Anda di halaman 1dari 38

Departemen Keperawatan Anak

LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM HEMORHAGIC FEVER (DHF)

Risdawati, S.Kep
70900120039

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVII


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian

Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus akut yang

disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus

flavivirus, famili flaviviridae. DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes spp,

aedes aegypti, dan aedes albopictus merupakan vektor utama penyakit DHF. Penyakit

DHF dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur.

Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Dinkes,

2015).

Demam berdarah adalah penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk yang

dengan cepat menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir.

Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti dan,

pada tingkat yang lebih rendah, Ae. albopictus.dll Nyamuk ini juga merupakan vektor

dari chikungunya, demam kuning dan virus Zika. Demam berdarah tersebar luas di

seluruh daerah tropis, dengan variasi risiko lokal dipengaruhi oleh curah hujan, suhu,

kelembaban relatif dan urbanisasi cepat yang tidak direncanakan (WHO,2018)

DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang

masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk edes aegepty (suriadi & rita yuliani,

2010). Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang ditandai

dengan empa gejala klinis utama yaitu demam tinggi, perdarahan, hepatomegali, dan

tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul rejatan (sndrom rejatan dengue) sebagai

akibat dari kebocoran plsma yang dapat menyebabkan kematian (Padila, 2013).
B. Etiologi

Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

dan disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk

penular dengue tersebut hampir ditemukan di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di

tempat yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Rahayu &

Budi, 2017).

Penyebab penyakit adalah virus dengue kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-

bornevirus atau virus yang disebabkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus

Flavivirus dan family Flaviviridae. Sampai saat ini dikenal ada 4 serotipe virus yaitu :

a. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.

b. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.

c. Dengue 3 diisolasi oleh Sather.

d. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.

Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan yang

terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di Indoneisa menunjukkan Dengue tipe

3 merupakan serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus DHF yang berat

(Masriadi, 2017). Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap

serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain

sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai

terhadap serotipe lain (Wijaya, 2013).

C. Klasifikasi

WHO dalam buku Nurarif Kusuma (2015) membagi DBD/DHF menjadi 4

derajat, yaitu sebagai berikut :

a. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi

perdarahan(uji tourniquiet positif).


b. Derajat II : Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan

perdarahan lain.

c. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah,

tekanan nadi menurun..

d. Derajat IV : Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tak teraba

dan tekanan darah tidak dapat diukur.

D. Patofisiologi

Menurut (Nurarif Kusuma, 2015) Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh,

pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit

kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hyperemia di tenggorokan, timbulnya

ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada system retikolo endhothelial seperti

pembesaran kelenjar- kelenjar getah bening, hati dan limpa. Reaksi yang berbeda

nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang

berlainan. Berdasarkan hal itu, akan timbul the secondary heterologous infection atau

the sequential infection of hypothesis.

Re-infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga

menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang

tinggi. Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal

sebagai berikut :

a. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang

berakibat dilepasnya anafilatoksin C3a dan C3a. C3a menyebabkan

meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya

plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat berperan

terjadinya renjatan.
b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami

metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan

dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia

hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan

vasoaktif (histmin dan serotonini) yang bersifat meningkatkan permeabilitas

kapiler dan melepaskan trombosit faktor III yang merangsang koagulasi

intravascular.

c. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor III) dengan akibat akhir terjadinya

pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen

akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan

penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu

aktivas akan merangsang sistim klinin yang berperan dalam proses

meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah

E. Manifestasi klinis

Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :

1. Demam.

Demam tinggi sampai 40 derajat C dan mendadak, Demam terjadi

secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu

normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala –

gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri

tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.

2. Perdarahan.

Uji tourniquet positif h. Perdarahan, petekia, epitaksis, perdarahan massif.

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya

terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi
perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia ( bintik-bintik merah akibat

perdarahan intradermak/submukosa ) purpura ( perdarahan di kulit ), epistaksis

( mimisan ),dan perdarahan gusi. Perdarahan ringan hingga sedang dapat

terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis,

dan melena ( tinja berwarna hitam karena adanya perdarahan).

3. Anoreksia

4. Mual muntah

5. Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut

6. Nyeri kepala

7. Nyeri otot dan sendi

8. Trombositopenia (< 100.000/ mm3 )

9. Hepatomegali : Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba

kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita.

10. Renjatan (Syok) : Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak

sakitnya penderita, dimulai dengan tanda–tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit

lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar

mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan

prognosis yg buruk.

F. Komplikasi

Menurut WHO (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut:

a. Gagal ginjal.

b. Efusi pleura.

c. Hepatomegali.

d. Gagal jantung
G. Pencegahan

Menurut (WHO, 2018) pencegahan pada Dengue Haemorhagic Fever (DHF)

diantaranya yaitu :

1. Mencegah nyamuk mengakses habitat bertelur dengan pengelolaan dan

modifikasi lingkungan

2. Membuang limbah padat dengan benar dan menghilangkan habitat

buatan manusia yang dapat menampung air

3. Menutup, mengosongkan dan membersihkan wadah penyimpanan air

rumah tangga setiap minggu

4. Menerapkan insektisida yang tepat ke wadah luar penyimpanan air

5. Perlindungan pribadi dari gigitan nyamuk:

6. Penggunaan tindakan perlindungan rumah pribadi, seperti layar

jendela, penolak, bahan insektisida, gulungan dan alat penguap.

Tindakan ini harus dilakukan pada siang hari baik di dalam maupun di

luar rumah (misalnya : di tempat kerja / sekolah) karena vektor utama

nyamuk menggigit sepanjang hari

7. Mengenakan pakaian yang meminimalkan paparan kulit terhadap

nyamuk disarankan

8. Mendidik masyarakat tentang risiko penyakit yang ditularkan oleh

nyamuk

9. Terlibat dengan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dan

mobilisasi pengendalian vektor berkelanjutan


H. Penatalaksanaan

Menurut (Nursalam,2008) penatalaksanaan pasien yg perlu diperhatikan ialah

bahaya kegagalan sirkulasi darah, resiko terjadi pendrahan, gangguan suhu tubuh,

akibat infeksi virus dengue, ganggan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya

pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

a. Kegagalan sirkulasi darah : Dengan adanya kebocoran plasma dari

pembuluh darah ke dalam jaringan ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi

pada saat renjatan akan terlihat pada tubuh pasien menjadi sembab (edema)

dan darah menjadi kental. Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan

pernafasan) perlu dilakukan secara kontinu, bila perlu setiap jam.

Pemeriksan Ht, Hb dan trombosit sesuai permintaan dokter setiap 4 jam.

Perhatikan apakah pasien kencing / tidak.

b. Risiko terjadi pendarahan : Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi

trombosit dan menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab

terjadinya pendarahan utama pada traktus gastrointestinal. Pendarahan

grastointestinal didahului oleh adanya rasa sakit perut yang hebat atau

daerah retrosternal. Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah

perlu diukur. Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu

tindakan secepatnya. Makan dan minum pasien perlu dihentikan. Bila

pasien sebelumnya tidak dipasang infus segera dipasang. Formulir

permintaan darah disediakan. Perawatan selanjutnya seperti pasien yang

menderita syok. Bila terjadi pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat

banyaknya/warnanya serta waktu terjadinya pendarahan. Pasien yang

mengalami pendarahan gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk

membantu mengeluarkan darah dari lambung.


c. Gangguan suhu tubuh : Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada

permulaan sakit atau hari ke-2 sampai ke-7 dan tidak jarang terjadi

hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien kejang. Peningkatan suhu

tubuh akibat infeksi virus dengue maka pengobatannya dengan pemberian

antipiretika dan anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan

mencegah agar tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang perlu

diperhatikan,bila terjadi penurunan suhu yang mendadak disertai

berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi lembut

halus waspada karena gejala renjatan. Kontrol TD dan nadi harus lebih

sering dan dicatat secara baik dan memberitahu dokter.

d. Gangguan rasa aman dan nyaman : Gangguan rasa aman dan nyaman

dirasakan pasien karena penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat.

Hanya pada pasien DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht,

trombosit, Hb secara periodik (setiap 4 jam) dan mudah terjadi hematom,

serta ukurannya mencari vena jika sudah stadium II. Untuk megurangi

penderitaan diusahakan bekerja dengan tenang, yakinkan dahulu vena baru

ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematom segera oleskan trombophub gel /

kompres dengan alkohol. Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya

dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba mencari vena dan

meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat. Jika sudah musim

banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set venaseksi yang telah

seteril.
I. Pemeriksaan penunjang

1. Darah

a. Trombosit menurun

b. Hb Meningkat lebih 20 %

c. Ht Meningkat Lebih 20 %

d. Leukosit menurun pada hari ke – 2 dan ke – 3

e. Protein darah rendah

f. Ureum PH bias meningkat

g. Na dan Cl rendah

2. Rontgen thorax

3. Uji tourniket ( Positif )


J. Pathway
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien : Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak

dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama

orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

2. Keluhan Utama : Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk

datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

3. Riwayat Penyakit Sekarang : Didapatkan adanya keluhan panas mendadak

yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran composmentis. Turunnya

panas terjadi antara hari ke-3 sampai ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-

kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah,

anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu

hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi

perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematesis.

4. Riwayat penyakit dahulu : Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF,

anak bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.

5. Riwayat penyakit keluarga : Penyakit apa saja yang pernah di derita sama

keluarga klien

6. Riwayat imunisasi : Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka

kemungkinan timbulnya komplikasi dapat dihindari

7. Riwayat gizi Status gizi : Anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak

dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor

predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,

muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak akan

mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

8. Kondisi lingkungan : Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan

lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan

baju di kamar).

9. Pola kebiasaan

a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan

berkurang, dan nafsu makan menurun.

b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami

diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena.

c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,

sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi

hematuria.

d. Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena

mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan

kuantitas tidur maupun istirahat kurang.

e. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang

nyamuk aedes aegypti.

f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk

menjaga kesehatan.

10. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari

ujung rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum :

a. Grade :
a) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-

tanda vital dan nadi lemah.

b) Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada

perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi

lemah, kecil, dan tidak teratur.

c) Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,

nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.

d) Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba,

tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,

berkeringat, dan kulit.

b. Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII), nadi

tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun ( sistolik menurun

sampai 80mmHg atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)

c. Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa

nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.

d. Mata Konjungtiva anemis

e. Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada

gradeII,III, IV.

f. Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada

serumen, tidak ada gangguan pendengaran.

g. Mulut : Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia

pharing.

h. Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami

pembesaran
i. Dada / thorak

I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.

Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama

Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada

paru

A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, danIV.

j. Abdomen

I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.

Pal :Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)

Per : Terdengar redup

A : Adanya penurunan bising usus

k. Integument : Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan

melakukan uji tourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat

dingin, dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan

terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan

24 tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang

pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan

timbulnya petekie di bagian volarlenga bawah (Soedarmo,2008).

l. Genitalia Biasanya tidak ada masalah

m. Ekstremitas : Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.

Pada kuku sianosis/tida

11. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

a. Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).

b. Trobositopenia (< dari 100.000/ml).


c. Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).

d. Ig. D. dengue positif.

e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,

hipokloremia, dan hiponatremia.

f. Urium dan pH darah mungkin meningkat.

g. Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.

h. SGOT / SGPT mungkin meningkat.

B. Diagnosis keperawatan

1. Nyeri Akut

a. Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan


kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
(PPNI,2016)
b. Penyebab (PPNI,2016).
1) Agen pencedera fisiologis (mis., inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis., terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisikberlebihan)
c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
1) Subjektif
a) Mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampakmeringis
b) Bersikap protektif (mis.,waspada, posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadimeningkat
e) Sulittidur
d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)
1) Subjektif
Tidak tersedia
2) Objektif
a) Tekanan darahmeningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makanberubah
d) Proses berpikirterganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada dirisendiri
2. Hipertermi

a. Defenisi : Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh

b. Penyebab :

a) Dehidrasi

b) Terpapar lingkungan panas

c) Proses penyakit (mis : infeksi, kanker)

d) Ketidaksesuaian pakaian dengan susu lingkungan

e) Peningkatan laju metabolisme

f) Respon trauma

g) Aktivitas berlebihan

h) Penggunaan inkubator

c. Gejala dan tanda mayor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objectif :

a) Suhu tubuh diatas nilai normal

d. Gejala dan tanda minor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objectif :
a) Kulit merah

b) Kejang

c) Takikardi

d) Takipneea

e) Kulit terasa hangat

e. Kondisi klinis terkait

a) Proses infeksi

b) Hipertiroid

c) Stroke

d) Dehidrasi

e) Trauma

f) Prematuritas

3. Hipovolemia

a. Defenisi : Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan atau

intraseluler

b. Penyebab

a) Kehilangan cairan aktif

b) Kegagalan mekanisme regulasi

c) Peningkatan permeabilitas kapiler

d) Kekurangan intake cairan

e) Evaporasi

c. Gejala dan tanda mayor

a) Subjektif (Tidak ada)

b) Objektif :

(1) Frekuensi nadi meningkat


(2) Nadi teraba lemah

(3) Tekanan darah menurun

(4) Tekanan nadi menyempit

(5) Turgor kulit menurun

(6) Membran mukosa kering

(7) Volume urin menurun

(8) Hemtokrik meningkat

d. Gejala dan tanda minor

a) Subjektif

(1) Merasa lemah

(2) Megeluh haus

b) Objektif

(1) Pengisian vena menurun

(2) Status mental berubah

(3) Suhu tubuh meningkat

(4) Konsentrasi urin meningkat

(5) Berat badan turun tiba-tiba.

e. Kondisi klinis terkait

a) Penyakit Addison

b) Trauma

c) Luka bakar

d) AIDS

e) Penyakit chorn

f) Muntah

g) Diare
h) Kolitis ulseratif

i) Hipoalbumin

4. Defisit pengetahuan

a. Definisi: keadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan

dengan topic tertentu.

b. Penyebab

a) Keterbatasan kognitif

b) Gangguan fungsi kognitif

c) Kekeliruan mengikuti anjuran

d) Kurang terpapar informasi

e) Kurang minat dalam belajar

f) Kurang mampu mengingat

g) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

c. Gejala dan tanda minor

Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi

Objektif :

a) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran

b) Menunukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

d. Gejala dan tanda minor

Subjektif (Tidak tersedia)

Objektif

a) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat


b) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis, apatis, bermusuhan, agitasi,

hysteria)

e. Kondisi klinis terkait

a) kondidi klinis yang baru dihadapi oleh klien

b) Penyakit akut

c) Penyakit kronis

f. Keterangan

Diagnosis ini dispesifikkan berdasarkan topic tertentu yaitu:

1) Gaya hidup sehat

2) Keamanan diri

3) Keamanan fisik anak

4) Kehamilan dan persalinan

5) Kesehatan maternal pasca persalinan

6) Kesehatan maternal prekonsepsi

7) Keterampilan psikomotorik

8) Konservasi energy

9) Latihan energy

10)Manajemen arthritis rheumatic

11)Manajemen asma

12)Mnajemen demensia

13)Manajemen berat badan

14)Manajemen disritmia

15)Manajemen depresi

16)Manajemen gagal jantung


17)Manajemen gangguan lipid

18)Manajemen gangguan makan

19)Manajamen hipertensi

20)Manajemen kanker

21)Manajemen nyeri

22)Manajemen osteoporosis

23)Manajemen penyakit akut

24)Manajemen penyakit arteri perifer

25)Manajemen penyakit ginjal

26)Manajemen penyakit jantung

27)Manajemen penyakit kronis

28)Manajemen penyakit paru obstruksi kronis

29)Manajemen pneumonia

30)Manajemen proses penyakit

31)Manajemen skelerosis multiple

32)Manajemen stroke

33)Manajemen waktu

34)Manajemen penyakit jantung koroner

35)Medikasi

36)Mekanika tubuh

37)Menyusui

38)Menyusui dengan botol

39)Nutrisi bayi/anak

40)Pencegahan jatuh

41)Pencegahan kanker
42)Pencegahan konsepsi

43)Pencegahan stroke

44)Pencegahan thrombus

45)Pengontrolan pengunaan zat

46)Peningkatan fertilitas

47)Peran menjadi orang tua

48)Perawatan bayi

49)Perawatan kaki

50)Perawatan ostomi

51)Perilaku sehat

52)Program aktivitas

53)Program diet

54)Program latihan

55)Prosedur tindakan

56)Seks aman

57)Seksualitas

58)Stimulasi bayi dan anak

5. Risiko syok

a. Defenisi : beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan

tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam

jiwa

b. Faktor risiko

a) Hipoksemia

b) Hipoksia

c) Kekurangan volume cairan


d) Sepsis

e) Sindrom inflamasi sistemik

c. Kondisi klinis

a) Perdarahan

b) Trauma multipel

c) Pneumotoraks

d) Infark miokard

e) Kardiomiopati

f) Cedera medula spinalis

g) Anafilaksis

h) Sepsis

i) Koagulasi intravaskuler diseminata

j) Sindrom respons inflamasi sistemik

d. Keterangan : diagnosis ini ditegsksn pada kondisi gawat darurat yang

dapat mengancam jiwa dan intervensi diarahkan untuk penyelamatan

jiwa
C. Intervensi dan Rasional

Diangnosa Luaran
N Intervensi Rasional
Keperawatan Keperawatan
O

1 Nyeri akut Nyeri akut menurun


Manajemen nyeri

a. Observasi/Identifikasi/Monitor 1) untuk mengetahui lokasi,


1) Identifikasi tingkat, lokasi, karakteristik, kualitas nyeri,
karakteristik,kualitas, frekuensi dan faktor pencetus
frekwensidan faktor pencetusnyeri 2) untuk mengetahi keadaan

2) Observasi isyarat nonverbal umum pasien

ketidaknyamanan

b. Terapeutik 1) untuk meningkatkan relasasi

1) Berikan tindakan nyaman


misalnya ubah posisi yang
membuat pasien merasa nyaman 2) agar pasien mampu
2) Berikan informasi tentang nyeri mengontrol nyeri
seperti penyebab nyeri dan
berapa lama akan berlangsung

c. Edukasi

1) Ajarkan penggunaan 1) untuk memberikan pengetahuan


tekhnik nonfarmakologi kepada pasien dan keluarga
manajemen nyeri (misalnya pasien apabila nyeri datang.
imajinasi terbimbing,
distraksi, kompres hangat atau
dingin danmassase

d. Kolaborasi 1) Untuk mengurangi rasa nyeri


1) pemberian analgetik

2 Hipertermi Termoregulasi membaik, Manajemen Hipertermia


Observasi
dengan kriteria hasil:
1) Identifikasi penyebab hipertermia 1.Mengetahui penyebab
a. Menggigil : 1
(mis.dehidrasi, terpapar lingkungan hipertermia pada pasien
(menurun) 2 panas, penggunaan incubator) 2.Mengetahui suhu tubuh pasien
2) Monitor suhu tubuh 3.Mengetahui kadar elektrolit
(cukup menurun) 3
pasien
(sedang) 4 (cukup 3) Monitor kadar elektrolit 4.Mengetahui haluaran urine
4) Monitor haluaran urine pasien
meningkat) 5
5) Monitor komplikasi akibat hipertermia 5.Mengetahui adanya komplikasi
(meningkat)
akibat hipertermia pada pasien
b. Kulit merah : 1 1. Memberikan rasa nyaman
Terapeutik
2. Agar tubuh terasa dingin
(meningkat) 2 1) Sediakan lingkungan yang dingin
3. Mengurangi hipertermia yang
(cukup menigkat) 2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
dirasakan
3) Basahi dan kipasi perrmukaan tubuh
3 (sedang) 4 4. Memenuhi cairan memberikan
4) Berikan cairan oral
rasa dingin pada tubuh
(cukup menurun) 5 5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering
5. Menjaga kebersihan dan
(menurun) jika mengalami hyperhidrosis (keringat
memberikan rasa nyaman
berlebih)
c. Akrosianosis : 1 6. Menguragi rasa hipertermia dan
6) Lakukan pendinginan eksternal (mis.
memberikan rasa nyaman
(meningkat) 2 Selimut hipotermia atau kompres
7. Mengurangi resiko lainnya
(cukup menigkat) dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,
seperti sindrom reye
aksila)
3 (sedang) 4 8. Memberikan rasa nyaman
7) Hindari pemberian antipiretik atau
(cukup menurun) 5 aspirin

(menurun) 8) Berikan Oksigen, jika perlu


1. Memberikan rasa nyaman
Edukasi
d. Pucat : 1
1) Anjurkan tirah baring
1. Pemberian cairan dan elektrolit
(meningkat) 2 Kolaborasi sesuai kebutuhan pasien
1) Kolaborasi pemberian cairan elektrolit
(cukup menigkat)
dan intravena, jika perlu
3 (sedang) 4

(cukup menurun) 5

(menurun)

e. Takikardia : 1

(meningkat) 2

(cukup menigkat)

3 (sedang) 4

(cukup menurun) 5

(menurun)

f. Suhu tubuh : 1

(memburuk 2

(cukup memburuk)

