KELOMPOK IV
PROGRAM ALIH JENIS 2 / B19
Zita Triwika 131611123071
Ramona Irfan Kadji 131611123072
Yoga Trilintang Pamungkas 131611123073
Yoga Hadi Narendra 131611123074
Bayu Triantoro 131611123075
Clara Agustina 131611123076
Yhunika Nur Mastiyas 131611123077
Antonia Andasari 131611123078
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Prevalensi diabetes melitus gestasional di Eropa sebesar 2-6% (Buckley et al,
2001). Prevalensi prediabetes di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 10%
sedangkan prevalensi diabetes melitus gestasional di Indonesia sebesar 1,9%-
3,6% pada kehamilan umumnya (Soewardono dan Pramono, 2011). Pada ibu
hamil dengan riwayat keluarga diabetes melitus, prevalensi diabetes
gestasional sebesar 5,1% (Maryunani, 2008). Data prevalensi mengenai
diabetes melitus masih minim di Indonesia, termasuk Jawa Timur. Masalah
diabetes gestasional di Indonesia sangat membutuhkan penanganan yang serius
melihat dampak yang ditimbulkan pada ibu hamil dan janin .Oleh karena itu,
perlu adanya pemahaman bagi kita perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada kasus diabetes melitus gestasional ini.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diabates melitus gestasional secara komprehensif.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diabetes adalah gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan
hiperglikemia. Diabetes gestasional mungkin merupakan kondisi yang telah
ada sebelumnya, atau dapat berkembang selama kehamilan yang diakibatkan
oleh perubahan metabolisme yang diinduksi oleh hormon (Green & Judith,
2012).
Diabetes melitus pada kehamilan (gestasional) adalah intoleransi
karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat (DM), terjadi
atau pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien
yang sudah mengidap DM (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat
kehamilan ini dan yang benar-benar menderita DM akibat hamil
(Setiyaningrum, 2013).
Diabetes gestasional merupakan salah satu dari beberapa tipe diabetes,
yang khusus dialami oleh ibu hamil, yang sebelumnya tidak menderita diabetes
(Bahren, dkk, 2014).
4
sangat penting dilakukan oleh para calon ibu yang berusia lebih dari 30
tahun.
Dalam suatu studi yang dilaporkan oleh Pederson (1997) wanita yang
melahirkan bayi dengan berat 4,5 kg atau lebih 20 tahunsebelumnya tanpa
suatu riwayat keluarga, mempunyai insidens diabetes sebesar 17% jika
mereka mempunyai berat badan yang normal dan insidens 46% jika mereka
gemuk. Wanita yang melahirkan bayi besar yang gemuk dan mempunyai
riwayat keluarga yang positif mempunyai insidens diabetes sebesar 84%.
5
e. Riwayat diabetes dalam keluarga
Faktor genetik berpengaruh dalam perkembangan diabetes. Sekitar 1% dari
semua anak dari orang tua diabetes sendiri kemungkinan mengalami
penyakit ini dalam 30 tahun pertama kehidupan, suatu insidens antara 5 dan
10 kali lebih besar dibandingkan anak dari orang tua yang bukan diabetes.
Jika kedua orang tuanya diabetes , insiden diabetes pada anak-anaknya
meningkat, tergantung pada umur kapan orang tua menjadi diabetes. Resiko
terbesar bagi anak-anak untuk mengalami diabetes terjadi jika salah satu
atau kedua orang tua mengalami penyakit ini sebelum umur 40 tahun.
f. Hidramnion sebelumnya
6
Perubahan hormon selama kehamilan diyakini bertanggung jawab terhadap
penurunan sensitivitas insulin terutama yang berasal dari hormon plasenta
(Human Chorionic Somatomammotropin atau HCS - Human Placetal
Lactogen), kortisol, progesteron, dan prolaktin. Beberapa jenis hormon yang
berperan dalam kejadian diabetes melitus gestasional sebagai berikut:
- Hormon Laktogen Plasenta
Hormon laktogen plasenta biasanya muncul pada minggu keenam,
terutama disekresi pada sirkulasi ibu (sedikit pada darah tali pusat)
dengan konsentrasi yang terus meningkat selama kehamilan. Hormon
laktogen plasenta berperan untuk meningkatkan proses lipolisis
(pemecahan lemak menjadi asam lemak) sehingga mampu meningkatkan
kadar asam lemak bebas dalam sirkulasi darah, memengaruhi
penimbunan asam lemak dalam jaringan yang berpengaruh pada
berkurangnya jumlah reseptor insulin pada jaringan sehingga
menurunkan kemampuan insulin dalam memasukkan gula ke dalam sel
jaringan (resistensi insulin).
- Hormon kortisol
Hormon kortisol merupakan hormon steroid yang dihasilkan secara alami
di dalam tubuh. Kadar kortisol akan meningkat selama kehamilan dan
terus meningkat seiring dengan pertumbuhan fetus (janin). Kortisol
berfungsi untuk menstimulasi proses glukoneogenesis (pembentukan
glukosa) di dalam hati dan menghambat pengambilan glukosa di dalam
sel perifer.
