Anda di halaman 1dari 17

1

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Kasus Gastroenteritis Akut


(GEA) di Ruang Anggrek Rumah Sakit umum Daerah Tanjungpinang
Tahun 2022

Nama Mahasiswa : Ipunk Indratirta


NIM : 212113013
Tanggal Praktik : 9 Januari 2023
Pembimbing Akademik : Liza Wati S.Kep ., Ns.,M.Kep.
Pembimbing Klinik : Ilis Sunarya , S.Kep.,Ns

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR


PRODI D-3 KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH
TANJUNGPINANG
T.A 2021/2022
2

A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi Gastroenteitis akut

Gastroenteritis akut merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya


bentuk tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3
kali dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Gastroenteritis akut
adalah kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek
atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya
tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011).

Gastroenteritis akut merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat


perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang
dikatakan Gastroenteritis akut bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila
buang air besar tiga kali atau lebih atau buang air berair tapi tidak berdarah
dalam waktu 24 jam (Depkes, 2019).

Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu


keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3 kali/hari)
disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau tanpa
darah dan tanpa lendir.

2. ETIOLOGI
Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah :
a. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan
dimana merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi
bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan seperti pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta
encephalitis dan biasanya banyak terjadi pada anak di bawah usia 2
tahun.
c. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap
karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi
protein dan lemak.
d. Faktor Risiko Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan (2015) faktor risiko terjadinya diare adalah:
1) Faktor perilaku yang meliputi :
 Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif),
memberikan makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini akan
mempercepat bayi kontak terhadap kuman.
 Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol
susu.
 Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak.
3
 Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
2) Faktor lingkungan antara lain:
 Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya
ketersediaan mandi cuci kakus (MCK).

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah
sebagai berikut :
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
b. nafsu makan berkurang.
c. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,
kadang disertai wial dan wiata.
d. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
dengan empedu.
e. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
f. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas
kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa
kering dan disertai penurunan berat badan.
g. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran
h. menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran
i. menurun (apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai akibat
hipovokanik.
j. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
k. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan
pernafasan cepat dan dalam.

4. PATOFISIOLOGI

Gastroenteritis akut dapat disebabkan oleh satu atau lebih


patofisiologi/patomekanisme antara lain :

Gastroenteritis akut sekretorik, Gastroenteritis akut tipe ini disebabkan oleh


meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang
khas pada Gastroenteritis akut ini yaitu secara klinis ditemukan Gastroenteritis
akut dengan volume tinja yang banyak sekali. Gastroenteritis akut tipe ini akan
tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.

Gastroenteritis akut osmotik Gastroenteritis akut tipe ini disebabkan


meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan
oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik malabsorpsi umum dan defek
dalam absorpsi mukosa usus misal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi
glukosa/galaktosa.

Malabsorpsi asam empedu dan lemak. Gastroenteritis akut tipe ini


didapatkan pada gangguan pembentukan/ atau produksi micelleempedu dan
penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.Efek sistem pertukaran anion atau
transport elektrolit aktif di enterosit. Gastroenteritis akut tipe ini disebabkan
adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+ K+ATP di enterosit dan
absorpsi Na+ dan air yang abnormal . Motilitas dan waktu transit usus yang
4
abnormal. Gastroenteritis akut tipe ini disebabkan hipermotilitas dan
iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di
usus halus. Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi,
hipertiroid

Gangguan permeabilitas usus. Gastroenteritis akut tipe ini disebabkan


permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi
membran epitel spesifik pada usus halus Gastroenteritis akut inflamasi proses
inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan Gastroenteritis akut pada
beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction,
Tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air,
elektrolit,mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih
menumpuk dalam lumen. Biasanya Gastroenteritis akut akibat inflamasi ini
berhubungan dengan tipe Gastroenteritis akut lain seperti Gastroenteritis akut
osmotik dan Gastroenteritis akut sekretorik (Juffrie, 2020).

