Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

DI RUANGAN INAP ANAK RSUD AHMAD MUCHTAR BUKITTINGGI

OLEH

VIVIN DELVINA PUTRI

1806149010192

CI AKADEMIK CI KLNIK

( ) ( )

PROGRAM STUDY PROFESI NERS

STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

A. Definisi

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita

melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan

orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai

ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk

kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)

(Hidayatalimulaziz. 2006).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh

virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue

haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui

gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan

gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai

dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan

yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).


Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh

Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dengan tipe I – IV dengan infestasi klinis dengan 5 –

7 hari disertai gejala perdarahan dan jika timbul  tengatan angka kematiannya cukup

tinggi (UPF IKA, 1994 ; 201)

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada

anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk

pada dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16).

B. Etiologi

1. Virus dengue

Berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik pada

berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia,

maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto,

1990; 36).

2. Vektor : nyamuk aedes aegypti

yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polyne

siensis, infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi

seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan

terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;

420).

3. Host : pembawa.
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia

akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga

ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun

virus dengue tipe lainnya.

C. Klasifikasi

Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi

menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :

1. Derajat I :

Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif

2. Derajat II :

Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan

spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis,

melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.

3. Derajat III :

Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi

lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan

darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80

mmHg.

4. Derajat IV

Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140

mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

Klasifikasi DHF berdasarkan patokan dari WHO (1999) DBD dibagi menjadi 4

derajat :
1. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet

(+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.

2. Derajat II

Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.

3. Derajat III

4. Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah

rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari.

5. Derajat IV

Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat

diukur.

Dengue Shock Syndrome ( DSS )

Dengue shock syndrome ( DSS ) adalah sindroma syok yang terjadi

pada penderita Dengue  Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau demam berdarah

dengue.

Dengue syok sindrom bukan saja merupakan suatu permasalahan

kesehatan masyarakat yang menyebar dengan luas atau tiba – tiba, tetapi

juga merupakan suatu permasalahan klinis, karena 30 – 50 % penderita

demam berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan

demam suatu kematian terutama bila tidak ditangani secara dini dan

adekuat.
D. Manifestasi Klinis

1. Demam :Awalnya akut, cukup tinggi, dan kontinu, berlangsung lama 2 – 7

hari

2. Setiap manifestasi perdarahan berikut : petekia, purpura, ekimosis,

epistaksis, gusi berdarah, dan hematemesis dan / atau melena.

3. Uji torniquet positif : Uji torniquet dilakukan dengan memompa manset

tekanan darah sampai suatu titik tengah antara tekanan sistolik dan diastolik

selama 5 menit. Hasil uji di nyatakan positif jika tampak 10 atau lebih

petekia per 2,5 cm2. Pada kasus DHF, uji tersebut biasanya memberikan

hasil yang pasti positif bila tampak 20 petekia atau lebih. Hasil uji mungkin

negatif atau agak positif selama fase syok yang dalam. Hasil tersebut

kemudian akan menjadi positif, bahkan terkadang sangat positif, jika

dilakukan setelah pulih dari syok.

4. Pembesaran hati (hepatomegali) : Tampak pada beberapa tahap penyakit

yaitu sekitar 90 – 98 % pada anak anak di thailand, tetapi di negara lain

frekuensinya mungkin bervariasi.

5. Syok : Di tandai dengan denyut yang cepat dan lemah di sertai tekanan

denyut yang menurun ( 20 mmHg atau kurang ), atau hipotensi, juga

dengan kulit yang lembab, dingin, dan gelisah.

6. Temuan laboratorium

a. Trombositipenia ( 100.000 / mm3 atau kurang )

b. Hemokonsentrasi, peningkatan jumlah hematokrit sebanyak 20% atau

lebih
Dua kriteria klinis pertama, di tambah dengan trombositopenia dan

hemokonsentrasi atau peningkatan jumlah hematokrit, sudah cukup untuk

menetapkan diagnosis klinis DHF. Efusi pleura ( tampak melalui rontgen dada )

dan / atau hipoalbuminemia menjadi bukti penunjang adanya kebocoran

plasma. Bukti ini sangat berguna terutama pada pasien yang anemia dan / atau

mengalami perdarahan berat. Pada kasus syok, jumlah hematokrit yang tinggi

dan trombositipenia memperkuat diagnosis terjadinya DHF / DSS. ( WHO,

2005 : 19 )

E. Siklus Demam DHF

Demam Pelana Kuda

Ciri-ciri Demam DBD atau Demam Pelana Kuda

1. Hari 1 – 3 Fase Demam Tinggi

Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang

mata, badan ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai bercak

merah di kulit.
2. Hari 4 – 5 Fase KRITIS

Fase demam turun drastic dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan.

Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya “Dengue Shock

Syndrome”

3. Hari 6 – 7 Fase Masa Penyembuhan

Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.

F. Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan

virtemia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi

komplek imun Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan

melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan

merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu

hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi

hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas

dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya

komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga

terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal

tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock

dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi

Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran

plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi

jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.


Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat

hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia

terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada

daya tahan tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi

sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan

peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari

ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila

kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai

akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan

(3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi

faktor pembekuan.

Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas

kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati;

trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419)


PATHWAY

G. Komplikasi

1. Syok

Pada Dengue Hemorrhagic Fever derajat IV akan terjadi syok yang

disebabkan kehilangan banyak cairan melalui pendarahan yang diakibatkan

oleh ekstravasasi cairan intravaskuler.


2. Ikterus pada kulit dan mata

Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana

hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh

adanya deposit bilirubin.

3. Kematian

Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari Dengue Hemorrhagic

Fever apabila terjadi Dengue Shock Syndrom ( DSS ) yang akan berakibat

kepada kematian.

( www. pdpersi.co.id, 2003 )

H. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Darah Lengkap

a. Trombosit menurun.

b. HB meningkat lebih 20 %

c. HT meningkat lebih 20 %

d. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3

e. Protein darah rendah

f. Ureum PH bisa meningkat

g. NA dan CL rendah

h. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

2. Rontgen thorax : Efusi pleura.

3. Uji test tourniket (+)


I. PENATALAKSANAAN

1. Medis

a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien

dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1 ½  - 2 liter

dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik

dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan.

Luminal diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg im;

anak > 1 tahun 75 mg. jika 15 menit kejang belum berhenti luminal

diberikan lagi dengan dosis 3 mg/ kg BB. Infus diberikan pada pasien

DHF tanpa renjatan apabila : pasien terus menerus muntah, tidak dapat

diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan

hematokrit yang cenderung meningkat.

b. Pasien mengalami syok segera dipasang infus sebagai pengganti cairan

hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL.

Jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau

plasma ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan

renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah

teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar,

tekanan sistolik 80 mmHg dan kecapatan tetesan dikurangi menjadi 10

mL/ kg BB/ jam. Pada pasien dengan syok berat atau syok berulang

perlu dipasang CVV untuk mengukur tekanan vena sebtral melalui

vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU. (Ngastiyah, 1997,

hal : 344-345).
c. Cairan (rekomendasi WHO)

 Kristaloid

a) Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan

Ringer laktat (D5/RL).

b) Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan

Ringer Asetat (D5/RA).

c) Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam

larutan faali (D5/GF).

 Koloid

a) Dextran 40

b) Plasma

(Arif Mansjoer, 2001, hal : 422)

2. Keperawatan

a. Derajat I

Pasien istirahat, obsevasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb

dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24

jam dan kompres dingin.

b. Derajat II

Segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah sering

dipasang pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem

dibuka tetesan infus atau tetesan cairan tetap tidak lancer maka jika 2

tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk

memberikan plasma darah dan yang lain cairan biasa.


c. Derajat III dan IV (DSS)

a. Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit

(RL) dengan cara diguyur kecepatan 20 mL/ kg BB/ jam.

b. Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.

c. Pengawasan tanda-tanda vital dilakukan setiap 15 menit.

d. Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.

e. Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan

secepatnya baik obat-obatan maupun darah yang diperlukan.

f. Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan

gastrointestinal biasanya dipasang nasogastrik tube (NGT) untuk

membantu pengeluaran darah dari lambung. NGT perlu dibilas

dengan Nacl karena sering terdapat bekuan darah dari tube. Tube

dicabut bila perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah

membaik sudah boleh diberikan makanan cair walaupun feses

mengndung darah hitam kemudian lunak biasa.

(Ngastiyah, 1997, hal : 345-346)


ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas

DBD dapat mengenai pada semua umur yang tinggal di daerah tropis.

2. Keadaan Umum

Terjadinya peningkatan suhu tubuh / demam dan disertai ruam macula

popular.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Umumnya klien dengan DHF datang ke Rumah Sakit dengan keluhan

demam akut 2 – 7 hari, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, malaise,

mual, muntah, sakit kepala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati,

pendarahan spontan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Diantara penyakit yang pernah diderita yang dahulu dengan penyakit DHF

yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF penyakit

itu berulang.

5. Riwayat Penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain, yang tinggal

didalam satu rumah / beda rumah dengan jarak yang berdekatan sangat

menentukan karena ditularkan melalui gigitan nyamuk.

6. Riwayat Penyakit Lingkungan

DHF ditularkan oleh 2 nyamuk yaitu: Aedes aeyipry dan Aedes albopiehis,

hidup dan berkembang biak didalam rumah yaitu pada tempat


penampungan air bersih seperti kaleng bekas, bak mandi yang jarang

dibersihkan.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem pernafasan : Tidak ada gangguan dalam pernafasan.

b. Sistem persyarafan : Gangguan dalam sistem persyarafan adalah

terdapat respon nyeri.

c. Sistem cardiofaskuler : Terjadi pendarahan dan kegagalan sirkulasi.

d. Sistem pencernaan : Terjadi anorexia, mual dan muntah.

e. Sistem otot dan integument : Ditemukan peteckie, pegal-pegal pada

seluruh tubuh.

f. Sistem eliminasi : Terjadi gangguan pada sistem eliminasi alvi yaitu

terjadi konstipasi.

8. Pengelompokan Data

a. Data  Subyektif

 Panas

 Lemah

 Nyeri ulu hati

 Mual dan tidak nafsu makan

 Sakit menelan

 Pegal seluruh tubuh

 Nyeri otot, persendian, punggung dan kepala

 Haus

b. Data Obyektif

 Suhu tinggi selama 2 - 7 hari


 Kulit terasa panas

 Wajah tampak  merah , dapat disertai tanda kesakitan

 Nadi cepat

 Selaput mukosa mulut kering

 Ruam dikulit lengan dan kaki

 Epistaksis

 Nyeri tekan pada epigastrik

 Hematomesis

 Melena

 Gusi berdarah

 Hipotensi

9. Data Penunjang

a. Hematokrit meningkat

b. Trombositopenia

c. Masa perdarahan memanjang


B. Diagnosa Keperawatan

1.hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

2.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

permiablelitas kapiler, perdarahan, mual dan muntah

3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual dan muntah

N Dx Keperawawatan NOC NIC


1 hipertermi berhubungan Thermoregulasi  Monitor suhu
Setelah dilakukan tindakan sesering mungkin
dengan peningkatan suhu keperawatan  Monitor warna
selama………..pasien dan suhu kulit
tubuh menunjukkan :  Monitor tekanan
Suhu tubuh dalam batas darah, nadi dan
normal dengan kreiteria RR
hasil:  Monitor
 Suhu 36– 37C penurunan
 Nadi dan RR dalam tingkat kesadaran
rentang normal  Monitor WBC, Hb,
 Tidak ada dan Hct
perubahan warna  Monitor intake
kulit dan tidak ada dan output
pusing,
 Berikan anti
piretik:
 Kelola Antibiotik
 Selimuti pasien
 Berikan cairan
intravena
 Kompres pasien
pada lipat paha
dan aksila
 Tingkatkan
sirkulasi udara
 Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
 Monitor hidrasi
seperti turgor
kulit, kelembaban
membran
mukosa)

