Anda di halaman 1dari 28

TUGAS : GAWAT DARURAT

DOSEN : Ns. Ambo Anto, S.Kep.,M.MKep

ASKEP DSS
(DENGUE SYOK SINDROME)

OLEH :
Rosmiati
Salomi larat
Nurul fitrah
Rino nanariain
Priskilya s miru
Rosalina luturmas

PROGRAM STUDI KEPERWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)
FAMIKA MAKASSAR
TAHUN 2021/2022
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Dengue syok sindrom (DSS) merupakan penyakit yang paling banyak menimbulkan
masalah bagi masyarakat, nyamuk Aedes Aegypti (Candra, 2010). Nyamuk ini sangat
cocok hidup di iklim tropis ataupun sub tropis, Indonesia adalah tempat yang sanagat
sesuai tempat hidup nyamuk Aedes Aegypti (Johansson dkk, 2010). Dengan
meningkatnya masalah dengue syok sindrom yang terjadi pada masyarkat dan anak-
anak. Depkes, 2015 melaksanakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
dengan falsafah utama yaitu membuat asuhan keperawatan yang berpusat pada
keluarga dan perawatan traupetik, yaitu bayi, balita, anak, usia sekolah, remaja,
kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia. Dengan meningkatnya masalah
dengue syok syndrome tersebut kementrian kesehatan membuat dua tujuan kesehatan
pada tahun 2015 yaitu meningkatk status kesehatan dan meningkatkan daya tanggap
(responsiveness) dan perlindugan masyarakat terhadap resiko sosial dan finansial,
sampai tahun 2019.

DSS merupakan penyakit menular yang paling sering menimbulkan kejadian luar
biasa (KLB) di Indonesia (Kementrian Kesehatan, RI, 2011). Salah satu yang sering
mengalami KLB adalah DKI (Daerah Kuhusus Ibu Kota) Jakarta. DKI Jakarta, yang
merupakan ibu kota Indonesia dengan penduduk yang sangat padat. Hal ini sangat
mendukung Jakarta menjadi daerah endemik demam berdarah dengue. Dimana,
penduduk yang banyak menjadikan Jakarta kota memiliki permasalahan lingkungan

Berdasarkan uraian diatas yang ditimbulkan oleh Demam Berdarah Dengue syok
sindrome yang di tunjukan dari data-data diatas sehingga penulis tertarik untuk
berkeinginan menyususn Laporan Tugas Akhir tentang dengue syok syndrome (DSS)
dan mengetahui secara nyata pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang perawatan
Anggrek B Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan agar dapat melaksanakan asuhan
keperawatan secara maksimal selama tiga hari, yaitu 27 mei 2019 sampai dengan 29
mei 2019.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Dengue Syok Sindrom (DSS)

1. Defenisi DSS
Dengue syok sindrome adalah derajat terberat dari karena peningkatan permeabilitas
kapiler sehingga cairan keluar dari intravaskuler ke ekstravaskuler, sehingga terjadi
peningkatan dan penurunan volume intravaskuler dan hipoksemia (Phanmesuk dan
Suksin, 2009). Dengue syok syndrome ( DSS ) adalah sindrome syok yang terjadi pada
penderita dengue hemorrhagic fever atau demam berdarah dengue (Rampengan, 2000).
gigitan nyamuk AEDES (Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti) (Arif, 2001). Dengue
syok sindrom adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotif virus
dengue dan ditandai dengan empat gejalah klinis utama yaitu demam tinggi,
manisfestasi perdarahan, hepatomegaly dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul
renjatan (sindron renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat
menyebabkan kematian (Soegijanto, 2002).
Dengue syok sindrom, demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD
(dengue haemarrhagic fever/DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot/atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limpadenopati, trombositoponia, dan ditesis hemoragik. Pada DSS
terjadi pembesaran plasma yang di tandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hemotokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Syndrome renjatan dengue
(dengue syok syndrome) adalah demam berdarah dengue yang di tandai dengan
renjatan/syok (Sudoyo Aru, dkk 2009). Kesimpulan DSS adalah penyakit yang
disebabkan oleh empat virus dengue DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Yang ditandai
dengan gejalah klinis demam tinggi, manisfestasi perdarahan, hepatomegaly dan tanda
kegagalan sirkulasi sampai timbul renjatan (sindrom renjatan dengue) yang dapat
menyebabkan kematian pada anak akibat kebocoran plasma sehingga terjadi
penunpukan cairan dirongga tubuh.

2. Anatomi fisiologi
Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DBD adalah system
sirkulasi. System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari
traktus distivus dari paru-paru kesela-sela tubuh. Selain itu, system sirkulasi
merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel- sel ginjal, paru-
paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi pembuluh darah, dan darah.

Gambar pembuluh darah


menurut PADILLA 2013
a. Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita.Bentuk jantung menyerupai
jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga
basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks cordis. Letak
jantung didalam rongga dada sebelah depan, sebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, diatas diagfragma dan pangkalnya terdapat
dibelakang kiri antara kosa V dan VI dua jari dibawah papilla mamae. Pada
tempat ini teraba adanya denyut jantung yang disebut iktus kordis.
Ukurannya lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-
kira 250-300 gram.
b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
 Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah keseluruh bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah
arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut
aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi
sifatnya elastic dan terdiri dari 3 lapisan. Arteri yang paling besar
didalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis, garis tengahnya kira-
kira 1-3 cm. arteri ini mempunyai cabang-cabang keseluruhan tubuh
yang disebut arteriola yang akhirnya akan menjadi pembuluh darah
rambut (kapiler). Arteri mendapat darah dari darah yang mengalir
didalamnya tetapi hanya untuk tunika intima. Sedangkan untuk
lapisan lainnya mendapat darah dari pembuluh darah yang disebut
vasa vasorum.
 Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang
membawa darah dari bagian/alat-alat tubuh masuk kedalam jantung.
Tentang bentuk susunan dan juga pernapasan pembuluh darah yang
menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup pada vena
kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya untuk mencegah
darah agar tidak kembali lagi. Vena- vena yang ukurannya besar
diantaranya vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga
mempunyai cabang tang lebih kecil yang disebut venolus yang
selanjutnya menjadi kapiler.
 Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang
sangat halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri
dari suatu lapisan endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler
yaitu; rambut, kuku, dan tulang rawan. Pembuluh darah
rambut/kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan. Oleh karen
itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat makanan mudah
merembes ke cairan jaringan antar sel.
 Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair
disebut plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah
pada darah keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya
oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Darah yang banyak
mengandung karbon dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen
dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna
pada peristiwa pembakaran/metabolisme didalam tubuh. Pada tubuh
yang sehat atau orang dewasa terdapat darah seanyak kira-kira 1/3 dari
berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut
pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan,
keadaan jantung atau pembuluh darah.
- Fungsi darah:
Sebagai alat pengangkut.Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan
racun dalam tubuh dengaperantaraan leukosit dan antibody/zat-zat antiracun.Mengatur
panas keseluruh tubuh. Adapun proses pembentukan sel darah terdapat tiga tempat
yaitu: sumsung tulang, hepar, dan limpa.

3. Etiologi DSS
Menurut (Sudoyo Aru dkk, 2009) Virus dengue termasuk genus flavivirus, keluarga
flaviridae. Terdapat empat serotip virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.
Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotipe terbanyak, infeksinya salah
satunya serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotype yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, Sehingga
tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal ddaerah endemis dengue dapat terinfeksi 3 atau 4 serotipe
selama hidupnya, Keempat serotip virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di
Indonesia, Sedangkan menurut dari beberapa ahli penyebab DSS adalah Arbovirus
(Arthropodborn virus melalui gigitan nyamuk Aedes, Aedes Albopticus dan Aedes
Aegypti).

4. Manifestasi klinis
 Menurut (Sudoyo Aru dkk, 2009) demam berdarah dengue dibagi dalam Beberapa:
Demam dengue Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
1. nyeri kepala
2. nyeri retro/orbital
3. 30yalgia/arthralgia
4. ruam kulit
5. manifestasi perdarahan(patekie atau uji bending positif)
6. leukopeniapemeriksaan serologi dengue positif;atau ditemukan DD/DBD yang
sudahdikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
 Demam berdara dengue Berdasarkan kriteria WHO (2000) diagnosa DSS diteggakan
bila semua hal dibawah ini terpenuhi :
a. Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik
b. uji tourniquwet positif
c. petekie, ekimosis, atau purpura
d. berdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas suntik
e. hematemesis atau melena
f. trombositiponia <100.000
g. kebocoran plasma yang ditandai dengan peningkatan nilai hemotokrit ≥20% dari nilai
baku sesuai umur dan jenis kelamin. Penurunan nilai hemotokrit≥20% setelah
pemberian cairan yang adekuat
 Syndrome syok dengue Seluruh kriteria demam berdarah diatas disertai dengan tanda
kegagalan sirkulasi yaitu :
1. penurunankesadaran,
2. gelisah. nadi cepat, lemah
3. hipotensi
4. tekanan darah turun < 20 mmHg
5. perfusi perifer menurun
6. kulit dingin lembap
5. Pencegahan dan Pengobatan
o Menurut Padila, 2013 menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes
Aegepty dengan cara :
1. Rumah selalu terang
2. Tidak menggantung pakaian
3. Bak /tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4
hari sekali
4. Kubur barang-barang bekas yang memungkinkan sebagai
tempat terkumpulnya air hujan
5. Tutup tempat penampungan air
o Menurut Arifianto dan Hariadi, pengobatan yang dilakukan adalah :
1. Pemberian cairan infus yang cukup untuk memcegah dehidrasi dan
peningkatan hematokrit
2. Pantau tanda-tanda vital
3. Pemberian antibiotic untuk mencegah terjadi infeksi sekunder yang bisa
ditimbulkan oleh demam berdarah.
6. Komplikasi
o Menurut Sudoyo Aru dkk, 2009 komplikasi DSS ada beberapa yaitu:
1. Pendarahan
2. Kegagalan sirkulasi.
3. Hepatomegali
4. Efusi pleura
7. Penatalaksanaan
o Menurut Padila, 2013 penatalaksanaan dibagi menjadi dua yaitu :
 Penalaksanaan medik
A. DBD tanpa tenjatan
1. berikan minum banyak (1 1/2 – 2 liter/hari)
2. obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
3. jika kejang maka dapat diberikan luminal (antionvulsan) untuk anak <
1th dosis 50 mg Untuk anak > 1th 75 mg. jika 15 menit kejang belum
teratasi, beri lagi luminal dengan dosis 3 mg/kg BB (anak <1t dan anak
>1th diberikan 5 mg/kg BB)
4. berikan infus jika terus muntah dan hemotokrit meningkat
B. DBD dengan renjatan
1. Pasang infus RL
2. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (20-
30 ml/kgBB)
3. Transfusi jika HB dan HT menurun
8. Penataksanaan keperawatan

1. Pengawasan tanda-tanda vital secara kontiune tiap jam


2. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit tiap 4 jam

a. Pada pasien dengue derajat I: pasien di isrirahatkan pasien di obsetvasi tiap 3jam,
periksa Hb, Ht, Trombosit tiap 4 jam beri minum 1 1/2 liter – 2 liter/hari, beri
kompres.
b. Pada pasien dengue derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Trombosit, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, anuria, dan sakit perut, beri infus.
c. Pada pasien dengue deraja III : infus guyur, posisi semi fowler, berikan O2
pengawasan tanda-tanda vital tiap 15 menit, pasan kateter, observasi produktive urin
tiap jam, periksa Hb, Ht, Trombosit.
1. Resiko perdarahan
a. Observasi perdarahan:ptekie, hepitaksis, hematomesis dan melena
b. Catat banyak warna dan perdarahan
c. Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan traktus gastro instestinal
2. Peningkatan suhu tubuh
a. Observasi atau ukur suhu tubuh secara periodik
b. Beri minum banyak
c. Beri kompres air hangat

9. Patofisiologi
Virus akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
pertama-tama terjadi veremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati, dan
pembesaran limpa. Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan
menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga aka akan terjadi trombositopenia
yang berlanjut akan menyebabkan pendarahan kaena gangguan trombosit dan
kelainan koagulasi dan sampai pada pendarahan kelenjar adrenalin. Yang
menentukan beratnya penyakit adalah meningkatnya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunya volume plasma. Terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diathasis hemorahagic renjatan pasti terjadi secara akut.
Adanya kebocoran plasma ke darah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
pleura dan perikardium yang pada otopsi tenyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infus. Jika renjatan atau syok, hipovelmik berlangsung lama akan timbul
anoreksia jaringan metabolik dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik
10. Pemeriksaan diagnostik

 Pemeriksaan diagnostik menurut Sudoyo Aru dkk, 2009 dan Padila, 2013 yaitu
1. Trombositopeni (100.000/mm3)
2. periksa Hb, Ht, Trombosit
3. uji torniquit
4. tes serologi (darah filter)
5. isolasi virus
11. Tumbuh kembang anak

