LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM HEMORHAGIC FEVER (DHF)
Risdawati, S.Kep
70900120039
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus akut yang
flavivirus, famili flaviviridae. DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes spp,
aedes aegypti, dan aedes albopictus merupakan vektor utama penyakit DHF. Penyakit
DHF dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur.
Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Dinkes,
2015).
Demam berdarah adalah penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk yang
dengan cepat menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir.
Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti dan,
pada tingkat yang lebih rendah, Ae. albopictus.dll Nyamuk ini juga merupakan vektor
dari chikungunya, demam kuning dan virus Zika. Demam berdarah tersebar luas di
seluruh daerah tropis, dengan variasi risiko lokal dipengaruhi oleh curah hujan, suhu,
DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang
masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk edes aegepty (suriadi & rita yuliani,
2010). Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang ditandai
dengan empa gejala klinis utama yaitu demam tinggi, perdarahan, hepatomegali, dan
tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul rejatan (sndrom rejatan dengue) sebagai
akibat dari kebocoran plsma yang dapat menyebabkan kematian (Padila, 2013).
B. Etiologi
Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
dan disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk
tempat yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Rahayu &
Budi, 2017).
bornevirus atau virus yang disebabkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus
Flavivirus dan family Flaviviridae. Sampai saat ini dikenal ada 4 serotipe virus yaitu :
Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan yang
terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di Indoneisa menunjukkan Dengue tipe
3 merupakan serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus DHF yang berat
(Masriadi, 2017). Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain
C. Klasifikasi
perdarahan lain.
c. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah,
d. Derajat IV : Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tak teraba
D. Patofisiologi
Menurut (Nurarif Kusuma, 2015) Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh,
pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hyperemia di tenggorokan, timbulnya
ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada system retikolo endhothelial seperti
pembesaran kelenjar- kelenjar getah bening, hati dan limpa. Reaksi yang berbeda
nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang
berlainan. Berdasarkan hal itu, akan timbul the secondary heterologous infection atau
tinggi. Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal
sebagai berikut :
plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat berperan
terjadinya renjatan.
b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
intravascular.
c. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor III) dengan akibat akhir terjadinya
E. Manifestasi klinis
1. Demam.
gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri
tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.
2. Perdarahan.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi
perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia ( bintik-bintik merah akibat
3. Anoreksia
4. Mual muntah
6. Nyeri kepala
10. Renjatan (Syok) : Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak
lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar
mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yg buruk.
F. Komplikasi
a. Gagal ginjal.
b. Efusi pleura.
c. Hepatomegali.
d. Gagal jantung
G. Pencegahan
diantaranya yaitu :
modifikasi lingkungan
Tindakan ini harus dilakukan pada siang hari baik di dalam maupun di
nyamuk disarankan
nyamuk
bahaya kegagalan sirkulasi darah, resiko terjadi pendrahan, gangguan suhu tubuh,
akibat infeksi virus dengue, ganggan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya
pada saat renjatan akan terlihat pada tubuh pasien menjadi sembab (edema)
dan darah menjadi kental. Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan
grastointestinal didahului oleh adanya rasa sakit perut yang hebat atau
daerah retrosternal. Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah
perlu diukur. Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu
permulaan sakit atau hari ke-2 sampai ke-7 dan tidak jarang terjadi
mencegah agar tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang perlu
berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi lembut
halus waspada karena gejala renjatan. Kontrol TD dan nadi harus lebih
d. Gangguan rasa aman dan nyaman : Gangguan rasa aman dan nyaman
Hanya pada pasien DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht,
serta ukurannya mencari vena jika sudah stadium II. Untuk megurangi
banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set venaseksi yang telah
seteril.
I. Pemeriksaan penunjang
1. Darah
a. Trombosit menurun
b. Hb Meningkat lebih 20 %
c. Ht Meningkat Lebih 20 %
g. Na dan Cl rendah
2. Rontgen thorax
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien : Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak
dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama
panas terjadi antara hari ke-3 sampai ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-
kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu
hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematesis.
4. Riwayat penyakit dahulu : Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF,
anak bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat penyakit keluarga : Penyakit apa saja yang pernah di derita sama
keluarga klien
7. Riwayat gizi Status gizi : Anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak akan
lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan
baju di kamar).
9. Pola kebiasaan
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
hematuria.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
a. Grade :
a) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-
b. Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII), nadi
gradeII,III, IV.
f. Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada
pharing.
pembesaran
i. Dada / thorak
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada
paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, danIV.
j. Abdomen
24 tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang
m. Ekstremitas : Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.
B. Diagnosis keperawatan
1. Nyeri Akut
b. Penyebab :
a) Dehidrasi
f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
h) Penggunaan inkubator
Subjektif
(tidak tersedia)
Objectif :
Subjektif
(tidak tersedia)
Objectif :
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardi
d) Takipneea
a) Proses infeksi
b) Hipertiroid
c) Stroke
d) Dehidrasi
e) Trauma
f) Prematuritas
3. Hipovolemia
intraseluler
b. Penyebab
e) Evaporasi
b) Objektif :
a) Subjektif
b) Objektif
a) Penyakit Addison
b) Trauma
c) Luka bakar
d) AIDS
e) Penyakit chorn
f) Muntah
g) Diare
h) Kolitis ulseratif
i) Hipoalbumin
4. Defisit pengetahuan
b. Penyebab
a) Keterbatasan kognitif
Objektif :
Objektif
hysteria)
b) Penyakit akut
c) Penyakit kronis
f. Keterangan
2) Keamanan diri
7) Keterampilan psikomotorik
8) Konservasi energy
9) Latihan energy
11)Manajemen asma
12)Mnajemen demensia
14)Manajemen disritmia
15)Manajemen depresi
19)Manajamen hipertensi
20)Manajemen kanker
21)Manajemen nyeri
22)Manajemen osteoporosis
29)Manajemen pneumonia
32)Manajemen stroke
33)Manajemen waktu
35)Medikasi
36)Mekanika tubuh
37)Menyusui
39)Nutrisi bayi/anak
40)Pencegahan jatuh
41)Pencegahan kanker
42)Pencegahan konsepsi
43)Pencegahan stroke
44)Pencegahan thrombus
46)Peningkatan fertilitas
48)Perawatan bayi
49)Perawatan kaki
50)Perawatan ostomi
51)Perilaku sehat
52)Program aktivitas
53)Program diet
54)Program latihan
55)Prosedur tindakan
56)Seks aman
57)Seksualitas
5. Risiko syok
jiwa
b. Faktor risiko
a) Hipoksemia
b) Hipoksia
c. Kondisi klinis
a) Perdarahan
b) Trauma multipel
c) Pneumotoraks
d) Infark miokard
e) Kardiomiopati
g) Anafilaksis
h) Sepsis
jiwa
C. Intervensi dan Rasional
Diangnosa Luaran
N Intervensi Rasional
Keperawatan Keperawatan
O
ketidaknyamanan
c. Edukasi
(cukup menurun) 5
(menurun)
e. Takikardia : 1
(meningkat) 2
(cukup menigkat)
3 (sedang) 4
(cukup menurun) 5
(menurun)
f. Suhu tubuh : 1
(memburuk 2
(cukup memburuk)
3 (sedang) 4
(cukup membaik)
5 (membaik)
g. Suhu kulit : 1
(memburuk 2
(cukup memburuk)
3 (sedang) 4
(cukup membaik)
5 (membaik)
(SLKI, 2019)
membaik Terapeutik
darah meningkat
3) Berikan asupan cairan oral
3. Agar intake cairan terjaga
Kolaborasi
kebutuhan pasien
Hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%
kebutuhan pasien
4 Defisit Pengetahuan Edukasi kesehatan
kriteria hasil :
a. Perilaku sesuai 1. Indentifikasi kesiapan menerima informasi 1. Untuk mengetahui tingkat
c. Perilaku sesuai 1) Sediakan materi dan media pendidikan 1. Sebagai bahan penyampaian
yang keliru terhadap 1) Jelaskan faktor resiko yang dapat 1. Memberikan informasi terkait
masalah menurun mempengaruhi kesehatan penyakit yang di derita
kesehatan
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih cara hidup bersih dan sehat
dan sehat
Edukasi
Kolaborasi alergen
3. Mencegah inflamasi
D. Implementasi
perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
E. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
BAB III
INTEGRASI KEILMUAN
llmu pengetahuan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan yang dapat
membedakan keduanya adalah orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu. Hal ini
َوْ نNN الَّ ِذ ْينَ يَ ْعلَ ُمNت َِوىN َرحْ َمةَ َرب ٖ ِّۗه قُلْ هَلْ يَ ْسN يَّحْ َذ ُر ااْل ٰ ِخ َرةَ َويَرْ جُوْ اN ًماNِاجدًا َّوقَ ۤا ِٕٕى
ِ ت ٰان َۤا َء الَّي ِْل َس
ٌ ِاَ َّم ْن ه َُو قَان
ِ َوالَّ ِذ ْينَ اَل يَ ْعلَ ُموْ نَ ۗ اِنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر اُولُوا ااْل َ ْلبَا
ࣖب
Terjemahnya :
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?".
Berdasarkan ayat di atas, kita dituntut untuk terus mencari ilmu pengetahuan tentang
apapun baik dari media TV, Koran, Majalah, Internet dll. Demikian juga tentang derajat
DHF, orang tua dituntut untuk mencari tahu tentang kesehatan baik untuk dirinya maupun
keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, DR., susilaningrum, R., utami S. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak
Rahayu, Y. dan Budi, I. S. (2017). Analisis Partisipasi Kader Jumantik Dalam Upaya
8(3), 200–207.
Suriadi, Yuliani Rita. (2010). Buku Pegangan Praktis Klinik Asuhan Keperawatan pada
Suriadi, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta: CV Agung Seto.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.