Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

A. Definisi
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh empat serotip virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis
utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda-
tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya perdarahan sebagai akibat kebocoran
plasma yang dapat menyebabkan kematian (Soegijanto, 2006).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak-
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang
biasanya memburuk setelah 2 hari pertama. (Nabiel 2014).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut dengan ciri-
ciri demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian (Mansjoer, Arif 2008).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah contoh dari penyakit yang
disebabkan oleh vektor. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui
populasi manusia yaitu oleh aedes aegypti ( Smeltzer, 2010).
Kesimpulannya : dengue hemorogik fever atau demam berdarah dengue
merupakan deman oleh infeksi akut yang disebabkan oleh virus atau arto virus dengan
melalui gigitan nyamuk aedes dengan ditandai pelebaran permiabilitas kapiler,
kelainan nomeostasis, perdarahan dan bertendensi menyebabkan syok.

B. Anatomi Fisiologi
1. Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:
a. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan
mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen.
b. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5.000 – 9.000
sel/mm³. Leukosit ikut serta dalam pertahanan seluler dan hormonal (zat
setengah cair) organism asing dan melakukan fungsinya di dalam jaringan

1|Dengue Hemorrhagic Fever


ikat, melakukan gerakan amuboid membantu untuk menerobos dinding
pembuluh darah ke jaringan ikat.
c. Trombosit (sel pembeku darah)
Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalam
peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara 200.000 –
300.000/mm³ darah. Fungsi trombosit penting dalam pembekuan darah. Jika
pembuluh darah terpotong trombosit dengan cepat mengumpal melekat satu
sama lain dan menjadi fibrin, masa trombosit mengumpal dan fibrin adalah
dasar untuk pembekuan.

Gambar 1.1 Anatomi darah

2. Struktur Sel
a. Membran sel (selaput sel)
Membran struktur elastic yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-10nm.
Hampir seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus gabungan protein lemak
yang merupakan lewatnya berbagai zat yang keluar masuk sel. Membran ini
bertugas untuk mengatur hidup sel dan menerima segala untuk rangsangan
yang datang.

2|Dengue Hemorrhagic Fever


b. Plasma
Bahan-bahan yang dapat dalam plasma: anorganik (garam mineral, air,
oksigen, karbohidrat, amoniak), bahan organis (karbohidrat, lemak, protein,
hormon, vitamin dan asam nukleat).

C. Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B, yaitu
arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Vector utama
penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti (didaerah perkotaan) dan aedes
albopictus (didaerah pedesaan). (Widoyono, 2008).
Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang, telurnya

dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-420C. Bila kelembaban terlalu rendah

telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari, kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa
ini memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari
dapat bertelur 100 butir (Murwani, 2011).
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia
dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis.
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang
terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di
lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan
air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan
senja hari.
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia
akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia

3|Dengue Hemorrhagic Fever


masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus
dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang
yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dan dapat pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.

D. Patofisiologi
Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal
di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan
hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegali).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibtkan terjadinya
pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler
mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningatan
hematokrit >20%) menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan)
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena
(Noersalam, 2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena
harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan
bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul

4|Dengue Hemorrhagic Fever


anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik (Murwani, 2011).

E. Tanda dan Gejala


1. Gejala klinis (khas)
a. Demam akut suhu 39-42o C dan terjadi pada malam hari
b. Menggigil
c. Perdarahan pada kulit : ptekie, ekimosis, hematom
d. Perdarahan lain : epistaksis, hematemasis, hematuri, melena
e. Renjatan, nadi cepat dan lemah
f. Tekanan darah menurun (< 20 mmHg)
g. Kulit dingin dan gelisah
2. Gejala nonklinis
a. Pernafasan : batuk, pilek, sakit waktu menelan
b. Pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
c. Nyeri/ sakit kepala
d. Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi, dan photo pobia.
e. Siklus demam menyerupai pelana kuda
Menurut WHO, (2011) mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya
menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (
>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (  120 mmHg ), tekanan darah menurun, (
120/80  120/100  120/110  90/70  80/70  80/0  0/0 ).
4. Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung  140x/mnt ) anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

5|Dengue Hemorrhagic Fever


F. Pathway
Arbovirus Melalui nyamuk aedes aegypti

Beredar dalam aliran darah

Infeksi Virus Dengue (Viremia)

Mengaktifkan sistem komplemen

Membentuk dan melepaskan zat C3a C5a

Prostaglandin GE2 Hipotalamus

Peningkatan Reabsorbsi Na+ dan H2O


HIPERTERMI

Permeabilitas membrane meningkat

Agregasi trombosit Kerusakan endotel pembuluh darah Resiko Syok Hipovolemik

Merangsang dan mengaktifkan Renjatan hipovolemik dan


Trombositopenia factor pembeku hipotensi

DIC (Dissiminated Intravaskuler


RESIKO Coagulation) Kebocoran plasma
PERDARAHAN

Perdarahan

Resiko perfusi jaringan


tidak efektif
KEKURANGAN VOLUME CAIRAN Ke ekstravaskuler

Hipoksia jaringan

Hepar Abdomen
Asidosis Metabolik

Hepatomegali Ascites
Resiko syok
(Hipovolemik) Mual, Muntah

Penekanan Intraabdomen
KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH
NYERI AKUT

6|Dengue Hemorrhagic Fever


G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut WHO (2011) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai
berikut :
1. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis
demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.
2. Manifestasi perdarahan :
a. Uji tourniquet positif
b. Petekia, purpura, ekimosi
c. Epistaksis, perdarahan gusi
d. Hematemesis, melena.
3. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.
4. Dengan atau tanpa renjatan.
Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7
sakit). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis
buruk.
5. Laboratorium
Kenaikan nilai Hematokrit. Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau
kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dan meningginya nilai
hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nilai hematokrit pada masa
konvalesen.
Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya
trombositopenia dan hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis
membuat diagnosis DHF dengan tepat. Juga dijumpai leukopenia yang akan
terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu
kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnyam limfosit pada saat
peningkatan suhu pertama kali.

H. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1. Perdarahan yang luas.
2. Mengalami shock atau renjatan.
3. Mengalami effuse pleura
4. Mengalami penurunan tingkat kesadaran.

I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. DHF tanpa perdarahan (renjatan)
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5

7|Dengue Hemorrhagic Fever


sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila
mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit dan
orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau
minum sesuai ang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena
merangsang resiko terjadi perdarahan.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres
dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya.
Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak
lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti lminal diberikan
lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diveri 50 mg, dan
dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
2) Hematokrit yang cenderung meningkat
Hematokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului
mnculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan
tekanan nadi), sedangkan turunya nilai trombosit biasanya mendahului
naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang diduga menderita
DHF harus diperiksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3
sakit sampai demam telah turun 1-2 hari. Nilai hematokrit itlah yang
menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.
b. DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang infus
sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Caiaran yang
diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon
diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB. Pada
pasien dengan renjatan berat diberikan infs harus diguyur dengan cara
membuka klem infus.
Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo
nadi besar, tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10
l/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24-48 jam, maka pemberian infus
dipertahankan sampai 1-2 hari lagi walaupn tanda-tanda vital telah baik.
Pada pasien renjatan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP
(Central Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui
vena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.
Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
yang berat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga
apabila nilai hemoglobin dan hematokrit menutun sedangkan perdarahanna

8|Dengue Hemorrhagic Fever


sedikit tidak kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah
disebut, maka engan keadaan ini dianjurka pemberian darah

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
1) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
2) Observasi intik output
b. Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap
3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter
per hari, beri kompres
c. Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
d. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda– tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
e. Resiko Perdarahan
1) Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
2) Catat banyak, warna dari perdarahan
3) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
f. Peningkatan suhu tubuh
1) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic
2) Beri minum banyak
3) Berikan kompres

J. Asuhan Keperawatan (Teoritis)


Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan
perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data
yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium,
rontgen), observasi, konsultasi.
1. Pengkajian
a. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur
b. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit
c. Riwayat Kesehatan
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah mengalami trauma pada
kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan nutrisi ibu saat hamil, obat-
obat yang pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat

9|Dengue Hemorrhagic Fever


hamil. Kemudian apakah anak sebelumnya pernah mengalami DBD juga
atau tidak atau Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak
biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain
e. Alasan Masuk Rumah Sakit
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi dan pasien lemah.
f. Riwayat Kesehatan Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan
saat demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3
dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III,
IV), melena atau hematemasis. Riwayat Kesehatan Keluarga
g. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
h. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan
tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
i. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang
kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).
j. Pola kebiasaan
Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.
Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.
Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak,
sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur
maupun istirahatnya kurang.
Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk

10 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
aedes aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upa
untuk menjaga kesehatan.
k. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :
1) Kesadaran : Apatis
2) Vital sign : TD : 110/70 mmHg
3) Kepala : Bentuk mesochepal
4) Mata : Simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata
anemis
5) Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan
6) Pendengaran
7) Hidung : Ada perdarahan hidung / epsitaksis
8) Mulut : Mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada
perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.
9) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher
tidak ada, nyeri telan
10) Dada :
Inspeksi : Simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan
Perkusi : Sonor
Palpasi : Taktil fremitus normal
11) Abdomen :
Inspeksi : Bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)
Auskultasi : Bising usus 8x/menit
Perkusi : Tympani
Palpasi : Turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
12) Ekstrimitas: Sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi
tulang
13) Genetalia : Bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang
kateter
14) Sistem integumen
Adanya petekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin dan lembab. Kuku sianosis atau tidak.
Kepala dan leher Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa
mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara
tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan

11 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
telingga (grade II, III, IV).
15) Dada.
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura),
rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
16) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi
2. Nyeri Akut
3. Kekurangan Volume Cairan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Mual
6. Resiko Syok (hipovolemik)

12 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tjuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Hipertermi NIC :Fever Treatment
Berhubungan dengan : Noc : Termoregulasi
penyakit/ trauma Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.....diharapkan dalam kriteria 1. Monitor suhu sesering mungkin
peningkatan metabolisme hasil: 2. Monitor IWL
aktivitas yang berlebih No Indikator Awal Tujuan
3. Monitor watna dan suhu tubuh
dehidrasi 1 Peningkatan suhu kulit 0 5
4. Monitor TTV
2 Hipertermia 0 5
Batasan karakterisik:
5. Monitor Wbc, Hb, Hct
3 Sakit kepala 0 5
 kenaikan suhu tubuh diatas rentang 6. Monitor intake dan output cairan
4 Dehidrasi 0 5
normal 7. Kolaborasi pemberian antipuretik
Indikator skala:
 serangan atau konvulsi (kejang) 1. Berat 8. Kolaborasi pemberian cairan IV
 kulit kemerahan 2. Cukup Berat 9. Kompres pasien dengan air hangat
 pertambahan RR 3. Sedang 10. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
 takikardi 4. Ringan
 Kulit teraba panas/ hangat 5. Tidak ada

2 Kekurangan volume cairan Noc: Keseimbangan Cairan NIC : Fluid Management


Berhubungan dengan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.....diharapkan dalam kriteria
 Kehilangan volume cairan secara hasil: 1. Monitor status hidrasi pasien
aktif No Indikator Awal Tujuan 2. Pertahankan catatan intake dan output cairan
 Kegagalan mekanisme pengaturan 1 Tekanan darah 0 5 3. Monitor TTV
2 Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam 0 5 4. Monitor masukan makanan dan cairan dan hitung intake
Batasan karakteristik : 3 Turgor kulit 0 5
kalori harian
 Haus 5. Kolaborasi pemberian cairan IV
4 Kelembaban membran mukosa 0 5
 Penurunan turgor kulit/lidah 5 Hematokrit 0 5
 Membran mukosa/kulit kering
 Peningkatan denyut nadi, penurunan Indkator Skala:
tekanan darah, penurunan 1. Sangat terganggu
volume/tekanan nadi 2. Banyak terganggu
13 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
 Pengisian vena menurun 3. Cukup terganggu
 Perubahan status mental 4. Sedikit terganggu
 Konsentrasi urine meningkat 5. Tidak terganggu
 Temperatur tubuh meningkat
 Kehilangan berat badan secara tiba-
tiba
 Penurunan urine output
 HMT meningkat
 Kelemahan

3 Nyeri Akut NOC : Kontrol Nyeri NIC : Manajemen Nyeri


Definisi : Pengalaman sensori dan 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
emosional tidak menyenangkan yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x.... jam, klien menunjukan dapat karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor pencetus
muncul akibat kerusakan jaringan aktual melakukan mengontrol nyeri dengan kriteria hasil: 2. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenal nyeri
atau potensial atau yang di gambarkan 3. Berikan informasi mengenai nyeri
sebagai kerusakan (internasional No Indikator Awal Tujuan 4. Monitor TTV
association for the study of pain); awitan 1 Mengenali kapan nyeri 5 5. Gunakan cara mengontrol nyeri sebelum nyeri menjadi berat
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas terjadi 6. Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat untuk menurunkan
ringan hingga berat dengan akhir yang 2 Menggambarkan 5 nyeri
dapat diantisipasi atu diprediksi < 3 faktor penyebab nyeri 7. Ajarkan prinsip manajemen nyeri non farmakologi
bulan 3 Menggunakan 5
Batasan Karakteristik : manajemen nyeri non
 Bukti nyeri dengan mengunakan farmakologi
standar daftar periksa nyeri untuk 4 Melaporkan nyeri 5
pasien yang tidak dapat terkontrol
mengungkapkannya (mis., neonatal
infant pain scale, pain assessment Indikator :
check list for senior with limited 1. Tidak pernah menunjukan
abilitd to comunicate) 2. Jarang menunjukan
 Diforesis 3. Kadang-kadang menunjukan
 Dilatasi pupil 4. Sering menunjukan
 Ekspresi wajah nyeri 5. Secara konsisten menunjukan

14 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
 Fokus menyempit (mis., persepsi
waktu, proses berpikir, interaksi
dengan orang dengan lingkungan)
 Fokus pada diri sendiri
 Keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala nyeri
(mis., skala Wong-Baker FACES
skala analog visual, skala penilaian
numerik)
 Keluhan tentang karakteristik nyeri
dengan menggunakan standar
instrumen nyeri (mis., McGill Paint
Questionnaire, Brief Paint Infentory)
 Laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktifitas (mis.,
anggota keluarga, pemberi asuhan)
 Mengekspresikan perilaku (mis.,
gelisa, merengek, menangis,
waspada)
 Perilaku distraksi
 Perubahan pada parameter fisiologis
(mis., tekanan darah, frekuensi
jantung, frekuensi pernapasan,
saturasi oksigen, end/tidal
karbondioksida (C02)
 Perubahan sisi untuk menghindari
nyeri
 Perubahan selera makan
 Purtus asa
 Sikap melindungi area nyeri
 Sikap tubuh melindungi
Faktor yang Berhubungan

15 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
 Agens cedera biologis (mis., infeksi,
iskemia, neoplasma)
 Agens cedera fisik (mis., apses,
amputasi, luka bakar, terpotong,
mengangkat berat, konsedur bedah,
trauma, olaragah berlebihan)
 Agens cedera kimiawi (mis., luka
bakar, kapsaisin, metilen klorida,
agen mustard)

4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : Status Nutrisi NIC : Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh 1. Monitor kalori dan asupan makanan
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup Setelah dilakukan tindakan keperawatan......x.... jam pasien menunjukan 2. Monitor kecendrungan terjadinya penurunan BB
untuk memenuhi kebuthan metabolik. perubahan status nutrisi dengan kriteria hasil: 3. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk memenuhi
Batasan karakteristik : kebutuhan gizi
 Kram abdomen No Indikator Awal Tujuan 4. Identifikasi alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
 Nyeri abdomen 1 Asupan Gizi 5 5. Instuksikan pasien mengenai diet
 Menghindari makan 2 Asupan Makanan 5 6. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhan untuk
 Berat badan 20% atau lebih dibawah 3 Asupan Cairan 5 memenuhi persyaratan gizi
berat badan ideal 4 Energi 5 7. Anjurkan keluarga untuk menyajikan makanan semenark
 Diare 5 IMT 5 mungkin
 Bising usus hiperaktif 6 Hidrasi 5 8. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan favouite pasien
 Kurang makanan 9. Anjurkan klien untuk memantau kalori dan intake makanan (mis:
 Kurang informasi buku harian makanan)
 Penurunan berat badan dengan Indikator skala :
asupan makanan adekuat 1. Sangat menyimpang dari rentang normal
 Kurang minat pada makanan 2. Banyak menyimpang dari rentan normal
 Kesalahan informasi 3. Cukup menyimpang dari rentan normal
 Membrane mukosa pucat 4. Sedikit menyimpang dari rentan normal
 Ketidakmampuan memakan 5. Tidak menyimpang dari rentan normal
makanan

16 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
 Tonus otot menurun
 Cepat kenyang setelah makan
Faktor yang berhubungan :
 Faktor biologis
 Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi
 Faktor psikologis

5 Mual NOC : Keparahan mual dan muntah NIC : Manajemen Mual


Definisi: suatu fenomena subjektif
tentang rasa tidak nyaman pada bagian Stelah dilakukan tindakan keperawatan ...x... jam diharapkan klien menunjukan 1. Dorong pasien untuk belajar startegi menagatasi mual
belakang tenggorokan atau lambung, pengurangan tanda dan gejala mual dan muntah dengan kriteria hasil : 2. Lakukan penilaian lengkap terhadap mual, termasuk frekuensi,
yang dapat atau tidak dapat durasi, tingkat keparahan
mengakibatkan muntah. No Indikator Awal Tujuan 3. Evaluasi pengalaman kehamilan masa lalu terhadap mual
Batasan karakteristik : 1 Frekuensi mual dan 5 4. Ajarkan tekhnik non farmakologi umtuk mengatasi mual
 Keenganan terhadap makanan muntah (imajinasi, relaksasi)
 Mual 2 Intensitas mual dan 5 5. Ajarkan pola makan porsi sedikit tapi sering
 Peningkatan menelan muntah 6. Berikan informasi mengenai mual seperti peneyebab mual, dan
 Peningkatan salivasi 3 Skresi air ludah yang 5 berapa lama itu akan berlangsung
 Rasa asam di dalam mulut banyak
 Sensasi muntah 4 Nyeri lambng 5
Faktor yang berhubungan : 5 Ketidakseimbangan 5
 Distensi lambung elektrolit
 Kehamilan
 Ansietas Indikator :
 Gangguan psikologis 1. Berat
 Rasa makan/minum tidak enak 2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

17 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
6 Resiko Syok (Hipovolemik) Noc: Syok Prevention Nic : Syok Prevention
Definisi : Beresiko terhadap Stelah dilakukan tindakan keperawatan ...x... jam diharapkan klien menunjukan
ketidakcukupan aliran darah kejaringan pengurangan tanda dan gejala mual dan muntah dengan kriteria hasil : 1. Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut
tubuh, yang dapat mengakibatkan jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill.
disfungsi seluler yang mengancam jiwa 2. Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
No Indikator Awal Tujuan 3. Monitor suhu dan pernafasan
Faktor Resiko :
1 Penurunan tekanan 5 4. Monitor input dan output
 Hipotensi nadi perifer 5. Pantau nilai labor : HB, HT, AGD dan elektrolit
 Hipovolemi 2 Penurunan tekanan 5 6. Monitor hemodinamik invasi yng sesuai
 Hipoksemia darah sistolik 7. Monitor tanda dan gejala asites
 Hipoksia 3 Penurunan tekanan 5 8. Monitor tanda awal syok
 Infeksi darah diastolik 9. Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk
 Sepsis 4 Nadi lemah dan halus 5 peningkatan preload dengan tepat
 Sindrom respons inflamasi
sistemik 5 meningkatnya laju 5 10. Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas
nafas 11. Berikan cairan IV dan atau oral yang tepat
12. Berikan vasodilator yang tepat
Indikator : 13. Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya
1. Berat syok
2. Cukup berat 14. Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi
3. Sedang gejala syok
4. Ringan
5. Tidak ada

7 Risiko terjadinya perdarahan Tidak terjadi perdarahan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 1. Monitor tanda-tanda penurunan jumlah trombosit yang disertai
berhubungan dengan penurunan faktor-
jam. tanda klinis.
faktor perdarahan
KH : 2. Anjurkan klien untuk bedrest
-Tidak ada perdarahan lebih lanjut 3. Berikan penjelsaan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan
- Nilai trombosit dalam batas normal. jika ada tanda perdarahan seperti hematemesis, epistaksis,

18 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r
-TD 100/60 mmHg, N: 80_100 x/mnt, pulsasi kuat, reguler melena.
4. Antisipasi adanya perdarahan, gunakan sikat gigi yang lunak,
pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap
selesai mengambil darah.
5. Kolaborasi dalam memonitor nilai trombosit setiap hari

19 | D e n g u e H e m o r r h a g i c F e v e r

Anda mungkin juga menyukai