Anda di halaman 1dari 20

Nama Preceptee : Novitasari

NIM : PO7120419027
Tempat Praktek : Ruangan Perawatan II
Tanggal Praktek : 5-8 Oktober 2020

A. Judul Kasus
DHF (Dengue Hemoragic Fever)
B. Pengertian
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorhagic
fever//DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disetai leucopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hemotokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue
(dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan atau syok (Sudoyo, dkk 2009)
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus
(Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau
oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari, 2016)
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus.
Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan sistem pembekuan darah,
sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan
di daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk
diseluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih
dari 1000 m diatas permukaan air laut. Demam berdarah dengue tidak menular

Laporan Pendahuluan DHF 1


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam
berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk (Prasetyono 2012).

C. Penyebab dan Faktor Predisposisi


Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue
Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus Dengue
mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang ditularkan
melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup dikawasan tropis dan
berkembang biak pada sumber air yang tergenang. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan
menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe
yang lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue
dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010)
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap
inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 0C. Keempat
tipe tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3 yang paling
banyak ditemukan (Hendarwanto 2010).

D. Manifestasi Klinik (Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan
masa inkubasi anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik
timbul secara mendadak berupa:
1. Suhu tinggi (>37,5 oC)
2. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah),
3. Nyeri pada otot dan tulang, abdomen dan ulu hati

Laporan Pendahuluan DHF 2


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
4. Mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan, lidah kotor, tidak ada nafsu
makan
5. Diare, konstipasi
6. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan
retroorbital.
7. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata
mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar
mata terasa pegal.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3-6, mula-mula berbentuk makula besar
yang kemudian bersatu dan muncul kembali, serta kemudian timbul bercak-
bercak petekie. Pada awalnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian
menjalar ke seluruh tubuh.

Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang,
bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi
normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap
untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan.

Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura,
ekimosis, hematemesis, epistaksis melena, hematuria. Hati, limpa dan kelenjar
getah bening. umumnya membesar dan nyeri tekan, tetapi pembesaran hati tidak
sesuai dengan beratnya penyakit.uga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai
pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda  anak
menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab,
denyut nadi terasa cepat.

Laporan Pendahuluan DHF 3


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
Klasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :

Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi


perdarahan ialah uji bendung (uji tourniquet). Panas 2-7
hari,trombositopenia dan hemokonsentrasi.

Derajat II : Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau


perdarahan lain seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena
atau perdarahan gusi.

Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak
tampak gelisah.

Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan
darah tidak terukur.

E. Patofisiologi
Virus dengue masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes dan infeksi
pertama kali mungkin memberi gejala sebagai Dengue Fever (DF). Reaksi tubuh
merupakan reaksi yang biasa terlihat sebagai akibat dari proses viremia seperti
demam, nyeri otot dan atau sendi, sakit kepala, dengan / tanpa rash dan limfa
denopati.
Sedangkan DBD biasanya timbul apabila seseorang telah terinfeksi dengan
virus dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya.
Reinfeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga
menimbulkan konsentrasi komplek antigen antibodi (komplek virus anti bodi)
yang tinggi.
Terdapatnya komplek antigen antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan :
1. Aktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya mediator
anafilatoksin C 3a dan C 5a, dua peptida yang berdaya melepaskan histamin
dan merupakan mediator kuat yang menyebabkan meningkatnya

Laporan Pendahuluan DHF 4


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
permeabilitas pembuluh darah (plasma – Leakage), dan menghilangnya
plasma melalui endotel dinding itu, renjatan yang tidak diatasi secara
adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
berakhir kematian.
2. Depresi sumsum tulang mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi
dan mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dengan
akibat terjadi trombositopenia hebat dan perdarahan.
3. Terjadinya aktivasi faktor Hagemon (faktor XII) dengan akibat akhir
terjadinya pembekuan intra vaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini
maka plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada
pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi Fibrin
Degradation Product (FDP).

Laporan Pendahuluan DHF 5


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
Laporan Pendahuluan DHF 6
Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboraturium dan Penunjang yang dapat dilakukan pada anak
dengan DHF, meliputi:
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin untuk penderita DBD adalah jumlah
trombosit dan kadar hematokrit. Hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat
menjadi pertanda penyakit demam berdarah adalah:
a. Ig G dengue positif.
b. Trombositopenia, yaitu menurunnya jumlah trombosit darah hingga kurang
dari 100.000/mm3
c. Hemokonsentrasi; peningkatan jumlah hematokrit sebanyak 20% atau
lebih.
d. Dua kriteria klinis pertama, ditambah dengan trombositopenia dan
hemokonsentrasi sudah cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD.
Efusi pleura (tampak melalui rontgen dada) dan atau hipoalbuminemia
menjadi bukti penunjang adanya kebocoran plasma. Bukti ini sangat
berguna terutama pada pasien yang anemia dan atau mengalami perdarahan
berat. Pada kasus syok, jumlah hematokrit yang tinggi dan trombositopenia
memperkuat diagnosis terjadinya Dengue Shock Syndrom (WHO, 2009).
e. Leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan
basofilyang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada
saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena
berkurangnya limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.
2. Isolasi virus
3. Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
4. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-
6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP,
EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.

Laporan Pendahuluan DHF 7


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia.
a. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
b. Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
c. Waktu perdarahan memanjang.
d. Asidosis metabolik.
e. Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
6. Foto toraks lateral dekubitus kanan
Terdapat efusi pleura dan bendungan vaskuler

G. Penatalaksanaan
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
1. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang )
atau kejang-kejang
2. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif /
negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
3. Panas disertai perdarahan
4. Panas disertai renjatan
Belum atau tanpa renjatan:
1. Grade I dan II :
a. Oral ad libitum atau
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak
dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari
c. Untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit,
air buah atau susu secukupnya
d. Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum
sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin.

Laporan Pendahuluan DHF 8


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
e. Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus
yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam
kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
1) 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
2) 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
3) 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
4) 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
5) Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk
anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Dengan Renjatan :
2. Grade III
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan
nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat)
lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi
stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan
kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai
untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm
diperhitungkan sebagai berikut :
1) 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
2) 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
3) 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
4) 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam
keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah,
akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma
ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam
dan dapat diulang maksimal 30 mL/KgBB dalam kurun waktu 24 jam.

Laporan Pendahuluan DHF 9


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyak kebutuhan
cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa
waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1
jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg
dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus
memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau lainnya )
sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg
BB dalam kurun waktu 24 jam.
H. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien.
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak –
anak dengan usia kurang dari 15 tahun. Endemis di daerah tropis Asia,
dan terutama terjadi pada saat  musim hujan) jenis kelamin, alamat,
pendidikan, pekerjaan.
b. Keluhan Utama.
Panas atau demam.
c. Riwayat Kesehatan.
1) Riwayat penyakit sekarang.
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil
dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita.
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami
serangan ulang DHF.

Laporan Pendahuluan DHF 10


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
3) Riwayat imunisasi.
Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
4) Riwayat gizi.
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status gizi
yang baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Pasien yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka akan mengalami penurunan berat badan sehingga
status gizinya menjadi kurang.
5) Kondisi lingkungan.
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih ( seperti air yang menggenang dan gantungan baju
dikamar ).
6) Riwayat Tumbuh Kembang
d. Acitvity Daily Life (ADL)
1) Nutrisi : Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan.
2) Aktivitas : Nyeri pada anggota badan, punggung sendi, kepala,
ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktivitas sehari-
hari.
3) Istirahat, tidur :  Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
4) Eliminasi :  Diare / konstipasi, melena, oligouria sampai anuria.
5) Personal hygiene :  Meningkatnya ketergantungan kebutuhan
perawatan diri.

Laporan Pendahuluan DHF 11


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
e. Pemeriksaan fisik, terdiri dari :
Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai
berikut:
1) Keadaan umum :
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai
berikut :
a) Grade I            : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum
lemah, tanda – tanda vital dan nadi lemah.
b) Grade II          : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
c) Grade III         : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis,
somnolen, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi
menurun.
d) Grade IV         : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas
dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis.
2) Kepala dan leher.
a) Wajah     : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
b) Mulut      : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor,
(kadang-kadang) sianosis.
c) Hidung   : Epitaksis
d) Tenggorokan : Hiperemia
e) Leher      : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas
rahang daerah servikal posterior.
3) Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :

Laporan Pendahuluan DHF 12


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
Palpasi             : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi            : Suara paru pekak.
Auskultasi       : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
4) Abdomen (Perut).
Palpasi       : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan
dehidrasi turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment
point (Stadium IV).
5) Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi                        : Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi uri                         : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
6) Ekstrimitas atas dan bawah.
Stadium I          : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II – III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.
Stadium IV       : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada
jari tangan dan kaki.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang biasa muncul pada anak dngan DHF yaitu :
a. Hipertermi
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Kekurangan volume cairan intravaskular
d. Gangguan pola nafas
e. Resiko Perdarahan
f. Resiko gangguan perfusi perifer
g. Ketidakefektifan perfusi ginjal
h. Perubahan kenyamanan nyeri
i. Intoleransi aktivitas
j. Kurang pengetahuan
k. Ansietas pada anak
l. Ansietas pada orangtua

Laporan Pendahuluan DHF 13


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
3. Perencanaan (tujuan, renpra, rasional)
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan

1 Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan Fever treatment


peningkatan set asuhan keperawatan diha- - Ajarkan orang - Dapat membantu
point rapkan anak mencapai suhu tua untuk memberikan untuk mengurangi demam.
dalam batas normal (36,50C- kompres mandi (water tepid Penggunaan air es atau alkohol
37,50C) dengan kriteria hasil:sponge) hangat setiap 20-30 mungkin menyebabkan kedinginan
menit dan peningkatan suhu ssecara
Thermoregulation actual
Indikator AT - Kompres pasien - Prinsipnya
1. Suhu normal (36,5 C 0 pada lipat paha dan aksila mengurangi panas pada daerah
-37,50C) yang memiliki pembuluh darah
perifer paling banyak, yakni pada
2. Kulit tidak kemerahan - Anjurkan orang lipat paha dan aksila.
3. Kulit tidak hangat jika tua untuk memberikan - Digunakan untuk
di sentuh selimut pendingin mengurangi demam umumnya >
4. Tidak ada peningka- - Tingkatkan 39,50C-400C
tan frekuensi perna- sirkulasi udara
pasan - Tingkatkan intake - Menjanga suhu
5. Tidak ada takikardi cairan dan nutrisi ruangan pengap /panas,
- menghindari pengaruh duhu
6. Tidak terjadi kejang
- Berikan ruangan terhadap penamba-han
demam
antipiretik misalnya suhu tubuh anak.
parasetamol - Digunakan untuk
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim mengurangi demam dengan aksi
2. Keluhan berat sentralnya pada hipotalamus,
3. Keluhan sedang meskipun demam mungkin dapat
4. Keluhan ringan berguna dalam membatasi
5. Tidak ada keluhan pertumbuhan organisme dan
7. meningkatkan autodestruksi dari
- Lakukan sel-sel yang terinfeksi
Laporan Pendahuluan DHF 14
Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
kompres hangat pada kulit 1 - Pemberian
jam setelah pemberian antipiretik untuk menurunkan titik
antipiretik set, bila anak kedinginan berikan
lebih banyak pakaian atau selimut
karena kedinginan meningkatkan
laju metabolisme tubuh
- Monitor warna - Suhu 38,90C-41,10C
dan suhu kulit menunjukan proses penyakit
infeksius akut, warna kulit
kemerahan (flushing) dan suhu
kulit yang tinggi merupkan salah
satu tanda dari DHF
- Tekanan darah dapat
- Monitor meningkat dan berkurang pada
tekanan darah, nadi dan RR pasien hipertermi, nadi menjadi
lebih cepat dan RR meningkat
- Demam tinggi dapat
- Monitor menyebabkan kejang pada anak
penurunan tingkat kesadaran dankehilangan kesadaran akibat
gagalnya proses homeostasis tubuh
- Kebutuhan cairan
- Monitor intake pada pasien demam (hipertermi)
dan output meningkat, karena banyaknya
- Hitung balace cairan yang keluar (keringat,
cairan BAK), untuk itu pemenuhan
kebutuhan cairan harus
diperhatikan
- Selain intake cairan
per oral, intake cairan parenteral
- Berikan cairan juga dibutuhkan untuk pemenuhan
intravena balance cairan pasien.

Laporan Pendahuluan DHF 15


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
2 Ketidakseimbang- Setelah dilakukan tindakan Nutrition Monitoring
an nutrisi kurang asuhan keperawatan diharap-
dari kebutuhan kan kebutuhan nutrisi pada - Kaji kemampuan makan - Mengetahui adanya tanda
tubuh b.d faktor anak terpenuhi, dengan kriteria pasien malnutrisi
biologis hasil: - Monitor tipe dan jumlah - Mengurangi selera makan
(peningkatan asam aktivitas yang biasa dilakukan
lambung) - Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi - Kulit kering, turgor kulit yang
Nutritional Status : food and - Monitor turgor kulit jelek, rambut yang mudah patah
Fluid Intake - Monitor mual dan muntah mengidikasikan tanda malnutrisi
- Sebagai akibat dari peningkatan
Indikator AT asam lambung
- Monitor kadar glukosa serum, - Glukosa menurun karena
Nafsu makan tinggi
albumin, total protein, amonia gangguan glikogenesis, penurunan
Berat badan stabil simpanan glikogen atau masukan
yang tidak adekuat. Protein
Berat badan ideal sesuai menurun karena gangguan
dengan tinggi badan metabolisme, penurunan sintesis
hepatik atau kehilangan ke rongga
Tidak ada tanda-tanda peritoneal (asites). Peningkatan
malnutrisi kadar ammonia perlu pembatasan
masukan protein untuk mencegah
Intake zat gizi komplikasi serius.
(nutrien) - Mengindikasikan kekurangan
Intake makanan dan nutrisi
cairan - Meminimalkan terjadinya reaksi
alergi
Energi - Mencegah serangan akut atau
Nutrition Management eksaserbasi gejala penyakit
- Kaji adanya penurunan berat
Keterangan : badan
- Kaji adanya alergi makanan
1 = Tidak adekuat

Laporan Pendahuluan DHF 16


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
2 = Ringan - Catat intake nutrisi seperti
makanan dan minuman,
3 = Sedang dengan membatasi makanan - Memberikan informasi tentang
tinggi serat seperti kebutuhan diet atau keefektifan
4 = Kuat terapi yang diberikan
pepaya,jeruk, dan susu tinggi
5 = Adekuat total laktosa - Menurunkan kebutuhan metabolik
- Ukur berat badan anak setiap untuk mencegah penurunan kalori
hari sebelum mandi atau dan simpanan energi
sebelum pemberian makan
- Ajarkan orang tua untuk
- Istirahat usus menurunkan
membatasi aktivitas motorik
peristaltic dan diare dimana
kasar anak dan istirahat yang
menyebabkan malabsorbsi atau
cukup selama fase sakit akut
kehilangan nitrient
- Beri tahu anak untuk
- Memungkinkan saluran usus untuk
mengurangi masukan
mematikan pencernaan untuk
makanan dan minuman
integritas jaringan

- Berikan tambahan diet


- Malabsorbsi vitamin B12 akibat
makanan setengah padat
kehilangan nyata fungsi ileum
(bubur) atau makanan padat
- Kekurangan folat umum pada
(nasi) dan susu rendah laktosa
adanya penyakit kronis
- Berikan vitamin b12
sehubungan dengan penurunan
absorbsi efek terapi obat
- Berikan obat asam folat
3 Resiko terjadinya Setelah dilakukan tindakan Bleeding Precautions
perdarahan b.d keperawatan pada pasien
koagulopati yang diharapkan perdarahan tidak - Monitor ketat tanda-tanda - Pengawasan terhadap adanya
melekat terjadi, dengan kriteria hasil : perdarahan memar, ptekie, pucat, epitaksis,
(trombositipenia) hematuria, hematemesis, melena,
untuk mengetahui apakah
perdarahan sudah terjadi/belum.
- Hb meningkat pada demam
Laporan Pendahuluan DHF 17
Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
Status Koagulasi berdarah, namun apabila terjadi
perdarahan nilai Hb akan turun
Indikator AT - Catat nilai Hb dan HT diikuti hematokrit yang meningkat
akibat cairan (darah/trombosit)
Pembentukan bekuan
darah memenuhi rongga ekstravaskuler
- Penurunan trombosit merupakan
Pendarahan tanda kebocoran pembuluh darah,
PT dan PTT yang tinggi
Memar meningkatkan resiko perdarahan,
terutama jika terjadi luka
Ptekie
- Tekanan darah rendah
Protombin time normal - Monitor nilai lab (koagulasi) mengindikasikan terjadinya
yang meliputi PT, PTT, perdarahan
Partial Thromboplastin trombosit - Menghindarkan pasien dari luka
Time (PTT) yang nantinya akan memicu
perdarahan terus-menerus akibat
Hematokrit
trombosit yang rendah
- Meningkatkan faktor pembekuan
- Monitor TTV darah
Keterangan :
1 = Sangat jauh dari yang
diharapkan
- Lindungi pasien dari trauma - Mengurangi resiko terjadinya
2 = Jauh dari yang diharapkan yang dapat menyebabkan perdarahan
perdarahan
3 = Ada perbedaan sedang
dengan hasil yang
diharapkan - Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake makanan
4 = Sedikit perbedaan dengan yang banyak mengandung
hasil yang diharapkan vitamin K
- Minimalisir penggunaan pro-
5 = Tidak ada perbedaan
sedur invasif

Laporan Pendahuluan DHF 18


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
dengan hasil yang
diharapkan
1.

Laporan Pendahuluan DHF 19


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC), Edisi 6. Philadelpia: Elsevier.
Hendarwanto. 2010. Dengue. Dalam Hendarwanto, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p. 417-426.
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, M.L., & Swanson, Elizabeth. (2016).
Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 5. Philadelpia: Elsevier.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Prasetyono, Dwi Sunar. 2012. Daftar tanda dan gejala ragam penyakit. Yogyakarta
: FlashBooks.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, S imadibrata M, Setiati S. 2009. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna P ublishing;
Titik Lestari. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika
World Health Organization. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Fact sheet
117, 2009 [diakses 6 Oktober 2020] Available from:
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/ [Google Scholar]

Laporan Pendahuluan DHF 20


Novitasari / Pendidikan Profesi Ners 2020

Anda mungkin juga menyukai