Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN DEMAM TYPOID

Mata Kuliah Keperawatan Anak Program Profesi Ners


Tanggal Praktik 28 Desember 2021 Tahun Akademik 2021-2022

KELOMPOK 1
Ainun Nisah (421J0021)
Ajeng Ayu Fujianingsih (421J0023)
Anis (421J0018)
Dian Khusufi W (421J0028)
Widya Dwi J (421J0030)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
CIREBON
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN DEMAM TYPOID

Laporan Mata Kuliah Keperawatan Anak Program Studi Profesi Ners


Telah disetujui oleh Tim Preseptor Pada Tanggal …………..
Tahun Akademik 2021-2022

Disusun Oleh :
AINUN NISAH
NPM.21J0021

Menyetujui,

Preseptor Akademik

Ns. Dwiyanti Purbasari M.Kep

Preseptor Klinik

Dewi Lestari, S.Kep., Ners


LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam Thypoid merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus
yang disebabkan oleh Salmonella thypi. Penyakit ini dapat ditularkan melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii. Demam Thypoid
dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang terutama terletak di daerah tropis
dan subtropics dengan angka kejadian masih sangat tinggi yaitu 500 per 100.000 (Lolon,
2018).
Penyakit menular tropis masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di
negara yang beriklim tropis. Salah satu penyakit menular tropis tersebut adalah Demam
Thypoid, yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam Thypoid banyak ditemukan
dalam kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat
erat kaitannya dengan sanitasi lingkungan yang kurang, hygiene pribadi serta perilaku
masyarakat (Mutiarasari dan Handayani, 2017).
Demam Thypoid di negara maju terjadi mencapai 5.700 kasus setiap tahunnya,
sedangkan di negara berkembang Demam Thypoid mempengaruhi sekitar 21,5 juta
orang per tahun. Secara global diperkirakan setiap tahunnya terjadi sekitar 21 juta kasus
dan 222.000 menyebabkan kematian. Demam Thypoid menjadi penyebab utama
terjadinya mortalitas dan morbiditas di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Di daerah urban di beberapa negara Asia pada anakusia 5–15 tahun
menunjukkan bahwa insidensi dengan biakan darah positif mencapai 180–194 per
100.000 anak, diAsia Selatan pada usia 5–15 tahun sebesar 400–500 per 100.000
penduduk, di Asia Tenggara 100–200 per 100.000 penduduk, dan di Asia Timur Laut
kurang dari 100 kasus per 100.000 penduduk (WHO, 2016 dalamBatubuaya, 2017).
Angka kejadian kasus Demam Thypoid di Indonesia diperkirakan ratarata 900.000
kasus pertahun dengan lebih dari 20.000 kematian. Berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2011 jumlah kejadian Demam Thypoid dan para Thypoid di Rumah
Sakit adalah 80.850 kasus pada penderita rawat inap dan 1.013 diantaranya meninggal
dunia. Sedangkan pada tahun 2012 penderita Demam Thypoid dan Para Thypoid
sejumlah 41.081 kasus pada penderita rawat inap dan jumlah pasien meninggal dunia
sebanyak 276 jiwa (Rois Kurnia Saputra, 2017).
Profil kesehatan Indonesia tahun 2013 menunjukkangambaran 10 penyakit
terbanyak pada pasienrawatinap di RS, prevalensi Demam Thypoid sebesar 5,13%.
Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit dengan case fatality rate tertinggi sebesar
0,67%. Berdasarkan data yang diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
berdasarkan sistem surveilans terpadu beberapa penyakit terpilih pada tahun 2013
penderita demam typhoid ada 44.422 penderita, termasuk urutan ketiga dibawah diare,
dan DBD, sedangkan pada tahun 2015 jumlah penderita demam typhoid 3 meningkat
menjadi 46,142 penderita. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian demam typhoid di Jawa
Barat termasuk tinggi (Depkes RI, 2016).
Kejadian demam typoid di kota cirebon
1.2 Tujuan Umum & Khusus
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dibuatnya laporan ini agar mahasiswa mampu menerapkan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Demam Typoid di RS Sumber Kasih
Cirebon.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan demam typoid di RS
Sumber Kasih Cirebon.
1.2.2.2 Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada anak dengan demam
typoid di RS Sumber Kasih Cirebon.
1.2.2.3 Mampu merumuskan rencana asuhan keperawatan pada anak dengan
demam typoid di RS Sumber Kasih Cirebon.
1.2.2.4 Mampu melakukan tindakan keperawatan pada anak dengan demam typoid
di RS Sumber Kasih Cirebon.
1.2.2.5 Mampu merumuskan evaluasi pada anak dengan demam typoid di RS
Sumber Kasih Cirebon.
1.3 Manfaat
Laporan ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan masukan dalam
kegiatan proses belajar mengajar dalam bidang keperawatan khususnya mengenai
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Typoi
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep teori
2.1 Definisi
Demam typhoid atau Typhusabdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluranpencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
satuminggu, gangguan pada pencernaan dan juga gangguan kesadaran (Price A. Sylvia
& Lorraine M. Wilson,2015).
Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonellaThypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi olehfeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella ( Bruner
and Sudart, 2014 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usushalus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypiA,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah
Typhoid dan juga paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).
Demam typhoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh salmonellathypi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,
ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia /endokardial dan juga
invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa,
kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan juga dapat menular pada orang lain melalui
makanan /air yang terkontaminasi (Nurarif & Kusuma, 2015).

2.2 Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri
salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar,
tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri
atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum
penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman
tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 derajat celsius
(optimum 37 derajat celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah
lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang
terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya. (Lestari Titik, 2016).

2.3 Patogenesis
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella
Parathypi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif tidak
membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut
getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam
air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 60 derajat
celcius) selama 15 menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi. Genus Salmonella
terdiri dari dua species, yaitu Salmonella entericadan Salmonella bongori (disebut juga
subspecies V). Salmonella enterica dibagi ke dalam enam jenis subspecies yang
dibedakan berdasarkan komposisi karbohidrat, flagell, dan/serta struktur
lipopolisakarida. subspecies dari salmonella enterica antara lain subsp. Enterica, subsp
salamae, subsp arizonae, subsp diarizonae, subsp houtenae, subsp indica.
Penularan demam tifoid dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu dikenal dengan
5 F yaitu (food, finger, fomitus, fly, feses). Feses dan muntahan dari penderita demam
tifoid dapat menularkan bakteri salmonella typhi kepada orang lain. Kuman tersebut
ditularkan melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi dan melalui
perantara lalat, di mana lalat tersebut akan hinggap di makanan yang akan dikonsumsi
oleh orang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya
seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar oleh bakteri salmonella typhi masuk
ke tubuh orang yang sehat melalui mulut selanjutnya orang sehat tersebut akan menjadi
sakit. Salmonella typhi dan salmonella paratyphi masuk ke dalam tubuh manusia melalui
makanan yang telah terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak. Bila respon imun
kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya
ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel
fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak didalam
makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque peyeri ileum distal dan kemudian ke
kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus, kuman yang
terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan
bakterimia pertama yang asimtomatik) dan menyebar keseluruh organ retikuloendotelial
tubuh terutama hati dan limpa. Manifestasi klinis demam tifoid pada anak tidak khas dan
sangat bervariasi, tetapi biasanya didapatkan trias tifoid, yaitu demam lebih dari 5 hari,
gangguan pada saluran cerna dan dapat disertai atau tanpa adanya gangguan kesadaran,
serta bradikardia relatif. Umumnya perjalanan penyakit ini berlangsung dalam jangka
waktu pendek dan jarang menetap lebih dari 2 minggu. Manifestasi klinis dari demam
tifoid bervariasi dari gejala ringan seperti demam, malaise, batuk kering serta rasa tidak
nyaman ringan di perut. Faktor tersebut antara lain durasi penyakit sebelum dimulainya
terapi yang tepat, pemilihan antimikroba, usia, paparan atau riwayat vaksinasi, virulensi
strain bakteri, jumlah inokulum tertelan, faktor host (misalnya jenis HLA, AIDS atau
imunosupresi lainnya) dan apakah individu mengkonsumsi obat lain seperti H2 blocker
atau antasida untuk mengurangi asam lambung (Wahyudi, 2019).

2.4 Patofisiologi
Bakteri Salmonellatyphi bersama makanan atau minuman masukkedalam tubuh
melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengansuasana asam (pH<2) banyak bakteri
yang mati. Keadaan-keadaan sepertiaklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan
antagonis reseptor histaminH2, inhibitor pompaproton /antasida dalam jumlah besar,
akanmengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usushalus. Di
usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan jugakemudian menginvasi mukosa
dan menembus dinding usus, tepatnya diileum dan jejunum. Sel-selM, selepitel khusus
yang melapisi Peyer’spatch, merupakan tempat internalisasi Salmonellatyphi. Bakteri
mencapaifolikel limfe usus halus, mengikuti aliran kekelenjar limfe mesenterikabahkan
ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai kejaringan RES diorgan hati dan limpa.
Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalamsel fagosit mononuklear didalam
folikel limfe, kelenjarlimfe mesenterika,hati dan limfe (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo,
dkk. 2012. Buku AjarInfeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanyaditentukan
oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamumaka Salmonella yphi akan
keluar dari habitatnya dan melalui duktustorasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Dengan cara ini organismedapat mencapai organ manapun, akantetapi tempat yang
disukai oehSalmonellatyphi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang,
kandungempedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedudapat
terjadi baik secara langsung dari darah/ penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi
organisme diempedu dapat menginvasi ulang dindingusus /dikeluarkan melalui tinja.
Peran endotoksin dalam patogenesisdemam tifoid tidakjelas, hal tersebut terbukti dengan
tidak terdeteksinyaendotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan
limulus.Diduga endotoksin dari Salmonellatyphi menstimulasi makrofag di dalamhati,
limpa, folikel limfoma usus halus dan juga kelenjar limfemesenterika untuk
memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk darimakrofag inilah yang dapat
menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskularyang tidak stabil, demam, depresi sumsum
tulang belakang, kelainanpada darah dan jugamenstimulasi sistem imunologik
(Soedarmo,Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis.Jakarta:
IDAI).

