Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN NONA.

A DENGAN DIAGNOSA MEDIS DISMENORHEA


DENGAN INTERVENSI TITIK AKUPRESURE
DI BR. PEMALUKAN DESA PEGUYANGAN KAJA
2020

OLEH:

NI KADEK ERNI WIDJAYANTI

17.321.2683

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

TAHUN 2020
ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLEMENTER PADA NONA .A
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DISMENORHEA
TANGGAL 13 JULI 2020

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Nona A
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan Darah :O
Usia : 17 tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Belum Kawin
TB/BB : 160cm/55kg
Alamat : Br. Pemalukan, Desa Peguyangan Kaja
Diagnosa Media : Dismenorhea
Tanggal Pengkajian : 13 juli 2020

Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Hubungan Dengan Pasien : Ayah
Alamat : Br. Pemalukan, Desa Peguyangan Kaja

Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan utama
Nyeri abdomen dirasakan saat menstruasi
P = nyeri timbul karena menstruiasi
Q = rasa nyeri masih di remas – remas
R = nyeri dirasakan dibagian perut
S =pasien tampak meringgis skala nyeri 7 ( nyeri wajah )
T = nyeri timbul saat bergerak
2. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Saat pasien mengalami nyeri haid pasien hanya meminum air hangat dan melakukan kompres pada
abdomen.
b. Status Kesehatan Masa Lalu
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluh nyeri dibagian perut. Nyeri dirasakan setiap kali mentrusi.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Pasien mengalami menstruasi sejak berumur 12 tahun, Setiap kali mentruasi selalu merasakan
nyeri,
5. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan pernah sakit sebelumnya, sakit yang biasanya yang pernh dialami seperti
demam dan sakit kepala
6. Riwayat perawatan dan pengobatan sebelumnya ( Konventional dan komplementer )
a. Konventional
Pasien mengatakan pelayanan Kesehatan konventional yang di pilih saat pasien sakit hanya
membeli obat Pereda nyeri ke apotek yang berada di dekat rumah pasien.
b. Komplementer
Pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah mencoba terapi komplementer dan ini
merupakan pertama kali pasien berobat dengan terapi komplementer.
7. Alergi
Pasien mengatakan tidak alergi.
8. Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll)
Pasien mengatakan tidak merokok ataupun meminum – minuman seperti alcohol dan kopi
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit keluarga, Seperti : TBC dan diabetes
d. Diagnose medis dan Therapy
Diagnose medis : Dismenorhea
Therapy : parasetamol dan asam mefenamat
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi Efek Samping

1 Parasetamol 3x Tablet 1. Menurunkan panas 1. Adanya ruam dan


250mg atau 2. Menghilangkan pembengkakan
oral sakit kepala 2. Kerusakan hati dan
3. Menghilangkan ginjal
sakit gigi 3. Gatal - gatal
4. Meredakan nyeri

2 Asam 3x250m Tablet 1. Meredakan nyeri 1. Sariawan


mefenamat g atau 2. Meredakan sakit 2. Muntah
oral kepala 3. Diare
3. Meredakan sakit 4. ruam
gigi nmeredakan
nyeri haid
4. Meredakan nyeri
akibat trauma
5. Meredakan nyeri
otot

2. Pola Kebutuhan Dasar ( Data bio- psiko- sosio- kultural- spiritual)


1. Pola persepsi dan manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan Kesehatan tersebut sangat penting bagi keluarga dan pasien, biasanya bila sakit
langsung di bawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat
2. Pola nutrisi dan metabolik
Pasien mengatakan makan 3 x sehari dengan porsi sedikit di pagi hari dan porsi biasa disiang hari,
dan malam hari dengan porsi biasa, dan pasien minum air kurang lebih 1000 cc
3. Pola eliminasi
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam melakukan BAB atau BAK normal 4-5 x sehari
4. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan biasanya tidur pukul 21.00 wita dan bangun di pagi hari pukul 05.00. wita
pasien juga mengatakan dia tidak memiliki kebiasaan mengigau saat tidur dan tidak kesulitan
untuk memulai tidur. Tidurnya nyenyak dan pasien biasa tidur 5-6 jam/hari.
5. Pola aktivitas dan Latihan
1. Aktivitas
Kemammapuan Perawatan diri 0 1 2 3 4 Ket :

Makan dan minum  0 : mandiri

Mandi  1 : Alat bantu

Toileting  2 : Dibantu orang lain

Berpakaian  3 : Dibantu orang lain

Berpindah  dan alat


4 : tergantung total

2. Latihan
Pasien mengatakan dapat melakukan aktifitas ringan sehari hari secara mandiri hanya
saja saat pasien merasakan sakit pasien tidak kuat melakukan aktivitas sehari - hari
6. Pola Kognitif dan persepsi
Pasien mengatakan dapat mendengar (tidak tuli), mampu melihat dengan baik, komunikasi verbal
dan perabaan pasien tidak menglami masalah
7. Pola persepsi-konsep diri
Citra Tubuh : Pasien tidak mengalami perubahan bentuk tubuh
Peran diri : Pasien merupakan seorang siswa
Ideal diri : Pasien berharap bisa sembuh.
Identitas diri : Pasien merupakan anak pertama
Harga diri : Pasien tidak merasa rendah diri dengan keadaannya,
8. Pola peran – hubungan
Pasien mengatakan menjalin hubungan dengan keluarga maupun masyarakat sekitar rumahnya
dengan baik.
9. Pola seksual-reproduksi
Pasien mengatakan belum menikah
10. Pola toleransi stres-koping
Pasien mengatakan setiap ada masalah akan menceritakan masalahnya kepada keluarganya.
11. Pola nilai-kepercayaan
Pasien beragama hindu, saat berada dirumah pasien rajin beribadah.
3. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
Pasien terlihat lemah dan pucat.
Tingkat kesadaran : compos metis
GCS : verbal : 5 psikomotor : 6 mata :4
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/80mmHg, S : 36.5OC, N : 130x / menit, RR : 20x / menit
a. Keadaan Fisik
a. Kepala dan Leher
1. Kepala
I = bentuk kepala simetris, tidak nampak ubun – ubun cekung, rambut nampak hitam
P = terdapat nyeri saat di tekan
2. Leher
I = Tidak Nampak lesi, tidak terlihat pembesaran vena juguralis dan tidak adanya
kemerahan
P = tidak terdapat nyeri tekan tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak teraba
pembesaran limfe
b. Mata
I = mata simetris, terdapat palpebra, bulu mata anemis, tidak ada sekret
P = tidak ada benjolan dan nyeri tekan
c. Hidung
I = hidung simetris, tidak ada cairan, tidak ada kotoran, rambut silla tidak kotor, tidak ada sekret
pada hidung
P = tidak ada benjolan dan nyeri tekan
d. Telinga
I = telinga simetris, bentuk dan ukuran telinga simetris, tidak afa lesi pada telinga
P = tidak ada benjolan dan nyeri tekan
e. Mulut
I = mulut simetris, tidak terdapat sianosis pada mulut membrane mukosa lembab,kondisi gigi
bersih, lidah bersih tidak ada sariawan
P = tidak ada benjolan dan nyeri tekan
f. Dada
 Paru-Paru
I = dada Nampak simetris
P = tidak ada nyeri tekan
P = suara perkusi sonor
A = suara napas vesikuler
 Jantung
I = dada simetris ictus cordis terlihat pada ICS V midline clavicula
P = iktus cordis teraba pada midline clavicula ICS V seperti hentakan kuat yg dirasakan pada
diameter 2
P = suara jantung midline clavicula ICS 3-5 ( dullnes )
A = suara jantung S1 S2 tunggal regular tidak ada tambahan
g. Payudara dan Ketiak
1. Payudara
I = payudara simetris
P = payudara saat di raba tidak ada benjolan dan nyeri tekan
2. Ketiak
I = ketiak berwarna kecoklatan, persebaran bulu merata
P = tidak adanya benjolan dan nyeri tekan
h. Abdomen right epigastric left
I = perut Nampak simetris
A = bising usus 35 x/menit ring lumbar umbilical regio left lumbar
P = tidak ada pembesaran hepar
P = terdapat nyeri tekan right iliac hypogastric leaft inguinal
(pubic)
i. Ekstremitas
 Atas
I = Ekstermitas kanan dan kiri simetris
P = CRT Kembali kurang dari 3 detik dan tidak ada benjolan
P = adanya nyeri tekan di titik akupresure di antara ibu jari dan telunjuk sebanyak 30x

Titik akupresure LI4


 Bawah
I = ekstermitas kanan dan kiri simetris
P = tidak adanya benjolan
P = adanya nyeri tekan di titik akupresure SP 6 ( 3 jari di atas mata kaki) dan titik akupresure ST36
( di bawa lutut 4 jari dibagian luar)

Titik akupresure SP6 Titik akupresure ST36

j. Genetalia
Tidak melakukan pemeriksaan pada organ genetalia
k. Integumen
I = kulit nampak lembab, kulit nampak kusam
P = tidak ada benjolan dan nyeri tekan
l. Neurologis
 Status Mental dan Emosi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak ada menunjukkantanda – tanda stress atau penolakan
prosedur
 Pengkajian saraf kranial
Tidak ada
 Pemeriksaan refleks
Refleks ekstermitas kanan dan kiri positif
4. Data Penunjang
Tidak terlampir
5. Diagnose Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien tampak meringis.
b. Defisit pengetahuan b.d kurangnya terpapar informasi d.d menunjukkan persepsi yang keliru
terhadap masalah
c. Ansietas b.d ancaman kesehatan d.d tampak gelisah
6. Analisa data
Data Etiologi Problem
DS : pasien mengeluh nyeri Fungsi Endokrin Nyeri akut
diabdomen bawah setiap
menttruasi, pasien tampak
Prostaglandin
meringis.
Skala nyeri : skala 7-10 ( skala
wajah ) Gastrointestinal

