Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Gestasional

KELOMPOK IV
PROGRAM ALIH JENIS 2 / B19
Zita Triwika 131611123071
Ramona Irfan Kadji 131611123072
Yoga Trilintang Pamungkas 131611123073
Yoga Hadi Narendra 131611123074
Bayu Triantoro 131611123075
Clara Agustina 131611123076
Yhunika Nur Mastiyas 131611123077
Antonia Andasari 131611123078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan proses fisiologis dan normal. Namun tidak jarang
ada kehamilan yang disertai penyulit. Diabetes adalah penyulit medis tersering
pada kehamilan (Cunningham et all, 2010). Diabetes melitus pada kehamilan
atau diabetes melitus gestasional adalah intoleransi karbohidrat ringan
(toleransi glukosa terganggu) maupun berat (diabates melitus), terjadi atau
pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang
sudah mengidap diabetes melitus (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui
saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita diabetes melitus akibat
hamil.Gejala-gejala kemungkinan mereda dalam beberapa minggu setelah
melahirkan. Namun, sebanyak 50 % akan berlanjut pada kehamilan berikutnya,
dan 40 60 % akan berlanjut kemudian setelah kehamilan (Norwitz &
Schorse, 2013).
Diabetes mellitus gestasional berdampak langsung pada kesehatan ibu
dan janin (Osgood et al, 2011). Dampak yang ditimbulkan oleh ibu penderita
diabetes melitus gestasional adalah ibu berisiko tinggi terjadi penambahan
berat badan berlebih, terjadinya preklamsia, eklamsia, bedah sesar, dan
komplikasi kardiovaskuler hingga kematian ibu. Setelah persalinan terjadi,
maka penderita berisiko berlanjut terkena diabetes tipe 2 atau terjadi diabetes
gestasionalyang berulang pada masa yang akan datang. Sedangkan bayi yang
lahir dari ibu yang mengalami diabetes gestasional berisiko tinggi untuk
terkena makrosomia, trauma kelahiran.Selain itu, bayi berisiko tinggi untuk
terkena hipoglikemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, sindrom gangguan
pernafasan, polistemia, obesitas dan diabetes melitus tipe 2 (Perkins et al,
2007).
Data yang diperoleh Ifan, dkk (2013) mengenai diabetes melitus
gestasional adalah bahwa diabetes melitus gestasional terjadi sekitar 4% dari
semua kehamilan di Amerika Serikat, dan 3-5% di Inggris (ADA, 2004).

2
Prevalensi diabetes melitus gestasional di Eropa sebesar 2-6% (Buckley et al,
2001). Prevalensi prediabetes di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 10%
sedangkan prevalensi diabetes melitus gestasional di Indonesia sebesar 1,9%-
3,6% pada kehamilan umumnya (Soewardono dan Pramono, 2011). Pada ibu
hamil dengan riwayat keluarga diabetes melitus, prevalensi diabetes
gestasional sebesar 5,1% (Maryunani, 2008). Data prevalensi mengenai
diabetes melitus masih minim di Indonesia, termasuk Jawa Timur. Masalah
diabetes gestasional di Indonesia sangat membutuhkan penanganan yang serius
melihat dampak yang ditimbulkan pada ibu hamil dan janin .Oleh karena itu,
perlu adanya pemahaman bagi kita perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada kasus diabetes melitus gestasional ini.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diabates melitus gestasional secara komprehensif.

1.2.2 Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu :
1. Memahami konsep teori yang meliputi definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, serta
komplikasi diabetes melitus gestasional.
2. Memahami proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis,
dan intervensi pada pasien dengan diabetes gestasional.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diabetes adalah gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan
hiperglikemia. Diabetes gestasional mungkin merupakan kondisi yang telah
ada sebelumnya, atau dapat berkembang selama kehamilan yang diakibatkan
oleh perubahan metabolisme yang diinduksi oleh hormon (Green & Judith,
2012).
Diabetes melitus pada kehamilan (gestasional) adalah intoleransi
karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat (DM), terjadi
atau pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien
yang sudah mengidap DM (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat
kehamilan ini dan yang benar-benar menderita DM akibat hamil
(Setiyaningrum, 2013).
Diabetes gestasional merupakan salah satu dari beberapa tipe diabetes,
yang khusus dialami oleh ibu hamil, yang sebelumnya tidak menderita diabetes
(Bahren, dkk, 2014).

2.2 Etiologi dan Faktor Resiko


Faktor resiko diabetes gestasional mencakup :
a. Obesitas
Wanita yang gemuk (berat badan melebihi 90 kg) mempunyai
kecenderungan yang lebih besar untuk menjadi diabetes dikemudian hari
ketimbang wanita yang tidak gemuk.

b. Usia ibu lebih dari 30 tahun


Hamil di usia 30 tahun ke atas meningkatkan resiko terjadinya diabetes
gestasional. Hal ini karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin untuk
melawan hormon kehamilan pada usia tersebut. Untuk menghindarinya
kontrol penuh pada konsumsi gula dan rutin melakukan aktivitas fisik

4
sangat penting dilakukan oleh para calon ibu yang berusia lebih dari 30
tahun.

c. Bayi sebelumnya yang berukuran besar (lebih dari 4000 g)

Dalam suatu studi yang dilaporkan oleh Pederson (1997) wanita yang
melahirkan bayi dengan berat 4,5 kg atau lebih 20 tahunsebelumnya tanpa
suatu riwayat keluarga, mempunyai insidens diabetes sebesar 17% jika
mereka mempunyai berat badan yang normal dan insidens 46% jika mereka
gemuk. Wanita yang melahirkan bayi besar yang gemuk dan mempunyai
riwayat keluarga yang positif mempunyai insidens diabetes sebesar 84%.

d. GDM atau intoleransi glukosa (IGT) pada kehamilan sebelumnya


Tindak lanjut jangka panjang dari wanita dengan diabetes kehamilan
dipelajari oleh Grant dan rekan (1986), yang menguji 447 wanita yang
mengalami diabetes kehamilan selama 1-12 tahun setelah diagnosis; 49
(115) ditemukan diabetes dan 35 (7,85) mengalami IGT. Obesitas, suatu
gangguan GTT pada nifas dan kekambuhan dari diabetes kehamilan pada
kehamilan selanjutnya merupakan faktor yang penting dalam perkembangan
lanjutan diabetes atau IGT. Farrel dan rekan (1986) menemukan frekuensi
kelainan toleransi glukosa yang lebih tinggi pada diabetes kehamilan yang
diuji hingga 12 bulan setelah persalinan; 14 dari 42 (33,3%) pasien GDM
mempunyai kelainan GTT, 10 (265) jelas menderita diabetes.

5
e. Riwayat diabetes dalam keluarga
Faktor genetik berpengaruh dalam perkembangan diabetes. Sekitar 1% dari
semua anak dari orang tua diabetes sendiri kemungkinan mengalami
penyakit ini dalam 30 tahun pertama kehidupan, suatu insidens antara 5 dan
10 kali lebih besar dibandingkan anak dari orang tua yang bukan diabetes.
Jika kedua orang tuanya diabetes , insiden diabetes pada anak-anaknya
meningkat, tergantung pada umur kapan orang tua menjadi diabetes. Resiko
terbesar bagi anak-anak untuk mengalami diabetes terjadi jika salah satu
atau kedua orang tua mengalami penyakit ini sebelum umur 40 tahun.

f. Hidramnion sebelumnya

Insiden hidramnion akan meningkat pada pasien diabetes tidak terkontrol.


