Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS DAN LATIHAN


(MOBILITAS FISIK)

OLEH :

NI KADEK ERNI WIDJAYANTI


219012751

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR
1. Definisi Mobilisasi
Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan memenuhi aktivitas
guna mempertahankan kesehatannya (Haswita dan sulistyowati, 2017).
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan
kesehatan, memperlambat proses penyakit khusunya penyakit degenerative, dan
untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh). Lingkup mobilisasi itu sendiri
mencakup exercize atau range of motion (ROM), ambulasi, body mechanic
(Kozier, 2000,: Mubarak & Wahit Iqbal, 2015)
Tujuan mobilisasi adalah untuk Memenuhi kebutuhan dasar (termasuk
melakukan aktifitas hidup seharihari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri
(melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan
emosi dengan gerakan tangan nonverbal (Mubarak & Wahit Iqbal, 2015).
2. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik yaitu :
1. Penurunan kendali otot
2. Penurunan kekuatan otot
3. Kekakuan sendi
4. Kontraktur
5. Gangguan muskuloskletal
6. Gangguan neuromuskular
7. Keengganan melakukan pergerakan (Tim Pokja DPP PPNI, 2017)
8. Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik Adapun tanda gejala pada
gangguan mobilitas fisik yaitu :
9. Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif
1) Mengeluh sulit menggerakkan ektremitas
b. Objektif
1) Kekuatan otot menurun
2) Rentang gerak (ROM) menurun.

10. Gejala dan Tanda Minor


a. Subjektif
1) Nyeri saat bergerak
2) Enggan melakukan pergerakan
3) Merasa cemas saat bergerak
b. Objektif
1) Sendi kaku
2) Gerakan tidak terkoordinasi
3) Gerak terbatas
4) Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI, 2017)
3. Tanda Dan Gejala
Adapun tanda gejala pada gangguan mobilitas fisik yaitu :
a. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh sulit menggerakkan ektremitas
2) Objektif
a) Kekuatan otot menurun
b) Rentang gerak (ROM) menurun.
b. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
a) Nyeri saat bergerak
b) Enggan melakukan pergerakan
c) Merasa cemas saat bergerak
2) Objektif
a) Sendi kaku
b) Gerakan tidak terkoordinasi
c) Gerak terbatas
d) Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI, 2017).
4. Patofisiologi
Patofisiologi Gangguan Mobilitas Menurut Sari dan Retno (2014), yaitu
otak kita sangat sensitif terhadap kondisi penurunan atau hilangnya suplai darah.
Hipoksia dapat menyebabkan iskemik serebral karena tidak seperti jaringan pada
bagian tubuh lain, misalnya otot, otak tidak bisa menggunakan metabolisme
anaerobik jika terjadi kekurangan oksigen dan glukosa. Jika aliran darah tidak
diperbaiki, terjadi kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada jaringan otak atau
infark dalam hitungan menit. Luasnya infark bergantung pada lokasi dan ukuran
arteri yang tersumbat dan kekuatan sirkulasi kolateral ke area yang disuplai.
Iskemik dengan cepat bisa menganggu metabolisme. Kematian sel dan
perubahan yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit. Aliran darah
dapat terganggu oleh masalah perfusi lokal, seperti pada stroke atau gangguan
perfusi secara umum, misalnya pada hipotensi atau henti jantung. Dalam waktu
yang singkat, klien yang sudah kehilangan kompensasi autoregulasi akan
mengalami manifestasi dari gangguan neurologis.
Penurunan perfusi serebral biasanya disebabkan oleh sumbatan di arteri
serebral atau perdarahan intraserebral. Sumbatan yang terjadi mengakibatkan
iskemik pada jaringan otak yang mendapatkan suplai dari arteri yang terganggu
dan karena adanya pembengkakan di jaringan sekelilingnya. Sel-sel dibagian
tengah atau utama pada lokasi stroke akan mati dengan segera setelah kejadian
stroke. Hal ini dikenal dengan istilah cedera sel-sel saraf primer.
Hemiparesis dan menurunnya kekuatan otot pula yang menyebabkan
gerakan pasien lambat. Penderita stroke mengalami kesulitan berjalan karena
gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerak, sehingga
kesulitan dalam melakukan aktivitas seharihari. Latihan gerak mempercepat
penyembuhan pasien stroke, karena akan mempengaruhi sensasi gerak diotak
(menurut Irdawati (dalam Nengsi Olga Kumala Sari, 2012)). Pada pasien stroke
mengalami hambatan mobilisasi yang disebabkan karena adanya gangguan pada
neuromuskular. Menurut teori pada pasien stroke secara klinis gejala yang sering
muncul adalah hemiparesis, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
hilangnya mekanisme reflek postural normal, seperti mengontrol siku untuk
bergerak, mengontrol gerak kepala untuk keseimbangan, rotasi tubuh untuk gerak
fungsional pada ektermitas (menurut Irdawati (dalam Nengsi Olga Kumala Sari,
2012).
5. Pathway

Mobilisasi

Tidak mampu Beraktifitas

Tirah baring yang lama

Kehilangan daya otot

Penurunan Otot

Perubahan sistem muskuloskeletal

Gangguan
Mobilitas Fisik
6. Manifestasi Klinis
Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
a. Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,
atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme
kalsium.
b. Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja
jantung, dan pembentukan thrombus.
c. Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah
beraktifitas.
d. nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan
Metabolisme dan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi).
e. Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal.
f. Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia
jaringan.
g. Neurosensori: sensori deprivation (Asmadi, 2018).
7. Komplikasi
Pada stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik jika tidak ditangani
dapat menyebabkan masalah, diantaranya:
a. Pembekuan darah
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan
cairan, pembengkaan selain itu juga menyebabkan embolisme paru yaitu
sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalir ke paru.
b. Dekubitus
Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki
dan tumit bila memar ini tidak dirawat akan menjadi infeksi.
c. Pneumonia
Pasien stroke non hemoragik tidak bisa batuk dan menelan dengan
sempurna, hal ini menyebabkan cairan berkumpul di paru-paru dan
selanjutnya menimbulkan pneumonia
d. Atrofi dan kekakuan sendi
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan mobilisasi Komplikasi
lainnya yaitu:
a) Disritmia
b) Peningkatan tekanan intra cranial
c) Kontraktur
d) Gagal nafas
e) Kematian (saferi wijaya, 2017).
8. Penatalaksanaan Medis
Range of motion atau ROM merupakan latihan gerakan sendi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-
masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2010).

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


Menurut pola fungsi Gordon terdapat 11 pengkajian pola fungsi kesehatan :
1. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan
Pada pasien dengan gangguan aktivitas dan latihan. Pada pola persepsi dan
pemeliharaan kesehatan yang dikaji mengenai :
a. Pandangan pasien mengenai sehat dan sakit
b. Apakah pasien memahami keadaan kesehatan dirinya?
c. Apakah jika sakit pasien segera berobat ke dokter, ataukah menggunakan
obat tradisional?
d. Apakah pasien sudah memeriksakan dirinya sebelum ke rumah sakit?
2. Pola Nutrisi
Pada pola ini, untuk pasien yang mengalami gangguan rasa nyaman, fokus yang
dapat dikaji mengenai:
a. Bagaimana nafsu makan selama di rumah dan di rumah sakit?
(mual/muntah/normal)
b. Berapakah porsi makan per sekali makan?
c. Berapa frekuensi makan selama di rumah dan di rumah sakit ?
d. Berapakah frekuensi minum selama di rumah dan di rumah sakit?
e. Berapakah jumlah minum (cc) selama di rumah dan di rumah sakit ?
3. Pola Eliminasi
Pada pola pengkajian pasien yang memiliki gangguan rasa nyaman, fokus yang
dikaji mengenai :
a. Berapakah frekuensi setiap kali buang air besar selama di rumah dan di rumah
sakit ?
b. Bagaimanakah konsistensi feses pasien dalam buang air besar?
c. Bagaimana warna feses saat buang air besar ?
d. Berapakah frekuensi setiap kali buang air kecil selama di rumah dan di rumah
sakit ?
e. Berapakah jumlah urine keluar saat buang air kecil ?
f. Bagaimana warna urin saat buang air kecil ?
4. Aktivitas dan Latihan
Pada pola ini pasien yang memiliki gangguan rasa nyaman, dikaji mengenai
a. Kemampuan perawatan diri

Tabel 1. Kemampuan Perawatan Diri


SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi/toileting
Mobilitas di tempat
tidur
Berpindah
Berjalan
Naik tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
Skor 0 = mandiri 3 = dibantu orang lain & alat
1 = alat bantu 4 = tergantung/tidak mampu
2 = dibantu orang lain
b. Kebersihan diri
1) Berapakah frekuensi pasien mandi dan menggosok gigi per 1 hari saat
sakit?
2) Berapakah frekuensi pasien memotong kuku dan keramas selama
seminggu saat sakit?
c. Altivitas sehari-hari
1) Apakah pasien bisa mengikuti aktivitas sehari-hari selama sakit?
d. Rekreasi
1) Apakah pasien selama sakit melakukan rekreasi?
e. Olah raga
1) Apakah pasien bisa melakukan kegiatan olah raga?
5. Tidur dan Istirahat
Pada pola pengkajian pasien yang memiliki gangguan rasa nyaman, fokus yang
dikaji mengenai:
a. Bagaimanakah pola tidur pasien selama sakit? Yang digambarkan dengan
pukul berapa pasien mulai tidur dan sampai pukul berapa pasien tidur saat
malam hari?
b. Bagaimana frekuensi tidur pasien selama sakit? Yang digambarkan dengan
berapa lama pasien tidur malam?
c. Apakah pasien mengalami pola tidur NREM (Non-Rapid Eye Movement)?
Ataukah pasien mengalami pola tidur REM (Rapid Eye Movement)?
6. Sensori, Presepsi dan Kognitif
Pada pola ini pasien yang memiliki gangguan rasa nyaman fokus yang dikaji :
a. Bagaimana cara pembawaan pasien saat bicara? Apakah normal, gagap, atau
berbicara tak jelas?
b. Bagaimanakah tingkat ansietas pada pasien?
c. Apakah pasien mengalami nyeri?
Jika iya, lakukan pengkajian dengan menggunakan:
P (provoking atau pemacu) :
Q (quality atau kualitas) :
R (region atau daerah) :
S (severity atau keganasan) :
T (time atau waktu) :
Skala Nyeri menurut Hayward
Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat
dikontrol dengan aktifitas yang biasa
dilakukan
10 Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol
7. Konsep diri
Pada pola ini pasien yang memiliki gangguan rasa nyaman pada umumnya dikaji
mengenai :
Body image/gambaran diri
a. Adakah prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh?
b. Apakah pasien memiliki perubahan ukuran fisik?
c. Adakah perubahan fisiologis tumbuh kembang?
d. Adakah transplantasi alat tubuh?
e. Apakah pernah operasi?
f. Bagaimana proses patologi penyakit?
g. Apakah pasien menolak berkaca?
h. Apakah fungsi alat tubuh pasien terganggu?
i. Adakah keluhan karena kondisi tubuh?
Role/peran
a. Apakah pasien mengalami overload peran?
b. Adakah perubahan peran pada pasien?
Identity/identitas diri
a. Apakah pasien merasa kurang percaya diri?
b. Mampukah pasien menerima perubahan?
c. Apakah pasien merasa kurang memiliki potensi?
d. Apakah pasien kurang mampu menentukan pilihan?
Self esteem/harga diri
a. Apakah pasien menunda tugas selama sakit?
b. Apakah pasien menyalahgunakan zat?
Self ideals/ideal diri
a. Apakah pasien tidak ingin berusaha selama sakit
8. Seksual dan Reproduksi
Pada pola ini pasien yang memiliki gangguan rasa nyaman pada umumnya dikaji
mengenai :
a. Kapan terakhir menstruasi ?
b. Apakah ada keluhan saat menstruasi ?
c. Apakah rutin melakukan pemeriksaan payudara/testis ?
d. Apakah ada riwayat penyakit sebelumnya ?
9. Pola Peran Hubungan
Pada pola ini pasien yang memiliki gangguan rasa nyaman pada umumnya dikaji
mengenai :
a. Apakah pekerjaan pasien?
b. Bagaimanakah kualitas pekerjaan pasien?
c. Bagaimanakah pasien berhubungan dengan orang lain?
10. Manajemen Koping Setress
Pada pola ini pasien yang memiliki gangguan rasa nyaman pada fokus yang
dikaji mengenai bagaimana pasien menangani masalah yang dimiliki dan
bagaimana cara pasien menggunakan system pendukung dalam menghadapi
masalah.
11. Sistem Nilai Dan Keyakinan
Pada pola ini pasien yang memiliki gangguan rasa nyaman pada umumnya
dikaji mengenai bagaimana pasien memandang secara spiritual serta
keyakinannya masing-masing.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut SDKI (2018), diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa
nyaman adalah sebagai berikut;
1. Gangguan Mobilitas Fisik b/d penurunan kekuatan otot d/d kekuatan otot
menurun, rentang gerak ( ROM ) menurun, mengeluh sulit menggerakkan
ekstremitas.
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1. Gangguan Mobilitas NOC: NIC :
Fisik 1. Joint movement : active Exercise therapy: ambulation
2. Mobility level 1. Monitoring vital sign
3. Self care : ADLs sebelum/sesudah latihan dan
4. Transfer performance lihat respon pasien saat latihan
Kriteria hasil: 2. Konsultasikan dengan terapi
1. Klien meningkat fisik tentang rencana ambulasi
dalam aktivitas fisik sesuai dengan kebutuhan
2. Mengerti tujuan dan 3. Bantu pasien untuk
peningkatan menggunakan tongkat saat
mobilitas berjalan dan cegah terhadap
3. Memverbalisasikan cidera
perasaan dalam 4. Ajarkan pasien atau tenaga
meningkatkan kesehatan lain tentang Teknik
kekuatan dan ambulasi
kemampuan 5. Kaji kemampuan pasien dalam
berpindah ambulasi
4. Memperagakan 6. Latih pasien dalam pemenuhan
penggunaan alat kebutuhan ADLs secara mandiri
5. Bantu untuk sesuai kemampuan
mobilisasi (walker) 7. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs pasien
8. Berikan alat bantu jika pasien
memerlukan
9. Ajarkan pasien bagaimana
mengubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
E. Implementasi
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun sebelumnya yang disesuaikan dengan intervensi.

F. Evaluasi
Pada akhir pelaksanaan asuhan keperawatan didadapatkan evaluasi. Evalusai juga
tidak ada kesenjangan teori dan kasus. Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil /
perbuatna dengan standar untuk tujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana
tujuan tercapai.
• Evaluasi keperawatan : membandingkan efek / hasil suatu tindakan keperawatan
dengan norma atau kriteria tujuan yang sudah dibuat.
• Tahap akhir dari proses keperawatan.
• Menilai tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak.
• Menilai efektifitas rencana keperawatan atau strategi askep.
• Menentukan efektif / tidaknyatindakan keperawatan dan perkembangan pasien
terhadap masalah kesehatan.
Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien
terhadap pencapaian hasil setiap hari. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan seberapa
efektifnya tindakan keperawatan itu untuk mendegah atau mengobati respon manusia
terhadap prosedur kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2018). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


NANDA NIC NOC Jilid 1,2,3. Yogyakarta: MediAction
Haswita dan sulistyowati, 2017 Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: PT
Salemba Emban Patria.
Indrawati, L., Susanto, J. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta : Salemba
Medika.
Mubarak, W.I. Indrawati, Lilis Susanto, J.(2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta : Salemba Medika.
Potter & Perry. 2010. Fundamental of Nursing (fundamental Keperawatan). Buku 3. Edisi
7. Indonesia : Salemba Medika.
Sari Arum, Wulan Retno. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: PT
Salemba Emban Patria.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai