Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PERDARAHAN PASCA PERSALINAN (ROBEKAN JALAN LAHIR )

DISUSUN OLEH:

1. TANIA HARTATI R
2. NITA SULASTIA W

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syuku ratas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Perdarahan pasca persalinan”

Makalah ini telah kami susun denganmaksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca

Mataram 15 maret 2019


Penyusun

KELOMPOK I2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1 Pengertian robekan jalan lahir............................................................ 3
2.2 Penyebab robekan jalan lahir……………………………………..
2.3 Resiko kejadian robekan jalan lahir……………………………….
2.4 Angka kejadian robekan jalan lahir di Indonesia dan NTB………
2.5 Anatomi robekan jalan lahir………………………………………
2.6 Patofisiologi dan pathway robekan jalan lahir…………………….
2.7 Tanda dan gejala robekan jalan lahir……………………………..
2.8 Penatalaksanaan robekan lahir………………………………….
2.9 Pencegahan robekan jalan lahir…………………………………
askep perdarahan pasca persalinan (robekan jalan lahir ) ...............................
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan .........................................................................................
3.2 Saran……………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat persalinan merupakan saat-saat yang paling ditunggu-tunggu


oleh para ibu namun, ini juga merupakan saat yang paling menegangkan
dimana pada saat itu ibu harus berjuang hidup dan mati demi melahirkan
sang bayi. Setiap ibu yang melahirkan pasti menginginkan kelahiran yang
normal, sehingga sang ibu akan menjadi ibu seutuhnya.

Pada saat persalinan ibu memiliki resiko terjadinya perdarahan bisa


akibat robekan jalan lahir (biasanya robekan serviks/leher rahim), atau
karena kontraksi rahim kurang baik (atonia uteri). Jika ibu mengalami
perdarahan pasca bersalin sebaiknya ibu harus diberi penanganan khusus
apabila jika perdarahan tersebut terjadi begitu banyak karena ini bisa
mengakibatkan kematian ibu. Perdarahan postpartum adalah perdarahan
atau hilangnya darah sebanyak lebih dari 500 cc yang terjadi setelah anak
lahir baik sebelum, selama, atau sesudah kelahiran plasenta.

Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5% dari


persalinan, sedangkan pada negara negara berkembang bisa mencapai 28%
dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu.
Penyebabnya 90% dari atonia uteri, 7% robekan jalan lahir, sisanya
dikarenakan retensio plasenta dan gangguan pembekuan darah. (Ambar
Dwi, 2010)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan robekan jalan lahir?


2. Apa penyebab terjadinya robekan jalan lahir?
3. Apa faktor resiko terjadinya robekan jalan lahir?
4. Berapa angka kejadian yang ada di Indonesia terhadap kasus tersebut?
5. Bagaimana anatomi robekan jalan lahir?
6. Bagaimana patofisiologi robekan jalan lahir?

4
7. Apa tanda dan gejala dilakukannya robekan jalan lahir?
8. Bagaimana penatalaksanaan robekan jalan lahir?
9. Bagaimana cara pencegahan robekan jalan lahir?
10. Bagaimana asuhan keperawatan terhadap robekan jalan lahir?

2.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari jalan lahir


2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya robekan jalan lahir
3. Untuk mengetahui faktor resiko terjadinya robekan jalan lahir
4. Untuk mengetahui berapa angka kejadian peradarahan robekan jalan
lahir d indnesia dan NTB
5. Untuk mengetahui anatomi robekn jalan lahir
6. Untuk mengetahui fatofisiologi dan fatway robekan jalan lahir
7. Untuk mengetahui tanda dan gejalarobekan jalan lahir
8. Untuk mengetahui penataaksanaan robekan jalan lahir
9. Untuk mengetahui pencegahan robekan jalan lahir
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan robekan jalan lahir

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Robekan jalan lahir adalah terpotongnya selaput lendir vagina,


cincin selaput dara serviks, kemudian portio septum rektovaginalis akibat
dari tekanan benda tumpul (Wiknjosastro, Sarwono: 2007).

Robekan jalan lahir adalah robekan yang selalu memberikan


perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya yang berasal dari
perinium, serviks, dan uterus. Robekan jalan lahir meliputi : robekan
vagina, robekan perineum, robekan serviks, dan ruptur uteri.

1. Robekan Vagina

Robekan pada vagina dapat bersifat luka tersendiri, atau merupakan


lanjutan robekan perineum. Robekan vagina sepertiga bagian atas
umumnya merupakan lanjutan robekan serviks pada umumnya robekan
vagina terjadi karena regangan jalan lahir yang berlebih-lebihan dan tiba-
tiba ketika janin dilahirkan. Baik kepala maupun bahu janin dapat
menimbulkan robekan pada dinding vagina. Kadang-kadang robekan
terjadi akibat ekstrasi dengan forceps. Bila terjadi perlukaan pada dinding
vagina, akan timbul perdarahan segera setelah jalan lahir.

2. Robekan Perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan


tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya
terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir
terlalu cepat. Kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukurang
yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika.

Luka perineum adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada


bagian perineum dimana muka janin menghadap (Prawirohardjo S, 1999).
Luka perineum dibagi atas 4 tingkatan :

6
a. Tingkat 1 : Robekan hanya pada selaput lendir vagina dengan atau
tanpa mengenai kulit perineum.
b. Tingkat 2 : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot
perinea transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani.
c. Tingkat 3 : Robekan mengenai seluruh perineum dan otot spingter
ani.
d. Tingkat 4 : Robekan sampai mukosa rektum.
3. Robekan Serviks

Robekan serviks paling sering terjadi di bbir depan dan bibir belakang
sevik di jepit dengn klem fenster kemudian serviks di tarik sedikit untu
menentukan letak robekan dan ujung robekan. Selanjutnya robekan di
jahid dengan catgut kromik di mulai dari ujug untuk menghentikan
perdarahan.

4. Ruptur Uteri

Ruptur uteri adalah robekan dinding rahim akibat dilampauinya daya


regang miometrium. Penyebab ruptur uteri adalah disproporsi janin dan
panggul, partus macet atau traumatik. Ruptur uteri termasuk salah satu
diagnosis apabila wanita dalam persalinan lama mengeluh nyeri hebat
pada perut bawah diikuti dengan syok dan perdarahan pervaginam.
Robekan tersebut dapat mencapai kandung kemih dan organ vital
sekitarnya.

2.2 Penyebab Robekan Jalan Lahir

1. Robekan Vagina
Robekan dinding vagina dapat timbul akibat rotasi forceps, penurunan
kepala yang cepat, dan persalinan yang cepat.
2. Robekan Perineum :
a. Kepala janin terlalu cepat lahir
b. Persalinan tidak dipimpin sebagai mana mestinya
c. Jaringan parut pada perineum
d. Distosia bahu

7
3. Robekan Serviks
a. Partus presipitatus (persalinan berlangsung sangat cepat)
b. Trauma karena pemakaian alat-alat operasi
c. Melahirkan kepala pada letak sungsang secara paksa, pembukaan
belum lengkap
d. Partus lama
4. Ruptur Uteri
a. Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
b. Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang
lama
c. Presentasi abnormal
5. Panggul sempit
6. Letak lintang
7. Hydrosephalus
8. Tumor yang menghalangi jalan lahir
9. Persentasi dahi dan muka

2.3 Faktor Resiko

1. Makrosomia
2. Malpresentasi
3. Partus presipitatus
4. Distosia bahu

2.4 Angka kejadian di Indonesia

Asuhan persalinan normal bertujuan menjaga kelangsungan hidup


dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap dengan intervensi yang
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang optimal. Menurut World Health Organization
75% angka kematian ibu (AKI) akibat komplikasi selama hamil, bersalin
dan 25% selama masa nifas. Hasil survei demografi kesehatan Indonesia
(SDKI) menyebutkan bahwa pada 2012, kasus kematian ibu melonjak

8
tajam, dimana AKI mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup, meningkat
sekitar 57% bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya sebesar 228
per 100.000 kelahiran hidup.

Perdarahan masa nifas menjadi penyebab utama 40% kematian ibu.


Robekan perineum merupakan penyebab kedua setelah atonia uteri. Hal ini
sering terjadi pada primipara karena pada saat proses persalinan tidak
mendapat sokongan yang kuat sehingga menimbulkan robekan perineum.
Luka biasanya ringan tapi kadang juga terjadi luka yang luas sehingga dapat
menimbulkan perdarahan yang dapat membahayakan jiwa ibu.

Kasus kematian ibu d Sulawesi Utara 2012 sebesar 49 kasus


(125/100.000 kelahiran hidup). Data hasil evaluasi program Dinas
Kesehatan Sulawesi Utara dari tahun 2013 terdapat 77 kasis kematian ibu.
Berdasarkan jumlah tersebut terjadi peningkatan dibanding dengan tahun
2012 yakni sebesar 49 kasus terjadi pada ibu melahirkan. Jumlah itu masih
jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 sebesar
102/100.000 kelahiran hidup.

Data di ruangan kebidanan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.V.L


Ratumbuysang Manado pada 3 bulan terakhir tahun 2013 terdapat 98 ibu
yang bersalin dan 82 (83.67%) ibu bersalin dengan robekan jalan lahir.
Primipara 53 (54%) episiotomi 13 robekan perineum, multipara 29 (29%)
15 episiotomi dan 14 robekan perineum.

2.5 Anatomi Jalan Lahir

Pada tiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor, yaitu : jalan lahir,


janin dan kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas : a)
bagian tulang terdiri atas tulang-tulang panggul dengan sendi-sendinya
(artikulasio); dan b) bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan,
dan ligamen-ligamen.

TULANG-TULANG PANGGUL

9
Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut
pintu-atas panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak
merupakan suatu bidang seperti pintu-atas panggul, akan tetapi terdiri atas
dua bidang, disebut pintu-bawah panggul (pelvic outlet).

Di antara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity).


Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas dibawah pintu-atas
panggul, akan tetapi menyempit di panggul tengah untuk kemudian
menjadi lebih luas lagi sedikit. Penyempitan di panggul tengah ini
disebabkan oleh adanya spina iskiadika yang kadang-kadang menonjol ke
dalam ruang panggul.

10
Pintu-atas panggul

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh


promontorium korpus vertebra sakral 1, linea innominata (terminalis), dan
pinggir-atas simfisis.

11
Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan
Moloy, 121), yang mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut.

1. Jenis ginekoid : panggul paling baik untuk wanita, bentuk pintu atas
panggul hampir bulat. Panjang diameter antero-posterior kira-kira
sama dengan diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 45%
wanita.
2. Jenis android : bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Jenis ini
ditemukan pada 15% wanita.
3. Jenis antropoid : bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur.
Panjang diameter antero-posterior lebih besar daripada diameter
transversa. Jenis ini ditemukan pada 35% wanita.
4. Jenis platipelloid : sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang
menyempit pada arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih
besar daripada ukuran muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5%
wanita.

12
13
Pintu-bawah panggul

Pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang datar, tetapi


tersusun rapi atas 2 bidang datar yang masing-masing berbentuk segi tiga,

14
yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tubera ossis iskii
dengan ujung os sakrum dan segi tiga lainnya yang alasnya juga garis
antara kedua tubera ossis iskii dengan bagian bawah simfisis. Pinggir-
bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut (arkus
pubis). Dalam keadaan normal besarnya sudut ini ± 90˚ atau lebih sedikit.
Bila kurang sekali dari 90˚, maka kepala janin akan lebih sulit dilahirkan
karena memerlukan tempat lebih banyak dorsal. Dalam hal ini perlu
diperhatikan apakah ujung os sakrum tidak menonjol ke depan hingga
kepala janin tidak dapat dilahirkan. Jarak antara kedua tuber ossis iskii
(distansia tuberum) – diambil dari bagian dalamnya – adalah ± 10,5 cm.
Bila lebih kecil, jarak antara tengah-tengah distansia tuberum ke ujung
sakrum (diameter sagitalis posterior) harus cukup panjang agar bayi
normal dapat dilahirkan.

Ruang panggul (pelvic cavity)

Ruang panggul di bawah pintu-atas panggul mempunyai ukuran


paling luas. Di panggul tengah terdapat penyempitan setinggi kedua spina
iskiadika. Jarak antara kedua spina ini (distansia interspinarum) normal ±

15
10,5 cm. Ketika mengadakan penilaian ruang panggul hendaknya
diperhatikan bentuk os sakrum, apakah seperti normal melengkung baik
dari atas ke bawah dan ke samping cekung ke belakang, dan selanjutnya
bagaimanakah bentuk rongga panggul seluruhnya. Dinding samping pada
panggul ginekoid misalnya umumnya lurus dari atas ke bawah. Bidang
yang terluas dibentuk pada pertengahan simfisis dengan os sakral 2-3,
sehingga kepala janin dimungkinkan bergeser melalui pintu-atas panggul
masuk ke dalam ruang panggul. Kemungkinan kepala dapat lebih mudah
masuk ke dalam ruang panggul diperbesar jika sudut antara sakrum dan
lumbal, yang disebut inklinasi, lebih besar.

Bidang Hodge

Bidang-bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai


dimanakah bagian terendah janin turun dalam panggul pada persalinan.

1. Bidang Hodge I : Bidang yang dibentuk pada lingkaran pintu atas


panggul dengan bagian atas simfisis dan promontorium.

16
2. Bidang Hodge II : Bidang ini sejajar dengan Hodge I terletak setinggi
bagian bawah simfisis.
3. Bidang Hodge III : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge I
dan II terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge I,
II, dan III, terletak setinggi os koksigis.

Ukuran-ukuran luar panggul

1. Distansia spinarum (± 24 cm – 26 cm) : jarak antara kedua spina iliaka


anterior superior sinistra dan dekstra.
2. Distansia kristarum (± 28 cm – 30 cm) : jarak yang terpanjang antara
dua tempat yang simetris pada krista iliaka sinistra dan dekstra.
Umumnya ukuran-ukuran ini tidak penting, tetapi bila ukuran ini lebih
kecil 2- 3 cm dari angka normal, maka dapat dicurigai panggul itu
patologik.
3. Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar) : jarak antara spina
iliaka posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan

17
dari spina iliaka posterior dekstra ke spina iliaka anterior superior
sinistra. Kedua ukuran ini bersilang. Jika panggul normal, maka kedua
ukuran ini tidak banyak berbeda, akan tetapi, jika panggul itu
asimetrik (miring), maka kedua ukuran itu jelas berbeda sekali.
4. Distansia intertrokanterika : jarak antara kedua trokanter mayor.
5. Konjugata eksterna (Boudeloque) ± 18 cm : jarak antara bagian atas
simfisis ke prossesus spinosus lumbal 5.
6. Distansia tuberum (± 10,5 cm) : jarak antara tuber iskii kanan dan kiri.
Untuk mengukurnya dipakai Oseander. Angka yang ditunjuk jangkar
harus ditambah 1,5 cm karena adanya jaringan subkutis antara tulang
dan ujung jangkar, yang menghalangi pengukuran secara tepat. Bila
jarak ini kurang dari normal, dengan sendirinya arkus pubis lebih kecil
dari 90 derajat.

18
BAGIAN LUNAK JALAN-LAHIR

Pada kala pengeluaran (kala II) ikut membentuk jalan lahir segmen
bawah uterus, serviks uteri dan vagina. Pada akhir kehamilan ± 38 minggu
serviks lebih pendek daripada waktu kehamilan 16 minggu. Seperti telah
dikemukakan, ismus uteri pada kehamilan 16 minggu menjadi bagian
uterus tempat janin berkembang. Umumnya serviks disebut menjadi
matang bla teraba sebagai bibir dan ini terjadi pada kehamilan 34 minggu.

19
Pada primigravida hal ini ditemukan bila hampir aterm. Kanalis servikalis
sendiri terbuka untuk satu jari.

Di samping uterus dan vagina, otot-otot, jaringan-jaringan ikat, dan


ligamen-ligamen yang berfungsi menyokong alat-alat urogenitalis perlu
dketahui oleh karena semuanya mempengaruhi jalan lahir, dan lahirnya
kepala atau bokong pada partus.

Otot-otot yang menahan dasar panggul di bagian luar adalah


muskulus sfingter ani eksternus, muskulus bulbokavernosus yang
melingkari vagina, dan muskulus perinei transversus superfisialis.

Di bagian tengah ditemukan otot-otot yang melingkari uretra


(muskulus sfingter uretrae), otot-otot yang melingkari vagina bagian
tengah dan anus, antara lain muskulus ilikoksigeus, muskulus
iskiokiksigeus, muskulus perinei transversus profundus, dan muskulus
koksigeus. Lebih ke dalam lagi ditemukan otot-otot dalam yang paling
kuat, disebut diafragma pelvis, terutama muskulus levator ani yang
berfungsi menahan dasar panggul. Ia menutup hampir seluruh bagian
belakang pintu-bawah panggul. Letak muskulus levator ini adalah
sedemikian rupa, sehingga bagian depan muskulus ini berbentuk segi tiga,
disebut trigonum urogenitalis (hiatus genitalis). Di dalam trigonum ini
berada uretra, vagina dan rektum.

Dalam diafragma pelvis berjalan nervus pudendus yang masuk ke


rongga panggul melalui kanalis Alcock, terletak antara spina iskiadika dan
tuber iskii. Pada persalinan sering dlakukan pudendus block anesthesia,
sehingga rasa sakit dapat dihilangkan pada ekstraksi cunam, ekstraksi
vakum, penjahitan ruptura perinei, dan sebagainya.

Arteria dan vena yang berjalan dalam rongga panggul adalah


cabang bawah dari arteria dan vena uterina serta cabang-cabang arteria dan
vena hemorroidalis superior.

20
21
22
2.6 Patofisiologi Robekan Jalan Lahir

a. Robekan perineum
Robekan perineum umumnya terjadi pada semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.robekan
ini dapat di hindarkan atau dikurangi dengan menjaga jngan sampai
dasar panggul di lalui oleh kepala janin dengan cepat ,sebaliknya
kepala janin yang akan lahir jngan di tahan terlampau kuat dan
lama.karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalam
tengkorok janin,dan melemahkan otot otot dan fasia pada dasar
panggul karna di regngkan terlalu lama.robekan perineum umumnya
terjadi di garis tengah dan biasanya menjadi luas apabila kepala
janini lahir terlalu cepat sudut arkus pubis lebih kecil dripada biasa
sehingga kepala janin terpaksa lahir ke belakang daripda
biasa.kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran
yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika
atau anak di lahirkan dengan pembedahan vaginial.
b. Robekan serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga
serviks seseorang multipara berbeda dari pada yang belum pernah
melahirkan per vaginam.
Robekan serviks yang luas mengakibatkan perdarahan dan dapat
menjalar ke segmen bawah uterus apabila terjadi perdarahan yang
tidak berhenti meskipn plasenta sudah lahir lengkap dan uterus
berkontraksi dengan baik perluh di pikirkan perlukaan jalan lahir
khususnya robekan serviks.
c. Rupture uteri traumatic
Rupture uteri spontan : terjadi spontan dan sebagian besar pada
persalinan terjadi gangguan mekanisme persalinan sehingga
menimbulkan ketegangan segmen bawah lahir yang berlebihan.

Rupture uteri traumatic : terjadi pada persalinantimbulnya rupture


uteri karena tindakan seperti ekstraksi farsep,ekstraksi vakum dll

23
Rupture uteri pada bekas luka uterus : terjadinya spontan atau bekas
seksio sesaria dan bekas operasi pada uterus.

24
2.7 Tanda dan Gejala

1. Robekan jalan lahir


2. Perdarahan segera
3. Darah segar yang mengalir setelah persalinan
4. Uterus kontraksi baik
5. Plasentasi baik
6. Pucat
7. Lemah
8. Menggigil

Tanda dan gejala dari rupture uteri dapat terjadi secara dramatis dan
tenang

Secara dramatis :

a. Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat
memuncak
b. Penghentian kontrasi uterus di sertai hilangnya rasa nyeri
c. Perdarahan vagina
d. Terdapat tanda dan gejala syok (denyut nadi meningkat,tekanan darah
menurun,nafas pendek )
e. Bagian presentasi dapat di gerakkan di atas rongga panggul
f. Bagian janin lebih mudah di palpasi
g. Janin dapat terelokasi secara dramatis dalam abdomen ibu
h. Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun tidak ada
gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih terdengar
i. Lingkar uterus dan kepadatanyadapat di rasakan di samping janin (janin
seperti berada di luar uterus )

Secara tenang :

a. Kemungkinan terjadi muntah


b. Nyeri tekan meningkat di seluruh abdomen
c. Nyeri berat pada suprapubis

25
d. Kontraksi uterus hipotonik
e. Perkembangan persalinan menurun
f. Perasaan ingin pingsan
g. Hematuri
h. Perdarahan vagina
i. Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau
kontaksi mungkin tidak di rasakan

2.8 Penatalaksanaan

a. Penjahitan robekan serviks


b. Penjahitan robekan vagina dan perinium

Selain itu juga ada beberapa penatalaksanaan untuk rupture perineum dan
robekan dinding vagina

a. Lakukan eksprolasi untuk mengidenfikasi lokasi laserasi dan sumber


perdarahan
b. Lakukan irigasi pada luka dan bubuhi larutan antiseptic
c. Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan keemudian ikat dengan
benang yang dapat di serap

Penatalaksanaan untuk robekan serviks

a. Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral karna serviks yang
terjulur akan mengalami robekan pada posisi spina isiadika akan
tertekan oleh kepala janin
b. Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap,tetapi perdarahan
banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan dari
portio
c. Jepitkan klem ovarium pada kedua sisi portio yang robek sehingga
perdarahan dapat segera di hentikan
d. Setelah tindakan ,periksa tanda vital pasien,kontaksi uterus,tinggi
pundus uteri dan perdarahan pascatindakan

26
e. Beri terdapat defisit cairan ,lakukan restorasi dan bila kadar hb <8
berikan tranfusi darah.

2.9 Cara mencegah robekan jalan lahir

a. Latihan kegel (seperti menahan pipis ) agar liang vagina lebih lunak dan
luntur
b. Jongkok agar paha panggul serta bagian keperempuan lebih terlatih
c. Usahakan agar bayi anda tidak terlalu besar max 3,5 kg
d. Sabar dan tidak berburu buru pada saat persalinan biarkan kepala janini
turun santai,pastikan tidak menimbulkan robekan vagina
e. Latihan mengejan yang baik dan tidak berburu buru
f. Pada saat persalinan jngan mengamgkat pantat ke kiri dan kanan
pastikan pantat tetap pada tempat tidur
g. Pada saat persalinan jika penolong kuat menahan perineum maka
kemungkinan besar robekan jalan lahir tidak terjadi.

27
Asuhan keperawatan perdarahan pasca persalinan

1. Pengkajian
a. Identitas : sering terjadi pada ibu usia di bawah 20 tahun dan di atas
35 tahun.
b. Keluhan utama : perdarahan dari jalan lahir,badan
lemah,limbung,keluar keringat dingin,kesulitan
nafas,pusing,pandangan berkunang –kunang.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan: riwayat hipertensi dalam
kehamilan,preeklamsia /ekslamsia,bayi besar,persalinan dengan
tindakan,robekan jalan lahir,partus precipitalis,induksi
persalinan,manipulasi kala II dan III
d. Riwayat kesehatan: kelainan darah dan hipertensi
e. Pengkajian fisik:
Tanda tanda vital
Tekanan darah:normal (110/70 – 120/80 )
Nadi : 60-100
Pernafasan : Normal (16 – 24 x/menit )
Suhu : Normal (36 – 37,5 )

Kesadaran : normal / turun


Fundus uteri : lembek / keras
Kulit : dingin,berkeringat, kering, hangat,pucat, capillary
refill time memanjang
Pervaginam : keluar darah,robekan, lochea (jumlah dan jenis )
Kandung kemih : distensi,produksi urin menurun /berkurang.

28
f. Analisa Data

Symptom Etiologi Problem


DS: perdarahan pervagina, robekan Nyeri
pusing, keringat dingin, mata perineum
berkunang- kunang
dorongan
kepala janin
DO : pucat, keringat, mengigil kuat dan lama
pemeriksaan fisik
afiksi
dengan ttv:
TD : 100/80
melemahkan
Nadi : 100x/menit otot-otot
RR : 24x/menit
fasia pada
akral dingin panggul

DS : perut sakit, perdarahan resiko infeksi


pervaginam, mata berkunang-
kunang robekan jalan
DO : meringis, pucat, lelah dengan lahir
TD : 90/80
nadi : 110x/menit perdarahan
RR : 22x/menit
penurunan
cairan tubuh

anemia akut

hb,o2 menurun

daya tahan
tubuh menurun

kuman mudah
masuk

resiko infeksi

29
2. Diagnosa keperawatan
Nyeri
Resiko infeksi b/d peningkatan resiko terserang organisme patogenik

3. intervensi
N diagnose tujuan dan KH Intervensi
O keperawatan
1 Nyeri NOC NIC
definisi pain level pain manajement.
:pengalaman pain control  kaji skala nyeri
sensori yang comfort level secara
tidak komprehensif
menyenangkan KH: termasuk
yang muncul  mampu mengotrol lokasi,carakteristik,
akibat kerusakan nyeri durasi dan
jaringan tubuh  melapokan nyeri frekuensi dan
yang actual dan berkurang dengan kualitasnya.
potensial . melakukan  observasi reaksi
batasan manajemen nyer non verbal dari
karakteristik :  mampu mengenali ketidaknyamanan.
 perubahan nyeri  bantu pasien dan
selera (skala,itensitas,frek keluarga untuk
makan uensi) mencarai dan
 perubahan  menyatakan rasa memnemukan
TD,nadi, nyaman setelah dukungan.
 perubahan nyeri berkurang  control ventilasi
frekuensi ruangan untuk
jantung kenyaman pasien
 laporan  pilih dan lakukan
isarat penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan

30
interpersonal)
 kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
 kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
di intervensi
 ajarkan teknik non
farmakologi
 kolaborasi dengan
dokter pemberian
obat.

2. resiko infeksi NOC NIC


berhubungan - Immune status - Bersihkan
dengan - knowledge lingkungan setelah
peningkatan - Risk control dipakai pasien lain
organisme Kriteria hasil - Batasi pengunjung
patogenik - klien bebas dari bila perlu
devinisi : tanda dan gejala - Pertahankan teknik
mengalami infeksi isolasi
peningkatan - mendeskripsikan - Tingkatkan intake
resiko terserang proses penularan nutrisi dan cairan
organisme penyakit dan factor - Monitor kerentanan
patogenik yang terhadap infeksi
factor-faktor mempengaruhi - Berikan terapi
resiko : antibiotic bila perlu
perdarahan, infection dan
penyakit kronis, protection
pengetahuan - Monitor tanda dan
yang tidak cukup gejala infeksi

31
untuk - Inspeksi kondisi
menghindari luka atau insisi
pathogen bedah
- Ajarkan cara
menghindari
infeksi
- Anjurkan pasien
istirahat yang
cukup

4. Implementasi keperawatan
Penanganan perdarahan pasca persalinan pada prinsipnya adalah
menghentikan perdarahan,mencegah syok,menghilangkan rasa nyeri dan
mengurangi resiko infeksi di karnakan perdarahan pasca persalinan maka
perawat akan melakukan tindakan yang sesuai apa yang sudah di
rencanakan di NIC NOC. Evaluasi keperawatan
Semua tindakan yang di lakukan di harapkan membuat hasil:
a. ttv dalam batas normal
b. kadar hb : 12- 16 gr%
c. gas darah dalam batas normal
d. klien tidak merasa nyeri
e. tidak adanya tanda tanda infeksi pasca persalinan
f. klien dapat mengungkapkan prasaan psikologis dan emosinya
g. klien dapat melakukan aktivitasnya sehari hari

32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Robekan jalan lahir adalah terpotongnya selaput lendir vagina,


cincin selaput dara serviks,Robekan jalan lahir adalah robekan yang selalu
memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya yang
berasal dari perinium, serviks, dan uterus. Robekan jalan lahir meliputi :
robekan vagina, robekan perineum, robekan serviks, dan ruptur uteri.

3.2 Saran

Diharapkan askep ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa


dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. dan untuk tim medis agar dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan
sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education
dalam perawatan perdarahan postpartum.

33
DAFTAR PUSTAKA

Ery Fatmawati dan Marni A,Retno Murti Suryaningsih.2011.Asuhan Kebidanan,


Yogyakarta: Celaten Timur

Sukarni Sudarti Icesmi.2014.Patologi Kehamilan Persalinan,Nifas dan Neonatus


Resiko Tinggi.Yogyakarta: Nuha Medika

Wikjosastro.Hanifa.2007.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Rasyid Abu.2017.Makalah Robekan Jalan Lahir.24 Januari


<https://id.scribd.com/document/336511534/Makalah-Robekan-Jalan-Lahir>

34

Anda mungkin juga menyukai