PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan bidang kesehatan suatu
daerah/negara
penduduknya. AHH akan berbanding terbalik dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB). Dimana bila angka kematian bayi masih tinggi, maka
daerah/negara tersebut dikatakan derajat kesehatannya masih rendah, demikian pula
sebaliknya.
Pemerintah dalam Undang Undang Nomor 36 tahun 2009, menetapkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sehat, meningkat baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomi. Sejalan dengan pengertian tersebut untuk mendukung terwujudnya
derajat kesehatan diantaranya dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan oleh rumah
sakit.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003,
dilaporkan bahwa AKB di Indonesia sebesar 35 bayi per 1.000 kelahiran hidup.
Artinya sebanyak 157.000 bayi meninggal pada setiap tahunnya atau sebanyak 430
bayi meninggal. Kematian bayi dibawah umur 1 bulan pada umumnya disebabkan
oleh gangguan perinatal dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), selain itu disebabkan
juga oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare, malaria dan campak.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, insiden penyakit diare pada balita adalah
10,2%. Kejadian luar biasa (KLB) diare yang terjadi di Indonesia pada tahun 2011
adalah 0,29 % meningkat menjadi 2,06 % di tahun 2012 lalu mengalami penurunan di
tahun 2013 menjadi 1,08 %. Periode prevalen diare pada tahun 2013 untuk seluruh
Indonesia adalah 3,5 %. Lima propinsi dengan insiden dan periode prevalen diare
tertinggi adalah Papua (6,3 % dan 14,7 %), Sulawesi Selatan (5,2 % dan 10,2 %),
Aceh (5,0% dan 9,3 %), Sulawesi Barat ( 4,7 % dan 10,1 % ) dan Sulawesi Tengah
(4,4 % dan 8,8 % ). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur
12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%), dan
kelompok kecil indeks kepemilikan terbawah (6,2%). Berdasarkan karakteristik
penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita
diare.
Diare adalah buang air besar (defekasi)
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair
/setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat Menurut WHO (1980), dan
sumber lain menyebutkan bahwa diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x
sehari. Diare ini dapat terjadi dan disebabkan antara lain
malabsorpsi dan faktor makanan. Oleh karena itu diare semestinya harus ditangani,
dengan tujuan agar tidak terjadinya dehidrasi yang dapat mengakibatkan kematian.
Dampak penyakit diare terhadap kebutuhan dasar manusia antara lain kebutuhan
oksigenasi, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan sirkulasi dan
kebutuhan eliminasi.
Diare merupakan salah satu dari lima penyakit penyebab utama kematian pada
bayi dan balita di negara berkembang. Setiap tahunnya 12 juta anak di dunia
meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun dan sekitar 70% meninggal disebabkan
oleh beberapa penyakit salah satunya adalah diare (Sodikin, 2011).
B. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalai ini bertujuan untuk :
1. Memberikan pemahaman tentang Diare berdasarkan bagan MTBS
2. Mengetahui klasifikasi Diare berdasarkan bagan MTBS
3. Melakukan intervensi Diare berdasarkan bagan MTBS
4. Memberikan asuhan keperawatan Diare pada anak berdasarkan bagan MTBS
5. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan Diare pada anak berdasarkan bagan
MTBS
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Istilah gastroentrirtis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang
mengalami perkembangan diare atau muntah akut. Istilah ini mengacu pada terdapat
proses imflamasi dalam lambugn dan usus, walaupun pada beberapa kasus tidak
selalu demikian seperti pada kondisi seperti kolera atau apa yang dihasilkan oleh
E.coli, di mana mukosa usus yang gaster secara structural ada kecenderungan normal.
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tapa darah
dan/ atau lendir dalam feces, sedangkan diare akut sendiri didefinisikan dengan diare
yang terjadi secara mendadak pada bayi atau anak yang sebelumnya sehat.
Diare didefenisikan sebagai pase feses cair lebih dari tiga dalam sehari disertai
kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses (Watson, dikutip jones & irving,
1996 ; Behrman, kliegman, & Arvin, 1996). Secara epidemiologic biasanya diare
didefinisikan dengan keluarnya feses lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam satu
hari, namun para ibu mungkin menggunakan istilah yang berbeda untuk
menggambarkan diare. Depkes RI & DIRJEN PPM & PLP (1999), lebih praktis
mendefenisikan diare sebagai meningkatnya frekuensi atau konsistenya menjadi lebih
lunak sehingga dianggapa normal oleh ibunya.
B. KLASIFIKASI DIARE
Secara klinik, diare didefinisikan menjadi tiga macam sindrom, masingmasing mencerminkan pathogenesis berbeda dan memerlukan pendekatan yang
berlainan dalam pengobatanya. Berdasarkan pedoman MTBS diare diklasifikasikan
sebagai berikut:
GEJALA
Terdapat dua atau
klebih tanda-tanda
berikut :
Latergis
atau tidak
sadar
Mata
KLASIFIKASI
TINDAKAN ATAU
PENGOBATAN
cekung
Tidak bisa
minum atau
malas
minum
Cubitan
kulit perut
kembali
sangat
lambat
Diare dehidrasi
berat
Untuk dehidrasi
Diare dehidrasi
ringan/sedang
terapi C dan
tablet zinc)
Jika anak juga
mempunyai
klasifikasi
berat rujuk
segera, jika
masih bisa
minum
berikan ASI
dan larutan
oralit selama
perjalanan
Jika ada
kolera
didaerah
tersebut, beri
anti kolera
Beri cairan
dan makanan
sesuai rencana
terapi B dan
tablet zinc
Jika anak juga
mempunyai
klasifikasi
berat laiun :
Rujuk segera
Jika masih
bisa minum
berikan asi
dan larutan
oralit selama
perjalanan
Nasihati
kapan kembali
segera
Kunjungan
ulang 5 hari
jika tidak ada
perbaikan
Berikan cairan
dan makanan
sesuai rencana
sebagai diare
dehidrasi berat atau
ringan/sedang
Diare tanpa
dehidrasi
Ada dehidrasi
Diare persisten
berat
Jika diare 14
hari atau lebih
Tanpa dehidrasi
Diare persisten
Disentri
terapi A dan
tablet xinc
Nasihat kapan
kembali
segara
Kunjungan
ulang 5 hari
jika tidak ada
perbaikan
Atasi
dehidrasi
sebelum
dirujuk,
kecuali ada
klasifikasi
berat lain
Rujuk
Nasehati
pemberian
makan untuk
diare persisten
Kunjungan
ulang 5 hari
Beri antibiotik
yang sesuai
Nasehati
kapan kembali
segera
Kunjungan
ulanng 2 haru
C. PENYEBAB
Behramn, Kiegman & Arvin, Nelson (1996) menjelaskan bahwa penyebab diare
secara umum sebagai berikut :
Jenis diare
Akut
kronik
Bayi
Gastroenteritis
Infeksi sistemik
Akibat
pemakaian
antibiotic
Pasca infeksi
Anak
Gastroenteritis
Keracunan makanan
Infeksi sistemik
Akibat
pemakaian
antibiotic
Pasca infeksi
Remaja
Gastroenteritis
Keracunan makanan
Akibat
pemakaian
antibiotic
Pasca infeksi
menjadi asam, hal ini terjadi akibat banyaknya asam laktat yang dihasilkan dari
pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atausesudah diare. Apabila penderita
telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah ejala dehidrasi.
Berat badan turun. Ubun-ubun besar pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang,
dan selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering. Gejala klinis menyesuaikan
dengan drajat atau banyaknya kehilangan cairan. Apabila dilihat dari banyaknya
cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan kehilangan berat badan
dan skor Maurice king. (Noerrasid, Suraatmadja & Ansil, 1998).
Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi terbagi menjadi empat kategori
yaitu tidak ada dehidrasi (bila terjadi penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan
(bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%), dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan
berat badan 5-10%). Dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan 10%);
sedangkan menurut skor Maurice king dapat dijelaskan sebagai berikut
Bagian
diperiksa
Keadaan umum
Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/menit
Sehat
Gelisah,
Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat < 120 x/menit
apatis, ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit kurang
Sedikit kurang
Kering
Sedang
(120-140)
syok
Sangat kurang
Sangat kurang
Sangat kurang
Kering dan sianosis
Lemah > 140 x/menit
x/menit
E. PENYEBARAN KUMAN PENYEBAB DIARE
Kuman penyebab diare menyebar melalui mulut (ororfecal) antaralain melalui
makanan atau minuman akibat tercemar oleh feses dan/atau kontak langsung dengan
feses penderita, akan tetapi ada beberapa perilaku khusus yang dapat menyebabkan
penyebaran kuman enteric dan meningkatkan risiko terjadinya diare, perilaku yang
dimaksud adalah :
1) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk waktu 4-6 bulan pertama
kehidupan. Risiko untuk menderita daire berat beberapa kali lebih besar pada
bayi yang tidak diberi ASI dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI penuh.
Risiko kematian karena diare juga lebih besar.
2) Pengunaan botol susu yang tidak bersih, pengunaan botol ini memudahkan
pencemaran oleh kuman yang berasal dari feses dan sukar dibersihkan. Sewatu
susu dimasukan ke dalam botol yang tidak bersih, maka akan terjadi
kontaminasi kuman dan bila tidak segera diminum kuman akan tumbuh.
3) Menyiapkan makanan masak pada suhu tidak bersih, jika makanan dimasak
dan disimpan untuk digunakan kemudian, keadaan ininmemudahkan
terjadinya pencemaran, seperti kontak dengan permukaan alat-alat yang
terpapar, karena makanan yang disimpan beberapa jam pada suhu kamar,
kuman dapat berkembang biak
4) Penggunaan air minum yang tercemar bakteri dari feses. Air mungkin terpapar
dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran dirumah dapat
terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup, atau apabila tangan yang
tercemar kuman mengenai air sewaktu mengambilnya dari tempat
penyimpanan
5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar. Sesudah membuang feses, atau
sebelum memasak makanan
6) Membuang feses (termasuk feses bayi) dengan tidak benar. Ada anggapan di
masyarakat bahwa feses bayi tidak membahayakan kesehatan, padahal
sebenarnya feses bayi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar.
Feses binatang dapat pula menyebabkan infeksi pada manusia.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan objektif utama pada pasien dengan diare akut adalah penentuan
tingkat keparahan dehidrasi dan deplesi elektrolit. Adanya demam menunjukan infeksi
spesies salmonella, shigella, atau kampilobakter. Pemeriksaan colok dubur dan
sigmoidoskopi harus dilakukan, keduanya dimaksudkan untuk menilai tingkat
peradangan rektal, jika ada, dan mendapatkan feses untuk diperiksa.
G. PRINSIP PENGOBATAN DAN MANAJEMEN PERAWATAN
Pemeriksaan etiologi diare secara spesifik dan rutin di laboratorium tidak
praktis dan gejala kliniknya juga tidak spesifik, oleh sebab itu pengobatan yang
diberikan ke penderita diare harus berdasarkan gejala utama penyakit dan pengertian
dasar tentang mekanisme patogenesisnya. Prinsip pengobatan diare adalah sebagai
berikut.
1. Diare cair membutuhkan penggatian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya.
2. Makanan harus diberikan bahkan harus ditingkatkan selama diare untuk
menghindarkan efek buruk pada gizi.