Hal ini disebabkan oleh plasenta yang besar, adanya malformasi kongenital,
dan poliuria janin akibat hiperglikemia.

g. Perubahan hormon selama kehamilan

6
Perubahan hormon selama kehamilan diyakini bertanggung jawab terhadap
penurunan sensitivitas insulin terutama yang berasal dari hormon plasenta
(Human Chorionic Somatomammotropin atau HCS - Human Placetal
Lactogen), kortisol, progesteron, dan prolaktin. Beberapa jenis hormon yang
berperan dalam kejadian diabetes melitus gestasional sebagai berikut:
- Hormon Laktogen Plasenta
Hormon laktogen plasenta biasanya muncul pada minggu keenam,
terutama disekresi pada sirkulasi ibu (sedikit pada darah tali pusat)
dengan konsentrasi yang terus meningkat selama kehamilan. Hormon
laktogen plasenta berperan untuk meningkatkan proses lipolisis
(pemecahan lemak menjadi asam lemak) sehingga mampu meningkatkan
kadar asam lemak bebas dalam sirkulasi darah, memengaruhi
penimbunan asam lemak dalam jaringan yang berpengaruh pada
berkurangnya jumlah reseptor insulin pada jaringan sehingga
menurunkan kemampuan insulin dalam memasukkan gula ke dalam sel
jaringan (resistensi insulin).
- Hormon kortisol
Hormon kortisol merupakan hormon steroid yang dihasilkan secara alami
di dalam tubuh. Kadar kortisol akan meningkat selama kehamilan dan
terus meningkat seiring dengan pertumbuhan fetus (janin). Kortisol
berfungsi untuk menstimulasi proses glukoneogenesis (pembentukan
glukosa) di dalam hati dan menghambat pengambilan glukosa di dalam
sel perifer.
Hormon kortisol bisa juga menstimulasi lipolisis (pemecahan lemak),
pemecahan protein sel perifer, dan pembentukan plasma protein dalam
hati (Silbernagi S dan Lang F, 2000). Dengan kata lain, kortisol secara
tidak langsung memengaruhi peningkatan jumlah glukosa darah dan
meningkatkan jumlah hormon insulin di dalam darah.
- Hormon Progesteron

7
Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum sepanjang kehamilan,
khususnya selama enam minggu pertama. Hormon ini mampu
mengurangi kemampuan hormon insulin dalam menekan produksi
endogen.
- Hormon Prolaktin
Hormon prolaktin merupakan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitari atau kelenjar hipofisis bagian interior (depan). Hormon ini
diproduksi juga oleh plasenta. Peningkatan sekresi hormon prolaktin
salah satunya dalam keadaan hipoglikemia. Dengan kata lain, hormon
prolaktin memiliki sifat antagonis terhadap insulin.

2.3 Patofisiologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan
karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan
untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada
janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah
ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang
mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama
dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain : estrogen, steroid
dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resopsi makanan maka terjadi
hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.
Diabetes kehamilan sama dengan diabetes Tipe II. Perubahan hormon
selama kehamilan akan mengubah kemampuan toleransi tubuh terhadap
insulin. Pada kehamilan dini (sebelum usia 20 minggu), sel-sel sangat responsif
terhadap insulin dan kadar glukosa di dalam darah kemungkinan akan lebih
rendah dibanding biasanya. Hal ini juga yang menjadi alasan beberapa wanita
hamil mengalami mual dan muntah jika tidak ada asupan makanan selama
kurun waktu yang lama, misalnya sepanjang malam.
Pada diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena
kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk
membawa glukosa untuk melewati membran sel.Tingginya kadar glukosa

8
darah menyebabkan ginjal harus mengsekesikannya melalui urine dan bekerja
keras sehingga ginjal tidak dapat menanggulanginya sebab peningkatan laju
filter glomerulus dan penurunan kemampuan tubulus renalif profesional/renalis
untuk mereabsorbsi glukosa.
Penyakit diabetes dapat merupakan kelainan herediter dengan cara
insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah
tinggi.Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini
akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada
penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan.
Peningkatan produksi hormon kehamilan terutama HPL(Human Placenta
Lactogen) akan meingkatkan resistensi sel terhadap insulin sehingga muncul
kondisi diabetes.Efek puncak HPL terjadi pada umur kehamilan sekitar 26
sampai 28 minggu. Waktu tersebut merupakan saat yang tepat melakukan
penapisan.
Hiperglikemi menimbulkan banyak efek merugikan pada kehamilan.
Angka aborsi spontan dan lahir mati juga meningkat. Kematian pembuluh
darah ke uterus dan plesenta sehingga meningkatkan insufisiensi uteroplasma,
yang mengakibatkan IUGR dan efek-efek lain. Pada sejumlah besar wanita
juga ditemukan hipertensi dan preeklamsi.
Glukosa darah ibu yang meningkat akan disalurkan ke janin melalui
plasenta. Janin memang tidak menderita dibetes, tetapi harus meningkatkan
produksi insulinnya guna metabolisme glukosa yang ada. Akibat peningkatan
kadar insulin dan glukosa, terjadilah pertumbuhan fisik yang dramatis, yang
menghasilkan bayi besar (makrosomia). Makrosomia disebabkan oleh
hiperplasia, peningkatan jumlah sel, hipertrofi, dan pembesaran sel bayi.
Kondisi ini menyebabkan perubahan yang berlangsung seumur hidup bagi
janin dan terbukti meningkatkan kemungkinan obesitas pada masa kanak-
kanak dan dewasa sekaligus meningkatkan risiko diabetes dikemudian hari.

9
2.4 Manifestasi Klinis
Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah merupakan deteksi dini umum yang
biasa dilakukan terhadap suspect penderita diabetes, terutama bila mengalami 9
gejala-gejala dibawah ini (Suryo J, 2009):
1. Sering buang air kecil di malam hari
2. Sering merasa haus
3. Sering merasa lapar
4. Makan dalam porsi besar
5. Penglihatan kabur
6. Tubuh lesu dan lemah
7. Penurunan berat badan
8. Luka sulit sembuh
9. Mati rasa (terutama di kaki)

Kemungkinan terjadi komplikasi pada diabetes melitus gestasional :


1. Hidramniosis (peningkatan volume air ketuban).
2. Pra-eklamsia/eklamsia tercatat lebih sering pada diabetes saat kehamilan.
3. Asidosis berlebih dengan kemungkinan koma dan kematian janin dan ibu
(ketoasidosis).

Hasil Tes
1. Hasil urin menunjukkan glucosuria dan kemungkinan acetonuria.
2. Tes toleransi glukosa 1 jam selama 24 hingga 28 minggu menunjukkan
peningkatan level glukosa.
3. Tes toleransi glukosa 3 jam setelah berpuasa menunjukkan peningkatan
level glukosa.

Kehamilan awal menunjukkan penurunan glukosa darah terkait


meningkatnya daya respons jaringan terhadap insulin, sementara jaringan
kehamilan akhir resisten terhadap insulin menunjukkan tingginya tingkat
glukosa pada darah.

10
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Glukosa darah puasa dan/ atau sewaktu.
2. Tes Toleransi Glukosa Oral (Oral Glucose Tolerance Test, OGTT)
3. Hb AIc glikosilat : di awal dan tiap 2 hingga 6 minggu; lebih dari 12%
mengindikasikan pengontrolan glukosa jangka panjang yang buruk.
4. Urine untuk memeriksa adanya glukosa dan keton
5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat, yang
menandakan tidak adanya kekuatan kontrol glikemikdan peningkatan
propensitas pada terjadinya aterosklerosis.

Berikut penetapan diagnosis berdasar gula darah puasa menurut Buku


Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2009) :
Wanita Hamil Kadar gula darah >
Kadar gula darah < 140 mg/dl
Puasa 140 mg/dl
Glukosa 75 gram
140 199 mg/ dl > 200 mg/dl > 200 mg/dl
Plasma 2 jam
Toleransi Glukosa
Diagnosis DM DMG
terganggu

Persiapan pemeriksaan : Pasien harus makan mengandung cukup


karbohidrat minimal 3 hari sebelumnya, kemudian semalam sebelum hari
pemeriksaan harus berpuasa selama 8-12 jam. Setelah persiapan dalam keadaan
berpuasa, pagi hari diambil contoh darah, kemudian diberikan beban glukosa 75
gram dalam 200 ml air. Contoh darah kemudian diperiksa dua jam setelah beban
glukosa. Contoh darah yang diperiksa adalah plasma vena.

11
2.6 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan khusus yaitu agar dapat mencapai sasaran kadar
gula darah normal (normoglikemia) dengan cara menjaga dan mempertahankan
kadar glukosa darah puasa <95 mg/dL dan kadar glukosa darah 2 jam setelah
makan <120 mg/dL disertai dengan nilai HbA1c <6%.

a) Diet yang Tepat


Selama kehamilan akan terjadi penambahan berat badan (BB) yang
merupakan salah satu penanda bahwa kehamilan bekerja dengan baik, serta
janin tumbuh dan berkembang di dalam rahim. Pada trimester pertama,
diusahakan kenaikan berat badan antara 1-2,5 kg dan selanjutnya
peningkatan berat badan yang cukup pesat terjadi di trimester 2 dan
trimester 3. Pada periode inilah perlu dilakukan pemantauan ekstra terhadap
berat badan. Pada trimester kedua dan trimester ketiga, wanita dengan gizi
baik dianjurkan memiliki penambahan berat badan per minggu sebesar 0,4
kg. Sementara itu, pada wanita dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan
menambah berat badan per minggunya masing-masing sebesar 0,5 kg dan
0,3 kg yaitu sekitar kurang lebih 10 gram perhari (sekitar 0,5 kg per
minggu). Kenaikan total berat badan selama kehamilan dengan berat badan
berkisar 11,5-16 kg. Pada kondisi tertentu, penambahan berat badan yang
disarankan dapat lebih kecil atau lebih besar.
Hal yang harus diingat bahwa penambahan berat badan selama
periode kehamilan sebaiknya cukup, tidak lebih, ataupun kurang.
Penambahan berat badan yang dianjurkan selama periode kehamilan dapat
ditentukan dengan melihat Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum kehamilan.
Karena kejadian diabetes melitus juga berkaitan dengan kondisi
kesehatan sebelum kehamilan, maka sebaiknya juga dipastikan untuk dapat
menjaga berat badan ideal sebelum kehamilan. Berat badan ideal calon ibu
saat mulai kehamilan berkisar 45-65 kg. Berat badan calon ibu yang kurang
(underwight) atau berlebih (overweight) akan berisiko bagi ibu maupun bayi
yang dikandungnya. Overweight memang berdampak negatif pada ibu dan

12
janin yang dikandungnya saat hamil, persalinan, maupun setelah persalinan.
Ibu beresiko mengalami tekanan darah tinggi dan terkena diabetes dalam
kehamilannya. Adanya kepercayaan yang mengatakan bahwa ibu hamil
makan untuk dua orang menjadikan para ibu hamil mengonsumsi makanan
secara berlebihan, sehingga terjadi penumpukan kalori dan sisa asupan
energi sedangkan kebutuhan makan ibu hamil rata-rata hanya naik 10-15%.
Pada pertemuan ilmiah tahunan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia (PIT POGI) XXI 2014 disebutkan bahwa diet merupakan dasar
penanganan medis diabetes melitus gestasional. ADA menganjurkan diet
dimulai dengan 2000-2500 kalori/hari (35 kal/kg/hari) dengan 50-60%
karbohidrat tinggi serat, 10-20% protein, dan 25-30% lemak.
Pengidap diabetes menurut Lokakarya LIPI/NAS (1968) dengan berat
badan rata-rata, cukup diberi diet 1200-1800 kalori sehari selama
kehamilan. Pada wanita dengan diabetes melitus gestasional dengan berat
badan normal, dibutuhkan 30 kkal/kgBB/hari. Pada wanita yang mengalami
obesitas (IMT>30 kg/m2) dengan pengurangan sekitar 30-33% dari
perkiraan kalori yang dibutuhkan, maka dibutuhkan kalori sekitar 25
kkal/kgBB/hari dihitung berdasarkan berat badan saat hamil. Pola makan
sebanyak 3 kali makan besar dan diselingi 3 kali makan kecil dianjurkan
dalam sehari. Pembatasan jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan
dalam sehari dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial (2 jam
setelah makan).
Untuk mempertahakan kadar gula darah tetap stabil, dapat dilakukan
dengan cara tidak melewati waktu makan, terutama sarapan pagi. Setelah
itu, berusaha menghindari makanan dan camilan yang manis, misalnya
permen, biskuit, kue, dan minuman bersoda. Sangat disarankan untuk tetap
menjaga dan mempertahankan pola makan dengan gizi yang ccukup dan
seimbang, serta menghindari makanan pemicu gula darah tinggi, misalnya
makanan yang manis, berlemak, goreng-gorengan dan makanan tinggi
kolesterol. Makanan berserat dan buah-buahan segar sangat dianjurkan
karena dapat mempertahankan rasa kenyang lebih lama. Selain itu, juga

13
dapat membantu mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Dalam prinsip
diet, kalori seimbang bagi pengidap diabetes melitus secara umum dan bagi
pasien dengan diabetes melius gestasional dikenal prinsip 3J (jadwal,
jumlah dan jenis).

Jadwal makan
Penyandang diabetes melitus sangat dianjurkan untuk makan secara
teratur dan dengan porsi (jumlah kalori) yang tepat. Selain makan tepat
pada waktunya, jumlah kalori yang dikonsumsi juga harus sesuai dengan
kebutuhannya. Selang waktu makan bagi pasien dengan diabetes yaitu
sekitar 3 jam. Dengan demikian, pasien dengan diabetes makan sebanyak
6 kali dalam sehari dengan 3 kali makan utama dan 3 kali makan
selingan. Hal ini dilakukan agar menjaga kondisi gula darah tetap stabil,
sehingga dapat mencegah komplikasi hipoglikemia (gula darah turun
terlampau rendah sehingga dapat menimbulkan gejala mulai dari yang
paling ringan hingga berakibat fatal). Namun, harus diingat bahwa porsi
yang diberikan tidak boleh berlebihan, tetapi disesuaikan dengan
kebutuhan kalori tubuh.
Jumlah Makanan
Jumlah kandungan lemak yang disarankan yaitu sebanyak <300
mg/hari. Sebaiknya diusahakan sumber lemak berasal dari asam lemak
tak jenuh (monounsaturated fatty acid, MUFA) dan membatasi asam
lemak jenuh (polyunsaturated fatty acid, PUFA). Sumber lemak MUFA
antara lain terdapat dalam kacang-kacangan, alpukat, dan minyak zaitun.
Sementara itu, sumber lemak PUFA antara lain terdapat dalam aneka
macam ikan, misalnya salmon, tuna, tenggiri, kakap, tempe, tahu, taoge,
dan alpukat. Jenis serat yang diutamakan yaitu serat laut dan disarankan
jumlahnya +25 g/hari. Sumber serat laut di antaranya kacang-kacangan ,
biji-bijian, umbi-umbian, buah-buahan, dan sayuran. Sejumlah bahan
makanan yang mengandung serat laut dalam kadar yang tinggi antara lain
sereal gandum, havermut, oat, kentang, ubi jalar, bawang, apel, kacang

14
merah, pisang, legume, kacang polong, kedelai, brokoli, wortel, jeruk,
stroberi, apricot, kismis, bit, persik, pir, biji, wijen, timun, seledri, dan
sebagainya.
Jenis makanan
Dalam memilih jenis makanan, sebaiknya memperhatikan faktor
indeks glikemik (IG). Indeks glikemik (IG) merupakan angka yang
menunjukkan potensi peningkatan gula darah dari karbohidrat yang
tersedia pada suatu pangan/makanan, atau secara sederhana dapat
dikatakan sebagai tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar
glukosa dalam darah. Bahan makanan dengan jenis yang sama dapat saja
memiliki IG yang berbeda jika diolah atau dimasak dengan cara yang
berbeda. Hal ini dapat terjadi karena proses pengolahannya dapat
mengubah struktur dan komposisi zat penyusunnya, sehingga
mempengaruhi daya serap zat gizi yang terdapat dalam bahan makanan
tersebut. Bahan makanan yang sama dengan jenis yang berbeda juga
mampu mempengaruhi IG pangan tersebut, misalnya beras yang
memiliki kisaran IG antara 50-70 tergantung jenis berasnya. Untuk itu,
disarankan untuk memilih dan mengonsumsi bahan makanan yang
memiliki indeks glikemik yang rendah karena pengaruhnya terhadap
peningkatan kadar gula darah yang lebih lambat.

b) Olahraga dan Tetap Beraktivitas


Peran olahraga dalam kehamilan dan kaitannya dengan diabetes
melitus dalam kehamilan masih merupakan kontroversi pada masa lalu. Hal
ini disebabkan oleh adanya gambaran bradikardia pada janin (frekuensi
irama jantung yang lebih lambat <120 kali/menit) saat ibu hamil sedang
berolahraga menggunakan sepeda statis. Namun, pada studi tersebut juga
digambarkan bahwa tidak terdapat komplikasi yang ditimbulkan pada bayi
akibat aktivitas fisik tersebut meskipun terdapat gambaran bradikardia pada
janin. Bahkan, dalam sejumlah penelitian digambarkan bahwa olahraga dan
tetap melakukan aktivitas fisik sebelum kehamilan dan selama periode

15
kehamilan secara bermakna dapat menyebabkan penurunan resiko diabetes
melitus gestasional. Penelitian tersebut membuktikan bahwa olahraga dan
aktivitas fisik meningkatkan kemampuan tubuh kita untuk membakar gula,
meningkatkan sensitivtas insulin, meningkatkan perubahan adipokin yang
menguntungkan, menurunkan efek stresoksidatif sebagai wujud efek
anioksidan dari olahraga, sehingga pada akhirnya semua hal tersebut dapat
menjaga kadar gula darah tetap dalam kisaran normal. Ibu hamil yang
mengalami diabetes melitus dalam kehamilan sangat disarankan untuk
melakukan aktivitas fisik dan olahraga yang melibatkan kerja otot, misalnya
berjalan, bersepeda, berenang sekitar 30 menit setiap harinya, dan bisa juga
dengan bermain dengan anak secara aktif.

Panduan Umum Aktivitas Fisik


Lakukan Hindari
1. Tetap lakukan aktivitas fisik 1. Terlalu lelah saat berolahraga
rutin secara teratur, kecuali jika atau beraktivitas fisik.
dokter anda melarang. 2. Melakukan aktivitas saat
2. Pilih aktivitas fisik yang tidak berbaring pada usia kehamilan
membutuhkan banyak berdiri trimester 2 atau trimester 3.
atau memerlukan 3. Melakukan aktivitas pada suhu
keseimbangan, misalnya udara panas.
berenang. 4. Melakukan aktivitas yang dapat
3. Kenakan pakaian yang longgar menimbulkan benturan pada
untuk menghindari keringat perut, atau aktivitas yang
yang terlalu banyak atau memungkinkan anda kehilangan
kepanasan. keseimbangan.
4. Minum banyak air sebelum, 5. Puasa/melewatkan jadwal
selama, dan setelah aktivitas makan, atau melakukan
fisik. aktivitas fisik saat anda sedang
5. Diet yang tepat untuk mencapai lapar.

16
penambahan berat badan yang 6. Melakukan aktivitas fisik secara
ideal. berlebihan.
6. Perhatikan tingkat aktivitas fisik
anda setiap melakukannya
(apakah anda dapat berbicara
dengan mudah tanpa kesulitasn
bernapas?)

Seseorang dapat dengan mudah memperhatikan apa yang sedang


terjadi pada tubuh saat beraktivitas. Jika dapat bernapas dan berbicara
normal, maka aktivitas fisik dapat dilanjutkan. Jika mengalami kesulitan
bernapas atau berbicara, maka perlu menghentikan atau menurunkan level
aktivitas fisik. Ibu hamil juga perlu diajarkan cara memeriksa perut untuk
mengetahui kontraksi rahim yang mungkin terjadi selama aktivitas
fisik/olahraga, serta menghentikan aktivitasnya jika terjadi kontraksi dan
jika kontraksi masih terus terjadi.
Tanda peringatan untuk menghentikan olahraga serta aktivitas fisik :
- Perdarahan dari jalan lahir
- Sesak napas/kesulitan bernapas sebelumnya
- Pusing/hilang keseimbangan
- Nyeri kepala
- Nyeri dada
- Kelemahan otot
- Nyeri/bengkak pada betis
- Riwayat persalinan prematur
- Berkurangnya gerakan bayi
- Keluarnya cairan ketuban (pecah ketuban)
Ibu hamil harus menghindari aktivitas fisik atau olahraga yang
melibatkan kontak badan yang dapat menimbulkan trauma pada ibu dan
bayi (misalnya sepak bola, basket, dan mengendarai kuda). Selama
kehamilan, aktivitas fisik dan olahraga yang disarankan berada di antara

17
kisaran intensitas sedang sampai tinggi (skala 5-8 dari 10) dengan kisaran
denyut jantung (heart rate) yang dapat dicapai sekitar 40-89% dari heart
rate reserve(HRR). Dengan melihat hal tersebut dan memperhatikan riwayat
aktivitas fisik sebelumnya, maka aktivitas dibagi ke dalam 2 golongan :
Golongan 1
Sebagian besar wanita sehat yang sebelumnya tidak memiliki riwayat
aktivitas fisik dengan intensitas yang tinggi, maka sangat disarankan
untuk memulainya pada tingkatan aktivitas fisik dengan intensitas sedang
selama proses kehamilan dan bahkan setelah persalinan. Aktivitas fisik
dengan intensitas sedang memiliki rentang sekitar 40-59% HRR atau
berada pada skala sekitar 5-6 dari 10.
Golongan 2
Bagi wanita yang memiliki riwayat aktivitas fisik teratur dengan
intensitas tinggi, dapat tetap melakukan aktivitas fisiknya selama
kehamilan pada intensitas yang tinggi dalam rentang 7-8 dari skala 10
hingga mencapai target denyut jantung sekitar 60-89% HRR.
Bagi wanita yang tidak terbiasa dengan aktivitas fisik, maka aktivitas
fisik dapat dimulai dari yang paling rendah di antara 3-4 dari 10 hingga
mencapai 30% HRR, dan secara perlahan bergerak menuju intensitas yang
sedang.
Karena belum banyak studi dan penelitian mengenai efek aktivitas
fisik dengan intensitas tinggi selama kehamilan, maka tidak disarankan
untuk dilakukan oleh wanita yang sebelumnya tidak memiliki riwayat
aktivitas fisik dengan intensitas yang tinggi. Sementara itu, wanita yang
sebelumnya telah terbiasa menjalani aktivitas fisik dengan intensitas tinggi,
maka secara umum tidak disarankan untuk mengurangi aktivitas fisiknya
secara mendadak dan drastis, bahkan dianjurkan untuk tetap aktif dan juga
disarankan perlu mengkonsultasikannya dengan dokter untuk menilai dan
menyesuaikan aktivitas fisik selama masa kehamilan.

18
Jenis aktivitas menurut skala rekomendasi aktivitas fisik dan
olahraga:
0 = duduk diam
1, 2, 3, 4 = intensitas rendah (berjalan)
5, 6 = intensitas sedang (jogging/lari santai, berkebun, menari)
7, 8 = intensitas tinggi (berlari, yoga)
c) Selalu patuhi saran dokter
9, 10 = intensitas sangat tinggi/berat (lari cepat, angkat beban, mendaki)
Konsumsi obat pengendali kadar gula darah/suntikan insulin jika

c) Insulin
Jika ibu hamil dengan diabetes melitus tidak berhasil
mengendalikan kadar gula darahnya dengan cara diet dan olahraga
terencana, maka kemungkinan besar diperlukan resep obat untuk
membantu dalam mengontrol kadar gula darahnya selama kehamilan.
Sekitar 15% wanita yang mengalami diabetes melitus dalam kehamilan
membutuhkan obat/suntikan insulin. Setelah itu, bersama dengan diet dan
olahraga terencana diharapkan dapat tercapai target kadar gula darah
yang normal. Sangat penting untuk mengikuti aturan dan saran dari
dokter tentang cara penggunannya secara tepat. Obat antidiabetes oral
sendiri tidak dianjurkan karena dapat melewati plasenta dan dapat
merangsang pankreas janin, sehingga menambah kemungkinan
makrosomia. Sementara itu, mencegah timbulnya antibodi terhadap
insulin yang dapat menembus plasenta, maka harus menggunakan insulin
manusia. Insulin sebagai terapi terpilih diberikan di rumah sakit dan
fasilitas kesehatan jika dengan pengaturan diet selama 2 minggu tetap
tidak mencapai target kadar glukosa darah.
Pemberian insulin dimulai dengan dosis kecil yaitu 0,5-1,5
unit/kgBB/hari satu atau dua kali sehari. Dosis insulin yang diberikan
dapat bertambah disesuaikan dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada
PIT POGI XXI 2014 disebutkan bahwa jika didapatkan kadar gula darah

19
puasa >105 mg/dL dan 2 jam postprandial <120 mg/dL, pemberian
insulin harus dilakukan dengan target kadar gula darah puasa 60-90
mg/dL dan 2 jam postprandial <120 mg/dL. Target ini juga sesuai dengan
kondisi wanita hamil yang tidak mengalami diabetes melitus gestasional.

Kontrol dan catat kadar gula darah secara rutin


Menilai kadar gula darah dapat dilakukan di fasilitas kesehatan,
fasilitas laboratorium mandiri, atau bahkan yang paling sederhana dan
disarankan untuk dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pengukur
gula darah pribadi. Pemantauan dilakukan dengan pemeriksaan setidak-
tidaknya 2 kali seminggu dengan pemeriksaan kadar gula darah puasa
dan 2 jam postprandial. Sejumlah peneliti menemukan jika pemeriksaan
dilakukan setiap hari dapat menghasilkan penurunan angka seksio
caesarean dan makrosomia yang menjelaskan bahwa dengan pemantauan
yang jarang (satu atau 2 minggu sekali) ternyata gagal untuk mengenali
pengidap diabetes yang penanganannya kurang memadai.

d) Penanganan obstetri
Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan :
- Pengukuran tinggi fundus uteri.
- Mendengarkan denyut jantung janin secara khusus memakai USG dan
kardiotokografi (KTG).
- Penilaiaan menyeluruh janin dilakukan dengan skor fungsi dinamik
janin plasenta (FDJP). Skor < 5 merupakan tanda gawat janin. Penilaian
ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya
makrosomia, pertumbuhan janin yang terhambat (PJT) dan gawat janin
merupakan indikasi untuk melakukan persalinan secara seksio sesaria.
- Pada saat seksio sesaria, penatalaksanaan ibu DMG dikerjakan seperti
yang lazim pada pasien diabetes mellitus dengan pembedahan.
- Janin yang sehat (skor FDJP > 6) dapat dilahirkan pada umur kehamilan
cukup waktu (40-42 minggu) dengaan persalinan biasa. Ibu hamil

20
dengan DMG tidak perlu dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali
dengan baik, namun harus selalu diperhatikan gerak janin (normal > 10
kali / 12 jam ).
- Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
- Bila diperlukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis
dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38
minggu)
- Kehamilan dengan DMG yang berkomplikasi (hipertensi, preeklamsia,
kelainan vaskuler infeksi seperti glomerulonefrotis, sistisis, moniliasis)
harus dirawat sejak minggu kehamilan ke-34.

2.7 Komplikasi
Menurut Gery Morgan & Carole Hamilton (2009), komplikasi yang bisa terjadi
setelah mengalami diabetes melitus gestasional ini, yakni :
a. Ibu
1. Polihidramnion biasa terjadi tanpa sebab yang tidak diketahui; keadaan
ini dapat berkembang menjadi ketuban pecah dini (KPD), kegawatan
napas.
2. Kemungkinan terjadi preeklamsia meningkat empat kali.
3. Infeksi lebih sering terjadi dan mungkin menjadi lebih berat.
4. Seksio sesaria lebih umum terjadi karena makrosomia janin, kegawatan
janin, dan kondisi yang memburuk pada minggu terkahir kehamilan.
5. Lebih sering terjadi perdarahan pasca partum.
6. Komplikasi vaskuler (mis. retinopati proliferasi dan nefropati),
khususnya individu yang sudah lama menderita diabetes.

b. Janin
1. Kematian janin intrauterus: Insidens 3-12%.
2. Morbiditas neonatus
a) Insidens 4-7%
b) Penyebab

21
Hiperbilirubinemia: Kemungkinan akibat prematuritas.
Makrosomia: Dapat menyebabkan cedera lahir bila pelahiran per
vagina.
Hipoglikemia: Akibat putus hubungan yang tiba-tiba dari ibu
hiperglikemia.
Hipokalsemia: Akibat asfiksia, prematuritas, atau berbagai macam
kemungkinan lain.
Gawat napas idiopati

3. Morbiditas janin: Sebesar 5-10% janin pada diabetes gestasional


mengalami malformasi kongenital dari 3% lainnya normal; kelainan yang
umum terjadi adalah defek septum ventrikel dan gangguan saraf.

Dalam Green & Judith (2012) ada beberapa lagi komplikasi potensial
diabetes pada kehamilan, yaitu :
1) Hiperglikemia dan ketoasidosis diabetik maternal : komplikasi ini
mencakup ibu yang menyandang diabetes bergantung insulin.
2) Hipoglikemia (syok insulin)
3) Persalinan yang sulit , meliputi distosia bahu, trauma kelahiran
4) Anomali kongenital , khususnya mencakup anomali jantung, sistem
saraf pusat, dan skeletal.
5) Intrauterine Growth Restiction (IUGR), disebabkan oleh gangguan
sirkulasi uteroplasenta akibat penyakit vaskular maternal.

Pada bayi yang dilahirkan (neonatus), juga beresiko mengalami


hipoglikemi, hiperglikemi, dan diabetes melitus type 1.

2.8 Prognosis
Prognosis bergantung dari perawatan antenatal, pertolongan persalinan dan
perawatan di bangsal neonatus dan pemantauan jangka panjang. Prognosis untuk
hidup umumnya baik. Prognosis intelegensia yang normal tergantung dari lama

22
dan beratnya hipoglikemia dengan gejala, terutama bila diderita oleh bayi dengan
berat badan lahir rendah dan bayi dengan ibu DMG cenderung menyebabkan
intelegensia yang rendah apabila dibandingkan dengan hipoglikemia tanpa gejala.

2.9 Masalah Keperawatan


Berikut masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus gestasional
berdasarkan diagnosa keperawatan (NANDA) :
1. Domain 2 : Nutrisi
Kelas 4 : Metabolisme
Diagnosa :Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
kurang pengetahuan manajemen penyakit (00179).
2. Domain 2 : Nutrisi
Kelas 5 : Hidrasi
Diagnosa : Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebihan dan tidak adekuatnya intake cairan (00027).
3. Domain 4 : Aktivitas/istirahat
Kelas 3 : Keseimbangan energi
Diagnosa : Keletihan berhubungan dengan kondisi psikologis (kehamilan)
(00093).
4. Domain 9 : Koping/toleransi stres
Kelas 2 : Respon koping
Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
(00146).
5. Domain 11: Keamanan/perlindungan
Kelas 1 : Infeksi
Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan mal nutrisi (hiperglikemi)
(00004).
6. Domain 11: Keamanan/perlindungan
Kelas 2: Cedera Fisik
Diagnosa : Resiko cedera berhubungan dengan penurunan visus penglihatan
(00035).

23
7. Domain 11: Keamanan/perlindungan
Kelas 2: Cedera Fisik
Diagnosa: Resiko sindrom kematian bayi berhubungan dengan peningkatan
kadar glukosa maternal sebagai perubahan pada sirkulasi (00156).

24
WOC (WEB OF CAUSATION) DIABETES MELITUS GESTASIONAL
Hormon
Faktor Resiko : diabetogenik
- Obesitas (pencetus diabetes)
- Usia ibu lebih dari 30 tahun meningkat
- Bayi sebelumnya yang berukuran > 4 kg Perubahan metabolisme
- GDM atau intoleransi glukosa (IGT) pada kehamilan sebelumnya insulin dan karbohidrat
- Riwayat diabetes dalam keluarga
- Hidramnion sebelumnya
- Perubahan hormon selama kehamilan Mempengaruhi
Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, penurunan reseptor
sehingga kadar gula darah ibu insulin pada sel
mempengaruhi kadar gula darah janin

Kondisi yang kebal


terhadap insulin (insulin
Lambatnya resorbsi makanan
resistance)

Penurunan produksi Menyebabkan kebutuhan


MK : Keletihan Hiperglikemia Fungsi pankreas tidak
energi metabolik insulin meningkat
adekuat

Peningkatan pengeluaran
Polifagi Sel Kelaparan Sel otak Hiperglikemia Maternal
glukosa dalam urine
kekurangan nutrisi

MK : Resiko Sindrom
Kematian Bayi Perubahan
Kurang Gangguan status Reabsorbsi cairan di
pengetahuan metabolisme protein Kerusakan kesehatan tubulus ginjal terganggu
manajemen (glukoneogeneis) jaringan
penyakit pembuluh
darah retina
MK : Ansietas Diuresis osmotik
Pertumbuhan
MK : Resiko Ketidakstabilan jaringan Penurunan visus
Glukosa Darah terhambat penglihatan
Poliuri

25
MK : Resiko MK : Resiko MK : Kekurangan
Infeksi tinggi cedera Volume Cairan dan Dehidrasi ekstra sel
Elektronik
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Gambaran Kasus


Ny. A usia 35 tahun datang ke poli kandungan RSUD Kota Kembang
sesuai rujukan bidan desa pada Selasa, 7 Oktober 2016. Dalam surat rujukan
diketahui Ny. A riwayat obstetri Ny. A adalah G2P0A1, usia kehamilan saat ini
adalah 20 minggu, mempunyai riwayat keturunan diabetes melitus (ayah
kandung) dan gula darah sesaat (6 Oktober 2016) adalah 180 mg/dl. Ny. A sudah
di KIE oleh bidan desa tentang keadaannya dan disarankan puasa untuk
pemeriksaan lebih lanjut di RS. Keluhan fisik yang paling dirasakan oleh Ny. A
saat ini adalah sering merasa letih, penglihatan kabur, dan sakit kepala. Ny. A
belum tahu dan cemas dengan keadaan nya saat ini karena harus dirujuk ke RS,
selama ini Ny. A mengira keluhan yang dirasakan adalah keluhan ibu hamil pada
umumnya.

3.2 Asuhan Keperawatan


3.2.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1. Identitas klien :
Nama istri : Ny. A Nama Suami : Tn. S
Umur : 35 tahun Umur : 36 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : Desa Mawar Alamat : Desa Mawar
Kota Kembang Kota Kembang
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Gravida : ke-2 , kehamilan pertama
mengalami keguguran

26
2. Keluhan Utama
Keluhan fisik yang paling dirasakan oleh Ny. A saat ini adalah sering
merasa letih, penglihatan kabur, dan sakit kepala.
3. Alasan datang :
Atas rujukan bidan desa, karena gula darah sesaat tinggi ,ada riwayat
keturunan diabetes melitus, dan sering merasa letih.
4. Riwayat kehamilan sekarang.
Kehamilan saat ini merupekan kehamilan yang kedua. Kehamilan pertama
mengalami keguguran pada usia 12 minggu. Ny. A juga merasa cemas
dengan keadaan nya saat ini karena harus dirujuk ke RS, selama ini Ny. A
mengira keluhan yang dirasakan adalah keluhan ibu hamil pada umumnya.
5. Riwayat kesehatan yang lalu.
Ny. A mengatakan tidak ada masalah kesehatan sebelumnya.
6. Riwayat keluarga
Ayah dan ibu Ny. A saat ini berusia 65 dan 57 tahun. Ny. A adalah anak
ke 1 dari 2 bersaudara. Ayah Ny. A menderita diabetes melitus sudah 15
tahun ini.
7. Riwayat mestruasi
Umur menarche : 13 tahun
Siklus : 30 hari
Lamanya : 5-6 hari
Frekuensi : teratur
Sifat darah : encer
Disminorhoe : kadang- kadang
Banyaknya : 2 x ganti pembalut
HPHT :06 Mei 2016

8. Riwayat Obstetri.
Gravida : kehamilan ke 2, dengan riwayat abortus 1 kali

27
Tipe golongan : Ny. A mempunyai golongan darah B dengan
Rhesus +
Kehamilan yang lalu : abortus
9. Riwayat ginekologi
Tidak ditemukan masalah pada ginekologi Ny. A baik itu infeksi vagina
maupun penyakit menular seksual.
10. Riwayat seksual.
Klien dan suami mengatakan bahwa selama ini frekuensi berhubungan
dalam seminggu adalah 3x. Tidak ada masalah dalam hubungan suami
istri.
11. Riwayat pernikahan.
Kawin :1 kali dengan suami sekarang
Usia kawin pertama : 30 th
Lamanya perkawinan: 5 th

12. Riwayat keluarga berencana


Pasien belum pernah menggunakan program keluarga berencana.

13. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Kehamilan :Ini merupakan kehamilan kedua klien dengan HPHT klien
adalah pada tanggal 06 Mei 2016, maka saat ini usia kehamilan klien
adalah 20/21 minggu.
Persalinan: Klien pernah mengalami abortus sebelumnya pada usia gestasi
12 minggu.
Nifas: tidak ada masalah

14. Pola kebiasaan sehari-hari


Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari dan 3 kali waktu snack, 1 piring nasi, lauk,
sayur dan buah, minum kurang lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air
putih. Snack yang biasa dikonsumsi klien adalah keripik.

28
Pola Aktivitas
Ibu hanya beraktifitas sebagai ibu rumah tangga suka memasak,
mencuci baju. Risiko dari aktifitas yang dilakukannya adalah berupa
kelelahan.
Pola Seksual
Selama ini pola seksual klien dengan suami berjalan lancar. Akan
tetapi memasuki masa kehamilan, klien dan suami sepakat untuk
mengurangi kegiatan seksual mereka.
Pola eliminasi
Pola BAB = 1-2x sehari, pola BAK : 5-8x sehari dengan intake
cairan 2L
Perokok dan pemakai obat-obatan.
Tidak ada riwayat merokok ataupun pemakai obat maupun alkohol.

B. Pemeriksaan
a) Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : keadaan sehat dan sadar penuh
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah :120/80 mmHg Nadi : 90x/menit
Respirasi : 20 x/menit Suhu : 36,4 C
Berat badan :75kg saat hamil, 68 kg sebelum hamil.
Pertambahan BB : 7 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 29,2 kg/m2

2. Lila
Hasil pengukuran lingkar lengan atas ibu adalah 25 cm

b) Pemeriksaan fisik
1. Kepala
a. Rambut : Rambut berwarna hitam, tebal dengan distribusi

29
yang merata dikepala.
b. Muka : muka terlihat agak pucat karena ibu terlihat
tegang.
c. Mata : conjungtiva anemis.
d. Hidung : tidak ditemukan polip
e. Telinga : bentuk telinga normal dan keadaan telinga bersih bebas
dari serumen.
f. Mulut : mulut terlihat lembab, bersih dan tidak ada caries maupun
karang gigi.
2. Leher
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe maupun
kelenjar tiroid.
3. Dada dan axilla
a. Mamae : pembesaran simetris, areola mammae coklat, puting susu
menonjol, colostrum tidak ada.
b. Axilla : tidak ada tumor ataupun nyeri tekan.

4. Ekstremitas
Ekstremitas tungkai simetris, tidak ada edema pada ekstremitas.
Varices (-).

c) Pemeriksaan khusus obstetri


Inspeksi
1. Inspeksi
Terdapat pembesaran abdomen sesuai umur kehamilan dan
tampaklinea nigra.
2. Palpasi
Palpasi leopold adalah sebagai berikut:
Leopold I : fundus teraba 3 jari dibwah pusat.
Leopod II : bentuk/ posisi janin normal dengan punggung berada
di sisi kiri ibu.

30
Leopold III : kepala janin teraba di bagian fundus, yaitu teraba
keras, bundar, dan melenting.
Leopold IV : di bagian bawah perut ibu teraba bagian bokong janin.

HIS / Kontraksi : belum ada

d) Pemeriksaan penunjang
USG : perkiraan berat janin adalah 350 gram, panjang janin 25 cm,
tampak bagian tubuh janin semua normal, jenis kelamin
kemungkinan perempuan.
Gula darah puasa : 145 mg/dl
Tes Toleransi Glukosa Oral : 210 mg/dl
Urine : glukosa (+)

3.2.2 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1. DS : Klien mengatakan Hiperglikemia Resiko
sering merasa letih, ketidakstabilan
penglihatan kabur, dan Kebutuhan insulin kadar glukosa
sakit kepala. Klien juga meningkat darah
mengatakan belum tau
tentang kondisinya saat ini Sel kelaparan
dan ada riwayat keturunan
diabetes melitus (ayah). Polifagia

DO : K/U Cukup, GCS Kurang pengetahuan


456, G2P0A1 20 minggu. tentang manajemen
IMT : 29,2 kg/m2 penyakit
Gula darah puasa :
145 mg/dl Resiko ketidakstabilan
Tes Toleransi kadar glukosa darah

31
Glukosa Oral : 210
mg/dl
Urine : glukosa (+)

2. DS: Klien mengatakan Hiperglikemia Resiko cidera


sering merasa letih,
penglihatan kabur, dan Kebutuhan insulin
sakit kepala. meningkat

DO : K/U Cukup, GCS Sel kelaparan


456, G2P0A1 20 minggu.
IMT : 29,2 kg/m2 Sel otak kekurangan
Gula darah puasa : nutrisi
145 mg/dl
Tes Toleransi Kerusakan jaringan
Glukosa Oral : 210 pembuluh darah retina
mg/dl
Urine : glukosa (+) Penurunan visus
penglihatan

Resiko cidera
3. DS : Klien belum tahu dan Hiperglikemia maternal Ansietas
cemas dengan keadaan nya
saat ini karena harus Perubahan status
dirujuk ke RS, selama ini kesehatan
klien mengira keluhan
yang dirasakan adalah Ansietas
keluhan ibu hamil pada
umumnya.

DO: K/U Cukup, GCS

32
456, G2P0A1 20 minggu,
tampak cemas
Nadi 90x / menit
IMT : 29,2 kg/m2
Gula darah puasa :
145 mg/dl
Tes Toleransi
Glukosa Oral : 210
mg/dl
Urine : glukosa (+)

3.2.2 Diagnosa Keperawatan


a. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang manajemen penyakit.
b. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan visus penglihatan
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

3.2.3 Intervensi Keperawatan


a. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang manajemen penyakit.
NOC NIC
Selama dilakukan tindakan Pengajaran : Proses Penyakit (5620)
keperawatan kadar glukosa darah 1) Kaji tingkat pengetahuan terkait
klien tetap stabil, dengan kriteria dengan proses penyakit yang
hasil : spesifik.
1) Domain IV, Kelas S 2) Jelaskan patofisiologi penyakit
Pengetahuan : Manajemen sesuai pemahamam klien.
diabetes (1820) 3) Jelaskan tanda dan gejala yang
a. Faktor-faktor penyebab dan umum dari penyakit.

33
faktor yang berkontribusi. 4) Berikan informasi mengenai
b. Tanda dan gejala awal pemeriksaan diagnostik yang
penyakit. tersedia.
c. Prosedur yang harus diikuti 5) Diskusikan perubahan gaya hidup
dalam mengobati yang mungkin diperlukan untuk
hiperglikemia. mencegah komplikasi di masa
d. Pentingnya menjaga kadar yang akan datang
glukosa darah dalam kisaran 6) Diskusikan pilihan terapi /
target. penanganan.
e. Dampak penyakit akut pada 12).Jelaskan alasan dibalik
kadar glukosa darah. manajemen / terapi / penanganan
f. Penggunaan yang benar dari yang direkomendasikan.
obat yang diresepkan. 13).Jelaskan komplikasi yang
mungkin ada.
2) Domain IV, Kelas 14).Edukasi pasien mengenai
SPengetahuan : diet yang tindakan untuk
disarankan (1802) mengontrol/meminimalkan gejala,
a. Diet yang dianjurkan sesuai kebutuhan.
b. Manfaat diet 15).Edukasi pasien mengenai tanda
c. Distribusi intake makanan dan gejala yang harus dilaporkan
yang direkomendasikan kepada petugas kesehatan.
sepanjang hari
d. Porsi makanan yang Pengajaran: Peresepan Diet (5614)
direkomendasikan 1) Kaji tingkat pengetahuan pasien
mengenai diet yang disarankan.
Pengetahuan : aktivitas yang 2) Kaji pola makan pasien saat ini
disarankan (1811) dan sebelumnya, termasuk
a. Aktivitas yang disarankan makanan yang disukai dan pola
b. Tujuan aktivitas yang makan saat ini.
disarankan 3) Kaji pasien dan keluarga
c. Efek yang diharapkan dari mengenai pandangan,

34
aktivitas yang disarankan kebudayaan, dan faktor lain yang
d. Pembatasan aktivitas yang mempengaruhi kemauan pasien
disarankan dalam mengikuti diet yang
disarankan.
4) Ajarkan pasien nama-nama
makanan yang sesuai dengan diet
yang disarankan.
5) Jelaskan pada pasien mengenai
tujuan kepatuhan terhadap diet
yang disarankan.
6) Instruksikan pasien untuk
menghindari makanan yang
dipantang dan mengkonsumsi
makanan yang diperbolehkan.
7) Bantu pasien memilih makanan
kesukaan yang sesuai dengan diet
yang disarankan.
8) Libatkan pasien dan keluarga.
9) Rujuk ke ahli gizi jika diperlukan.