Gastroenteritis akut infeksi Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab


tersering dari Gastroenteritis akut . Dari sudut kelainan usus, Gastroenteritis
akut oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa).
Bakteri non-invasif menyebabkan Gastroenteritis akut karena toksin yang
disekresikan oleh bakteri tersebut (IDAI , 2015)

5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis adalah
perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus peptikum, perforasi dan anemia
karena gangguan absorbsi vitamin B12. (Sjamsuhidajat, 2013).
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi gastritis akut
diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui
mulut, diet mengandung gizi diperlukan. Bila gejala menetap, cairan perlu
diberikan secara parenteral. (Sukarmin, 2020).
Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi tirah baring,
mengurangi stres, diet air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian
diberikan peroral pada interval yang sering. Makanan yang sudah
dihaluskan seperti puding dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12-24
jsm dan kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara
bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya berespon
terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu banyak
atau berminyak. (Pamela, K. 2021).
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

.Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos


medis diare adalah :

 Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan


mikroskopis,Ph dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok
dubur).
 Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa.
5
 Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
 Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.
8. Hospitalisasi Anak dengan Gastroenteritis

Kondisi sakit merupakan hal yang sering dialami oleh setiap orang
khususnya anak- anak, karena sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna.
Beberapa masalah penyakit yang terjadi pada anak-anak antara lain demam,
diare, demam berdarah, penyakit pernapasan, termasuk penyakit bawaan sejak
lahir.

Pada kondisi sedang sakit, anak-anak kadang membutuhkan terapi yang


mengharuskan anak harus dirawat inap di rumah sakit (hospitalisasi).
Hospitalisasi merupakan salah satu pengalaman yang tidak menyenangkan
baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa stressor akan dihadapi saat anak
akan dirawat, selama perawatan hingga sampai pemulangannya kembali ke
rumah. Beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress bagi anak yang
menjalani hospitalisasi seperti :

1. Perubahan suasana lingkungan; dimana anak yang dirawat akan


merasakan suasana rumah sakit yang berbeda, wajah orang yang banyak tidak
dikenal, bau khas rumah sakit, maupun bunyi yang muncul dari alat kesehatan
yang digunakan pasien, dan lain-lain

2. Orang baru yang tidak dikenal; anak akan merasakan stressor perpisahan
dengan orang yang berarti baginya, seperti anggota keluarga, teman- teman
lingkungan rumah, sekolah,dan lain-lain

3. Faktor berkurang atau hilangnya kekebasan : akibat dirawat maka


terdapat beberapa aturan dan prosedur medis yang harus dilakukan, anak juga
tidak bisa melakukan kegiatan yang rutin dilakukan sebelum dirawat
termasukm aktifitas bermain dan lain-lain

4. Faktor fisik ; akibat kondisi sakitnya anak akan mengalami keadaan


ketidakberdayaan, anak tidak mampu melakukan aktifitas rutinnya yang
biasanya dapat dilakukan secara mandiri, dan lain-lain.

Respon terhadap stressor akan berbeda pada anak, tergantung dari berat
ringannya penyakit, jenis prosedur medis dan perawatan yang dilakukan,
pengalaman sebelumnya, tingkat perkembangan anak berdasarkan usia,
dukungan keluarga, dan kemampuan koping dari anak. Menurut penelitian, hal
yang paling umum terjadi pada anak yang hospitalisasi adalah gangguan
emosional berupa kecemasan, dengan berbagai tingkatan cemas dan
manifestasi yang berbeda berdasarkan usia anak. Bila kecemasan ini tidak
tertangani dengan baik dapat berpengaruh terhadap kondisi fisik, muncul sikap
tidak kooperatif dalam program pengobatan, dan mempengaruhi hasil program
terapi. Gangguan perkembangan juga merupakan salah satu dampak negatif
dari hospitalisasi.

Peran petugas kesehatan di rumah sakit sangat penting dalam mengurangi


respon stress anak terhadap hospitalisasi, dengan tetap melibatkan orang tua
6
sebagai support sistem terdekat. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan dampak hospitalisasi bagi anak, yaitu :

1. Berikan informasi kepada anak dan keluarga secara adekuat

Penjelasan selayaknya sudah harus diberikan sejak masa persiapan anak


akan dirawat baik tentang rencana prosedur medis awal maupun lingkungan
rumah sakit yang akan dihadapi (fasilitas rumah sakit, siapa yang terlibat
dalam perawatan, dan lain-lain). Penjelasan juga harus diberikan selama
perawatan untuk setiap tindakan atau prosedur yang akan dilakukan.
Pemberian informasi yang adekuat terbukti dapat menurunkan kecemasan
orang tua dan ketakutan bagi anak yang menjalani hospitalisasi, dan bahkan
mereka akan mendukung program pengobatan. Prinsip yang harus
diperhatikan bahwa ketakutan akan ketidaktahuan (fantasi) lebih besar
daripada ketakutan yang diketahui. Metode penjelasan pada anak harus
disesuaikan dengan usia, kondisi, dan tahap perkembangan anak, misal
dengan metode terapi bermain dengan alat bantu seperti boneka, miniatur
peralatan rumah sakit; metode cerita/ dongeng dengan alat bantu
menggunakan buku- buku bacaan, film; metode bemain peran (role play), atau
berupa penjelasan singkat secara langsung.

2. Menghadirkan orang tua atau orang terdekat selama anak dirawat

Sebagian besar rumah sakit telah menerapkan aturan bahwa untuk pasien
anak diperbolehkan orang tua untuk menunggu, dan diperbolehkan anggota

keluarga lain untuk berkunjung. Hal ini untuk mengatasi stressor perpisahan
anak dengan orang- orang dicintainya, dan akan menimbulkan rasa nyaman
dan ketenangan bagi anak. Namun hal ini dengan tetap memperhatikan kondisi
anak dan resiko keamanan bagi pengunjung tersebut. Bilamana tidak
memungkinakn bagi anak untuk dikunjungi, maka oraang tua dapat
menghadirkan benda sebagai pengganti seperti foto, audiotape atau rekaman
video kebersamaan anak dan orang tua.

3. Mempertahankan rutinitas kegiatan anak saat hospitalisasi

Perubahan jadwal dan hilangnya ritual aktifitas bagi anak dapat


menimbulkan stress bagi anak. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap
kondisi anak dan dapat memberikan saran aktifitas anak yang tetap dapat
dilakukan selama hospitalisasi dengan modifikasi kegiatan atau pelaksanaan
waktu, seperti tetap mengizinkan anak membawa barang mainannya dan
bermain di tempat tidur, menonton televisi, tetap sekolah melalui media
elektronik, dan lain-lain.

4. Komunikasi efektif untuk meningkatkan pemahaman

Untuk menjamin keefektifan komunikasi terutama untuk anak dengan


gangguan perkembangan, maka harus dipilih metode dan media yang sesuai.
Penggunaan alat- alat tertentu, seperti social script book, alat distraksi (alat
bermain) mungkin diperlukan.

5. Penataan ruang rawat dan program bermain


7
Untuk mendukung perawatan anak yang optimal selama hospitalisasi,
rumah sakit selayaknya dapat memfasilitasi ruangan khusus bagi anak dengan
penyediaan perabotan yang berwarna cerah dan sesuai dengan usia anak,
dekorasi ruangan yang menarik dan familiar bagi anak, serta adanya ruangan
bermain yang dilengkapi berbagai macam alat bermain. Peran perawat adalah
tetap memilah kriteria kondisi anak yang diperbolehkan bermain di ruang
bermain dan berinovasi dalam jenis terapi bermain yang bersifat terapetik bagi
anak yang hospitalisasi.

6. Menerapkan Family Center Care

Pelibatan keluarga dalam perawatan pasien dikenal dengan Family


Centered Care (FCC) atau keperawatan berpusat pada keluarga telah menjadi
tren dalam perawatan anak di rumah sakit. Perawatan berpusat pada keluarga
terbukti bermanfaat bagi pasien, keluarga, dan petugas kesehatan. Perawatan
berpusat pada keluarga memungkinkan dokter, perawat, dan petugas kesehatan
lain memberikan perawatan yang memenuhi kebutuhan anak dan keluarga,

menghormati perspektif dan pilihan pasien dan keluarga, berbagi informasi,


pelibatan keluarga dalam perawatan dan pengambilan keputusan serta
kolaborasi antara petugas kesehatan dengan keluarga sehingga dapat
mengurangi tekanan anak dan orang tua selama menjalani rawat inap di rumah
sakit. Pelibatan keluarga ini mampu memberikan hasil yang positif bagi
keluarga dan anak dengan memenuhi kebutuhan orang tua dan anak.
8
9. PATWAY DIARE

infeksi makanan Psikologi

Berkembang di Toksik tak Ansietas (D0080)


usus dapat
diserap

Hiperperistaltik
Hipersekresi air
Malabsorbsi
& elektrolit
KH,Lemak,
Penyerapan
makanan
Isi usus diusus Meningkatkan
menurun tekanan
osmotik

Pergeseran air
dan elektrolit
ke usus

Diare (D0020)

Frekuensi BAB Mual muntah


meningkat
Nafsu makan
menurun
Hilang cairan & Gg Integritas Kulit
elektrolit (D0129)
berlebihan
Defisit Nutrisi
Gangguan Asidosis metabolik (D0019)
keseimbangancairan
& elektrolit Sesak
Dehidrasi

Gangguan pertukaran gas (D0003)

Hipovolemia Risiko syok (D0039)


(0023)
Bagan 2.1 Patway Diare

Sumber : Nurarif & Kusuma (2016 ) ; PPNI (2017)


9

B.Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian
Teori pengkajian pada anak kejang demam (Nursalam, 2013) yaitu:

A. Identitas
1. Pengkajian identitas anak berisi tentang : nama, anak yang ke, tanggal
lahir/umur, jenis kelamin, dan agama.
2. Pengkajian identitas orang tua berisi tentang : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan,agama, dan alamat.

B. Alasan Dirawat

1. Keluhan utama seperti perasaan tidak enak badan, lesu, pusing, nyeri
kepala dan kurang bersemangat, serta nafsu makan menurun (teutama
pada saat masa inkubasi).
2. Riwayat Penyakit
 Apakah anak pernah mengalami sakit sebelumnya.
 Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang bersifat menular
dan menurun.

C. Riwayat Anak

 Perawatan anak dalam masa kandungan.


 Perawatan pada waktu kelahiran.

D. Riwayat imunisasi

E. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual Dalam Kehidupan Sehari-hari

1) Bernafas : bagaimana suara nafas anak, ada tidaknya kesulitan bernafas


yang dialami oleh anak, serta keluhan lain yang dirasakan anak.

2) Pola Nutrisi (makan dan minum) : tanyakan pada pasien atau keluarga
berapa kali makan dan minum dalam satu hari.

3) Eliminasi (BAB/BAK) : kaji pola BAB dan BAK pad anak. Pada BAB
tinjau konsistensi, warna, bau, dan ada atau tidaknya darah. Pada BAK
tinjau volume,warna, bau.

4) Aktifitas : kaji permainan yang paling disukai pada anak, dan kapan
waktu bermainnya.
10

5) Rekreasi : kemana dan kapan biasanya anak diajak berekreasi.

6) Istirahat dan tidur : kaji pola tidur anak pada siang dan malam hari, dan
berapa lama. Ada tidaknya kesulitan tidur yang dialami oleh anak.

7) Kebersihan diri : kaji berapa kali anak mandi dalam 1 hari, ada
membantu atau tidak. Bagaiman dengn kebersihan kuku atau rambut.

8) Pengaturan suhu tubuh : Suhu anak diukur apakah normal, hipotermi


ataukah mengalami Hipertermia.

9) Rasa nyaman : kaji kondisi dan keadaan anak saat mengobrol dengan
orang lain.

10) Rasa aman : kaji lingkungan tempat anak bermain, apakah sudah aman
dari benda-benda tajam dan berbahaya. Bagaimana pengawasan orang
tua ketika anak sedang bermain.

11) Belajar (anak dan orang tua) : kaji pengetahuan orang tua dalam
merawat dan mendidik anak.

12) Prestasi : kaji bagaimana pencapaian dan kemampuan anak mengenai


tingkah laku social, gerak motoric harus, bahasa, dan perkembangan
motoric kasar.

13) Hubungan sosial anak : kaji bagimana hubungan anak dengan orang
tua,keluarga lain serta teman-temannya. Siapakah orang yang paling
dekat dengan anak.

14) Melaksanakan ibadah (kebiasaan, bantuan yang diperlukan terutama


saat anak sakit) : apa agama yang dianut dan bagaimana pelaksanaan
ibadah yang dilakukan oleh anak.

F. Penyakit Yang Pernah Diderita : kaji jenis penyakit, akut / kronis /


menular / tidak, umur saat sakit, lamanya, dan pertolongan.

G. Kesehatan Lingkungan : kaji bagaimana keadaan lingkungan tempat


tinggal anak mengenai ketersediaan air bersih dan sanitasi/ventilasi
rumah.

H. Pertumbuhan dan Perkembangan (0-6 tahun).

I. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum yang meliputi suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah,


warna kulit, tonus otot, turgor kulit, udema.
11

2) Pemeriksaan Head to Toe

a) Kepala : kaji mengenai bentuk kepala, ada tidaknya lesi, kebersihan kulit
kepala, jenis rambut, tekstur rambut, warna rambut dan pertumbuhan
rambut.

b) Mata : kaji bentuk bola mata, pergerakan, keadaan pupil, konjungtiva,


keadaan kornea, sclera, bulu mata, ketajaman penglihatan, dan reflex
kelopak mata.

