OLEH :
17.321.2680/A11-A
Hormone gastrin
Peradangan mukosa
lambung (Gastritis)
6. Klasifikasi
Gastritis dibagi menjadi dua tipe yaitu gastritis akut dan gastritis
kronis.
1) Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada
sebagian besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh
sempurna.Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya
adalah:
a. Gastritis akut erosive
Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
daripada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
b. Gastritis akut hemoragic
Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai
perdarahan mukosa lambung dalan berbagai derajat dan terjadi
erosi, yang berarti hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada
beberapat empat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung
tersebut.
2) Gastritis Kronis
Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis adalah suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai berikut :
a. Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa.
b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan
mukosa pada perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan
kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan
karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.
c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya
nodulnodul pada mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis, dan
hemoragik.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Menurut Doengoes (2014), data dasar pengkajian pasien
gastritis meliputi :
a) Keadaan Umum
a. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah mengalami hipotensi (termasuk postural)
- Takikardia, disritmia (hipovolemia/hipoksemia),
kelemahan/nadi perifer lemah.
- Pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokonstriksi).
- Pada respirasi tidak mengalami gangguan.
b. Kesadaran
Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari cenderung
tidur, disorientasi/bingung, sampai koma (tergantung pada
volume sirkulasi/oksigenasi)
b) Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a. Kepala dan Muka
Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), wajah berkerut
(Sukarmin, 2013).
b. Mata
Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan
oksigen ke jaringan), konjungtiva pucat dan kering (Sukarmin,
2013).
c. Mulut dan Faring
Mukosa bibir kering (penurunan cairan intrasel mukosa), bibir
pecah-pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap (penurunan
hidrasi bibir dan personal hygiene) (Sukarmin, 2013).
d. Abdomen
- Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas, kering, lembab,
besar dan bentuk abdomen rata atau menonjol. Jika pasien
melipat lutut sampai dada sering merubah posisi,
menandakan pasien nyeri.
- Auskultasi : Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama
perdarahan, dan hipoaktif setelah perdarahan.
- Perkusi : Pada penderita gastritis suara abdomen yang
ditemukan hypertimpani (bising usus meningkat).
- Palpasi : Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang.
Terdapat nyeri tekan pada regio epigastik (terjadi karena
distruksi asam lambung) (Doengoes, 2014).
e. Integumen
Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan
darah), kelemahan kulit/membran mukosa berkeringan
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik)
(Doengoes, 2014).
8. Komplikasi
Komplikasi penyakit gastritis menurut (Muttaqin & Sari, 2011)
antara lain:
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan
medis.
2) Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat.
3) Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat.
4) Anemia pernisiosa, keganasan lambung.
9. Prognosis
Prognosis secara umum gastritis yang beronset akut, biasanya
sembuh spontan. Angka morbiditas dan mortalitas juga bergantung pada
etiologi gastritis, contohnya:
a. Pasien yang terkena gastritis erosif, simptom akan mereda setelah
penghentian zat-zat erosif eksternal, seperti NSAID dan alcohol.
b. Pasien dengan gastritis atrofi kronik memiliki risiko sangat tinggi
bahwa penyakitnya dapat berkembang menjadi karsinoma gaster
dibanding dengan populasi pada umumnya.
c. Sekitar 10% pasien yang terkena Helicobacter pylori akan
berkembang menjadi ulkus peptikum, dan sekitar 1%-3% nya
menjadi kanker lambung.
d. Pengobatan pada penderita phlegmonous gastritis, akan
menurunkan angka mortalitasnya menjadi 27%.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi
meningkat.
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient ditandai dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang normal, bising usus hiperaktif.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai
dengan frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
4) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan
tampak gelisah, tegang, dan merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi
5) Risiko Hipovolemia dengan faktor risiko kehilangan cairan secara aktif
6) Risiko deficit nutrisi dengan factor risiko ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient.
3. Intervensi Keperawatan
No
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri 1. Mengidentifikasi
…x 24 jam diharapkan nyeri akut Observasi : lokasi, karakteristik,
pada pasien dapat teratasi dan 1. Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi,
menurun dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, kualitas, intensitas
1. Keluhan nyeri menurun ( skala frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1 sampai 5) nyeri 2. Mengetahui skala
2. Meringis menurun ( skala 1 2. Identifikasi skala nyeri nyeri pasien
samapi 5) 3. Identifikasi respons nyeri non 3. Mengidentifikasi
3. Gelisah menurun ( skala 1 verbal respon nyeri
sampai 5) Terapeutik : nonverbal
4. Berikan teknik 4. Teknik non
nonfarmakologis untuk farmakologis dapat
mengurangi rasa nyeri (mis, membuat pasien
TENS, hipnosis, akupresur, lebih rileks sehingga
terapi musik, biofeedback, nyeri yang
terapi pijat, aroma terapi, dirasakan berkurang
teknik imajinasi terbimbing, 5. Mengontrol
kompres hangat/dingin, lingkungan agar
terrapin bermain) tidak memperberat
5. Kontrol lingkungan yang nyeri yang
memperberat rasa nyeri (mis, dirasakan pasien
suhu ruangan, pencahayaan, 6. Memberikan pasien
kebisingan) istirahat yang cukup
6. Fasilitasi istirahat dan tidur 7. Memberitahukan
Edukasi : kepada pasien
7. Jelaskan penyebab, periode, penyebab, periode,
dan pemicu nyeri dan pemicu nyeri
8. Ajarkan teknik 8. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk relaksasi dapat
mengurangi nyeri menambah
Kolaborasi : pengetahuan pasien
9. Kolaborasi pemberian sehingga pasien
analgetik, jika perlu dapat mengatasi
nyeri secara mandiri
9. Mengurangi onset
terjadinya nyeri
yang datang secara
tiba-tiba
5. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan yang dilakukan dengan format SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M, Baziat, A, & Prabowo. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Fadlun & Ahmad Feryanto. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba
Medika
Harsonotomi. 2013. Permasalahan Kehamilan Yang Sering Terjadi. Surakarta:
Platinum
Myles. 2009. Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC
Nurarif, A.H & Kusuma, Hardhi. 2015 . Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction
Rauf, Syahrul, dkk. 2014. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Indikator Diagnostik). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Tindakan Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI.