Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan bidang kesehatan suatu
daerah/negara

dapat ditentukan dengan melihat Angka Harapan Hidup (AHH)

penduduknya. AHH akan berbanding terbalik dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB). Dimana bila angka kematian bayi masih tinggi, maka
daerah/negara tersebut dikatakan derajat kesehatannya masih rendah, demikian pula
sebaliknya.
Pemerintah dalam Undang Undang Nomor 36 tahun 2009, menetapkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sehat, meningkat baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomi. Sejalan dengan pengertian tersebut untuk mendukung terwujudnya
derajat kesehatan diantaranya dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan oleh rumah
sakit.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003,
dilaporkan bahwa AKB di Indonesia sebesar 35 bayi per 1.000 kelahiran hidup.
Artinya sebanyak 157.000 bayi meninggal pada setiap tahunnya atau sebanyak 430
bayi meninggal. Kematian bayi dibawah umur 1 bulan pada umumnya disebabkan
oleh gangguan perinatal dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), selain itu disebabkan
juga oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare, malaria dan campak.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, insiden penyakit diare pada balita adalah
10,2%. Kejadian luar biasa (KLB) diare yang terjadi di Indonesia pada tahun 2011
adalah 0,29 % meningkat menjadi 2,06 % di tahun 2012 lalu mengalami penurunan di
tahun 2013 menjadi 1,08 %. Periode prevalen diare pada tahun 2013 untuk seluruh
Indonesia adalah 3,5 %. Lima propinsi dengan insiden dan periode prevalen diare
tertinggi adalah Papua (6,3 % dan 14,7 %), Sulawesi Selatan (5,2 % dan 10,2 %),
Aceh (5,0% dan 9,3 %), Sulawesi Barat ( 4,7 % dan 10,1 % ) dan Sulawesi Tengah
(4,4 % dan 8,8 % ). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur
12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%), dan
kelompok kecil indeks kepemilikan terbawah (6,2%). Berdasarkan karakteristik

penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita
diare.
Diare adalah buang air besar (defekasi)

dengan jumlah tinja yang lebih

banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair
/setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat Menurut WHO (1980), dan
sumber lain menyebutkan bahwa diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x
sehari. Diare ini dapat terjadi dan disebabkan antara lain

karena faktor infeksi,

malabsorpsi dan faktor makanan. Oleh karena itu diare semestinya harus ditangani,
dengan tujuan agar tidak terjadinya dehidrasi yang dapat mengakibatkan kematian.
Dampak penyakit diare terhadap kebutuhan dasar manusia antara lain kebutuhan
oksigenasi, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan sirkulasi dan
kebutuhan eliminasi.
Diare merupakan salah satu dari lima penyakit penyebab utama kematian pada
bayi dan balita di negara berkembang. Setiap tahunnya 12 juta anak di dunia
meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun dan sekitar 70% meninggal disebabkan
oleh beberapa penyakit salah satunya adalah diare (Sodikin, 2011).
B. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalai ini bertujuan untuk :
1. Memberikan pemahaman tentang Diare berdasarkan bagan MTBS
2. Mengetahui klasifikasi Diare berdasarkan bagan MTBS
3. Melakukan intervensi Diare berdasarkan bagan MTBS
4. Memberikan asuhan keperawatan Diare pada anak berdasarkan bagan MTBS
5. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan Diare pada anak berdasarkan bagan
MTBS

BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Istilah gastroentrirtis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang
mengalami perkembangan diare atau muntah akut. Istilah ini mengacu pada terdapat
proses imflamasi dalam lambugn dan usus, walaupun pada beberapa kasus tidak
selalu demikian seperti pada kondisi seperti kolera atau apa yang dihasilkan oleh
E.coli, di mana mukosa usus yang gaster secara structural ada kecenderungan normal.
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tapa darah
dan/ atau lendir dalam feces, sedangkan diare akut sendiri didefinisikan dengan diare
yang terjadi secara mendadak pada bayi atau anak yang sebelumnya sehat.
Diare didefenisikan sebagai pase feses cair lebih dari tiga dalam sehari disertai
kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses (Watson, dikutip jones & irving,
1996 ; Behrman, kliegman, & Arvin, 1996). Secara epidemiologic biasanya diare
didefinisikan dengan keluarnya feses lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam satu
hari, namun para ibu mungkin menggunakan istilah yang berbeda untuk
menggambarkan diare. Depkes RI & DIRJEN PPM & PLP (1999), lebih praktis
mendefenisikan diare sebagai meningkatnya frekuensi atau konsistenya menjadi lebih
lunak sehingga dianggapa normal oleh ibunya.
B. KLASIFIKASI DIARE
Secara klinik, diare didefinisikan menjadi tiga macam sindrom, masingmasing mencerminkan pathogenesis berbeda dan memerlukan pendekatan yang
berlainan dalam pengobatanya. Berdasarkan pedoman MTBS diare diklasifikasikan
sebagai berikut:
GEJALA
Terdapat dua atau
klebih tanda-tanda
berikut :
Latergis
atau tidak
sadar
Mata

KLASIFIKASI

TINDAKAN ATAU
PENGOBATAN

Jika tidak ada


klasifikasi
berat lain :
Beri cairan
untuk
dehidrasi berat
(rencana

cekung
Tidak bisa
minum atau
malas
minum
Cubitan
kulit perut
kembali
sangat
lambat

Diare dehidrasi
berat

Untuk dehidrasi

Terdapat dua atau


lebih tanda-tanda
berikut:
Gelisa,
rewel, atau
mudah
marah :
mata
cekung
Haus,
minum
dengan
lahap
Cubitan
kulit perut
kembali
lambat

Diare dehidrasi
ringan/sedang

Tidak cukup tandatanda untuk


diklasifikasikan

terapi C dan
tablet zinc)
Jika anak juga
mempunyai
klasifikasi
berat rujuk
segera, jika
masih bisa
minum
berikan ASI
dan larutan
oralit selama
perjalanan
Jika ada
kolera
didaerah
tersebut, beri
anti kolera
Beri cairan
dan makanan
sesuai rencana
terapi B dan
tablet zinc
Jika anak juga
mempunyai
klasifikasi
berat laiun :
Rujuk segera
Jika masih
bisa minum
berikan asi
dan larutan
oralit selama
perjalanan
Nasihati
kapan kembali
segera
Kunjungan
ulang 5 hari
jika tidak ada
perbaikan
Berikan cairan
dan makanan
sesuai rencana

sebagai diare
dehidrasi berat atau
ringan/sedang

Diare tanpa
dehidrasi

Ada dehidrasi

Diare persisten
berat

Jika diare 14
hari atau lebih

Tanpa dehidrasi

Diare persisten

Jika ada darah


dalam tinja

Ada darah dalam


tinja

Disentri

terapi A dan
tablet xinc
Nasihat kapan
kembali
segara
Kunjungan
ulang 5 hari
jika tidak ada
perbaikan
Atasi
dehidrasi
sebelum
dirujuk,
kecuali ada
klasifikasi
berat lain
Rujuk
Nasehati
pemberian
makan untuk
diare persisten
Kunjungan
ulang 5 hari
Beri antibiotik
yang sesuai
Nasehati
kapan kembali
segera
Kunjungan
ulanng 2 haru

C. PENYEBAB
Behramn, Kiegman & Arvin, Nelson (1996) menjelaskan bahwa penyebab diare
secara umum sebagai berikut :
Jenis diare
Akut

kronik

Bayi
Gastroenteritis

Infeksi sistemik

Akibat
pemakaian

antibiotic

Pasca infeksi

Anak
Gastroenteritis

Keracunan makanan

Infeksi sistemik

Akibat
pemakaian

antibiotic
Pasca infeksi

Remaja
Gastroenteritis
Keracunan makanan
Akibat
pemakaian
antibiotic

Pasca infeksi

Defisisensi disakaridase Defisisensi disakaridase Defisisensi disakaridase


sekunder
sekunder
sekunder
Intolransi protein susu Sindrom
iritabilitas Intoleransi laktosa
Sindrom
iritabilitas kolon
Giardiasis
Penyalahgunaan laksatif
Penyakit seliak
kolon
Fibrosis kistik
Intolerasnsi laktosa
(anoreksia nervosa)
Penyakit silakus
giardiasis
Sindrom usus pendek
buatan
Hampir sekitar 70-90% penyebab dari diare sudah dapat dipastikan.
Secara garis besar penyebab diare dikelompokan menjadi penyebab langsung
atau faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempercepat terjadinya
diare.
Penyebab diare akut dapat dibagi menjadi dua golongan, diare sekresi
(secretory diarrhea) dan diare osmotic (osmotic diarrhea). Diare sekresi dapat
disebabkan oleh faktor-faktor antaralain:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen, atau penyebab lainnya (seperti
keadaan gizi/gizi buruk, hygiene dan sanitasi yang buruk, kepadatan
penduduk, sosial budaya, dan sosial ekonomi
b) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebebakan oleh bahan-bahan
kimia, makanan (sperti keracunan makanan makanan yang pedas
atau terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan, atau gugup) ganguan
saraf, hawa dingin, alergi, dan sebagainya
c) Defisiensi imun terutama SigA (secretory immunoglobulin A) yang
mengakibatkan berlipat gandannya bakteri atau flora usus dan jamur
(terutama candida). Diare osmotic (osmotic diarrhea) disebablan oleh
malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein (KKP), bayi berat
badan lahir rendah (BBLR), dan bayi baru lahir.
D. GAMBARAN KLINIS
Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu
badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul
diare. Feses makin cair, mungkin mengandung darah atau lendir, dan warna feses
berubah menjadi kehijaun-hijauan karena bercampur empedu. Akibat seringnya
defekasi, anus dan area sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses makin lama

menjadi asam, hal ini terjadi akibat banyaknya asam laktat yang dihasilkan dari
pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atausesudah diare. Apabila penderita
telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah ejala dehidrasi.
Berat badan turun. Ubun-ubun besar pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang,
dan selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering. Gejala klinis menyesuaikan
dengan drajat atau banyaknya kehilangan cairan. Apabila dilihat dari banyaknya
cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan kehilangan berat badan
dan skor Maurice king. (Noerrasid, Suraatmadja & Ansil, 1998).
Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi terbagi menjadi empat kategori
yaitu tidak ada dehidrasi (bila terjadi penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan
(bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%), dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan
berat badan 5-10%). Dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan 10%);
sedangkan menurut skor Maurice king dapat dijelaskan sebagai berikut
Bagian

yang Nilai gejala yang ditentukan


0
1

diperiksa
Keadaan umum

Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/menit

Sehat

Gelisah,

cengeng, Mengigau, koma, atau

Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat < 120 x/menit

apatis, ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit kurang
Sedikit kurang
Kering
Sedang
(120-140)

syok
Sangat kurang
Sangat kurang
Sangat kurang
Kering dan sianosis
Lemah > 140 x/menit

x/menit
E. PENYEBARAN KUMAN PENYEBAB DIARE
Kuman penyebab diare menyebar melalui mulut (ororfecal) antaralain melalui
makanan atau minuman akibat tercemar oleh feses dan/atau kontak langsung dengan
feses penderita, akan tetapi ada beberapa perilaku khusus yang dapat menyebabkan
penyebaran kuman enteric dan meningkatkan risiko terjadinya diare, perilaku yang
dimaksud adalah :
1) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk waktu 4-6 bulan pertama
kehidupan. Risiko untuk menderita daire berat beberapa kali lebih besar pada
bayi yang tidak diberi ASI dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI penuh.
Risiko kematian karena diare juga lebih besar.
2) Pengunaan botol susu yang tidak bersih, pengunaan botol ini memudahkan
pencemaran oleh kuman yang berasal dari feses dan sukar dibersihkan. Sewatu

susu dimasukan ke dalam botol yang tidak bersih, maka akan terjadi
kontaminasi kuman dan bila tidak segera diminum kuman akan tumbuh.
3) Menyiapkan makanan masak pada suhu tidak bersih, jika makanan dimasak
dan disimpan untuk digunakan kemudian, keadaan ininmemudahkan
terjadinya pencemaran, seperti kontak dengan permukaan alat-alat yang
terpapar, karena makanan yang disimpan beberapa jam pada suhu kamar,
kuman dapat berkembang biak
4) Penggunaan air minum yang tercemar bakteri dari feses. Air mungkin terpapar
dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran dirumah dapat
terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup, atau apabila tangan yang
tercemar kuman mengenai air sewaktu mengambilnya dari tempat
penyimpanan
5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar. Sesudah membuang feses, atau
sebelum memasak makanan
6) Membuang feses (termasuk feses bayi) dengan tidak benar. Ada anggapan di
masyarakat bahwa feses bayi tidak membahayakan kesehatan, padahal
sebenarnya feses bayi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar.
Feses binatang dapat pula menyebabkan infeksi pada manusia.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan objektif utama pada pasien dengan diare akut adalah penentuan
tingkat keparahan dehidrasi dan deplesi elektrolit. Adanya demam menunjukan infeksi
spesies salmonella, shigella, atau kampilobakter. Pemeriksaan colok dubur dan
sigmoidoskopi harus dilakukan, keduanya dimaksudkan untuk menilai tingkat
peradangan rektal, jika ada, dan mendapatkan feses untuk diperiksa.
G. PRINSIP PENGOBATAN DAN MANAJEMEN PERAWATAN
Pemeriksaan etiologi diare secara spesifik dan rutin di laboratorium tidak
praktis dan gejala kliniknya juga tidak spesifik, oleh sebab itu pengobatan yang
diberikan ke penderita diare harus berdasarkan gejala utama penyakit dan pengertian
dasar tentang mekanisme patogenesisnya. Prinsip pengobatan diare adalah sebagai
berikut.
1. Diare cair membutuhkan penggatian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya.
2. Makanan harus diberikan bahkan harus ditingkatkan selama diare untuk
menghindarkan efek buruk pada gizi.

3. Antibiotic dan antiparasite tidak boleh digunakan secara rutin karena tidak ada
mamfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk dalam hal ini pada diare berat
dan diare dengan panas, kecuali:
a) Disentri yang harus diobati dengan anti mikroba yang efektif untuk
shigella. Penderita-penderita yang tidak memberi respons dengan
pengobatan ini harus dikaji lebih lanjut atau diobati untuk kemunkinan
amoebiasis.
b) Suspek kolera dengan dehidrasi berat
c) Diare persisten, jika ditemukan tropozit atau kista G. lamblia atau
tropozit E.histolitika di feses atau cairan usus, atau bila bakteri usus
patogen ditemukan dalam kultur feses.
I.

Pencegahan Diare
Berbagai kuman penyebab diare disebarkan melalui jalan orofekal seperti air,
makanan, dan tangan yang tercemar. Upaya pemutusan penyebaran kuman penyebab
harus difokuskan pada cara penyebaran ini. Berbagai upaya yang terbukti efektif
adalah sebagai berikut.
1) Pemberian ASI eklusif (pemberian makanan berupa ASI saja pada bayi umur
4-6 bulan).
2) Menghindari penggunaan susu botol.
3) Memperbaiki cara penyiapan dan penyimanan makanan pendamping ASI
(untuk mengurangi paparan ASI dan perkembangbiakan bakteri).
4) Pengunaan air bersih unutk minum
5) Mencuci tangan baik sesudah buang air besar dan membuang feses bayi
sebeum menyiapkan makanan atau saat makan (Xue, 2008).
6) Membuang feses (termasuk feses bayi) secara benar.

H. MEMEPERKUAT DAYA TAHAN TUBUH


Sejumlah faktor resiko diare yang sering dan berat menunjukan daya tahan tubuh
yang turun. Cara-cara yang dapat diambil untuk meningkatkan daya tahan tubuh
untuk menguragi risiko diare adalah sebagai berikut.
1) Melaksanakan pemberian ASI paling tidak sampai 2 tahun pertama
kehidupan
2) Memperbaiki status gizi (dengan memperbaiki nilai gizi makanan
pendamping ASI dan memberikan anak lebih banyak makanan).
3) Imunisasi campak.

I. PATHWAY
J.
Orang ke orang
(tangan)

Makanan atau air


terkontaminasi

Hewan
peliharaan

Escherichia coli
Shigella
Salmonella
Staphylococcus
aurous

Invasi saluran
cerna

Produksi
enterotoksin

Penghancuran sel-sel
epitel

Berinteraksi dengan
mukosa

Ulserasi dangkal dari


mukosa

Boros sekresi air dan


elektrolit

Invasi
sistemik

Peradangan lapisan
jaringan di bawah epitel
mukosa

Darah, lendir,dalam
feses

Diare

Hipertermia dan
edema

Ekskresi interstisial
Askes ke
sirkulasi
sistemik

Dehidrasi
Kemunduran
dan kolaps

Infeksi
dibagian lain
tubuh

Septicemia
meningitis

K. DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan gastrointestinal
berlebihan melalui feses atau emesis.
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan dengan kehilangana cairan melalui
diare, masukan yang tidak adekuat.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasu karena diare.
L. INTERVENSI
Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan gastrointestinal berlebihan melalui
feses atau emesis.
Sasaran
Anak

menunjukan

tanda

rehidrasi

mempertahankan
adekuat

Hasil yang diharapkan :


tanda- Anak menujukan tanda-tanda
dan hidrasi yang adekuat
hidrasi

Intervensi:
1. Anjurkan

keluarga

untuk

meberikan

dengan

rendah

natrium seperti air,


ASI, formula bebas
laktosa, atau formula
setengah

laktosa

untuk
mempertahankan
terapi cairan.
2. Anjurkan
keluarga
untuk

menghindari

masukan

cairan

seperti

jus

buah,

berkarbonat,

dan

minuman
gelatin karena cairan
ini

biasanya

karbohidrat,
elektrolit

tinggi
rendah
dan

mempunyai osmolitas
tinggi
3. Intruksikan
dalam
terapi

keluarga

memberikan
yang

tepat,

pemantauan
pemasukan

dan

pengeluaran,

dan

menhkaji tanda-tanda
dehidrasi

untuk

menjamin hasil yang


optimum

dan

memperbaiki
kepatuhan

terhadap

aturan terapeutik.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
diare , masukan yang tidak adekuat.
Sasaran
Hasil yang diharapkan :

Intervensi :

Anak mengosumsi

nutrisi Anak mengosusmsi nutrisi

adekuat

untuk yang

ditentukan

mempertahankan berat badan menunjukan


dengan usia

dan

penambahan

berat badan yang memuaskan

1. Setelah

rehidrasi,

intruksikan

ibu

melanjutkan
pemberian

ASI,

karena

hal

ini

cenderung
mengurangi
pengobatan

dan

indikasi penyakit.
2. Instruksikan orang tua
untuk

menghindari

pemberian

pisang,

beras, apel, dan roti


panggan

atau

teh,

karena diet ini rendah


eneri

dan

protein,

terlalu tinggi dalam


karbohidrat,

dan

rendah elektrolit
3. Intruksikan keluarga
dalam

memberikan

diet yang tepat untuk

meningkatkan
kepatuhan

terhadap

program terapeutik.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi diare
sasaran kulit anak tetap utuh Hasil yang diharapkan
Anak tidak mengalami buktibukti kerusakan kulit

Intervensi
1. Anjurkan ganti popok
sering untuk menjaga
agar kulit tetap bersih
dan kering
2. Anjurkan
membersihkan
bokong

perlahan-

lahan dengan sabun


lunak

non-alkaline

dan air atau celubkan


anak dalam bak untuk
pembersihan

dengan

lembut karena feses


diare

dapat

sangat

mengiritasi kulit

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1.

Pengkajian
A. Biodata
1. Biodata anak
Nama
Umur/tanggal lahir
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Suku bangsa
Tanggal masuk
Tanggal pengkajian
No. RM
Diagnosa medis
2. Biodata orang tua
a. Identitas ayah
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
b. Identitas ibu
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

: An. A
: 29 bulan/19 April 2015
: Perempuan
: Islam
: Cangkol Utara Rt 06 Rw 04 Kota Cirebon
: Jawa
: 22 September 2015
: 22 - 23 September 2015
:: Diare dehidrasi ringan/sedang
: Tn. I
: 35 tahun
: Islam
: SMU
: Supir
: Cangkol Utara RT 06 Rw 04 Kota Cirebon
: Ny. S
: 29 tahun
: Islam
: SLTP
: Ibu Rumah Tangga
: Cangkol Utara RT 06 Rw 04 Kota Cirebon

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Ibu An. A mengeluh anaknya buang air besar 5 kali dalam sehari.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
An. A dibawa ke Puskesmas Cangkol Utara diantar oleh ibunya pada tanggal 22
September 2015 pukul 09.00 WIB, Ibu klien mengeluh anaknya buang air besar
5 kali dalam sehari dengan konsistensi encer sejak satu hari yang lalu. Keluhan
lainnya An. A tampak rewel, suka menangis, dan matanya terlihat cekung.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu

An. A sebelumnya pernah mengalami diare, batuk dan pilek. Ketika sakit biasanya
An. A dibawa oleh ibunya berobat ke Puskesmas dan mendapatkan obat dari
Puskesmas.
4. Riwayat Kesehatan Keluarg
Ibu An. A mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit menular dan riwayat penyakit yang diturunkan seperti TB paru,
asma, DM, ataupun hipertensi.

5. Genogram

Keterangan :

= laki-laki
= perempuan
= laki-laki meninggal

= perempuan meninggal
= orang terdekat
= tinggal serumah
= klien

C. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


1. Prenatal
Ibu An. A mendapatkan 2 kali Imunisasi TT dengan masa kehamilan 10 bulan.
Selama hamil Ibu An.A rutin memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas dan
tidak ada keluhan yang muncul selain keluhan diawal kehamilan.
2. Intranatal
Ibu An.A menjalani persalinan di Bidan desa dekat dengan rumah orang tuanya di
daerah Mandalangan pada tanggal 19 April 2013 pukul 23.00 WIB dengan waktu
persalinan selama 5 jam persalinan normal dan tidak dibantu oleh obat
perangsang (Oksitosin)
3. Postnatal
An. A lahir dengan berat lahir 2900 gram dan panjang badan 49 cm, berwarna
kemerahan dan tidak sianosis.

D. Riwayat Imunisasi
An. A diberikan imunisasi secara teratur sesuai dengan usianya. Imunisasi yang telah
diberikan antara lain BCG, HB-0, HB-1, HB-2, HB-3, DPT-1, DPT-2, DPT-3,
Campak, Polio-1, Polio-2, Polio-3, Polio-4.
E. Riwayat Nutrisi
An. A diberikan Asi oleh ibunya dari awal An. A lahir sampai 6 bulan berikutnya.
Setelah 6 bulan An. A diberikan Asi dengan ditambahkan selingan Nestle.
F. Riwayat Tumbuh Kembang
1. Pertumbuhan
a. Fisik
Berat badan lahir
Panjang badan lahir

: 2900 gram
: 49 cm

b. Gigi geligi
Gigi susu An. A mulai tumbuh pada saat berusia 2 bulan
2. Perkembangan
Ibu An.A mengatakan bahwa An.A bisa tengkurap pada usia 3 bulan dan pada usia
13 bulan An.A sudah bisa merangkak. An. A bisa memakai baju secara mandiri
dan jika merasa haus An.A langsung meminta minum pada ibunya.
G. Riwayat Psikologis
Ibu An.A merasa khawatir dengan keadaannya anaknya pada saat sakit, karena ibu
An. A tampak bertanya-tanya tending keadaan anaknya dan perkembangan kesehatan
anaknya.
H. Riwayat Sosial
An. A selama dirumah diasuh oleh kedua orang tuanya tanpa adanya keluarga lain dan
pengasuh. An. A mempunyai seorang kakak laki-laki satu orang. An. A dan
keluarganya tinggal di Cangkol Utara Rt 06 Rw 04 Kota Cirebon, rumah An. A
terletak tidak jauh dari selokan setempat yang sangat kotor, An. A tinggal di kawasan
padat penduduk, disebelah kanan, kiri, depan dan belakang terdapat rumah tetangga,
hanya terdapat satu ventilasi udara kecil dirumahnya. Sehari-hari An. A senang
membeli jajanan dliuar dan sering mengkonsumsi air gallon isi ulang dari pengisian
gallon di wilayah setempat.
I. Riwayat Spiritual Keluarga
An. A dari sejak berusia 24 bulan sudah diajarkan sholat oleh orang tuanya, dan
keluarga An. A penganut agama islam
J. Pola Aktifitas dan Kebiasaan
No
1

Kebutuhan Dasar
Pola nutrisi

Sebelum Sakit
Saat Sakit
An.
A
selalu An. A menjadi
diberilkan Asi dan rewel,

jarang

nestle oleh ibunya. makan, hanya ingin


Serta

selalu meminum susu dan

mengkonsumsi air air gallon isi ulang


gallon isi ulang dan
2

Pola istirahat tidur

jajanan dari luar


An. A selalu tidur An. A sulit tidur
siang

dan

jika ketika malam dan

malam hari An. A lebih sering tidur

tidur

selama

9 dari

pagi

hari

jam dari jam 21.00 sampai siang


3

Pola eliminasi

sampai jam 06.00


An. A buang air An.

menjadi

kecil 8 kali dalam sering buang air


sehari,
berwarna

urine kecil

dikarenakan

kuning sering

dengan bau khas. mengkonsumsi


Buang air besar 1 galon

isi

kali sehari dengan Frekuensi


konsistensi
berwarna

feses air

besar

khas feses.

klien
sehari

dengan konsistensi
berwarna

Personal hygiene

buang

kuning, menjadi 5 kali

padat., dan berbau dalam

ulang.

coklat,

encer, dan berbau


An. A selalu mandi An. A hanya diseka
2 kali sehari dengan dengan air hangat
dibantu oleh ibunya

oleh ibunya

K. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Tanda-tanda vital
Nadi
: 108 x/menit
Respirasi : 40 x/menit
Suhu
: 36,4 C
b. Antropometrik
BB
: 11 kg
PB
: 83 cm
LLA
: 16 cm
LK
: 46 cm
LD
: 47 cm
LP
: 46 cm
2. Pemeriksaan per-sistem
a. Sistem pernapasan
Respirasi : 40 x/menit dan tidak ada kelainan atau gangguan lain.
b. Sistem kardiovaskuler
Nadi : 108 x/menit, CRT < 3 detik.
c. Sistem muskuloskeletal

An.A mampu menggerakkan anggota badannya dan tidak ada kelainan atau
gangguan lain.
d. Sistem Integumen
Warna kulit An.A sawo matang, kulit tampak kotor, turgor kulit tidak
melambat, rambut tampak kurang bersih.

L. Data penunjang
Terapi pengobatan dengan menggunakan terapi B
4 bungkus oralit 100-200 ml setiap 3 jam
Tablet Zinc 10 tablet selama 10 hari
3.2.

Analisa Data
No
1

Data
Masalah
DO :
Diare
Dehidrasi
Anak tampak rewel, suka menangis,
Ringan/Sedang
dan mata terlihat cekung
Nadi : 108 x/menit
Respirasi : 40 x/menit
Suhu : 36,4 C
DS :
Ibu An. A mengeluh anaknya buang
air besar 5 kali dalam sehari dengan
konsistensi encer sejak satu hari yang
lalu

3.3.

Nursing Care Plan

Masalah keperawatan Tindakan


Diare
dehidrasi 1. Beri
ringan/sedang

terapi

Rasional
B 1. Terapi

pengobatan Diare

merupakan terapi

menurut MTBS:
- 4 bungkus

pengobatan diare

oralit 100-200
ml setiap 3
-

jam.
Tablet Zink 10
tablet selama

10 hari
Kunjungan

dehidrasi
ringan/sedang
berdasarkan
bagan MTBS

ulang

5 hari

jika tidak ada


perbaikan
2. Anjurkan keluarga
untuk menghindari
masukan

cairan

seperti jus buah,


minuman
dan

gelatin
3. Instruksikan
keluarga

karbohidrat,
dan

elektrolit

mempunyai

osmolitas tinggi
untuk
3. diet

menghindari
pemberian pisang,
beras,

dan

roti
4. Anjurkan keluarga
untuk
mengobservasi
kondisi anaknya
5. Anjarkan cara cuci
tangan

tinggi
rendah

berkarbonat,

apel,

2. cairan ini biasanya

dengan

benar

ini

rendah

eneri dan protein,


terlalu

tinggi

dalam
karbohidrat,

rendah elektrolit
4. Untuk mengetahui
perkembangan
dari

kondisi

anaknya
5. Cuci tangan yang
benar

6. Beri

pendidikan

kesehatan tentang
cara

menjaga

kebersihan diri
7. Beri
pendidikan
kesehatan tentang
cara
diare
8. Beri

pencegahan

dapat

meminimalisir
terjadinya infeksi
6. Memberikan
pengetahuan cara
menjaga
kebersihan diri
7. Memberikan
pengetahuan

pendidikan

kesehatan tentang
PHBS

dan

bagaimana

cara

pencegahan diare
8. Memberikan
pengetahuan

mengenai PHBS

Anda mungkin juga menyukai