DO : Tanda tanda vital :

Pendarahan
TD: 110/80 mmHg

S: 36,5 0C
Infeksi atau Peradangan
Nadi : 130x/menit

RR : 20x/menit Nyeri akut

DS : Fungsi fisiologis Difisit Pengetahuan


Pasien mengatakan kurangnya
pengetahuan tentang cara
Prostaglandin Meningkat
menghilangkan nyeri saat
menstruasi
DO : Kontraksi Uterus Meningkat
Pasien tampak lemas dan gelisah

Hipoksia dan Iskemia Jarinagn

Nyeri

Defisit pengetahuan

DS: Fungsi Endokrin Ansietas


Pasien mengatakaan merasa
gelisah terhadap keadaanya saat
ini. Produkprostaglandin
DO :
TD: 110/80mmHg
Gastrointestinal
S : 36.5OC, N : 130x / menit, RR
: 20x / menit

Mual, muntah

Nutrisi

Nyeri

Kurang pengetahuan

Ansietas

7. Intervensi
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 1 Setelah dilakuakan Mandiri 1. Dapat menyebabkan
perawatan selama 2 x 1. Hangatkan bagian perut terjadinya vasodilatasi
kunjungan nyeri 2. Masase daerah perut dan mengurangi
berkurang dengan Kriteria
yang nyeri kontraksi spasmodamik
hasil :
1. Pasien menyatakan 3. Lakukan teknik relaksasi uterus
rasa nyaman setelah 4. Tentukan titik 2. Mengurangi nyeri karena
nyeri berkurang akupresure LI4 ( titik adanya stimulus sentuhan
2. Pasien mampu akupresure antara teurapeutik
mengontrol nyeri ibu jari dan telunjuk ) 3. Mengurangi tekanan
3. Pasien mampu 5. SP6 ( titik akupresur 4 untuk mendapat rileks
menggunakan tehnik jari di atas mata kaki ) 4. Penekanan pada titik LI4
nonfarmakologi untuk ST 36 ( titik ( titik akupresure antara
mengurangi nyeri, akupresure 4 jari di ibu jari dan telunjuk )
mencari bantuan bawah lutut di tepi SP6 ( titik akupresure 4
luar) jari di atas mata kaki )
ST 36 ( titik akupresure 4
jari di bawah lutut)
5. Penekanan pada titik
akupresure akan
memberikan hasil
optimal
6. Keluarga atau pasien
dapat melakukan
akupresure secara
mandiri tanpa bantuan
perawat
7. Kolaborasi dengan terapi
professional akan
membantu menentukan
acupoint yang tepat
sesuai masalah
keperawatan

2 2 Setelah dilakuakan Tindakan 1. Kesiapan pasien dan


perawatan selama 2 x 1. Identifikasi kesiapan keluarga pasien
kunjungan pengetahuan dan kemampuan dalam menerima
berkurang dengan Kriteria menerima informasi informasi
hasil : 2. Identifikasi factor – 2. Mencari materi
factor yg dapat tentang pengetahuan
1. Adanya
meningkatkan dan Kesehatan
peningkatan
menurunkan motivasi 3. Kesiapan pasien dan
pasien dan
prilaku hidup sehat keluarga pasien
keluarga pasien
Terapeutik untuk meningkatkan
mengenai
1. Sediakan materi prilaku hidup sehat
pengetahuan
Pendidikan
tentang
Kesehatan
Kesehatan
2. Berikan
2. Pasien dan
kesempatan untuk
keluarga dapat
bertanya
menjelaskan
Edukasi
tentang
1. Ajarkan prilaku
pengetahuan
hidup sehat
penyakit yang
-
dialami

Lampiran Jurnal

EFEKTIFITAS AKUPRESUR TERHADAP DISMENORE


PADA REMAJA PUTRI
1 2 3
Julianti , Oswati Hasanah , Erwin

Program Study Ilmu Keperawatan Universitas Riau


Email : Juliantipsikur@gmail.com

Abstarct

Acupressure is nonpharmacologic therapy for dysmenorrhea. The purpose of this research was
to identify the effect of acupressure on pain (intensity and quality) in adolescent with
dysmenorrhea at SMK Muhammadiyah 2 Pekanbaru. This study was quasi-experimental with
non-equivalent pretest-posttest kontrol group design. The sample were 52 respondens, devided
into intervention and control group with purposive sampling method. Acupressure reduce pain
intensity and quality signicantly p-value ( . 0,05). Dismenorrhea can decrease as 0,615
point for the pain intensity and pain quality as 0,577 point. The research recommended that
acupressure at LI4 (Hequ) and PC6 (Neiguan) is effective as self theraphy in aldolescent
and can be use widely as part of nursing intervention.
Key words : Acupressure, pain of intensity, pain of quality
PENDAHULUAN
Dismenore adalah menstruasi yang yang disertai rasa sakit yang dialami dalam
disertai nyeri dan merupakan masalah masa tiga tahun sejak awal menstruasi dan
ginekologi yang sering dikeluhkan oleh 40- tidak ada penyakit tertentu yang menjadi
80% wanita muda (Hegner, 2003; Benson penyebabnya, sedangkan dismenore
& Pernoll, 2009). Nyeri intermitten yang sekunder adalah nyeri yang disebabkan oleh
menyertai pengeluaran darah haid nyeri saat gejala penyakit ginekologi seperti
haid yang terasa di perut bagian bawah dan endometriosis atau fibroid (Owen, 2005).
muncul sebelum, selama, atau setelah
menstruasi (Badziad, 2003). Nyeri biasanya terjadi 24-48 jam
sebelum menstruasi dan mereda setelah
Dismenore terjadi karena timbul menstruasi. Nyeri bersifat konstan,
endometrium dalam fase sekresi biasanya pada pelvis atau punggung bawah
memproduksi prostaglandin berlebihan, (sakrum) dan dapat menyebar
prostaglandin (PGF- .) yang menyebabkan keselangkangan atau tungkai bawah (Benson
hipertonus dan vasokontriksi pada & Pernoll, 2009). Dismenore juga kerap
miometrium sehingga mengakibatkan disertai dengan mual, muntah, sakit kepala,
iskemia, disintegrasi endometrium, pingsan dan nyeri tungkai (Morgan &
perdarahan, dan nyeri (Morgan & Hamilton, Hamilton, 2003).
2003; Wiknjosastro, 2007; Hillard, 2006). Prevalensi dismenore di dunia sangat
Berdasarkan penyebabnya, nyeri besar, yaitu rata-rata lebih dari 50%
menstruasi dibedakan menjadi dua, yaitu perempuan di setiap Negara mengalaminya.
nyeri menstruasi primer dan sekunder (Lie, Presentasi dismenore di USA sekitar 90%,
2004). Dismenore primer, yaitu menstruasi Swedia 72% (Lie, 2004). Persentase
dismenore Indonesia sebesar 64,25% yang yaitu dengan terapi medis dan non medis.
terdiri dari 54,88% dismenore primer dan Obat medis yang sering digunakan berupa
9,36% dismenore skunder (Santoso, 2008). analgesik dan anti inflamasi seperti asam
mefenamat, ibuprofen dan antagonis
Ada beberapa cara untuk mengatasi kalsium, seperti verapamil dan nifedipin
gejala-gejala yang timbul akibat dismenore
yang dapat menurunkan aktivitas dan dan diharapkan dapat menurunkan rasa nyeri
kontraktilitas uterus (Morgan & Hamilton, saat menstruasi (Widyaningrum, 2013).
2003).
Akupresur dapat dilakukan dengan
Selain itu nyeri dapat ditangani penekanan pada satu titik (tunggal) maupun
dengan terapi non medis yang aman gabungan atau kombinasi yang terbukti
dilakukan dengan exercise, mandi air hangat dapat digunakan untuk menangani
atau sauna, memakai buli-buli panas, dismenore. penelitian terkait penekanan titik
meditasi, serta dapat juga dengan tunggal yaitu penelitian yang telah
pemberian suplemen, pengobatan herbal ala dilakukan Hasanah (2010) dengan
jepang, terapi horizon, terapi bedah, menggunakan titik Taichong (LR3), dari
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation hasil penelitian ini didapat bahwa terjadi
(TRANS) akupuntur, dan akupresur penurunan intensitas nyeri sebesar 1,03 poin
(Morgan & Hamilton, 2003; Potter & Perry, setelah diberi terapi akupresur. Selain itu
2005). beberapa titik yang dapat digunakan untuk
Akupresur adalah pengobatan cina mengatasi dismenore antara lain Titik SP6
yang sudah dikenal sejak ribuan tahun (Chen & Chen, 2004), titik Hoku/He-qu
laludandengan memberikan tekanan atau (LI4) (Mahoney, 1993), titik gabungan
pemijatan dan menstimulasi titik-titik antara Taichong (LR3) dan Neiguan (PC6)
tertentu dalam tubuh. Pada dasarnya terapi terkait penelitian yang dilakukan oleh
akupresur merupakan pengembangan dari (Julianti, 2011) dimana pada kedua titik
teknik akupuntur, tetapimedia yang secara signifikan dapat menurunkan rata-rata
digunakan bukan jarum, tetapi jari tangan intensitas nyeri sebesar 1,76 poin.
atau benda tumpul (Ali, 2005). Tujuannya
untuk merangsang kemampuan alami Dari studi pendahuluan yang
menyembuhkan diri sendiri dengan cara dilakukan di SMK Muhammadiyah 02
mengembalikan keseimbangan energi positif Pekanbaru, insiden yang didapat dari
tubuh (Fengge, 2012). keterangan perawat sekolah sekitar 30
remaja putri mengalami dismenore setiap
Salah satu efek penekanan titik bulannya dan wawancara langsung pada
akupresure dapat meningkatkan kadar murid remaja putri yaitu 7 dari 10
endorfin yang berguna sebagai pereda nyeri mengatakan sangat terganggu dengan
yang diproduksi tubuh dalam darah dan adanya nyeri menstruasi setiap bulan.
opioid peptida endogeneus di dalam susunan
syaraf pusat. Jaringan syaraf akan memberi TUJUAN PENELITIAN
stimulus pada sistem endokrin untuk Penelitian ini ingin melihat
melepaskan endorfin sesuai kebutuhan tubuh efektifitas penekanan pada titik Hoku/he-qu
(L14) dan pada titik Neiguan (PC6).