Hormon kortisol bisa juga menstimulasi lipolisis (pemecahan lemak),
pemecahan protein sel perifer, dan pembentukan plasma protein dalam
hati (Silbernagi S dan Lang F, 2000). Dengan kata lain, kortisol secara
tidak langsung memengaruhi peningkatan jumlah glukosa darah dan
meningkatkan jumlah hormon insulin di dalam darah.
- Hormon Progesteron
7
Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum sepanjang kehamilan,
khususnya selama enam minggu pertama. Hormon ini mampu
mengurangi kemampuan hormon insulin dalam menekan produksi
endogen.
- Hormon Prolaktin
Hormon prolaktin merupakan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitari atau kelenjar hipofisis bagian interior (depan). Hormon ini
diproduksi juga oleh plasenta. Peningkatan sekresi hormon prolaktin
salah satunya dalam keadaan hipoglikemia. Dengan kata lain, hormon
prolaktin memiliki sifat antagonis terhadap insulin.
2.3 Patofisiologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan
karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan
untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada
janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah
ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang
mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama
dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain : estrogen, steroid
dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resopsi makanan maka terjadi
hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.
Diabetes kehamilan sama dengan diabetes Tipe II. Perubahan hormon
selama kehamilan akan mengubah kemampuan toleransi tubuh terhadap
insulin. Pada kehamilan dini (sebelum usia 20 minggu), sel-sel sangat responsif
terhadap insulin dan kadar glukosa di dalam darah kemungkinan akan lebih
rendah dibanding biasanya. Hal ini juga yang menjadi alasan beberapa wanita
hamil mengalami mual dan muntah jika tidak ada asupan makanan selama
kurun waktu yang lama, misalnya sepanjang malam.
Pada diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena
kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk
membawa glukosa untuk melewati membran sel.Tingginya kadar glukosa
8
darah menyebabkan ginjal harus mengsekesikannya melalui urine dan bekerja
keras sehingga ginjal tidak dapat menanggulanginya sebab peningkatan laju
filter glomerulus dan penurunan kemampuan tubulus renalif profesional/renalis
untuk mereabsorbsi glukosa.
Penyakit diabetes dapat merupakan kelainan herediter dengan cara
insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah
tinggi.Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini
akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada
penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan.
Peningkatan produksi hormon kehamilan terutama HPL(Human Placenta
Lactogen) akan meingkatkan resistensi sel terhadap insulin sehingga muncul
kondisi diabetes.Efek puncak HPL terjadi pada umur kehamilan sekitar 26
sampai 28 minggu. Waktu tersebut merupakan saat yang tepat melakukan
penapisan.
Hiperglikemi menimbulkan banyak efek merugikan pada kehamilan.
Angka aborsi spontan dan lahir mati juga meningkat. Kematian pembuluh
darah ke uterus dan plesenta sehingga meningkatkan insufisiensi uteroplasma,
yang mengakibatkan IUGR dan efek-efek lain. Pada sejumlah besar wanita
juga ditemukan hipertensi dan preeklamsi.
Glukosa darah ibu yang meningkat akan disalurkan ke janin melalui
plasenta. Janin memang tidak menderita dibetes, tetapi harus meningkatkan
produksi insulinnya guna metabolisme glukosa yang ada. Akibat peningkatan
kadar insulin dan glukosa, terjadilah pertumbuhan fisik yang dramatis, yang
menghasilkan bayi besar (makrosomia). Makrosomia disebabkan oleh
hiperplasia, peningkatan jumlah sel, hipertrofi, dan pembesaran sel bayi.
Kondisi ini menyebabkan perubahan yang berlangsung seumur hidup bagi
janin dan terbukti meningkatkan kemungkinan obesitas pada masa kanak-
kanak dan dewasa sekaligus meningkatkan risiko diabetes dikemudian hari.
9
2.4 Manifestasi Klinis
Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah merupakan deteksi dini umum yang
biasa dilakukan terhadap suspect penderita diabetes, terutama bila mengalami 9
gejala-gejala dibawah ini (Suryo J, 2009):
1. Sering buang air kecil di malam hari
2. Sering merasa haus
3. Sering merasa lapar
4. Makan dalam porsi besar
5. Penglihatan kabur
6. Tubuh lesu dan lemah
7. Penurunan berat badan
8. Luka sulit sembuh
9. Mati rasa (terutama di kaki)
Hasil Tes
1. Hasil urin menunjukkan glucosuria dan kemungkinan acetonuria.
2. Tes toleransi glukosa 1 jam selama 24 hingga 28 minggu menunjukkan
peningkatan level glukosa.
3. Tes toleransi glukosa 3 jam setelah berpuasa menunjukkan peningkatan
level glukosa.
10
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Glukosa darah puasa dan/ atau sewaktu.
2. Tes Toleransi Glukosa Oral (Oral Glucose Tolerance Test, OGTT)
3. Hb AIc glikosilat : di awal dan tiap 2 hingga 6 minggu; lebih dari 12%
mengindikasikan pengontrolan glukosa jangka panjang yang buruk.
4. Urine untuk memeriksa adanya glukosa dan keton
5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat, yang
menandakan tidak adanya kekuatan kontrol glikemikdan peningkatan
propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
11
2.6 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan khusus yaitu agar dapat mencapai sasaran kadar
gula darah normal (normoglikemia) dengan cara menjaga dan mempertahankan
kadar glukosa darah puasa <95 mg/dL dan kadar glukosa darah 2 jam setelah
makan <120 mg/dL disertai dengan nilai HbA1c <6%.
12
janin yang dikandungnya saat hamil, persalinan, maupun setelah persalinan.
Ibu beresiko mengalami tekanan darah tinggi dan terkena diabetes dalam
kehamilannya. Adanya kepercayaan yang mengatakan bahwa ibu hamil
makan untuk dua orang menjadikan para ibu hamil mengonsumsi makanan
secara berlebihan, sehingga terjadi penumpukan kalori dan sisa asupan
energi sedangkan kebutuhan makan ibu hamil rata-rata hanya naik 10-15%.
Pada pertemuan ilmiah tahunan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia (PIT POGI) XXI 2014 disebutkan bahwa diet merupakan dasar
penanganan medis diabetes melitus gestasional. ADA menganjurkan diet
dimulai dengan 2000-2500 kalori/hari (35 kal/kg/hari) dengan 50-60%
karbohidrat tinggi serat, 10-20% protein, dan 25-30% lemak.
Pengidap diabetes menurut Lokakarya LIPI/NAS (1968) dengan berat
badan rata-rata, cukup diberi diet 1200-1800 kalori sehari selama
kehamilan. Pada wanita dengan diabetes melitus gestasional dengan berat
badan normal, dibutuhkan 30 kkal/kgBB/hari. Pada wanita yang mengalami
obesitas (IMT>30 kg/m2) dengan pengurangan sekitar 30-33% dari
perkiraan kalori yang dibutuhkan, maka dibutuhkan kalori sekitar 25
kkal/kgBB/hari dihitung berdasarkan berat badan saat hamil. Pola makan
sebanyak 3 kali makan besar dan diselingi 3 kali makan kecil dianjurkan
dalam sehari. Pembatasan jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan
dalam sehari dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial (2 jam
setelah makan).
Untuk mempertahakan kadar gula darah tetap stabil, dapat dilakukan
dengan cara tidak melewati waktu makan, terutama sarapan pagi. Setelah
itu, berusaha menghindari makanan dan camilan yang manis, misalnya
permen, biskuit, kue, dan minuman bersoda. Sangat disarankan untuk tetap
menjaga dan mempertahankan pola makan dengan gizi yang ccukup dan
seimbang, serta menghindari makanan pemicu gula darah tinggi, misalnya
makanan yang manis, berlemak, goreng-gorengan dan makanan tinggi
kolesterol. Makanan berserat dan buah-buahan segar sangat dianjurkan
karena dapat mempertahankan rasa kenyang lebih lama. Selain itu, juga
13
dapat membantu mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Dalam prinsip
diet, kalori seimbang bagi pengidap diabetes melitus secara umum dan bagi
pasien dengan diabetes melius gestasional dikenal prinsip 3J (jadwal,
jumlah dan jenis).
Jadwal makan
Penyandang diabetes melitus sangat dianjurkan untuk makan secara
teratur dan dengan porsi (jumlah kalori) yang tepat. Selain makan tepat
pada waktunya, jumlah kalori yang dikonsumsi juga harus sesuai dengan
kebutuhannya. Selang waktu makan bagi pasien dengan diabetes yaitu
sekitar 3 jam. Dengan demikian, pasien dengan diabetes makan sebanyak
6 kali dalam sehari dengan 3 kali makan utama dan 3 kali makan
selingan. Hal ini dilakukan agar menjaga kondisi gula darah tetap stabil,
sehingga dapat mencegah komplikasi hipoglikemia (gula darah turun
terlampau rendah sehingga dapat menimbulkan gejala mulai dari yang
paling ringan hingga berakibat fatal). Namun, harus diingat bahwa porsi
yang diberikan tidak boleh berlebihan, tetapi disesuaikan dengan
kebutuhan kalori tubuh.
Jumlah Makanan
Jumlah kandungan lemak yang disarankan yaitu sebanyak <300
mg/hari. Sebaiknya diusahakan sumber lemak berasal dari asam lemak
tak jenuh (monounsaturated fatty acid, MUFA) dan membatasi asam
lemak jenuh (polyunsaturated fatty acid, PUFA). Sumber lemak MUFA
antara lain terdapat dalam kacang-kacangan, alpukat, dan minyak zaitun.
Sementara itu, sumber lemak PUFA antara lain terdapat dalam aneka
macam ikan, misalnya salmon, tuna, tenggiri, kakap, tempe, tahu, taoge,
dan alpukat. Jenis serat yang diutamakan yaitu serat laut dan disarankan
jumlahnya +25 g/hari. Sumber serat laut di antaranya kacang-kacangan ,
biji-bijian, umbi-umbian, buah-buahan, dan sayuran. Sejumlah bahan
makanan yang mengandung serat laut dalam kadar yang tinggi antara lain
sereal gandum, havermut, oat, kentang, ubi jalar, bawang, apel, kacang
14
merah, pisang, legume, kacang polong, kedelai, brokoli, wortel, jeruk,
stroberi, apricot, kismis, bit, persik, pir, biji, wijen, timun, seledri, dan
sebagainya.
Jenis makanan
Dalam memilih jenis makanan, sebaiknya memperhatikan faktor
indeks glikemik (IG). Indeks glikemik (IG) merupakan angka yang
menunjukkan potensi peningkatan gula darah dari karbohidrat yang
tersedia pada suatu pangan/makanan, atau secara sederhana dapat
dikatakan sebagai tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar
glukosa dalam darah. Bahan makanan dengan jenis yang sama dapat saja
memiliki IG yang berbeda jika diolah atau dimasak dengan cara yang
berbeda. Hal ini dapat terjadi karena proses pengolahannya dapat
mengubah struktur dan komposisi zat penyusunnya, sehingga
mempengaruhi daya serap zat gizi yang terdapat dalam bahan makanan
tersebut. Bahan makanan yang sama dengan jenis yang berbeda juga
mampu mempengaruhi IG pangan tersebut, misalnya beras yang
memiliki kisaran IG antara 50-70 tergantung jenis berasnya. Untuk itu,
disarankan untuk memilih dan mengonsumsi bahan makanan yang
memiliki indeks glikemik yang rendah karena pengaruhnya terhadap
peningkatan kadar gula darah yang lebih lambat.
15
kehamilan secara bermakna dapat menyebabkan penurunan resiko diabetes
melitus gestasional. Penelitian tersebut membuktikan bahwa olahraga dan
aktivitas fisik meningkatkan kemampuan tubuh kita untuk membakar gula,
meningkatkan sensitivtas insulin, meningkatkan perubahan adipokin yang
menguntungkan, menurunkan efek stresoksidatif sebagai wujud efek
anioksidan dari olahraga, sehingga pada akhirnya semua hal tersebut dapat
menjaga kadar gula darah tetap dalam kisaran normal. Ibu hamil yang
mengalami diabetes melitus dalam kehamilan sangat disarankan untuk
melakukan aktivitas fisik dan olahraga yang melibatkan kerja otot, misalnya
berjalan, bersepeda, berenang sekitar 30 menit setiap harinya, dan bisa juga
dengan bermain dengan anak secara aktif.
16
penambahan berat badan yang 6. Melakukan aktivitas fisik secara
ideal. berlebihan.
6. Perhatikan tingkat aktivitas fisik
anda setiap melakukannya
(apakah anda dapat berbicara
dengan mudah tanpa kesulitasn
bernapas?)
17
kisaran intensitas sedang sampai tinggi (skala 5-8 dari 10) dengan kisaran
denyut jantung (heart rate) yang dapat dicapai sekitar 40-89% dari heart
rate reserve(HRR). Dengan melihat hal tersebut dan memperhatikan riwayat
aktivitas fisik sebelumnya, maka aktivitas dibagi ke dalam 2 golongan :
Golongan 1
Sebagian besar wanita sehat yang sebelumnya tidak memiliki riwayat
aktivitas fisik dengan intensitas yang tinggi, maka sangat disarankan
untuk memulainya pada tingkatan aktivitas fisik dengan intensitas sedang
selama proses kehamilan dan bahkan setelah persalinan. Aktivitas fisik
dengan intensitas sedang memiliki rentang sekitar 40-59% HRR atau
berada pada skala sekitar 5-6 dari 10.
Golongan 2
Bagi wanita yang memiliki riwayat aktivitas fisik teratur dengan
intensitas tinggi, dapat tetap melakukan aktivitas fisiknya selama
kehamilan pada intensitas yang tinggi dalam rentang 7-8 dari skala 10
hingga mencapai target denyut jantung sekitar 60-89% HRR.
Bagi wanita yang tidak terbiasa dengan aktivitas fisik, maka aktivitas
fisik dapat dimulai dari yang paling rendah di antara 3-4 dari 10 hingga
mencapai 30% HRR, dan secara perlahan bergerak menuju intensitas yang
sedang.
Karena belum banyak studi dan penelitian mengenai efek aktivitas
fisik dengan intensitas tinggi selama kehamilan, maka tidak disarankan
untuk dilakukan oleh wanita yang sebelumnya tidak memiliki riwayat
aktivitas fisik dengan intensitas yang tinggi. Sementara itu, wanita yang
sebelumnya telah terbiasa menjalani aktivitas fisik dengan intensitas tinggi,
maka secara umum tidak disarankan untuk mengurangi aktivitas fisiknya
secara mendadak dan drastis, bahkan dianjurkan untuk tetap aktif dan juga
disarankan perlu mengkonsultasikannya dengan dokter untuk menilai dan
menyesuaikan aktivitas fisik selama masa kehamilan.
18
Jenis aktivitas menurut skala rekomendasi aktivitas fisik dan
olahraga:
0 = duduk diam
1, 2, 3, 4 = intensitas rendah (berjalan)
5, 6 = intensitas sedang (jogging/lari santai, berkebun, menari)
7, 8 = intensitas tinggi (berlari, yoga)
c) Selalu patuhi saran dokter
9, 10 = intensitas sangat tinggi/berat (lari cepat, angkat beban, mendaki)
Konsumsi obat pengendali kadar gula darah/suntikan insulin jika
c) Insulin
Jika ibu hamil dengan diabetes melitus tidak berhasil
mengendalikan kadar gula darahnya dengan cara diet dan olahraga
terencana, maka kemungkinan besar diperlukan resep obat untuk
membantu dalam mengontrol kadar gula darahnya selama kehamilan.
Sekitar 15% wanita yang mengalami diabetes melitus dalam kehamilan
membutuhkan obat/suntikan insulin. Setelah itu, bersama dengan diet dan
olahraga terencana diharapkan dapat tercapai target kadar gula darah
yang normal. Sangat penting untuk mengikuti aturan dan saran dari
dokter tentang cara penggunannya secara tepat. Obat antidiabetes oral
sendiri tidak dianjurkan karena dapat melewati plasenta dan dapat
merangsang pankreas janin, sehingga menambah kemungkinan
makrosomia. Sementara itu, mencegah timbulnya antibodi terhadap
insulin yang dapat menembus plasenta, maka harus menggunakan insulin
manusia. Insulin sebagai terapi terpilih diberikan di rumah sakit dan
fasilitas kesehatan jika dengan pengaturan diet selama 2 minggu tetap
tidak mencapai target kadar glukosa darah.
Pemberian insulin dimulai dengan dosis kecil yaitu 0,5-1,5
unit/kgBB/hari satu atau dua kali sehari. Dosis insulin yang diberikan
dapat bertambah disesuaikan dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada
PIT POGI XXI 2014 disebutkan bahwa jika didapatkan kadar gula darah
19
puasa >105 mg/dL dan 2 jam postprandial <120 mg/dL, pemberian
insulin harus dilakukan dengan target kadar gula darah puasa 60-90
mg/dL dan 2 jam postprandial <120 mg/dL. Target ini juga sesuai dengan
kondisi wanita hamil yang tidak mengalami diabetes melitus gestasional.
d) Penanganan obstetri
Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan :
- Pengukuran tinggi fundus uteri.
- Mendengarkan denyut jantung janin secara khusus memakai USG dan
kardiotokografi (KTG).
- Penilaiaan menyeluruh janin dilakukan dengan skor fungsi dinamik
janin plasenta (FDJP). Skor < 5 merupakan tanda gawat janin. Penilaian
ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya
makrosomia, pertumbuhan janin yang terhambat (PJT) dan gawat janin
merupakan indikasi untuk melakukan persalinan secara seksio sesaria.
- Pada saat seksio sesaria, penatalaksanaan ibu DMG dikerjakan seperti
yang lazim pada pasien diabetes mellitus dengan pembedahan.
- Janin yang sehat (skor FDJP > 6) dapat dilahirkan pada umur kehamilan
cukup waktu (40-42 minggu) dengaan persalinan biasa. Ibu hamil
20
dengan DMG tidak perlu dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali
dengan baik, namun harus selalu diperhatikan gerak janin (normal > 10
kali / 12 jam ).
- Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
- Bila diperlukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis
dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38
minggu)
- Kehamilan dengan DMG yang berkomplikasi (hipertensi, preeklamsia,
kelainan vaskuler infeksi seperti glomerulonefrotis, sistisis, moniliasis)
harus dirawat sejak minggu kehamilan ke-34.
2.7 Komplikasi
Menurut Gery Morgan & Carole Hamilton (2009), komplikasi yang bisa terjadi
setelah mengalami diabetes melitus gestasional ini, yakni :
a. Ibu
1. Polihidramnion biasa terjadi tanpa sebab yang tidak diketahui; keadaan
ini dapat berkembang menjadi ketuban pecah dini (KPD), kegawatan
napas.
2. Kemungkinan terjadi preeklamsia meningkat empat kali.
3. Infeksi lebih sering terjadi dan mungkin menjadi lebih berat.
4. Seksio sesaria lebih umum terjadi karena makrosomia janin, kegawatan
janin, dan kondisi yang memburuk pada minggu terkahir kehamilan.
5. Lebih sering terjadi perdarahan pasca partum.
6. Komplikasi vaskuler (mis. retinopati proliferasi dan nefropati),
khususnya individu yang sudah lama menderita diabetes.
b. Janin
1. Kematian janin intrauterus: Insidens 3-12%.
2. Morbiditas neonatus
a) Insidens 4-7%
b) Penyebab
21
Hiperbilirubinemia: Kemungkinan akibat prematuritas.
Makrosomia: Dapat menyebabkan cedera lahir bila pelahiran per
vagina.
Hipoglikemia: Akibat putus hubungan yang tiba-tiba dari ibu
hiperglikemia.
Hipokalsemia: Akibat asfiksia, prematuritas, atau berbagai macam
kemungkinan lain.
Gawat napas idiopati
Dalam Green & Judith (2012) ada beberapa lagi komplikasi potensial
diabetes pada kehamilan, yaitu :
1) Hiperglikemia dan ketoasidosis diabetik maternal : komplikasi ini
mencakup ibu yang menyandang diabetes bergantung insulin.
2) Hipoglikemia (syok insulin)
3) Persalinan yang sulit , meliputi distosia bahu, trauma kelahiran
4) Anomali kongenital , khususnya mencakup anomali jantung, sistem
saraf pusat, dan skeletal.
5) Intrauterine Growth Restiction (IUGR), disebabkan oleh gangguan
sirkulasi uteroplasenta akibat penyakit vaskular maternal.
2.8 Prognosis
Prognosis bergantung dari perawatan antenatal, pertolongan persalinan dan
perawatan di bangsal neonatus dan pemantauan jangka panjang. Prognosis untuk
hidup umumnya baik. Prognosis intelegensia yang normal tergantung dari lama
22
dan beratnya hipoglikemia dengan gejala, terutama bila diderita oleh bayi dengan
berat badan lahir rendah dan bayi dengan ibu DMG cenderung menyebabkan
intelegensia yang rendah apabila dibandingkan dengan hipoglikemia tanpa gejala.
23
7. Domain 11: Keamanan/perlindungan
Kelas 2: Cedera Fisik
Diagnosa: Resiko sindrom kematian bayi berhubungan dengan peningkatan
kadar glukosa maternal sebagai perubahan pada sirkulasi (00156).
24
WOC (WEB OF CAUSATION) DIABETES MELITUS GESTASIONAL
Hormon
Faktor Resiko : diabetogenik
- Obesitas (pencetus diabetes)
- Usia ibu lebih dari 30 tahun meningkat
- Bayi sebelumnya yang berukuran > 4 kg Perubahan metabolisme
- GDM atau intoleransi glukosa (IGT) pada kehamilan sebelumnya insulin dan karbohidrat
- Riwayat diabetes dalam keluarga
- Hidramnion sebelumnya
- Perubahan hormon selama kehamilan Mempengaruhi
Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, penurunan reseptor
sehingga kadar gula darah ibu insulin pada sel
mempengaruhi kadar gula darah janin
Peningkatan pengeluaran
Polifagi Sel Kelaparan Sel otak Hiperglikemia Maternal
glukosa dalam urine
kekurangan nutrisi
MK : Resiko Sindrom
Kematian Bayi Perubahan
Kurang Gangguan status Reabsorbsi cairan di
pengetahuan metabolisme protein Kerusakan kesehatan tubulus ginjal terganggu
manajemen (glukoneogeneis) jaringan
penyakit pembuluh
darah retina
MK : Ansietas Diuresis osmotik
Pertumbuhan
MK : Resiko Ketidakstabilan jaringan Penurunan visus
Glukosa Darah terhambat penglihatan
Poliuri
25
MK : Resiko MK : Resiko MK : Kekurangan
Infeksi tinggi cedera Volume Cairan dan Dehidrasi ekstra sel
Elektronik
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
26
2. Keluhan Utama
Keluhan fisik yang paling dirasakan oleh Ny. A saat ini adalah sering
merasa letih, penglihatan kabur, dan sakit kepala.
3. Alasan datang :
Atas rujukan bidan desa, karena gula darah sesaat tinggi ,ada riwayat
keturunan diabetes melitus, dan sering merasa letih.
4. Riwayat kehamilan sekarang.
Kehamilan saat ini merupekan kehamilan yang kedua. Kehamilan pertama
mengalami keguguran pada usia 12 minggu. Ny. A juga merasa cemas
dengan keadaan nya saat ini karena harus dirujuk ke RS, selama ini Ny. A
mengira keluhan yang dirasakan adalah keluhan ibu hamil pada umumnya.
5. Riwayat kesehatan yang lalu.
Ny. A mengatakan tidak ada masalah kesehatan sebelumnya.
6. Riwayat keluarga
Ayah dan ibu Ny. A saat ini berusia 65 dan 57 tahun. Ny. A adalah anak
ke 1 dari 2 bersaudara. Ayah Ny. A menderita diabetes melitus sudah 15
tahun ini.
7. Riwayat mestruasi
Umur menarche : 13 tahun
Siklus : 30 hari
Lamanya : 5-6 hari
Frekuensi : teratur
Sifat darah : encer
Disminorhoe : kadang- kadang
Banyaknya : 2 x ganti pembalut
HPHT :06 Mei 2016
8. Riwayat Obstetri.
Gravida : kehamilan ke 2, dengan riwayat abortus 1 kali
27
Tipe golongan : Ny. A mempunyai golongan darah B dengan
Rhesus +
Kehamilan yang lalu : abortus
9. Riwayat ginekologi
Tidak ditemukan masalah pada ginekologi Ny. A baik itu infeksi vagina
maupun penyakit menular seksual.
10. Riwayat seksual.
Klien dan suami mengatakan bahwa selama ini frekuensi berhubungan
dalam seminggu adalah 3x. Tidak ada masalah dalam hubungan suami
istri.
11. Riwayat pernikahan.
Kawin :1 kali dengan suami sekarang
Usia kawin pertama : 30 th
Lamanya perkawinan: 5 th
28
Pola Aktivitas
Ibu hanya beraktifitas sebagai ibu rumah tangga suka memasak,
mencuci baju. Risiko dari aktifitas yang dilakukannya adalah berupa
kelelahan.
Pola Seksual
Selama ini pola seksual klien dengan suami berjalan lancar. Akan
tetapi memasuki masa kehamilan, klien dan suami sepakat untuk
mengurangi kegiatan seksual mereka.
Pola eliminasi
Pola BAB = 1-2x sehari, pola BAK : 5-8x sehari dengan intake
cairan 2L
Perokok dan pemakai obat-obatan.
Tidak ada riwayat merokok ataupun pemakai obat maupun alkohol.
B. Pemeriksaan
a) Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : keadaan sehat dan sadar penuh
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah :120/80 mmHg Nadi : 90x/menit
Respirasi : 20 x/menit Suhu : 36,4 C
Berat badan :75kg saat hamil, 68 kg sebelum hamil.
Pertambahan BB : 7 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 29,2 kg/m2
2. Lila
Hasil pengukuran lingkar lengan atas ibu adalah 25 cm
b) Pemeriksaan fisik
1. Kepala
a. Rambut : Rambut berwarna hitam, tebal dengan distribusi
29
yang merata dikepala.
b. Muka : muka terlihat agak pucat karena ibu terlihat
tegang.
c. Mata : conjungtiva anemis.
d. Hidung : tidak ditemukan polip
e. Telinga : bentuk telinga normal dan keadaan telinga bersih bebas
dari serumen.
f. Mulut : mulut terlihat lembab, bersih dan tidak ada caries maupun
karang gigi.
2. Leher
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe maupun
kelenjar tiroid.
3. Dada dan axilla
a. Mamae : pembesaran simetris, areola mammae coklat, puting susu
menonjol, colostrum tidak ada.
b. Axilla : tidak ada tumor ataupun nyeri tekan.
4. Ekstremitas
Ekstremitas tungkai simetris, tidak ada edema pada ekstremitas.
Varices (-).
30
Leopold III : kepala janin teraba di bagian fundus, yaitu teraba
keras, bundar, dan melenting.
Leopold IV : di bagian bawah perut ibu teraba bagian bokong janin.
d) Pemeriksaan penunjang
USG : perkiraan berat janin adalah 350 gram, panjang janin 25 cm,
tampak bagian tubuh janin semua normal, jenis kelamin
kemungkinan perempuan.
Gula darah puasa : 145 mg/dl
Tes Toleransi Glukosa Oral : 210 mg/dl
Urine : glukosa (+)
31
Glukosa Oral : 210
mg/dl
Urine : glukosa (+)
Resiko cidera
3. DS : Klien belum tahu dan Hiperglikemia maternal Ansietas
cemas dengan keadaan nya
saat ini karena harus Perubahan status
dirujuk ke RS, selama ini kesehatan
klien mengira keluhan
yang dirasakan adalah Ansietas
keluhan ibu hamil pada
umumnya.
32
456, G2P0A1 20 minggu,
tampak cemas
Nadi 90x / menit
IMT : 29,2 kg/m2
Gula darah puasa :
145 mg/dl
Tes Toleransi
Glukosa Oral : 210
mg/dl
Urine : glukosa (+)
33
faktor yang berkontribusi. 4) Berikan informasi mengenai
b. Tanda dan gejala awal pemeriksaan diagnostik yang
penyakit. tersedia.
c. Prosedur yang harus diikuti 5) Diskusikan perubahan gaya hidup
dalam mengobati yang mungkin diperlukan untuk
hiperglikemia. mencegah komplikasi di masa
d. Pentingnya menjaga kadar yang akan datang
glukosa darah dalam kisaran 6) Diskusikan pilihan terapi /
target. penanganan.
e. Dampak penyakit akut pada 12).Jelaskan alasan dibalik
kadar glukosa darah. manajemen / terapi / penanganan
f. Penggunaan yang benar dari yang direkomendasikan.
obat yang diresepkan. 13).Jelaskan komplikasi yang
mungkin ada.
2) Domain IV, Kelas 14).Edukasi pasien mengenai
SPengetahuan : diet yang tindakan untuk
disarankan (1802) mengontrol/meminimalkan gejala,
a. Diet yang dianjurkan sesuai kebutuhan.
b. Manfaat diet 15).Edukasi pasien mengenai tanda
c. Distribusi intake makanan dan gejala yang harus dilaporkan
yang direkomendasikan kepada petugas kesehatan.
sepanjang hari
d. Porsi makanan yang Pengajaran: Peresepan Diet (5614)
direkomendasikan 1) Kaji tingkat pengetahuan pasien
mengenai diet yang disarankan.
Pengetahuan : aktivitas yang 2) Kaji pola makan pasien saat ini
disarankan (1811) dan sebelumnya, termasuk
a. Aktivitas yang disarankan makanan yang disukai dan pola
b. Tujuan aktivitas yang makan saat ini.
disarankan 3) Kaji pasien dan keluarga
c. Efek yang diharapkan dari mengenai pandangan,
34
aktivitas yang disarankan kebudayaan, dan faktor lain yang
d. Pembatasan aktivitas yang mempengaruhi kemauan pasien
disarankan dalam mengikuti diet yang
disarankan.
4) Ajarkan pasien nama-nama
makanan yang sesuai dengan diet
yang disarankan.
5) Jelaskan pada pasien mengenai
tujuan kepatuhan terhadap diet
yang disarankan.
6) Instruksikan pasien untuk
menghindari makanan yang
dipantang dan mengkonsumsi
makanan yang diperbolehkan.
7) Bantu pasien memilih makanan
kesukaan yang sesuai dengan diet
yang disarankan.
8) Libatkan pasien dan keluarga.
9) Rujuk ke ahli gizi jika diperlukan.
35
4) Informasikan pasien mengenai
aktivitas yang sesuai dengan
kondisi fisiknya.
5) Instruksikan pasien untuk
melaporkan gejala dan
kemungkinan masalah yang
timbul.
6) Libatkan keluarga untuk
memantau latihan pasien.
36
secara rutin.
2) Pastikan kacamata klien atau
kontak lensa yang digunakan
klien sudah sesuai.
3) Jelaskan kondisi lingkungan
kepada klien.
37
kesehatan yang membahas
faktor resiko, pemeriksaan
surveilans dan tindakan yang
biasa dilakukan.
6) Ajarkan pasien mengenai teknik
perawatan mandiri untuk
meningkatkan kemungkinan
mendapatkan hasil akhir yang
sehat (misalnya., hidrasi, diet,
modifikasi aktivitas,
pengontrolan glukosa darah,
dll).
7) Ajarkan klien mengenai obat-
obat yang diresepkan.
8) Ajarkan klien dalam tindakan
monitor mandiri.
10).Tuliskan pedoman untuk tanda
dan gejala yang membutuhkan
penanganan medis segera.
11).Dampingi pada saat prosedur
pemeriksaan diagnostik.
12).Berikan bimbingan antisipasi
untuk kemungkinan intervensi
selama proses kelahiran
(misalnya., pengawasan
elektronik pada janin:
intrapartum, kelahiran dengan
induksi, pemberian medikasi
dan operasi caesar).
38
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diabetes melitus gestasiona adalah intoleransi karbohidrat ringan
(toleransi glukosa terganggu) maupun berat (diabetes melitus), terjadi atau
pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang
sudah mengidap diabetes melitus (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui
saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita diabetes melitus akibat
hamil. Diabetes kehamilan terjadi ketika kadar glukosa tinggi terlihat selama
kehamilan. Faktor resiko diabetes melitus gestasional ini adalah pada ibu hamil
dengan obesitas, usia lebih dari 30 tahun, bayi sebelumnya lebih dari 4 gram,
diabetes melitus gestasional pada kehamilan sebelumnya, riwayat diabetes,
hidramnion sebelumnya, dan perubahan hormon kehamilan. Diabetes melitus
gestasional berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin. Komplikasi
yang bisa terjadi pada ibu diantaranya adalah polihidramnion, pre eklamsi,
infeksi, kemungkinan sectio secaria, dan perdarahan post partum. Sedangkan
pada janin beresiko terjadi hipoglikemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia,
sindrom gangguan pernafasan, polistemia, obesitas dan diabetes melitus tipe 2,
serta makrosemia. Adapun penatalaksanaanya dengan diet dan kontrol
diabetes, pengobatan insulin, serta pemantauan kondisi janin. Masalah
keperawatan yang muncul pada diabetes melitus gestasional ini diantaranya
adalah : resiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah, kekurangan volume
cairan, keletihan, resiko infeksi, resiko cidera, resiko sindrom kematian bayi,
dan ansietas.
4.2 Saran
a. Kepada ibu hamil dengan resiko terjadi diabetes melitus gestasional, agar
meningkatkan frekuensi pemeriksaan kehamilan kepada tenaga kesehatan
yang kompeten.
39
b. Kepada tenaga kesehatan, khususnya perawat, agar bisa melaksanakan
asuhan keperawatan secara komprehensif dan sesuai teori yang dipelajari
pada pasien ibu hamil dengan diabetes melitus gestasional sehingga dapat
memperbaiki keadaan umum pasien dan mencegah komplikasi.
40
DAFTAR PUSTAKA
41
Setiyaningrum, Erna. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternitas (Asuhan
Kebidanan Patologi). Jakarta : In Media
Saifuddin, Abdul Bari., et al. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
42