Pengajaran: Peresepan Latihan


(5612)
1) Kaji tingkat latihan pasien saat ini
dan pengetahuan mengenai
latihan yang diresepkan.
2) Monitor keterbatasan fisik dan
psikologis pasien serta latar
belakang dan budaya.
3) Informasikan pasien mengenai
tujuan, manfaat dari latihan yang
diresepkan.

35
4) Informasikan pasien mengenai
aktivitas yang sesuai dengan
kondisi fisiknya.
5) Instruksikan pasien untuk
melaporkan gejala dan
kemungkinan masalah yang
timbul.
6) Libatkan keluarga untuk
memantau latihan pasien.

b. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan visus penglihatan


NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Enviromental management : safety
keperawatan selama 2 x 24 jam (6486)
resiko cedera berkurang, dengan 1) Identifikasi bahaya atau ancaman
kriteria hasil : yang dapat membahayakan klien
1) Domain II, Kelas Y (seperti kimia, biologi dan fisik).
Sensory Function (2405) 2) Jauhkan bahaya dari lingkungan
a. Body position perception klien.
b. Visual acuity 3) Monitoring perubahan lingkungan
2) Domain II, Kelas Y dalam status kesehatan.
Sensory Function : vision (2404) 4) Kolaborasikan dengan tenaga
a. Central visual acuity left medis atau rekan kerja lainnya
b. Central visual acuity right untuk mendukung keamanan
c. Central visual field left lingkungan.
d. Central visual field right
e. Response to visual stimuli Comunication enhancement : visual
deficit (4978)
1) Lakukan atau susun pengkajian
pada kemampuan daya lihat klien

36
secara rutin.
2) Pastikan kacamata klien atau
kontak lensa yang digunakan
klien sudah sesuai.
3) Jelaskan kondisi lingkungan
kepada klien.

c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Perawatan Kehamilan Resiko
keperawatan selama 2 x 24 jam, Tinggi (6800)
ansietas berkurang , dengan kriteria 1) Kaji kondisi medis aktual yang
hasil : berhubungan dengan kondisi
1) Domain III, Kelas N kehamilan saat ini (kehamilan
Penerimaan : Status Kesehatan dengan diabetes melitus)
(1300) 2) Kaji riwayat kehamilan dan
a. Mengenali realita situasi kelahiran yang berhubungan
kesehatan. dengan faktor resiko kehamilan
b. Menyesuaikan perubahan dalam (misalnya premature,
status kesehatan. postmature, preeklamsi, IUGR,
c. Mengekspresikan kedamaian abortus, KPD, dll).
dari dalam diri. 3) Kaji pengetahuan klien dalam
d. Menunjukkan kegembiraan. mengidentifikasi faktor resiko.
e. Mencari informasi tentang 4) Motivasi untuk mengungkapkan
kesehatan. perasaan dan ketakutan terhadap
f. Mengatasi situasi kesehatan peruabahan gaya hidup, kondisi
[yang ada]. janin, perubahan finansial,
g. Melakukan tugas-tugas fungsi keluarga dan keamanan
perawatan diri personal.
5) Berikan materi pendidikan

37
kesehatan yang membahas
faktor resiko, pemeriksaan
surveilans dan tindakan yang
biasa dilakukan.
6) Ajarkan pasien mengenai teknik
perawatan mandiri untuk
meningkatkan kemungkinan
mendapatkan hasil akhir yang
sehat (misalnya., hidrasi, diet,
modifikasi aktivitas,
pengontrolan glukosa darah,
dll).
7) Ajarkan klien mengenai obat-
obat yang diresepkan.
8) Ajarkan klien dalam tindakan
monitor mandiri.
10).Tuliskan pedoman untuk tanda
dan gejala yang membutuhkan
penanganan medis segera.
11).Dampingi pada saat prosedur
pemeriksaan diagnostik.
12).Berikan bimbingan antisipasi
untuk kemungkinan intervensi
selama proses kelahiran
(misalnya., pengawasan
elektronik pada janin:
intrapartum, kelahiran dengan
induksi, pemberian medikasi
dan operasi caesar).

38
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Diabetes melitus gestasiona adalah intoleransi karbohidrat ringan
(toleransi glukosa terganggu) maupun berat (diabetes melitus), terjadi atau
pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang
sudah mengidap diabetes melitus (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui
saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita diabetes melitus akibat
hamil. Diabetes kehamilan terjadi ketika kadar glukosa tinggi terlihat selama
kehamilan. Faktor resiko diabetes melitus gestasional ini adalah pada ibu hamil
dengan obesitas, usia lebih dari 30 tahun, bayi sebelumnya lebih dari 4 gram,
diabetes melitus gestasional pada kehamilan sebelumnya, riwayat diabetes,
hidramnion sebelumnya, dan perubahan hormon kehamilan. Diabetes melitus
gestasional berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin. Komplikasi
yang bisa terjadi pada ibu diantaranya adalah polihidramnion, pre eklamsi,
infeksi, kemungkinan sectio secaria, dan perdarahan post partum. Sedangkan
pada janin beresiko terjadi hipoglikemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia,
sindrom gangguan pernafasan, polistemia, obesitas dan diabetes melitus tipe 2,
serta makrosemia. Adapun penatalaksanaanya dengan diet dan kontrol
diabetes, pengobatan insulin, serta pemantauan kondisi janin. Masalah
keperawatan yang muncul pada diabetes melitus gestasional ini diantaranya
adalah : resiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah, kekurangan volume
cairan, keletihan, resiko infeksi, resiko cidera, resiko sindrom kematian bayi,
dan ansietas.

4.2 Saran
a. Kepada ibu hamil dengan resiko terjadi diabetes melitus gestasional, agar
meningkatkan frekuensi pemeriksaan kehamilan kepada tenaga kesehatan
yang kompeten.

39
b. Kepada tenaga kesehatan, khususnya perawat, agar bisa melaksanakan
asuhan keperawatan secara komprehensif dan sesuai teori yang dipelajari
pada pasien ibu hamil dengan diabetes melitus gestasional sehingga dapat
memperbaiki keadaan umum pasien dan mencegah komplikasi.

40
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:


EGC.
Bulechek, G. M., et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi 5.
Amerika: Mosby.
Cunningham FG, et all. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances., 2001. Rencana Perawatan
Maternal/ Bayi.Jakarta : EGC
Green, Carol J., Judith M.W. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan : Maternal dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC
Herdman, T. Heather., Shigemi, K. 2015. Nanda International Inc Diagnosis
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
Ifan PS, Wahiduddin, Dian S. Faktor Risiko Kejadian Pradiabetes/Diabetes
Mellitus Gestasional di RSIA Sitti Khadijah I Kota Makassar
[Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin. 2013.
Johnson, Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Rapha
Publishing
Ladewig, Patricia W., Marcia, L.L., Sally, B.O. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu &
Bayi Baru Lahir Ed 5. Jakarta : EGC
Morgan, Geri., Carole, H. 2009. Obstetri & Ginekologi : Panduan Praktik. Jakarta
: EGC
Moorhead, S., et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 5. St.
Louis, MO: Elsevier
Norwitz, Errol R & Schorse, John O. 2013. Obstetrics and Gynecology at a
Glance. Wiley Blacwell.
Raehanul, Bahren., et al. 2014. Majalah Kesehatan Muslim: Diabetes Mellitus Ed
9. Yogyakarta: Pustaka Muslim
Solikhah, Umi. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Kehamilan, Persalinan,
dan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika

41
Setiyaningrum, Erna. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternitas (Asuhan
Kebidanan Patologi). Jakarta : In Media
Saifuddin, Abdul Bari., et al. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

42

Anda mungkin juga menyukai