Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN PADA AN.

Y DENGAN DENGUE
HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI RUANG DURIAN RSUD KLUNGKUNG
PADA TANGGAL 13-15 FEBRUARI 2023

OLEH:

KOMANG ARI SINTA DEWI

NIM. 2214901081

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2023
A. TINJAUAN KASUS

1. Pengertian

Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang


disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi.
2010). Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam
akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus
(Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau
oleh AedesAlbopictus (Titik Lestari, 2016).

Dengue Hemorhagic Fever (DHF) tidak menular melalui kontak


manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah
hanya dapat ditularkan melalui nyamuk (Prasetyono 2012).

Klasifikasi Dengue Haemorhagic Fever (DHF)

Menurut WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi Dengue


Haemorhagic Fever (DHF) menjadi 4 derajat, yaitu sebagai berikut:

1) Derajat I:

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan


adalah uji tourniquet positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.

2) Derajat II :

Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulit dan atau


perdarahan lain.

3) Derajat III :

Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan


lemah, tekanan darah menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotens i
disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.

4) Derajat IV :

Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.

2. Etiologi

Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue


Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk. Virus Dengue
mempunya i 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang
ditularkan melalui nyamuk. Nyamuk ini biasanya hidup dikawasan tropis
dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang. Keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu
serotip akan menimbulka n antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang
lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe yang lain tersebut. Seseorang yang tinggal di
daerah endemis dengue dapat terinfeks i oleh 3 atau 4 serotipe selama
hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah
di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010). Virus Dengue berbentuk batang, bersifat
termoragil, sensitif terhadap inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat,

stabil pada suhu 700C. Keempat tipe tersebut telah ditemukan pula di
Indonesia dengan tipe DEN 3 yang paling banyak ditemukan (Hendarwanto
2010). Dengue Haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus
(Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepthy. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut
(Nursalam ,2008) adalah :

1) Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih

Hidup didalam dan sekitar rumah


2) Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari

3) Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar

4) Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah
seperti bak mandi, tempayan vas bunga.

3. Patofisiologi

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk


terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang
jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal
diseluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah
pada kulit. Kelainan juga dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau
seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan
zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem
kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler
sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya
pembesaran plasma, akibat pembesaran plasama terjadi pengurangan volume
plasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanan darah,
hemokonsentras i, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem
retikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti
bodi yang akhirnya bisa menyebabkan anaphylaxia.

Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya


saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat
berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi
akibat kehilangan plasma yang tidak segera diatasi maka akan terjadi anoksia
jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya
pada hari ke- 3 dan ke-7.

Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan
depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia, yang berlanjut
akan menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dan kelaina n
koagulasi yang akhirnya sampai pada perdarahan. Reaksi perdarahan pada
pasien DHF diakibatkan adanya gangguan pada hemostasis yang mencakup

perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3),


menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Perdarahan yang terjadi
seperti peteke, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai
perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal. Pembekuan yang meluas
pada intravaskuler (DIC) juga bisa menyebabkan terjadi saat renjatan.

4. Manifestasi Klinis

Menurut Khair 2013, tanda dan gejalanya adalah :

a. Demam tinggi 5-7 hari

b. Perdarahan , terutama perdarahan bawah kulit, ptekie, hematoma

c. Epistaksi, hemamelena, hematuria

d. Mual, muntah diare, konstipasi, tidak ada nafsu makan

e. Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.

f. Sakit kepala

g. Pembengkakan sekitar mata

h. Pembesaran hati, limpa dan kelenjer getah bening

i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin,tekanan darah


menurun, gelisah, capila reffil time lebih dari 2 detik nadi cepat dan
lemah).

Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa :

1. Demam disertai ruam-ruam makulopapular


2. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai
dengan demam ringan/ demam tinggi (> 39◦C) yang tiba-
tiba dan berlangs ung selama 2-7 hari, disertai sakit kepala
hebat, nyeri dibelakang mata, nyeri sendi dan otot, mual dam
muntah dan ruam-ruam.

3. Bintik-bintik perdarahan dikulit sering terjadi, kadang-kadang


disertai bintik-bintik perdarahan di farings dan konjungtiva

4. Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di


ulu hati, nyeri ditulang rusuk kanan dan nyeri seluruh perut

5. Kadang-kadang demam mencapai 40-41◦C dan terjadi


kejang demam pada bayi.

5. Pemeriksaan Penunjang atau Diagnostik

1) Darah

a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu


menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari
hemoglobin, PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjuk kan
adanya tropositopenia (100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit
sebanyak 20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit
pada masa konvaselen.

b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbuln ya


renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis
pasti pada DHF dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji
serologi hemaglutnasi (Brasier dkk 2012).

a) Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga

b) Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %


c) Protein rendah

d) Natrium rendah (hiponatremi)

e) SGOT/SGPT bisa meningkat

f) Asidosis metabolic

g) Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan

c. Urine

Kadar albumin urine positif (albuminuria). (Vasanwala, 2012)


Sumsum tulang pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian
menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi dan
pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk semua sistem.

d. Foto Thorax

Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura.


Umumnya posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan)
lebih baik dalam mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi
berdiri apalagi berbaring.

e. USG

Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbanga n


karena tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat
diperiksa sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites
dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai
alat menentuka n diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih berat
misalnya dengan melihat ketebalan dinding kandung empedu dan
penebalan pankreas.

f. Diagnosis Serologis

1) Uji Hemaglutinasi (Uji HI). Tes ini adalah gold


standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya sensitif
namun tidak spesifik. Artinya tidak dapat
menunjukkan tipe virus yang menginfeks i. Antibodi
HI bertahan dalam tubuh lama sekali (<48 tahun)
sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi
epidemio logi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer
konvalesen 4x lipat dari titer serum akut atau tinggi
(>1280) baik pada serum akut atau konvalesen
dianggap sebagai pesumtif (+) atau diduga keras
positif infeks i dengue yang baru terjadi (Vasanwala
dkk. 2012).

2) Uji komplemen Fiksasi (uji CF). Jarang digunakan


secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit
dan butuh tenaga berpengalaman. Antibodi
komplemen fiksasi bertahan beberapa tahun saja
(sekitar 2-3 tahun).

3) Uji Neutralisasi. Uji ini paling sensitif dan spesifik


untuk virus dengue. Dan biasanya memakai cara
Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT)
(Vasanwala dkk. 2012)

4) IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA). Banyak


sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5
infeksi virus dengue karena IgM sudah timbul
kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM negatif maka uji
harus diulang. Apabila sakit ke-6 IgM masih negatif
maka dilaporkan sebagai negatif. IgM dapat bertahan
dalam darah sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi
(Vasanwala dkk. 2012)
5) Identifikasi Virus. Cara diagnostik baru dengan
reverse transcriptase polymerasechain reaction
(RTPCR) sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap
serotype tertentu, hasil cepat dan dapat diulang
dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA
dari specimenyang berasal dari darah, jaringan tubuh
manusia, dan nyamuk (Vasanwala dkk. 2012).

6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

1. DHF Tanpa Renjatan

a. Beri minum banyak (1 ½ – 2 liter / hari).

b. Obat antipiretik untuk menurunkan panas, dan


dapat juga dilakukan kompres.

c. Jika kejang maka dapat diberi luminal


(antionvulsan) untuk anak <1th dosis 50 mg im
dan untuk anak >1th 75 mg im. Jika 15 menit
kejang belum teratasi, beri lagi luminal dengan
dosis 3mg / kb bb ( anak <1th dan pada anak >1th
diberikan 5 mg/ kg BB.

d. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat.

2. DHF Dengan Renjatan

a. Pasang infus (RL, NaCl, Faali) yang biasa digunakan.

b. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan


plasma expander (20– 30 ml/ kg BB).

c. Tranfusi jika Hemoglobin dan Hematokrit menurun.


b. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam

2. Pemeriksaan Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit tiap 4 jam

3. Observasi intake output

4. Diet makan lunak

5. Pada pasien DHF derajat I (pasien diistirahatkan,


observasi tanda vital tiap 3 jam, periksa Hb, Ht,
Trombosit tiap 4 jam, beri minum 1 ½ liter – 2 liter
per hari, beri kompres).

6. Pada pasien DHF derajat II (pengawasan tanda vital, pemeriksaan

Hb, Ht, Trombosit, perhatikan gejala seperti nadi lemah,


kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan
sakit perut, beri infus).

7. Pada pasien DHF derajat III (Infus guyur, posisi semi


fowler, beri O2, pengawasan tanda – tanda vital tiap 15
menit, pasang cateter, observasi produktif urin tiap jam,
periksa Hb, Ht dan trombosit).

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan


oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat berguna
untuk menentukan masalah keperawatan yang muncul pada pasien.
Konsep keperawatan anak pada klien Dengue Haemoragic Fever
(DHF) menurut Ngastiyah yaitu :

1. Identitas pasien Keluhan utama


2. Riwayat penyakit sekarang

3. Riwayat penyakit dahulu

4. Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita,


apakah pernah dirawat sebelumnya.

5. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang


demam, apakah ada riwayat penyakit keturunan,
kardiovaskuler, metabolik, dan sebagainya.

6. Riwayat psikososial

Bagaimana riwayat imunisasi, bagaimana pengetahuan


keluarga mengenai demam serta penanganannya.

Data Fokus

a. Data subyektif

Merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan


pasien atau keluarga pada pasien Dengue Haemoragic Fever
(DHF), data subyektif yang sering ditemukan antara lain :

1. Panas atau demam

2. Sakit kepala

3. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.

4. Lemah

5. Nyeri ulu hati, otot dan sendi

6. Konstipasi

b. Data obyektif

Merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan


perawat pada keadaan pasien. Data obyektif yang sering
ditemukan pada penderita DHF antara lain:

1. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.

2. Tampak bintik merah pada kulit (petekie), uji torniquet (+),


epistaksis, ekimosis,hematoma, hematemesis, melena.

3. Hiperemia pada tenggorokan.

4. Nyeri tekan pada epigastrik.

5. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.

6. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah,


hipotens i, ekstremitas dingin, gelisah, sianosisperifer,
nafas dangkal.

7. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


kebocoran plasma darah.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu


akibat spasme otot-otot pernafasan.

3. Resiko perdarahan berhubungan dengan faktor-faktor pembekuan


darah (trombositopeni).

4. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue.

5. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis.

6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan


intravaskuler ke ekstravaskuler.

7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
menurun.

8. Intolerani aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.

9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit, perawatan


serta obat-obatan.

10. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis.

Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


berhubungan dengan kebocoran plasma darah.

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan


….x24 Jam diharapkan sirkulasi darah ke
perifer normal dengan kriteria hasil :

a) Tekanan sistol dan diastole dalam rentang yang diharapkan.

b) Tidak ada ortostastik hipertensi.

c) Tidak ada TIK

d) Mampu berkomunikasi dengan jelas


menunjukan perhatian konsentrasi dan orientasi

Intervensi :

Tindakan Rasional
Mandiri Mandiri

1. Kaji tanda vital, warna 1. Memberikan informasi tentang


kulit,nadi ferifer,dan CRT kulit atau keadekuatan perfusi
jaringan dan juga adanya bunyi
2. Tinggikan kepala tempat tidur
afas adventisius (bunyi nafas
sesuai toleransi
yang tidak normal)
Kolaborasi :
Meningkatkan ekspansi paru
1. Monitor laboratorium (Hb,
dan memaksimalkan
hmt)
ekspansi paru dan
2. Kolaborasi pemberian anti memaksimalkan oksigenasi

platelet atau anti perdarahan untuk kebutuhan seluler.

Kolaborasi :

1. Nilai laboratorium dapat


menunjukan komposisi darah

2. Meminimalkan adanya bekuan

dalam darah.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu
akibat spasme otot-otot pernafasan.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan …x24 jam diharapkan


pola nafas pasien efektif dengan kriteria hasil :

a) Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,


irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentan normal 18-20
x/menit, tidak ada suara nafas abnormal).

b) Mampu mendemonstrasikan batuk efektif dengan suara nafas


yang bersih.

c) Tidak ada sianosis dan dsypnue

d) Tanda – Tanda Vital dalam rentang normal :


TD : 110/120-80-90 x/menit

N: 60-100 x/menit
S : 36,5-37,50C

RR : 18-20 x/menit

Intervensi :

Tindakan Rasional
Mandiri Mandiri

1. Kaji frekuensi dan 1. Mengetahui


irama pernafasan. frekuensi pernafasan
pasien.
2. Tinggikan kepala dan
bantu mengubah posisi 2. Meningkatkan
inspiras i maksimal dan
3. Ajarkan teknik nafas dalam
untuk memperbaiki
dan relaksasi.
ventilasi.
Kolaborasi
3. Dapat
1. Kolaborasi dengan dokter dalam
memberika n pengatahuan
terapi oksigen.
pada pasien tentang teknik
nafas dalam.

Kolaborasi :

1. Meringankan kerja paru


untuk memenuhi kebutuhan
oksigen serta memenuhi
kebutuhan oksigen dalam
tubuh.
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan faktor-faktor pembekuan
darah (trombositopeni).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x 24 jam


diharapkan resiko perdarahan pasien berkurang atau tidak terjadi
perdarahan. Dengan kriteria hasil :

a) TD dan Nadi stabil.

b) Hb dalam batas normal (> 10 g/100 ml)

c) Trombosit dalam batas normal (> 50.000/ml)

Intervensi :

Tindakan Rasional

Mandiri : Mandiri :

1. Kaji keadaan kulit atau 1. Mengetahui adanya resiko


membrane mukosa. perdarahan dengan menemuka n
adanya Ptieke, perdarahan gusi.
2. Pantau TD dan Nadi.

3. Hindari tindakan dapat 2. Perubahan dapat me-nunjuka n


yang
sebagai efek hypovolemia
membuat cidera jaringan atau
(perdarahan).
perdarahan.

diet 3. Jaringan rapuh dan


4. Anjurkan klien untuk
trombositopenia meningka tkan
makanan halus.
resiko perdarahan meskipun
5. Awasi pemeriksaan lab, misalnya
trauma minor.
: trombostit, HB / HT.
4. Dapat mengurangi iritasi gusi.
Kolaborasi :
5. penurunan jumlah trombosit dan
1. Berikan SDM, Trombosit. HB/HT mengidentifikasi adanya
perdarahan.

Kolaborasi :
1. Memperbaiki atau menorma lkan
jumlah SDM dan kapaitas
pembawa O2 untuk
memperbaikai anemia, berguna
utuk mencegah atau mengobati

perdarahan.

4. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama….x 24 jam


diharapkan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh dengan kriteria hasil :

a) Tanda – tanda vital pasien dalam rentang normal.

b) Badan tidak terasa hangat.

c) Tidak ada pusing

d) Tidak perubahan warna kulit

Intervensi :

Tindakan Rasional

Mandiri : Mandiri :

1. Observasi keadaan umum 1. Mengidentifikasi pola


pasien (peningkatan suhu demam.
tubuh/demam) 2. Mengetahui keadaan umum
saat timbulnya demam. pasien.
2. Observasi vitalsign tiap 3 3. Peningkatan suhu tubuh
jam, seperti : suhu, nadi, mengakibatkan penguapan tubuh.
tekanan darah, respirasi.
4. Meningkat sehingga perlu
3. Anjurkan pasien banyak diimbangi asupan cairan yang
minum + 7-8 gelas sehari, (+
1400-1800 cc) perhari. banyak

4. Beri HE tentang 5. Mengurangi kecemasan


penyebab demam pasien dan keluarga.

5. Beri kompres hangat 6. Membantu menurunkan suhu


pada aksila dan lipatan tubuh.
paha.
5. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama….x 24 jam


diharapkan nyeri yang dirasakan pasien dapat teratasi dengan kriteria
hasil :

a) Pasien mampu mengontrol nyeri.

b) Nyeri berkurang.

c) Skala nyeri 0

d) Tanda – tanda vital dalam batas normal


TD : 110/70 - 120/80 mmHg

N : 75-120x/menit
RR : 30-60x/menit

S : 36,5˚ -37,5˚C

Intervensi :

Tindakan Rasional

1. Kaji perkembangan nyeri 1. Membantu dalam evaluasi

secara kompresif meliputi gejala nyeri, penggunan


lokasi, karakteristik, durasi, skala rentang membantu
frekuensi, kualitas, dan pasien dalam mengkaji
factor predisposisi. tingkat nyeri

2. Pantau TTV 2. Nyeri yang berkelanjutan


dapat berdampak pada tanda
3. Ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam, teknik – tanda vital.
diktraksi. 3. Membantu merelaksasi
4. Delegatif penggunaan pasien menurunkan stress
analgetik dan ketegangan otot dan
meningkatkan koping
pasien.

4. Menurunkan dan mengontrol


nyeri serta menurunkan
rangsangan sistem saraf
simpatis.

6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan


intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama….x 24 jam


diharapkan kebuthan cairan pasien terpenuhi dengan kriteria hasil :

a) Pasien mau minum 7-8 gelas/hari (1400-1800cc perhari)

b) Mukosa bibir lembab

c) PLT : 120 – 380 103 /UL

d) HCT : 37,0 – 54,0%

e) Pasien tidak demam dan tidak mual

f) Pasien tidak menunjukan tanda-tanda dehidrasi.

Intervensi :

Tindakan Rasional

1. Kaji keadaan umum pasien 1. Menetapkan data dasar


(lemah, pucat, takikardi), pasien, untuk mengetahui
serta tanda- tanda vital dengan cepat

2. Anjurkan pasien untuk penyimpangan dari


keadaan normalnya.
banyak minum 7-8 gelas
per hari (+ 1400-1800 cc 2. Asupan cairan sangat
perhari) diperlukan untuk
menambah volume cairan
3. Kaji tanda gejala dehidrasi
tubuh
4. Observasi tanda-tanda syok 3. Untuk mengetahui
seperti : akral penyebab deficit volume
cairan

dingin, nadi meningka t, 4. Agar dapat segera


tensi menurun sianosis. dilakukan tindakan untuk
menangani syok yang
5. Berikan cairan IVFD
dialami pasien.
sesuai program dokter
5. Pemberian cairan IVFD
6. Pantau masukan dan
sangat penting bagi
haluaran, catat warna,
pasien karena cairan
karakter urine. Hitung
langsung masuk ke
keseimbangan cairan.
pembuluh darah.
Waspada kehilanga n
yang tak tampak 6. Memberi infor masi

tentang keadekuatan

volume cairan dan


kebutuhan penggantian.

7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
menurun.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama….x 24 jam


diharapkan nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :

a) Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.

b) Tidak ada tanda malnutrisi.

c) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.


Intervensi :

Tindakan Rasional

1. Kaji adanya alergi 1. Untuk mengetahui

makanan. makanan apa yang boleh

2. Berikan pasien makanan dan tidak boleh diberikan


sedikit tapi sering kepada pasien.

3. Berikan informasi kepada 2. Dengan pemberian


pasien dan keluarga makanan sedikitt tapi
tentang kebutuhan nutrisi sering diharapkan nutris i
pasien terpenuhi
4. Kolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian 3. Agar pasien dan keluarga
nutrisi dan diet pasien memahami pentingnya
kebutuhan nutrisi bagi
.
tubuh.

