Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS DI RUANG CENDRAWASIH


RSUD WANGAYA TANGGAL

OLEH :

LUH PUTU NIA BUDI MARTSIANI

17.321.2680/A11-A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN 2020


LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis
yang berarti inflamasi peradangan. Menurut Hirlan dalam Aru (2009),
gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain.
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung
sampai terlepasnya epitel mukosa superficial yang menjadi penyebab
terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan
merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2012).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering
diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan
cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh
penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi
radiasi (Brunner, 2015).
Jadi dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah peradangan pada
mukosa lambung dan submukosa lambung yang bersifat secara akut,
kronis, difus atau lokal yang disebabkan oleh faktor ketidakteraturan
dalam pola makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak dan cepat,
makan-makanan yang terlalu berbumbu dan makanan yang pedas, selain
itu ada infeksi dari bakteri, obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga
menyebabkan kerusakan-kerusakan atau perlukaan yang menyebabkan
erosi pada lapisan-lapisan tersebut.
2. Epidemiologi
Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap
delapan negara dunia dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari
angka kejadian gastritis di dunia, dimulai dari negara yang angka kejadian
gastritisnya paling tinggi yaitu Amerika dengan persentase mencapai 47%
kemudian diikuti oleh India dengan persentase 43%, lalu beberapa negara
lainnya seperti Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%,
Perancis 29,5% dan Indonesia 40,8%. Penelitian dan pengamatan yang
dilakukan oleh Depertemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis di
beberapa kota di Indonesia yang tertinggi mencapai 91,6% yaitu di kota
Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar
46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan
Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang
sehat (Karwati, 2013). Berdasarkan laporan SP2TP tahun 2012 dengan
kelengkapan laporan sebesar 50% atau tujuh kabupaten kota yang
melaporkan gastritis berada pada urutan kedua dengan jumlah kasus
134.989 jiwa (20,92% kasus) (Piero, 2014). Berdasarkan data yang didapat
dari Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung, gastritis merupakan salah
satu dari sepuluh besar penyakit terbanyak pada tahun 2013 maupun tahun
2014 (Dinkes kota Bandarlampung, 2014).
Lanjut usia meningkatkan resiko gastritis disebabkan karena
dinding mukosa lambung semakin menipis akibat usia tua dan pada usia
tua lebih mudah untuk terinfeksi Helicobacter pylori atau penyakit
autoimun daripada usia muda. Diperkirakan lebih dari 85% dewasa tua
mempunyai sedikitnya satu masalah kesehatan kronis yang dapat
menyebabkan nyeri (Jackson, 2006).
Prevalensi gastritis pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria, hal
ini berkaitan dengan tingkat stres. Secara teori psikologis juga disebutkan
bahwa perempuan lebih banyak menggunakan perasaan dan emosi
sehingga mudah atau rentan untuk mengalami stres psikologis (Gupta,
2008).
3. Etiologi
Ada beberapa penyebab penyakit gastritis sebagai berikut :
a. Pola makan
Kebiasaan makan yang tidak teratur memicu sekresi asam lambung
yang menyebabkan lambung sulit mengenali waktu makan sehingga
produksi asam lambung tidak terkontrol/meningkat.
b. Kopi
Menurut Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri dari
berbagai jenis bahan dan senyawa kimia seperti termasuk lemak,
karbohidrat, asam amino, asam nabati yang disebut dengan fenol,
vitamin dan mineral. Kopi diketahuhi merangsang lambung untuk
memproduksi asam lambung sehingga menciptakan lingkungan yang
lebih asam dan dapat mengiritasi lambung. Ada 2 unsur yang bisa
mempengaruhi kesehatan perut dan lapisan lambung yaitu kafein dan
asam chologenic.
c. Rokok
Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah.
Dalam sebatang rokok, terkandung berbagai zat-zat kimia barbahaya
yang berperan seperti racun. Dalam asap rokok yang disulut, terdapat
kandungan zat-zat kimia berbahaya sepetri gas karbon monoksida,
nitrogen oksida, bensaldehin, arsen, benzopyrene, urethane,
coumarine, ortocrosol, nitrosamine, nikotin, tar, dan lain-lain. Selain
nikotin, peningkatan paparan hidrokarbon, oksigen radikal, dan
substansi racun lainnya turut bertanggung jawab pada berbagai
dampak rokok terhadap kesehatan (Aru, 2009).
d. OAINS (obat-obatan inflamasi non steroid)
OAINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia
heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan
penurunan sintesis dan precursor tromboksan dari asam arakhidonat.
Siklooksigenase merupakan enzim yang penting untuk pembentukan
dari asam arakhidonat. Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan
gastritis erosive adalah aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi
non steroid (Aru, 2009). Contoh OAINS seperti Indomestasin,
Ibuprofen, dan Asam Salisilat, Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen
kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2-deoxyuridine), Salisilat dan
digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung (Sagal, 2006).
e. Stress
Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh
terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan,
membahayakan, dan merisaukan seseorang. Definisi lain menyebutkan
bahwa setres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang
dihadapi mental (psikis), fisik emosional, dan spiritual manusia, yang
pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut
(Aru, 2009).
f. Alcohol
Alkohol sangat berpengaruh terhadap mahluk hidup, terutama
dengan kemampuannya sebagai pelarut lipida. Kemampuannya
malarutkan lipida yang terdapat dalam membrane sel
memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel dan menghancurkan
struktur sel tersebut. Oleh karna itu alcohol dianggap toksik atau racun.
Alkohol yang terdapat dalam minuman seperti bir, anggur, dan
minuman keras lainnya terdapat dalam bentuk etil alkohol atau etanol
(Aru, 2009).
g. Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah bakteri gram negative, basil yang
berbentuk kurva dan batang. Helicobacter pylori adalah suatu bakteri
yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis)
pada manusia. Sebagai besar populasi didunia terinfeksi oleh bakteri
Helicobacter pylori yang hidup dibagian dalam lapisan mukosa yang
melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti
sebagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan
penularan tersebut terjadi melalui oral atau akibat memakan-makanan
atau minum-minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi
Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi
Helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama
terjadinya ulkus peptikum dan penyebab sering terjadinya gastritis
(Price& Wilson, 2012).
4. Patofisiologi
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada
pasien yang mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis
NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida
(HCl) didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan
menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan
mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk
memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa
lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya
vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang
memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi
mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia
juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena
kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat
penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan sel
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan.
Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat
juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang
dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan.
Gastritis Kronis Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan
oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri
helicobactery pylory (H. pylory) Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan
sebagai tipe A / tipe B, tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun)
diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan
infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti
anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe
B (kadang disebut sebagai gastritis) mempengaruhi antrum dan pylorus
(ujung bawah lambung dekat duodenum) ini dihubungkan dengan bakteri
Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-
obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung.
Pathway

Helycobacteri pylori Zat-zat korosif Stress

Infeksi mukosa Gangguan difus Stimulus Nervus Vagus


lambung barrier mukosa

Refleks enterik dinding


lambung

Hormone gastrin

Peningkatan asam lambung Stimulus sel parietal

Iritasi mukosa lambung

Peradangan mukosa
lambung (Gastritis)

Hiperemis Penurunan Hipotalamus


produksi mukus
Atrofi gaster/mukosa oleh sel kolumner Aktivasi lambung
menipis meningkat
Pengelupasan sel
mukosa lambung Resiko Defisit
Kehilangan fungsi Kontraksi otot
Nutrisi
kelenjar fundus lambung
Perdarahan Pengikisan
Factor intrinsik gaster mukus lambung Masukan nutrient
inadekuat, output Anoreksia, mual,
berlebih muntah
Penurunan absorbsi Nyeri epigastrium
Hematemesis,
vitamin B12 Melena Masukan cairan tidak
Defisit Nutrisi
Nyeri Akut adekuat/kehilangan
Anemia pernisiosa cairan
Krisis situasional Ansietas
Penurunan volume Penurunan suplai Resiko
Penurunan suplai Intoleransi
darah merah O2 ke jaringan Hypovolemia
O2 ke jaringan Aktivitas
5. Manifestasi Klinis
Menurut Wijaya dan Yessie (2013), manifestasi gastritis yaitu:
1) Manifestasi Klinis Akut
a. Keluhan dapat bervariasi, kadang tidak ada keluhan tertentu
sebelumnya dan sebagian besar hanya mengeluh nyeri epigastrium
yang tidak hebat.
b. Kadang disertai dengan nausea dan vomitus
c. Anoreksia
d. Gejala yang berat:
- Nyeri epigastrium hebat
- Pendarahan
- Vomitus
- Hematemesis
2) Manifestasi Klinis Kronik
a. Perasaan pernah pada abdomen
b. Anoreksia
c. Distress epigastrik yang tidak nyata
d. Nyeri ulu hati, nyeri ulkus peptik
e. Keluhan-keluhan anemia

6. Klasifikasi
Gastritis dibagi menjadi dua tipe yaitu gastritis akut dan gastritis
kronis.
1) Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada
sebagian besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh
sempurna.Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya
adalah:
a. Gastritis akut erosive
Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
daripada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
b. Gastritis akut hemoragic
Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai
perdarahan mukosa lambung dalan berbagai derajat dan terjadi
erosi, yang berarti hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada
beberapat empat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung
tersebut.
2) Gastritis Kronis
Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis adalah suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai berikut :
a. Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa.
b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan
mukosa pada perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan
kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan
karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.
c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya
nodulnodul pada mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis, dan
hemoragik.

7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Menurut Doengoes (2014), data dasar pengkajian pasien
gastritis meliputi :
a) Keadaan Umum
a. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah mengalami hipotensi (termasuk postural)
- Takikardia, disritmia (hipovolemia/hipoksemia),
kelemahan/nadi perifer lemah.
- Pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokonstriksi).
- Pada respirasi tidak mengalami gangguan.
b. Kesadaran
Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari cenderung
tidur, disorientasi/bingung, sampai koma (tergantung pada
volume sirkulasi/oksigenasi)
b) Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a. Kepala dan Muka
Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), wajah berkerut
(Sukarmin, 2013).
b. Mata
Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan
oksigen ke jaringan), konjungtiva pucat dan kering (Sukarmin,
2013).
c. Mulut dan Faring
Mukosa bibir kering (penurunan cairan intrasel mukosa), bibir
pecah-pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap (penurunan
hidrasi bibir dan personal hygiene) (Sukarmin, 2013).
d. Abdomen
- Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas, kering, lembab,
besar dan bentuk abdomen rata atau menonjol. Jika pasien
melipat lutut sampai dada sering merubah posisi,
menandakan pasien nyeri.
- Auskultasi : Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama
perdarahan, dan hipoaktif setelah perdarahan.
- Perkusi : Pada penderita gastritis suara abdomen yang
ditemukan hypertimpani (bising usus meningkat).
- Palpasi : Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang.
Terdapat nyeri tekan pada regio epigastik (terjadi karena
distruksi asam lambung) (Doengoes, 2014).
e. Integumen
Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan
darah), kelemahan kulit/membran mukosa berkeringan
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik)
(Doengoes, 2014).

8. Komplikasi
Komplikasi penyakit gastritis menurut (Muttaqin & Sari, 2011)
antara lain:
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan
medis.
2) Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat.
3) Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat.
4) Anemia pernisiosa, keganasan lambung.

9. Prognosis
Prognosis secara umum gastritis yang beronset akut, biasanya
sembuh spontan. Angka morbiditas dan mortalitas juga bergantung pada
etiologi gastritis, contohnya:
a. Pasien yang terkena gastritis erosif, simptom akan mereda setelah
penghentian zat-zat erosif eksternal, seperti NSAID dan alcohol.
b. Pasien dengan gastritis atrofi kronik memiliki risiko sangat tinggi
bahwa penyakitnya dapat berkembang menjadi karsinoma gaster
dibanding dengan populasi pada umumnya.
c. Sekitar 10% pasien yang terkena Helicobacter pylori akan
berkembang menjadi ulkus peptikum, dan sekitar 1%-3% nya
menjadi kanker lambung.
d. Pengobatan pada penderita phlegmonous gastritis, akan
menurunkan angka mortalitasnya menjadi 27%.

10. Penatalaksanaan Medis


1) Pengobatan pada gastritis meliputi:
a) Antikoagulan
Bila ada pendarahan pada lambung
b) Antasida
Pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala
mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida
dan istirahat.
c) Histonin
Ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
d) Sulcralfate
Diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin
yang menyebabkan iritasi.
e) Pembedahan
Untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
Gastrojejunuskopi/reseksi lambung untuk mengatasi obstruksi
pylorus (Dermawan, 2010).
2) Penatalaksanaan pada gastritis secara medis
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila
pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan.
Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila
perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan
prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas.
Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam
atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian
agen penyebab.
a) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (missal
:alumunium hidroksida) untuk menetralisasi alkali, digunakan
juslemon encer atau cuka encer.
b) Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena
bahaya perforasi. Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic
dan sedative, antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti
mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan
untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi.
Gastrojejunostomi atau reseksi lambung mungkin diperlukan untuk
mengatasi obstruksi pilrus.
Penatalaksanaan untuk gastritis kronis adalah di tandai oleh epitel
kelenjar di sertai sel parietal dan chiefcell. Dinding lambung menjadi
tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata, gastritis kronis ini
digolongkan menjadi dua kategori tipe A (Altrofik atau fundal) dan
tipe B (Antral ). Gastritis kronis tipe A disebut juga gastritis altrofik
atau fundal, karena gastritis pada bagian fundus lambung. Gastritis
kronis tipe A merupakan suatu penyakit autoimun yang di sebabkan
oleh adnya auto anti body terhadap sel parietal kelenjar lambung dan
faktor instrinsik tidak adanya sel parietal dan chiefcell. Gastritis kronis
tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena umumnya mengenai
daerah atrium lambung da lebih sering terjadi dibandingkan dengan
gastritis kronis tipe A. Penyebab utama gastritis kronis tipe B adalah
infeksi kronis oleh Helicobacter pylori, faktor etiologi gastritis kronis
lainnya adalah asupan alkohol berlebihan, merokok, dan refluk yang
dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan karsinoma.
Pengobatan gastritis kronis berfariasi, tergantung pada penyakit yang
dicurigai. Bila terdapat ulkus duodenum, dapat di berikan antibiotic
untuk membatasi Helicobacter pylori. Namun demikian, lesi tidak
selalu muncul dengan gastritis kronis alkohol dan obat yang diketahui
mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi anema defisiensi besi
(yang di sebabkan oleh perdarahan kronis), Maka penyakit ini harus di
obati, pada anemia pernisiosa harus diberi pengobatan vitamn B12 dan
terapi yang sesuai (Aru, 2009).
Gastritis kronis di atasi dengan memodifikasi diet dan
meningkatkan istirahat, mengurangi dan memilih farmako terapi.
Helicobacter pylori dapat diatasi dengan antibiotik (tetrasiklin atau
amoksilin) dan garam bismod (peptobismol). Pasien dengan gastritis
tipe A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 (Aru,2009).
3) Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:
a. Tirah baring
b. Mengurangi stress
c. Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral
pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti
pudding, agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah12 –
24 jam dan kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan
secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis
biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari
makanan yang berbumbu banyak atau berminyak (Dermawan,
2010).

11. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang


Menurut Jong (2010), untuk menegakkan diagnosa gastritis
dilakukan dengan berbagai macam tes diantaranya:
1) Tes darah
Tes darah untuk melihat hasilnya antibodi terhadap serangan
Helicobacter pylori. hasil tes yang positif menunjukkan bahwa
seseorang pernah mengalami kontrak dengan Helicobacter pylori.
Tes darah juga dapat digunakan untuk mengecek terjadinya anemia
yang mungkin saja disebabkan oleh perdarahan karena gastritis.
2) Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah
oleh urase Helicobacter pyjlori dalam lambung menjadi amoniak
dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding
lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
3) Pemeriksaan feces
Tes ini digunakan untuk mengetahui adanya Helicobacteri pylori
dalam sempel tinja seseorang. Hasil tes yang positif menunjukkan
orang tersebut terinfeksi Helicobacteri pylori. Biasanya dokter
menguji adanya darah dalam tinja yang menandakan adanya
perdarahan dalam lambung karena gastritis.
4) Rontgen
Tes ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelaianan pada
lambung yang dapat dilihat dengan sinar X. Biasanya akan diminta
menelan cairan barium dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan
ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika
dirontgen.
5) Endoskopi
Tes ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada lambung
yang mungkin tidak dapat dilihat oleh sinar X. Tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel
(endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam esofagus, lambung
dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu
dimatirasakan (anestesi), sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang telihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sempel (biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20-30 menit.
Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, kurang lebih 1-2 jam. Komplikasi yang sering terjadi
adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan proses
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi, 2012).
Adapun data yang diperlukan pada pasien gastritis yaitu sebagai berikut :
1) Data Dasar (Identitas Klien)
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan
diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama ditulis secara singkat dan jelas. Keluhan utama
merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan pelayanan
kesehatan, keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit. Pada
pasien gastritis, datang dengan keluhan mual muntah, nyeri
epigastrum. Munculnya keluhan diakibatkan iritasi mukosa lambung
dan menyebabkan keluhan-keluhan lain yang menyertai (Sukarmin,
2013).
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari permulaan klien
merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke rumah sakit. Pada
gastritis, pasien mengeluh tidak dapat makan, mual dan muntah.
Terjadinya gejala mual-muntah sebelum makan dan sesudah makan,
setelah mencerna makanan pedas, obat-obatan tertentu atau alkohol.
Gejala yang berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan
minum terlalu banyak atau makan terlalu cepat. Gejala yang dirasakan
berkurang atau hilang, terdapat muntah darah, terdapat nyeri tekan
pada abdomen (Margareth, 2012).
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada beberapa keadaan apakah ada riwayat penyakit lambung
sebelumnya, pola makan tidak teratur atau pembedahan lambung
(Sukarmin, 2013).
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan
adanya penyakit keturunan, kecenderungan, alergi dalam satu
keluarga, penyakit menular akibat kontak langsung maupun tidak
langsung. Pada pasien gastritis, dikaji adakah keluarga yang
mengalami gejala serupa, penyakit keluarga berkaitan erat dengan
penyakit yang diderita pasien. Apakah hal ini ada hubungannya dengan
kebiasaan keluarga dengan pola makan, misalnya minum-minuman
yang panas, bumbu penyedap terlalu banyak, perubahan pola
kesehatan berlebihan, penggunanaan obat-obatan, alkohol, dan rokok
(Sukarmin, 2013).
6) Riwayat Psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi
masalah dan bagaiamana motivasi kesembuhan dan cara klien
menerima keadaannya (Sukarmin, 2013).
7) Genogram
Genogram umunya dituliskan dalam tiga generasi sesaui dengan
kebutuhan. Bila klien adalah seorang nenek atau kakek, maka dibuat
dua generasi dibawah, bila klien adalah anak-anak maka dibuat
generasi keatas (Sukarmin, 2013).
8) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
Menurut Gordon (2009), pola kebiasaan sehari-hari pada pasien
gastritis, yaitu :
a. Pola Nutrisi
Pola nutrisi dan metabolisme yang ditanyakan adalah diet
khusus/suplemen yang dikonsumsi dan instruksi diet sebelumnya,
nafsu makan atau minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya
mual-mual, muntah, stomatitis, fluktuasi BB 6 bulan terakhir
naik/turun, adanya kesukaran menelan, penggunaan gigi palsu atau
tidak, riwayat masalah/penyembuhan kulit, ada tidaknya ruam,
kebutuhan zat gizinya, dan lain-lain. Nafsu makan pada pasien
gastritis cenderung menurun akibat mual dan muntah, bisa juga
karena terjadinya perdarahan saluran cerna.
b. Pola Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan
defekasi perhari, ada tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuria,
retensi, inkontinensia, apakah kateter indwelling atau kateter
eksternal, dan lain-lain. Pada pasien dengan gastritis didapatkan
mengalami susah BAB, distensi abdomen, diare, dan melena.
Konstipasi juga dapat terjadi (perubahan diet, dan penggunaan
antasida).
c. Pola Istirahat dan Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang perlu ditanyakan adalah
jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, siang, apakah merasa
tenang setelah tidur, adakah masalah selama tidur, apakah
terbangun dini hari, insomnia atau mimpi buruk. Pada pasien
dengan gastritis, adanya keluhan tidak dapat beristirahat, sering
terbangun pada malam hari karena nyeri atau regurtisasi makanan.
d. Pola Aktivitas/Latihan
Pada pengumpulan data ini perlu ditanyakan kemampuan dalam
menata diri, apabila tingkat kemampuannya 0 berarti mandiri, 1 =
menggunakan alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang
dengan peralatan, 4 = ketergantungan/tidak mampu. Yang
dimaksud aktivitas sehari-hari antara lain seperti makan, mandi,
berpakaian, toileting, tingkat mobilitas ditempat tidur, berpindah,
berjalan, berbelanja, berjalan, memasak, kekuatan otot,
kemampuan ROM (Range of Motion), dan lain-lain. Pada pasien
gastritis biasanya mengalami penurunan kekuatan otot ekstremitas,
kelemahan karena asupan nutrisi yang tidak adekuat meningkatkan
resiko kebutuhan energi menurun.
e. Pola Kognisi-Perceptual
Pada pola ini ditanyakan keadaan mental, sukar bercinta,
berorientasi kacau mental, menyerang, tidak ada respon, cara
bicara normal atau tidak, bicara berputar-putar atau juga afasia,
kemampuan komunikasi, kemampuan mengerti, penglihatan,
adanya persepsi sensori (nyeri), penciuman, dan lain-lain. Pada
pasien gastritis biasanya mengalami depresi dan intensitas nyeri
tergantung pada penyebabnya (pada gastritis akut dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman pada epigastrik dan nyeri ulu
hati).
f. Pola Toleransi-Koping Stress
Pada pengumpulan data ini ditanyakan adanya koping mekanisme
yang digunakan pada saat terjadinya masalah atau kebiasaan
menggunakan koping mekanisme serta tingkat toleransi stress yang
pernah dimiliki. Pada pasien gastritis, biasanya mengalami stress
berat baik emosional maupun fisik, emosi labil.
g. Pola Persepsi Diri/Konsep Koping
Pada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi tentang dirinya
dari masalah yang ada seperti perasaan kecemasan, ketakutan, atau
penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri,
gambaran diri, dan identitas tentang dirinya. Pada pasien gastritis,
biasanya pasien mengalami kecemasan dikarenakan nyeri, mual,
dan muntah.
h. Pola Seksual Reproduktif
Pada pengumpulan data tentang seksual dan reproduksi ini dapat
ditanyakan periode menstruasi terakhir, masalah menstruasi,
masalah pap smear, pemeriksaan payudara/testis sendiri tiap bulan
dan masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit.
i. Pola Hubungan dan Peran
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan, status
pekerjaan, kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau
keluarga dan gangguan terhadap peran yang dilakukan. Pada
pasien gastritis, biasanya tegang, gelisah, cemas, mudah
tersinggung, namun bila bisa menyesuaikan tidak akan menjadi
masalah dalam hubungannya dengan anggota keluarga.
j. Pola Nilai dan Keyakinan
Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama selama sakit
serta kebutuhan adanya rohaniawan dan lain-lain.Pada pasien
gastritis, tergantung pada kebiasaan, ajaran, dan aturan dari agama
yang dianutnya.
9) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi. Menurut Doengoes (2014), data dasar pengkajian
pasien gastritis meliputi :
c) Keadaan Umum
c. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah mengalami hipotensi (termasuk postural)
- Takikardia, disritmia (hipovolemia/hipoksemia),
kelemahan/nadi perifer lemah.
- Pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokonstriksi).
- Pada respirasi tidak mengalami gangguan.
d. Kesadaran
Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari cenderung
tidur, disorientasi/bingung, sampai koma (tergantung pada
volume sirkulasi/oksigenasi)
d) Pemeriksaan Fisik Head to Toe
f. Kepala dan Muka
Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), wajah berkerut
(Sukarmin, 2013).
g. Mata
Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan
oksigen ke jaringan), konjungtiva pucat dan kering (Sukarmin,
2013).
h. Mulut dan Faring
Mukosa bibir kering (penurunan cairan intrasel mukosa), bibir
pecah-pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap (penurunan
hidrasi bibir dan personal hygiene) (Sukarmin, 2013).
i. Abdomen
- Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas, kering, lembab,
besar dan bentuk abdomen rata atau menonjol. Jika pasien
melipat lutut sampai dada sering merubah posisi,
menandakan pasien nyeri.
- Auskultasi : Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama
perdarahan, dan hipoaktif setelah perdarahan.
- Perkusi : Pada penderita gastritis suara abdomen yang
ditemukan hypertimpani (bising usus meningkat).
- Palpasi : Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang.
Terdapat nyeri tekan pada regio epigastik (terjadi karena
distruksi asam lambung) (Doengoes, 2014).
j. Integumen
Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan
darah), kelemahan kulit/membran mukosa berkeringan
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik)
(Doengoes, 2014).

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi
meningkat.
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient ditandai dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang normal, bising usus hiperaktif.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai
dengan frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
4) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan
tampak gelisah, tegang, dan merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi
5) Risiko Hipovolemia dengan faktor risiko kehilangan cairan secara aktif
6) Risiko deficit nutrisi dengan factor risiko ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient.

3. Intervensi Keperawatan
No
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri 1. Mengidentifikasi
…x 24 jam diharapkan nyeri akut Observasi : lokasi, karakteristik,
pada pasien dapat teratasi dan 1. Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi,
menurun dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, kualitas, intensitas
1. Keluhan nyeri menurun ( skala frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1 sampai 5) nyeri 2. Mengetahui skala
2. Meringis menurun ( skala 1 2. Identifikasi skala nyeri nyeri pasien
samapi 5) 3. Identifikasi respons nyeri non 3. Mengidentifikasi
3. Gelisah menurun ( skala 1 verbal respon nyeri
sampai 5) Terapeutik : nonverbal
4. Berikan teknik 4. Teknik non
nonfarmakologis untuk farmakologis dapat
mengurangi rasa nyeri (mis, membuat pasien
TENS, hipnosis, akupresur, lebih rileks sehingga
terapi musik, biofeedback, nyeri yang
terapi pijat, aroma terapi, dirasakan berkurang
teknik imajinasi terbimbing, 5. Mengontrol
kompres hangat/dingin, lingkungan agar
terrapin bermain) tidak memperberat
5. Kontrol lingkungan yang nyeri yang
memperberat rasa nyeri (mis, dirasakan pasien
suhu ruangan, pencahayaan, 6. Memberikan pasien
kebisingan) istirahat yang cukup
6. Fasilitasi istirahat dan tidur 7. Memberitahukan
Edukasi : kepada pasien
7. Jelaskan penyebab, periode, penyebab, periode,
dan pemicu nyeri dan pemicu nyeri
8. Ajarkan teknik 8. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk relaksasi dapat
mengurangi nyeri menambah
Kolaborasi : pengetahuan pasien
9. Kolaborasi pemberian sehingga pasien
analgetik, jika perlu dapat mengatasi
nyeri secara mandiri
9. Mengurangi onset
terjadinya nyeri
yang datang secara
tiba-tiba

2. Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Gangguan Makan


selama ... x 24 jam diharapkan status Observasi :
nutrisi membaik dengan kriteria hasil : 1. Monitor asupan dan keluaran
- Frekuensi makan membaik makanan dan cairan serta
- Nafsu makan membaik kebutuhan kalori
- Membran mukosa membaik Terapiutik :
- Perasaan cepat kenyang 2. Timbang berat badan secara
menurun rutin
3. Diskusiskan prilaku makan
dan jumlah aktivitas fisik
yang sesui
4. Lakukan kontrak prilaku
5. Dampingi ke kamar mandi
untuk melihat prilaku
memuntahkan kembali
makanan
6. Berikan penguatan positif
terhadap keberhasilan target
dan perubahan prilaku
7. Berikan konsekuensi jika
tidak mencapai target kontrak
8. Rencanakan program
pengobatan untuk perawatan
dirumah
Edukasi :
9. Anjurkan membuat catatan
harian tentang perasaan dan
situasi pemicu penggeluaran
makanan
10. Ajarkan pengaturan diet
yang tepat
11. Ajarkan keterampilan
koping untuk penyelesaian
masalah prilaku makan
Kolaborasi :
12. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan,
kebutuhan kalori, dan
pilihan makanan
Manajemen nutrisi :
Observasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
- Identifikasi makanan
yang disukai
- Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient
- Edentifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil
pemeriksaan laboratorium
Terapiutik :
- Lakukan oral hygien
sebelum makan jika perlu
- Fasilitasi penentuan
pedoman diet
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan jika perlu
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk
jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pembeiran
medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
jika perlu
3. Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Energi
selama…x 24 jam diharapkan Observasi :
toleransi aktivitas meningkat dengan - Identifikasi gangguan
kriteria hasil : fungsi tubuh yang
- Saturasi oksigen meningkat mengakibatkan kelelahan
- Kemudahan dalam melakukan - Monitor keleahan fisik
aktivitas sehari-hari meningkat dan emosional
- Keluhan lelah menurun - Monitor pola dan jam
- Perasaan lemah menurun tidur
- Frekuensi nafas membaik - Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan / aktif
- Berikan aktvitas distraksi
yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mmengurngi kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
4. Setelah diberikan asuhan keperawatan Reduksi Ansietas 1. Mengetahui tingkat
selama…x 24 jam diharapkan ansietas Observasi : kecemasan klien
1. Identifikasi saat tingkat
menurun dengan kriteria hasil : 2. Mengetahui tanda-
ansietas berubah (mis.
- Verbalisasi khawatir akibat tanda ansietas
kondisi, waktu, stressor)
kondisi yang dihadapi klien
2. Monitor tanda-tanda ansietas
menurun 3. Mempermudah
Terapiutik :
- Perilaku gelisah menurun 3. Ciptakan suasana terapiutik memberikan
- Perilaku tegang menurun untuk menumbuhkan edukasi dan
kepercayaan tindakan kepada
4. Temani pasien untuk klien
mengurangi kecemasan 4. Memberikan rasa
5. Gunakan pendekatan yang nyaman kepada
tenang dan meyakinkan klien
Edukasi : 5. Menumbuhkan
6. Informasikan secara factual kepercayaan klien
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
7. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas
5. Setelah diberikan asuhan Manajemen Hipovolemia 1. Mengengidentifika
keperawatan selama…x 24 jam Observasi : dan gejala hypovo
diharapkan status cairan 1. Periksa tanda dan 2. Mengetahui inta
membaik dengan kriteria hasil : gejala hypovolemia output cairan
- Turgor kulit elastis (mis. frekuensi nadi hypovolemia
- Membrane mukosa meningkat, nadi teraba 3. Mengurangi
lembab lemah, tekanan darah kekurangan cairan
- Tanda-tanda vital dalam menurun, tekanan nadi 4. Meningkatkan k
batas normal menyempit, turgor cairan dalam tubuh
TD : 110/70-120/80 kulit menurun, Memenuhi kebutuh
mmHg membrane mukosa tubuh yang hilan
N : 60-100x/menit kering, volume urin hipovolemia
RR : 16-24x/menit menurun, hematocrit
S : 36,5-37,50C meningkat, haus,
lemah).
2. Monitor intake dan output
cairan
Terapeutik :
3. Berikan asupan cairan
oral
Edukasi :
4. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral.
Kolaborasi :
5. Kolaborasi cairan IV
Isotonis (mis. NaCl, RL).
6. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis ( mis.
glukosa 2,5%, NaCL
0,4%)
7. Kolaborasi pemberian
cairan koloid
(mis.albumin,
plasmanate).
Kolaborasi pemberian
produk darah.
6. Setelah diberikan asuhan Manajemen Gangguan
keperawatan selama…x 24 jam Makan
diharapkan status nutrisi Observasi :
membaik dengan kriteria hasil : 1. Monitor asupan dan
- Frekuensi makan keluaran makanan dan
membaik cairan serta kebutuhan
- Nafsu makan membaik kalori
- Membran mukosa Terapiutik :
membaik 2. Timbang berat badan
- Perasaan cepat kenyang secara rutin
menurun 3. Diskusiskan prilaku makan
dan jumlah aktivitas fisik
yang sesui
4. Lakukan kontrak prilaku
5. Dampingi ke kamar mandi
untuk melihat prilaku
memuntahkan kembali
makanan
6. Berikan penguatan positif
terhadap keberhasilan
target dan perubahan
prilaku
7. Berikan konsekuensi jika
tidak mencapai target
kontrak
8. Rencanakan program
pengobatan untuk
perawatan dirumah
Edukasi :
9. Anjurkan membuat catatan
harian tentang perasaan
dan situasi pemicu
penggeluaran makanan
10. Ajarkan pengaturan diet
yang tepat
11. Ajarkan keterampilan
koping untuk penyelesaian
masalah prilaku makan
Kolaborasi :
12. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang target berat
badan, kebutuhan kalori,
dan pilihan makanan
Manajemen nutrisi :
Observasi :
- Identifikasi status
nutrisi
- Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
- Identifikasi makanan
yang disukai
- Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient
- Edentifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
- Monitor asupan
makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil
pemeriksaan laboratorium
Terapiutik :
- Lakukan oral hygien
sebelum makan jika perlu
- Fasilitasi penentuan
pedoman diet
- Sajikan makanan
secara menarik dan suhu
yang sesuai
- Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
- Berikan suplemen
makanan jika perlu
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk
jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pembeiran
medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
jika perlu
4. Implemantasi
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses
keperawatan dimana perawat memberikan perawatan kepada pasien.
Perawat memulai dan menyelesaikan tindakan atau intervensi yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan dari asuhan
keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan yang dilakukan dengan format SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M, Baziat, A, & Prabowo. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Fadlun & Ahmad Feryanto. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba
Medika
Harsonotomi. 2013. Permasalahan Kehamilan Yang Sering Terjadi. Surakarta:
Platinum
Myles. 2009. Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC
Nurarif, A.H & Kusuma, Hardhi. 2015 . Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction
Rauf, Syahrul, dkk. 2014. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Indikator Diagnostik). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Tindakan Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai