DISUSUN OLEH:
1. TANIA HARTATI R
2. NITA SULASTIA W
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syuku ratas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Perdarahan pasca persalinan”
Makalah ini telah kami susun denganmaksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca
KELOMPOK I2
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
7. Apa tanda dan gejala dilakukannya robekan jalan lahir?
8. Bagaimana penatalaksanaan robekan jalan lahir?
9. Bagaimana cara pencegahan robekan jalan lahir?
10. Bagaimana asuhan keperawatan terhadap robekan jalan lahir?
2.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
1. Robekan Vagina
2. Robekan Perineum
6
a. Tingkat 1 : Robekan hanya pada selaput lendir vagina dengan atau
tanpa mengenai kulit perineum.
b. Tingkat 2 : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot
perinea transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani.
c. Tingkat 3 : Robekan mengenai seluruh perineum dan otot spingter
ani.
d. Tingkat 4 : Robekan sampai mukosa rektum.
3. Robekan Serviks
Robekan serviks paling sering terjadi di bbir depan dan bibir belakang
sevik di jepit dengn klem fenster kemudian serviks di tarik sedikit untu
menentukan letak robekan dan ujung robekan. Selanjutnya robekan di
jahid dengan catgut kromik di mulai dari ujug untuk menghentikan
perdarahan.
4. Ruptur Uteri
1. Robekan Vagina
Robekan dinding vagina dapat timbul akibat rotasi forceps, penurunan
kepala yang cepat, dan persalinan yang cepat.
2. Robekan Perineum :
a. Kepala janin terlalu cepat lahir
b. Persalinan tidak dipimpin sebagai mana mestinya
c. Jaringan parut pada perineum
d. Distosia bahu
7
3. Robekan Serviks
a. Partus presipitatus (persalinan berlangsung sangat cepat)
b. Trauma karena pemakaian alat-alat operasi
c. Melahirkan kepala pada letak sungsang secara paksa, pembukaan
belum lengkap
d. Partus lama
4. Ruptur Uteri
a. Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
b. Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang
lama
c. Presentasi abnormal
5. Panggul sempit
6. Letak lintang
7. Hydrosephalus
8. Tumor yang menghalangi jalan lahir
9. Persentasi dahi dan muka
1. Makrosomia
2. Malpresentasi
3. Partus presipitatus
4. Distosia bahu
8
tajam, dimana AKI mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup, meningkat
sekitar 57% bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya sebesar 228
per 100.000 kelahiran hidup.
TULANG-TULANG PANGGUL
9
Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut
pintu-atas panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak
merupakan suatu bidang seperti pintu-atas panggul, akan tetapi terdiri atas
dua bidang, disebut pintu-bawah panggul (pelvic outlet).
10
Pintu-atas panggul
11
Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan
Moloy, 121), yang mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut.
1. Jenis ginekoid : panggul paling baik untuk wanita, bentuk pintu atas
panggul hampir bulat. Panjang diameter antero-posterior kira-kira
sama dengan diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 45%
wanita.
2. Jenis android : bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Jenis ini
ditemukan pada 15% wanita.
3. Jenis antropoid : bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur.
Panjang diameter antero-posterior lebih besar daripada diameter
transversa. Jenis ini ditemukan pada 35% wanita.
4. Jenis platipelloid : sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang
menyempit pada arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih
besar daripada ukuran muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5%
wanita.
12
13
Pintu-bawah panggul
14
yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tubera ossis iskii
dengan ujung os sakrum dan segi tiga lainnya yang alasnya juga garis
antara kedua tubera ossis iskii dengan bagian bawah simfisis. Pinggir-
bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut (arkus
pubis). Dalam keadaan normal besarnya sudut ini ± 90˚ atau lebih sedikit.
Bila kurang sekali dari 90˚, maka kepala janin akan lebih sulit dilahirkan
karena memerlukan tempat lebih banyak dorsal. Dalam hal ini perlu
diperhatikan apakah ujung os sakrum tidak menonjol ke depan hingga
kepala janin tidak dapat dilahirkan. Jarak antara kedua tuber ossis iskii
(distansia tuberum) – diambil dari bagian dalamnya – adalah ± 10,5 cm.
Bila lebih kecil, jarak antara tengah-tengah distansia tuberum ke ujung
sakrum (diameter sagitalis posterior) harus cukup panjang agar bayi
normal dapat dilahirkan.
15
10,5 cm. Ketika mengadakan penilaian ruang panggul hendaknya
diperhatikan bentuk os sakrum, apakah seperti normal melengkung baik
dari atas ke bawah dan ke samping cekung ke belakang, dan selanjutnya
bagaimanakah bentuk rongga panggul seluruhnya. Dinding samping pada
panggul ginekoid misalnya umumnya lurus dari atas ke bawah. Bidang
yang terluas dibentuk pada pertengahan simfisis dengan os sakral 2-3,
sehingga kepala janin dimungkinkan bergeser melalui pintu-atas panggul
masuk ke dalam ruang panggul. Kemungkinan kepala dapat lebih mudah
masuk ke dalam ruang panggul diperbesar jika sudut antara sakrum dan
lumbal, yang disebut inklinasi, lebih besar.
Bidang Hodge
16
2. Bidang Hodge II : Bidang ini sejajar dengan Hodge I terletak setinggi
bagian bawah simfisis.
3. Bidang Hodge III : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge I
dan II terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge I,
II, dan III, terletak setinggi os koksigis.
17
dari spina iliaka posterior dekstra ke spina iliaka anterior superior
sinistra. Kedua ukuran ini bersilang. Jika panggul normal, maka kedua
ukuran ini tidak banyak berbeda, akan tetapi, jika panggul itu
asimetrik (miring), maka kedua ukuran itu jelas berbeda sekali.
4. Distansia intertrokanterika : jarak antara kedua trokanter mayor.
5. Konjugata eksterna (Boudeloque) ± 18 cm : jarak antara bagian atas
simfisis ke prossesus spinosus lumbal 5.
6. Distansia tuberum (± 10,5 cm) : jarak antara tuber iskii kanan dan kiri.
Untuk mengukurnya dipakai Oseander. Angka yang ditunjuk jangkar
harus ditambah 1,5 cm karena adanya jaringan subkutis antara tulang
dan ujung jangkar, yang menghalangi pengukuran secara tepat. Bila
jarak ini kurang dari normal, dengan sendirinya arkus pubis lebih kecil
dari 90 derajat.
18
BAGIAN LUNAK JALAN-LAHIR
Pada kala pengeluaran (kala II) ikut membentuk jalan lahir segmen
bawah uterus, serviks uteri dan vagina. Pada akhir kehamilan ± 38 minggu
serviks lebih pendek daripada waktu kehamilan 16 minggu. Seperti telah
dikemukakan, ismus uteri pada kehamilan 16 minggu menjadi bagian
uterus tempat janin berkembang. Umumnya serviks disebut menjadi
matang bla teraba sebagai bibir dan ini terjadi pada kehamilan 34 minggu.
19
Pada primigravida hal ini ditemukan bila hampir aterm. Kanalis servikalis
sendiri terbuka untuk satu jari.
20
21
22
2.6 Patofisiologi Robekan Jalan Lahir
a. Robekan perineum
Robekan perineum umumnya terjadi pada semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.robekan
ini dapat di hindarkan atau dikurangi dengan menjaga jngan sampai
dasar panggul di lalui oleh kepala janin dengan cepat ,sebaliknya
kepala janin yang akan lahir jngan di tahan terlampau kuat dan
lama.karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalam
tengkorok janin,dan melemahkan otot otot dan fasia pada dasar
panggul karna di regngkan terlalu lama.robekan perineum umumnya
terjadi di garis tengah dan biasanya menjadi luas apabila kepala
janini lahir terlalu cepat sudut arkus pubis lebih kecil dripada biasa
sehingga kepala janin terpaksa lahir ke belakang daripda
biasa.kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran
yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika
atau anak di lahirkan dengan pembedahan vaginial.
b. Robekan serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga
serviks seseorang multipara berbeda dari pada yang belum pernah
melahirkan per vaginam.
Robekan serviks yang luas mengakibatkan perdarahan dan dapat
menjalar ke segmen bawah uterus apabila terjadi perdarahan yang
tidak berhenti meskipn plasenta sudah lahir lengkap dan uterus
berkontraksi dengan baik perluh di pikirkan perlukaan jalan lahir
khususnya robekan serviks.
c. Rupture uteri traumatic
Rupture uteri spontan : terjadi spontan dan sebagian besar pada
persalinan terjadi gangguan mekanisme persalinan sehingga
menimbulkan ketegangan segmen bawah lahir yang berlebihan.
23
Rupture uteri pada bekas luka uterus : terjadinya spontan atau bekas
seksio sesaria dan bekas operasi pada uterus.
24
2.7 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari rupture uteri dapat terjadi secara dramatis dan
tenang
Secara dramatis :
a. Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat
memuncak
b. Penghentian kontrasi uterus di sertai hilangnya rasa nyeri
c. Perdarahan vagina
d. Terdapat tanda dan gejala syok (denyut nadi meningkat,tekanan darah
menurun,nafas pendek )
e. Bagian presentasi dapat di gerakkan di atas rongga panggul
f. Bagian janin lebih mudah di palpasi
g. Janin dapat terelokasi secara dramatis dalam abdomen ibu
h. Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun tidak ada
gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih terdengar
i. Lingkar uterus dan kepadatanyadapat di rasakan di samping janin (janin
seperti berada di luar uterus )
Secara tenang :
25
d. Kontraksi uterus hipotonik
e. Perkembangan persalinan menurun
f. Perasaan ingin pingsan
g. Hematuri
h. Perdarahan vagina
i. Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau
kontaksi mungkin tidak di rasakan
2.8 Penatalaksanaan
Selain itu juga ada beberapa penatalaksanaan untuk rupture perineum dan
robekan dinding vagina
a. Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral karna serviks yang
terjulur akan mengalami robekan pada posisi spina isiadika akan
tertekan oleh kepala janin
b. Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap,tetapi perdarahan
banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan dari
portio
c. Jepitkan klem ovarium pada kedua sisi portio yang robek sehingga
perdarahan dapat segera di hentikan
d. Setelah tindakan ,periksa tanda vital pasien,kontaksi uterus,tinggi
pundus uteri dan perdarahan pascatindakan
26
e. Beri terdapat defisit cairan ,lakukan restorasi dan bila kadar hb <8
berikan tranfusi darah.
a. Latihan kegel (seperti menahan pipis ) agar liang vagina lebih lunak dan
luntur
b. Jongkok agar paha panggul serta bagian keperempuan lebih terlatih
c. Usahakan agar bayi anda tidak terlalu besar max 3,5 kg
d. Sabar dan tidak berburu buru pada saat persalinan biarkan kepala janini
turun santai,pastikan tidak menimbulkan robekan vagina
e. Latihan mengejan yang baik dan tidak berburu buru
f. Pada saat persalinan jngan mengamgkat pantat ke kiri dan kanan
pastikan pantat tetap pada tempat tidur
g. Pada saat persalinan jika penolong kuat menahan perineum maka
kemungkinan besar robekan jalan lahir tidak terjadi.
27
Asuhan keperawatan perdarahan pasca persalinan
1. Pengkajian
a. Identitas : sering terjadi pada ibu usia di bawah 20 tahun dan di atas
35 tahun.
b. Keluhan utama : perdarahan dari jalan lahir,badan
lemah,limbung,keluar keringat dingin,kesulitan
nafas,pusing,pandangan berkunang –kunang.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan: riwayat hipertensi dalam
kehamilan,preeklamsia /ekslamsia,bayi besar,persalinan dengan
tindakan,robekan jalan lahir,partus precipitalis,induksi
persalinan,manipulasi kala II dan III
d. Riwayat kesehatan: kelainan darah dan hipertensi
e. Pengkajian fisik:
Tanda tanda vital
Tekanan darah:normal (110/70 – 120/80 )
Nadi : 60-100
Pernafasan : Normal (16 – 24 x/menit )
Suhu : Normal (36 – 37,5 )
28
f. Analisa Data
anemia akut
hb,o2 menurun
daya tahan
tubuh menurun
kuman mudah
masuk
resiko infeksi
29
2. Diagnosa keperawatan
Nyeri
Resiko infeksi b/d peningkatan resiko terserang organisme patogenik
3. intervensi
N diagnose tujuan dan KH Intervensi
O keperawatan
1 Nyeri NOC NIC
definisi pain level pain manajement.
:pengalaman pain control kaji skala nyeri
sensori yang comfort level secara
tidak komprehensif
menyenangkan KH: termasuk
yang muncul mampu mengotrol lokasi,carakteristik,
akibat kerusakan nyeri durasi dan
jaringan tubuh melapokan nyeri frekuensi dan
yang actual dan berkurang dengan kualitasnya.
potensial . melakukan observasi reaksi
batasan manajemen nyer non verbal dari
karakteristik : mampu mengenali ketidaknyamanan.
perubahan nyeri bantu pasien dan
selera (skala,itensitas,frek keluarga untuk
makan uensi) mencarai dan
perubahan menyatakan rasa memnemukan
TD,nadi, nyaman setelah dukungan.
perubahan nyeri berkurang control ventilasi
frekuensi ruangan untuk
jantung kenyaman pasien
laporan pilih dan lakukan
isarat penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
30
interpersonal)
kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
di intervensi
ajarkan teknik non
farmakologi
kolaborasi dengan
dokter pemberian
obat.
31
untuk - Inspeksi kondisi
menghindari luka atau insisi
pathogen bedah
- Ajarkan cara
menghindari
infeksi
- Anjurkan pasien
istirahat yang
cukup
4. Implementasi keperawatan
Penanganan perdarahan pasca persalinan pada prinsipnya adalah
menghentikan perdarahan,mencegah syok,menghilangkan rasa nyeri dan
mengurangi resiko infeksi di karnakan perdarahan pasca persalinan maka
perawat akan melakukan tindakan yang sesuai apa yang sudah di
rencanakan di NIC NOC. Evaluasi keperawatan
Semua tindakan yang di lakukan di harapkan membuat hasil:
a. ttv dalam batas normal
b. kadar hb : 12- 16 gr%
c. gas darah dalam batas normal
d. klien tidak merasa nyeri
e. tidak adanya tanda tanda infeksi pasca persalinan
f. klien dapat mengungkapkan prasaan psikologis dan emosinya
g. klien dapat melakukan aktivitasnya sehari hari
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
34