c) Hidung : kaji mengenai kebersihan, adanya secret, warna mukosa hidung,


pergerakan/nafas cuping hidung, juga adanya gangguan lain.

d) Telinga : Kaji kebersihan, keadaan alat pendengaran, dan kelainan yang


mungkin ada.

e) Mulut, terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan
pecahpecah.Lidah tertutup selaput kotor yang biasanya berwarna putih,
sementara ujung tepi lidah berwarna kemerahan.

f) Leher : kaji adanya pembesaran kelenjar/pembuluh darah, kaku kuduk,


pergerakan leher.

g) Thoraks : kaji mengenai bentuk dada, irama pernafasan, tarikan otot


bantu pernafasan, serta adanya suara nafas tambahan.

h) Jantung : kaji bunyi serta pembesaran jantung pada anak.

i) Persarafan : kaji reflek fisiologis atau reflek patologis yang dilakukan


oleh anak.

j) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisanya terjadi


konstipasi, atau diare dan bahkan bisa saja normal, kulit teraba hangat
dan kemerahan.

k) Ekstremitas : kaji tentang pergerakan, kelainan bentuk, reflex lutut dan


adanya edema.

j. Pemeriksaan Genetalia

1) Alat kelamin : kaji mengenai kebersihan dan adanya lesi.

2) Anus : kaji mengenai keadaan dan kebersihan, ada tidaknya lesi da nada
tidaknya infeksi.
12

k. Antropometri (ukuran pertumbuhan)

Pengukuran antopometri meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar kepala


lingkar dada, dan lingkar lengan.

l. Pemeriksaan Penunjang

1) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal.

2) Biakan empedu basil salmonella thyphosa dapat ditemukan dalam darah


pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan
dalam urine dan faeces.

3) Pemeriksaan widal. Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yng


diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O. titer yang bernilai
1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif.

m. Hasil Observasi

Tuliskan respon umum anak dengan keluarganya serta hal-hal baru yang
diberikan kepadanya, bentk interaksi kepada orang lain, cara anak
mengungkapkan keinginannya, serta kontradiksi prilaku yang mungkin
ditunjukan anak.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah keperawatan atau proses kehidupan yang didalamnya baik
yang berlangsung actual maupun potensial.(SDKI DPP PPNI, 2017).

Diagnosa keperawatan pada anak kejang demam:

1. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorsi


nutrien
2. Diare berhubungan dengan Iritasi gastrointestina
3. Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif
13

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan Keperawatan Pada Anak Gastroentreritis

Diagnosa Keprawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


(SLKI) (SIKI)
Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan intervensi Observasi Observasi
dengan ketidakmampuan keperawatan selama 3 x 24 Identifikasi alergi dan intoleransi Mencegah terjadinya alergi
mengabsorsi nutrien jam, maka status nutrisi makanan saat pemberian nutisi pasien
membaik, dengan kriteria Identifikasi makanan yang disukai Memudahkan memenuhi
hasil: Teraupetik kecukupan nutrisi
Porsi makan yang Sajikan makanan secara menarik dan Teraupetik
dihabiskan meningkat suhu yang sesuai Untuk menambah nafsu
Berikan makanan tinggi serat untuk makan pasien
mencegah konstipasi Untuk mencegah terjadinya
Edukasi kostipasi.
Ajarkan posisi duduk, jika mampu Edukasi
Ajarkan diet yang diprogramkan Untuk mempermudahkan
dalam proses mencerna
makanan
Untuk mencukupi nutrisi
sesuai dengan program

Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan intevensi Observasi Observasi


Iritasi gastrointestina keperawatan selama 3 x 24 Identifikasi riwayat pemberian Untuk mengetahui faktor
jam maka Eliminasi fekal makanan penyerta dari makanan
membaik dengan kriteria Monitor warna, volume, frekwensi, Untuk mengidentifikasi
hasil : dan konsistensi tinja tingkat diare
Kontrol pengeluaran feses Teraupetik Teraupetik
meningkat Berikan asupan cairan oral Untuk mengurangi resiko
Nyeri abdomen menurun Berikan cairan intravena dehidrasi
Konsistensi feses membaik Edukasi Untuk mempercepat
Frekuensi BAB membaik Anjurkan makanan porsi kecil dan memenuhan kebutuhan
Peristaltik usus membaik sering secara bertahap cairan
14

Anjurkan menghindari makanan, Edukasi


pembentuk gas, pedas, dan Untuk mengurangi rasa mual
mengandung lactose Mencegah bertambahnya
Kolaborasi parahnya diare
Kolaborasi pemberian obat Kolaborasi
antimotilitas, antispasmodic/ Untuk mempercepat proses
spasmolitik, pengeras feses penyembuhan diare
Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan intervensi Observasi Observasi
dengan Kehilangan cairan keperawatan selama 3 x 24 Periksa tanda dan gejala hipovolemia Untuk memastikan
aktif jam, maka keseimbangan (mis: frekuensi nadi meningkat, nadi hipovolemia sungguhan atau
cairan meningkat, dengan teraba lemah, tekanan darah menurun, hanya haus biasa
kriteria hasil: tekanan nadi menyempit, turgor kulit Untuk mengetahui cairan
menurun, membran mukosa kering, yang masuk dan keluar tubuh
Output urin meningkat volume urin menurun, hematokrit Teraupetik
Membrane mukosa lembab meningkat, haus, lemah) Untuk memenuhi kebutuhan
meningkat Monitor intake dan output cairan darah di otak
Tekanan darah membaik Teraupetik Utuk mencegah mukosa
Frekuensi nadi membaik Berikan posisi modified kering
Kekuatan nadi membaik Trendelenburg Edukasi
Berikan asupan cairan oral Untuk memcukupi
Edukasi kebutuhan cairan melalui
Anjurkan memperbanyak asupan oral
cairan oral Menghindari rasa pusing
Anjurkan menghindari perubahan karena perubaan posisi
posisi mendadak Kolaborasi
Kolaborasi Untuk mempercepat
Kolaborasi pemberian cairan iv penyembuhan hipovolemia
isotonis, hipotonis, cairan koloid, melalui infus ,dan produk
produk darah darah lainya
15

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ke empat dari proses keperawatan . tahap ini
muncul jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien. Tindakan yang
dilakukan mungkin sama mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah di
buat pada perencanaan. Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibelitas
dan kreatifits perawat. Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus
mengetahui tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan
yang sudah direncanakan, dilakukan dengan rencana yang tepat,aman,serta
sesuai dengan kondisi pasien (Ode Debora, 2013).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Tindakan evaluasi
mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan serta bagaimana reaksi pasien dan
keluarga terhadap perencanaan yang telah diberikan. Jika hasil evaluasi
menunjukkan tujuan dan kriteria hasil tercapai, pasien bisa pulang dan
melakukan rawat jalan (Judha, 2018).
Evaluasi adalah suatu penentuan apakah permasalahan sudah teratasi dengan
sepenuhnya atau belun dan suatu keputusan apakah dilanjutkan perawatan atau di
berhentikan.
16

DAFTAR PUSTAKA

Andi Fatmawati. 2017. Asuhan Keperawatan Pada An. R Dengan Kasus Diare Pada
Anak Di Ruang Madinah RSI Siti Khadijah Palembang.( http://repository.stik-
sitikhadijah.ac.id/241/1/41505001.pdf )
Anik Maryunani. (2013). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta.
Esmi Sinaga. (2018). Asuhan keperawatan anak pada anak c pasien diare ruang
rawat nginap di puskesmas puuwatu tahun.
(https://www.scribd.com/document/394184751/KTI-ESMI-SINAGA)
Andayani, 2019. Pengaruh Atraumatic Care: Audiovisual dengan Portable DVD
terhadap Hospitalisasi pada Anak. Diakses tanggal 20 November 2019
tami, Yuli. (2014). Dampak Hospitalisasi terhadap Perkembangan Anak. Jurnal
Ilmiah WIDYA (Volume 2 Nomor 2 Hal 9-20).
Sari , Indah (2021). Asuhan Keperawatan pada anak Gastroenteritis Akut di Rumah
sakit Harapan Bali. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id
Debby Daviani Prawati, Dani Nasirul Haqi. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Diare Di Tambak Sari, Kota Surabaya.
Dinar Nur Inten, Andalusia Neneng Permatasari. (2019). Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini Literasi Kesehatan pada Anak Usia Dini melalui Kegiatan Eating Clean.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. (2011).
Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta.
Kartika Sari Wijayaningsih. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta.
TIM POKJA SIKI DPP PPNI, Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan .Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia; 2018
TIM POKJA SIKI DPP PPNI, Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan .Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia; 2017
TIM POKJA SIKI DPP PPNI, Standart Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan .Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia; 2019
17

Mengetahui

Preseptor klinik Preseptor Akademik

Ilis Sunarya S.kep,Ns Liza Wati S.Kep,Ns,M.Kep

Anda mungkin juga menyukai