2.5 Pathway

2.6 Manifestasi klinis


1). Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14hari
2). Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3). Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor, dan koma
4). Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari
5). Nyeri kepala, nyeriperut
6). Kembung, mualmuntah, diare, konstipasi
7). Pusing, bradikardi, nyeriotot
8). Batuk
9). Lidah yang berselaput
10). Hepatomegali, splenomegali,meteorismus
11). Gangguan mental berupa somnolen
12). Delirium / psikosis
13). Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit
demam akut dengan disertai syok dan hipotermi
(Nurarif & Kusuma, 2015)

2.7 Pemeriksaan penunjang


1). Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukositnormal.
Leukositosis dapatterjadi walaupun tanpa disertai infeksisekunder
2). Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelahsembuh.Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukanpenanganan
khusus
3). Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakterisalmonella
typhi. Ujiwidal dimaksudkan untuk menentukan adanyaagglutinin dalam
serumpenderita demam tifoid. Akibat adanya infeksioleh salmonella typhi maka
penderitamembuatantibody (agglutinin)
4). Kultur
a. Kulturdarah : bisa positif pada minggu pertama
b. Kultururine : bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kulturfeses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5). Anti salmonella typhi igMPemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini
infeksi akutsalmonella typhi, karena antibodyigM muncul pada hari ke3 dan
4terjadinya demam.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
2.8 Komplikasi
1). Pendarahan usus.
Bila sedikit,hanya ditemukan jika dilakukanpemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika
perdarahan banyak, makaterjadi melena yang dapat disertai nyeriperut dengan
tanda-tandarenjatan.
2). Perforasi usus.
Timbul biasanya pada minggu ketiga /setelahnya danterjadi pada bagian distal
ileum.
3). Peritonitis.
Biasanya menyertai perforasi,tetapi dapat terjadi tanpaperforasi usus. Ditemukan
gejala abdomenakut, yaitu nyeri perut hebat,dinding abdomen tegang, dan nyeri
tekan
4). Komplikasi diluar usus.
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibatsepsis, yaitu meningitis,kolesistisis,
ensefalopati, danlain-lain
(Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013)

2.9 Penatalaksanaan
Menurut Widodo (2016), penatalaksanaan pada pasien demam tifoid meliputi:
1. Medis
a. Antibiotic (membunuhkuman):
1). Klorampenicol
2). Amoxilin
3). Kotrimoxasol
4). Ceftriaxon
5). Cefixim
b. Antipiretik (menurunkan panas)
1). Paracetamol
2. Keperawatan
a. Observasi kesehatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam kurang lebih 14
hari .hal ini untuk mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien
d. Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah pada
waktu–waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan dekubits
e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadangkadang terjadi
konstipasi dan diare
f. Diet
1). Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein
2). Pada penderita yang akut dapat diberi bubur sarig
3). Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
4). Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari
g. Pola hidup bersih dan sehat
1). Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
2). Menjaga kebersihan lingkungan rumah

