A. Definisi
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh empat serotip virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis
utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda-
tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya perdarahan sebagai akibat kebocoran
plasma yang dapat menyebabkan kematian (Soegijanto, 2006).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak-
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang
biasanya memburuk setelah 2 hari pertama. (Nabiel 2014).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut dengan ciri-
ciri demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian (Mansjoer, Arif 2008).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah contoh dari penyakit yang
disebabkan oleh vektor. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui
populasi manusia yaitu oleh aedes aegypti ( Smeltzer, 2010).
Kesimpulannya : dengue hemorogik fever atau demam berdarah dengue
merupakan deman oleh infeksi akut yang disebabkan oleh virus atau arto virus dengan
melalui gigitan nyamuk aedes dengan ditandai pelebaran permiabilitas kapiler,
kelainan nomeostasis, perdarahan dan bertendensi menyebabkan syok.
B. Anatomi Fisiologi
1. Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:
a. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan
mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen.
b. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5.000 – 9.000
sel/mm³. Leukosit ikut serta dalam pertahanan seluler dan hormonal (zat
setengah cair) organism asing dan melakukan fungsinya di dalam jaringan
2. Struktur Sel
a. Membran sel (selaput sel)
Membran struktur elastic yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-10nm.
Hampir seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus gabungan protein lemak
yang merupakan lewatnya berbagai zat yang keluar masuk sel. Membran ini
bertugas untuk mengatur hidup sel dan menerima segala untuk rangsangan
yang datang.
C. Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B, yaitu
arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Vector utama
penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti (didaerah perkotaan) dan aedes
albopictus (didaerah pedesaan). (Widoyono, 2008).
Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang, telurnya
dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-420C. Bila kelembaban terlalu rendah
telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari, kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa
ini memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari
dapat bertelur 100 butir (Murwani, 2011).
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia
dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis.
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang
terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di
lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan
air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan
senja hari.
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia
akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia
D. Patofisiologi
Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal
di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan
hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegali).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibtkan terjadinya
pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler
mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningatan
hematokrit >20%) menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan)
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena
(Noersalam, 2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena
harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan
bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul
Perdarahan
Hipoksia jaringan
Hepar Abdomen
Asidosis Metabolik
Hepatomegali Ascites
Resiko syok
(Hipovolemik) Mual, Muntah
Penekanan Intraabdomen
KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH
NYERI AKUT
H. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1. Perdarahan yang luas.
2. Mengalami shock atau renjatan.
3. Mengalami effuse pleura
4. Mengalami penurunan tingkat kesadaran.
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. DHF tanpa perdarahan (renjatan)
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
1) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
2) Observasi intik output
b. Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap
3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter
per hari, beri kompres
c. Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
d. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda– tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
e. Resiko Perdarahan
1) Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
2) Catat banyak, warna dari perdarahan
3) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
f. Peningkatan suhu tubuh
1) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic
2) Beri minum banyak
3) Berikan kompres
10 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
aedes aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upa
untuk menjaga kesehatan.
k. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :
1) Kesadaran : Apatis
2) Vital sign : TD : 110/70 mmHg
3) Kepala : Bentuk mesochepal
4) Mata : Simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata
anemis
5) Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan
6) Pendengaran
7) Hidung : Ada perdarahan hidung / epsitaksis
8) Mulut : Mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada
perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.
9) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher
tidak ada, nyeri telan
10) Dada :
Inspeksi : Simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan
Perkusi : Sonor
Palpasi : Taktil fremitus normal
11) Abdomen :
Inspeksi : Bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)
Auskultasi : Bising usus 8x/menit
Perkusi : Tympani
Palpasi : Turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
12) Ekstrimitas: Sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi
tulang
13) Genetalia : Bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang
kateter
14) Sistem integumen
Adanya petekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin dan lembab. Kuku sianosis atau tidak.
Kepala dan leher Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa
mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara
tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan
11 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
telingga (grade II, III, IV).
15) Dada.
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura),
rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
16) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
K. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi
2. Nyeri Akut
3. Kekurangan Volume Cairan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Mual
6. Resiko Syok (hipovolemik)
12 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tjuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Hipertermi NIC :Fever Treatment
Berhubungan dengan : Noc : Termoregulasi
penyakit/ trauma Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.....diharapkan dalam kriteria 1. Monitor suhu sesering mungkin
peningkatan metabolisme hasil: 2. Monitor IWL
aktivitas yang berlebih No Indikator Awal Tujuan
3. Monitor watna dan suhu tubuh
dehidrasi 1 Peningkatan suhu kulit 0 5
4. Monitor TTV
2 Hipertermia 0 5
Batasan karakterisik:
5. Monitor Wbc, Hb, Hct
3 Sakit kepala 0 5
kenaikan suhu tubuh diatas rentang 6. Monitor intake dan output cairan
4 Dehidrasi 0 5
normal 7. Kolaborasi pemberian antipuretik
Indikator skala:
serangan atau konvulsi (kejang) 1. Berat 8. Kolaborasi pemberian cairan IV
kulit kemerahan 2. Cukup Berat 9. Kompres pasien dengan air hangat
pertambahan RR 3. Sedang 10. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
takikardi 4. Ringan
Kulit teraba panas/ hangat 5. Tidak ada
14 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
Fokus menyempit (mis., persepsi
waktu, proses berpikir, interaksi
dengan orang dengan lingkungan)
Fokus pada diri sendiri
Keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala nyeri
(mis., skala Wong-Baker FACES
skala analog visual, skala penilaian
numerik)
Keluhan tentang karakteristik nyeri
dengan menggunakan standar
instrumen nyeri (mis., McGill Paint
Questionnaire, Brief Paint Infentory)
Laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktifitas (mis.,
anggota keluarga, pemberi asuhan)
Mengekspresikan perilaku (mis.,
gelisa, merengek, menangis,
waspada)
Perilaku distraksi
Perubahan pada parameter fisiologis
(mis., tekanan darah, frekuensi
jantung, frekuensi pernapasan,
saturasi oksigen, end/tidal
karbondioksida (C02)
Perubahan sisi untuk menghindari
nyeri
Perubahan selera makan
Purtus asa
Sikap melindungi area nyeri
Sikap tubuh melindungi
Faktor yang Berhubungan
15 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
Agens cedera biologis (mis., infeksi,
iskemia, neoplasma)
Agens cedera fisik (mis., apses,
amputasi, luka bakar, terpotong,
mengangkat berat, konsedur bedah,
trauma, olaragah berlebihan)
Agens cedera kimiawi (mis., luka
bakar, kapsaisin, metilen klorida,
agen mustard)
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : Status Nutrisi NIC : Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh 1. Monitor kalori dan asupan makanan
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup Setelah dilakukan tindakan keperawatan......x.... jam pasien menunjukan 2. Monitor kecendrungan terjadinya penurunan BB
untuk memenuhi kebuthan metabolik. perubahan status nutrisi dengan kriteria hasil: 3. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk memenuhi
Batasan karakteristik : kebutuhan gizi
Kram abdomen No Indikator Awal Tujuan 4. Identifikasi alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
Nyeri abdomen 1 Asupan Gizi 5 5. Instuksikan pasien mengenai diet
Menghindari makan 2 Asupan Makanan 5 6. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhan untuk
Berat badan 20% atau lebih dibawah 3 Asupan Cairan 5 memenuhi persyaratan gizi
berat badan ideal 4 Energi 5 7. Anjurkan keluarga untuk menyajikan makanan semenark
Diare 5 IMT 5 mungkin
Bising usus hiperaktif 6 Hidrasi 5 8. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan favouite pasien
Kurang makanan 9. Anjurkan klien untuk memantau kalori dan intake makanan (mis:
Kurang informasi buku harian makanan)
Penurunan berat badan dengan Indikator skala :
asupan makanan adekuat 1. Sangat menyimpang dari rentang normal
Kurang minat pada makanan 2. Banyak menyimpang dari rentan normal
Kesalahan informasi 3. Cukup menyimpang dari rentan normal
Membrane mukosa pucat 4. Sedikit menyimpang dari rentan normal
Ketidakmampuan memakan 5. Tidak menyimpang dari rentan normal
makanan
16 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
Tonus otot menurun
Cepat kenyang setelah makan
Faktor yang berhubungan :
Faktor biologis
Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi
Faktor psikologis
17 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
6 Resiko Syok (Hipovolemik) Noc: Syok Prevention Nic : Syok Prevention
Definisi : Beresiko terhadap Stelah dilakukan tindakan keperawatan ...x... jam diharapkan klien menunjukan
ketidakcukupan aliran darah kejaringan pengurangan tanda dan gejala mual dan muntah dengan kriteria hasil : 1. Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut
tubuh, yang dapat mengakibatkan jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill.
disfungsi seluler yang mengancam jiwa 2. Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
No Indikator Awal Tujuan 3. Monitor suhu dan pernafasan
Faktor Resiko :
1 Penurunan tekanan 5 4. Monitor input dan output
Hipotensi nadi perifer 5. Pantau nilai labor : HB, HT, AGD dan elektrolit
Hipovolemi 2 Penurunan tekanan 5 6. Monitor hemodinamik invasi yng sesuai
Hipoksemia darah sistolik 7. Monitor tanda dan gejala asites
Hipoksia 3 Penurunan tekanan 5 8. Monitor tanda awal syok
Infeksi darah diastolik 9. Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk
Sepsis 4 Nadi lemah dan halus 5 peningkatan preload dengan tepat
Sindrom respons inflamasi
sistemik 5 meningkatnya laju 5 10. Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas
nafas 11. Berikan cairan IV dan atau oral yang tepat
12. Berikan vasodilator yang tepat
Indikator : 13. Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya
1. Berat syok
2. Cukup berat 14. Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi
3. Sedang gejala syok
4. Ringan
5. Tidak ada
7 Risiko terjadinya perdarahan Tidak terjadi perdarahan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 1. Monitor tanda-tanda penurunan jumlah trombosit yang disertai
berhubungan dengan penurunan faktor-
jam. tanda klinis.
faktor perdarahan
KH : 2. Anjurkan klien untuk bedrest
-Tidak ada perdarahan lebih lanjut 3. Berikan penjelsaan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan
- Nilai trombosit dalam batas normal. jika ada tanda perdarahan seperti hematemesis, epistaksis,
18 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
-TD 100/60 mmHg, N: 80_100 x/mnt, pulsasi kuat, reguler melena.
4. Antisipasi adanya perdarahan, gunakan sikat gigi yang lunak,
pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap
selesai mengambil darah.
5. Kolaborasi dalam memonitor nilai trombosit setiap hari
19 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r