Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KMB II

TYPHOID FEVER (DEMAM TIPOD)

Disusun oleh kelompok III


1. REZMA RAHAYU ARYANTI
2. RIMA MERLINA
3. SISKA WATI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepadakita semua, dan tak lupa salawat beriring salam kita hanturkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah pada mata kuliah Bahasa Indonesia ini tepatwaktu.
Makalah dengan judul “Typoid fever” ini kami susun untuk memenuhi nilai tugas
mata kuliah Keperawatan anak 1 yang diberikan oleh Ibu Kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada Ibu selaku dosen mata, terimakasih kepada anggota kelompok 11,
serta pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan kerendahan
hati, kami memohon maaf.
Semoga makalah inidapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Mataram,21 juni 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................. i


Daftar Isi........................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................
1.1 Latar belakang ............................................
1.2 Rumusan masalah .......................................
1.3 Tujuan ..........................................................
BAB II PEMBAHASAN ..............................................
2.1 Pengertian typoid fever ..............................
2.2 Etiologi .........................................................
2.3 Klasifikasi ....................................................
2.4Manifestasi Klinis ........................................
2.5 Patofisiologi .................................................
2.6 Pathway .......................................................
2.7 Pemeriksaan Penunjang ............................
2.8 Komplikasi ..................................................
2.9 Penatalaksanaan .........................................
2.10 Asuhan keperawatan ...............................
BAB III PENUTUP ......................................................
3.1 Kesimpulan ..................................................
3.2 Saran ............................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Typhoid fever atau thypus abdominalis merupakan infeksi akut yang terjadi
pada usus halus. Sinonim Dari typhus abdominalis adalah demam typhoid, thypoid
dan para thypoid dan enteric fever. Typhoid fever disebabkan oleh salmonella thypi,
salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B dan salmonella paratyphi C.
Penyakit typhus adalah penyakit yang mengancam hidup seseorang yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella Thypi. Di US sekitar 400 kasus terjadi setiap
tahun, dan 75% terjadi ketika sedang traveling keluar negeri. Penyakit typhus masih
muncul di negara berkembang, yang menjangkit hampir 21,5 juta orang setiap
tahun.
Bakteri Salmonella Thypi tinggal hanya di tubuh manusia. Orang dengan tipus
membawa bakteri pada aliran darah mereka dan jalur usus. Sejumlah orang yang
disebut sebagai pembawa, walau telah semmbuh akan berkelanjutan membawa terus
bakteri tersebut. Baik orang yang sakit atau pembawa bakteri S.Typhi akan
mengeluarkan bakteri itu melalui kotorannya. Setiap orang dapat terjangkit typhus
jika makan atau minum yang tersentuh oleh orang yang terkena bakteri S.Typhi atau
jika tempat pembuangan terkontaminasi dengan bakteri S.typhi, juga jika masuk
dalam air yang diminum atau air untuk mencuci makanan. Penyakit typhus masih
umum terjadi didunia dimana kebiasaan mencuci tangan belum umum dan air
terkontaminasi dengan tempat pembuangan. Sekai saja bakteri S.Typhi termakan
atau terminum, mereka akan berlipat ganda dan menyebr ke aliran dara. Tubuh akan
bereaksi dengan cara demam atau tanda/gejala lainnya.
Di daerah endemic typhoid, insiden tertinggi pada anak-anak. Orang dewasa
sering mengalami infeksi yang sembuh sendiri dan dapat menjadi kebal. Insiden 70-
80% pada usia 12-30 tahun, 10-20% pada usia 30-40 tahun, daan 5-10% pada usia
diatas 40 tahun, sedangkan insiden jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan
tidak ada perbedaan yang jelas.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa definisi dari Typhoid fever (Tifus Abdominalis)
2) Apa saja etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis dari Typhoid fever (Tifus
Abdominalis)
3) Bagaimana patofisiologi dan pathway dari Typhoid fever
4) Apa saja pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan dari Typhoid
fever
5) Bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit Typhoid fever
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui apa definisi dari Typhoid fever (Tifus Abdominalis)
2) Untuk mengetahui apa saja etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis dari Typhoid
fever (Tifus Abdominalis)
3) Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dan pathway dari Typhoid fever
4) Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan
penatalaksanaan dari Typhoid fever
5) Untuk mengetahu bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit Typhoid fever
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian

Typhoid fever adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang disebabkan oleh
salmonella typhi, salmonella paratyphi A, B, C, paratyfoid biasanya lebih ringan
dengan gambaran klinis sama (Junadi.P, 2001).

Typhoid fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu gangguan pencernaan
dan gangguan kesadaran (Sudoyo,2009).

Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi
dalam dunia kedokteran disebut Typhoid fever atau Thypus abdominalis karena
berhubungan dengan usus di dalam perut. (Widoyono,2002).

2.2 Etiologi

Penyakit tipes Typhoid fever (hypus abdominalis) merupakan penyakit yang


ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella
thyposa, (food and water borne disease). Seseorang yang sering menderita
penyakit tifus menandakan bahwa dia mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi bakteri ini. Salmonella thyposa sebagai satu spesies , termasuk
kedalam kingdom Bakteri, Phylum Proteobakteri, Classis Gamma Proteobakteri,
Ordo Enterobakteriales, Familia Enterobakteriakceae, Genus Salmonella.
Salmonella thyposa adalah bakteri gram negative yang bergerak dengan bulu getar,
tidak berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu: antigen 0
(somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen
VI (hyalin, protein membrane). Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin)
terdapat ketiga macsm antigen tersebut (Zulkhoni,2011).

2.3 Klasifikasi
Menurut WHO (2003), ada 3 macam klasifikasi demam Typhoid fever (tifoid
/tifus abdominalis/tyfoid fever) dengan perbedaan gejala klinis yaitu:
1) Demam tifoid akut non komplikasi
Demam tifoid akut dikarakteristikan dengan adanya demam berkepanjangan
abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa, dan diare pada
anak-anak), sakit kepala, malaise, dan anoksia. Bentuk brochitis biasa terjadi
pada fase awal penyakit selam periode demam, sampai 25% penyakit
menunjukkan adanya resespot pada dada, abdomen dan punggung.
2) Demam tifoid dengan komplikasi
Pada demam tifoid akut keadaan mungkin dapat berkembang menjaadi
komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan
kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari
melena, perforasi, susu dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
3) Keadaan karier
Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien.
Kerier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmonella typhi di feses.
2.4 Manifestasi Klinis
1) Tanda
a. Demam: khas; demam 3 minggu, sifat febris remitten dan suhu tidak
seberapa tinggi. Minggu I : suhu meninngkat setiap hari, menurun pada pagi
hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Minggu II : pasien terus
berada dalam kedaan demam. Minggu III : suhu tubuh berangsur turun dan
normal pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan saluran pencernaan : mulut; nafas berbau tidak sedap, bibir kering
dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih kotor (Coated Tongue), ujun
dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, anoreksia, mual dan perasaan
tidak enak diperut. Abdomen kembung (meteorismus), hepatomegali dan
splenomegali, kadang normal, dapat terjadi diare.
c. Gangguan kesadara : kesadaran menurun yaitu apatis sampai samnolen.
Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
d. Nyeri oot dan kepala.
e. Bintik merah pada kulit (roseola) akibat emboli basil dan kapiler kulit.
f. Epistaksis
2) Gejala
Prodormal : tidak enak badan, lesu, nyeri kepal, pusing, tidak bersemangat.

2.5 Patofisiologi
Salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai macam, yang dikenal dalam
5 F (makanan), Fingers (jaringan tangan/kuku), Formitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui feses. Yang pailing menonjol yaitu lewat mulut manusia yang baru
terinfeksi selanjutnya menuju lambung, sebagaian kuman akan dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi lolos masuk ke usus halus bagian distal (usus bisa
terjadi iritasi) dan meluarkan endotoksin sehingga menyebabkan darah mengandung
bkteri (bakterimia) primer, selanjutnya melalui aliran darah dan jaringan limpoid
plaque menuju limfa dan hati. Didalam jaringan limfoid ini kuman berkembang
biak, lalu masuk ke aliran darah sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong
pada mukosa usus. Tukak dapat menyebabkan pendarahan dab perforasi usus.
Pendarahan menimbulkan panas dan suhu tubuh dengan demikian akan meningkat.
Sehingga beresiko kkeurangan cairan tubuh. Jika kondisi tubuh dijaga tetap baik,
akan terbentuk zat kekebalan atau antibodi. Dalam keadaan seperti ini, kuman
typhus akan mati dan penderita berangsur-angsur sembuh (Zulkoni,2011)
2.6 Pathway
Makanan yang terinfeksi bakteri salmonella typhosa

Masuk melalui mulut

Menuju kesaluran pencernaan

Mati dimusnahkan Lambung


asam lambung

Diserap oleh usus


halus
Bakteri memasuki aliran darah
sistemik

Limpa

Splenomegali

Kelenjar limfoid Lambung tertekan Endotoksin


usus halus
Mual

Tukak Anoreksia Hipertermi

Pendarahan dan
perforasi

Resiko devisit
Perubahan nutrisi
volume
cairan
( Zulkoni,2011 )

Nyeri raba
2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah tepi: dapat ditemukan leukopenia, limfositosis relatif,


aneosinofilia, trombositopenia, anemia.
2) Pemeriksaan urine: didapatkan ptoteinuria ringan (<2 gr/liter) juga didapatkan
peningkatan lekosit pada urine.
3) Biakan empedu: basil salmonela thypii ditemukan dalam darah penderita
biasanya dalam minggu pertama sakit.
4) Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan thypoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita thypoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari dalam
tubuh kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan
H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar
klien mendapat typhoid).
5) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam thypoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal sembuhnya thypoid.
6) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi
akibat demam tifoid.
2.8 Komplikasi

Dibawah ini adalah komplikasi yang dapat terjadi yaitu:

1) Pada usus halus


a. Perdarahan usus : diketahui dengan pemeriksaan tinja dengan
bendizidin. Dapat terjadi melena, disertai nyeri perut dengan tanda
renjatan.
b. Perforasi usus : biasa terjadi pada minggu III bagian distal illeum.
Perforasi yang tidak disertaiperitonitis terjadi bila ada udara di
rongga peritonium dengan tanda pekak hati menghilang, terdapat
udara dihati dan diafragma pada foto RO abdomen posisi tegak.
c. Peritonitis : gejala akut abdomen yang ditemui nyeri perut hebat,
dinding abdomen tegang (defence muscular), dan nyeri tekan.
2) Luar usus halus
Terdapat lokalisasi paeradangan akibat sepsis (bakterinemia) seperti
meningitis, kolesistisis, ensefalopati dll. Infeksi sekunder :
bronkopneumonia. Masukan nutrisi berkurang : dehidrasi dan asidosis, dan
perspirasi : suhu tubuh tinggi.
2.9 Penatalaksanaan
1) Medik
a. Isolasi pasien, disinfeksi pakaian dan ekskreta
b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah anoreksia dll
c. Istirahat selama demam s/d minggu (7-14 hari) mencegah pendarahan usus,
setelah suhu normal kembali (bed rest total) boleh dudu, bila tidak panas
boleh berdiri dan berjalan diruangan
d. Diit: TKTP (Tinggi kalori tinggi protein), tidak mengandung banyak serat,
tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas, Susu 2x satu gelas. Diit
typhoid akut: ‘’bubur saring’’, setelah demam turun di beri bubur kasar 2
hari, kemudian nasi tim dan (nasi basi – setelah bebas dari demam 7 hari).
Untuk menderita dengan kesadaran menurun : makanan cair lewat NGT, bila
kesadaran baik diberikan makanan lunan
e. Terapi obat pilihan:
1) Kloramfenikol dosis tinggi yaitu 100 mg/kg BB/hari oral atau IM/IV bila
dianjurkan
2) Tiamfenikol
3) Kotrimoxazol
4) Amoxillin dan Ampixillin
2) Keperawatan
Masalah keperawatan yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kebutuhan nutrisi/cairan dan elektrolit
1) Kesadaran baik: makanan lunak dengan lauk pauk dicincang (hati,
daging), sayuran, labu siam/wortel dimasak lunak sekali, tahu, telur
setengah matang/ matang. Susu 2x1 gelas/lebih
2) Kesadaran menurun: makanan cairan per sonde, kalori disesuaikan
kebutuhan. Diberikan setipa 3 jam termasuk estra sari buah, bubur
kacang hijau dihaluskan
3) Pasien payah (delirium): infus dengan cairan glukosa dan NaCl
b. Gangguan suhu badan
Penyebab demam infeksi basil salmonella Typhosa. Panas bisa sampai 3
minggu menyebabkan kondisi melemah dan mengakibatkan kekurangan
cairan karena pespirasi. Pasien menjadi gelisah, selaput lendir mulut dan
bibir kering dan pecah-pecah. Untuk menurunkan suhu dengan terapi obat,
istirahat mutlak (bed rest), mobilitas bertahap dan pengaturan ruangan yang
cukup ventilasi.
c. Gangguan rasa aman dan nyaman
a. Pasien dengan bibir kering lidah kotor: perawatan mulut 2x sehari,
oleskan krim dan sering minum
b. Pasien apatis: lebih diperhatikan dan diajak berkomunikasi
c. Pasiem dengan sonde: perawatan mulut dan diberikan minum agar
selaput lendir dan tenggorokan tidak kering
d. Resiko terjadinya komplikasi
a. Pengaturan jadwal pemberian terapi obat
b. Latihan ambulasi setelah bed rest: duduk ditempat tidur, berjalan
mengeliling tempat tidur.
2.10 Pengkajian
1) Identitas
Di dalam identitas meliputi nama,umur,jenis kelamin,alamat,pendidikan
no registrasi,status perkawinan,agama,pekerjaan,tinggi badan,berat badan,
2) Keluhan Utama
Pada pasien thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan
kembung,nafsu makan menurun,panas dan demam.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengapa pasien masuk rumah sakit dan ap keluhan utama pasien,sehingga
dapat di tegkkan prioritas masalah kepererawatan yang dapat muncul.
4) Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Apakah sudah pernah sakit dan di rawat dengan penyakit yang sama
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam keluarga pasien ada yang sakit sepert ini
6) Riwayat Psikososial
Intrapersonal: perasaan yang di rasakan klien (cemas atau sedih)
Interpersonal : hubungan dengan oramg lain
7) Pola Fungsi Kesehatan
Kaji tanda dan gejala meningkatnya suhu tubuh terutama malam hari,nyeri
kepala,lidah kotor,epistaksis dan penurunan kesadaran.pola nutrisi dan
metabolime : biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadinya
gangguan pada usus halus.
8) Pola Istirahat dan Tidur
Selama sakit pasien mersakan tidak dapat istirahat Karen skit pada
perutnya,mual,muntah,dan kadang diare.
Pemeriksaan fisik
 kesadaran dan keadaan umum pasien
kaji kesadaran pasien dari sadar – tidak sadar- mengetahui berat
ringannya prognosis penyakit
 kaji TTV dan pemeriksaan fisik kepala - kaki
9) pola – pola fungsi kesehatan
a) pola nutrisi dan metabolism
adanya mual muntah ,penurunan nafsu makan selama sakit,lidah,lidah
kotor,dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mengurangi status
nutrisi berubah
b) pola aktifitas dan latihan
pasien akan terganggu aktivitannya akibat adanya kelemahan fisik serta
pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya
c) pola tidur dan aktivitas
kebiassan tidur pasien akan terganggu di karnakan suhu badan yang
meningkat,sehingga pasien merasa gelisah saat tidur.
d) pola eliminasi
kebiaaan dalam BAk akan terjadi retensi bila dehidrasi karna panas yang
meninggi kosumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
e) pola reproduksi dan seksual
pola seksual pada pasien yang sudah menikah dan yang belum menikah
akan sangat berbeda
f) pola pengetahuan
bagaimana cara pasien persepsi statuskesehtan saat ini dan sampai
sejauh mana pasien memahani penyakit dan perawatannya
g) pola konsep diri
ada gangguan konsep diri
h) polaa penanggulangan steres
kaji apa yang di lakukan oleh pasien dalam mengadapi steresor
i) pola kepercayaan
adakh gangguan dalam pelaksanaan ibadahsehari hari.
10) Pemeriksaan fisik
a) keadan umum
biasanya pada pasien typoid mengalami badan lemah,panas,pucat,mual,perut
tidak enak,axoreksia.
b) kepala dan leher
konjuktiva anemia,mata mowong,muka pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi
dan tengah merah.
c) dada dan abdomen
di daerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
d) sistem integument
turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
e) sistem eliminasi
pada pasien typhoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih
pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal).

2.11 Analisa Data


No symtom Etiologi Problem
1. Ds: Makanan yang Hipertermi
pasien mengatakan mengatakan terinfeksi baktri
badannya panas, nyeri kepala, pusing, salmonella typoid
nyeri otot
Do:
Pasien terlihat pucat,lesu,bibir kering. Masuk melalui mulut

Dengan TTV
RR: 30 Menuju saluran
Suhu : 38,-40 celcius pencernaan
Nadi : 100 ( takikardi )
Td : 130-150
Langsung ke lambung
Di serap oleh usus

Masuki aliran darah


sistemik

Endotoksin

2. DS: Makanan terinfeksi Kekurangan


- klien mengeluh mual dan bakteri nutrisi
muntah.
- Klien mengeluh tidak nafsu Bakteri langsung ke
lambung dan diserap
makan.
oleh usus
DO:
- Terjadi fluktuasi berat badan.
Bakteri memasuki
- Klien tampak lemah. aliran darah sistemik
- Lidah tampak kotor

Limpa

Spelenomegali

Lambung tertekan

Mual muntah

2.12 Diagnosa Keperawatan


1) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Thyposa.
2) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurung dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake kurang akibat mual muntah.

2.13 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan&Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Hipertermi NOC: NIC:
berhubungan 1. Suhu tubuh 1. Monitor suhu sesering
dengan proses dalam rentang mungkin
infeksi Salmonella normal 2. Monitor warna dan suhu kulit
Thyposa 2. Nadi dan RR 3. Monitor tekanan darah, nadai
dalam rentang dan RR
normal 4. Monitor tingkat kesadaran
3. Tidak ada 5. Monitar intake dan output
perubahan 6. Kolaborasi pemberian anti
warna kulit pirantik.
dan tidak ada 7. Beri pengobatan untuk
pusing merasa mengatasi penyebab demam
nyaman. 8. Kompres pasien pada lipat
paha dan axila
9. Tingkatkan sirkulasi udara
10. Kolaborasikan dengan dokter
mengenai pemberian cairan
2 Resiko NOC: NIC:
ketidakseimbangan 1. Adanya 1. Kaji kemampuan pasien untuk
nutrisi kurung dari peningkatan mendapatkan nutrisi yang
kebutuhan tubuh berat badan dibutuhkan.
berhubungan sesuai dengan 2. Monitor jumlah nutrisi dan
dengan intake tujuan. kandungan kalori.
kurang akibat mual 2. Mampu 3. Berikan informasi tentang
muntah mengidentifika kebutuhan nutrisi.
si kebutuhan 4. Berikan substansi gula.
nutrisi 5. Anjurkan pasien untuk
3. Tidak ada meningkatkan protein dan
tanda-tanda vitamin C.
nutrisi berat 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
badan ideal untuk menetukan jumalah
4. Berat badan kalori dan nutrisi yang
ideal sesuai dibutuhkan pasien.
dengan tinggi
badan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari makalah di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian penyakit Typhus


adalah penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun orang
dewasa. Tetapi demam tifoid lebih sering menyerang anak. Walaupun gejala yang
dialami anak lebih ringan daripada orang dewasa. Menurut Darmowandowo,
selama terjadi infeksi bakteri S. typhi bermultiplikasi dalam sel fagositik
mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah
(Anonim_b,2007).

Penyakit Typhoid fever atau demam thypod merupakan problem atau masalah
yang serius bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti
halnya Indonesia yang memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi
salah satuhnya Typhoid fever yang di temukan sepanjang tahun. Typhus
abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi.

3.2 Saran

Melalui makalah ini kami selaku penyusun makalah ini berharap agar pembaca
senantiasa memperdulikan akan kesehatannya sendiri, lingkungan dan sekitarnya
agar terhindar dari penyakit menular khususnya penyakit Typhus dengan
melakukan pencegahan sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan Deden.2010.Keperwatan Medikal Bedah (Sistem


Pencernaan).Yogyakarta:Gosyen Publishing

Haryono Rudi.2012.Keperwatan Medikal Bedah Sistem


Pencernaan.Yogyakarta:Gosyen Publishing

Riyadi Sujono.2014.Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Irianto, Koes. 2014.Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular


Panduan Klinis .Bandung:Alfabeta

Nurarif Amin Huda.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis


Medis dan Nanda Nic-Noc Ed.1-3.Yogyakarta:Mediaction

Anda mungkin juga menyukai