3 (sedang) 4

(cukup membaik)
5 (membaik)

g. Suhu kulit : 1

(memburuk 2

(cukup memburuk)

3 (sedang) 4

(cukup membaik)

5 (membaik)

(SLKI, 2019)

3 Hipovolemia Status Cairan membaik Manajemen Hipovolemia

dengan kriteria hasil : Observasi

a. Turgor kulit 1) Periksa tanda dan gejala hypovolemia


1. Mengetahui adanya tanda dan
meningkat (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
gejala hypovolemia pada pasien
b. Perasaan lemah terasa lemah, tekanan darah menurun,

menurun tekanan nadi menyempit, turgor kulit

c. Frekuensi nadi menurun, membrane mukosa kering,

membaik volume urin menurun, hematokrit


d. Tekanan darah meningkat, haus, lemah)

membaik 2) Monitor intake dan output cairan 2. Mengetahui keseimbangan

e. Membran mukosa cairan pada pasien

membaik Terapeutik

f. Jugular Venous 1) Hitung kebutuhan cairan


1. Mengetahui kadar cairan yang
Pressure (JVP)
dibutuhkan pasien secara adekuat
membaik 2) Berikan posisi modified Trendelenburg
2. Agar aliran darah balik kejantung

lebih besar sehingga tekanan

darah meningkat
3) Berikan asupan cairan oral
3. Agar intake cairan terjaga

sehingga keseimbangan cairan


Edukasi
kembali normal
1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan
1. Untuk mempertahankan
oral
keseimbangan cairan
2) Anjurkan menghindari perubahan posisi
2. Untuk mempertahankan
mendadak
keamanan dan kenyamanan
pasien

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis 1. Pemberian cairan IV isotonis

(mis. NaCL, RL) (mis. NaCL, RL) sesuai

kebutuhan pasien

2) Kolaborasi pemberian cairan IV 2. Pemberian cairan IV Hipotonis

Hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%

0,4% sesuai kebutuhan pasien

3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. 3. Pemberian cairan koloid sesuai

albumin, plasmanate) kebutuhan pasien

4) Kolaborasi pemberian produk darah 4. Pemberian produk darah sesuai

kebutuhan pasien
4 Defisit Pengetahuan Edukasi kesehatan

pengetahuan meningkat dengan Observasi

kriteria hasil :
a. Perilaku sesuai 1. Indentifikasi kesiapan menerima informasi 1. Untuk mengetahui tingkat

anjuran verbalisasi kesiapan pasien dalam

minat dalam belajar menerima informasi

meningkat 2. Indentifikasi faktor-faktor yang dapat 2. Mengetahui faktor yang dapat

b. Kemampuan meningkatkan dan menurunkan motivasi meningkatkan motivasi dan

menjelaskan prilaku hidup sehat dan bersih menurunkan motivasi prilaku

pengetahuan tentang hidup sehat dan bersih

suatu topik meningkat Terapeutik

c. Perilaku sesuai 1) Sediakan materi dan media pendidikan 1. Sebagai bahan penyampaian

dengan pengetahuan kesehatan informasi

meningkat 2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai 2. Pemberian pendidikan

d. Pertanyaan tentang kesepakatan kesehatan terjadwal

masalah yang di 3) Berikan kesempatan untuk bertanya 3. Mengetahui sejauh mana

hadapi menurun ketidaktahuan klien mengenai

e. Persepsi masalah Edukasi penyakitnya

yang keliru terhadap 1) Jelaskan faktor resiko yang dapat 1. Memberikan informasi terkait
masalah menurun mempengaruhi kesehatan penyakit yang di derita

2) Ajarkan perilaku bersih dan sehat 2. Memberikan pendidikan

kesehatan

3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan 3. Memberikan informasi tentang

untuk meningkatkan perilaku hidup bersih cara hidup bersih dan sehat

dan sehat

5 Risiko Syok Tingkat syok meningkat Pencegahan Syok

dengan kriteria hasil : Observasi

1. Monitor status kardiopulmonal


a. Kekuatan nadi 1. Mengetahui keadaan klien
(frekuensi, nadi, freuensi napas, TD,
meningkat
MAP)
b. Tingkat
2. Monitor status oksigenasimonitor status
kesadaran 2. Mengetahui keadaan cairan
cairan
meningkat klien
3. Monitor tingkat kesadaran dan respon
c. Akral dingin 3. Mengetahui keadaan dan
pupil
meurun respon klien
d. Pucat menurun 4. Periksa riwayat alergi 4. Mengetahui alergi pada klien

e. Haus menurun Terapeutik untuk memberikan oral

f. Tekanan nadi 1. Berikan oksigen untuk 1. Memberikan rasa aman

membaik mempertahankan saturasi ksigen nyaman

g. Pengsian kapiler >94%

membaik 2. Persiapkan intubasi dan ventilasi 2. Memberikan rasa nyaman

h. Frekuensi nadi mekanis ventilasi mekanis

membaik 3. Pasang jalur IV 3. Memberikan alternatif untuk

i. Frekuensi napad 4. Pasag kateter urine untuk menilai memberikan nutrisi

membaik produksi urine 4. Menilai produksiurine

5. Lakukan skin test untuk mencegah 5. Mengetahui alergi atau tidak

alergi pada klien

Edukasi

1. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok 1. Agar keluarga dan klien dapat

2. Jelaskan tanda dan gejala awal syok mengetahui adakah faktor

3. Anjurkan melapor jika risiko syok


menemukan/merasakan tanda dan 2. Agar keluarga dan klien dapat

gejala awal syok mengetahui adakah tanda-

4. Anjurkan memperbanyak asupan tanda syok

cairan oral 3. Agar mencegah terjadinya

5. Anjurkan menghindari alergen syok

4. Mengganti cairan yang keluar

5. Agar klien terhindar dari

Kolaborasi alergen

1. Kolaborasi pemberian IV 1. Memberikan asupan cairan

2. Kolaborasi pemberian transfusi darah kepada klien

3. Kolaborasi pemberian antiinfalamasi 2. Mencegah kekurangan cairan

3. Mencegah inflamasi
D. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh

perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses

penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang

sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam, 2011).

E. Evaluasi

Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :

a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi

dilakukan sampai dengan tujuan tercapai

b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini

menggunakan SOAP.
BAB III

INTEGRASI KEILMUAN

llmu pengetahuan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan yang dapat

membedakan keduanya adalah orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu. Hal ini

sejalan dengan dengan firman Allah dalam Q.S Az- Zumar/ 39 : 9

َ‫وْ ن‬NN‫ الَّ ِذ ْينَ يَ ْعلَ ُم‬N‫ت َِوى‬N‫ َرحْ َمةَ َرب ٖ ِّۗه قُلْ هَلْ يَ ْس‬N‫ يَّحْ َذ ُر ااْل ٰ ِخ َرةَ َويَرْ جُوْ ا‬N‫ ًما‬Nِ‫اجدًا َّوقَ ۤا ِٕٕى‬
ِ ‫ت ٰان َۤا َء الَّي ِْل َس‬
ٌ ِ‫اَ َّم ْن ه َُو قَان‬

ِ ‫َوالَّ ِذ ْينَ اَل يَ ْعلَ ُموْ نَ ۗ اِنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر اُولُوا ااْل َ ْلبَا‬
ࣖ‫ب‬

Terjemahnya :
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?".

Berdasarkan ayat di atas, kita dituntut untuk terus mencari ilmu pengetahuan tentang

apapun baik dari media TV, Koran, Majalah, Internet dll. Demikian juga tentang derajat

DHF, orang tua dituntut untuk mencari tahu tentang kesehatan baik untuk dirinya maupun

keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA

Masriadi. 2017. Epidemiologi Penyakit Menular. Depok: Rajawali Pers.

Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Kepearawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: MediAction.

Nursalam, DR., susilaningrum, R., utami S. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak

Untuk Perawat Dan Bidan : Salemba Medika

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rahayu, Y. dan Budi, I. S. (2017). Analisis Partisipasi Kader Jumantik Dalam Upaya

Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD). Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,

8(3), 200–207.

Suriadi, Yuliani Rita. (2010). Buku Pegangan Praktis Klinik Asuhan Keperawatan pada

Anak. Edisi 2, Penerjemah Haryanto, EGC, Jakarta, hal 122.

Suriadi, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta: CV Agung Seto.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.

Jakarta Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta

Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.

Jakarta Selatan : DPP PPNI

World Health Organization WHO (2018). Dengue and Severe Dengue

Anda mungkin juga menyukai