Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


ASUHAN KEPERAWATAN COLIC ABDOMEN

OLEH :
ANNISA SANDRA
NIM : 201000414901180

CI AKADEMIK CI KLINIK

(Ns. Elfira Husna, M.Kep) (Ns. Sari Dewi, S.Kep)

PROGRAM STUDI NERS INSTITUT KESEHATAN


PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2021
LAMPIRAN 2

LAPORAN PENDAHULUAN
COLIC ABDOMEN

A. Pengertian Colic Abdomen

B. Anatomi dan Fisiologi

C. Klasifikasi Colic Abdomen

D. Etiologi Colic Abdomen

E. Patofisologi Colic Abdomen

F. WOC Colic Abdomen

G. Manifestasi Klinik Colic Abdomen

H. Pemeriksaan Penunjang Colic Abdomen

I. Penatalaksanaan Colic Abdomen

J. Komplikasi Colic Abdomen

K. Pengkajian Keperawatan

L. Diagnosa Keperawatan

M. Intervenisi Keperawatan

N. Implementasi Keperawatan

O. Evaluasi Keperawatan
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN COLIC ABDOMEN

1. Konsep Dasar Teoritis


A. Defenisi Colic Abdomen
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus intestinal, Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal. (Amin Huda,
2015)
Colic Abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan
bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen (perut). Hal yang mendasari
hal ini adalah infeksi pada organ di dalam perut (mencret, radang kandung empedu,
radang kandung kemih), sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal).
(Hardi Kusuma, 2015)
Kolik abdomen merupakan nyeri yan gdapat terlokalisasi dan dirasakan
seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan
baik parsial ataupun total baik oragan tubuh berongga atau organ yang
terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik (Gilroy, 2013).
Jadi defenisi dari kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul
secara tiba-tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat
ringan sampai yang bersifat fatal.

B. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut,
tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Gambar 2.1
Anatomi sistem pencernaan

1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air
pada manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-
potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar,
geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan
enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang
bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut
secara otomatis.
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung,
faring, dan laring Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang, Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3) Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu: Kardia, Fundus, Antrum
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang
melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting Lendir, Asam klorida (HCl),
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus
halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
2) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan
usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari :
1) Kolon asendens (kanan)
2) Kolon transversum
3) Kolon desendens (kiri)
4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
7. Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
8. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang
parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam
rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
9. Rektum dan Anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan
yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di
anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari).
11. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang
penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati
biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
12. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah
pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk
proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10
cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan
karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan
dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
C. Klasifikasi Colic Abdomen
1. Kolik abdomen visceral adalah berasal dari organ dalam, visceral di mana
intervasi berasal dari saraf memiliki respon terutama terhadap distensi dan
kontraksi otot, bukan karena iritasi lokal, robekan atau luka karakteristik nyeri
visceral diantaranya sulit terlokalisir, tumpul, samar, dan cenderung beralih ke
area dengan struktur embrional yang sama.
2. Kolik abdomen alih adalah nyeri yang dirasakan jauh dari sumber nyeri akibat
penjalaranserabut saraf (Reeves, 2011).

D. Etiologi Colic Abdomen


Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :
1. Secara mekanis :
a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena
radang)
b. Karsinoma
c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam
usus)
d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung)
f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran)
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak
dapat bergerak)
b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
oleh kecelakaan lalu lintas)
c. Enteritis regional
d. Ketidak seimbangan elektrolit
e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena
ginjal tidak bekerja secara efektif)
(Reeves, 2011).

E. Patofisiologi Colic Abdomen


Colic abdome adalah gangguan pada aliran normal usus seoanjang traktus
intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari
organ yang terdapat dalam abdomen. Hal yang mendasari adalah infeksi dalam
organ perut (diare, radang kandung empedu, radang kandung kemih). Sumbatan
dari organ perut (batu empedu, batu ginjal). Akut abdomen yaitu suatu kegawatan
abdomen yang dapat terjadi karena masalah nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba
dan berlangsung kurang daari 24 jam. Colic abdomen terkait pada nyeri perut serta
gejala seperti muntah, konstipasi, diare, dan gejala gastrointestinal yang spesifik.
Pada kolik abdomen nyeri dapat berasal dari organ dalam abdomen, termasuk nyeri
viseral. Dari otot lapisan dinding perut. Lokasi nyeri perut abdomen biasanya
mengarah pada lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walupun
sebagian nyeri yang dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh karena
itu, nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder
dari tempat lain (Gilroy: 2013).
F. WOC Colic Abdomen

KOLIK ABDOMEN

Apendisitis akut Kehamilan ektopik


Kolesistitis akut Hernia strangulate Aneurisma yang pecah
Pancreatitis akut Hernia inkarserata Pendarahan limpa, hati
Volvulus usus Perforasi organ dalam
Obstruktif
Peradangan Perdarahan

Hambatan pasase dalam Peningkatan


RESIKO INFEKSI organ regangan/tarikan, organ,
kontraksi berlebih
Peningkatan tekanan intra
Mual, muntah luminer Merangsang peritoneum
viseral
RESIKO
DEFISIT VOLUME Penurunan aliran darah
CAIRAN
Nyeri viseral
Hipoksia jarinagn dinding
saluran
GANGGUAN RASA
NYAMAN NYERI
Peningkatan metabolism
anaerob

Penumpukan asam laktat

NYERI

Gelisah gerak paksa

RESIKO CIDERA

(Gilroy: 2013)
G. Manifestasi Klinik Colic Abdomen
1. Mekanika sederhana-usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah
empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi
terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana-usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, muntah-sedikit atau tidak
ada-kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat,
nyeri tekan difus minimal.
3. Mekanika sederhana-kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus
minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya
kram, nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir;
distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan
terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah
atau mengandung darah samar.
(Reeves, 2011).

H. Pemeriksaan Penunjang Colic Abdomen


1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
sigmoid yang tertutup.
3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar
serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.
(Amin huda, 2015)
I. Penatalaksanaan Colic Abdomen
1. Penatalaksaan Keperawatan
a. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.
b. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis.
c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi
kronik, ileus paralitik atau infeksi.
d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
e. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
f. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi
usus yang di lakukansebagai prosedur kedua.
2. Penatalaksaan Medis
a. Terapi Na + K + komponen darah.
b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan.
c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler.
d. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
e. Antasid ( obat yang melawan keasaman ).
f. Antihistamine (adalah obat yang berlawanan kerja terhadap efek histamine)
(Reeves, 2011).

J. Komplikasi Colic Abdomen


1. Kolik ureter (tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus)
2. Kolik biliaris
3. Kolik intestinal (obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang)
4. Gangren
Gangren adalah borok yang disebabkan karena kematian sel/jaringan. Gangren
kandung empedu, saluran empedu dan pankreas diawali oleh infeksi pada
organ-organ tersebut.
5. Sepsis
Sepsis adalah menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah. Sepsis berat dapat menimbulkan syok, dimana tekanan
darah turun.
6. Fistula
Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara dua organ. Batu empedu
mengerosi dinding kandung empedu atau salurang empedu, menimbulkan
saluran baru ke lambung, usus dan rongga perut.
7. Peritonitis
Peritonitis adalah radang rongga perut, disebabkan karena rongga perut yang
steril terkontaminasi oleh cairan empedu melalui suatu fistula ke rongga perut.
8. Ileus
Ilues dapat terjadi karena batu menyumbat isi usus. Dapat terjadi bila batu
berukuran cukup besar.
(Amin huda, 2015)

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan
Menurut Amin Huda (2015) dalam buku Aplikasi Nanda dan NIC-NOC
tinjauan ulang catatan prenatal adanya indikasi untuk kelahiran normal adalah
sebagai berikut :
1. Identitas
Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat, status
perkawinan, Terdapat juga identitas penanggung jawab misal suami.
2. Status kesehatan saat ini
Meliputi keluhan saat MRS dan keluhan utama saat ini
3. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Pola nutrisi
Nafsu makan meningkat, kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg
b. Pola eliminasi/sistem urogenital
a) Konstipasi , tidak mampu berkemih, retensi urine.
b) Edema pada kandung kemih , uretra dan meatus urinarius terjadi karena
trauma.
c) Pada fungsi ginjal : proteinuria,diuresis mulai 12 jam
c. Pola personal Hygiene
Bagaimana frekuensi personal hygien klien, seperti mandi, pral hygiene,
maupun cuci rambut.
d. Pola istirahat dan tidur
Kurang tidur, mengantuk
e. Pola Aktivitas dan latihan
Terganggu karena nyeri
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Apakah klien merokok, minum-minuman keras, ataupun ketergantungan
obat.
g. Seksualitas / reproduksi
Ketakutan melakukan hubungan seksual karena nyeri
h. Peran
Perubahan peran sebagai ibu
i. Persepsi diri/konsep diri
Penilaian citra tubuh terganggu
4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) GCS
b) Tingkat Kesadaran
c) Tanda-tanda Vital
Jam I : tiap 15 menit, Jam II : tiap 30 menit, Jam III : tiap 4 jam, Setelah 24
jam : 8 jam
d) Berat badan
e) Tinggi badan
2) Head to toe
a) Kepala
Memeriksakan apakah terjadi edema pada wajah
b) Wajah
Memeriksakan apakah kongjungtiva pucat, apakah skelera ikterus.
c) Leher
Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah ada kelenjar tiroid
membear, pembuluh limfe, pelebaran vena jungularis.
d) Thoraks
1. Payudara
Terdapat perubahan payudara , payudara membesar. Putting mulai
erektil.
2. Jantung
a. Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu.
e) Abdomen
1. Memeriksakan bising usus pada empat kuadran
2. Memeriksakan fundus uteri,konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi,
tinggi fundus.

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) adalah suatu penilalan klinis tentang respon individu,
keluarga. atau kornunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan dimana perawat bertanggung
gugat.
Menurut Amin Huda, 2015 diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada
kasus Kolik Abdomen adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan kontraksi
organ)
2. Resiko defisit volume cairan b/d intake yang kurang dan diaphoresis
3. Resiko cidera berhubungan dengan orientasi efektif , penurunan hemoglobin,
trombositopeni, hipoksia jaringan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan proses inflamasi
5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri karena tarikan, kontraksi
berlebihan.
C. Rencana Keperawatan
Tabel2.2
Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1 Nyeri akut berhubungan  Paint level Manajemen Nyeri :
dengan agen cidera biologis  Pain control Definisi : mengurangi nyeri dan menurunkan
(peningkatan kontraksi
 Comfort level tingkat nyeri yang dirasakan pasien.
organ)
Kriteria hasil: Intervensi :
1. Mengenali faktor penyebab 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
2. Mengenali onset (lamanya sakit) komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
3. Menggunakan metode pencegahan durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
4. Menggunakan metode nonanalgetik untuk presipitasi
mengurangi nyeri 2. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
5. Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan mengetahui pengalaman nyeri pasien
6. Mencari bantuan tenaga kesehatan 3. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
7. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
8. Menggunakan sumber-sumber yang 5. Kontrol lingkungan yang dapat
tersedia mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
9. Mengenali gejala-gejala nyeri pencahayaan dan kebisingan
6. Kurangi faktor presipitasi
7. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
8. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
9. Tingkatkan istirahat
10. Kolaborasikan dengan dokter jika keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil.

Analgetik Administration :
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
3. Pilih analgetik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgetik ketika pemberian
lebih dari satu tentukan pilihan analgetik
tergantung tipe dan beratnya nyeri.
2 Resiko defisit volume  Fluid balance Fluid Management :
cairan b/d intake yang  Hydration 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
kurang dan diaphoresis
 Nutritional status 2. Pertahankan catatan intake dan output yang
 Intake akurat
Kriteria Hasil: 3. Monitor status hidrasi (kelembaban
1. Mempertahankan urine output sesuai membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT darah ortostatik), jika diperlukan
normal 4. Monitor vital sign
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam 5. Monitor masukan makanan/cairan dan
batas normal hitung intake kalori harian
3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas 6. Lakukan terapi IV
turgor kulit baik, membran mukosa 7. Monitor status nutrisi
lembab, tidak ada rasa haus yang 8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
berlebihan 9. Dorong masukan oral
10. Berikan penggantian nesogatrik sesuai
output
11. Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
12. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
13. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul meburuk
14. Atur kemungkinan tranfusi
15. Persiapan untuk tranfusi
3 Resiko cidera berhubungan  Risk control Environment Management (Manajemen
dengan orientasi efektif, Kriteria Hasil: lingkungan) :
penurunan hemoglobin, 1. Klien terbebas dari cedera 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk
trombositopeni, hipoksia
2. Klien mampu menjelaskan cara/metode pasien
jaringan
untukmencegah injury/cedera 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
3. Klien mampu menjelaskan factor resiko sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
dari lingkungan/perilaku personal kognitif pasien dan riwayat penyakit
4. Mampumemodifikasi gaya hidup terdahulu pasien
untukmencegah injury 3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (misalnya memindahkan perabotan)
6. Mampu mengenali perubahan status 4. Memasang side rail tempat tidur
kesehatan 5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
bersih
6. Menempatkan saklar lampu ditempat yang
mudah dijangkau pasien.
7. Membatasi pengunjung
8. Memberikan penerangan yang cukup
9. Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien.
10. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
11. Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
12. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga
atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.
4 Resiko infeksi berhubungan  Immune status Kontrol Infeksi :
dengan proses inflamasi  Knowledge: infection control Definisi: meminimalkan mendapatkan infeksi
 Risk control dan transmisi agen infeksi
Kriteria Hasil: Intervensi :
1. Tidak didapatkan infeksi berulang 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
2. Tidak didapatkan tumor lain
3. Status rspirasi sesuai yang diharapkan 2. Pertahankan teknik isolasi
4. Temperatur badan sesuai yang diharapkan 3. Batasi pengunjung bila perlu
5. tidak didapatkan fatigue kronis 4. Instruksikan pengunjung untuk mencuci
6. Reaksi skintes sesuai paparan tangan saat berkunjung dan setelah
7. Mendeskripsikan proses penularan berkunjung
penyakit 5. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
7. Gunakan universal precaution dan gunakan
sarung tangan selma kontak dengan kulit yang
tidak utuh
8. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
9. Berikan terapi antibiotik bila perlu
10. Observasi dan laporkan tanda dan gejal
infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor
11. Kaji temperatur tiap 4 jam
12. Catat dan laporkan hasil laboratorium, WBC
13. Istirahat yang adekuat
14. Kaji warna kulit, turgor dan tekstur, cuci
kulit dengan hati-hati
15. Ganti IV line sesuai aturan yang berlaku
16. Pastikan perawatan aseptik pada IV line
17. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
18. Berikan antibiotik sesuai autran
19. Ajari pasien dan keluarga tanda dan gejal
infeksi dan kalau terjadi melaporkan pada
perawat
20. Ajarkan klien dan anggota keluarga
bagaimana mencegah infeksi
5 Gangguan rasa nyaman  Ansiety Anxiecty Reduction (Penurunan kecemasan) :
berhubungan dengan nyeri  Fear leavel 1. Gunakan pendekatan yang menyenangkan
karena tarikan, kontraksi
 Sleep deprivation 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
berlebihan.
 Comfort, readiness for enchanced pelaku pasien
Kriteria hasil: 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
1. Mampu mengontrol kecemasan disarankan selama prosedur
2. Status lingkungan yang nyaman 4. Pahami perspektif pasien terhadap situasi
3. Mengontrol nyeri stres
4. Kualitas tidur dan istirahat adekuat 5. Temani pasien untuk memberikan keamanan
5. Agresi pengendalian diri dan mengurangi rasa takut
6. Respon terhadap pengobatan 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
7. Control gejala 7. Identifikasi tingkat kecemasan
8. Status kenyamanan meningkat 8. Bantu pasien mengenai situasi yang
9. Dapat mengontrol ketakutan menimbulkan kecemasan
10. Support social 9. Dorong pasien untuk mengungkapkan
11. Keinginan untuk hidup perasaan, ketakutan, persepsi
10. Intruksikan pasien menggunakn teknik
relaksasi
11. Berikan obat untuk mengurangi keceamasan
(Amin huda: 2015)
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi penguimpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah & Walid,2012).
Implementasi menurut teorial dalah mengidentifikasi bidang bantuan situasi
yang membutuhkan tambahan beragam dan mengimplementasikan intervensi
keperawatan dengan praktik terdiri atas keterampilan kognitif, interpersonal dan
psikomotor (teknis). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pada
batu kandung kemih, pada prinsipnya adalah menganjurkan klien untuk banyak
minum, mengobservasi tanda-tanda vital, mengawasi pemasukan dan pengeluaran
cairan, mengajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi nyeri, memberikan obat dan
memantau hasil pemeriksaan darah lengkap sesuai program serta melibatkan
keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan. Mendokumentasikan semua
tindakan keperawatan yang dilakukan ke dalam catatan keperawatan secara
lengkap yaitu ; jam, tangal, jenis tindakan, respon klien dan nama lengkap perawat
yang melakukan tindakan keperawatan.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Rohmah & Walid, 2012).
Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang menentukan
apakah tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu rencana tindakan
untuk meningkatkan kualitas keperawatan, perawat harus mengevaluasi
keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi diperoleh dari ungkapan secara
subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari hasil pengamatan.
Penilaian keberhasilan dilakukan sesuai dengan waktu yang dicapai dengan kriteria
hasil. Pada klien batu ginjal dapat dilihat : nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam
batas normal dan pengetahuan klien tentang perawatan batu kandung kemih
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction
Gilroy A and Voll, M (2013) Anatomy An Essential Book. New York : Thieme
H. Syaifuddin Drs. B.Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, 2007.
Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan Makanan,
Surabaya, Tidak dipublikasikan.
R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2007.
Rohmah, Nikmatur, Walid & Saiful. (2012). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Reeves, Charlene J, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta, 2011.

Anda mungkin juga menyukai