Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KASUS DENGAN DENGUE HEMORRAGIC

FEVER (DHF) DI RUANGAN CATELIA RSUD UNDATA


PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :

NAMA : NAHDHATUL IMAM MAULANA


NIM : 2022031024

CI LAHAN CI INSTITUSI

Sarini, S.Kep,Ns Ns.Katrina Feby Lestari.,M.P.H


NIP. 198111022007012007 NIK. 20120901027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022
KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi
Dengue Hemorragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut
yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan
empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan,
hepatomegali dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul renjatan
(sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang
dapat menyebabkan kematian(Soegeng Soegijanto, 2018).
DHF adalah merupakan penyakit anak yang disebabkan oleh virus
dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes
aegipty betina.(Soedarto, 2018).
DHF atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegipty (Kristina 2019). DHF  ialah penyakit yang terdapat
pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi
dan biasanya memburuk setelah 2 hari pertama. (Soedarmo, 2018).
Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegepti dan Aedes albopictus(Soegeng Soegijanto, 2018).

2. Etiologi
Penyebab penyakit dengue hemoragic fever (DHF) atau demam
berdarah adalah virus dengue. Virus ini tergolong dalam family/suku/grup
flaviviridae yang dikenal ada 4 serotipe, dengue 1, dengue 2, dengue 3,
dengue 4, yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Infeksi
dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup
terhadap serotype  bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotype lain (Wijaya,2019).
Penyebab lainnya demam berdarah dengue (DBD) atau dengue
haemorragic fever (DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut
saat ini telah diisolasi menjadi 4 serompe virus dengue yang termasuk
dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-
2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang
menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe
DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan
adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2.
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue  adalah virus Dengue dan
nyamuk aedes.

3. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan
mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke
ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).Hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya
trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal
pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan
dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata
melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan
intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma
telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup,
penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau
hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan
mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati
dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah
dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit DHF ialah
meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang
berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler.Hal ini berakibat berkurangnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia,
efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan
dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga
peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi
sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi
anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian
pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan
dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi
trombosit. (Hendarwanto, 2019).

4. Klasifikasi DHF
Dengue Haemorragic Fever (DHF) diklasifikasikan menjadi 4
kategori penderita menurut derajat beratnya sebagai berikut :
 Derajat I
Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan
hanya berupa touniket tes yang positif.
 Derajat II
Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya berupa
perdarahan dibawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya.
 Derajat III
Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah
penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg) atau hipotensi dengan
disertai akral yang dingin dan gelisah.
 Derajat IV
Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah
yang tidak terukur ( Soegeng Soegijanto, 2018)
5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa
inkubasi antara 13-15 hari. Adapun tanda dan gejala menurut WHO dikutip dari Amin &
Hardi 2019, yaitu :
a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
b. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif,seperti perdarahan
pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis,Hematemesis, Hematuri, dan melena)
c. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darahmenurun (tekanan
sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolic 20 mmHg atau kurang) disertai
kulit yang teraba dingin dan lembabterutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita
gelisah timbulsianosis disekitar mulut.
Adapun gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada
penderita DHF adalah :
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktumenelan.
b. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare,konstipasi.
c. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,tulang dan
sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal padasaluran tubuh dll.
d. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia (kurang atau
sama dengan 100.000 mm) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih atau
sama dengan 20 %) (Padila 2019).

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
a. Trombosit menurun
b. Hematokrit meningkat 20% atau lebih
c. Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
d. Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
e. Hipoproteinemia( Protein darah rendah )
Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan systole dan
diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-anak. Positif ada butir-
butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi (Hendarwanto, 2019).
7. Penatalaksanaan
1. Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam dengue adalah
melalui uji rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan hapus
darah tepi untuk melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell culture) atau pun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptosi
Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini
adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM maupun IgG).
2. Pemeriksaan serologi ditujukan untuk deteksi antibodi spesifik terhadap virus dengue.
Pemeriksaan yang banyak digunakan adalah berupa uji HI (Haemoglobin Inhibition
test : uji hambatan hemaglutinasi) yang merupakan standar WHO, kemudian uji indirect
ELica, uji captured Elisa untuk dengue baik IgM captured-Elisa (MAC-ELISA) maupun
IgG captured-ELISA. dnegue blot/dengue stick/dot imunosial dengue dan uji SCT
(immuno-enromotographie test) antara lain dengue rapid test, sedangkan uji fiksasi
komplemen dan uji netralisasi sudah lama ditinggalkan karena rumit dan tidak praktis.
3. Uji HI yang merupakan uji serologis yang dianjurkan menurut standar WHO, dapat
mendeteksi antibody anti-dengue, dimana infeksi virus dengue akut ditandai dengan
terdapatnya peningkatan titer empat kali atau lebih antara sepasang sera yaitu serum akut
dan serum konvalesens, disamping itu 1 : 2.560 menunjukkan interpretasi infeksi
flovivirus skondes.
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. Diet, makan lunak.
c. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan beri
penderita oralit.
d. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi ketat
tiap jam.
e. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
f. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk menurunkan
suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial /salisilat tidak
dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau
asidosis.
g. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan untuk
mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
h. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
i. Pemberian terapi cairan melalui infus. Pemberian cairan intra vena ( biasanya diberikan
ringer lactat, nacl ) ringer lactate merupakan cairan intra vena yg paling sering
digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28
mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter. (Effendi, 2019)
j. Menguras bak mandi seminggu sekali.
k. Bersihkan wadah penampung air lainnya.
l. Pasang kelambu nyamuk.
m. Jangan menumpuk atau menggantuk baju teralu lama.
n. Gunakan lotion atau krim anti nyamuk.
o. Fogging.
p. Pangkas dan bersihkan tanaman liar di halaman rumah.

8. Komplikasi
Komplikasi DHF adalah :
a. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,penurunan jumlah
trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dankoagulopati, trombositopenia,
dihubungkan dengan meningkatnyamegakoriosit muda dalam sumsum tulang dan
pendeknya masa hiduptrombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet
positif, ptekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan
melena.
b. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke2–7, disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadikebocoran plasma, efusi cairan
serosa ke rongga pleura dan peritoneum,hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan
hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod,
miokardiumvolume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.DSS juga disertai dengan
kegagalan hemostasis mengakibatkanperfusi miokard dan curah jantung menurun,
sirkulasi darah terganggudan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresifdan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
akanmeninggal dalam 12-24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemahan yang berhubungan dengan nekrosis
karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan selsel kapiler.Terkadang tampak
sel netrofil dan limposit yang lebih besardan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi
atau kompleks virus antibody.
d. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yangmengakibatkan ekstravasasi aliran
intravaskuler sel hal tersebut dapatdibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura
bila terjadi efusipleura akan terjadi dispnea, sesak napas (Effendi, 2019)

KONSEP DASAR KEPERAWATAN (TEORI NANDA, NIC & NIC)

1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Identitas klien meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnose medis.
b. Keluhan utama
meliputi alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF saat dating ke rumah
sakit.
c. Riwayat penyakit sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan tanda-tanda
lemah. ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dam lembab, demam disertai
lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, kepala dan perut
serta nyeri ulu hati.
d. Riwayat penyakit dahulu
Ada kemungkinan penderita yang pernah terjangkit penyakit DHF bisa berulang
lagi.Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang di derita dahulu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit DHF bias dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam suatu keluarga ada yang
menderita penyakit ini, kemungkinan untuk tertular besar.
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan yang
kurang pencahayaan dan sinar matahari dan banyak genangan air.
g. Pola persepsi fungsional kesehatan
1) Pola Nutrisi dan Metabolik
Gejala : Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit saatmenelan.
Tanda : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, nyeritekan pada ulu hati.
2) Pola eliminasi
Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri, (tahaplanjut).
3) Pola aktifitas dan latihan
Gejala : Keluhan lemah
Tanda : Dispnea, pola nafas tidak efektif, karena efusi pleura.
4) Pola istirahat dan tidur
Gejala : Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/ panas/ menggigil.
Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena efusi pleura, nyeri epigastrik,
nyeri otot/ sendi.
5) Pola persepsi sensori dan kognitif
Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot/ sendi, pegal-pegal seluruh tubuh.
Tanda : Cemas dan gelisah.
6) Persepsi diri dan konsep diri
Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah.
7) Sirkulasi
Gejala : Sakit kepala/ pusing, gelisah
Tanda : Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, dispnea,perdarahan
nyata (kulit epistaksis, melena hematuri),peningkatan hematokrit 20% atau lebih,
trombosit kurangdari 100.000/mm.
8) Keamanan
Gejala : Adanya penurunan imunitas tubuh, karena hipoproteinemia.
9) Kebersihan
upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri danlingkungan cenderung kurang
terutama untukmembersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti. (Padila. 2018).
10) Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
Hb dan PCV meningkat (≥20%).
Trombositopenia (≤100.000/ml).
Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
Ig.D.dengue positif.
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan : hipoprotinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
Urium dan PH darah mungkin meningkat.
Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO rendah.
SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.
2. PATHWAY KEPERAWATAN

Arbovirus ( melalui nyamuk Aedes aegypti)

Beredar dalam aliran darah

Infeksi virus dengue

Mengaktifkan sistem komplemen

Membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a

PGE2 hipotalamus

g3 termoregulator

Hipertermi

peningkatan reabsorbsi Na+ dan H20

peningkatan membran permeabilitas

agregasi trombosit kerusakan endotel pembuluh darah renjatan hipovolemik dan


hipotensi
trombositopeni merangsang dan mengaktivasi
faktor pembekuan
Kebocoran plasma
DIC

Resiko Perdarahan

Ketidakefektifan Pefusi
Jaringan Perifer

Asidosis metabolik Hipoksia

Resiko Syok Kekurangan Vol. ektravaskuler


Hipovolemik Cairan

paru-paru hepar abdomen

efusi pleura hepatomegali ascites

mual, muntah
Ketidakefektifan Pola
Napas penekanan intraabodmen
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari
Nyeri Akut Kebutuhan Tubuh
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul berdasarkan NANDA 2021 :
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
berkurang
e. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan
f. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor
pembekuan darah (trombositopenia)

4. INTERVENSI

No Diagnosa NOC NIC


1 Hipertermi b/d NOC : NIC :
proses infeksi virus Thermoregulation Fever treatment :
dengue Kriteria Hasil : 1. Monitor suhu sesering
1. Suhu tubuh dalam mungkin
rentang normal 2.  Monitor IWL
2. Nadi dan RR 3. Monitor warna dan
dalam rentang suhu kulit
normal 4. Monitor tekanan
3. Tidak ada darah, nadi dan RR
perubahan warna 5. Monitor penurunan
kulit dan tidak ada tingkat kesadaran
pusing, merasa 6. Monitor WBC, Hb,
nyaman dan Hct
7. Berikan anti piretik
8. Selimuti pasien
9. Berikan cairan
intravena
10. Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
Temperature regulation
11. Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
12. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
13. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
14. Berikan anti piretik
jika perlu
15. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR

2 Nyeri Akut NOC : NIC :


berhubungan dengan Kriteria Hasil : Pain Management
agen cedera biologis 1. Mampu 1. Lakukan pengkajian
mengontrol nyeri nyeri secara
(tahu penyebab komprehensif
nyeri) termasuk lokasi,
2. Melaporkan bahwa karakteristik, durasi,
nyeri berkurang frekuensi, kualitas dan
dengan faktor presipitasi
menggunakan 2. Observasi reaksi
manajemen nyeri nonverbal dari
3. Mampu mengenali ketidaknyamanan
nyeri (skala, 3. Kurangi faktor
intensitas, presipitasi nyeri
frekuensi dan 4. Pilih dan lakukan
tanda nyeri) penanganan nyeri
4. Menyatakan rasa (farmakologi, non
nyaman setelah farmakologi dan inter
nyeri berkurang personal)
5. TTV dalam batas 5. Kaji tipe dan sumber
normal nyeri untuk
menentukan intervensi
6. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
7. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
8. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
9. Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
5. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
6. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
7. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari v   Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d  food and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
intake nutrisi yang Kriteria Hasil : makanan
tidak adekuat akibat 1. Adanya 2. Kolaborasi dengan
mual dan nafsu peningkatan berat ahli gizi untuk
makan yang badan sesuai menentukan jumlah
menurun dengan tujuan kalori dan nutrisi yang
2. Berat badan ideal dibutuhkan pasien
sesuai dengan 3. Anjurkan pasien untuk
tujuan meningkatkan protein
3. Mampu dan vitamin C
mengidentifikasi 4. Yakinkan diet yang
kebutuhan nutrisi dimakan mengandung
4. Tidak ada tanda- tinggi serat untuk
tanda malnutrisi mencegah konstipasi
5. Tidak terjadi 5. Ajarkan pasien
penurunan berat bagaimana membuat
badan yang berarti catatan makanan
v harian
6. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
7. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
6. Monitor mual dan
muntah
7. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
8. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
9. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral
10. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
4 Resiko Syok 1. Monitor Keadaan 1. Untuk Memonitor
Hypolemik Umum Pasien Kondisi Pasien
Berhubungan Selama Perawatan
Dengan Dengan 2. Observasi Vital Terutama Saat Terjadi
Perdarahan Yang Sign Setiap 3 Jam Perdarahan. Perawat
Berlebihan, Atau Lebih Segera Mengetahui
Pindahnya Cairan 3. Jelaskan Pada Tanda-Tanda
Intravaskuler Ke Pasien Dan Persyok/Syok
Ekstravaskuler Keluarga Tanda 2. Perawat Harus Terus
Perdarahan, Dan Mengobservasi Vital
Segera Laporkan Sing Untuk
Jika Terjadi Memastikan Tidak
Perdarahan Terjadi Persyok/Syok
4. Pemberian Cairan 3. Dengan Melibatkan
Intravena Pasien Dan Keluarga
5. Pemberian Hb, Maka Tanda-Tanda
Pcv, Trombo Perdarahan Dapat
Segera Diketahui Dan
Tindakan Yang Cepat
Segera Diberikan
4. Cairan Intavena
Diperlukan Untuk
Mengatasi Kehilangan
Cairan Tubuh Secara
Hebat
5. Untuk Mengetahui
Tingkat Kebocoran
Pembulu Darah Yang
Dialami Pasien Dan
Untuk Acuan
Melakukan Tindakan
Lebih Lanjut
5 Defisien Volume 1. Awasi Vital Sign 1. Vital Sign Membantu
Cairan Berhubungan Tiap 3 Jam/Lebih Mengidentifikasi
Dengan Pindahnya Sering Fluktuasi Cairan
Cairan Intravaskuler 2. Observasi Intravaskuler
Ke Ekstravaskuler Capillary Refill 2. Indikasi Keadekuatan
3. Intake Dan Output. Sirkulasi Perifer
Catat Warna 3. Penurunan Haluaran
Urine/Konsentrasi, Urine Pekat Dengan
Bj Peningkatan Bj
4. Anjurkan Untuk Diduga Dehidrasi
Minum 1500-200 4. Untuk Memenuhi
Ml/Hari (Sesuai Cairan Tubuh Peroral
Toleransi) 5. Dapat Meningkatkan
5. Pemberian Cairan Cairan Tubuh, Untuk
Intravena Mencegah Terjadinya
Hypovolemic Syok

6 Resiko Terjadi 1. Monitor Tanda- 1. Penurunan Trombosit


Perdarahan Tanda Penurunan Merupakan Tanda
Berhubungan Trombosit Yang Adanya Kebocoran
Dengan Penurunan Disertai Tanda Pembuluh Darah
Faktor-Faktor Klinis Yang Pada Tahap
Pembekuan Darah 2. Monitor Trombosit Tertentu Dapat
(Trombositopeni) Tiap Hari Menimbulkan Tanda-
3. Anjurkan Pasien Tanda Klinis Seperti
Untuk Banyak Epistaksis, Ptike
Istirahat (Bedrest) 2. Dengan Trombosit
4. Berikan Penjelasan Yang Dipantau Tiap
Pada Pasien Dan Hari, Dapat Diketahui
Keluarga Untuk Tingkat Kebocoran
Melaporkan Jika Pembuluh Darah Dan
Ada Tanda Kemungkinan
Perdarahan, Seperti Perdarahan Yang
Hematemesis, Dialami Pasien
Melena, Epistaksis 3. Aktivitas Pasien Yang
Tidak Terkontrol
Dapat Menyebabkan
Terjadinya
Perdarahan
4. Keterlibatan Pasien
Dan Keluarga Dapat
Membantu Untuk
Penanganan Dini Bila
Terjadi Perdarahan
DAFTAR PUSTAKA

Amin. Hardi. 2021. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA & NIC –


NOC. Edisi Revisi.. Jogjakarta : MediAction
Effendi, christantie. (2018). Perawatan pasien DHF.EGC. Jakarta
Hendarwanto. (2019). Ilmu penyakit dalam.Jilid I. edisi ketiga.FKUI.
Jakarta
Morton, G. (2019). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2.Media
Aesculapius. Jakarta
NANDA Internasional. Diagnosa Keperawatan : Definisi &
Klasifikasi 2021 -2023. Edisi 11. Jakarta : EGC
Padila.(2018), Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika.
Jogjakarta
Wijaya, S.A. & Putri, M. Y. (2019). Keperawatan Medikal Bedah :
Keperawatan Dewasa, Teori, Contoh askep. Nuha medika

Anda mungkin juga menyukai