Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN LANSIA

DI DESA DAWUAN RT 01 RW 03

Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pembimbing :

Disusun oleh :

Triyani 421J0033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gerontologi merupakan studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang
berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis,
psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Perawat yang merencanakan dan
memberikan perawatatn pada orang diusianya yang telah lanjut mendukung dan
mengembangkan teori yang menjadi dasar untuk asuhan keperawatan selama tahap
akhir kehidupan ini. Sejak awal manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana
dan mengapa terjadi penuaan, namun tidak ada teori tunggal yang dapat
menjelaskan proses penuaan. Setiap orang akan mengalami enuaan, tetapi penuaan
pada setiap individu akan berbeda tergantung faktor herediter, stresor lingkungan,
dan sejumlah besar faktor yang lain. Walaupun tidak ada satu teori yang dapat
menjelaskan peristiwa fisik, psikologis, dan peristiwa sosial yang kompleks yang
terjadi dari waktu ke waktu, suatu pemahaman dari penelitian dan teori-teori yang
dihasilkan sangant penting bagi perawat untuk membantu orang lanjut usia
memelihara kesehatan fisik dan psikis yang sempurna. Dalam konsteks
keperawatan keluarga, lansia merupakan saah satu tahapan perkembangan suatu
keluarga. Tahap perkembangan keluarga lansia merupakan tahap dimana sebuah
keluarga mengalami tahap akhir dari siklus kehidupan keluarga, dimulai dengan
salah satu pasangan memasuki masa pensiun, yang terus berlangsung hingga salah
satu dari anggotanya meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal.
Masalah mayoritas yang sering dihadapi oleh para lansia biasanya adalah sosial
ekonomi, ksehatan dan spiritual. Beerdasarkan pembahasan tersebut maka perlu
adanya penegasan dari fungsi perawat keluarga untuk melakukan asuhan
keperawatan keluarga tahap lansia yang komprehensif dan bersinambung degan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan lansia serta
meningkatkan usia harapan hidup lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, yang menjadi fokus pembahasan dari penulisan
makalah ini adalah bagaimana penjelasan mengenai konsep dasar asuhan
keperawatan pada tahap perkembangan keluarga lansia.
1.3. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan lebih mendetail
lagi mengenai mata kuliah keperawatan keluarga dalam mengenal proses asuhan
keperawatan pada keluarga lansia.
1.4. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang konsep keluarga.
2. Untuk mengetahui tentang konsep keluarga pada tahap lanjut usia
3. Melakukan proses asuhan keperawatan keluarga secara holistik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tahap Perkembangan Keluarga Usia Lanjut


2.1.1 Definisi keluarga
Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga berbeda-beda,
tergantung kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu dengan menggunakan
menjelaskan yang penulis cari untuk menghubungkan keluarga. Misal para
penulis mengikuti orientasi teoritis interaksionalis keluarga, memandang keluarga
sebagai suatu arena berlangsungnya suatu interaksi kepribadian, dengan demikian
menekankan karakteristik transaksi dinamika (Friedman, 2013). Keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan
dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga (Friedman, 2010)).
2.1.2 Tipe dan Bentuk Keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang yang
mengelompokkan menurut (Murwani, 2015) tipe keluarga ada 6 yaitu :
a. Keluarga inti (Nuclear Family)
adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh
dari keturunan atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (Extented Family)
adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga yang lain yang masih
mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
c. Keluarga berantai (Serial Family)
adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (Single family)
adalah keluarga yang terjadi karena perceraian/kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation Family)
adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan membentuk satu keluarga.
2.1.3 Peran keluarga
a. Peran formal keluarga menurut (Murwani, 2015) antara lain:
1) Peran parental dan perkawinan
Ada delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah
dan istri ibu antara lain yaitu, Peran sebagai provider (penyedia), Peran sebagai
rumah tangga, Peran perawat anak, Peran perawatan anak, Peran rekreasi, Peran
persaudaraan/kinship (memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal),
Peran terapeutik (Memenuhi kebutuhan afektif pasangan), Peran seksual.
2) Peran perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan yang
kokoh itu sangat penting. Anak-anak terutama dapat mempengaruhi membentuk
suatu koalisi dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan yang
memuaskan merupakan salah satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.
b. Peran Informal
1. Pengharmonis :
Menengahi perbedaan yang terdapat di anatara para anggota, menghibur dan
menyatukan kembali perbedaan pendapat.
2. Insiator-kontributor :
Mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau caracara mengingat
masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.
3. Pendamai :
Merupakan salah satu dari bagian dari konflik dan ketidak sepakatan,
pendamai menyatakan kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian “setengah
jalan”.
4. Perawat keluarga :
Orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh anggota keluarga lain
yang membutuhkannya.
5. Koordinator keluarga :
Mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi
mengangkat keterikatan/keakraban.
2.1.4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2013) antara lain :
a. Fungsi Afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan social
Adalah fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi Reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi menjadi kelangsungan
keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu dan meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan
Adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas tinggi.
2.1.5. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut (Friedman, 2013) yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan
masyarakat.
2.1.6. Tugas Perkembangan Keluarga Usia Lanjut
Tugas perkembangan keluarga usia lanjut merupakan bagian penting dalam
konsep keluarga usia lanjut. Perawat keluarga perlu memahami setiap tahap
perkembannganya yaitu menerima penurunan kemampuan dan keterbatasan,
menyesuaikan dengan masa pensiun, mengatur pola hidup yang terorganisir,
menerima kehilangan dan kematian dengan tentram (Mubarak, 2015).
a) Tugas-tugas perkembangan keluarga usia lanjut
1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3. Mempertahankan hubungan perkawinan
4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (Duval dan Miller, 2012)
b) Permasalahan yang terjadi pada usia lanjut
1. Menurunya fungsi dan kekuatan fisik
2. Sumber-sumber finansial yang tidak memadai
3. Isolasi sosial
4. Kesepian

2.2 Konsep Lansia


2.2.1. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh
pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan
lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan
ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan
(Mubarak, 2015). Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994)
Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis yang
tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan struktur
dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injuri termasuk adanya infeksi
(Paris Contantinides, 1994). Proses menua sudah mulai berlangsung sejak
seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan
pada otot, susunan saraf dan jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi
sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan
seorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya
sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun aat menurunya.
Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur 20-30
tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi
tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai
bertambahnya umur.
2.2.2. Batasan-batasan lansia
Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagiai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai senium
Menurut organisasi kesehatan Dunia lanjut usia dikelompokkan menjadi;
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun.
2.3. Konsep Hipertensi
2.3.1 Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg
(Brunner & Suddarth, 2015). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas)
(Aspiani, 2016).
Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik ≥ 140 mmHg atau
nilai tekanan diastolik ≥ 90 mmHg (Garnadi, 2012). sedangkan menurut
(Wijaya dan Putri 2015) hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa
kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor
risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan
tekanan darah secara normal. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah
arteri yang persisten (Nurarif dan Kusuma, 2015).
2.3.2 Etiologi dan Faktor Resiko
Menurut Aspiani (2016) pada umumnya hipertensi tidak mampu
menyebabkan yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan
curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a) Genetik : respons neurologi terhadap stres atau kelainan eksresi atau
transportasi Na
b) Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat
c) Stres karena lingkungan
d) Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
penyempitan pembuluh darah.
2.3.3 Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa :
pusing, mudah marah, telinga berdengung, sesak nafas, rasa berat ditengkuk,
mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan mimisan (jarang dilaporkan).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukkan adanya kerusakan vaskuler,
dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan
azetoma peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin. Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik
transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan.
Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-
tahun berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan
muntah, akibat peningkatan tekanan darah intracranial. Pada pemeriksaan
fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi
dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,
edema pupil (edema pada diskus optikus). Gejala lain yang umumnya terjadi
pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, tengkuk
terasa pegal dan lain-lain (Triyanto, 2014).
2.3.4 Klasifikasi
Menurut Triyanto (2014) klasifikasi hipertensi yaitu sebagai berikut :

Tabel Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah

Sistolik Diastolik

Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg

Normal 120-129 mmHg 80-84 mmHg

High normal 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Grade 1 (ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Grade 3 (berat) 180-209 mmHg 100-119mmHg

Grade 4 (sangat berat) >210 mmHg > 120 mmHg

2.3.5 Patofisiologi

Patofisiologi hpertensi masih dipenuhi ketidakpastian sejumlah kecil

pasien (antara 2% dan 5%) memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal yang

menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun, belum ada penyebab

tunggal yang dapat diidentifikasi dan kondisi inilah yang disebut sebagai

“hipertensi esensial”. Sejumlah mekanisme fisiologis terlibat dalam

pengaturan tekanan darah normal, kemudian dapat turut berperan dalam terjadi

hipertensi esensial.

Beberapa faktor yang saling berhubungan turut serta menyebabkan

peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi dan peran mereka berbeda

pada setiap individu. Di mana faktor-faktor yang telah dipelajari secara


intensif adalah asupan garam, obesitas, dan resistensi insulin, sistem renin-

angiotensin, dan sistem saraf simpatis. Pada beberapa tahun ke belakang faktor

lainnya yang telah dievaluasi termasuk genetik, disfungsi endotel (yang

tampak pada perubahan endotellin dan nitrat oksida).

Mekanisme yang mengontrol kontraksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula saraf simpatis, yang berlanjur ke bawah ke korda spinalis dan keluar

dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak

melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron preganglion

melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya neurofinefrin mengakibatkan

kontraksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan, dan ketakutan

dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan

vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal itu terjadi.

Pada saat bersamaan di mana saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal

mengsekresi epinefren yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal

mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon

vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan aliran

darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, satu

vasokontriktol kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh


korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.

Perubahan struktrul dan fungsional pada pembuluh darah perifer

bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut

usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas

elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh

darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang

pembuluh darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Brunner & Suddart, 2015).

2.3.6 Komplikasi

1. Stroke

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak,

atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan

tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah

ke otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami

arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisma.

2. Infark Miokard

Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak

dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus

yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi

kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak

dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu

hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distrimia, hipoksia jantung,

dan peningkatan risiko pembentukan bekuan.

3. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke

nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.

Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine

sehingga tekanan osmotik koloid plasma akan berkurang dan menyebabkan

edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.

4. Ensefalopati (kerusakan otak)

Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi

maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang

sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan

mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron

di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.

5. Gagal Jantung

Gagal Jantung, menyebabkan cairan darah tidak dapat bersirkulasi dengan

baik dan menyebabkan gejala penumpukan cairan berupa pembengkakan

jantung dan sesak. Cairan di dalam tubuh akan menumpuk dan tidak dapat

bersirkulasi dengan baik. Cairan yang menumpuk di tubuh dapat turun ke kaki

saat berdiri dan menimbulkan gejala bengkak pada kaki. Apabila tidur

menyebabkan cairan menumpuk ke rongga paru dan menimbulkan gejala

sesak atau menyebabkan kelopak mata tampak sembab saat bangun tidur

(Ardiansyah, 2016) .
2.3.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan secara menyeluruh dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis

hipertensi dan menentukan derajat keparahannya. Pengukuran tekanan darah

dapat dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengetahui tekanan

darah. Selain pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaaan laboratorium dapat

dilakukan untuk mencari faktor risiko dan penyebab hipertensi, serta

mengetahui kerusakan organ, misalnya ginjal dan jantung (Asikin, 2016).

Menurut Aspiani (2016) berbagai pemeriksaan penunjang untuk menegakkan


diagnosa hipertensi antara lain :
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim
ginjal dengan gagal ginjal akut
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia dan infark miokard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
a) Bentuk dan besar jantung
b) Pembendungan, lebarnya paru
c) Hipertrofi Parenkim ginjal
d) Hipertrofi vaskular ginjal
2.3.8 Penatalaksaan Medis
Menurut Triyanto (2014) penatalaksanaan hipertensi yaitu dengan terapi
farmakologi dan non farmakologi sebagai berikut:
a. Farmakologi
1) Golongan diuretik
Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan
untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam
dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran
pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air
kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan
kalium. Diuretik sangat efektif pada orang kulit hitam, lanjut usia,
kegemukan, penderita gagal ginjal atau penyakit ginjal menahun.
2) Penghambat adrenergik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari
alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem
saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan
cara meningkatkan tekanan darah. Yang paling sering digunakan adalah
beta-blocker, yang efektif diberikan kepada penderita usia muda, penderita
yang pernah mengalami serangan jantung, penderita dengan denyut jantung
yang cepat, angina pektoris (nyeri dada), sakit kepala migren.
b. Terapi non farmakologis
Menurut Aspiani (2016) mengemukakan berbagai penatalaksanaan antara lain
1) Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang
dianjurkan :
a. Rendah garam,
diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi.
Dengan pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem
renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.
Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan
3-6 gram garam perhari.
b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya
belum jelas.
c. Diet kaya buah dan sayur.
d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
e. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat
badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi
beban kerja jantung dan volume sekuncup.
f. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
Olahraga isotonik juga dapat meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi
perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30
menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah.
g. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkomsumsi alkohol, penting untuk
mengurangi jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja
jantung.
h. Melakukan terapi komplementer, diantaranya :
1) Senam ergonomic
Senam ergonomic adalah suatu Teknik senam untuk mengembalikan
atau membetulkan posisi dan kelenturan sistem saraf dan aliran darah,
memaksimalkan suplai oksigen ke otak
2) Terapi Relaksasi Progresif
Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang
didasarkan pada kerja sistem syaraf simpatis dan parasimpatis
3) Terapi Musik
Terapi musik merupakan suatu keterampilan dalam menggunakan
musik dan elemen-elemen musik oleh seseorang yang ahli di bidang untuk
meningkatkan, memelihara, memperbaiki kesehatan mental, fisik, emosi,
dan spiritual
4) Yoga
Yoga adalah sebuah aktivitas dimana seseorang memusatkan seluruh
pikiran untuk mengontrol panca indranya dan tubuhnya secara
keseluruhan.
5) Makanan yang dianjurkan
a) Sayur-sayuran hijau kecuali daun singkong, daun melinjo dan
melinjonya.
b) Buah-buahan kecuali buah Durian.
c) Ikan laut tidak asin terutama ikan laut air dalam seperti ikan kakap dan
tuna.
d) Telur boleh dikonsumsi maksimal 2 butir dalam 1 minggu dan diutamakan
putih telurnya saja.
e) Daging ayam (kecuali kulit, jerohan, dan otak) karena mengandung
lemak.
f) Makanan yang perlu dihindari
- Makanan yang diawetkan seperti ,akanan kaleng, mie instant, minuman
kaleng.
- Daging merah segar seperti hati ayam, sosis sapi, daging kambing.
- Makanan berlemak dan bersantan tinggi, serta makanan yang terlalu
asin.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Pengkajian

A. Data umum
Nama Kepala Keluarga : Ny K
Usia : 65 th
Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Desa Dawuan Rt 01 Rw 03 Kecamatan Tengah tani,

Kabupaten Cirebon, Jl Pahlawan

Perincian anggota keluarga

Status
No. Nama Umur Sex Agama Hubungan Pendidikan Pekerjaan
Kes/Ket

1. Ny S 36 P Islam Anak SD IRT Sehat

2. Tn P 40 L Islam Menantu SMP Buruh Sehat

3. An T 13 P Islam Cucu SMP - Sehat

4. An D 7 L Islam Cucu SD - Sehat

Genogram
Keterangan

: Suami (Kepala Keluarga) Meninggal

: Istri

: Anak

: Menantu

: Anak Laki-laki

: Anak Perempuan

Tipe keluarga : The extended family

Budaya : Jawa

Agama : Islam

Status sosial ekonomi : Keluarga Ny K mengatakan bahwa ia sudah tidak bekerja

Aktivitas rekreasi : Keluarga Ny K mengatakan bahwa aktivitasnya hanya


menonton televisi di rumah, terkadang berbincang dengan
tetangganya setiap sore dan mengasuh cucunya.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahapan perkembangan keluarga
Tahap perkembangan yang sedang dialami oleh Keluarga Ny K adalah tahap
perkembangan usia lanjut. Ny K tinggal serumah dengan anak perempuann
terakhirnya, Cucu dan Menantunya.

2. Tugas tahapan perkembangan yang belum terpenuhi


Tidak ada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Sedangkan tugas
keluarga yang belum dapat tercapai adalah dalam merawat kesehatan keluarga,
dimana terdapat seorang lansia yang menderita hipertensi yang memperlukan
perhatian khusus.

3. Riwayat kesehatan keluarga


Keluaga Ny K mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi dan masing-
masing keluarganya dalam keadaan sehat. Apabila ada keluarga yang sakit langsung
segera memeriksakan ke pelayanan kesehatan terdekat.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga Ny K mengatakan suaminya memiliki riwayat penyakit DM ± 2 th yang
lalu dan NY K memiliki riwayat Hipertensi ± 5 tahun.

C. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati oleh Keluarga Ny K adalah permanen dengan luas lahan
200 m2 dan milik sendiri. Jumlah jendela sudah memenuhi 10% dari total luas lahan,
jarak sepi tank dengan sumber air jauh, sumber air yang digunakan untuk mandi dan
minum berasal dari sumur bor.

Denah rumah

I J

D C

G A
B
F E

Keterangan :
A : Teras depan
B : Ruang tamu
C : Kamar tidur
D : Ruang TV
E : Kamar tidur
F : Kamar tidur
G : Kamar mandi
H : Dapur
I : Gudang
J : Taman

2. Karakteristik tetangga dengan komunitas


Keluarga Ny K mengatakan tinggal di lingkungan yang aman, rukun dengan
tetangga dan warga desanya. Keluarga juga sering berbagi cerita, tolong menolong
dan berkerjasama satu sama lainnya.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ny K mengatakan Keluarganya sudah lama tinggal di rumah tersebut dan
tidak pernah berpindah tempat sejak menikah, menetap di Desa Dawuan. Biasanya
untuk akses transportasi keluarga menggunakan kendaraan sepeda motor

.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Ny K mengatakan setiap minggu kumpul bersama ibu-ibu lainnya untuk
kegiatan pengjian dan majelis taklim. Keluarga dalam kesehariannya berinteraksi
dengan Bahasa Jawa.

D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang digunakan komunikasi terbuka, tiap keluarga berusaha
mengungkapkan pendapatnya masing-masing dan keluarga biasa berkomunikasi
dengan Bahasa Jawa. Hubungan komunikasi dengan Anak, Menantu dan cucunya
terjalin dengan baik.

2. Struktur kekuatan keluarga


Keluarga Ny K mengatakan keluarga selalu menyelesaikan masalah dengan
musyawarah. Untuk anak perempuannya yang telah berkeluarga keputusan diserahkan
kepada kepala keluarganya.

3. peran (formal dan informal)


- Keluarga Ny K berperan sebagai ibu/nenek yang menyayangi anak, menantu,
cucu, dan mengurus kebutuhan rumah tangganya.
- Ny S berperan sebagai anak, istri, dan ibu
- Ny P berperan sebagai suami, bapak dan mencari nafkah
- An T dan An D berperan sebagai anak
4. Nilai dan norma budaya
Nilai dan norma di keluarga tersebut menyesuaikan dengan ajaran agama yang
dianut dan norma yang berlaku di lingkungannya. Keluarga Ny K juga mengatakan
terbiasa menanamkan pada anak dan cucunya sikap hormat menghormati dan
menyayangi antar keluarga dengan tetangganya.

5. Sistem pendukung keluarga


Keluarga Ny K mengatakan sistem pendukungnya yaitu anak, menantu, dan
cucunya. Jika keluarganya sakit selalu menggunakan fasilitas kesehatan. Dan
Keluarnya Ny K sering tolong menolong begitupun lingkungan sekitarnya.

E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Keluarga Ny K mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antara anggota
keluarga, saling menyayangi, pengertian, dan menghormati. Keluarga Ny K sangat
harmonis, rukun, dan tentram. Apabila ada keluarga yang membutuhkan atau sakit
maka keluarga yang lain berusaha membantu.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga Ny K mengatakan interaksi antar keluarga dapat berjalan dengan baik
dan Keluarga Ny K juga mengatakan berusaha memenuhi aturan yang ada misalnya
menghargai dan menghormati satu sama lain. Keluarga Ny K juga mengatakan
mengikuti norma yang ada di sekitar masyarakat sekitar, sehingga dapat berhubungan
baik dengan para tetangga atau masyarakat.

3. Fungsi perawatan kesehatan


a. Mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengatakan mengetahui penyakit di keluarganya tetapi tidak
mengetahui sama sekali apa penyebabnya. Keluarga Ny K mengatakan hanya
sedikit mengetahui tanda dan gejala saja. Serta tidak mengetahui apa saja yang
harus dihindari untuk mencegah terjadinya penyakit.

b. Mengambil keputusan terhadap tindakan kesehatan


Keluarga Ny K mengatakan kalau ia sakit segera berobat ke pelayanan
kesehatan terdekat yaitu dokter umum. Namun ia tidak rutin pergi ke posbindu
untuk memeriksa kesehatannya.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan


Jika ada keluarga yang sakit ia langsung berobat ke pelayanan kesehatan

d. Memodifikasi lingkungan
Keluarga mengatakan tiap hari selalu membersihkan lingkungan rumahnya
(menyapu, mengepel), sistem pembuangan sampah ditampung sementara di
ember sampah kemudian di bakar di lubang pembakaran setiap dua hari sekali.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan


Keluarga Ny K mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke
pelayanan kesehatan.

4. Fungsi reproduksi
Ny K memiliki seorang anak perempuan yang sudah menikah. Ny S dan Tn P
memiliki dua orang anak, Ny S menggunakan anlat kontrasepsi berupa suntik 3 bulan
sekali.

5. Fungsi ekonomi
Ny K mengatakan mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
walaupun dengan kapasitas seadanya. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari
di nafkahin oleh suami anaknya atau menantunya.

F. Stres Dan Koping Keluarga


1. Stresor jangka panjang dan pendek
Keluarga mengatakan merasa tidak ada masalah yang dirasakan dalam waktu
kurang dari enam bulan ini. Kecuali kondisi kesehatan Ny K yang menderita
pengapuran tulang dengan keluhan nyeri sendi, tulang terasa kaku dan aktivitas
terbatas. Serta kadang memerlukan bantuan perawatan sehari-hari.
2. Strategi koping yang digunakan
Keluarga terlihat sudah beradaptasi atas stressor yang dihadapi dan merasa suatu
bagian dari kehidupa yang harus dijalani, dan keluarga berusaha merawat Ny K yang
sakit.

3. Strategi koping yang digunakan


Jika terdapat masalah dalam keluarga, keluarga lebih suka berunding bersama
untuk memecahkan atau meminta pendapat pada orang yeng lebih tahu.

4. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor


Keluarga mengatakan apabila ada masalah yang dirasa sangat berat maka mereka
akan memecahkannya secara bersama-sama, dibicarakan bersama kemudian dicari
jalan keluar yang terbaik.

5. Harapan keluaga pada perawat


Keluarga berharap bisa diberikan informasi kepada mereka tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kesehatan, baik itu untuk kesehatan tentang masalah
pengampuran tulang, hipertensi ataupun yang lainnya.

6. Persepi keluarga terhadap perawat


Keluarga menganggap seorang perawat adalah orang yang berkerja di bidang
kesehatan serta dapat membantu jika ada masalah yang muncul dalam keluarga.

7. Harapan keluarga terhadap perawat berhubungan dengan masalah yang dihadapi


Keluarga berharap bisa diberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan kesehatan. Baik itu masalah kesehatan Ny K yang menderita Hipertensi
rematik ataupun masalah kesehatan yang lainnya.
G. Pemeriksaan Fisik
No Jenis Pemeriksaan Ny K Ny S Tn P An T An D

1. Keadaan Umum Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis


TD 150/90 mmhg 110/70mmhg 120/80mmhg
Nadi 96x/m 98x/m 96x/m 115x/m 120x/m
Respirasi 20 x/m 20 x/m 20 x/m 24 x/m 38 x/m
Suhu 36,70c 36,50c 36,60c 36,70c 36,70c
2. Kepala :
Rambut Rambut beruban Hitam, Hitam, ikal Hitam, ikal Hitam,
berwarna putih, bergelombang dan kulit dan kulit bergelombang
kulit kepala dan kulit kepala bersih kepala bersih dan kulit
bersih kepala bersih kepala bersih

Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva


tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,
sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera tidak
ikterik, dan ikterik ikterik ikterik ikterik
fungsi
penglihatan agak
berkurang

Hidung Hidung tampak Hidung Hidung Hidung Hidung


bersih, tidak ada tampak bersih, tampak bersih, tampak bersih, tampak bersih,
sekret dan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
fungsi normal sekret sekret sekret sekret
Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
Mukosa bibir
lembab lembab lembab lembab
lembab

Telinga Pendengaran Pendengaran Pendengaran Pendengaran


Pendengaran
baik, baik, baik, baik,
baik,
Serumen (-) Serumen (-) Serumen (-) Serumen (-)
Serumen (-)

3. Leher : Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Pembesaran
kelenjar dan vena
jugularis
4. Thorax Normal Normal Normal Normal Normal
Paru
Jantung
5. Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Acites acites acites acites acites
6. Etremitas Normal Normal Normal Normal Normal
H. Riwayat Kesehatan Anggota Keluarga
1. Riwayat kesehatan keluarga terdahulu
Keluarga mengatakan Ny K memiliki riwayat Hipertensi

2. Riwayat kesehatan keluarga sekarang


Saat dilakukan pengkajian, keluarga dalam keadaan sehat, hanya saja terdapat
anggota keluarga yang sering menjalani pengobatan yaitu Ny K. Ia mengatakan
memiliki riwayat hipertensi namuni tidak rutin untuk memeriksakan ke pelayanan
kesehatannya dan keluarganya NY K mengatakan mengetahui penyakit Ny K tapi
tidak mengetahui pengobatan, perawatan dan pencegahan yang tepat untuk Ny K.

I. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Anggota Keluarga


No Aktivitas Ny K Ny S Tn P An Z An T
1. Nutrisi Nasi, sayur, Nasi, sayur, Nasi, sayur, Nasi, sayur, Nasi, sayur,
tahu, tempe, tahu, tempe, tahu, tempe, tahu, tempe, tahu, tempe,
kacang- kacang- kacang- kacang- kacang-
kacangan, kacangan, kacangan, kacangan, kacangan,
daging, telur, daging, telur, daging, telur, daging, telur, daging, telur,
buah-buahan buah-buahan buah-buahan buah-buahan buah-buahan
dan susu dan susu dan susu dan susu dan susu
2. Intake Cairan ± 7 – 8 gelas ± 7 – 8 gelas ± 7 – 8 gelas ± 7 – 8 gelas ± 7 – 8 gelas
air putih air putih air putih air putih air putih
3. Eliminasi 1x/hari 1x/hari 1x/hari 1x/hari 1x/hari
4. Mobilisasi Aktivitas Normal Normal Normal Normal
sehari-hari
terbatas karena
sering merasa
linu
dipersendian
kakinya
sehingga kaku
untuk berjalan
5. Personal Mandi 2x/ Mandi 2x/ Mandi 2x/ Mandi 2x/ Mandi 2x/
Hygiene hari, hari, hari, hari, hari,
Cuci rambut Cuci rambut Cuci rambu Cuci rambu Cuci rambut
max 3 hari max 3 hari max 3 hari max 3 hari max 3 hari
sekali, sekali, sekali, sekali, sekali,
Gosok gigi Gosok gigi Gosok gigi Gosok gigi
2x/hari. 2x/hari. 2x/hari. 2x/hari.
J. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah

1. Ds : Kurang pengetahuan, Kurang pengetahuan bd


ketidaktahuan tentang penyakit ketidakmampuan
- Keluarga Ny K Hipertensi keluarga mengenal
mengatakan mengetahui
penyakit di keluarganya masalah kesehatan
tetapi tidak mengetahui
sama sekali apa
penyebabnya, hanya
mengetahui tanda dan
gejalanya saja
- Keluarga Ny K
mengatakan memiliki
riwayat hipertensi tetapi
pengobatannya tidak rutin
- Keluarga Ny K
mengatakan jarang pergi ke
posyandu
- Keluarga Ny K
mengatakan jarang
menggunakan pelayanan
kesehatan

Do :

- Keluarga Ny K tidak bisa


menjawab pertanyaan
pengertian, pencegahan,
perawatan dan
pengobatannya
K. Skoring Dan Prioritas Masalah
Kurang pengetahuan bd ketidaktahuan tentang penyakit Hipertensi

No. Kriteria Skor Bobot Pembenaran

1. Sifat masalah 1 Ny K mengatakan


memiliki riwayat
 Risiko 3 Hipertensi
 Aktual
 Potensial 2 TD 150/90 Mmhg
1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah : 1 Bisa dilakukan


untuk mengatasi
 Mudah 2 masalah hipertensi
 Sebagian pada Ny K yaitu
 Tidak dapat 1
mempertahankan
0 tekanan darahnya
terkontrol

3. Potensi masalah untuk dicegah : 3 Potensial masalah


dapat dicegah tinggi
 Tinggi 3 karena Ny K tidak
 Cukup rutin kontrol ke
 Rendah 2
pelayanan kesehatan
1

4. Menonjolnya masalah : 2 Ny K memiliki


riwayat hipertensi
 Masalah berat harus segera ditangani 2 namun tidak rutin
 Ada masalah tetapi tidak perlu segera untuk
ditangani 1
pengobatannya
 Masalah tidak dirasakan

Jumlah 7
L. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi


No Umum Khusus Kriteria Standar Intervensi
Keperawatan
1. Kurang Setelah 1. Keluarga Verbal - Mampu 1. Kaji pengetahuan
pengetahuan bd dilakukan dapat menjelaskan keluarga tentang
ketidakmampuan tindakan mengenal penyakit hipertensi terkait
keluarga keperawatan tentang hipertensi pengertian, penyebab,
mengenal selama 1-2 masalah - Mampu tanda dan gejala,
masalah kali hipertensi menjelaskan pecegahan dan
kesehatan kunjungan penyebab komplikasi hipertensi
Hipertensi rumah hipertensi 2. Diskusikan tanda dan
diharapkan - Mampu gejala hipertensi serta
pengetahtuan menyebutkan faktor yang
keluarga tanda dan gejala memperburuk hipertensi
tentang hipertensi 3. Bimbing keluarga untuk
Hipertensi - Mampu mengulangi apa yang
meningkat menyebutkan telah diajarkan
cara
pencegahan
hipertensi
- Mampu
menyebutkan
salah satu dari
hipertensi

2. Keluarga Verbal - Keluarga mampu 4. Jelaskan komplikasi dari


dapat memutuskan penyakit hipertensi
memutuskan tindakan yang 5. Jelaskan untuk
tindakan yang tepat untuk mengatasi resiko
tepat untuk mengatasi penyakit hipertensi
mengatasi masalah
masalah hipertensi
hipertensi dengan
membawa ke
pelayanan
kesehatan

- Keluarga
3. Keluarga Psikomotor mampu 6. Jelaskan mengenai
mampu mengobati perawatan di rumah
melakukan keluarganya dengan melakukan
perawatan yang kontrol secara rutin
pada anggota mengalami 7. Jelaskan cara menyusun
yang terkena hipertensi menu yang benar untuk
penyakit - Keluarga nutrisi yang dianjurkan
hipertensi mampu dan yang tidak
menentukan dianjurkan
status nutrisi
sesuai dengan
standard
kesehatan
untuk lansia
yang
mengalami 8. Lakukan olahraga secara
hipertensi teratur
- Keluarga 9. Jelaskan keluarga untuk
mampu menghindari stress
memanfaatkan 10. Anjurkan lansia untuk
waktu untuk dapat beraktivitas sehari-
olahraga hari
- Keluarga
mampu
mengontrol
emosi dan
menyusun dan
menyusun
jadwal kegiatan
bagi keluarga
yang sakit

- Mampu
4. Keluarga Psikomotor memodifikasi 11. Anjurkan keluarga untuk
dapat lingkungan baik membuat suasana
memodifikasi fisik maupun nyaman dan damai
lingkungan psikologi 12. Anjurkan lansia untuk
untuk tidak terlalu stress
meningkatkan 13. Anjurkan lansia untuk
kesehatan banyak istirahat
keluarga

- Keluarga
5. Keluarga Psikomotor membawa 14. Anjurakan lansia untuk
dapat anggota mengikuti posyandu
menggunakan keluarga yang 15. Anjurkan keluarga untuk
fasilitas sakit ke tempat kontrol secara rutin ke
pelayanan pelayanan pelayanan kesehatan
kesehatan kesehatan yang 16. Anjurkan keluarga untuk
secara tepat terdekat menggunakan pelayanan
untuk kesehatan
mencegah
komplikasi
hipertensi
J. Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Tanggal,
No. Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Waktu

1. Kurang pengetahuan Kamis, 1. Menjelaskan kepada keluarga faktor- S : Keluarga Ny K


bd faktor yang menyebabkan tekanan darah mengatakan dapat
i
31 Maret tinggi memahami apa yang
ketidakmampuan 2022 2. Menjelaskan kepada keluarga tanda dan
sudah disampaikan
keluarga mengenal gejala dan hipertensi
masalah kesehatan 3. Menjelaskan kepada keluarga cara
mencegah tekanan darah tinggi yaitu
mengurangi garam dan olahrga teratur O:
4. Membimbing keluarga untuk mengatasi
resiko penyakit hipertensi - Keluarga Ny K dapat
5. Menjelaskan perawatan hipertensi di menjelaskan ulang
rumah
apa yang sudah di
6. Menjelaskan pelayanan kesehatan yang
dapat digunakan sampaikan yang
mengenai :
Pengertian
Hipertensi,
Pengobatan
Hipertensi, dan
Pencegahan
Hipertensi

A : Masalah teratasi

P : Anjurkan untuk
kontrol rutin ke
Pelayanan Kesehatan

DAFTAR PUSTAKA
Asikin, dkk.(2016). Keperawatan Medikal Medikal Bedah Sistem Kardiovaskular.
Jakarta : Erlangga
Aspiani, Reny Yuli.(2014). Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan
kardiovaskular aplikasi nic & noc. Jakarta : EGC
Azizah, Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
DepartemKementerian Kesehatan RI. (2015). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia
di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI.
Friedman. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan
Praktik. Edisi ke-5. Jakarta : EGC
Friedman. (2013). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Ilmu. Triyanto, E.(2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Situasi dan analisis lanjut usia. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. en Kesehatan R.I.
Kozier, B., et al. 2010. Fundamental Of Nursing: Concept, Process, and Practice. 7th
edition New Jercey: Prentice-hall, Inc
LeMone, Priscilla.(2015). Buku ajar keperawatan medikal bedah, ed. 5, vol. 3. Jakarta : EGC

Mubarak W.I., Lilis I., Joko S. (2015). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta: Selemba
Medika
Marta. Ollyvia F.D. 2012. Determinan Tingkat Depresi pada Lansia. Fakultas Ilmu
Keperawatan. Universitas Indonesia. hal. 7-8, 22.
Miller C. A. (2012). Nursing for Wellnes in Older Adults. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Murwani A., Setyowati,S., & Riwidikdo, H. (2015). Asuhan Keperawatan
Keluarga. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press
Nugroho (2012). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Ed. 3. Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Potter, P.A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental of Nursing : Konsep, Proses,
dan Praktis. Ed 7. St. Lous : Mosby Year Book
Setiati Siti, et al. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th rev. hal. 2014 – 1134
Jakarta : Internal Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam 78 1
Stenly, M. Patricia Gauntlett Beare. (2007). Buku Ajar Keperawatan gerontik
edisi 2. Jakarta: EGC.
World Health Organitation. (2017). Proposes working definitition of An older
person in world.

Anda mungkin juga menyukai