Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM RESPIRASI PADA KASUS ISPA

DI RUANG POLI UMUM PUSKESMAS PAGESANGAN

DISUSUN OLEH

TANIA HARTATI RAHMAN

093STYC17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2018
1. Definisi
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya seperti :
sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi
saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibat kematian.
ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan
mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya
Nasional ISPA di Cipanas, Jawa Barat, Istilah ini merupakan padanan istilah
bahasa inggris yakni Acute Respiratory Infections (ARI). ISPA adalah
penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas
mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
adneksanya, seperti sinus, rongga, telinga tengah dan pleura (Aminudin,
2010).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut
berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikro organisme dan
menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tenga dan pleura (Anonim, 2008)
Penderita ISPA paling banyak ditemukan pada kelompok umur 1-4
tahun, frekuensi serangan berulang 2 kali atau lebih. Derajat ISPA lebih
banyak ditemukan dari pada pneumonia. Balita adalah anak dengan usia
dibawa 5 tahun dengan karakteristik pertubuhan yakni pertumbuhan cepat
pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB
lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan
mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB kurang lebih 2kg/tahun,
kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir (Soetjiningsih, 2011).
Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan
rikcetsia.Penularannya melalui kontak langsung dengan penderita atau
melaluiudara pernapasan. Gejala umumnya adalah batuk, kesulitan bernafas,
sakittenggorokan, pilek, sakit telinga, dan demam (Depkes RI, 2006). Salah
satu faktor yang mempengaruhi ISPA adalah defisiensi Vitamin A.
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) yang beradaptasi dari bahas
inggris acute respiratory infection (ARI) mempunyai pengertian sebagai
berikut :
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimblkan gejala penyakit
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ secara anatomis mencakup pernfasan bagian atas.

Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas


14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini bisa berlangsung dari 14 hari,
infeksi saluran nafas adalah penuruanan kemampuan pertahanan alami
jalan nafas dalam menghadapi organisme asing.

2. Etiologi
Menurut Vietha ( 2009 ), etiologi ISPA adalah lebih dari 200 jenis
bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus streptococus,
Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus penyebabnya
antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang paling sering
menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas akan masuk dan
menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak – anak di bawah usia 2
tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musim kemarau ke musim hujan juga menumbulkan resiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontrubusi terhadap kejadian ISPA
pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan
buruknya senetasi lingkungan.
1. ISPA atas : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus (virus
utama).
2. ISPA bawah : Parainfluenza, 123 coronavirus, adenovirus (Virus Utama).
3. Bakteri utama : Steptococus, pneumonia, hemapholus, influenza,
staphylococus aureus.
4. Pada neonotus dan bayi muda : Chalmedia tachomatis.
5. Pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.
Infeksi saluran perafasan akut merupakan kelompok penyakit yang
komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan
infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma,
untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (
termasuk di dalamnya virus para influenza ) merupakan penyebab terbesar
dari sindroma batuk rejan, bronkiokitis, dan penyakit demam saluran nafas
bagian atas, untuk virus influenza bukan penyebab terbesar terjadinya
sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemic-epidemi saja. Pada bayi
dan anak, virus-virus merupakan terjadinya lebih banyak penyakit saluran
nafas bagian atas dari pada saluran nafas bagian bawah. (Fuad & Ahmad,
2008).
3. Klasifikasi
Menurut Depkes (2002), klasifikasi dari ISPA adalah :
1) Ringan ( buka pneumonia )
Batuk tanpa pernafasan cepat/kurang dari 40 kali/menit, hidung
tersumbat / berair, tenggorokan merah, telingan berair.
2) Sedang ( pneumonia )
Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga
keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan
pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan ( adentis servikal ).
3) Berat ( pneumonia )
Batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran keabuan di taring,
kejang, apnea, dehidrasi berat/tidur terus, tidak ada sianosis.
4) Sangat Berat
Batuk dengan nafas berat, cepat, stridor, dan sianosis serta tidak minum.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Vietha ( 2009 ), tanda dan gejala dari ISPA adalah :
1) Pilek biasa
2) Keluar sekret cair dan jernih dari hidung.
3) Kadang bersin-bersin
4) Sakit tenggorokan
5) Batuk
6) Sakit kepala
7) Sekret menjadi kental
8) Demam
9) Nausea
10) Muntah
11) Anoreksia

Sebagian besar anak dengan infeksi saluran pernafasan bagian atas


memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas
bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat
dan retratesi dada. Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali
yaitu flu, demam, dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 ○C dan
disetai sesak nafas.

Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3 golongan


yaitu : ISPA ringan ( bukan pneumonia ), ISPA sedang ( pneumonia ) dan
ISPA berat ( pneumonia berat ). Kusus untuk bayi di bawah 2 bulan, hanya
dikenal ISPA berat dan ISPA ringan ( tidak ada ISPA sedang ). Batasan ISPA
berat untuk bayi kurang dari 2 bulan adalah bik frekuensi nafasnya sepat ( 60
kali / menit ) atau adanya tarikan dinding dada yang kuat. Pada dasarnya
ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang / ISPA berat jika
keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang mendapat perawatan / daya
tahan tubuh pasien sangat kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah
diketahui orang awam sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan
beberapa pengamatan sederhana ( Yasir, 2009 ).
5. Patofisiologi
Masuknya kuman atau virus ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan
mengakibatkan terjadinya reaksi antigen dan antibody pada salah satu tempat
tertentu di saluran nafas bagian atas. Reaksi tersebut berupa reaksi radang,
sehingga banyak sekali dihasilkannya mukus seteret, dari reaksi radang
tersebut akan merangsang interleukin 1 yang berupa pengeluaran mediator
kima berupa prostaglandin, hal tersebut akan menggeser sel point pada
hipotalamus posterior yang mengakibatkan tubuh menggigil dan demam.
Reaksi tersebut disebut dengan comoon cold. Respon batuk akan muncul
seiring dengan terangsangnya villi – villi saluran pernafasan akibat adanya
mucus.( Khaidirmuhaj, 2008 ).
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

1) Tahap prepatogenisis : penyebab ada, tetapi belum menunjukan reaksi


apa- apa.
2) Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa tubuh
menjadi lemah apabila kedaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3) Tahap dini penyakit : Mulai dari munculnya gejala penyakit dibagi
menjadi 4 yaitu dapat tumbuh sempurna, sembuh dengan atelektatis,
menjadi teronis dengan meninggal akibat pneumonia ( Vietha, 2009 ).
6. Pathway
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia.
3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny, 2010).
8. Komplikasi
ISPA ( saluran pernafasan akut sebenarnya merupakan self limited
disease yang sembuh sendiri dalam 5 – 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman
lain, tetapi penyakit ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan
yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti : semusitis paranosal,
penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan brhonco
pneumonia dan berlanjut pada kematian karena danya sepsis yang meluas (
Whaley and Wong, 2000 ).
9. Penatalaksanaan
Menurut Semltzer ( 2001 ), penatalaksanaan dari ISPA adalah :

1) Medis
a. Diet cair dan lunak selama tahap akut.
b. Untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukos yang antiboitik,
misal amoxilin, ampixilin.
c. Antistetik topikal sepertilidokain, orabase atau diklorin memberikan
tindakan peredaan nyeri oral.
2) Keperawatan
a. Penyuluhan pada pasien tentang cara memutus infeksi.
b. Meningkatkan masukan cairan.
c. Menginstruksikan pada pasien untuk meningkatkan drainase seperti
antalasi uap.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Menurut Whaley and Wong ( 2000 ), fokus pengkajian dari ISPA sebagai
berikut :
1) Keluhan utama
Biasanya yang dikeluhkan pertama klien adalah mengeluh demam.

2) Riwayat penyakit sekarang


Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala,
badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk, pilek
dan sakit tenggorokan.

3) Riwayat penyakit dahulu


Apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya
sekarang.

4) Riwayat penyakit keluarga


Adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit
klien

5) Riwayat social
Lingkungan tempat tinggal klien

Pengkajian dalam ISPA meliputi :

B1 (Breath)

1) Inspeksi
a. Membran mukosa hidung – faring tampak kemerahan
b. Tansil tampak kemerahan dan edema
c. Tampak baluk tidak produktif.
d. Tidak ada jaringan parat pada leher.
e. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernapasan tambahan
f. Pernapasan cuping hidung

2) Palpasi
a. Adanya demam
b. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis.
c. Tidak teraba adanya pembesaran ke;enjar limfoid.
3) Perkusi
Suara paru normal ( resonansi ).

4) Auskultasi
Suara napas vasikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.

B2 (Blood) : Kardiovaskuler Hipertermi


B3 (Brain) : Penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga,
terjadi gangguan penciuman.
B4 (Bladder) : Perkemihan Tidak ada kelainan
B5 (Bowel) : Pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis,
minum sedikit, nyeri telan pada tenggorokan.
B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan (Benny, 2010).

Pengkajian Pola Fungsi :


1. Bernafas dengan normal
Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah
membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta menggunakan
bantal, alas dan sejenisnya sabagai alat pembantu agar klien dapat bernafas
secara normal dan kemampuan mendemonstrasikan dan menjelaskan
pengaruhnya kepada klien.
2. Kebutuhan akan nutrisi
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan
berat badan yang normal, kebutuhan nutrisi yang diperlukan. Pemilihan
dan penyediaan makanan, dengan tidak lupa memperhatikan latar belakang
dan social klien.
3. Kebutuhan eliminasi
Perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan
normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran.
4. Gerak dan keseimbangan tubuh
Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keseimbangan
tubuh, miring, dan bersandar.
5. Kebutuhan isthirahat dan tidur
Perawat harus mengetahui intensitas istirahat tidur pasien yang
baik dan menjaga lingkungan nyaman untuk istirahat.
6. Kebutuhan berpakaian
Perawat dasarnya meliputi membantu klien memilihkan pakaian
yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu untuk memakainya.
7. Mempertahankan temperature tubuh atau sirkulasi
Perawat harus mengetahui physiologi panas dan bisa mendorong
kearah tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan mengubah
temperature, kelembapan atau pergerakan udara, atau dengan memotivasi
klien untuk meningkatkan atau mengurangi aktifitasnya.
8. Kebutuhan akan personal hygiene
Perawat harus mampu untuk memotivasi klien mengenai konsep
konsep kesehatan bahwa walaupun sakit klien tidak perlu untuk
menurunkan standard kesehatannya, dan bisa menjaga tetap bersih baik
fisik maupun jiwanya.
9. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Perawat mampu melindungi klien dari trauma dan bahaya yang
timbul yang mungkin banyak factor yang membuat klien tidak merasa
nyaman dan aman.
10. Berkomunikasi
Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi,
keinginan, rasa takut dan pendapat. Perawat menjadi penerjemah dalam
hubungan klien dengan tim kesehatan lain dalam memajukan
kesehatannya, dan membuat klien mengerti akan dirinya sendiri, juga
mampu menciptakan lingkungan yang teraupeutik.
11. Kebutuhan spiritual
Perawat mampu untuk menghormati klien dalam memenuhi
kebutuhan spiritualnya dan meyakinkan pasien bahwa kepercayaan,
keyakinan dan agama sangat berpengaruh terhadap upaya penyembuhan.
12. Kebutuhan bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi
terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa menjadi lebih
ringan apabila seseorang dapat terus bekerja.
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Perawat mampu memkilihkan aktifitas yang cocok sesuai umur,
kecerdasan, pengalaman dan selera klien, kondisi, serta keadaan
penyakitnya.
14. Kebutuhan belajar
Perawat dapat membantu klien belajar dalam mendorong usaha
penyembuhan dan meningkatkan kesehatan, serta memperkuat dan
mengikuti rencana terapi yang diberikan

2. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
DS : dispnea, sulit bicara, Bakteri Ketidakefektian
ortopnea bersihan jalan nafas
DO : batuk tidak efektif, terhirup
tidak mampu batuk,
sputum berlebih, mengi, menempel pada hidung
wheezing dan/atau ronkhi
kering, gelisah, sianosis, menginvasi sel
bunyi nafas menurun,
frekuensi nafas berubah, respon pertahanan sel
pola nafas berubah
produksi mukus meningkat

bersihan jalan nafas tidak


efektif
DS : demam Bakteri Resiko Infeksi
DO : suhu tubuh diatas
nilai normal, kulit merah, terhirup dan menempel pada
kejang, takikardi, hidung
takipneu, kulit terasa
hangat. menginvasi sel

respon pertahanan sel

peningkatan produksi
mukus

maserasi mukosa hidung

ulserasi membran mukosa

rentan infeksi sekunder


DS : nafsu makan Bakteri Ketidakseimbangan
menurun, kram/nyeri nutrisi kurang dari
abdomen terhirup dan menempel pada kebutuhan tubuh
DO : membran mukosa hidung
pucat, rambut rontok
berlebihan, otot menelan
lemah menginvasi sel

sel korban mengirimkan


sinyal

aktivasi sel imun

melepaskan mediator
inflamasi

mengeluarkan IL-1, IL-6

anoreksia

penurunan intake nutrisi

3. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan hipersekresi
jalan nafas ditandai oleh produksi mukus meningkat
2) Resiko infeksi berhubungan dengan proses infeksi ditandai oleh demam
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan proses inflamasi ditandai oleh anoreksia
4. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan nafas 1. Respiratory status : Airway
berhubungan dengan Ventilation 1. Pastikan
hipersekresi jalan nafas 2. Respiratory status : kebutuhan
ditandai oleh produksi Airway patency oral/tracheal
mukus meningkat Kriteria Hasil : suctioning
Definisi: 1. Mendemonstrasikan 2. Auskultasi suara
ketidakmampuan untuk batuk efektif dan nafas sebelum
membersihkan sekresi suara nafas yang dan sesudah
atau obstruksi dari bersih, tidak ada suctioning
saluran pernafasan sianosis dan dyspneu 3. Informasikan
untuk mempertahankan (mampu pada klien dan
kebersihan jalan nafas. mengeluarkan keluar tentang
Batasan Karakteristik: sputum, mampu suctioning
 Tidak ada batuk bernafas dengan 4. Minta klien nafas
 Suara nafas tambahan mudah, tidak ada dalam sebelum
 Perubahan frekuensi pursed lips) suction
nafas 2. Menunjukkan jalan dilakukan

 Perubahan irama nafas yang paten 5. Berikan O2

nafas (klien tidak merasa dengan

 Sianosis tercekik, irama nafas, menggunakan

 Kesulitan berbicara frekuensi pernafasan nasal untuk

atau mengeluarkan dalam rentang memfasilitasi

suara normal, tidak ada suksion


suara nafas nasotrakeal
 Penurunan bunyi
abnormal) 6. Monitor status
nafas
3. Mampu oksigen pasien
 Dispneu
mengidentifikasikan Airway Management
 Sputum dalam
dan mencegah faktor 1. Buka jalan nafas
jumlah yang
berlebihan yang dapat 2. Posisikan pasien
 Batuk yang tidak menghambat jalan untuk
efektif nafas memaksimalkan
 Orthopneu ventilasi
 Gelisah 3. Identifikasi

 Mata terbuka lebar pasien perlunya

Faktor-faktor yang pemasangan alat

berhubungan: jalan nafas

 Lingkungan; buatan

- Perokok pasif 4. Keluarkan sekret

- Mengisap rokok dengan batuk

- Merokok atau suction

 Obstruksi jalan nafas: 5. Auskultasi

- Spasme jalan suara nafas, catat

nafas adanya suara

- Mokus dalam tambahan

jumlah berlebihan 6. Monitor

- Eksudat dalam respirasi dan

jalan alveoli status O2

- Materi asing
dalam jalan nafas
- Sekresi
bertahan/sisa
sekresi
- Sekresi dalam
bronki
 Fisiologis:
- Jalan nafas alergik
- Asma
- Penyakit paru
obstruktif kronik
- infeksi
2. Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan dengan Immune status Infection Control
proses infeksi ditandai Knowledge : Infection (kontrol infeksi)
oleh demam control 1. Bersihkan
Definisi: mengalami Risk control lingkungan setelah
peningkatan resiko Kriteria Hasil: dipakai pasien lain
terserang organisme 1. Klien bebas dari 2. Gunakan sabun
patogenik. tanda dan gejala antimikrobia untuk
Faktor-faktor resiko: infeksi cuci tangan
 Pengetahuan yang 2. Mendeskripsikan 3. Cuci tangan setiap
tidak cukup untuk proses penularan dan sebelum
menghindari penyakit, faktor tindakan
pemanjanan patogen yang mempengaruhi keperawatan
 Pertahanan tubuh penularan serta 4. Tingkatkan intake
primer yang penatalaksanaannya nutrisi
tidakadekuat 3. Menunjukkan Infection Protection
 Ketidak adekuatan kemampuan untuk (proteksi terhadap
pertahanan sekunder mencegah timbulnya infeksi)
- Penurunan infeksi 1. Monitor tanda dan
hemoglobin 4. Jumlah leukosit gejala infeksi
- Imunosupresi dalam batas normal sistemik dan lokal
- Supresi respon 5. Menunjukkan 2. Monitor
inflamasi perilaku hidup sehat kerentanan

 Pemajanan terhadap terhadap infeksi

patogen 3. Inspeksi kulit dan


membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
4. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
5. Dorong masukan
cairan
6. Ajarkan pasien
dan keluar tanda
dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara
menghindari
infeksi
3. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari 1. Nutritional status : Nutrition
kebutuhan tubuh Food and Fluid Management
berhubungan dengan 2. Intake 1. Kaji adanya
proses inflamasi 3. Nutritional status : alergi makanan
ditandai oleh anoreksia Nutrien Intake 2. Kolaborasi
Definisi: asupan nutrisi 4. Weight Control dengan ahli gizi
tidak cukup untuk Kriteria Hasil untuk
memenuhi kebutuhan 1. Adanya menentukan
metabolik peningkatan berat jumlah kalori dan
Batasan Karakteristik : badan sesuai nutrisi yang
 Kram abdomen dengan tujuan dibutuhkan
 Nyeri abdomen 2. Berat badan ideal pasien
 Menghindari sesuai dengan 3. Anjurkan pasien
makanan tinggi badan untuk

 Berat badan 20% 3. Mngidentifikasi meningkatkan

atau lebih dibawah kebutuhan nutrisi intake Fe

berat badan ideal 4. Tidak ada tanda- 4. Anjurkan pasien

 Diare tanda malnutrisi untuk

 Bising usus 5. Menunjukkan meningkatkan

hiperaktif peningkatan fungsi protein dan


pengecapan dari Vitamin C
 Kurang makanan
menelan 5. Monitor jumlah
 Kurang minat pada
6. Tidak terjadi nutrisi dan
makanan
penurunan berat kandungan kalori
 Membran mukosa
pucat badan yang berarti 6. Berikan informasi
Faktor-faktor yang tentang
brhubungan: kebutuhan nutrisi
a. Faktor biologis 7. Kaji kemampuan
b. Faktor ekonomi pasien untuk
c. Ketidakmampuan mendapatkan
untuk mengabsorbsi nutrisi yang
nutrien dibutuhkan
Ketidakmampuan untuk Nutrition Monitoring
mencerna makanan 1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang bisa
dilakukan
4. Monitor interaksi
anak atau
orangtua selama
makan
5. Monitor
lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam
makan
7. Monitor mual dan
muntah
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Indonesia Health Profile 2008. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes, 2012. Pedoman Pemberatasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan


Pneumonia Pada Balita. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Whaley & Wong, (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 2, Jakarta :
EGC

PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi 1.Jakarta Selatan: DPP PPNI

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.Jogjakarta:
Mediaction

Anda mungkin juga menyukai