2.9 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Demam Typhoid


2.9.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama di dalam memberikan
asuhan keperawatan. Perawat harus mengumpulkan data tentang status kesehatan
pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.
Pengumpulan data ini juga harus dapat menggambarkan status kesehatan klien
dan kekuatan masalah-masalah yang dialami oleh klien. (Hutahaean Serri, 2013).
Menurut sodikin 2012 pengkajian pada anak demam typhoid antara lain :
1. Identifikasi, sering ditemukan pada anak berumur diatas satu tahun.
2. Keluhan utama berupa perasaan yang tidak enak badan, lesu, nyeri kapala,
pusing dan kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama
masa inkubasi). Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3
minggu, bersifat febris remiten, dan suhu tubuhnya tidak tinggi sekali.
Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur baik setiap harinya
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam
hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Saat
minggu ke tiga, suhu beragsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ke tiga. Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berada dalam
kedaaan yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi stupor, koma, atau
gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala
lainnya. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epitaksis pada anak
besar.
3. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dapat melihat kebersihan kulit kepala, distribusi rambut merata
dan warna rambut.
2) Wajah dapat melihat ke semetrisan kiri dan kanan.
3) Mata terlihat sklera putih, konjuntiva merah muda, dan reflek pupil
mengecil ketika terkena sinar.
4) Mulut terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering, dan
pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, sementara
ujung dan tepinya berwarna kemerahan dan jarang disertai tremor.
5) Leher tidak adanya distensi vena jugularis.
6) Abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi
konstipasi, atau mungkin diare atau normal.
7) Hati dan limfe membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.
8) Ektermitas, pergerakan baik antara kiri dan kanan.
9) Integumen, akral teraba hangat dan terdapat pada punggung dan anggota
gerak dapat ditemukan reseola (bintik-bintik kemerahan karena emboli
basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama
demam).
4. Pemeriksaan laboratorium
1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis
relatif dan aneosinofillia pada permukaan yang sakit.
2) Darah untuk kultur (biakan darah, empedu) dan widal.
3) Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah
pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan
dalam urine dan feses.
4) Pemeriksaan widal untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang
diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O yang bernilai 1/200
atau lebih

2.9.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif
yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang
data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medis, dan pemberi pelayanan
kesehatan yang lain. (Hutahaean Serri, 2013)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal Masuk RS :18 Januari 2022


No.Register :8141836
Tanggal Pengkajian :19 Januari 2022
DiagnosaMedis :Demam Typoid
Ruangan :Sanur

3.1 Pengkajian Data


Identitas Klien
NamaKlien : An. R
Tempat Tanggal Lahir : Cirebon,
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan :SD
Alamat : Wahidin, Cirebon.

Namaorangtua
Ayah
Nama :Tn. S
Pekerjaan :Kulibangunan
Pendidikan : SD

Ibu
Nama : Ny. M
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Alamat : Wahidin, Cirebon.
Keluhan Utama
Demam sudah 6 hari, tidak mau makan.
Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang (berdasarkanPQRST)
Ibu pasien mengatakan demam sudah 6 hari, suhu paling tinggi 38,8°C, mual (+),
batuk (-), riwayat kejang (-). Sudah berobat ke puskesmas tetapi tidak ada
perubahan.

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


- Kondisi dan faktor-faktor penyebab munculnya keluhan utama :
Sering jajan diwarung dan sering minum es yang berasa, jarang meminum air
putih.
- Penyakit yang dialami waktu kecil : Radang paru-paru
- Apakah pernah dirawat di rumah sakit?
Pernah dirawat saat umur 3 tahun karena terkena bakteri
- Apakah pernah mengalami keluhan yang sama dengan saat ini? Tidak pernah
- Apakah pernah mengalami tindakan pembedahan/operasi?
Tidak pernah
- Apakah pernah mengalami kecelakaan/trauma?
Tidak pernah
- Apakah pernah mengalami alergi?
Tidak memiliki alergi
- Apakah pernah mendapatkan pengobatan/terapi dalam waktu > 1 bulan?
Tidak pernah mendapatkan terapi

3. Riwayat KesehatanKeluarga
- Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit
berat?
Tidak ada

- Genogram

Keterangan :

Perempuan

Laki-laki

Klien

4. Riwayat Kehamilan danPersalinan


Riwayat kehamilan dan persalinan : G3P2 A1
Prenatal
- Apakah ibu rutin melakukan Prenatal care/pemeriksaan kehamilan?
Ibu mengatakan rutin melakukan pemeriksaan setiap bulannya dari anak pertama
hingga anak terakhir
- Apakah ada masalah dalam masa kehamilan?
Tidak ada masalah
Intranatal
Lahir kehamilan : 40 minggu, ditolongoleh bidan di Gunung Jati
Anak ke :2
Berat badanwaktulahir :2,9 gr.BBsekarang 21 kg
Tinggi badanwaktulahir : 49 cm.TBsekarang - cm
Jenis persalinan : Normal
Tempat bersalin : Gunung Jati
Apakah masalah waktu persalinan : posisi sungsang

Postnatal
APGAR skore : tidak terkaji
Pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama : tidak terkaji
Bagaimana kekuatan tangisan bayi : tangis bayi kuat saat lahir
Obat-obatan yang diperoleh bayi setelah lahir : tidak terkaji
Apakah bayi mendapatkan ASI eksklusif : tidak
Apakah bayi mendapatkan imunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio,
campak,hepatitis) : imunisasi lengkap

5. Riwayat Psikososial, Spiritual danBudaya


1) Yangmengasuh : ibu mengatakan mengasuh semua anaknya sendiri
2) Hubungan denganorang tua baik
3) Hubungandengansibling baik
4) Hubungan dengantemansebaya baik
5) Pembawaan anaksecara umum saat dilakukan pengkajian keadaan anak lemas
6) Respon anakterhadapsakit
7) Respon anak terhadap petugas kesehatan
8) Respon anakterhadapperpisahan
9) Respon keluarga terhadap anak yang sakit
10) Keluhanlain
11) Keyakinanterhadapagama
12) Keyakinanterhadappenyakit
13) Keyakinanterhadapkesembuhan
14) Nilai budayayangdianut
15) Lingkunganrumah
16) System socialyangmendukun
6. Pola KesehatanFungsional
No Pola Kebiasaan (ADL) Sebelum Sakit Sesudah
Sakit
1 Nutrisi
Makan
a. Jenis Nasi, Ayam, Sayur Nasi, Bubur, Sayur
b. Frekuensi 3 2
c. Porsi 1 porsi Setengah porsi
d. Makanan kesukaan Tidak terkaji Tidak terkaji
e. Makanan pantangan Tidak ada Makanan pedas dan es
f. Nafsu makan Normal Menurun
g. Reflek menghisap Ada Ada
h. Cara makan sendiri/dibantu Sendiri Dibantu
i. Keluhan Tidak ada Tidak mau makan
Minum
a. Jenis Es yang berasa Air putih
b. Frekuensi Sering Jarang
c. Jumlah (cc) Tidak terkaji Kurang lebih 1 liter
d. Cara minum sendiri/dibantu Sendiri Dibantu
e. Keluhan Tidak terkaji Tidak terkaji
2 Elimisasi
BAB
a. Frekuensi 1x sehari Belum bab
b. Waktu Pagi atau sore -
c. Warna Kuning -
d. Konsistensi lembek -
e. Obstipasi Tidak terkaji Tidak terkaji
f. Penggunaanpencahar tidak Tidak
g. Diare tidak Tidak
h. Melena tidak Tidak
i. Stoma (colostomy, ileostomy) Tidak ada Tidak ada

j. Carapengeluaransen Sendiri Sendiri


diri/dibantu
k. Keluhan Normal Normal
BAK
a. Frekuensi 4-7x 4-5x
b. Jumlah urine output (cc)

c. Warna

d. Ada tidak baunya

e. Ada tidaknya darah/hematuria Tidak ada Tidak ada

f. Inkontinensia Tidak ada Tidak ada

g. Penggunaankateter Tidak Tidak

h. Cara pengeluaran Sendiri Sendiri


dibantu/sendiri
i. Keluhan Tidak ada Tidak ada

ISTIRAHAT DAN TIDUR


a. Waktu tidur malam
b. Waktu tidur siang

c. Lamanya

d. Kebiasaan pengantar tidur

e. Ada tidaknya masalah tidur

f. Kebiasaan yang dilakukan


saat istirahat
PERSONAL HYGIENE
Mandi
a. Frekuensi 2x sehari 1x sehari
b. Penggunaan sabun/ Iya Tidak

c. Air yang digunakan Dingin Hangat

d. Melakukan sendiri / dibantu Sendiri Dibantu

Gosok gigi
a. Frekuensi 2x sehari Tidak
b. Penggunaan sikat gigi/tidak Iya Tidak

c. Penggunaan pasta gigi/tidak Iya Tidak

d. Cara melakukan sendiri/tidak Sendiri Tidak

Mencuci rambut
a. frekuensi 3 hari sekali Tidak
b. penggunaan sampo, zat Iya Tidak
pembersih lainnya
c. penggunaan air Dingin Tidak mencuci rambut

AKTIVITAS BERMAIN
a. Waktu bermain Siang sampai sore tidak bermain
b. Jenis permainan Lari – lari, boneka, Tidak bermain
petak umpet
c. Senangbermain Kelompok Tidak bermain
sendiri/kelompok

7. Pengkajian Fisik

Pengukuran Pertumbuhan (Antropometri)


 Berat Badan (BB) : 20 kg
 Tinggi Badan(TB) : 110 Cm
 Lingkar Kepala(LK) : 48 Cm
 Lingkar Dada (LD) : 62 Cm
 Lingkar Abdomen(LA) : Cm
 Lingkar Lengan Atas(LLA) : ..................... Cm
 Tricep Skin Fold (TSF) : ..................... mm

Pengukuran Fisiologis (TTV)


 Suhu 38,1°C
 Nadi 90x/menit
 RespirasiRate 26x/menit
 TekananDarah- mmHg

Penampilan Umum
 Wajah : simmetris
 Postur : tinggi, kurus
 Hygiene : bersih
 Nutrisi : nafsu makan berkurang
 Perilaku : diem
 StatusKesadaran : compos mentis
Kulit
 Warna : sawo matang
 Tekstur : elastis
 Suhu : panas 38,1°C
 Turgor : normal
Struktur aksesoris
 Rambut : hitam, pendek
 Kuku : bersih
 Dermatoglifik :
Nodus limfe
 Ukuran : tidak ada
 Mobilitas: tidak ada
 Pembesaran : tidak ada pebesaran
Kepala
 Bentukdankesimetrisan : bentuk kepala bulat dan simetris
 Fontanel :
Hygienekulitkepala: bersih
 Lesi : tidak ada lesi

