DI SUSUN OLEH :
CI LAHAN CI INSTITUSI
1. Definisi
Dengue Hemorragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut
yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan
empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan,
hepatomegali dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul renjatan
(sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang
dapat menyebabkan kematian(Soegeng Soegijanto, 2018).
DHF adalah merupakan penyakit anak yang disebabkan oleh virus
dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes
aegipty betina.(Soedarto, 2018).
DHF atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegipty (Kristina 2019). DHF ialah penyakit yang terdapat
pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi
dan biasanya memburuk setelah 2 hari pertama. (Soedarmo, 2018).
Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegepti dan Aedes albopictus(Soegeng Soegijanto, 2018).
2. Etiologi
Penyebab penyakit dengue hemoragic fever (DHF) atau demam
berdarah adalah virus dengue. Virus ini tergolong dalam family/suku/grup
flaviviridae yang dikenal ada 4 serotipe, dengue 1, dengue 2, dengue 3,
dengue 4, yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Infeksi
dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup
terhadap serotype bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotype lain (Wijaya,2019).
Penyebab lainnya demam berdarah dengue (DBD) atau dengue
haemorragic fever (DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut
saat ini telah diisolasi menjadi 4 serompe virus dengue yang termasuk
dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-
2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang
menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe
DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan
adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2.
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue dan
nyamuk aedes.
3. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan
mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke
ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).Hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya
trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal
pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan
dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata
melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan
intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma
telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup,
penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau
hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan
mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati
dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah
dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit DHF ialah
meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang
berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler.Hal ini berakibat berkurangnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia,
efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan
dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga
peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi
sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi
anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian
pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan
dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi
trombosit. (Hendarwanto, 2019).
4. Klasifikasi DHF
Dengue Haemorragic Fever (DHF) diklasifikasikan menjadi 4
kategori penderita menurut derajat beratnya sebagai berikut :
Derajat I
Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan
hanya berupa touniket tes yang positif.
Derajat II
Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya berupa
perdarahan dibawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya.
Derajat III
Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah
penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg) atau hipotensi dengan
disertai akral yang dingin dan gelisah.
Derajat IV
Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah
yang tidak terukur ( Soegeng Soegijanto, 2018)
5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa
inkubasi antara 13-15 hari. Adapun tanda dan gejala menurut WHO dikutip dari Amin &
Hardi 2019, yaitu :
a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
b. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif,seperti perdarahan
pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis,Hematemesis, Hematuri, dan melena)
c. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darahmenurun (tekanan
sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolic 20 mmHg atau kurang) disertai
kulit yang teraba dingin dan lembabterutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita
gelisah timbulsianosis disekitar mulut.
Adapun gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada
penderita DHF adalah :
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktumenelan.
b. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare,konstipasi.
c. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,tulang dan
sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal padasaluran tubuh dll.
d. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia (kurang atau
sama dengan 100.000 mm) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih atau
sama dengan 20 %) (Padila 2019).
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
a. Trombosit menurun
b. Hematokrit meningkat 20% atau lebih
c. Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
d. Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
e. Hipoproteinemia( Protein darah rendah )
Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan systole dan
diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-anak. Positif ada butir-
butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi (Hendarwanto, 2019).
7. Penatalaksanaan
1. Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam dengue adalah
melalui uji rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan hapus
darah tepi untuk melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell culture) atau pun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptosi
Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini
adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM maupun IgG).
2. Pemeriksaan serologi ditujukan untuk deteksi antibodi spesifik terhadap virus dengue.
Pemeriksaan yang banyak digunakan adalah berupa uji HI (Haemoglobin Inhibition
test : uji hambatan hemaglutinasi) yang merupakan standar WHO, kemudian uji indirect
ELica, uji captured Elisa untuk dengue baik IgM captured-Elisa (MAC-ELISA) maupun
IgG captured-ELISA. dnegue blot/dengue stick/dot imunosial dengue dan uji SCT
(immuno-enromotographie test) antara lain dengue rapid test, sedangkan uji fiksasi
komplemen dan uji netralisasi sudah lama ditinggalkan karena rumit dan tidak praktis.
3. Uji HI yang merupakan uji serologis yang dianjurkan menurut standar WHO, dapat
mendeteksi antibody anti-dengue, dimana infeksi virus dengue akut ditandai dengan
terdapatnya peningkatan titer empat kali atau lebih antara sepasang sera yaitu serum akut
dan serum konvalesens, disamping itu 1 : 2.560 menunjukkan interpretasi infeksi
flovivirus skondes.
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. Diet, makan lunak.
c. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan beri
penderita oralit.
d. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi ketat
tiap jam.
e. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
f. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk menurunkan
suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial /salisilat tidak
dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau
asidosis.
g. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan untuk
mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
h. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
i. Pemberian terapi cairan melalui infus. Pemberian cairan intra vena ( biasanya diberikan
ringer lactat, nacl ) ringer lactate merupakan cairan intra vena yg paling sering
digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28
mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter. (Effendi, 2019)
j. Menguras bak mandi seminggu sekali.
k. Bersihkan wadah penampung air lainnya.
l. Pasang kelambu nyamuk.
m. Jangan menumpuk atau menggantuk baju teralu lama.
n. Gunakan lotion atau krim anti nyamuk.
o. Fogging.
p. Pangkas dan bersihkan tanaman liar di halaman rumah.
8. Komplikasi
Komplikasi DHF adalah :
a. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,penurunan jumlah
trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dankoagulopati, trombositopenia,
dihubungkan dengan meningkatnyamegakoriosit muda dalam sumsum tulang dan
pendeknya masa hiduptrombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet
positif, ptekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan
melena.
b. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke2–7, disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadikebocoran plasma, efusi cairan
serosa ke rongga pleura dan peritoneum,hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan
hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod,
miokardiumvolume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.DSS juga disertai dengan
kegagalan hemostasis mengakibatkanperfusi miokard dan curah jantung menurun,
sirkulasi darah terganggudan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresifdan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
akanmeninggal dalam 12-24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemahan yang berhubungan dengan nekrosis
karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan selsel kapiler.Terkadang tampak
sel netrofil dan limposit yang lebih besardan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi
atau kompleks virus antibody.
d. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yangmengakibatkan ekstravasasi aliran
intravaskuler sel hal tersebut dapatdibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura
bila terjadi efusipleura akan terjadi dispnea, sesak napas (Effendi, 2019)
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Identitas klien meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnose medis.
b. Keluhan utama
meliputi alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF saat dating ke rumah
sakit.
c. Riwayat penyakit sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan tanda-tanda
lemah. ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dam lembab, demam disertai
lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, kepala dan perut
serta nyeri ulu hati.
d. Riwayat penyakit dahulu
Ada kemungkinan penderita yang pernah terjangkit penyakit DHF bisa berulang
lagi.Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang di derita dahulu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit DHF bias dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam suatu keluarga ada yang
menderita penyakit ini, kemungkinan untuk tertular besar.
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan yang
kurang pencahayaan dan sinar matahari dan banyak genangan air.
g. Pola persepsi fungsional kesehatan
1) Pola Nutrisi dan Metabolik
Gejala : Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit saatmenelan.
Tanda : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, nyeritekan pada ulu hati.
2) Pola eliminasi
Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri, (tahaplanjut).
3) Pola aktifitas dan latihan
Gejala : Keluhan lemah
Tanda : Dispnea, pola nafas tidak efektif, karena efusi pleura.
4) Pola istirahat dan tidur
Gejala : Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/ panas/ menggigil.
Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena efusi pleura, nyeri epigastrik,
nyeri otot/ sendi.
5) Pola persepsi sensori dan kognitif
Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot/ sendi, pegal-pegal seluruh tubuh.
Tanda : Cemas dan gelisah.
6) Persepsi diri dan konsep diri
Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah.
7) Sirkulasi
Gejala : Sakit kepala/ pusing, gelisah
Tanda : Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, dispnea,perdarahan
nyata (kulit epistaksis, melena hematuri),peningkatan hematokrit 20% atau lebih,
trombosit kurangdari 100.000/mm.
8) Keamanan
Gejala : Adanya penurunan imunitas tubuh, karena hipoproteinemia.
9) Kebersihan
upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri danlingkungan cenderung kurang
terutama untukmembersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti. (Padila. 2018).
10) Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
Hb dan PCV meningkat (≥20%).
Trombositopenia (≤100.000/ml).
Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
Ig.D.dengue positif.
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan : hipoprotinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
Urium dan PH darah mungkin meningkat.
Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO rendah.
SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.
2. PATHWAY KEPERAWATAN
PGE2 hipotalamus
g3 termoregulator
Hipertermi
Resiko Perdarahan
Ketidakefektifan Pefusi
Jaringan Perifer
mual, muntah
Ketidakefektifan Pola
Napas penekanan intraabodmen
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari
Nyeri Akut Kebutuhan Tubuh
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul berdasarkan NANDA 2021 :
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
berkurang
e. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan
f. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor
pembekuan darah (trombositopenia)
4. INTERVENSI