 Menurut Soetjiningsih (2015), tahap tumbuh kembang pada anak usia 8 Tahun
adalah :
1. Perkembangan fisk
anak pada usia 8 tahun biasanya berkembang pesat. Rata-rata berat badan
bertambah sampai 3 kg dengan tinggi bertambah sekitar 6 cm setap tahunnya
anak juga akan kehilangan gigi susu setiap tahunnya yang kemudian berganti
dengan tumbuhnya gigi tetap
2. Perkembangan kongnitif
kemampuan kognitif, kemampuan berfikir, dan berkembang secara matang,
memberikan alasan sesuai dengan perkembangan kognitif. Kemampuan anak
dalam memecahkan masalah pun berkembang. Namun demikian, konsep yang
dapat dimengerti oleh anak masih sederhana misalnya, konsep masa lalu
biasanya masih abstark bagi anak-anak untuk dipahami.
3. Perkembangan emosi dan sosial
anak usia 8 tahun mulai menjalain persahabatan. Rasa percaya diri, merasa diri
berarti dan rasa memiliki, menjadi penting karena anak mulai berinteraksi
dengan orang-orang diluar keliarganya. Anak-anak pada usia ini juga
membandingkan dirinya dengan teman-teman yang lain
BAB III

1. Pengkajian Data
yang kumpulkan pada tahap pengkajian pada tanggal 27 Mei 2019 adalah sebagai
berikut:
A. Indentitas Klien
Klien bernama An.R dengan usia 8 tahun, jenis kelamin laki-laki, merupakan
anak ketiga dari Tn.J dan Ny.M. yang beralamat didaerah Lingas Ujung Rt.06. klien
dan keluarga beragama islam dan suku klien bugis. Pendidikan orang tua klien SD.
Tn.J bekerja sebagai nelayan dan Ny.M sebagai ibu rumah tangga dan berjualan. Klien
masuk rumah sakit pada tanggal 25 Mei 2019, sedangkan taggal pengkajian pada
tanggal 27 Mei 2019

2. Riwayat Keperawatan
a. keluahan utama
saat masuk (sabtu 25 Mei 2019), keluarga klien mengatakan klien masuk rumah
sakit dengan keluhan demam.saat mengkaji (Rabu,27 Mei 2019), keluarga klien
mengatakan klien sakit tenggorokan
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluarga klien mengatakan klien susah makan dan menelan, klien mengatakan
sakit pada tenggorokan, klien mengatakan pada saat menelan sakit. Skala nyeri
7, nyeri yang dirasakan kurang lebih satu menit, suhu tubuh 35,9
Keluarga klien mengatakan klien sering mengkerutkan wajahnya saat menelan.
c. Riwayat kesehatan lalu
Penyakit yang dialami, keluarga klien mengatakan klien mengalami demam,
batuk, filek. Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah mengalami
kecelakan, tidak pernah mengomsumsi obat-obatan, pertumbuhannya sama
dengan pertumbuhan suadara-saudaranya
d. Riwayat kesehatan sekarang
e. Penyakit anggota keluarga
Tidak ada riwayat penyakit anggota keluarga

A. Genogram

X X X
X

31
? 24 ? ? ?? ? ? ?
?

12 10 8
5 5

Bagan 3.1 Genogram keluarga An.R

Keterangan :

: laki-laki : klien
: perempuan : garis keluarga
X : meninggal ? : tidak diketahui
3).Riwayat Imunisasi
Table 3.1 Imunisasi An.R

No Jenis Waktu Pemberian Reaksi setelah


Imunisasi pemberian
1 BCG 9 bulan Demam
2 DPT 3x (2 bulan, 3 bulan, 5,bulan) Deman
3 Campak 7 bulan -
4 Polio 4x (saat lahir, 3 bulan, 4 bulan, 7 Demam
bulan) -
5 Hepatitis B Baru lahir Demam

4. Riwayat tumbuh kembang


1. BB : 4 kg TB :45 cm
2. Waktu tumbuh gigi pada usia 9 bulan
3. perkembangan tiap tahap
4. Berguling pada usia 6 bulan
5. Duduk pada usia 8 bulan
6. Merangkap pada usia 1 tahun
7. Berdiri pada usia 1 tahun
8. Berjalan pada usia 1 tahun 1 bulan
9. Senyum pertama kali pada ibu
10. Senyum pertama kali pada ibu di usia 10 bulan
11. Berpakain tanpa bantuan pada usia 2 tahun
5. Riwayat nutrisi
1. Pemberian asi pertama kali di berikan ibu pada saat lahir, ibu lien mengatakan
pemberian asi pada klien hanya pada saat klien menangis, pemberian asi dilakukan
hanya selama satu minggu
2. Pemberian susu formula, alasan diberikan susus formula karena anak di rawat oleh
tantenya dengan jumlah pemberian 100 ml, cara pemberian dengan menggunakan
dot.
3. Pola perubahan nutrisi
0-4 bulan jenis nutrisi yang di berikan ASI selama satu minggu, di minggu
selanjutnya diberikan susu formula.
4-12 bulan jenis nutrisi yang diberikan susu formula, hingga usia 1 tahun, 3 bulan
Saat ini nasi, ikan, sayur dan buah-buahan.
6. Riwayat psikososial dan spiritual
Ibu klien mengatakan klien tinggal dirumah sendiri, lingkungan rumah klien berada di
tengah kota, lingkungan sekolah lumayan jahu. Ibu klien mengatakan klien mempunyai
tempat bermain sendiri. Ibu klien mengatakan hubungan antar keluarga harmonis, ibu
klien mengatakan klien diasuh oleh ibu. Ibu klien mengatakan klien rajn mengaji dan
beribadah.

7. Reaksi Hospitalisasi
Ibu klien mengatakan klien dibawa ke Rs karena cemas, dokter menceritakan tentang
penyakit anaknya, ibu klien mengatakan selalu berkunjung, ibu klien mengatakan tidak
tahu mengapa klien semakin lemas dan tambah sakit. Klien mengatakan klien dibawah
krumah sakit karena sakit, klien menagatakan takut saat dirumah sakit

8. Aktivitas sehari hari


1. Nutrisi (makan minum)
Sebelum sakit ibu klien mengatakan klien selera makannya baik, menu makan klien
nasi, sayur, ikan. Frekuensi 3 x sehari. Ritual sebelum makan berdoa. Klien minum air
putih 2-4 gelas perhari atau 960 ml/hari. Saat dirumah sakit ibu klien mengatakan klien
sulit makan, saat makan porsi makan tidak dihabiskan, klien makan hanya 2 sendok
makan saja. Menghabiskan minum kurang lebih 1 gelas atau 20 ml/hari.
2. Eliminasi (BAB/BAK)
Sebelum sakit ibu klien mengatakan klien BAB dua kali perhari di WC. BAK tiga
sampai empat kali bersamaan pada saat BAB. Saat dirumah sakit ibu kien mengatakan
klien tidak pernah BAB selama dirumah sakit. BAK kurang dari 300 ml dalam dua
hari. warna urin kuning jernih berbahu khas.
3. Istirahat tidur
a. Sebelum sakit ibu klien mengatakan klien tidur siang dari jam 02.00-03.00. pada
malam hari 19.00-07.00, tidak mengalami kesulitan tidur. Pada saat dirumah sakit
ibu klien mengatakan klien tidak mengalami kesulitan tidur.
b. Olaraga
Ibu klien mengatakan klien tidak penah olaraga
c. Personal hygine
Sebelum sakit ibu klien mengatakan klien mandi 2 x sehari, gosok gigi,
memakaikan sabun dan sampo pada saat anak mandi. Menggunting kuku 2 x
seminggu. Saat dirumah sakit ibu klien mengatakan klien tidak pernah mandi,
gosok gigi, potong kuku selama di RS, Mulut bau,wajah terlihat kusam
d. Aktifitas fisik
Sebelum sakit ibu klien mengatakan klien selalu bermain dengan teman- temannya.
Pada saat dirumah sakit anak kurang aktif.
e. Rekreasi
Sebelum sakit ibu klien mengatakan klien sering liburan kepantai, bais, dan taman
berlabuh, pada saat dirumah sakit klien dibawah terapi bermain dan menonton tv

9. Pemeriksaan Fisik
a. keadaan umum
Klien terlihat lemas dengan kesadaran komposmentis dengan GCS 15,
E4M6V5.
b. Tanda-tanda vital dan antropometri
Dari hasil pengkajian ditemukan tanda tanda vital, Pernapasan 25x/permenit,
Nadi 101x/permenit, Suhu 35,9oC, tekanan darah 90/80 mmHg dan
antropomentri klien, LD 67 cm, LK 52 cm, LP 65 cm, LLA19cm, Berat
badan 22 kg Tinggi badan 110 cm.
c. Sistem pernapasan
Hidung simetris kiri dan kanan, tidak terlihat polip, tidak ada terlhat sekret.
Terpasang drine, tidak menggunakan pernapasan cuping hidung leher tidak
mengalami pembesaran kelenjar, tidak ada tumor, terlihat kemerahan pada
orofaring. dada, bentuk dada normo chest. Tidak menggunakan otot bantu
pernapasan. Respiration 25 x/permenit, gerakan dinding dada simestris,
auskultasi suara napas vesikuler tidak terdengar suara napas tambahan seperti
(weezing,ronchi, rales, stridor). Palpasi tulang iga tidak mengalami kelainan,
perkusi seluruh lapang paru.
d. Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, bibir kering pecah-pecah, arteri karotis kuat tekanan
vena jugularis meningkat, Auskultasi suara jantung S1, S2 loop, doop. Tidak
ada bunyi jantung tambahan, CRT 2 detik, perkusi tidak ada pembesaran
jantung.
e. Sistem pencernaan
Tidak mengalami ikterik, bibir kering pecah-pecah tidak ada labioskizis,
kemampuan menelan sulit, gaster tidak kembung, inspeksi abdomen simetris
kiri- kanan, auskultasi empat regio terdengar suara bising usus 10x/menit,
perkusi empat region terdengar bunyi timpani, palpasi terdapat nyeri tekan
bagian perut kanan atas. Nyeri dirasakan pada saat ditekan, skalanya nyeri
kurang lebih 4, nyeri yang dirasakan kurang lebih 1 menit pada saat palpasi
dalam, nyeri yang dirasakan hanya pada abdomen kanan atas, Tidak
mengalami hemoroid.
f. Sistem Indra
Mata, tidak ada kelainan pada mata klien mampu melihat dengan jarak 6 meter.
Tidak ada nyeri tekan. Hidung, Simestris kiri dan kanan, penciuman kurang
baik, karena terpasan drinase, tidak ada sekret. Telinga, daun telinga simestris
kiri dan kanan, lubang telinga kotor, fungsi pendengaran baik tidak ada nyeri
tekan.
g. Sistem syaraf
Status mental : daya ingat baik, klien mampu mengingat apa yang klien
lakukan dua hari yang lalu, bahasa yang digunakan bahasa jelas dan mudah
dimengerti kesadaran : kompos mentis, E4, V5, M6.
h. Fungsi Cranial :
a. N I : alfaktorius
Klien mampu membedakan antara minyak kayu putih, dah kopi
b. N II : optikus
Klien mampu melihat dengan jarak 6 meter dan menghitung dengan jarak 6/6.
c. N III, IV, VI : akulomotius, trokoklearis, abdusen
Klien mampu mengikuti telunjuk jari sesuai anjuran kesemua arah
d. N VIII : vestibulokolearis
Pendengaran baik setelah dilakukan pembisikan dengan klien
e. N X : vagus
Terlihat uvula dan terdapat rangsangan muntah
f. N XII : hipoglosus
Klien dapat menjulurkan dan memasukan lidah secara cepat
Fungsi Motorik : kekuatan tonus otot berfungsi baik, kekuatan otot ektremitas
atas 5/5 dan ektremitas bawah 5/5
i. sistem muskuloskletal
Bentuk kepala normo cepal, fungsi gerak baik, tidak ada pembengkakan pada
lutut dan kaki, tidak ada pembengkakan pada tangan, kemampuan berjalan baik
dengan keseimbangan.
j. sistem integument
Rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut, kulit hangat dan berwarna coklat
kuku kotor dan panjang tidak mudah patah
k. sistem endokrin
Tidak mengalami pembesaran tiroid, tidak mengalami eksresi berlebihan,
polidipsi dan polipagi, tidak berkeringat yang berlebihan, air seni tidak
dikelilingi semut.
l. sistem perkemihan
Tidak terdapat edema palpebral, tidak terdapat nyeri tekan, terpasang
kateter, tidak terdapat dysuria dan kencing batu.
m. sistem reproduksi
Laki-laki, keadaan glan penis kotor, belum tumbuh rambut janggut, ketiak.
Belum tumbuh jakun, belum ada perubahan suara

10. Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 25 mei 2019 di dapatkan hasil sebagai
berikut :
Table 3.1 Pemeriksaan laboratorium

Jenis pemeriksaaan Hasil Nilai rujukan


Hemoglobin H 17.8 g/dl 10.3 – 14.9 g/dl
Leukosit 8.50 10×3/µl 4.00 – 12.0. 10×3/µl
Eritrosit H 6.77 10×6 µl 4.50 – 6.00 10×6 µl
Hemotokrit H 49.5 % 40.0 – 48.0 %
Trombosit L 92 µl 150 -450 µl
MCV L 73.1 fl 82.0 – 96.0 fl
MCH L 26.3 pg 27.0 -31.0 pg
MCHC 36 g/l 32.0 – 37.0 g/l
Neutrophil H 56,7 % 32 – 52 %
Limposit 35.1 % 20.0 – 50.0 %
Mxd H 56.7 % 20 – 80 %

Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 26 mei 2019 di dapatkan hasil sebagai berikut:

Table 3.1 Pemeriksaan laboratorium

Jenis Hasil Nilai rujukan


pemeriksaaan
Hemoglobin H 13.0 g/dl 10.3 – 14.9 g/dl
Leukosit 10.50 10×3/µl 4.00 – 12.0. 10×3/µl
Eritrosit H 4.90 10×6 µl 4.50 – 6.00 10×6 µl
Hemotokrit H 36.1 % 40.0 – 48.0 %
Trombosit L 64 µl 150 -450 µl
MCV L 73.7 fl 82.0 – 96.0 fl
MCH L 26.5 pg 27.0 -31.0 pg
MCHC 36 g/l 32.0 – 37.0 g/l
Neutrophil H 50.5 % 32 – 52 %
Limposit 35.8 % 20.0 – 50.0 %
Mxd H 13.7 % 20 – 80 %
Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 27 mei 2019 di dapatkan hasil sebagai berikut :

Table 3.1 Pemeriksaan laboratorium

Jenis
pemeriksaaan Hasil Nilai rujukan

Hemoglobin H 12.3 g/dl 10.3 – 14.9 g/dl


Leukosit 7.90 10×3/µl 4.00 – 12.0. 10×3/µl
Eritrosit H 4.55 10×6 µl 4.50 – 6.00 10×6 µl
Hemotokrit H 33.9 % 40.0 – 48.0 %
Trombosit L 54 µl 150 -450 µl
MCV L 38.2 fl 82.0 – 96.0 fl
MCH L 45.6 pg 27.0 -31.0 pg
MCHC 16.2 g/l 32.0 – 37.0 g/l
Neutrophil H 56,7 % 32 – 52 %
Limposit 35.1 % H 20.0 – 50.0 %
Mxd 56.7 % 20 – 80 %

11. Terapi
Cairan RL 600cc/12 jam 23 TPM Ondanxentron 3,5 mg/8 jam
PCT infus 250mg/8 jam (jika demam)
12. Data Fokus
A. Data subjektif
1. Ibu klien mengatakan klien sakit tenggorongan
2. Keluarga klien mengatatakan klien sesak, pusing, sesak lemas
3. Keluarga klien mengatakan klien susah makan
4. Ibu klien mengtakan klien susah menelan
5. Klien mengatakan nyeri pada teggorokan
6. Klien mengatakan pada saat menelan sakit
7. Ibu klien mengatakan klien mual
8. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan 1 menit
9. Ibu klien mengatakan klien sering mengkerutkan saat menelan
10. Ibu klien mengatakan membawa klien ke RS karena cemas dan takut
11. Ibu klien mengataka tidak tahu kenapa anaknya semakin lemas dan tambah sakit
12. Ibu klien mengatakan klien makan 2 sendok saja
13. Ibu klien mengatakan klien tidak menghabiskan makanannya
14. Ibu klien mengatakan klien tidak pernah mandi, gosok gigi selama di RS
15. Ibu klien mngatakan anaknya tidak pernah BAB selama di RS
B. Data Objektif
a. Skala nyeri 7
b. S 35.9o C
c. Terlihat porsi makan tidak dihabiskan
d. Bibir kering pecah-pecah
e. Terdapat nyeri tekan pada perut kanan atas
f. Nyeri yang dirasakan pada saat ditekan
g. Nyeri yang dirasakan  1 menit pada saat palpasi dalam
h. Nyeri yang dirasakan hanya pada abdomen kanan atas
i. Inspeksi lubang telinga terihat kotor
j. Kuku panjang dan kotor
k. Terpasang kateter
l. 1). trombosit tgl 25 Mei 2019 L 92.10×3/µl
2).trombosit tgl 26 Mei 2019 L 64.10×3/µl
3). trombosit tgl 27 Mei 2019 L 54.10×3/µl
m. Terlihat kemerahan pada orofaring
n. Wajah terlihat kusam, rambut dan kulit kepala terlihat kotor
o. Palpasi abdomen teraba keras
p. Terpasang drine

13. Analisa Data

o Analisa Data I 27 Mei 2019 Data Subjektif


a. Ibu klien mengatakan nyeri klien pada tenggorokan
b. Ibu klien mngatakan nyeri yang dirasakan  1 menit
c. Klien nyeri yang dirasakan pada saat menelan
d. Klien mengatakan pada saat menelan sakit
e. Ibu klien mengatakan anak sering mengkerutkan wajah saat menelan Data
Objektif
f. Skala nyeri 7
g. Serdapat nyeri tekan pada perut kanan atas
h. Nyeri yang dirasakan hanya abdomen kanan atas
i. terlihat kemerahan pada orofaring masalah keperawatan : Nyeri akut penyebab :
Peradangan tenggorokan

o Analisa Data III 27 Mei 2019 Data subjektif


a. Ibu klien mengatakan klien hanya makan 2 sendok saja
b. Ibu klien mengatakan klien tidak dapat menghabiskan makanannya
c. Klien mengatakan nyeri pada saat menelan
d. Ibu klien mengatakan anaknya pusing dan lemas Data objektif
e. Terlihat porsi makan tidak dihabiskan
f. Bibir kering pecah-pecah
g. Terlihat merah pada orofaring Masalah keperawatan : Devisit nutrisi Penyebab :
Kesulitan dalam menelan

o Analisa Data IV 27 Mei 2019 Data subjektif


a. ibu klien mengatakan membawa klien ke RS karena cemas dan takt
b. Ibu klien mengatakan tidak tahu kenapa klien semakin lemas dan

Data Objektif

a. Klien terlihat bingung


b. Masalah keperawatan : Devisit pengetahuan
c. Penyebab : Ketidak mampuan mengingat informasi yan

diberikan
o Analisa Data V 27 Mei 2019 Data subjektif

Ibu klien mengatakan klien tidak pernah mandi dan gosok gigi selama di RS

o Data objektif

a. Inspeksi lubang telingah kotor

b. Kuku kotor dan panjang

c. Wajah terlihat kusam, rambut dan kulit kepala terlihat kotor

d. Masalah keperawatan : Devisit perawatan diri

e. Penyebab : Ketidak mampuan merawat diri

o Analisa Data VI 27 Mei 2019 Data subjektif

a. Ibu klien mengatakan klien belum pernah BAB selama di RS

b. Ibu klien mengatakan perut klien kembung

c. Keluarga klien mengatakan klien kurang makan dan minum

o Data objektif

d. Palpasi abdomen teraba keras

e. Masalah keperawatan : Konstipasi Penyebab : Perubahan pola makan


14. Penyimpangan KDM

Nyamuk Aedes Agypti

Demam berdara dengue

Virus masuk ke aliran darah

Reaksi imunologi kompleks vierus

Merangsang sistem imun tubuh

Suhu meningkat nyeri otot depresi sumsum proses penyakit


tulang
Keringat berlebih Mual muntah trombosipenia kurang terpajan
informasi
absorbsi usus menurun perdarahan devisit pengetahuan

kosntipasi Devisit nutrisi nyeri orofaring resiko syok

sulit menelan syok

ketidak mampuan merawat diri

malaise devisit perawatan diri

gangguan rasa nyaman

nyeri akut

Bagan 3.1 Penyimpangan KDM kasus An.R


15. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan tenggorokan
2. Devisit nutrisi berhubungan dengan kesulitan dalam menelan
3. Devisit pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan mengingat informasi
yang diberikan
4. Devisit perawatan diri berhubungan dengan ketidak mampuan merawat diri
5. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pola makan

16. Rencana keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan tenggorokan
ujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2×24 jam diharapkan nyeri akut
teratasi dengan
kriteria hasil :
 Skala nyeri berkurang (1-3)
 Klien dapat istirahat dengan nyaman
 Tidak ada rasa sakit saat menelan
Intervensi :
 Anjurkan keluarga untuk mengomsumsi air putih 20 ml
 Berikan posisi nyaman pada pasien/semifowler
Intervensi :
 Anjurkan keluarga klien untuk sering memberikan air putih pada
klien
 Berikan posisi semifowler
2. Devisit nutrisi berhubungan dengan kesulitan menelan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2×24 jam diharapkan devisit
nutrisi teratasi dengan
kriteria hasil :
 Mampu menghabiskan makanan
 Nafsu makan membaik
Intervensi :
 Anjurkan keluarga klien untuk memberikan makan klien sedikit tapi
sering
 Timbang berat badan
 Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat mual
3. Devisit pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan mengingat informasi
yang diberikan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2×24 jam diharapkan devisit
pengetahuan teratasi dengan
kriteria hasil :
 Keluarga klien mampu mengetahui tentang penyakit DSS
 Keluarga klien dapat mengetahui apa itu DSS, mampu mengetahui
penyebab DSS, dan cara penyegahan DSS.
Intervensi :
 Kaji pengetahuan keluarga klien tentang DSS
 Berikan penyuluhan tentang penyakit anak (DSS)
4. Devisit perawatan diri berhubungan dengan ketidak mampuan merawat diri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2×24 jam diharapkan devisit
perawatan diri teratasi dengan
kriteria hasil :
 Klien terasa nyaman
 Klien terlihat segar tidak bahu dan bersih
 Menjaga tubuh tetap bugar
Intervensi :
 Lakukan tidakan keperawatan mandiri kepada klien “memandikan,
mengosok gigi, memotong kuku klien”
 Anjurkan kepada anggota keluarga klien untuk selalu menjaga
kebersihan klien
5. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pola makan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2×24 jam diharapkan
konstipasi teratasi dengan
kriteria hasil :
 Ada tanda – tanda ingin BAB
 Mempermudah BAB
Intervensi :
 Anjurkan klien untuk minum jus papaya dan minum air putih yang
banyak
 Kolaborasikan untuk pemberian obat dulcolaks

17. Implementasi keperawatan


Senin 27 Mei 2019
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan tenggorokan dan nyeri
abdomen
 07.15 : Memberikan posisi nyaman pada klien
 DS : Keluarga klien mengatakan sudah mengatur posisi klien setengah
baring/duduk (semifowler)
 DO : Klien terlihat posisi setengah duduk
 Jam 07.30 : Menganjurkan untuk mengomsumsi air putih 20 ml
 DS : Klien mengatakan masih nyeri
 DO : Klien tampak minum 1 gelas aqua kecil sekitar 20 ml
 Jam 18.00 : Menganjurkan untuk mengomsumsi air putih 20 ml
 DS : Klien mengatakan masih nyeri namun sudah berkurang
 DO : Klien terlihat minum 1 gelas aqua kecil sekitar 20 ml
2. Devisit nutrisi berhubungan dengan sulit menelan
 Jam 08.10 : Menganjurkan keluarga untuk memberikan makan sedikit tapi
sering
 DS : Ibu klien mengatakan setelah drinase dilepas, klien mulai makan
dan makanan dihabiskan
 DO : Terlihat anak menghabiskan makanannya
 Jam 08.25 : Menimbang berat badan
 DS : Keluarga klien mengatakan berat badan klien turun 1 kg
 DO : BB 22 kg
 Jam 09.00 : Mengkolaborasikan pemberian obat mual muntah
 DS : Klien mengatakan mual berkurang
 DO : Klien diberi injeksi IV 10 cc ondanxhentron
 Jam 12.10 : menganjurkan keluarga untuk memberikan makan sedikit tapi
sering
 DS : Klien mengatakan sudah kenyang
 DO : Terlihat klien tidak menghabiskan makanan, klien hanya makan
dua sendok saja
 Jam 18.30 : menganjurkan keluarga untuk memberikan makan sedikit tapi
sering
 DS : Keluarga klien mengatakan klien sudah mulai makan banyak
setelah drine dilepas
 DO : Terlihat klien menghabiskan makanan
4. Devisit pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan mengingat
informasi yang diberikan
 Jam 08.40 : Mengkaji pengetahuan keluarga klien tentang DSS
 DS : Keluarga klien mengatakan sedikit tahu tentang penyakit klien,
tapi lupa apa yang diberitahuakan
 DO : klien bertanya kepada perawat apa penyebab penyakit DSS
 Jam 08.45 : Memberikan penyuluhan tentang penyakit klien tentang DSS
DS : Keluarga klien telihat mengerti
DO : Keluarga klien mengulangi apa yang dijelaskan
5. Devisit perawatan diri berhubungan dengan ketidak mampuan merawat diri
 Jam09.00 :Melakukan tindakan perawatan mandiri pada klien
“memandikan, menggosok gigi, dan memotong kuku”
 DS : Klien mengatakan segar
 DO : Klien telah dimandikan, menggosok gigi dan memotong kuku
klien
 Jam 13.20 : Menganjurkan kepada anggota keluarga klie untuk selalu
menjaga kebersihan klien
 DS : Keluarga klien mengatakan akan selalu membersihkan klien
DO : -
 Jam18.30 :Melakukan tindakan perawatan mandiri pada klien
“memandikan dan menggosok gigi, ”
 DS : Klien mengatakan segar
 DO : Klien terlihat nyaman setelah dimandikan
6. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pola makan
 Jam 23.00 : Mengkaji berapa lama klien tidak pernah BAB
 DS : Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah BAB selama di
RS
 DO : -
 Jam 07.10 : Menganjurkan klien untuk mengomsumsi jus papaya dan
mengomsumsi air putih 20 ml
 DS : Keluarga klien mengatakan akan memberikan minum jus dan
air putih 20 ml
 DO : Keluarga klien terlihat mengangguk
 Jam 09.00 : Mengkolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan obat
dulcolaks
 DS : Keluarga klien mengatakan klien belum diberikan obat
dulcolaks
 DO : -
 Jam 12.15 : Menganjurkan klien untuk mengomsumsi jus papaya dan
mengomsumsi air putih 20 ml
 DS : klien mengatakan masih belum bisa BAB
 DO : klien terlihat minum jus papaya 1 gelas sekitar 20 ml
 Jam 19.30 : menganjurkan klien untuk mengomsumsi jus papaya dan
mengomsumsi air putih 20 ml
 DS : klien mengatakan masih belum bisa BAB
 DO : klien terlihat minum jus papaya 1 gelas sekitar 20 ml Selasa 28
Mei 2019
7. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan tenggorokan
 Jam 08.10 : Memberikan posisi nyaman pada klien
 DS : Keluarga klien mengatakan sudah mengatur posisi klien
setengah baring/duduk (semifowler)
 DO : Klien terlihat posisi setengah duduk
 Jam 08.30 : Menganjurkan untuk mengomsumsi air putih 20 ml
 DS : Klien mengatakan nyeri mulai berkurang
 DO : Klien terlihat minum 1gelas sekitar 20 ml
 Jam 18.00 : Menganjurkan untuk mengomsumsi air putih 20 ml
 DS : Klien mengatakan nyeri berkurang
 DO : Klien terlihat nyaman dan minum 1 gelas sekitar 20 ml
8. Devisit nutrisi berhubungan dengan sulit menelan
 Jam 09.00 : Menganjurkan keluarga untuk memberikan makan sedikit tapi
sering
 DS : Klien mengatakan nafsu makan sudah membaik
 DO : Terlihat anak menghabiskan makanan
 Jam 09.15 : Menimbang berat badan secara teratur
 DS : Keluarga klien mengatakan berat badan klen naik 500 gram
 DO : BB 22,5 kg
 Jam 09.00 Mengkolaborasikan pemberian obat mual muntah
 DS : Klien mengatakan sudah tidak mual
 DO : Klien diberikan injeksi 10 cc ondanxhentron
 Jam 12.10 : Menganjurkan keluarga untuk memberikan makan sedikit tapi
sering
 DS : Klien mengatakan sudah kenyang
 DO : Terlihat klien tidak menghabiskan makanan klien makan
hanya 2 sendok saja
 Jam 18.30 : Menganjurkan keluarga untuk memberikan makan
sedikit tapi sering
 DS : Klien mengatakan nafsu makan sudah membaik DO : Terlihat
klien menghabiskan makanan
9. Devisit pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan mengingat
informasi yang diberikan
 Jam 10.00 : Mengkaji pengetahuan keluarga klien tentang DSS
 DS : Keluarga klien tidak mengetahi tentang penyakit klien
 DO : -
 Jam 10.05 : Memberikan penyuluhan tentang DSS DS : Keluarga klien
telihat mengerti
 DO : Keluarga klien mengulangi apa yang dijelaskan
 Jam 10.20 Mengkaji pengetahuan klien
 DS : Klien mengatakan sudah mengetahui penyebab penyakit DSS
pada anak
 DO : Klien menyebutkan penyebab DSS dan cara penanganan DSS
10. Devisit perawatan diri berhubungan dengan ketidak mampuan merawat diri
 Jam11.00 :Melakukan tindakan perawatan mandiri pada klien
memandikan, menggosok gigi.
 DS : Klien mengatakan segar dan nyaman
 DO : Klien terlihat segar setelah dimandikan dan meggosok gigi klie
Rabu 29 Mei 2019
 Nyeri akut berhubungan dengan peradangan
tenggorokan
Jm 08.00 : Memberikan posisi nyaman pada klien DS :
Klien mengatakan nyaman
DO : Klien terlihat posisi setengah duduk

(1) Jam 08.15 : Menganjurkan untuk mengomsumsi air putih sekitar 20 ml


DS : Klien mengatakan sudah tidak nyeri
DO : Klien terlihat minum 1 gelas sekitar 20 ml

2) Devisit nutrisi berhubungan dengan sulit menelan

(1) Jam 09.00 : Menganjurkan keluarga untuk memberikan makan sedikit tapi
sering
DS : Ibu klien mengatakan klien nafsu makanya sudah baik
DO : Terlihat anak menghabiskan makanan
(2) Jam 09.30 : Menimbang berat badan secara teratur

DS : Keluarga klien mengatakan BB klien sudah naik 500 gram


DO : BB 22,5 kg dari 22 kg
3) Konstipasi berhubungan dengan perubahan pola makan

(1) Jam 10.00 : Menganjurkan klien untuk mengomsumsi jus papaya dan
mengomsumsi air putih 20 ml
DS : Keluarga klien mengatakan klien telah di berikan jus papaya
DO : Klien menghabisakan 1 gelas jus sekitar 20 ml
(2) Jam 15.00 : Mengkolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan obat
dulcolaks
DS : Keluarga klien mengatakan klien sudah BAB
DO : Klien diberikan ducolaks 50 cc melalui anus

18. Evaluasi
Rabu 29 Mei 2019
1) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan tenggorokan dan nyeri
S : Keluarga dan kien mengatakan sudah tidak merasakn nyeri lagi
O : Klien tidak merasakn nyeri (1-3)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Rabu 29 Mei 2019
2) Devisit nutrisi berhubungan dengan kesulitan menelan
S : Keluarga klien mengatakan klien sudah bisa makan, nafsu makan klien baik setelah
drainase dilepas
O : Klien terlihat makan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Rabu 29 Mei 2019
3) Devisit pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan mengingat
informasi yang diberikan
S : Keluarga klien mengatakan tahu apa itu DSS
O : Keluarga klien menjelaskan tentang DSS
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
4) Devisit perawatan diri berhubungan dengan ketidak mampuan merawat diri
S : Klien mengatakan segar
O : Klien terlihat segar dan bersih
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
Rabu 29 Mei 2019
5) Konstipasi berhubungan dengan perubahan pola makan
S : Keluarga klien mengatakan klien sudah BAB
O : Klien telah diberikan dulcolaks 50 cc melalui anus
A : Masalah teratasi
P : Intervensi hentikan

19. Implementasi

Pelaksanaan merupakan realisasi dari semua rencana tindakan yang telah


ditetapkan. Pada dasarnya dalam pelaksanaan ini tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan tinjauan kasus, hanya saja pada landasan teori sifatnya masih
umum sedangkan pada tinjauan kasus lebih spesifik, sehingga dalam pelaksanaan
disesuaikan dengan kebutuhan klien. Sementara saat penulis melaksanakan
tindakan keperawatan, tidak ditemukan suatu masalah karena penulis berhasil
melakukan bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan keluarga klien
Sehingga dalam melaksanakan tindakan keperawatan, keluarga dapat
dilibatkan dalam terlaksananya tindakan keperawatan, keluarga mudah menerima
saran dan klien mau diajak kerjasma, klien juga kooperatif, keluarga muda
menerima saran dan penjelasan baik dari dokter, perawat maupun dari penulis,
serta keluarga terbuka untuk menyampaikan sesuatu.

19. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai akhir dari seluruh keperawatan yang telah dilakukan selama tiga hari yaitu dari
tanggal 27 Mei 219 sampai dengan 28 Mei 2019. Dari hasil evaluasi akhir yang
dilakukan penulis pada tanggal 29 Mei 2019, maka didapatkan hasil: masalah dapat
teratasi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan tenggorokan dan nyeri abdomen,
diagnosa ini teratasi pada hari kedua, ibu klien mnegatakan anaknya sudah
tidak merasakan nyeri setelah drinase di lepas. klien mengatakan sudah tidak
nyeri lagi.
2. Devisit nutrisi berhubungan dengan kesulitan dalam menelan diagnosa ini
teratasi pada hari kedua ibu klien mengatakan klien nafsu makannya sudah
membaik setelah drinase dilepas, ibu klien mengatakan klien sudah
menghabiskan makanya. Telihat klien menghabiskan makanannya.
3. Devisit pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan mengingat
informasi yang diberikan diagnosa ini teratasi pada hari ketiga, ibu klien dapat
menjelaskan kembali apa itu demam berdarah dengue dan penyebab demam
berdarah dengue.
4. Devisit perawatan diri berhubungan dengan ketidak mampuan merawat diri
diagnosa ini teratasi pada hari kedua klien merasakan segar dan nyaman
setelah dilakukan tindakan keperawatan mandiri personal hygine.
5. Konstipasi berhubungan dengan kurang serat diagnosa ini teratasi pada hari
ketiga ibu klien mengatakan klien sudah BAB, padat dan berwarnah hitam.
Perut klien tidak kembung.
6) Devisit perawatan diri berhubungan dengan ketidak mampuan merawat diri
S : Klien mengatakan segar
O : Klien terlihat segar dan bersih
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
Rabu 29 Mei 2019
7) Konstipasi berhubungan dengan perubahan pola makan
S : Keluarga klien mengatakan klien sudah BAB
O : Klien telah diberikan dulcolaks 50 cc melalui anus
A : Masalah teratasi
P : Intervensi hentikan

19. Implementasi

Pelaksanaan merupakan realisasi dari semua rencana tindakan yang telah


ditetapkan. Pada dasarnya dalam pelaksanaan ini tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan tinjauan kasus, hanya saja pada landasan teori sifatnya masih
umum sedangkan pada tinjauan kasus lebih spesifik, sehingga dalam pelaksanaan
disesuaikan dengan kebutuhan klien. Sementara saat penulis melaksanakan
tindakan keperawatan, tidak ditemukan suatu masalah karena penulis berhasil
melakukan bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan keluarga klien
Sehingga dalam melaksanakan tindakan keperawatan, keluarga dapat
dilibatkan dalam terlaksananya tindakan keperawatan, keluarga mudah menerima
saran dan klien mau diajak kerjasma, klien juga kooperatif, keluarga muda
menerima saran dan penjelasan baik dari dokter, perawat maupun dari penulis,
serta keluarga terbuka untuk menyampaikan sesuatu.

19. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai akhir dari seluruh keperawatan yang telah dilakukan selama tiga hari yaitu dari
tanggal 27 Mei 219 sampai dengan 28 Mei 2019. Dari hasil evaluasi akhir yang
dilakukan penulis pada tanggal 29 Mei 2019, maka didapatkan hasil: masalah dapat
teratasi :
6. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan tenggorokan dan nyeri abdomen,
diagnosa ini teratasi pada hari kedua, ibu klien mnegatakan anaknya sudah
tidak merasakan nyeri setelah drinase di lepas. klien mengatakan sudah tidak
nyeri lagi.
7. Devisit nutrisi berhubungan dengan kesulitan dalam menelan diagnosa ini
teratasi pada hari kedua ibu klien mengatakan klien nafsu makannya sudah
membaik setelah drinase dilepas, ibu klien mengatakan klien sudah
menghabiskan makanya. Telihat klien menghabiskan makanannya.
8. Devisit pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan mengingat
informasi yang diberikan diagnosa ini teratasi pada hari ketiga, ibu klien dapat
menjelaskan kembali apa itu demam berdarah dengue dan penyebab demam
berdarah dengue.
9. Devisit perawatan diri berhubungan dengan ketidak mampuan merawat diri
diagnosa ini teratasi pada hari kedua klien merasakan segar dan nyaman
setelah dilakukan tindakan keperawatan mandiri personal hygine.
10. Konstipasi berhubungan dengan kurang serat diagnosa ini teratasi pada hari
ketiga ibu klien mengatakan klien sudah BAB, padat dan berwarnah hitam.
Perut klien tidak kembung
BAB

PENUTP

A. Kesimpulan

Pada bab ini setelah mengurai penerapan keperawatan pada An.R dengan

diagnosa Dengue syok sindrom yang di rawat di ruangan perawat anak Anggrek

B RSUD Tarakan dan kemudian melakukan pembahasan mengenai masalah

kesehatan yang dialami oleh klien tersebut, maka penulis akan menuliskan

beberapa kesimpulan dan saran dalam peningkatan pelayanan asuhan keperawatan

khususnya pada klien dengan Dengue syok sindrom.

B. Saran

Bagi klien dan keluarga, untuk lebih meningkatkan pengetahuan klien

dan keluarga sebaiknya banyak bertanya kepada orang yang memiliki

pengetahuan dibidang kesehatan khususnya tentang penyakit dengue syok

sindrom atau lebih banyak membaca artikel maupun informasi dengan

berbagai media atau cara agar terhindar dari masalah yang lebih serius.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, 2001. Askep Dengue Syok Sindrom. Diambil pada tanggal 14 Juni 2019. Dari
https://id.scribd.com > Askep Dengue Syok Syndrom-scribd

Arif dan Hardi. 2015. NANDA NIC-NOC jilid 1. Edisi revisi. Yogyakarta:
MediaAction Publising.

Candra, 2010. Dengue Syok Sindrom. Diambil pada tanggal 14 Juni 2019. Dari
https://simdos.unud.ac.id

Carpaneto-Moyet, L, J, (2004). Nursing Diagnosis: Application to clinical


practice (10th ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Depkes, 2015. Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat. Diambil tanggal


30 Mei 2019. Dari
https://www.depkes.go.id.resources/rekerkesnas- 2015/MENKES

WHO, 2014. Dengue and Severe Dengue. From World Health


Organization.Kementrian Kesehatan. Kasus Demam Berdarah Dengue
Kaltara. Diambil tanggal 4 Juni 2019. Dari http://m.kaltara.prokal.co

Wong, 2001. Askep Dengue Syok Sindrom. Diambil pada tanggal 14 Juni
2019.
Dari https://id.scribd.com > Askep Dengue Syok Syndrom-scribd

Anda mungkin juga menyukai