 Perkusisinusfrontal : tidak terkaji


Leher
 Ukuran : normal
 Pembesaran : tidak ada
 Pergerakan :normal
 Trakea : normal
 Tiroid : tidak ada
 Arterikarotis : teraba
 Refleks : normal
Mata
 Penempatandankesejajaran : simetris
 Kelopakmata : ada
 Konjungtiva : anemis
 Airmata : ada
 Punctumlakrimaris :
 Sclera : ikterik
 Kornea : normal
 Pupil : pupil mengecil saat di beri cahaya
 Iris : normal
 Reflekskornea :
 Reflekspupillary :
 Refleksdoll’seye :
Telinga
 Pinna :
 Inspeksi hygiene(bau,rabas,warna):
 Kesejajaran dan tinggi pinna dengan outerchantuseye :
 Kanaleksternal :
 Membranetympani :
 TesRinne:
 TesWeber :
 Tesswabbach :
 Refleksstrartle :
Hidung
 Ukuran, penempatan dan kesejajaran:
 Inspeksihygiene :
 Septum :
 Passageudara :
 Membranemukosa :
 Miliadanmiliaria :
 RefleksGlaberral :
 Refleksbersin :
 Cupinghidung :
 Alatbantunafas
Pipi dan dagu
 Ukuran,bentuk,kesimetrisan :
 Miliadanmiliaria :
Mulut dan Tenggorok
 Ukuran, bentuk,kesimetrisan,kebersihan :
 Bibir(warna, tekstur,lesi) :
 Keutuhan :
 Struktur internal (membrane
mukosa,gigi,gusi,palatum,lidah,uvula,
tonsil):
 Saliva :
 Refleksbatuk :
 Sucingrefleks :
 Gagrefleks :
 Rootingrefleks :
 Extrutionrefleks :
 Refleksmenelan :
 Yawnrefleks :
Dada
 Ukuran,bentuk,kesimetrisan :
 RatioAnterior-posterior-Lateral: :
 Retraksisternal :
 Processusxyphoideus :
 Pembesaranmamae :
 Sekresi mamae :
 Pigeonchest :
Paru
 Bunyinafas :
 Irama, frekuensi, kedalaman nafas:
 Vocalfremitus :
 Alatbantunafas :

Jantung
 Inspeksiukuran :
 Palpasiimpulsapikal :
 Auskultasibunyijantung :
 Perkusiareajantung :
 Alatperekamjantung :
Abdomen
 Inspeksi (ukuran, kontur, tonus, kondisikulit):
 Auskultasi (bising usus, pulsasiaostic):
 Perkusi (lambung, hepar,limpa, intestinal, colon, appendix):
 Palpasi(nadifemoralis) :
 Umbilicus :
 Colostomi :
Ginjal
 Auskultasi (bising dan pulsasi aretrirenalis):
 Perkusi :
Genitalia
 Pria
- Ukuranpenis :
- Glanspenis :
- Preputium :
- Meatusuretra:
- Skrotum :
- Testis :
 Wanita
- Monspubis :
- Klitoris :
- Labia mayoradanminora :
- Meatusuretra:
- KelenjarScene :
- KelenjarBartholin :
- Orifisiumvaginalis :
Anus
 Penampilan umum (keutuhan, kondisi kulit, hygiene):
 Refleksianal :
Punggung dan Ekstrimitas
 Punggung
- Klavikula :
- Kurvatura dan kesimetrisan :
- Keutuhan spinalis, vertebra dan lumbal:
- Ujiskoliosis :
- Mobilitas :
- Reflextruncincurvation :
- Reflexperez :
 Ekstrimitas Atas dan bawah
- Keutuhanjari-jari :
- Kesimetrisan jari-jari dan patelakanan-kiri:
- Ujikekuatanotot :
- Tulangmaleolus :
- Posisitelapakkaki :
- Caraberjalan :
- Reflexpatella:
- Reflexbabinski :

- Refleksbruzinksi :
- Reflexpalmar :
- Reflexplantar :
- Tandatrombhoplebitis :
- Sensasi :
- Sirkulasi :
- Pergerakan :
- Allen test :
Galaezi – Alli’s test :
Tes ortolani–Barlow :

6. Pemeriksaan TumbuhKembang
a. Usia Infant – Pra sekolah (60Bulan)
Menggunakan Borang Denver II atau KPSP, CHAT, MME,

b. Usia Pra Sekolah (> 60 bulan) -Remaja


1. Kemandirian dalam bergaul (personal social)

2. Motorik halusadaptif
3. Motorikkasar

4. Kognitif danbahasa

5. Perkembangan Psikoseksual (Sigmund Freud)

6. Perkembangan Psikososial (Erik Erikson)

7. Perkembangan Interpersonal (Jean Piaget)

Uraikan secara naratif perkembangan yang dicapai oleh klien


7. Data Penunjang (Laboratorium)
Hari/tanggal Jenis Nilai Nilai Normal
18/01/2022 Hemoglobin 11.4 10.8 – 15.6
Hematokrit 34 31 – 43
Lekosit 4.600 4.500 – 13.500
Trombosit 107 184 – 488
Eritrosit 4.12 3.7 – 5.7
Basofil 0 0–7
Eosinofil 0 2–4
Neutrofil batang 0 3–6
Neutrofil segmen 21 25 – 60
Limfosit 73 25 – 50
Monosit 6 1–6
MCV 83 72 – 88
MCH 28 22 – 34
MCHC 33 32 – 36
RDW-CV 13.8 10 – 15
NLR 0.29 0.78 – 3.53
Salmonella Typhi O 1/80 Negatif
Salmonella Paratyphi Negatif Negatif
AO
Salmonella Paratyphi Negatif Negatif
BO
Salmonella Paratyphi 1/80 Negatif
CO
Salmonella Typhi H 1/80 Negatif
Salmonella Paratyphi 1/80 Negatif
AH
Salmonella Paratyphi Negatif Negatif
BH
Salmonella Paratyphi Negatif Negatif
CH
19/01/2022 Trombosit 88 184 – 488
07.27
19/01/2022 Trombosit 85 184 – 488
22.05
20/01/2022 Trombosit 84 184 – 488
10.51
20/01/2022 Trombosit 80 184 – 488
22.37
21/01/2022 Trombosit 66 184 – 488
06.36
8. Terapi dan pengobatan
Hari/tanggal Jenis Dosis Waktu Cara
Pemberian

9. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds: Hipertermia
ibu pasien mengatakan anaknya
demam naik turun terakhir suhu
dirumah 39,5
Do:
Anak tampak lesu
Suhu 38,1
Trombosit 85 (normal :
184-488)
2. Ds: Defisit nutrisi
ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan dan BB nya turun dari 23kg ke 21kg
Do:
Anak tampak lesu
Anak hanya berbaring
ditempat tidur
BB turun 2kg
3. Ds: Intoleransi aktivitas
Ibu pasien mengatakan
anaknya lemas
Do :
Anak tampak leseu
Anak datang ke RS
digendong bapaknya
Anak tampak terbaring
ditempat tidur
Anak nafsu makan
menurun Suhu : 38,1
Nadi teraba lemah

3.2 Diagnosa Keperawatan Yang Muncul Berdasarkan Prioritas


1. Hipertermi berhubungan dengan
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
ditandai dengan tidak mau makan karena mual
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan lemas dan anak
tampak lesu

3.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan Implementasi Evaluasi
Outcome Intervensi Rasional
1. Setalah 1) Monitor suhu 1) Untuk memantau 1) Memonitor
dilakukan tubuh suhu pasien suhu tubuh
tindakan 2) Identifikasi 2) Untuk 2) Mengidentifi
keperawatan timbulnya mengidententifik kasi
3x24jam demam asih pola demam timbulnya
diharapkan suhu 3) Berikan cairan pasien demam
tubuh dibatas intavena dan 3) Untuk 3) Memberikan
normal dengan obat – obatan menghindari cairan
kriteria hasil : sesuai intruksi kehilangan cairan intravena dan
Ind Saa Trgt dokter 4) Agar asupan obat – obatan
ikat t 4) Tingkatkan cairan terpenuhi sesuai
or ini intake cairan intruksi
Me 2 4 dokter
nge 4) Meningkatka
luh n intake
de asupan
ma cairan
m
Suh 2 4
u
tub
uh
dal
am
bat
as
nor
mal
2. Setelah dilakukan 1) Identifikasi 1) Untuk mengetahui 1) Mengidentifik 1) Pasien tidak
tindakan alergi pada adanya alergi asi adanya memiliki
keperawatan makanan makanan pada alergi alergi pada
3x24 jam 2) Sajikan anak 2) Menyajikan makan
diharapkan nafsu makanan yang 2) Agar anak tertarik makanan yang 2) Pasien mau
makan meningkat menarik dan meningkatkan menarik makan sedikit
dengan kriteria 3) Berikan selera makan 3) Memberikan 3) Pasien suka
hasil : makanan 3) Agar asupan nutisi makanan makan sayur
Ind Saa Ta tinggi kalori terpenuhi tinggi kalori
ika t ini rg dan protein dan protein
tor et 4) Kolaborasi 4) Mengkolabora
Naf 2 4 dengan ahli si dengan ahli
su gizi gizi
ma
kan
Me 2 4
mb
ran
mu
kos
a
3. Setelah 1) Sediakan 1) Menyediaka 1) Pasien
dilakukan lingkungan n lingkungan mengatakan
tindakan yang nyaman yang nyaman
keperawatan 2) Berikan nyaman 2) Pasien
3x24jam aktifita 2) Memberikan menonton
diharapkan distraksi aktifitas video yang
intoleransi 3) Anjurkan tirah distraksi disukai
aktivitas teratasi baring 3) Menjurkan 3) Pasien
dengan kriteria 4) Kolaborasi tirah baring merasa lebih
hasil : dengan ahli nyaman
In Sa Ta gizi untuk 4) Mengkolabo setelah
dik at rge meningkatkan rasi dengan beristirahat
ato ini t asupan ahli gizii
r makanan untuk
Pe 2 4 meningkatka
ras asupan
aa makanan
n
le
ma
h
Ke 2 4
ce
pat
an
ber
jal
an
3.4 ImplementasiKeperawatan

No Tanggal /waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

1. Hipertermia

2. Defisit 1. Mengidentifikasi 1. Pasien tidak memiliki alergi

nutrisi adanya alergi pada makan


2. Menyajikan 2. Pasien mau makan sedikit
makanan yang 3. Pasien suka makan sayur
menarik
3. Memberikan
makanan tinggi
kalori dan protei
4. Mengkolaborasi
dengan ahli gizi

3. 19 januari 2022 Intoleransi 1. Menyediakan 1. Pasien mengatakan nyaman

aktivitas lingkungan yang 2. Pasien menonton video yang


nyaman disukai
2. Memberikan 3. Pasien merasa lebih nyaman
aktifitas distraksi setelah beristirahat
3. Menjurkan tirah
baring
4. Mengkolaborasi
dengan ahli gizii
untuk
meningkatka
asupan makanan
3.5 CatatanPerkembangan

Tgl . DP Perekmbangan Pelaksana

Hipertermia S : Ibu pasien mengatakan demam naik


turun

O : Pasien tampak lemas dan lesu, akral


teraba hangat, suhu 38,1, trombosit 107

A : masalah hipertermia belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

19 januari
2022
Defisit S : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak
nutrisi mau makan

O : Pasien tampak lemas dan lesu, pasien


tampak terbaring ditempat tidur, mukosa
bibir pucat

A : Msalah deficit nutrisi belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
Intoleransi S : Ibu pasien mengatakan anaknya lemas
aktivitas terus

O : Pasien ampak lemas dan lesu, pasien


terbaring ditempat idur

A : masalah intoleransi aktifitas belum


teratasi

P: lanjutkan intervensi

20 januari Hipertermia S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih


2022 demam apalagi kalau malam

O : pasien tampak lemas dan lesu, akral


teraba hangat, pasien tampak terbaring
ditempat tidur, suhu tubuh 38,5, trombosih
menurun dari 107 ke 88

A : Maalah hipertermi belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Defisit S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih


nutrisi tidak mau makan

O : Pasien tampak lemas dan lesu, pasien


tampak terbaring ditempat tidur, mukosa
bibir pucat

A : Msalah deficit nutrisi belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
Intolernsi S : Ibu pasien mengatakan anaknya lemas
aktivitas terus

O : Pasien ampak lemas dan lesu, pasien


terbaring ditempat idur

A : masalah intoleransi aktifitas belum


teratasi

P: lanjutkan intervensi

21 januari Hipertermia S : Ibu pasien mengatakan sudah membaik


2022 tidak demem lagi

O : Pasien tampak tenang, suhu 37,0

Trombosit turun dari 88 ke 80

A : masalah hipertermia teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

Defisit S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah


nutrisi mau makan sedikit sedikit

O : Pasien tampak lemas dan lesu, pasien


tampak terbaring ditempat tidur, mukosa
bibir pucat

A : Msalah defisit nutrisi teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi
Intolernsi S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih
aktivitas lemas terus

O : Pasien ampak lemas, pasien terbaring


ditempat idur

A : masalah intoleransi aktifitas belum


teratasi

P: lanjutkan intervensi

22 januari Hipertermia S : Ibu pasien mengatakan sudah membaik


2022 tidak demem lagi

O : Pasien tampak tenang, suhu 37,0

Trombosit turun dari 88 ke 80

A : masalah hipertermia teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

Defisit S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah


nutrisi mau makan sedikit sedikit

O : Pasien tampak tenang, sudah mau makan

A : Msalah defisit nutrisi teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi
Intolernsi S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah
aktivitas mulai ingin bermain

O : Pasien tampak tenang

A : masalah intoleransi aktifitas teratasi


sebagian

P: lanjutkan intervensi
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai