DISUSUN OLEH
093STYC17
2. Etiologi
Menurut Vietha ( 2009 ), etiologi ISPA adalah lebih dari 200 jenis
bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus streptococus,
Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus penyebabnya
antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang paling sering
menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas akan masuk dan
menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak – anak di bawah usia 2
tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musim kemarau ke musim hujan juga menumbulkan resiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontrubusi terhadap kejadian ISPA
pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan
buruknya senetasi lingkungan.
1. ISPA atas : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus (virus
utama).
2. ISPA bawah : Parainfluenza, 123 coronavirus, adenovirus (Virus Utama).
3. Bakteri utama : Steptococus, pneumonia, hemapholus, influenza,
staphylococus aureus.
4. Pada neonotus dan bayi muda : Chalmedia tachomatis.
5. Pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.
Infeksi saluran perafasan akut merupakan kelompok penyakit yang
komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan
infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma,
untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (
termasuk di dalamnya virus para influenza ) merupakan penyebab terbesar
dari sindroma batuk rejan, bronkiokitis, dan penyakit demam saluran nafas
bagian atas, untuk virus influenza bukan penyebab terbesar terjadinya
sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemic-epidemi saja. Pada bayi
dan anak, virus-virus merupakan terjadinya lebih banyak penyakit saluran
nafas bagian atas dari pada saluran nafas bagian bawah. (Fuad & Ahmad,
2008).
3. Klasifikasi
Menurut Depkes (2002), klasifikasi dari ISPA adalah :
1) Ringan ( buka pneumonia )
Batuk tanpa pernafasan cepat/kurang dari 40 kali/menit, hidung
tersumbat / berair, tenggorokan merah, telingan berair.
2) Sedang ( pneumonia )
Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga
keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan
pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan ( adentis servikal ).
3) Berat ( pneumonia )
Batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran keabuan di taring,
kejang, apnea, dehidrasi berat/tidur terus, tidak ada sianosis.
4) Sangat Berat
Batuk dengan nafas berat, cepat, stridor, dan sianosis serta tidak minum.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Vietha ( 2009 ), tanda dan gejala dari ISPA adalah :
1) Pilek biasa
2) Keluar sekret cair dan jernih dari hidung.
3) Kadang bersin-bersin
4) Sakit tenggorokan
5) Batuk
6) Sakit kepala
7) Sekret menjadi kental
8) Demam
9) Nausea
10) Muntah
11) Anoreksia
1) Medis
a. Diet cair dan lunak selama tahap akut.
b. Untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukos yang antiboitik,
misal amoxilin, ampixilin.
c. Antistetik topikal sepertilidokain, orabase atau diklorin memberikan
tindakan peredaan nyeri oral.
2) Keperawatan
a. Penyuluhan pada pasien tentang cara memutus infeksi.
b. Meningkatkan masukan cairan.
c. Menginstruksikan pada pasien untuk meningkatkan drainase seperti
antalasi uap.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Whaley and Wong ( 2000 ), fokus pengkajian dari ISPA sebagai
berikut :
1) Keluhan utama
Biasanya yang dikeluhkan pertama klien adalah mengeluh demam.
5) Riwayat social
Lingkungan tempat tinggal klien
B1 (Breath)
1) Inspeksi
a. Membran mukosa hidung – faring tampak kemerahan
b. Tansil tampak kemerahan dan edema
c. Tampak baluk tidak produktif.
d. Tidak ada jaringan parat pada leher.
e. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernapasan tambahan
f. Pernapasan cuping hidung
2) Palpasi
a. Adanya demam
b. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis.
c. Tidak teraba adanya pembesaran ke;enjar limfoid.
3) Perkusi
Suara paru normal ( resonansi ).
4) Auskultasi
Suara napas vasikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
2. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
DS : dispnea, sulit bicara, Bakteri Ketidakefektian
ortopnea bersihan jalan nafas
DO : batuk tidak efektif, terhirup
tidak mampu batuk,
sputum berlebih, mengi, menempel pada hidung
wheezing dan/atau ronkhi
kering, gelisah, sianosis, menginvasi sel
bunyi nafas menurun,
frekuensi nafas berubah, respon pertahanan sel
pola nafas berubah
produksi mukus meningkat
peningkatan produksi
mukus
melepaskan mediator
inflamasi
anoreksia
3. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan hipersekresi
jalan nafas ditandai oleh produksi mukus meningkat
2) Resiko infeksi berhubungan dengan proses infeksi ditandai oleh demam
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan proses inflamasi ditandai oleh anoreksia
4. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan nafas 1. Respiratory status : Airway
berhubungan dengan Ventilation 1. Pastikan
hipersekresi jalan nafas 2. Respiratory status : kebutuhan
ditandai oleh produksi Airway patency oral/tracheal
mukus meningkat Kriteria Hasil : suctioning
Definisi: 1. Mendemonstrasikan 2. Auskultasi suara
ketidakmampuan untuk batuk efektif dan nafas sebelum
membersihkan sekresi suara nafas yang dan sesudah
atau obstruksi dari bersih, tidak ada suctioning
saluran pernafasan sianosis dan dyspneu 3. Informasikan
untuk mempertahankan (mampu pada klien dan
kebersihan jalan nafas. mengeluarkan keluar tentang
Batasan Karakteristik: sputum, mampu suctioning
Tidak ada batuk bernafas dengan 4. Minta klien nafas
Suara nafas tambahan mudah, tidak ada dalam sebelum
Perubahan frekuensi pursed lips) suction
nafas 2. Menunjukkan jalan dilakukan
Lingkungan; buatan
- Materi asing
dalam jalan nafas
- Sekresi
bertahan/sisa
sekresi
- Sekresi dalam
bronki
Fisiologis:
- Jalan nafas alergik
- Asma
- Penyakit paru
obstruktif kronik
- infeksi
2. Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan dengan Immune status Infection Control
proses infeksi ditandai Knowledge : Infection (kontrol infeksi)
oleh demam control 1. Bersihkan
Definisi: mengalami Risk control lingkungan setelah
peningkatan resiko Kriteria Hasil: dipakai pasien lain
terserang organisme 1. Klien bebas dari 2. Gunakan sabun
patogenik. tanda dan gejala antimikrobia untuk
Faktor-faktor resiko: infeksi cuci tangan
Pengetahuan yang 2. Mendeskripsikan 3. Cuci tangan setiap
tidak cukup untuk proses penularan dan sebelum
menghindari penyakit, faktor tindakan
pemanjanan patogen yang mempengaruhi keperawatan
Pertahanan tubuh penularan serta 4. Tingkatkan intake
primer yang penatalaksanaannya nutrisi
tidakadekuat 3. Menunjukkan Infection Protection
Ketidak adekuatan kemampuan untuk (proteksi terhadap
pertahanan sekunder mencegah timbulnya infeksi)
- Penurunan infeksi 1. Monitor tanda dan
hemoglobin 4. Jumlah leukosit gejala infeksi
- Imunosupresi dalam batas normal sistemik dan lokal
- Supresi respon 5. Menunjukkan 2. Monitor
inflamasi perilaku hidup sehat kerentanan
Whaley & Wong, (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 2, Jakarta :
EGC