2 Kekurangan volume cairan  Fluid balance  Pertahankan


 Hydration catatan intake
berhubungan dengan  Nutritional dan output yang
Status : Food akurat
peningkatan permiablelitas and Fluid Intake  Monitor status
Setelah dilakukan hidrasi
kapiler, perdarahan, mual tindakan ( kelembaban
keperawatan membran
dan muntah selama….. mukosa, nadi
defisit volume cairan adekuat, tekanan
teratasi dengan darah ortostatik ),
kriteria jika diperlukan
hasil:  Monitor hasil lab
 Mempertahank yang sesuai
an urine output dengan retensi
sesuai dengan cairan (BUN , Hmt
usia dan BB, BJ , osmolalitas urin,
urine normal, albumin, total
 Tekanan darah, protein )
nadi, suhu  Monitor vital sign
tubuh dalam setiap 15menit –
batas normal 1 jam
 Tidak ada  Kolaborasi
tanda tanda pemberian cairan
dehidrasi, IV
Elastisitas  Monitor status
turgor kulit nutrisi
baik, membran  Berikan cairan
mukosa oral
lembab, tidak  Berikan
ada rasa haus penggantian
yang nasogatrik sesuai
berlebihan output (50 –
 Orientasi 100cc/jam)
terhadap waktu  Dorong keluarga
dan tempat untuk membantu
baik pasien makan
 Jumlah dan  Kolaborasi dokter
iramapernapas jika tanda cairan
an dalam batas berlebih muncul
normal meburuk
 Elektrolit, Hb,  Atur
Hmt dalam kemungkinan
batas normal tranfusi
 pH urin dalam  Persiapan untuk
batas normal tranfusi
 Intake oral da  Pasang kateter
intravena jika perlu
adekuat  Monitor intake
dan urin output
setiap 8 jam
3 Ketidakseimbangan nutrisi NOC: Kaji adanya alergi
 Nutritional makanan
kurang dari kebutuhan status:  Kolaborasi
Adequacy of dengan ahli gizi
tubuh berhubungan dengan nutrient untuk
 Nutritional menentukan
mual dan muntah Status : food jumlah kalori dan
and Fluid Intake nutrisi yang
Weight Control dibutuhkan
Setelah dilakukan pasien
tindakan  Yakinkan diet
keperawatan yang dimakan
selama….nutrisi mengandung
kurang tinggi serat untuk
teratasi dengan mencegah
indikator: konstipasi
 Albumin serum  Ajarkan pasien
 Pre albumin bagaimana
serum membuat catatan
 Hematokrit makanan harian.
 Hemoglobin  Monitor adanya
 Total iron penurunan BB
binding dan gula darah
capacity  Monitor
 Jumlah limfosit lingkungan
selama makan
 Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam
makan
 Monitor turgor
kulit
 Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
total protein, Hb
dan kadar Ht
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
 Monitor intake
nuntrisi
 Informasikan
pada klien dan
keluarga tentang
manfaat nutrisi
 Kolaborasi
dengan dokter
tentang
kebutuhan
suplemen
makanan seperti
NGT/ TPN
sehingga intake
cairan yang
adekuat dapat
dipertahankan.
 Atur posisi semi
fowler atau fowler
tinggi selama
makan
 Kelola pemberan
anti emetic
 Anjurkan banyak
minum
 Pertahankan
terapi IV line
 Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oval

C. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan

dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)

yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam

pelaksanaan rencana tindakan keperawatan terdapat dua jenis tindakan, yaitu

tindakan jenis mandiri dan tindakan kolaborasi (Hidayat, 2008)

D. Evaluasi Keperawatan

1. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,5C

2. Nyeri hilang atau berkurang

3. Gangguan pemenuhuan kebutuhan nutrisi tubuh tercukupi

4. Keseimbangan volume cairan

5. Aktivitas dan kebuthan sehari-hari terpenuhi

6. Syok hipovolemik tidak terjadi

7. Tidak terjadi perdarahan luas

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa

Keperawatan. EGC ; Jakarta.


Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi Ketiga. Jakarta : Media

Aesculapius.

Anonym. 2011. Siklus Demam DBD : "Pelana Kuda". http://andrikarim. blogspot.

com/2011/06/siklus-demam-dbd-pelana-kuda.html.

Anonym. 2011. Laporan pendahuluan DHF. http://bayuardinugroho.blogspot.

com/2011/04/laporan-pendahuluan-d-h-f.html.

Anonym. 2012. Laporan Pendahuluan DHF pada Anak dan Dewasa . http://

immanueldwinugroho.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-

none-x.html

Anonym. 2012. Laporan Pendahuluan DHF (Dengue Haemoragic Fever). http:

//bagibagiwak.blogspot.com/2012/12/laporan-pendahuluan-dhf-dengue.html

Anonym. 2013. Laporan Pendahuluan DHF (Dengue Haemoragic Fever).

http://efrialfred.blogspot.com/2013/02/laporan-pendahuluan-dhf-dengue.html

Anonym. 2011. Laporan Pendahuluan DHF . http://rereners.blogspot.

com/2011/02/laporan-pendahuluan-dhf.html

Anda mungkin juga menyukai