45.
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu merupakan salah satu Rumah
Sakit Tipe B yang terletak di wilayah kota palu Sulawesi Tengah, serta
memiliki jabatan tenaga medis berjumlah 66 orang, jabatan keperawatan

40
41

berjumlah 437 orang, jabatan non keperawatan berjumlah 149 orang, dan
jabatan tenaga non medik berjumlah 170 orang. Unit Pelaksanaan Teknis
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Provinsi Sulawesi Tengah bertanggung
jawab menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pelayanan
kesehatan yang menjadi urusan keluarga daerah sebagaimana diatur di Pasal 4
Ayat 1 dan Pasal 5 dalam Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2003. Tugas
pokok adalah melaksanakan secara efisien dan efektif Menyelenggarakan
pekerjaan kesehatan dengan berhasil, mengutamakan pekerjaan pemulihan
secara serasi dan menyeluruh, serta memperkuat upaya pencegahan dan
rehabilitasi, termasuk penanganan limbah rumah sakit dan pelaksanaan
pekerjaan rujukan. Fungsi rumah sakit adalah pelayanan medis, pelayanan
penunjang medis dan non medis, pelayanan keperawatan, pelayanan rujukan,
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pengelolaan administrasi dan
keuangan, pelaksanaan penelitian dan pengembangan45.

Gambar 4.1 Profil UPT. RSUD UNDATA PALU


42

2. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang Unit Hemodialisis Rumah Sakit Umum
Daerah Undata Palu. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan
cara meminta persetujuan kepada pasien agar dijadikan sebagai responden
dengan menandatangani Informed Consent dan juga mengisi kuesioner.
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai
berikut:
a. Karakteristik Responden
1) Usia
Usia pada penelitian ini di kelompokkan menjadi beberapa kategori
berdasarkan pembagian umur menurut Depertemen Kesehatan Republik
Indonesia (Depkes RI) yaitu ) yaitu 17-25 Tahun (Remaja Akhir), 26-35
Tahun (Dewasa Awal), 36-45 Tahun (Dewasa Akhir), 46-55 Tahun
(Lansia Awal), 56-65 Tahun (Lansia Akhir), dan (Masa Manula) usia 65
ke atas46. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di RSUD
Undata Palu Tahun 2022

No Usia Frekuensi (f) Persentase (%)


1. 17-25 Tahun 1 1,9
2. 26-35 Tahun 4 7,4
3. 36-45 Tahun 15 27,8
4. 46-55 Tahun 18 33,5
5. 56-65 Tahun 14 25,9
6. 66-75 Tahun 2 3,7
Total 54 100
Sumber: Data Primer 2022
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 54 responden dalam penelitian
ini, Responden yang memiliki frekuensi tertinggi adalah berusia 46-55
Tahun yaitu 18 responden (33,5%) dan Responen yang memiliki
frekuensi terendah adalah berusia 66-75 Tahun yaitu 2 responden (3,7%)
dan yang berusia 17-25 Tahun yaitu 1 responden (1,9%).
43

2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua
kategori yaitu laki-laki dan perempuan, hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di
RSUD Undata Palu Tahun 2022

No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Presentase (%)


1. Laki-laki 26 48,1
2. Perempuan 28 51,9
Total 54 100
Sumber: Data Primer 2022
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 54 responden dalam penelitian
ini, Responden yang memiliki frekuensi tertinggi adalah jenis kelamin
perempuan yaitu 28 responden (51,9%) dan Responden yang memiliki
frekuensi terendah adalah jenis kelamin laki-laki yaitu 26 responden
(48,1%).
3) Pendidikan Terakhir
Pendidikan terakhir pada penelitian ini dikelompokkan menjadi
enam kategori yaitu SD, SMP, SMA, Diploma, S1 dan S2, hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir di RSUD Undata Palu Tahun 2022

No Pendidikan Terakhir Frekuensi (f) Presentase (%)


1. SD 4 7,4
2. SMP 6 11,1
3. SMA 26 48,1
4. Diploma 1 1,9
5. S1 16 29,6
6. S2 1 1,9
Total 54 100
Sumber: Data Primer 2022
44

Tabel 4.3 menunjukken bahwa dari 54 responden dalam penelitian


ini, Responden yang memiliki frekuensi tertinggi adalah pendidikan
SMA yaitu 26 responden (48,1%) dan yang memiliki frekuensi terendah
adalah pendidikan Diploma yaitu 1 responden (1,9%) dan S2 1 responden
(1,9%).
4) Pekerjaan
Pekerjaan pada penelitian ini dikelompokkan menjadi delapan
kategori yaitu Petani, Wiraswasta, Pendeta, IRT, PNS, Pensiunan,
Honorer, dan Anggtota Polri, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di
RSUD Undata Palu Tahun 2022

No Pekerjaan Frekuensi (f) Presentase (%)


1. Petani 4 7,4
2. Wiraswasta 15 27,8
3. Pendeta 1 1,9
4. IRT 15 27,8
5. PNS 10 18,5
6. Pensiunan 5 9,7
7. Honorer 2 3,7
8. Anggota Polri 2 3,7
Total 54 100
Sumber: Data Primer 2022
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 54 responden dalam penelitian
ini, Responden yang memiliki frekuensi tertinggi adalah Wiraswasta dan
IRT yaitu 15 responden (27,8%) sedangkan Responden yang memiliki
frekuensi terendah adalah Honorer dan Anggota Polri yaitu 2 responden
(3,7%) dan Pendeta berjumlah 1 responden (1,9%).
5) Lama Hemodialisis
Lama Hemodialisis pada penelitian ini di kelompokkan menjadi 3
kategori yaitu <12 Bulan, 13-24 Bulan, dan >24 Bulan, hal ini dapat
dilihat pada table berikut ini :
45

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Menjalani


Hemodialisis di RSUD Undata Palu Tahun 2022

No Lama Hemodialisis Frekuensi (f) Presentase (%)


1. < 12 Bulan 26 48,1
2. 13-24 Bulan 16 29,6
3. > 24 Bulan 12 22,2
Total 54 100
Sumber: Data Primer 2022
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 54 responden dalam penelitian
ini, Responden yang memiliki frekuensi tertinggi adalah < 12 Bulan
menjalani Hemodialisis yaitu 26 responden (48,1%) sedangkan
Responden yang memiliki frekuensi terendah adalah > 24 Bulan
menjalani Hemodialisis yaitu 12 responden (22,2%).
3. Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
distribusi frekuensi variabel independen (bebas) yaitu Efikasi Diri dan variabel
dependen (terkait) yaitu Kualitas Hidup pada pasien penyakit ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis. Dari hasil pengolahan data di dapatkan hasil
sebagi berikut :
a. Efikasi Diri pada pasien penyakik Ginjal Kronik yang menjalani
Hemodialisis di RSUD Undata Palu
Efikasi Diri pada penelitian ini di kelompokkan menjadi tiga kategori
yaitu tinggi, sedang, dan rendah, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Efikasi Diri
di RSUD Undata Palu Tahun 2022

No Efikasi Diri Frekuensi (f) Presentase (%)


1. Tinggi 40 74,1
2. Sedang 10 18,5
3. Rendah 4 7,4
Total 54 100
Sumber: Data Primer 2022
46

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 54 responden dalam penelitian ini,


Responden yang memiliki frekuensi tertinggi adalah responden dengan
Efikasi Diri Tinggi yaitu 40 responden (74,1%), dan Responden yang
memiliki frekuensi terendah adalah responden dengan Efikasi Diri Rendah
yaitu 4 responden (7,4%).
b. Kualitas Hidup pada pasien penyakik Ginjal Kronik yang menjalani
Hemodialisis di RSUD Undata Palu
Kualitas Hidup pada penelitian ini di kelompokkan menjadi dua
kategori yaitu baik dan kurang baik, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualiats Hidup di
RSUD Undata Palu Tahun 2022

No Kualitas Hidup Frekuensi (f) Presentase (%)


1. Baik 43 79,6
2. Kurang Baik 11 20,4
Total 54 100
Sumber: Data Primer 2022
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 54 responden dalam penelitian ini,
Responden yang memiliki frekuensi tertinggi adalah responden dengan
Kualitas Hidup Baik yaitu 43 responden (79,6%), dan Responden yang
memiliki frekuensi terendah adalah responden dengan Kualitas Hidup
Kurang Baik yaitu 11 responden (20,4%).
4. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen (bebas) yaitu Efikasi Diri dengan
variabel dependen (terkait) yaitu Kualitas Hidup pada pasien penyakit Ginjal
Kronik yang menjalani Hemodialisis. Uji statistik yang digunakan pada
penelitian ini adalah Uji Fisher Exact, Sebelum peneliti menggunakan uji
analisis Fisher Exact, peneliti lebih dahulu melakukan uji normalitas dimana
hasil uji normalitas diperoleh menggunakan uji normalitas Kolmogorov
Smirnov, peneliti menggunakan uji normalitas Kolmogrov Smirnov
dikarenakan sampel pada penelitian ini lebih dari 50 responden.
47

Sebelumnya, peneliti menggunakan analisis statistik uji chi square, namun


pada hasilnya didapatkan hasil ada 3 cells yang (50,0%) nilai Expected count
yang kurang dari 5 dengan menggunakan table 2 x 3, maka syarat dari uji Chi
square tidak terpenuhi, oleh karena itu peneliti lanjut menggunakan uji statistik
alternatif fisher Excat, yaitu uji yang dilakukan untuk menguji signifikansi
hipotesis komperatif pada dua sampel, dengan menggunakan uji alternatif
fisher Exact, peneliti melakukan penggabungan sel dari tabel 2 x 3 menjadi
tabel 2 x 2, di karenakan syarat dari uji alternatif fisher Excat menggunakan
tabel 2 x 2.
Pada penelitian ini digunakan uji alternative Fisher Exact. Tujuan untuk
mengetahui hubungan Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup pada pasien penyakit
Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis. Dari pengolahan data didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hubungan Efikasi Diri Dengan Kualitas Hidup
Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis
Di UPT. RSUD Undata Palu 2022
Kualitas Hidup
Total P Value
Efikasi Diri Baik Kurang Baik
N % N % N %
Tinggi 40 100 0 0 40 74,0

Rendah, Sedang 3 21,4 11 79,0 14 26,0 0,000


Total 43 80,0 11 20,3 54 100
Sumber: Data Primer 2022
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 40 responden (74,0%) yang memiliki
efikasi diri tinggi dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang
baik yaitu 40 responden (100%), dan efikasi diri tinggi dengan kualitas hidup
pasien penyakit ginjal kronik yang kurang baik yaitu 0 responden (0%).
Kemudian dari 14 responden (26,0) yang memiliki efikasi diri rendah dan
sedang dengan kualitas hidup baik yaitu 3 responden (21,4%), dan efikasi diri
rendah dan sedang dengan kualitas pasien penyakit ginjal kronik yang kurang
baik yaitu 11 responden (79,0%). Serta nilai p menunjukkan angka 0,000. Oleh
karena p value < 0,05, maka secara statistik terdapat hubungan antara Efikasi
48

Diri dengan Kualitas Hidup pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di UPT. RSUD Undata Palu.

B. Pembahasan
Hasil pengolahan data yang dilakukan dari hasil penelitian tentang
Hubungan Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup pada pasien penyakit ginjal kronik
yang menjalani Hemodialisis di UPT.RSUD Undata Palu.
1. Karakteristik Responden pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis di UPT. RSUD Undata Palu
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berusia 46-55 tahun yaitu sebanyak 18 respoden (33,5%), Menurut
salah satu faktor resiko terjadinya gagal ginjal kronik yang dimana semakin
bertambah usia seseorang maka semakin berkurangnya fungsi ginjal. Menurut
(Mardhatillah dkk, 2020) dimana pada usia > 60 tahun mempunyai resiko 2
kali lebih besar mengalami gagal ginjal kronik di bandingkan dengan pasien
usia muda47.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh putri, sembiring dan bebasari
(2020) mengungkapkan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi efikasi diri untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang yang
menjalani terapi hemodialis6. Menurut teori Smelzer (2009) dalam Sucahya
(2018) individu yang berumur 40 tahun keatas memiliki keterkaitan yang erat
dengan prognosis penyakit dan harapan hidup dimana setelah usia 40 tahun
tubuh akan mengalami penurunan fungsi, hal yang menyebabkan terjadinya
perubahan anatomi, fisiologi, biokimia sehingga menyebabkan penurunan kerja
organ tubuh dan menurunnya kualitas hidup 1% tiap tahunnya6.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
memiliki frekuensi tertinggi adalah jenis kelamin perempuan yaitu 28
responden (51,9%), menurut asumsi peneliti jika dilihat dari teori yang ada
telah disebutkan bahwa laki-laki memiliki resiko lebih besar terkena penyakit
gagal ginjal kronik dibandingkan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis
kelamin bukan merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya gagal
ginjal kronik, karena hal ini berhubungan dengan faktor- faktor resiko lainnya
49

seperti usia dan pola hidup. Peneliti berpendapat bahwa jenis kelamin
seseorang dapat mempengaruhi efikasi dirinya untuk meningkatkan kualitas
hidupnya , Perempuan memiliki efikasi diri yang lebih baik dari pada laki-laki.
Selain itu perempuan memiliki mekanisme koping yang lebih baik daripada
laki-laki dalam menghadapi sebuah masalah.
Penelitian ini sejalan dengan Teori Green dalam Ayu Riana Sari (2020)
yang menjelaskan bahwa jenis kelamin termasuk faktor predisposisi atau faktor
pemungkin yang memberi kontribusi terhadap perilaku kesehatan seseorang.
Jenis kelamin perempuan cenderung lebih peduli terhadap kondisi lingkungan
dan kesehatannya. Perempuan mempunyai kecenderungan berperilaku baik
dibandingkan dengan laki-laki. Fenomena tersebut menghasilkan perempuan
yang lebih peduli terhadap kondisi lingkungan dan kesehatannya48.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan terakhir SMA yaitu 26 responden (48,1%), menurut asumsi
peneliti status pendidikan juga berpengaruh terhadap kemampuan seseorang
dalam memahami dan melaksanakan terapi hemodialisis karena semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka keyakinan diri akan kesembehuan semakin
baik pula.
Pendapat ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Insan (2018)
data pendidikan tertinggi yaitu SMA dengan jumlah responden 77 orang
(42,1%), yang mana bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi efikasi diri
karena berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menilai atau
mengevaluasi tindakan yang dilakukan49. Kemudian hasil penelitian lainnya
yang dilakukan oleh yusra (2021) menunjukkan tingkat pendidikan memiliki
hubungan dengan kualitas hidup yang berarti pendidikan memiliki pengaruh
yang besar pada penyakit seseorang dimana semakin tinggi pendidikan
seseorang kesadaran untuk mencari pengobatan dan perawatan akan masalah
kesehatan yang dialaminya juga akan semakin meningkat50.
Asumsi lain dari peneliti bahwa implikasi yang diberikan pada penderita
gagal ginjal kronik yang memiliki pendidikan yang tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang luas. Hal ini memungkinkan penderita untuk dapat
mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah yang dihadapinya, mempunyai
50

rasa percaya diri yang tinggi, berpengalaman, dan mempunyai perkiraan yang
tepat untuk mengatasi kejadian, serta mudah mengerti tentang apa yang di
anjurkan oleh petugas kesehatan.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki frekuensi tertinggi adalah Wiraswasta dan IRT yaitu 15 responden
(27,8%), menurut asumsi peneliti suatu pekerjaan bagi penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis dapat berpengaruh dalam proses
kehidupannya, dikarenakan dengan bekerja responden tetap memiliki sumber
penghasilan, memiliki dukungaan yang kuat dari orang-orang di lingkungan
tempat kerjanya, dan akan meminimalkan konflik peran yang terjadi akibat
perubahan kondisi fisik pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Insan (2018) responden tertinggi
adalah perkerja swasta yakni 81 responden (44,3%), mengatakan hal ini terjadi
karena seseorang dengan pekerja swasta terlebih pekerjannya dengan waktu
kerja yang padat cenderung memiliki pola tidur dan pola minum yang tidak
sehat sehingga pola tidur yang tidak teratur dan kurangnya mengomsumsi air
putih, yang mana dalam jangka panjang akan menyebabkan gangguan fungsi
ginjal49.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden
yang memiliki frekuensi tertinggi adalah < 12 Bulan menjalani Hemodialisis
yaitu 26 responden (48,1%) sedangkan Responden yang memiliki frekuensi
terendah adalah > 24 Bulan menjalani Hemodialisis yaitu 12 responden
(22,2%). Menurut asumsi peneliti dari frekuensi lama menjalani hemodialisis
peneliti berpendapat pasien yang baru menjalani hemodialisis akan lebih cemas
dan takut untuk menjalani terapi cuci darah berikutnya, berbeda dengan pasien
yang sudah lama menjalani hemodialisis di atas 1 tahun pasien akan mulai
terbiasa serta patuh dalam menjalani terapi cuci darah. Hal ini juga sejalan
dengan penelitian Insan (2018) yakni lama pasien menjalani hemodialisis > 12
bulan sebanyak 120 responden (65,2%), Ini menunjukkan bahwa pasoen sudah
terbiasa serta lebih percaya diri dan berani dalam tindakan hemodialisis49.
51

Pada penelitian Hadi (2019) menyatakan bahwa responden yang telah


lama menjalani terapi hemodialisis cenderung memiliki tingkat kecemasan dan
kegelisahan yang rendah dibandingkan dengan responden yang baru menjalani
cuci darah, hal ini disebabkan karena dengan lamanya seseorang menjalani
hemodialisis akan menyebabkan efikasi dirinya lebih baik sehingga seseorang
akan lebih patuh dengan tindakan dialisis51.
Asumsi lain dari peneliti bahwa implikasi yang diberikan pada penderita
gagal ginjal kronik lama menjalani hemodialisis sangat berpengaruh terhadap
kualitas hidupnya.
2. Efikasi Diri pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis
di UPT. RSUD Undata Palu
Berdasarkan hasil analisis univariat Efiaksi Diri Pada pasien Penyakit
Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis di RSUD Undata Palu didapatkan
bahwa pasien yang memiliki Efikasi Diri yang tinggi yaitu sebanyak 43
responden (74,1%), Efikasi Diri sedang ada 10 responden (18,5%) dan Efikasi
Diri rendah yaitu 4 responden (7,4%). Peneliti menilai bahwa seseorang
dikatakan memiliki Efikasi Diri tinggi apabila jumlah skor dari semua
pernyataan kuesioner yang di berikan bernilai = 41-60, kemudian dikatakan
Efikasi Diri sedang jika skornya bernilai = 21-40 dan untuk Efikasi Diri rendah
jika skornya bernilai = 0-20. Dalm hal ini peneliti dapatkan dari hasil jawaban
responden saaat mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti.
Peneliti berpendapat bahwa pasien gagal ginjal menjalani hemodialisis
yang memiliki efikasi diri tinggi yaitu pasien yang yakin terhadap dirinya
sendiri bahwa dia mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya,
contohnya mampu untuk melakukan suatu pekerjaan walaupun sakit, mampu
mengontrol emosi ketika sedang ada masalah saat menjalani hemodialisis, dan
rutin menjalani hemodialisis sesuai jadwal cuci darah walaupun dengan
berbagai masalah yang di hadapinya. Sedangkan pasien gagal ginjal menjalani
hemodialisis yang memiliki efikasi diri rendah yaitu pasien yang tidak yakin
terhadap dirinya sendiri bahwa ia mampu melaksanakan sebuah tugas dengan
baik,dan yang belum mampu mengontrol dirinya saat menjalani cuci darah
yaitu pasien yang belum bisa menerima keaadaanya sebagai cobaan dari tuhan
52

yang maha kuasa dan responden yang baru menjalani hemodialisis. Efikasi diri
yang tinggi akan membangunkan rasa percaya diri pada seseorang sehingga
mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan mampu untuk mengelola
stresor yang akan muncul kedepannya. Seseorang yang memiliki efikasi diri
yang tinggi akan mempunyai semangat yang lebih tinggi dalam menjalankan
tugas dibandingkan dengan orang yang memiliki efikasi diri yang rendah.
Menurut Bandura (1986) dalam Sri Mulianti Abdullah (2019) efikasi diri
didefinisikan sebagai penilaian terhadap kemampuan diri untuk melaksanakan
suatu kinerja pada tingkat tertentu. Bandura menyebut penilaian terhadap
kemampuan pribadi sebagai efikasi diri, dan harapan hasilnya disebut
ekspektasi hasil52.
Pendapat Kapu (2020) menjelaskan bahwa efikasi diri yaitu bentuk
kepercayaan dan kemampuan seseorang dalam meningkatkan prestasi
hidupnya. Efikasi diri dapat dinyatakan sebagai perasaan seseorang tentang
pemikiran, motivasi diri sendiri, serta keinginan untuk memiliki sesuatu.
Seseorang dengan efikasi diri tinggi bekerja lebih keras dan memiliki banyak
kekuatan dalam melakukan sesuatu jika dibandingkan dengan seseorang yang
memiliki efikasi diri yang rendah, Efikasi diri mempengaruhi usaha yang
diperlukan dan pada akhirnya terlihat pada hasil kerja53.
Adapun asumsi lain peneliti pasien yang memiliki efikasi diri baik yaitu
responden sudah banyak mendapat penjelasan tentang tindakan hemodialisis
oleh perawat dan dokter dalam setiap kali melakukan tindakan cuci
darah.Disamping itu responden juga aktif dalam mencari informasi tentang
gagal ginjal kronik demi perbaikan taraf kesehetannya pengalaman inilah yang
membuat responden semangat sehingga efikasi dirinya menjadi lebih yakin
dalam menjalani hemodialisis. Sedangkan responden yang efikasinya kurang
yakin adalah mereka yang ketika dihadapkan dengan beberapa masalah tentang
tindakan HD mereka tidak bisa menemukan solusi yang tepat untuk
mengatasinya seperti saat dilakukan penusukan pada daerah arteri dan vena
saat dilakukan cuci darah serta gejala yang di rasakan lemas dan pusing.
Penelitian ini sejalan dengan pendapat Robin & Judge (2015) yang
menjelaskan bahwa Seseorang yang mempunyai efikasi diri yang tinggi fokus
53

pada peluang yang layak dikejar dan melihat rintangan sebagai hal yang dapat
diatasi, sementara seseorang yang mempunyai efikasi diri yang rendah ragu-
ragu dalam kesulitan, karena mereka memandang rintangan sebagai sesuatu
yang tidak dapat mereka kontrol dan dengan mudah meyakinkan diri sendiri
bahwa usaha yang mereka lakukan sia-sia54.
Implikasi yang dapat diberikan kepada pasien gagal ginjal yang memiliki
efikasi diri rendah yaitu dengan memberikan pengetahuan bahwa efikasi diri
dapat diperoleh, dipelajari, dan dikembangkan dari empat sumber informasi. Di
mana pada dasarnya keempat hal tersebut adalah stimulasi atau kejadian yang
dapat memberikan inspirasi atau pembangkit positif untuk berusaha
menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi. Hal ini mengacu pada
konsep pemahaman bahwa pembangkit positif dapat meningkatkan perasaan
atau efikasi diri55. Adapun sumber efikasi diri tersebut adalah pengalaman
tentang kesuksesan ataupun kegagalan yang berulang, keberhasilan individu
lain, dukungan verbal, dan keadaan fisik dan afeksi yang dialami oleh
individu56.
3. Kualitas Hidup pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis di UPT. RSUD Undata Palu
Hasil analisis unuvariat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di UPT. RSUD Undata Palu didapatkan bahwa pasien
yang memiliki Kualitas Hidup baik yaitu sebanyak 43 responden (79,6%), dan
Kualitas Hidup kurang baik yaitu 11 responden (20,4%). Peneliti menilai
bahwa seseorang dikatakan kualitas hidup baik apabila jumlah skornya dari
semua pertanyaaan kuesioner diberikan nilai > 50 sedangkan dikatakan
memiliki Kualitas Hidup kurang baik diberikan skor nilai > 50. Hal ini peneliti
dapatkan dari hasil jawaban responden saat mengisi kuesioner yang diberikan
oleh peneliti.
Peneliti berpendapat bahwa pasien yang memiliki Kualitas Hidup baik
yaitu pasien yang memiliki menejemen diri yang efektif baik menejemen fisik,
psikologis, sosial, maupun lingkungan.Peneliti berasumsi bahwa hal ini terjadi
karena pasien yang menjalani terapi hemodialisis masih tinggal bersama
anggota keluarga sehingga meskipun pasien menjalani terapi hemodialisis,
54

pasien masih dapat berinteraksi baik dengan keluarga maupun masyarakat


sekitarnya. Pasien juga merasa masih berguna bagi keluarga atau masyarakat di
sekitar tempat tinggalnya sehingga membuat kualitas hidup mereka menjadi
lebih baik. Kualitas hidup yang baik di tunjukan dari responden yang
memberikan jawaban bahwa kondisi kesehatannya baik, dapat melakukan
aktivitas sehari – hari seperti beribadah, bekerja,mandi serta memakai pakaian
sendiri tanpa bantuan orang lain.
Kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana pasien tetap merasa
nyaman secara fisik , psikologis, sosial maupun spiritual. Menurut Suhud
(2019) kualitas hidup merupakan kondisi dimana pasien mampu melakukan
aktivitas seperti bekerja, memakai pakaian sendiri tanpa di bantu orang lain42.
Sejalan dengan penelitian Malcolm (2018) bahwa kualitas hidup pasien
menjalani hemodialisis yaitu fisik, psikologis, sosial dan lingkungan.
Kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan
total menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan
dirinya sendiri secara mandiri tanpa bantuan orang lain57.
4. Hubungan Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup Pada Pasien penyakit Ginjal
Kronik yang menjalani Hemodialisis di UPT.RSUD Undata Palu
Berdasarkan Hasil uji fisher exact diketahui bahwa p-value sebesar 0.000
(p-value < 0,05) yang artinya secara statistik terdapat hubungan antara efikasi
diri dengan kualitas hidup pada pasien penyakit kronik yang menjalani
hemodialysis di Upt. RSUD Undata Palu. Menurut hasil penelitian dari 40
responden (74,0%) yang memiliki efikasi diri tinggi dengan kualitas hidup
pasien penyakit ginjal kronik yang baik, dan efikasi diri tinggi dengan kualitas
hidup pasien penyakit ginjal kronik yang kurang baik yaitu 0 responden (0%).
Kemudian dari 14 responden (26,0) yang memiliki efikasi diri rendah dan
sedang dengan kualitas hidup baik yaitu 3 responden (21,4%), dan efikasi diri
rendah dan sedang dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang
kurang baik yaitu 11 responden (79,0%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki efikasi
diri tinngi cenderung memiliki kualitas hidup yang baik, Peneliti berpendapat
bahwa efikasi diri tinggi dan kualiatas hidup baik disebabkan karena penderita
55

penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis merasa keyakinan


yang kuat bahwa dengan menjalani cuci darah mampu mempertahankan
kualitas hidupnya seperti halnya ketika menghadapi satu masalah dalam proses
terapi hemodialisis pasien yang memiliki keyakinan besar dapat membuat
pasien menerima penyakitnya dan menenamkan pada dirinya motivasi akan
kesembuhan. Maka dari itu, efikasi diri perlu di pertahankan, dikembangkan
dan di tingkatkan bagi pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisis.
Asumsi peneliti di dukung oleh teori yang dikemukakan pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Ayu & Rita (2018) yang menjelaskan bahwa
efikasi diri mempengaruhi cara seseorang memutuskan untuk bertindak,
seberapa keras seseorang dalam menghadapi tantangan dan ketekunan,
seberapa keras mereka ketika menghadapi kesulitan, terutama ketika pesien
menghadapi tantangan seperti persoalan atau dampak yang di timbulkan dari
lama menjalani hemodialisis58.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wakhid, Wijayanti, dan Liyanovitasari (2018) yaitu ada hubungan yang
signifikan antara efikasi diri dan kualitas hidup pasien gagal gnjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisis. Dalam penelitian ini di ungkapkan bahwa
kualitas hidup dan efikasi diri memiliki hubungan yang erat dalam proses
menjalani hemodialisis. Dimana efikasi diri memiliki peran penting dalam
pemeliharaan perilaku kesehatan, sehingga diyakini peningkatan efikasi diri
dalam perilaku kesehatan, memberikan motivasi sembuh, demi peningkatan
kualitas hidup yang lebih baik8.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada beberapa responden yang
memiliki efikasi diri rendah dan sedang dengan kualitas hidup yang kurang
baik, peneliti berpendapat mereka yang kurang mempunyai keyakinan akan
kesembuhan, kurangnya mendapat motivasi dukungan dari keluarga, yang baru
menjalani cuci darah, pasien yang tidak dapat menerima kondisinya sekarang,
tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, sehinnga hal itu dapat
mempengaruhi kualitas hidup dari segi fisik, psikologis, sosial maupun
56

lingkungan yang dimana ketika ke empat kategori ini tidak terpenuhi secara
baik bisa berdampak pada taraf kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian Chen et al (2018)
bahwa dukungan sosial dan literasi kesehatan secara signifikan berkolerasi
dengan perilaku menejemen diri, dan dukungan sosial bagi diri pasien yang
menjalani cuci darah. Ketidakmampuan pasien dalam menyesuaikan diri
dengan penyakitnya mengakibatkan hasil yang negatif seperti penurunan
kualitas hidup8.
Menurut Hasan Baharun (2019) bahwa efikasi diri merupakan key factor
dari sumber tindakan seseorang (human agency) dalam kehidupannya, apa
yang dipikirkan, dipercaya, dan dirasakan akan mempengaruhi sikap dan
tindakannya59. Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyita (2016) dalam Amila,
dkk (2018) yang menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki efikasi diri yang
rendah akan menganggap bahwa kemampuan yang dimiliki belum tentu dapat
membuat dia mampu untuk mendapatkan hasil yang diharapkan60.
Berdasarkan perrnyataan-pernyataan tersebut maka diharapkan pasien
penyakit ginjal kronik mampu meningkatkan efikasi dirinya dan dapat
mempertahankan kualitas hidup demi kelangsungan hidup yang lebih berarti.
Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi dipersepsikan akan memotivasi
dirinya sendiri secara kognitif untuk bertindak secara cepat dan tepat. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien hemodialisis yang memiliki efikasi diri yang
positif berpeluang empat kali memiliki kualitas hidup yang baik.
Asumsi peneliti tersebut didukung oleh teori Albert Bandura dalam buku
Hidayat (2016) menyebutkan 3 aspek yang terdapat dalam efikasi diri yaitu
Tingkat (Magnitude) yaitu derajat kesulitan, Kekuasaan (Strength) yaitu
pengharapan individu mengenai kemampuannya, Generalisasi (generality)
keyakinan atas kemampuaannya. Dimana seseorang yang mempunyai efikasi
diri yang tinggi akan lebih memiliki motivasi dalam pengobatan yang kuat,
semakin tinggi efikasi diri seseorang maka motivasi dalam mencapai
kesembuhan pengobatan akan semakin tinggi pula61.
Hal ini dicerminkan dengan besarnya usaha yang dilakukan serta
ketekunannya dalam mengatasi rintangan –rintangan yang ada, pasien akan
57

rutin menjalani program terapi hemodialisis dan tidak mudah menyerah dan
bertahan apabila menemui kesulitan-kesulitan lainnya. Orang-orang yang
memiliki efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih keras di dalam mengatasi
rintangan yang menghapiri demi tercapainya kualitas hidup yang lebih optimal
dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini
dapat memberi manfaat dan dapat menembah wawasan bagi pembaca tentang
pentingnya efikasi diri dan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Efikasi Diri pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di
UPT. RSUD Undata Palu sebagian besar memiliki efikasi diri yang tinggi yaitu
(74,1%).
2. Kualitas Hidup pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
di UPT. RSUD Undata Palu sebagian besar memiliki kategori baik yaitu
(79,6%).
3. Ada hubungan yang signifikan atau bermakna antara Efikasi Diri dengan
Kualitas Hidup pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
di UPT. RSUD Undata Palu.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidika (STIKes Widya Nusanatara Palu)
Bagi Institusi Pendidikan diharapkan penelitian ini bisa dijadikan bahan
bacaan pada perpustakaan STIKes Widya Nusantara Palu untuk menambah
wawasan yang lebih luas tentang pentingnya efikasi diri dalam meningkatkan
kualitas hidup pasien penykit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis,
Kemudian bisa dijadikan sebagai pengembangan asuhan keperawatan sebagai
upaya preventif pada klien yang sehat, dan juga bisa dijadiakan sebagai
pengembangan penelitian dengan menambah variabel lainya seperti Motivasi,
dan mekanisme koping pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan
pengetahuan terkait penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

58
59

3. Bagi Instansi tempat peneliti


Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan tentang terapi hemodialisis. Kemudian dalam pelayanan kesehatan
sebaiknya dapat memberikan program pendidikan tentang pentingnya efikasi
diri dalam meningkatkan kualitas hidup pada pasien terutama pada pasien
dengan penyakit kronis. Dan dengan adanya penelitian ini semoga dapat
dijadikan sumber referensi dalam layanan kesehatan di UPT. RSUD Undata
Palu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wakhid A, Linda Wijayanti E, Liyanovitasari L, Utami N, Anisa, Wati NL, et


al. Hubungan Efikasi Diri Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik
Yang Menjalani Hemodialisis. J Holist Nurs Sci. 2020;5(1):56–63.
2. WHO, RI KK. Situasi Penyakit Gagal Ginjal Kronik di Indonesia. 2018;
(November):1–18.
3. Putri E, Alini, Indrawati. Hubungan Dukungan Keluarga dan Kebutuhan
Spiritual Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam
Menjalani Terapi Hemodialisis Di RSUD Bangkinang. J NERS Res Learn
Nurs Sci. 2020;4(23):47–55.
4. Kemenkes RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehat
RI. 2018;53(9):1689–99.
5. Utami N, Anisa, Wati NL. “Efikasi Diri Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisis di Ruang Hemodialisa RSAU Dr. M. Salamun.”
J Kesehat Aeromedika [Internet]. 2017;III(1):56–61. Available from:
https://jurnal.poltekestniau.ac.id/jka/article/view/75/62
6. Asnaniar WOS, Bakhtiar SZ, Safrudin. Hubungan Efikasi Diri Dengan
Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis. J
Holist Nurs Sci. 2018;5(2):56–63.
7. Firmansyah MR. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis. Babul Ilmi J Ilm Multi Sci Kesehat [Internet]. 2020;12(1).
Available from:
http://jurnal.stikes-aisyiyah-palembang.ac.id/index.php/Kep/article/view/368
8. Wakhid A, Linda Wijayanti E, Liyanovitasari L. Hubungan Efikasi Diri
Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis. J Holist Nurs Sci. 2018;5(2):56–63.
9. Lilik NIS, Budiono I. Indonesian Journal of Public Health and Nutrition
Article Info. Indones J Public Heal Nutr [Internet]. 2021;1(1):101–13.
Available from: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/IJPHN
10. Karimah N, Hartanti RD. Gambaran Self Efficacy dan Kualitas Hidup pada
Pasien yang Menjalani Hemodialisa. Keperawatan dan Pendidik profesi Ners.
2021;258–65.
11. Lenggogeni DP, Malini H, Fatmadona R, Roza ES. Gambaran Efikasi Diri
Pasien yang Menjalani Hemodialisis. J Ilm Univ Batanghari Jambi.
2021;21(1):434.
12. Welly W, Rahmi H. Self Efficacy Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. J Keperawatan Abdurrab. 2021;5(1):38–
44.
13. Hidayat DR. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling.
Naufal ZA, editor. Bogor: Ghalia Indonesa; 2015. 188 p.
14. Ghufron MN SR. Teori-Teori Psikologi. AR-RUZZ MEDIA. 2010.
15. Rahardjo W. Konstribusi Hardiness dan self efficacy terhadap stress kerja
(study pada perawat RSUP DR.Soeradji Tirtonegoro Klaten).Keperawatan.
2018. ;2.
16. Suciono W. Berfikir Kritis Tinjauan Kemandirian Belajar Dan Efikasi Diri.
Kodri, editor. Jawa Barat; 2021. 130 p.
17. Frank P, Tim U. Keyakinan Kemanjuran Diri Remaja, Skala Respon Efikasi.
Bandung; 2015. 307 p.
18. Sunarianto A.G Wulandari N.A .& Darmawan A. Penurunan Hemoglobin
pada penyakit Ginjal Kronik setelah Hemodialisa. J Ners dan Kebidanan
(Journal Ners Midwifery). 2019;6:211–7.
19. Ekasari MF, Riasmini NM, Hartini T. Menigkatkan Kualitas Hidup Lansia.
Malang: Wineka Media; 2019. 26 p.
20. Hasnawati. Kualitas Hidup Pasien Hipertensi. Nahidloh S, editor. Jawa Barat;
2021. 98 p.
21. Nurlina. Kualitas Hidup Wanita Monopause. Bandung: CV.Media Sains
Indonesia; 2021. 102 p.
22. Wiwit Dwi Nurbadriyah. Asuhan Keperawatan Penyakit Ginjal Kronis. 2021.
5–7 p.
23. Suddarth, & Brunner. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8 Volume
2. Jakarta : EGC. 2017.
24. Supriyadi, Susanto H, Ediati A. Kadar Hemoglobin Berhubungan Dengan
Tingkat Kelelahan Pasien Penyakit Ginjal Kronis Di Kota Semarang.
2021;13:889–94.
25. Muttaqin A, Sari K. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika. 2018. 166–168 p.
26. Seregar CT. Menejemen Komplikasi Pasien Hemodialisa. Reni AA,
editor.Yogyakarta. 2020. 5–6 p.
27. Krisbyanto, R., Donsu, J.D.T & Mendri , N K. Gambaran Kepatuhan Diet
pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Di Unit Hemodialis Rsud Penembahan
Senopati Bantul. Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 2019;
28. Rahmawati F. Laboratory Aspect Of Chronic Kidney Disease. J Ilm Kedokt
Wijaya Kusuma. 2018;6(1):14–22.
29. Smeltzer, S & B. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2 Edisi
8.Jakarta : EGC. 2018.
30. Ilmiah J, Imelda K, Damanik H, Medan UI. Tingkat Kecemasan Pasien Gagal
Ginjal Kronik Dalam Menjalani Hemodialisa. 2020;6(1):80–5.
31. Sitanggang TW, Anggraini D, Utami WM. Hubungan Antara Kepatuhan
Pasien Menjalani Terapi Hemodialisa Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal
Ginjal Krinis di Ruang Hemodialisa RS.Medika BSD Tahun 2020.
2021;8:129–36.
32. Widyawati R. Lama Waktu Menahan Rasa Haus Setelah Berkumur Dengan
Obat Kumur pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis Di Rs Roemani
Muhammadiyah Semarang,. 2017;52.
33. Juliardi F, Dewi J, Hasibuan MA, Tiarnida. Peningkatan IDWG Berhubungan
Dengan Kejadian Hipotensi Pada Pasien Hemodialisis. 2020;2:235–42.
34. Yuniardi AP, Isro’in L, Maghfirah S. Studi Literatur: Edukasi Nutrisi Metode
Konseling Intensif Dengan Follow Up Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Dengan Masalah Keperawatan Defisit Nutrisi. Heal Sci J. 2020;4(2):1.
35. Balaga PAG. Self-Efficacy and Self-Care Management Outcome of Chronic
Renal Failure Patients. Asian J Heal. 2018;2(1):111–29.
36. Supriyadi, Wigiyo, Widowati SR. Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
Kronik Terapi Hemodialisis. Obesitas Sent Dan Kadar Koles Darah Total.
2018;11(1):87–95.
37. Moattari M, Ebrahimi M, Sharifi N, Rouzbeh J. The effect of empowerment
on the self-efficacy, quality of life and clinical and laboratory indicators of
patients treated with hemodialysis: A randomized controlled trial. Health Qual
Life Outcomes. 2018;10:1–10.
38. Masturoh I, Angggita N. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta; 2018.
164–188 p.
39. Asra A, Irawan PB, Purwoto A. Metodelogi Penelitian Survei. Asra A, Irawan
PB, editors. Bogor; 2018. 69–78 p.
40. Findasari. Hubungan Efikasi Diri dengan Stres Pasien Gagal Ginjal Kronik
(GGK) yang Menjalani Hemodialisa di Poli Hemodialisa Rumah Sakit Daerah
DR. Soebandi Jember. Skripsi Fak Keperawatan Univ Jember. 2019;1–100.
41. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya: Salemba
Medika; 2016. p. 415.
42. Jos W. Kualitas Hidup Pasien yang Menjalani Hemodialisis Rutin di RSUD
Tarakan, Kalimantan Utara. eJournal Kedokt Indones. 2019;4(2):87–91.
43. Sugiyono. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung; 2018.
44. Negara IC, Prabowo A. Penggunaan Uji Chi–Square untuk Mengetahui
Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Umur terhadap Pengetahuan Penasun
Mengenai HIV–AIDS di Provinsi DKI Jakarta. Pros Semin Nas Mat dan Ter
2018. 2018;1–8.
45. Profil UPT RSUD UNDATA. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah
Undata Palu Provinsi Sulawesi Tengah. 2018;3–6. Available from:
www.rsundata.com
46. S SS, Purba AT, Ojak F, Pardede I, Komputer T, Indonesia PB.
Pengelompokan Jumlah Penduduk Berdasarkan Kategori Usia Dengan Metode
K-MEANS. 2019;2:166–72.
47. Mardhatillah M, Arsin A, Syafar M, Hardianti A. Ketahanan Hidup Pasien
Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsup Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. J Kesehat Masy Marit. 2020;3(1):21–33.
48. Sari AR, Rahman F, Wulandari A, Dkk. Perilaku Pencegahan Covid-19
Ditinjau dari Karakteristik Individu dan Sikap Masyarakat. Penelit dan
Pengemb Kesehat Masy Indones. 2020;1 Nomor 1.
49. Insan, Ariyani H, Hilmawan RG, Sari P puspita, Dkk. Gambaran Karakteristik
Pasien Gagal Ginjal Kronis Di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum DR.
Soekardjo Kota Tasikmalaya. J Keperawatan Kebidanan.
2018;3(November):1–6.
50. Yusra A. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Keperawatan dan Pendidik profesi Ners.
2021;1 Nomor 3:56–9.
51. Anita DC, Novitasari D. Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan Terhadap
Lama Menjalani Hemodialisa. J Kesehat Masy. 2017;1(1):104–12.
52. Abdullah SM. Social Cognitive Theory : A Bandura Thought Review
published in 1982-2012. Psikodimensia. 2019;18(1):85.
53. Kapu DART. Hubungan Efikasi Diri Dengan Burn Out Pada Perawat DI
Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Intensive Care Unit (ICU) RSUD
S.K. Lerik Kota Kupang. Skripsi. 2020;
54. Suryani L, Seto SB, Bantas MGD. Hubungan Efikasi Diri dan Motivasi
Belajar Terhadap Hasil Belajar Berbasis E-Learning pada Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Matematika Universitas Flores. J Kependidikan J Has
Penelit dan Kaji Kepustakaan di Bid Pendidikan, Pengajaran dan
Pembelajaran. 2020;6(2):275.
55. Yanti NPAD, Nugraha IMADP, Wisnawa GA, Agustina NPD & DN.
Gambaran Pengetahuan Untuk Meningkatkan Self Efficacy Pasien Gagal
Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. Keperawatan dan Pendidik
profesi Ners. 2020;8 Nomor 3:491.
56. Rahardjo W. Kontribusi Hardiness dan Self Efficacy Terhadap Stres Kerja
(Studi Pada Perawat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten). J Psikol.
2019;47–57.
57. Rabitti E, Cavuto S, Iani L, Ottonelli S, De Vincenzo F, Costantini M. The
assessment of spiritual well-being in cancer patients with advanced disease:
Which are its meaningful dimensions? BMC Palliat Care. 2020;19(1):1–8.
58. Ummah AK, Hartanti RD. Hubungan Self Efficacy Dengan Kualitas Hidup
Pasien Hemodialisis Di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Keperawatan
dan Pendidik profesi Ners. 2018;2(2):2018.
59. Baharun H, Bali MMEI, Muali C, Munawaroh L. Self-Efficacy Sebagai Media
Peningkatan Profesionalisme Guru Di Madrasah. Risâlah, J Pendidik dan Stud
Islam. 2020;6(2):344–57.
60. Amila A, Sinaga J, Sembiring E. Self Efficacy dan Gaya Hidup Pasien
Hipertensi. J Kesehat. 2018;9(3):360.
61. Hidayat DR. Teori Dan Aplikasi Psikologi Kepribadian Dalam Konseling.
Bogor: Ghalia Indonesia; 2015. 188–190 p.
LAMPIRAN
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Waktu Pelaksanaan Kegiatan


No Kegiatan November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
1
Judul
Pengambilan
2
Data Awal
Penyusunan
3
Proposal
Seminar
4
Proposal
Perbaikan
5
Proposal
6 Izin Penelitian
7 Penelitian
Penyusunan
8
Skripsi
9 Ujian Skripsi
Perbaikan
10
Skripsi
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informant Concent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


No. Responden :
Hari/Tanggal :

Bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan


oleh MOH.DUR SULE Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Widya
Nusantara Palu, sampai dengan berakhirnya masa penelitian yang dimaksud.
Bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian sesuai
dengan kondisi yang sesungguhnya.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
sedang dalam paksaan siapapun dan untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Palu, 01 April 2022

Responden
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :
Yth. Bapak – Ibu
Di Tempat.

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan STIKes Widya Nusantara Palu :
Nama : MOH. DUR SULE
NIM : 201801114
Judul Penelitian : Hubungan Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup Pada Pasien
Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di
UPT. RSUD Undata Palu

Dengan ini memohon kesedian saudara untuk menjadi responden dalam


penelitian ini guna membantu dalam penyusunan skripsi. Segala hal yang bersifat
rahasia akan saya rahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Untuk
itu, saya mengharap kesediaan saudara secara sukarela untuk menjadi responden
dalam penelitian saya.
Atas bantuan dan kesediaan saudara menjadi responden, saya ucapkan terima
kasih.

Palu, 01 April 2021

Peneliti

(MOH.DUR SULE)
KUESIONER EFIKASI DIRI PASIEN
“GAGAL GINJAL KRONIK”
A. Identitas Responden
1. Nama Inisial :
2. Umur :
3. Pekerjaan :
4. Pendidikan :
5. Jenis Kelamin :
6. Berapa lama HD :
B. Petunjuk Pengisian
1. Jawablah dibawah ini yang menunjukkan sejauh mana keyakinan anda,
bahwa anda mampu melakukan aktivitas dibawah .
2. Isilah Tabel dibawah ini dengan tanda (√) sesuai yang anda alami.
3. Jika ada pertanyaan yang tidak dimengeti, silahkan tanyakan pada peneliti.
4. Jawablah dengan jujur sesuai keadaan yang dialami.
5. Dimohon tidak mengosongkan jawaban, karna jawaban sangat diperlukan
untuk kebutuhan penelitian.
NO TIDAK KADANG- SERING SELALU
PERNYATAAN PERNAH KADANG
Tingkat Kesulitan (Magnitude)
1. Saya merasa mampu untuk
melakukan suatu pekerjaan walaupun
sakit.
2. Saya merasa mampu mengontrol
emosi saya ketika sedang ada
masalah, saat menjalani hemodialisa.
3. Saya merasa ketika saya menghadapi
masalah dalam melakukan
hemodialisa, saya akan mencari jalan
keluar.
4. Mudah bagi saya untuk tetap
berpegang pada tujuan dan mencapai
tujuan saya.
NO TIDAK KADANG- SERING SELALU
PERNYATAAN PERNAH KADANG
5. Ketika saya dihadapkan pada satu
masalah, saya biasanya bisa
menemukan beberapa solusi.
6. Jika saya dalam masalah, biasanya
saya bisa memikirkan sebuah solusi.
Tingkat Kekuatan (Strength)
7. Saya menerima keadaan saya sebagai
suatu cobaan dari tuhan yang maha
kuasa.
8. Saya merasa tidak depresi karena
harus menjalani program hemodialisa
dalam jangka waktu lama.
9. Saya merasa cuci darah mampu
meningkatkan status kesehatan saya.
10. Jika seseorang menghambat tujuan
saya, saya akan, mencari cara dan
jalan untuk menerusakannya.
11. Dalam situasi yang tidak terduga saya
selalu tahu bagaimana saya harus
bertindak.
12. Mudah bagi saya untuk tetap
berpegang pada tujuan dan mencapai
tujuan saya.
13. Saya tahu bagaimana menangani
situasi yang tidak terduga.
14. Apapun yang terjadi selama proses
cuci darah, saya akan siap
menanganinya.
15. Saya akan segera mengunjungi dokter
ketika ada perubahan pada tubuh
saya.
Cakupan Tingkah Laku
(Generality))
16. Saya merasa mampu menghadapi
penyakit yang saya derita.
17. Saya merasa cuci darah mampu
memperpanjang usia hidup saya.
18. Saya selalu bisa mengatasi masalah
sulit saya, jika saya bisa melakukan
usaha yang maksimal.
19. Untuk setiap masalah saya
mempunyai pemecahan jalan keluar.
NO TIDAK KADANG- SERING SELALU
PERNYATAAN PERNAH KADANG
20. Saya dapat menghadapi kesulitan
dengan tenang, karena saya selalu
dapat mengandalkan kemampuan
saya.
Sumber : Wahid (2018)
KDQOL
(Kidney Desease Quality of Life)

1. Secara umum bagaimana kondisi kesehatan anda sekarang ?


1. Sangat – sangat buruk 4. Sedang
2. Sangat baik 5. Buruk
3. Baik
2. Dibandingkan dengan setahun yang lalu bagaimana kondisi kesehatan anda
sekarang ?
1. Lebih baik dari pada setahun yang lalu
2. Kadang – kadang lebih baik dari pada setahun yang lalu
3. Sama seperti tahun yang lalu
4. Kadang – kadang lebih buruk dari pada setahun yang lalu
5. Lebih buruk sekarang dibandingkan setahun yang lalu
Hal berikut ini mengenai aktifitas yang mungkin anda lakukan dalam
kehidupan sehari hari apakah kesehatan anda membatasi aktifitas anda ? jika
ya seberapa besar
3. Aktivitas berat seperti berlari, mengangkat benda yang berat, berpartisipasi
dalam olah raga
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, tidak terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
4. Aktivitas sedang seperti menggeser meja, mengepel lantai, mendorong vacum
cleaner,bowling atau bermain golf
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, tidak terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
5. Mengangkat atau membawa belanjaan, mengangkat barang yang ringan 7-10
kg
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, tidak terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
6. Menaiki anak tangga beberapa lantai
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, tidak terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
7. Menaiki anak tangga 1 lantai/ jalan mendaki ± 100 meter
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, tidak terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
8. Membungkuk,belutut atau jongkok
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, tidak terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
9. Berjalan lebih dari 1 Km
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, tidak terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
10. Berjalan beberapa ratus meter (±500 M)
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, tidak terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
11. Berjalan seratus meter
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, tidak terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali
12. Mandi dan berpakaian sendiri
1. Ya, sangat terbatas
2. Ya, tidak terbatas
3. Tidak, tidak terbatas sama sekali

Selama 1 bulan terakhir, apakah anda mempunyai masalah pada pekerjaan


anda atau aktivitas rutin lain yang disebabkan oleh kesehatan fisik anda ?
seperti berikut :

Pernyataan ya tidak
13. mengurangi waktu dalam melakukan pekerjaan (tetap)
atau aktivitas lain
14. tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sempurna
15. hanya dapat melakukan pekerjaan / aktivitas tertentu
16. sulit melaksanakan pekerjaan atau aktifitas pokok atau
anda membutuhkan tenaga ekstra untuk melakukan hal
tersebut

selama 1 bulan terakhir, apakah pekerjaan anda atau aktivitas rutin yang lain
terganggu karena masalah emosional seperti berikut ini (depresi/stres/cemas)

Pernyataan ya Tidak
17. Mengurangi waktu dalam melakukan pekerjaan (tetap)
atau aktivitas lain
18. Tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sempurna
19. Tidak melakukan pekerjaan (rutin) atau aktivitas lain
secermat biasanya

20. selama 1 bulan terakhir, seberapa besar kesehatan fisik atau masalah
emosional menghalangi aktivitas sosial anda yang normal bersama
keluarga, teman, tetangga, atau kelompok ?
1. tidak sama sekali 4. Agak besar
2. sedikit 5. Sangat besar
3. lumayan
21. seberapa besar rasa nyeri pada tubuh yang anda rasakan selama 1 bulan
terakhir ini
1. tidak ada sama sekali 4. Nyeri sedang
2. nyeri sangat ringan 5. Nyeri sekali
3. nyeri ringan 6. Luar biasa nyeri
22. selama 1 bulan terakhir, apakah sering rasa nyeri tersebut menggangu
pekerjaan normal anda (termasuk pekerjaan di dalam dan di luar rumah)
1. tidak sama sekali 4. Cukup sering
2. sedikit 5. Sangat sering
3. sedang – sedang
pertanyaan ini mengenai perasaan anda dan bagaimana pikiran anda selama 1
bulan terakhir, setiap pertanyaan berikut satu jawaban yang mendekati dengan
apa yang anda rasakan dalam 1 bulan terakhir :
Pernyataan setiap sering Kadang Sekali jarang tidak
waktu kadang pernah
23. apakah
penuh
semangat ?
24. apakah anda
selalu ragu-
ragu dalam
menghadapi
sesuatu ?
25. pernahkah
anda merasa
begitu
tenteram ?
26. apakah anda
merasa
begitu
tentram ?
27. apakah anda
merasa
penuh energy
?
28. apakah anda
merasa
kecewa atau
sedih ?
29. apakah anda
merasa lelah
atau loyo ?
30. apakah anda
merasa orang
yang bahagia
31. apakah anda
merasa capek
32. selama 1 bulan terakhir seberapa lama kesehatan fisik atau masalah emosi
yang mengganggu aktifitas sosial anda (seperti mengunjungi kawan,
saudara dan yang lainnya)
1. selalu 4. Sekali – sekali
2. sering sekali 5. Tidak pernah
3. kadang – kadang

menurut anda seberapa besar pernyataan di bawah ini yang sesuai dengan
anda, kalau sesuai seberapa benar, kalau tidak sesuai seberapa salah ?
Pernyataan sangat benar tidak salah salah
benar tahu sama
sekali
33. saya kelihatan lebih
mudah sakit dibandingkan
orang lain
34. saya merasa sama
sehatnya seperti orang
lain yang saya kenal
35. saya merasa kesehatan
saya akan memburuk
36. kesehatan saya baik luar
biasa
MASTER TABEL
EFIKASI DIRI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
Karakteristik Responden Efikasi Diri
No U JK PT PK LH X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X JL KD ED
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 1 3 2 1 1 1 1 2 2 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 45 T 1
2 3 1 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 49 T 1
3 5 1 5 6 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 52 T 1
4 6 1 3 6 1 0 1 1 1 1 2 2 0 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 26 S 2
5 3 2 3 1 2 0 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 0 3 2 2 3 43 T 1
6 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 3 3 3 2 45 T 1
7 5 1 5 6 1 0 0 1 1 1 1 3 0 1 1 1 1 1 3 1 0 0 1 1 2 20 R 3
8 4 2 1 2 2 3 1 3 3 2 3 3 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 53 T 1
9 5 2 5 5 1 1 3 3 2 3 3 3 1 3 3 2 2 1 3 2 3 3 2 2 1 46 T 1
10 5 2 2 4 1 1 0 0 1 1 1 3 1 2 1 1 1 1 2 3 1 2 2 1 1 26 S 2
11 4 1 6 5 1 1 1 2 3 3 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 50 T 1
12 4 1 4 2 1 0 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 29 S 2
13 5 1 3 2 1 1 1 1 2 1 1 2 3 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 29 S 2
14 4 2 3 4 3 2 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 53 T 1
15 5 1 3 2 2 1 0 0 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 47 T 1
16 4 1 5 5 1 0 1 1 1 1 1 3 1 3 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 30 S 2
17 4 1 5 5 1 1 3 2 3 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 53 T 1
18 5 2 5 5 1 1 1 0 1 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 41 T 1
19 4 2 2 4 2 0 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 2 36 S 2
20 4 2 3 2 1 2 2 3 3 3 3 3 1 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 53 T 1
21 3 2 3 4 2 2 3 1 3 2 2 3 0 0 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 44 T 1
22 3 2 5 3 3 1 1 1 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 45 T 1
23 4 2 5 5 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 48 T 1
24 3 2 3 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 41 T 1
25 4 2 3 6 2 1 3 2 2 1 1 3 3 3 1 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 46 T 1
26 4 2 3 4 1 1 3 3 2 3 3 3 0 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 51 T 1
27 3 2 3 4 1 2 1 2 1 2 1 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 3 3 3 3 44 T 1
28 4 1 3 8 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 56 T 1
29 3 1 5 5 3 1 3 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 44 T 1
30 3 1 3 2 2 3 1 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54 T 1
31 4 1 5 5 3 1 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 52 T 1
32 4 2 1 4 3 1 1 3 1 2 2 3 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 37 S 2
33 5 1 5 6 3 1 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 46 T 1
34 5 1 3 2 1 1 1 2 3 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 37 S 2
35 4 2 2 4 1 1 0 1 2 0 0 1 1 1 0 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 20 R 3
36 6 2 3 4 1 0 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 2 1 3 3 3 3 3 1 33 S 2
37 5 2 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 57 T 1
38 5 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 49 T 1
39 5 2 1 4 1 0 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 19 R 3
40 3 1 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 1 2 2 2 3 3 51 T 1
41 5 2 3 4 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 56 T 1
42 4 2 2 4 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 56 T 1
43 4 1 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 57 T 1
44 2 2 5 7 1 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 1 2 3 3 3 3 3 3 2 52 T 1
45 4 1 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58 T 1
46 3 2 1 4 1 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 1 1 3 3 3 1 2 3 3 47 T 1
47 3 1 5 5 1 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 1 2 2 2 48 T 1
48 3 2 5 4 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 54 T 1
49 3 1 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 54 T 1
50 3 1 3 8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 59 T 1
51 2 2 5 2 3 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 19 K 3
52 1 1 5 7 1 1 1 3 3 3 3 3 1 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 40 T 1
53 3 1 2 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 53 T 1
54 5 1 2 1 1 1 2 3 2 1 1 3 2 3 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 32 S 2
Keterangan :
No : Nomor Responden JK : Jenis Kelamin PT : Pendidikan Terakhir
U : Usia 1 = Laki-Laki 1 =SD 6 =S2
1 =17-25 Thn 5 =56-65 Thn 2 = Perempuan 2 =SMP
2 =26-35 Thn 6 =66-75 Thn 3 =SMA
3 =36-45 Thn 4 =Diploma
4 =26-55 Thn 5 =S1

PK : Pekerjaan LH : Lama Hemodialis JL :Jumlah


1 =Petani 6 =Pensiunan 1 = <12 Bln ED : Efikasi Diri
2 =Wiraswasta 7 =Honorer 2 = 13-24 Bln KD : Kode Efikasi Diri
3 =Pendeta 8 =Anggota Polri 3 = >24 Bln 1 = Tinggi yaitu 41-60
4 =IRT 2 = Sedang yaitu 20-40
5 =PNS 3 = Rendah yaitu 0-20
MASTER TABEL
KIDNEY DESEASE QUALITY OF LIFE
No Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y JL KH KD
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 4 1 1 6 4 4 5 5 3 3 5 3 3 4 2 3 3 86 B 1
2 4 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 5 1 3 2 3 85 B 1
3 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 5 4 3 3 4 93 B 1
4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 48 K 2
5 5 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 5 5 5 4 2 3 2 2 4 5 3 5 2 3 2 2 1 86 B 1
6 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 2 2 1 1 1 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 76 B 1
7 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 45 K 2
8 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 3 3 6 3 6 6 6 4 3 3 2 5 2 3 2 5 86 B 1
9 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 4 4 5 3 4 3 5 4 5 4 4 2 2 3 90 B 1
10 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 49 K 2
11 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 5 1 4 4 5 3 5 5 5 3 4 2 2 4 92 K 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 45 K 2
13 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 3 4 4 4 4 4 4 4 1 2 4 5 4 4 3 3 3 89 B 1
14 3 1 1 2 1 2 2 3 1 1 2 3 1 1 2 1 1 1 1 2 3 1 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 2 4 1 5 90 B 1
15 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 4 3 4 5 3 3 3 1 1 3 1 4 2 4 1 4 76 B 1
16 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 49 K 2
17 3 1 1 2 1 2 3 1 1 1 3 3 2 1 1 1 2 1 1 3 4 3 6 4 6 6 6 4 4 6 4 3 4 3 4 3 104 B 1
18 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 4 4 4 4 4 4 4 6 3 1 4 4 3 3 86 B 1
19 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 49 K 2
20 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 6 4 3 4 2 3 2 88 B 1
21 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 2 1 2 1 1 2 4 4 6 5 6 6 4 4 4 4 5 1 2 2 2 4 92 B 1
22 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 6 4 6 6 6 4 3 6 3 3 2 4 2 4 92 B 1
23 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 4 3 3 3 4 4 4 3 3 5 3 3 4 3 4 2 84 B 1
24 3 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 1 2 6 4 4 4 4 4 1 5 1 3 3 2 1 4 88 B 1
25 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 5 1 5 5 5 4 4 5 4 3 3 3 3 3 84 B 1
26 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 6 1 5 5 5 1 4 6 4 3 1 3 2 4 85 B 1
27 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 3 5 4 4 5 6 4 4 4 4 3 4 3 2 4 92 B 1
28 3 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 3 2 1 1 1 2 1 1 3 4 3 6 1 5 5 6 3 4 5 4 3 4 3 2 4 95 B 1
29 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 3 3 5 1 6 5 5 1 4 4 4 5 3 4 1 3 86 B 1
30 3 4 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 3 2 3 3 3 1 5 3 1 3 1 4 1 4 82 B 1
31 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 3 4 3 6 3 5 5 5 4 3 5 3 3 4 3 2 4 100 B 1
32 3 3 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 94 B 1
33 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 4 4 3 4 2 2 2 4 5 4 5 2 4 3 4 2 90 B 1
34 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 47 K 2
35 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 46 K 2
36 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 47 K 2
37 3 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 2 3 6 1 5 5 5 1 4 5 4 3 3 3 2 4 83 B 1
38 3 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 3 2 6 4 4 4 6 3 3 3 3 3 4 3 3 4 88 B 1
39 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 47 K 2
40 4 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 4 4 4 5 5 5 5 3 3 5 4 5 4 3 2 4 92 B 1
41 4 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 3 2 2 2 1 1 1 1 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 89 B 1
42 4 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 3 2 4 3 4 4 5 4 4 4 4 3 4 2 2 4 84 B 1
43 4 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 3 4 3 4 4 5 5 5 3 3 4 4 3 4 2 3 4 92 B 1
44 3 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 2 4 84 B 1
45 4 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 4 4 4 5 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 2 4 90 B 1
46 4 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 3 3 3 87 B 1
47 4 2 1 1 2 1 1 3 2 2 1 3 2 2 1 1 1 1 1 2 4 2 6 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 2 4 92 B 1
48 3 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 1 1 3 4 3 6 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 2 2 4 93 B 1
49 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 6 1 5 6 6 1 4 5 3 3 2 4 2 4 91 B 1
50 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 4 5 5 4 4 5 5 5 3 3 2 2 2 90 B 1
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 47 K 2
52 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 5 1 4 4 4 3 4 5 4 2 1 4 1 4 82 B 1
53 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 87 B 1
54 4 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 3 5 4 5 4 3 3 4 5 5 4 5 3 3 4 1 2 91 B 1

Keterangan :
No : Nomor/Responden
JL : Jumlah
KH : Kualitas Hidup
KD ; Kode Kualitas Hidup
1 = Baik ≥ 50
2 = Kurang Baik ≤ 50
Uji Normalitas, Univariat dan Bivariat SPSS

Uji Normalitas

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Efikasi Diri * Kualitas Hidup 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 54

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 10.71855084

Most Extreme Differences Absolute .069

Positive .069

Negative -.052

Kolmogorov-Smirnov Z .508

Asymp. Sig. (2-tailed) .958

a. Test distribution is Normal.

Analisis Univariat ( Karakteristik Responden)

Frequencies
Statistics

Pendidikan Lama
Usia Jenis Kelamin Terakhir Pekerjaan Hemodialisis

N Valid 54 54 54 54 54

Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17-25 Thn 1 1.9 1.9 1.9

26-35 Thn 4 7.4 7.4 9.3

36-45 Thn 15 27.8 27.8 37.0

46-55 Thn 18 33.3 33.3 70.4

56-65 Thn 14 25.9 25.9 96.3

66-75 Thn 2 3.7 3.7 100.0

Total 54 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 26 48.1 48.1 48.1

Perempuan 28 51.9 51.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Petani 4 7.4 7.4 7.4

Wiraswasta 15 27.8 27.8 35.2

Pendeta 1 1.9 1.9 37.0

IRT 15 27.8 27.8 64.8

PNS 10 18.5 18.5 83.3

Pensiunan 5 9.3 9.3 92.6

Honorer 2 3.7 3.7 96.3

Anggota Polri 2 3.7 3.7 100.0

Total 54 100.0 100.0


Laman Hemodialisis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 12 Bln 26 48.1 48.1 48.1

13-24 Bln 16 29.6 29.6 77.8

> 24 Bln 12 22.2 22.2 100.0

Total 54 100.0 100.0

Descriptives
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Efikasi Diri 54 1 3 1.33 .614

Kualitas Hidup 54 1 2 1.20 .407

Valid N (listwise) 54

Frequencies
Statistics

Efikasi Diri Kualitas Hidup

N Valid 54 54

Missing 0 0

Frequency Table
Efikasi Diri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tinggi 40 74.1 74.1 74.1

Sedang 10 18.5 18.5 92.6

Rendah 4 7.4 7.4 100.0

Total 54 100.0 100.0


Kualitas Hidup

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 43 79.6 79.6 79.6

Kurang Baik 11 20.4 20.4 100.0

Total 54 100.0 100.0

Analisis Bivariat (Uji Fisher Exact)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Efikasi Diri * Kualitas Hidup 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%

Efikasi Diri * Kualitas Hidup Crosstabulation

Kualitas Hidup

Baik Kurang Baik Total

Efikasi Diri Tinggi Count 40 0 40

Expected Count 31.9 8.1 40.0

Rendah, Sedang Count 3 11 14

Expected Count 11.1 2.9 14.0

Total Count 43 11 54

Expected Count 43.0 11.0 54.0


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 39.468a 1 .000

Continuity Correctionb 34.773 1 .000

Likelihood Ratio 40.045 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 38.738 1 .000

N of Valid Casesb 54

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.85.

b. Computed only for a 2x2 table


DOKUMENTASI

Tahapan penelitian dengan pengisian lembar kuesioner pada responden


RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah seorang yang tumbuh dan dibesarkan dari keluarga yang
sederhana, dilahirkan di desa Pebotoa pada tanggal 23 Maret 2000 Kecamatan Bumi
Raya Kabupaten Morowali. Dari pasangan suami istri yaitu ayah Misi Sule dan
almarhuma ibu Dinar, Penulis adalah putra 2 dari 4 orang bersaudara. Pendidikan
yang penulis tempuh selama menimbah ilmu mulai lulus SDN Pebotoa tahun 2012,
lulus SMPN 1 Bumi Raya 2015, lulus SMAN 1 Bumi Raya 2018 dan pada Tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk STIKes Widya Nusantara Palu melalui jalur
PMDK Rapor di STIKes Widya Nusantara Palu dan diterima di Program Studi Ilmu
Keperawatan.
Selama menempuh jenjang perkuliahan, penulis adalah mahasiswa aktif yang
tergabung di beberapa organisasai mahasiswa yang ada di kampus STIKes Widya
Nusantara Palu salah satunya pernah menjabat sebagai Sekertaris Umum II di Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Periode 2019/2020 dan periode 20220/2021 sampai
periode 2021/2022 masih bergabung di organisasai ini dan menjabat sebagai anggota
di Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia BEM KM STIKes Widya
Nusantara Palu. Selain itu penulis juga tergabung di Paduan Suara Mahasiswa PMK
EL-Gibort STIKes Widya Nusantara dalam mengikuti beberapa lomba yang di buat
oleh lembaga tersebut. Dan untuk organisasai eksternal kampus penulis tergabung di
Hipunan Pelajar Mahasiswa Bumi Raya (FPPMBR) menjabat sebagai Sekertaris
Umum.

Anda mungkin juga menyukai