4. Menentukan diet apa


yang diberikan kepada

klien.

8. Intolerani aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama….x 24 jam
diharapkan klien dapat meningkatkan ambulasi atau aktivitas dengan
kriteria hasil :

a) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan


tekanan darah, nadi dan respirasi

b) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) secara mandiri

c) Mampu berpindah dengan atau tanpa alat bantu.


Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kemampuan klien 1. Sebagai dasar untuk


dalam melakukan gerak. memberikan alternative
dan latihan gerak yang
2. Libatkan keluarga untuk
sesuai dengan
melatih mobilitas pasien.
kemampuanya.
3. Ajarkan klien melakukan
2. Untuk mendukung dan
aktivitas sehari – hari.
memotivasi pasien.

3. Untuk meningkatkan
pergerakan dan melakukan
pergerakan yang aman.

9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit, perawatan


serta obat-obatan.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama….x 24 jam


diharapkan keluarga klien memahami tentang proses penyakit dan
prognosanya setelah dilakukan penmulihan kesehatan dengan kriteria
hasil :

a) Pasien memahami proses penyakit dan prognosanya

b) Pasien melakukan pola hidup dan berpartisipasi dalam program


pengobatan.

Intervensi :

Tindakan Rasional

1. Kaji tingkat pemahaman 1. mengetahui seberapa jauh


pasien pemahaman pasien tentang
penyakitnya.
2. Berikan informasi yang
2. Memberikan informasi
jelas dan akurat yang diperlukan.
Kecepatan dan metode
pemberian informasi perlu
diubah agar menurunkan
ansietas pasien.

3. Beritahukan dan jelaskan 3. Pasien dapat mengetahui


tujuan setiap melakuka n apa yang akan dilakukan
tindakan invasif perawat terhadapnya dan

tujuannya

10. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama….x 24 jam


diharapkan kecemasan keluarga bisa berkurang dengan kriteria hasil :

a) Keluarga mengatakan mengerti tentang penyakit anaknya.

b) Orang tua tidak bertanya lagi tentang penyakit anaknya

c) Keluarga mampu menjelaskan penyebab dan pencegahan


penyakit DHF

d) Ibu mengatakan sudah tahu tentang penyebab dan pencegahan


penyakit DHF

e) Keluarga dapat menerima keadaan atau kondisi pasien saat ini.

Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Observasi tingkat 1. Untuk memudahkan
pengetahuan keluarga memberikan
tentang DHF. informasi.

2. Beri penjelasan 2. Agar keluarga


kepada keluarga mengerti tentang
tentang penyebab dan penyakit pasien.
pencegahan penyakit 3. Mengurangi
DHF. kecemasan dan
3. Beri kesempatan pada memotivasi keluarga
keluarga untuk dalam perawatan
menanyakan hal-hal pasien.
yang tidak diketahui 4. Untuk mengetahui
4. Lakukan evaluasi tentang informasi yang
setelah memberikan telah disampaikan
penjelasan pada apakah benar-benar
keluarga sudah diterima atau
belum.
5. Libatkan orang tua
dalam perawatan 5. Dapat memberi
pasien support dalam proses
penyembuhan pasien.

3. Implementsi Keperawatan

Perawat mengimplementasikan dari rencana keperawatan yang telah disusun


bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Implementasi
keperawatan terdiri dari 7 proses yaitu:
a. Bekerja sama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan Keperawatan.

b. Kolaborasi profesi kesehatan, meningkatkan status kesehatan.

c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan


klien.

d. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksanaan, tenaga keperawatan


dibawah tanggung jawabnya.

e. Menjadi coordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien tentang


status kesehatan dan fasilitas- fasilitas kesehatan yang ada.

f. Memberikan pendidikan kepada klien tentang status keluarga mengenai


konsep, keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi
lingkungan yang digunakan.

g. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan


berdasarkan respon klien.

4. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan cara


melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan
dengan kriteria hasil . Menurut Nursalam (2008), pada tahap evaluasi ini
terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi
selama proses perawatan berlangsung (evaluasi proses) dan kegiatan
melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan (evaluasi hasil).
Arbovirus (melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti)

Masuknya virus dengue dalam tubuh

Beredar dalam alian darah

Virus bereaksi dengan antibodi


Kurang terpaparnya Stress Defisit
Terbentuknya kompleks virus antobodi informasi hospitalisasiPengetahuan

Viremia
MRS
Dengue Haemoragic Ansietas
Fever (DHF)

Breath Blood Virus masuk Brain Bladder Bowel Bone


ke dalam
Mengaktifkan pembuluh Aktivitas C3
Agregasi Pelepasan Aktivitas C3 Perpindahan
sistem Aktivitas C3 darah
trombosit neurotransmiter dan C5 dan C5 cairan ke
v
komplemen dan C5
(histamin, ekstravaskuler
Melepas Menstimulasi bradikimin, Permeabilitas Hepato-
Aktivasi C3 Permeabilitas
adenosin di sel bost prostaglandin) dinding splenomegali Penurunan
dan C5 dinding
phosphat inflamasi pembuluh darah kebutuhan
pembuluh darah
(ADP) (mikrofag, Berikatan HCL O2 dan
Pelepasan
neotrofil) dengan reseptor meningkat nutrisi
anafilaktoksin
nyeri (IP-3)
(C3a C5a)
Trombosit Menghilangnya
Permiabilitas mengalami plasma melalui Menghilangnya
Memproduksi Influs nyeri Mual, Metabolisme
dinding kerusakan endotel dinding plasma melalui
endogenus masuk ke muntah, menurun
pembuluh darah metamorfosis pembuluh darah endotel dinding
pirogen (IL-1, talamus pembuluh darah nafsu makan
IL-6) menurun Lemah,
Menghilangnya Trombositopenia Kebocoran
Nyeri Kebocoran pusing,
plasma melalui plasma (ke Endotelium
Akut plasma (ke Masukan frekuensi
endotel dinding Resiko ekstravaskuler) hipotalamus
ekstravaskuler) nutrisi nadi dan
pembuluh darah Perdarahan meningkatkan kurang pernapasan
produksi meningkat
Kebocoran Penurunan
prostaglandin &
plasma (ke Syok sirkulasi ke BB menurun
Kekurangan neurotransmiter Intoleransi
ekstravaskuler) ginjal
Volume Aktivitas
Hipotensi, Cairan Ketidakseimbangan
v
Penumpukan Prostaglandin
nadi cepat Nutrisi Kurang Dari
cairan pada berikatan dengan Kebutuhan Tubuh
dan lemah
pleura neurontrepiotik di
Penurunan O2 hipotalamus
Ketidakefektif dalam jaringan
Meningkatkan
an Pola Nafas
Keidakefektifan termostat “sel
Perfusi Jaringan point” pada pusat
Perifer termoregulator

Demam

Hipertermi
DAFTAR PUSTAKA

Amin,H & Hardhi,K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction.

Brasier. A. R., Ju. H., Garcia. J., Spratt. H. M., Forshey. B. M., Helsey. E. S. 2012. A

Three-Component Biomarker Panel For Prediction Of Dengue Hemorraghic Fever.


Am. J. Trop. Med. Hyg.

Hendarwanto. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid : 1. Ed : 3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI:
Situasi Demam Berdarah Dengue di Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2015. 2015 : 187-
190

Marni. (2016). Asuhan Keperawatan Anak pada penyakit tropis. Jakarta: Erlangga.
Nanda.2018.Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-

2020.Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta:EG

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses, dan
Praktik. Jakarta : EGC.

Prasetyo, A. (2012) Analisis Spasial Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di


Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan.

Suriadi, Yuliani, Rita.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta : CV. \ Sagung
Seto

Anda mungkin juga menyukai