3. Antibiotic dan antiparasite tidak boleh digunakan secara rutin karena tidak ada
mamfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk dalam hal ini pada diare berat
dan diare dengan panas, kecuali:
a) Disentri yang harus diobati dengan anti mikroba yang efektif untuk
shigella. Penderita-penderita yang tidak memberi respons dengan
pengobatan ini harus dikaji lebih lanjut atau diobati untuk kemunkinan
amoebiasis.
b) Suspek kolera dengan dehidrasi berat
c) Diare persisten, jika ditemukan tropozit atau kista G. lamblia atau
tropozit E.histolitika di feses atau cairan usus, atau bila bakteri usus
patogen ditemukan dalam kultur feses.
I.
Pencegahan Diare
Berbagai kuman penyebab diare disebarkan melalui jalan orofekal seperti air,
makanan, dan tangan yang tercemar. Upaya pemutusan penyebaran kuman penyebab
harus difokuskan pada cara penyebaran ini. Berbagai upaya yang terbukti efektif
adalah sebagai berikut.
1) Pemberian ASI eklusif (pemberian makanan berupa ASI saja pada bayi umur
4-6 bulan).
2) Menghindari penggunaan susu botol.
3) Memperbaiki cara penyiapan dan penyimanan makanan pendamping ASI
(untuk mengurangi paparan ASI dan perkembangbiakan bakteri).
4) Pengunaan air bersih unutk minum
5) Mencuci tangan baik sesudah buang air besar dan membuang feses bayi
sebeum menyiapkan makanan atau saat makan (Xue, 2008).
6) Membuang feses (termasuk feses bayi) secara benar.
I. PATHWAY
J.
Orang ke orang
(tangan)
Hewan
peliharaan
Escherichia coli
Shigella
Salmonella
Staphylococcus
aurous
Invasi saluran
cerna
Produksi
enterotoksin
Penghancuran sel-sel
epitel
Berinteraksi dengan
mukosa
Invasi
sistemik
Peradangan lapisan
jaringan di bawah epitel
mukosa
Darah, lendir,dalam
feses
Diare
Hipertermia dan
edema
Ekskresi interstisial
Askes ke
sirkulasi
sistemik
Dehidrasi
Kemunduran
dan kolaps
Infeksi
dibagian lain
tubuh
Septicemia
meningitis
menunjukan
tanda
rehidrasi
mempertahankan
adekuat
Intervensi:
1. Anjurkan
keluarga
untuk
meberikan
dengan
rendah
laktosa
untuk
mempertahankan
terapi cairan.
2. Anjurkan
keluarga
untuk
menghindari
masukan
cairan
seperti
jus
buah,
berkarbonat,
dan
minuman
gelatin karena cairan
ini
biasanya
karbohidrat,
elektrolit
tinggi
rendah
dan
mempunyai osmolitas
tinggi
3. Intruksikan
dalam
terapi
keluarga
memberikan
yang
tepat,
pemantauan
pemasukan
dan
pengeluaran,
dan
menhkaji tanda-tanda
dehidrasi
untuk
dan
memperbaiki
kepatuhan
terhadap
aturan terapeutik.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
diare , masukan yang tidak adekuat.
Sasaran
Hasil yang diharapkan :
Intervensi :
Anak mengosumsi
adekuat
untuk yang
ditentukan
dan
penambahan
1. Setelah
rehidrasi,
intruksikan
ibu
melanjutkan
pemberian
ASI,
karena
hal
ini
cenderung
mengurangi
pengobatan
dan
indikasi penyakit.
2. Instruksikan orang tua
untuk
menghindari
pemberian
pisang,
atau
teh,
dan
protein,
dan
rendah elektrolit
3. Intruksikan keluarga
dalam
memberikan
meningkatkan
kepatuhan
terhadap
program terapeutik.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi diare
sasaran kulit anak tetap utuh Hasil yang diharapkan
Anak tidak mengalami buktibukti kerusakan kulit
Intervensi
1. Anjurkan ganti popok
sering untuk menjaga
agar kulit tetap bersih
dan kering
2. Anjurkan
membersihkan
bokong
perlahan-
non-alkaline
dengan
dapat
sangat
mengiritasi kulit
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1.
Pengkajian
A. Biodata
1. Biodata anak
Nama
Umur/tanggal lahir
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Suku bangsa
Tanggal masuk
Tanggal pengkajian
No. RM
Diagnosa medis
2. Biodata orang tua
a. Identitas ayah
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
b. Identitas ibu
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
: An. A
: 29 bulan/19 April 2015
: Perempuan
: Islam
: Cangkol Utara Rt 06 Rw 04 Kota Cirebon
: Jawa
: 22 September 2015
: 22 - 23 September 2015
:: Diare dehidrasi ringan/sedang
: Tn. I
: 35 tahun
: Islam
: SMU
: Supir
: Cangkol Utara RT 06 Rw 04 Kota Cirebon
: Ny. S
: 29 tahun
: Islam
: SLTP
: Ibu Rumah Tangga
: Cangkol Utara RT 06 Rw 04 Kota Cirebon
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Ibu An. A mengeluh anaknya buang air besar 5 kali dalam sehari.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
An. A dibawa ke Puskesmas Cangkol Utara diantar oleh ibunya pada tanggal 22
September 2015 pukul 09.00 WIB, Ibu klien mengeluh anaknya buang air besar
5 kali dalam sehari dengan konsistensi encer sejak satu hari yang lalu. Keluhan
lainnya An. A tampak rewel, suka menangis, dan matanya terlihat cekung.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
An. A sebelumnya pernah mengalami diare, batuk dan pilek. Ketika sakit biasanya
An. A dibawa oleh ibunya berobat ke Puskesmas dan mendapatkan obat dari
Puskesmas.
4. Riwayat Kesehatan Keluarg
Ibu An. A mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit menular dan riwayat penyakit yang diturunkan seperti TB paru,
asma, DM, ataupun hipertensi.
5. Genogram
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= laki-laki meninggal
= perempuan meninggal
= orang terdekat
= tinggal serumah
= klien
D. Riwayat Imunisasi
An. A diberikan imunisasi secara teratur sesuai dengan usianya. Imunisasi yang telah
diberikan antara lain BCG, HB-0, HB-1, HB-2, HB-3, DPT-1, DPT-2, DPT-3,
Campak, Polio-1, Polio-2, Polio-3, Polio-4.
E. Riwayat Nutrisi
An. A diberikan Asi oleh ibunya dari awal An. A lahir sampai 6 bulan berikutnya.
Setelah 6 bulan An. A diberikan Asi dengan ditambahkan selingan Nestle.
F. Riwayat Tumbuh Kembang
1. Pertumbuhan
a. Fisik
Berat badan lahir
Panjang badan lahir
: 2900 gram
: 49 cm
b. Gigi geligi
Gigi susu An. A mulai tumbuh pada saat berusia 2 bulan
2. Perkembangan
Ibu An.A mengatakan bahwa An.A bisa tengkurap pada usia 3 bulan dan pada usia
13 bulan An.A sudah bisa merangkak. An. A bisa memakai baju secara mandiri
dan jika merasa haus An.A langsung meminta minum pada ibunya.
G. Riwayat Psikologis
Ibu An.A merasa khawatir dengan keadaannya anaknya pada saat sakit, karena ibu
An. A tampak bertanya-tanya tending keadaan anaknya dan perkembangan kesehatan
anaknya.
H. Riwayat Sosial
An. A selama dirumah diasuh oleh kedua orang tuanya tanpa adanya keluarga lain dan
pengasuh. An. A mempunyai seorang kakak laki-laki satu orang. An. A dan
keluarganya tinggal di Cangkol Utara Rt 06 Rw 04 Kota Cirebon, rumah An. A
terletak tidak jauh dari selokan setempat yang sangat kotor, An. A tinggal di kawasan
padat penduduk, disebelah kanan, kiri, depan dan belakang terdapat rumah tetangga,
hanya terdapat satu ventilasi udara kecil dirumahnya. Sehari-hari An. A senang
membeli jajanan dliuar dan sering mengkonsumsi air gallon isi ulang dari pengisian
gallon di wilayah setempat.
I. Riwayat Spiritual Keluarga
An. A dari sejak berusia 24 bulan sudah diajarkan sholat oleh orang tuanya, dan
keluarga An. A penganut agama islam
J. Pola Aktifitas dan Kebiasaan
No
1
Kebutuhan Dasar
Pola nutrisi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
An.
A
selalu An. A menjadi
diberilkan Asi dan rewel,
jarang
dan
tidur
selama
9 dari
pagi
hari
Pola eliminasi
menjadi
urine kecil
dikarenakan
kuning sering
isi
feses air
besar
khas feses.
klien
sehari
dengan konsistensi
berwarna
Personal hygiene
buang
ulang.
coklat,
oleh ibunya
K. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Tanda-tanda vital
Nadi
: 108 x/menit
Respirasi : 40 x/menit
Suhu
: 36,4 C
b. Antropometrik
BB
: 11 kg
PB
: 83 cm
LLA
: 16 cm
LK
: 46 cm
LD
: 47 cm
LP
: 46 cm
2. Pemeriksaan per-sistem
a. Sistem pernapasan
Respirasi : 40 x/menit dan tidak ada kelainan atau gangguan lain.
b. Sistem kardiovaskuler
Nadi : 108 x/menit, CRT < 3 detik.
c. Sistem muskuloskeletal
An.A mampu menggerakkan anggota badannya dan tidak ada kelainan atau
gangguan lain.
d. Sistem Integumen
Warna kulit An.A sawo matang, kulit tampak kotor, turgor kulit tidak
melambat, rambut tampak kurang bersih.
L. Data penunjang
Terapi pengobatan dengan menggunakan terapi B
4 bungkus oralit 100-200 ml setiap 3 jam
Tablet Zinc 10 tablet selama 10 hari
3.2.
Analisa Data
No
1
Data
Masalah
DO :
Diare
Dehidrasi
Anak tampak rewel, suka menangis,
Ringan/Sedang
dan mata terlihat cekung
Nadi : 108 x/menit
Respirasi : 40 x/menit
Suhu : 36,4 C
DS :
Ibu An. A mengeluh anaknya buang
air besar 5 kali dalam sehari dengan
konsistensi encer sejak satu hari yang
lalu
3.3.
terapi
Rasional
B 1. Terapi
pengobatan Diare
merupakan terapi
menurut MTBS:
- 4 bungkus
pengobatan diare
oralit 100-200
ml setiap 3
-
jam.
Tablet Zink 10
tablet selama
10 hari
Kunjungan
dehidrasi
ringan/sedang
berdasarkan
bagan MTBS
ulang
5 hari
cairan
gelatin
3. Instruksikan
keluarga
karbohidrat,
dan
elektrolit
mempunyai
osmolitas tinggi
untuk
3. diet
menghindari
pemberian pisang,
beras,
dan
roti
4. Anjurkan keluarga
untuk
mengobservasi
kondisi anaknya
5. Anjarkan cara cuci
tangan
tinggi
rendah
berkarbonat,
apel,
dengan
benar
ini
rendah
tinggi
dalam
karbohidrat,
rendah elektrolit
4. Untuk mengetahui
perkembangan
dari
kondisi
anaknya
5. Cuci tangan yang
benar
6. Beri
pendidikan
kesehatan tentang
cara
menjaga
kebersihan diri
7. Beri
pendidikan
kesehatan tentang
cara
diare
8. Beri
pencegahan
dapat
meminimalisir
terjadinya infeksi
6. Memberikan
pengetahuan cara
menjaga
kebersihan diri
7. Memberikan
pengetahuan
pendidikan
kesehatan tentang
PHBS
dan
bagaimana
cara
pencegahan diare
8. Memberikan
pengetahuan
mengenai PHBS