METODE PENELITIAN
Jenis desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah quasy
eksperiment dengan rancangan penelitian
non equivalent pre test and post test designs.
Rancangan ini bertujuan untuk
membandingkan hasil yang didapat sebelum
dan sesudah diberi terapi akupresur pada Tabel
kelompok intervensi dengan tidak diberi 1
terapi akupresur pada kelompok kontrol.
karakteristik responden berdasarkan
Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan umur dan jarak menarche
dengan purposive sampling dan jumlah dengan dismenore
sampel sampel sebanyak 52 responden
yang terdiri dari 26 responden sebagai
kelompok intervensi dan 26 responden
sebagai kelompok kontrol.

Pengukuran intensitas nyeri


dilakukan dengan menggunakan numerik
Visual Analog Scale (VAS). Dimana
numerik VAS merupakan skala untuk
pengukuran berbentuk grafik sepanjang 10
cm dengan skala numerik VAS, ujung
sebelah kiri menggambarkan kondisi
tidak dirasakan nyeri dan ujung sebelah
kanan mengambarkan nyeri sangat berat.
Kuesioner yang digunakan mengukur
kualitas nyeri adalah kuesioner yang sudah
valid dan reliabel dari 35 item penyataan
yang diambil dari penelitian Hasanah
(2010).
Berdasarkan tabel 1 diketahui
Pada kelompok intervensi peneliti bahwa dari 52 orang responden yang
melakukan terapi akupresur pada titik PC6 diteliti, distribusi responden menurut usia
dan LI4 sebanyak tiga kali dalam satu hari mayoritas berusia 16-17 tahun (65,37%),
selama 30 menit dengan jeda 10 menit siswi terbanyak adalah kelas XI yaitu
setiap perlakuan. Sedangkan kelompok (63,46%), siswi sebagian besar
kontrol diberikan perlakuan berupa terapi mengalami menarche pada tahun 2009
placebo dengan sentuhan ringan pada titik (42,31%), nyeri haid pertama pada tahun
yang sama tanpa penekanan. Pengukuran 2011 (53,85%), dan cara mengatasi haid
dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan yang dilakukan oleh sebagian besar siswi
pada kedua titik selama satu hari ysng adalah dengan cara dibiarkan (42,31% ).
sama.
Tabel
HASIL 2
PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian Rata-rata Intensitas nyeri sebelum dan
yang sesudah diberikan terapi akupresur pada
telah dilakukan, maka diperoleh hasil kelompok intervensi dan kelompok kontrol
sebagai berikut:
Berdasarkan tabel 2 dapat nyeri dismenore
dilihat nilai rata-rata intensitas
yang dialami siswi sebelum diberikan intervensi adalah 3,04 (SD= 0,774) dan 2,65
intervensi teknik akupresur yaitu 3,04 (SD= (SD= 0,689) pada kelompok kontrol. Hasil
0,774) pada kelompok intervensi dan 2,65 analisa diperoleh p (0,073 ! .
(SD= 0,689) pada kelompok kontrol. berarti intensitas nyeri dismenore pada
Sedangkan nilai rata-rata intensitas nyeri kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dismenore yang dialami siswi sesudah sebelum diberikan terapi akupresur adalah
diberikan intervensi teknik akupresur yaitu homogen. Sedangkan untuk kualitas nyeri
2,42 (SD= 0,987) pada kelompok intervensi dari hasil uji statistik didapatkan nilai rata-
dan 2,81 (SD= 0,634) pada kelompok rata kualitas nyeri dismenore sebelum
kontrol. diberikan terapi akupresur pada kelompok
intervensi yaitu 13,58 (SD= 4,979) dan
Tabel 3 kelompok kontrol adalah 14,19 (SD=
Rata-rata kualitas nyeri dismenore sebelum 5,223). Hasil analisa diperoleh p (1,000 ! .
dan sesudah diberikan terapi (0,05), berarti intensitas nyeri dismenore
akupresur pada kelompok intervensi dan pada kelompok eksperimen dan kelompok
kelompok kontrol kontrol sebelum diberikan terapi akupresur
adalah homogen.

Tabel 5
Perbedaan intensitas dan kualitas nyeri
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat dismenore pada kelompok intervensi dan
nilai rata-rata kualitas nyeri dismenore yang kelompok kontrol sesudah pemberian terapi
dialami siswi sebelum diberikan intervensi akupresur
terapi akupresur yaitu 13,58 (SD= 4,979)
pada kelompok intervensi dan 14,19 (SD=
5,223) pada kelompok kontrol. Sedangkan
nilai rata-rata kualitas nyeri dismenore yang
dialami siswi setelah diberikan intervensi
terapi akupresur yaitu 8,77 (SD= 5,339) Tabel 5 diatas, memperlihatkan rata-
pada kelompok intervensi dan 14,31 (SD= rata intensitas nyeri dismenore sesudah
4,126) pada kelompok kontrol. diberikan terapi akupresur pada kelompok
intervensi adalah 2,42 dengan standar
Tabel 4 deviasi 0,987 dan 2,81 pada kelompok
kontrol tanpa diberikan terapi akupresure
Perbedaan intensitas dan kualitas nyeri dengan standar deviasi 0,634. Hasil analisa
dismenore pada kelompok intervensi dan GLSHUROHK S . (0,05), maka
kelompok kontrol sebelum pemberian terapi dapat disimpulkan ada perbedaan yang
akupresur signifikan antara mean intensitas nyeri
dismenore sesudah diberikan terapi
akupresur pada kelompok intervensi dan
mean intensitas nyeri dismenore tanpa
diberikan terapi akupresur pada kelompok
Berdasarkan tabel 4 diatas, dari hasil kontrol. Adapun untuk kualitas nyeri
uji statistik didapatkan nilai rata-rata dismenore sesudah diberikan terapi
intensitas nyeri dismenore sebelum akupresure pada kelompok intervensi
diberikan terapi akupresur pada kelompok adalah 8,77 (SD= 5,339) dan
14,31 (SD= 4,126) pada kelompok +DVLO DQDOLVD GLSHUROHK S .
kontrol. (0,05),
maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang lain yang diteliti adalah kelas atau jenjang
signifikan antara mean kualitas nyeri pendidikan responden. Hasil yang
dismenore sesudah diberikan terapi didapatkan bahwa responden terbanyak
akupresur pada kelompok intervensi dan
mean intensitas nyeri dismenore tanpa
diberikan terapi akupresure pada kelompok
kontrol.

Tabel 6
Intensitas dan kualitas nyeri dismenore
pada kelompok intervensi sebelum dan
sesudah diberikan terapi akupresur

Berdasarkan tabel 6, dari hasil uji


statistik terhadap intensitas nyeri diperoleh
nilai p (0,007) < (. GDQ NXDOLWDV
Q\HUL
. sehingga
dapat disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan antara rata-rata intensitas nyeri
dan kualitas nyeri dismenore pada remaja
putri setelah terapi akupresur pada
kelompok intervensi. Penurunan nilai rata-
rata pretest dan posttest pada untuk intensitas
nyeri yaitu 0,615 poin dan kualitas nyeri
adalah 0,577 poin.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan terhadap 52 orang remaja putri di
SMK Muhammadiyah 2 Pekanbaru,
sebagian besar responden berusia 16-17
tahun. Hasil ini sejalan dengan teori
prevelensi dismenore paling tinggi pada
remaja putri terdapat pada rentang usia 15-
18 tahun (Hanifa, 2005). Hasil ini juga
diperkuat Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Julianti (2011) didapatkan
hasil rentang usia dismenore terbanyak yaitu
usia 16- 18 tahun. Selain umur karakteristik
berasal dari kelas XI. Rata-rata remaja putri menunjukkan bahwa sebagian besar remaja
yang menempati kelas XI berusia di antara putri belum tepat dalam menangani
rentang 16-18 tahun. Hal ini semakin dismenore. Bobak, Jensen, dan Perry (2005)
memperkuat pendapat bahwa rentang usia menyatakan ada berbagai cara dalam
16-18 tahun merupakan siklus awal menangani dismenore baik secara
terjadinya dismenore primer. Selain itu farmakologi dengan mengunakan obat-
menurut pendapat Potter dan Perry (2006) obatan dan non farmakologis baik dengan
bahwa semakin bertambahnya usia dan cara relaksasi atau menggunakan ramuan
jenjang pendidikan maka kebutuhan untuk herbal.
menangani nyeri akan semakin meningkat.
Berdasarkan penelitian yang telah
Sebagian besar mendapatkan dilakukan di SMK Muhammadiyah 2
menarche pertama pada tahun 2009 dan Pekanbaru didapatkan hasil bahwa terjadi
mengalami dismenore yaitu rata terjadi 2 penurunan rata-rata intensitas nyeri
tahun setelah menarche. Progestian (2010) dismenore sebesar 0,615 poin . ,
mengatakan bahwa dismenore pada sehingga dapat disimpulkan akupresur
umumnya akan timbul setelah 1-2 tahun efektif dalam mengurangi intensitas nyeri
menarche. Sumber lain juga menyatakan pada dismenore. Penelitian yang mendukung
bahwa dismenore terjadi 2-3 tahun efek terapi akupresur terhadap dismenore
menarche (Hendrik, 2006). Adapun cara adalah penelitian yang dilakukan oleh
responden dalam menangani dismenore Hasanah (2010) yang dilakukan pada 54
sebagian besar responden membiarkan responden. Penelitian ini dilakukan terapi
dismenore tanpa melakukan pertolongan akupresur pada titik meridian taichong
untuk mengurangi nyeri. Hasil di atas
(LR3). Hasil akhir menunjukkan secara kemih 3-5 menit selama 3 hari pertama fase
signifikan akupresur dapat menurunkan rata- menstruasi. Hasil menunjukkan bahwa
rata intensitas nyeri sebesar 1,037 intensitas nyeri berkurang secara signifikan.
poin
. . Rata-rata kualitas nyeri setelah
dilakukan terapi akupresur berbeda secara
Penelitian yang mendukung signifikan antara kelompok yang dilakukan
penelitian efek terapi akupresur terhadap akupresur dengan kelompok yang tidak
dismenore adalah penelitian yang dilakukan dilakukan akupresur, dengan kata lain secara
oleh Julianti (2011) yang dilakukan pada 80 signifikan bahwa akupresur dapat
responden. Penelitian ini dilakukan terapi menurunkan rata-rata kualitas nyeri sebesar
akupresur pada titik Taichong (LR3) dan 0,577 poin.
titik Neiguan (PC6). Penekanan dilakukan
pada saat menstruasi selama 3 hari. Hasil Penelitian yang mendukung
akhir menunjukkan bahwa responden
merasakan nyeri menstruasi berkurang, atau
dengan kata lain secara signifikan bahwa
akupresur dapat menurunkan rata-rata
intensitas nyeri sebesar 1,76 poin (. .

Penelitian Mardiatun (2013).


Penelitian ini digunakan untuk Sembilan
responden dengan one group pre-posttest
dengan melakukan penekanan pada titik
lumbal 4 dan 5 pada meridian kandung
signifikan bahwa akupresur dapat kontraksi uterus yang menyebabkan
menurunkan rata-rata kualitas nyeri vasospasme arteriol uterus, sehingga
sebesar mengakibatkan iskemia dan kram abdomen
1,852 poin (. bawah yang bersifat siklik. Penelitian
inidilakukan penekanan pada titik Hoku/he-
qu (L14) dan pada titik Neiguan (PC6).
Berdasarkan penelitian yang telah
Penekanan pada titik Hoku/he-qu (L14)
dilakukan diatas, didapat perbedaan
dapat memberikan asupan energi pada organ
terhadap penurunan intensitas nyeri dan
reproduksi dan meredakan nyeri secara
kualitas nyeri setelah dilakukan terapi
umum (Widyaningrum, 2013). Penekanan
akupresur. Dikarenakan pada penelitian
pada titik Neiguan (PC6) mengurangi
sebelumnya menggunakan rentang nyeri
kecemasan dan membuat rileks tubuh.
ringan hingga berat sedangkan pada
Dengan demikian pada penelitian ini dapat
penelitian ini menggunakan rentang nyeri
disimpulkan bahwa terapi akupresur efektif
ringan hingga sedang.
terhadap penurunan dismenore pada remaja
putri di SMK Muhammadiyah 2 Pekanbaru.
Bobak (2004) menyatakan nyeri
menstruasi diakibatkan adanya
KESIMPULAN
pelepasan
Pada penelitian ini menunjukkan
3*) . \DQJ EHUOHELKDQ VHKLQJJD
meningkatkan
penelitian efekamplitudo dan frekuensi
terapi akupresur terhadap bahwa responden terbanyak berusia 16-17
dismenore dan memaparkan pengaruh tahun, berada dikelas XI. Rata-rata
akupresur terhadap kualitas nyeri yang respond en mengalami nye ri haid 2 tahun
dilakukan Hasanah (2010) Penelitian ini setelah menarche, serta rem a ja hanya
dilakukan terapi akupresur pada titik menangani dismenore dengan cara
Taichong (LR3). Penekanan dilakukan fase dibiarkan saja.
lutheal. Hasil akhir menunjukkan bahwa Pemberian terapi akupresur efektif
responden merasakan nyeri menstruasi menurunkan intensitas nyeri sebesar 0,615
berkurang, atau dengan kata lain secara poin dan kualitas nyeri 0,577 poin
dengan
nilai p (.<0,05). Hasil penelitian khususnya dalam bidang penanganan nyeri
menunjukkan ada penurunan yang signifikan dengan teknik nonfarmakologi (akupresur)
setelah akupresur terhadap dismenore. dan perlu dilakukan penelitian selanjutnya
tentang pengaruh terapi akupresur pada
SARAN dismenore dengan melakukan penekanan
Peneliti berharap penelitian ini dapat pada beberapa titik lainnya baik titik tunggal
meningkatkan dan mempertahankan upaya maupun kombinasi yang dilakukan pada
promotif dalam upaya peningkatan rentang nyeri berat.
pengetahuan siswi dalam menangani
dismenore dilingkungan sekolah. Upaya 1. Julianti, S. Kep. Mahasiswa Program
promotif tersebut dapat berupa pembentukan Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau
kegiatan berupa kelompok kecil dengan 2. Oswati Hasanah, M. Kep.,Sp. Kep.An
materi terapi akupresur untuk penurunan
Dosen Departemen Keperawatan
nyeri dismenore.
Maternitas dan Anak Program Studi Ilmu
Sedangkan dalam lingkungan Keperawatan Univarsitas Riau
pendidikan keperawatan dapat dijadikan 3. H. Erwin, S.Kp, M.Kep Dosen
sebagai materi tambahan dalam kurikulum, Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Program Studi Ilmu Keperawatan Benson, R. C., & Pernoll, L. M. (2009).
Universitas Riau Buku saku obstetri dan ginekologi.
(Ed. 9). Jakarta: EGC

Ali, I. (2005). Dahsyatnya pijat untuk Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., & Jensen,
kesehatan. Jakarta: Agro Medika M. D. (2004). Buku ajar keperawatan
Pustaka. maternitas. Jakarta: EGC

Bobak, L. M., Lowdermilk, D. L., Jensen,


M. D., & Perry, S. E. (2005).
Maternity nursing. Fourth edition,
Mosby. Year book. Inc
Chen, H. M. & Chen. (2004). Effects
acupressure at the sanynjiao point on
primary dysmenorrhea Journal of
Advanced Nursing, 48 (4),380-387.
Diperoleh, 15 Maret 2014 dari
http://www.sld.cu./galerias/pdf/sitios/
mednat/effects_of_acuprressure_at_th
e_sanyinjiao_point_dismenorrohoea.p
df.
Fengge, A. (2012). Terapi akupresur
manfaat dan pengobatan. Yogyakarta:
Crop Circle Corp.
Hanifa, W. (2005). Ilmu kebidanan. (Ed. 3).
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.

Hasanah, O. (2010). Efektivitas terapi


akupresure terhadap dismenore pada
remaja di SMPN 5 dan SMPN 13
pekanbaru. Tesis. Tidak
dipublikasikan.
Hegner, B. (2003). Nursing assistant: suatu
pendekatan proses keperawatan.
Jakarta: EGC
Hendrik. (2006). Problema haid tinjauan
syariat islam dan medis. Solo: Tiga
Serangkai.

Hillard, P. A. J. (2006). Dysmenorrhea:


Pediatrics in review. 27: 64-71.
Holder.
Julianti, F. E. (2012). Efektifitas terapi
akupresur terhadap dismenore pada
remaja di SMPN dan MTS Bengkalis.
Skripsi. Tidak dipublikasikan.

Lie, S. (2004). Terapi vegetarian untuk


penyakit kewanitaan: Jakarta:
Prestasi Pustakaraya.

Mardiatun. (2013). Pengaruh akupresur


dlam meminimalisir dismenore primer
pada remaja putri di jurusan
keperawatan poltekes kemenkes
mataram. Diperoleh 15 Juli dari
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JHS/
article/download/1086/883.
Mahoney. D. (1993). Acupresure and its use
for dysmenorrhea. CINAHL, With
Full Text database, Diperoleh, 15
Maret 2014.
Morgan, G., & hamilton, C. (2003). Obstetri
& ginekologi: panduan praktik. (Ed.
2). Jakarta: EGC.
Owen, E. (2005). Panduan kesehatan bagi
wanita.Jakarta : PT. Pustakaraya

Potter & Perry. (2005). Fundamentals of


nursing: concept, process, and
practice. Jakarta: EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006).
Fundamental keperawatan: Konsep,
proses, dan praktik. (Ed. 4). Jakarta:
EGC.

Progestian. (2010). Cara menentukan masa


subur. Jakarta: Swarna Bumi
Widyaningrum, H. (2013). Pijat refleksi & 6
terapi alternatif lainya. Jakarta: Media
Pressindo

Anda mungkin juga menyukai