Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

GE (gastro enteritis) adalah buang air besar dengan konsistensi encer / cair

dengan frekwensi lebih sering dari bisanya yaitu lebih dari tiga kali dalam sehari

yang dapat disertai lendir / darah atau tidak yang terjadi secara mendadak dan

berlangsung 3 – 5 hari dan bisa juga berlangsung kurang dari dua minggu

(Syamsudin 2016). Sampai saat ini GE masih merupakan masalah kesehatan, GE

masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang

banyak dalam waktu yang singkat dan secara mendadak.

Diare dapat di sebabkan oleh beberapa factor di antaranya di sebabkan oleh factor

infeksi, factor malabsorbsi, factor makanan, maupun factor psikologis. Sebagian

besar factor diare di sebabkan oleh factor infeksi. Banyak dampak yang dapat terjadi

karena infeksi saluran cerna antara lain, pengeluaran toksin yang dapat

menenimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit yang

mengakibatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan

keseimbangan asam basa. Dengan demikian, dari beberapa factor di atas akan

menimbulkan tanda dan gejala yang berbeda. Manifestasi atau tanda dan gejala diare

pada orang dewasa biasanya di tandai dengan Konsistensi feces cair (diare) dan

frekuensi defekasi semakin sering, muntah (umumnya tidak lama) , demam (mungkin

ada, mungkin tidak), kram abdomen, membrane mukosa kering, berat badan

menurun. Selama proses terjadi diare tanda dan gejalanya juga lain lagi seperti kulit

sekitar anus biasanya akan mengalami iritasi atau lecet akibat seringnya defekasi.
Maka sangat di butuhkan perhatian dan perawatan yang maksimal pada pasien

dewasa di Rumah Sakit. Salah satu penyakit yang termasuk masalah kesehatan

masyarakat umumnya adalah gastroenteritis.(Nur Qolis, 2016).

Gastroentritis paling sering ditemukan pada orang dewasa. Diperkirakan pada

orang dewasa setiap tahunnya mengalami gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000

kasus. Di Amerika serikat di perkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih

dari 250.000pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien

dewasa) yang di sebabkan karena gastroenteritis (Nurqolis,2016).

World Health Organization (WHO) melaporkan sekitar 3,5 juta kematian

pertahun disebabkan oleh Gastroenteritis atau diare akut, dimana 80% dari kematian

ini mengenai anak – anak dibawah umur 5 tahun. Di Amerika Serikat, diperkirakan

200 – 300 juta episode gastroenteritis akut timbul tiap tahunnya, mengakibatkan 73

juga dokter memeriksa pasien yang bersangkutan, 1,8 juta perawatan di rumah sakit

dan 3.100 kematian. Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan 5.051 kasus diare

sepanjang tahun 2005 lalu di 12 provinsi. Jumlah ini meningkat derastis dibandingkan

dengan jumlah pasien diare pada tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang. Di

awal tahun 2006, tercatat 2.159 orang di Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat

menderita diare (NurQolis,2016).

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan Cairan Elektrolit di Ruang Tulip Rsu
Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan.
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada Ny. L dengan Ketidakseimbangan
Elektrolit Di Ruang Tulip Rsu Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Melaksanakan pengkajian keperawatan pada Ny. L dengan

Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit Di Ruang Tulip Rsu Imelda Pekerja

Indonesia (IPI) Medan.

2. Menentukan diagnosa keperawatan pada Ny. L dengan Ketidakseimbangan

Elektrolit Di Ruang Tulip RsuImelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan.

3. Mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan pada Ny. L dengan

Ketidakseimbangan Elektrolit Di Ruang Tulip Rsu Imelda Pekerja Indonesia

(IPI) Medan.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny. L dengan Ketidakseimbangan

Elektrolit Di Ruang Tulip RsuImelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan.

5. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada Ny. L dengan Ketidakseimbangan

Elektrolit Di Ruang Tulip RSUImelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar GE


2.1.1. Definisi GE (Gastroenteritis)

GE (gastroenteritis) atau di masyarakat umum lebih dikenal dengan diare


adalah pengeluaran feces yang tidak normal dan berbentuk cair / encer dengan
frekwensi lebih banyak dari biasanya dalam sehari > 3x. Definisi lain GE adalah
buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml /
24 jam.

GE akut sering dengan tanda dan gejala klinis lainnya seperti gelisah, suhu
tubuh meningkat, dehidrasi, nafsu makan menurun, BB menurun, mata dan ubun –
ubun cekung (terutama pada balita) keadaan ini merupakan gejala GE infeksi yang
disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit perut. Perubahan gut flora (bacteri usus)
yang dipicu antibiotic, dapat menyebabkan GE akut karena pertumbuhan kelebihan
dan toksin dari clostridium difficile (bakteri gram positif anaerob dalam usus besar).

2.1.2. Etiologi

Menurut Hasan dan alatas (2010) Etiologi dari GE di sebabkan oleh beberapa
Faktor antara lain :

1. Infeksi interal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama GE


a) Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella, campylobacter, shigella.
b) Infeksi Virus : Rotavirus, Calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus
c) Infeksi Parasit : Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris), Protozoa (Entamoeba
Histolyca, Tricomonas hominis, Giardia Lambia), Jamur (Candida Albicans ).
2. Infeksi Parental : Infeksi diluar alat pencernaan seperti : Tonsilitis, Encefalitis,
Broncopneumonia.
3. Faktor Malabsorbsi :
a) Karbohidrat. Terutama pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu
formula dapat menyebabkan GE. Gejalanya berupa GE berat , tinja berbau
asam, sakit daerah perut. Jika sering terkena GE seperti ini, maka bisa
menyebabkan pertumbuhan anak terganggu.
b) Malabsorbsi Lemak. Lemak terdapat dalam makanan yaitu yang disebut dengan
triglyserida. Dengan bantuan kelenjar lipase, triglyserida mengubah lemak
menjadi micelles yang bisa di serap usus.Tetapi karena kegagalan penyerapan
sehingga lemak tidak dapat diproses akibat tidak ada lipase karena kerusakan
dinding usus sehingga terjadi GE. GE pada kasus ini fecesnya berlemak.
c) Malabsorbsi Protein. GE yang terjadi akibat mukosa usus tidak dapat menyerap
protein
4. Faktor makanan : Makanan yang sudah basi, Alergi makanan tertentu, makanan
kurang matang, makanan tercemar atau beracun.
5. Faktor Psikis : Rasa takut dan cemas

2.1.3. Manifesatsi Klinis


Menurut Suriadi (2011) tanda dan gejala klinis GE antara lain :
1. Sering Bab dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi (turgor kulit jelek ,elastisitas kulit menurun
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa mulut dan bibir kering).
3. Kram abdominal.
4. Demam,mual,muntah dan anorxia
5. Badan lemah, pucat dan perubahan TTV (nadi dan napas capat) 6 Urine menurun
atau tidak ada pengeluaran (unuria)
6. Urine menurun atau tidak ada pengeluaran (unuria)
Dehidrasi merupakan gejala paling umum yang menyertai GE. Pada anak
-anak GE dapat ditandai dengan jarang buang air kecil, mulut kering, menangis tanpa
mengeluarkan air mata. Pada keadaan dehidrasi berat, anak dapat terlihat cenderung
mengantuk, tidak responsive, mata cekung, serta turgor kulit jelek. Sedangkan
dehidrasi pada orang dewasa, antara lain kelelahan, badan lemas dan tidak bertenaga,
kehilangan nafsu makan, mulut kering, pusing dan nyeri kepala.

2.1.4. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari GE adalah :
1. Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotonic otot lemah bradikardi
perubahan elektrokardiogram).
2. Cardiac dysrhythimia akibat hipokalemia dan hipokalsemi
3. Hiponatermi
4. Syok Hipovolemik
5. Asidosis Dehidrasi
2.1.5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pununjang GE adalah :
1. Riwayat alergi pada obat – obatan atau makanan
2. Pemeriksaan intubasi duodenum.
3. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah
Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain:
 Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis, PH dan kadar gula juga ada
intoleransi gula, biakkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi
terhadap berbagai antibiotik.
 Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit
terutama Na, K, Ca, P Serum pada GE yang disertai kejang
 Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
 Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada GE kronik
2.1.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medisadalah pengobatan dengan cara pengaturan diet dan
pemberian cairan :
1. GE tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya air
gula, sari buah segar, air teh, kuah sup, ASI dll.
2. GE dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung
campuran gula dan garam yang disebut larutan rehidrasi oral (LRO). LRO ini
dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter air .
3. GE dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intra vena disamping LRO.
4. Penatalaksanaan keperawatan antara lain :
a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan
enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita.
b. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaran dan sarung tangan bila
menyentuh barang terinfeksi.
c. Penderita dan keluarganya diedukasi mengenal cara perolehan entero patogen
dan cara mengurangi penularan.

2.2 Konsep Dasar Cairan Dan Elektrolit


2.2.1. Pengertian

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Cairan adalah volume air bisa berupa
kelebihan atau kekurangan air. Air tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah
terminology guna perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuhyang normal.
Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan internal. Sedangkan elektrolit adalah
substansi yang menyebabkab ion kation (+) dan anion (-).
2.2.2. Fungsi Cairan Tubuh
1. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh
2. Transport nutrient ke sel
3. Transport hasil sisa metabolism
4. Transport hormone
5. Pelumas antar organ
6. Mempertahankan tekanan hidrostatikdalam sistem kardiovaskuler

2.2.3. Komposisi Cairan Tubuh

Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh


meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh
ini bervariasi antara individu sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut.
Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dati total berat badan. Pada bayi dan
anak-anak, prosentase ini relative lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Dua pertiga bagian
(67%) dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan sepertiganya
(33%) berada di luar sel (cairan ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau
plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan, dan cairan
intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua
kompartmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati cairan tubuh, yaitu cairan
transel. Namun, volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak,
cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan
ekstrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam
cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan
plasma. Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena
adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel
dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial
dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume
cairan dan elektrolit antar kompartmen
Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen,
maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartmen sehingga terjadi
keseimbangan kembali.

2.2.4. Masalah Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


1. Hipovolemik
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES) dan
dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan
sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme nya adalah peningkatan
rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan
tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron. Gejala:
pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mental,
konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat, turgor
kulit menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda
penurunan berat badan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis.
Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.
2. Hipervolemi
Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
 Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
 Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
 Kelebihan pemberian cairan.
 Perpindahan cairan interstisial ke plasma. Gejala: sesak napas, peningkatan
dan penurunan TD, nadi kuat, asites, adema, adanya ronchi, kulit lembab,
distensi vena leher, dan irama gallop
2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan
Elektrolit
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya,
jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak
juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka
yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat
terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada
individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh
masalah jantung atau gangguan ginjal.
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh.
Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan
demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan
cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan
laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas
tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari
(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang
tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan
yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit.
Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,
mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui keringat.
Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan
sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang
yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua
liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein
dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan
konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan
retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan
produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar
sel atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang
menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat
kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal
juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran
darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akan
melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan
kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat
menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah
yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan
basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan
lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat.
Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi
urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi
natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan
ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan
ginjal (missalnya gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine
kurang dari 40ml/24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24
jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh. Akibatnya,
terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan
kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan
kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan
beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan
atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesia
(Situmorang, 2010).

2.3. Asuhan Keperawatan


2.3.1. Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan


penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi,
psikal assesment. Kaji data menurut Ambarwati Fitri Respati dan Nasution Nita
(2012) adalah :

1. Identitas pasien/biodata Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin,


tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,pekerjaan dan
No telpon
2. Keluhan utama Buang air besar (Bab) lebih dari 3 kali sehari, Bab < 4 kali dan
cair (GE tanpa dehidrasi), Bab 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau
Bab > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila GE berlangsung < 14 hari maka GE
tersebut adalah GE akut, sementara apabila langsung selama 14 hari atau lebih
adalah GE persisten.
3. Riwayat penyakit sekarang menurut suharyono (1999:59)
a. Keadaan umum klien. suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan menuru
atau tidak ada, dan kemungkinan timbul GE.
b. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
makin lama makin asam.
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah GE.
e. Apabila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
f. Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat imunisasi terutama campak, karena GE lebih sering terjadi atau
berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita
campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan
pada pasien.
b. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena factor
ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab GE
c. Riwayat penyakit yang terjadi sebelum, selama, atau setelah GE. Informasi
diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan GE.
5. Riwayat nutrisi Riwayat pola makanan sebelum sakit GE meliputi:
a. Konsumsi makanan penyebab GE, pantangan makanan atau makanan yang
tidak biasa dimakannya.
b. Perasaan haus. Pada pasien yang GE tanpa dehidrasi tidak merasa haus
(minum biasa). Pada dehidrasi ringan/sedang pasen merasa haus dan ingin
minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, sudah malas minum atau
tidak mau minum.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
2) Gelisah, (dehidrasi ringan atau sedang)
3) Lesu, lemah ,lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)
b. Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor,
yaitu dengan cara mencubit daerah perut atau tangan menggunakan kedua
ujung jari (buka kedua kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (Kurang
dari 2 detik), berarti GE tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali
dengan lambat (cubit kembali dalam waktu 2 detik), ini berarti GE dengan
dehidrasi ringa/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan
kembali lebih dari 2 detik), ini termasuk GE dengan dehidrasi berat.
c. Kepala Pada klien dewasa tidak di temukan tanda – tanda tapi pada anak
berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, biasanya ubun – ubun
cekung kedalam.
d. Mata. Kelopak mata tampak cekung bila dehidrasi berat saja
e. Mulut dan lidah
1) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
2) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)
3) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
f. Abdomen kemungkinan mengalami distensi kram dan bising usus yaitu :
1) Inspeksi : melihat permukaan abdomen simetris atau tidak dan tanda lain
2) Auskultasi : Terdengar bising usus meningkat > 30 x/ menit
3) Perkusi : biasanya Terdengar bunyi tympani / kembung
4) Palpasi : Ada tidak nyeri tekan epigastrium kadang juga terjadi distensi perut
g. Anus, apakah terdapat iritasi pada kulitnya
h. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
meningkatkan diagnosis yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang
tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada klien yang mengalami GE,
yaitu:
 Pemeriksaan tinja, baik secara mikroskopis maupun mikroskopi dengan
kultur
 Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (ph, Clini Test) dan lemak

2.3.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang biasa terjadi pada pasen dengan GE dalah yaitu :

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh berhubungan dengan output


berlebihan dengan intake yang kurang
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah
3. Gangguan eliminasi berhubungan dengan bab cair dengan peningkatan frekwensi
defekasi dari biasanya.
4. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder

2.3.3. Perencanaan Keperawatan


1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
berlebihan dengan intake yang kurang
a) Monitor TTV
b) Kaji in / out cairan
c) Kaji status dehidrasi
d) Kolaborasi dengan medis
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Turgor kulit bagus , mukosa bibir basah
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah
a) Monitor in take nutrisi
b) Monitor muntahan klien
c) Monitor BB klien
d) Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti mual dan muntah
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : BB klien kembali normal dan nafsu makan meningkat
3. Gangguan eliminasi berhubungan dengan Bab cair dengan peningkatan
frekwensi defekasi dari biasanya.
a) Monitor feces dan frekwensi defekasi klien
b) Anjurkan klien banyak konsumsi buah dan serat
c) Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti diare
Tujuan : konsistensi feces lunak
Rasional : Frekwensi Bab klien 1x perhari padat tidak encer dan tidak keras.
4. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder
a) Observasi suhu tubuh klien
b) Anjurkan klien bayak minum
c) Kompres hangat
d) Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti piretik
Tujuan : Hipertermi teratasi
Rasional : Suhu tubuh kembali normal (S : 36 – 37  C)

2.3.4. Penatalaksanaan Keperawatan


1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
berlebihan dengan in take yang kurang
a) mengkaji status dehidrasi : Mata, turgor kulit, mukosa bibir
b) Mengkaji out put dan intake cairan klien
c) Memonitor TTV
d) Berkolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti diare
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah
a) Memonitor intake dan out put
b) Menimbang BB tiap hari
c) Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk program diet
d) Berkolaborasi dengan medis untuk terapi anti mual dan muntah
3. Gangguan eliminasi berhubungan dengan Bab cair dan peningkatan frekwensi
defekasi dari biasanya
a) Memonitor feces dan frekwensi defekasi
b) Mengedukasi klien agar banyak konsumsi buah dan serat
c) Berkolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti diare

4. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder


a) Mengobservasi vital sign
b) Mengompres air hangat
c) Menganjurkan klien banyak minum
d) Berkolaborasi dengan medis untuk terapi antipiretik

2.3.5. Evaluasi Keperawatan


1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
berlebihan dengan in put yang kurang. Kriteria hasil yang telah di tetapakan
dalam tinjauan pustaka sebagai berikut klien tidak menunjukan tanda – tanda
dehidrasi ditandai denga mata tidak cekung, turgor baik, mukosa bibir basah.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungann dengan mual dan
muntah. Kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam tinjauan pustaka yaitu klien
mendapatkan kebutuhan nutrient sesuai dengan yang diperlukan tubuh ditandai
dengan berat badan stabil, porsi RS habis.
3. Gangguan eliminasi berhubungan dengan Bab encer / cair dengan peningkatan
frekwensi defekasi dari biasanya. Kriteria yang telah ditentukan tinjauan pustaka
yaitu frekwensi defekasi kembali normal ditandai dengan feces padat tapi lunak.
4. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder.
Kriteria hasil yang telah di tentukan tinjauan pustaka yaitu proses peningkatan
suhu tubuh dan proses infeksi tidak terjadi ditandai dengan suhu tubuh 36 – 37
c.
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian

Ny. L berusia 62 tahun, agama Kristen Budha, suku Tionghoa, Bahasa sehari-
hari bahasa Indonesia, pekerjaan Ibu Rumah Tangga di kota Medan, diagnosa medis:
GE + Dehidrasi ringan-sedang + HT, no RM: 21.60.09, pendidikan terakhir: SLTP,
alamat: Jl. Umar Komplek Taman Mustafa Indah, No.B-24, Kel.Glugur Darat 1, Kec.
Medan Timur. Identitas Penanggung jawab Nama: Tn. B, alamat: Jl. Umar Komplek
Taman Mustafa Indah, No.B-24, Kel.Glugur Darat 1, Kec. Medan Timur, pekerjaan:
Wiraswasta, hubungan dengan klien: Suami pasien.
Pasien masuk IGD Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan pada
tanggal 01 November 2021 dengan keluhan BAB lebih kurang 6x/hari dengan
konsistensi lembek, mual dan muntah lebih kurang 10x/hari dialami 3 hari ini, nyeri
ulu hati, keadaan umum lemah. Di IGD dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital: Td:
150/80 mmHg, RR: 20 x/menit, HR: 80 x/menit, Temp: 36,8 0 C, BB: 58 kg, TB: 160
cm, IMT: 22,6, skala nyeri: 6. Terapi/obat yang telah diberikan: IVFD NaCl 0,9% 10
tts/menit, Inj. Ondansetron 1 amp, Inj. Ranitidine 1 amp.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 02 November 2021 di ruang rawat inap
tulip, Keluhan utama: Pasien mengatakan mual, badan lemas, mukosa kering, BAB
dengan konsistensi lembek, nyeri ulu hati dengan skala: 6 (sedang), TTV: Td: 135/60
mmHg, RR: 20 x/menit, HR: 84 x/menit, Temp: 35,40 C.
Riwayat kesehatan pasien, pasien mengatakan sudah pernah di rawat di Rumah
sakit dengan keluhan yang sama, mual, muntah dan BAB encer. Pasien mengatakan
mer sakan mual dan muntah saat mencium bau makanan. BB sebelum masuk rumah
sakit: 56 kg.
Riwayat kesehatan keluarga Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada
yang menderita penyakit seperti ini, maupun penyakit yang lainnya.
Pola nutrisi dan metabolisme, sebelum dirumah sakit klien mengatakan jarang
makan, hanya menghabiskan makanan 1-2 sendok dengan menu makan: nasi, ikan,
sayur dan buah-buahan dan minum air putih 5 gelas perhari. Selama dirumah sakit
klien mengatakan ia makan 3 – 4 sendok dari porsi yang disajikan, mual, Pasien
mengatakan badanya terasa lemas tak bertenaga.
Pola eliminasi, klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit buang air besar
(BAB) 5 x sehari, konsistensi feses lembek. Buang air kecil (BAK) terpasang kateter.
Pola aktivitas, klien mengatakan dalam sehari-hari pekerjaannya adalah ibu
rumah tangga, pasien mengatakan hanya menjalani aktivitas dirumah.
Terapi/obat yang diberikan: IVFD NaCL 3% 15 tetes/menit, Inj. Ranitidine 1
amp aff Omeprazol 1 amp/hari, amlodipine 1 x 10 mg, inj. Ondansetron 1 amp/hari,
novadium 2 x/hari.

3.1.1 Hasil Laboratorium

Jenis pemeriksaan Hasil Unit/satuan Angka normal


ELEKTROLIT
Elektrolit lengkap
Natrium 112 mmol/l 135-150
Kalium 4.0 mmol/l 3.8-5.5
Chlorida 80 mmol/l 96-108

3.2 Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1. Data Subjektif: Gastroenteritis Ketidakseimbangan
elektrolit
˗ Pasien mengatakan
Kehilangan cairan
badannya lemas aktif
˗ Pasien mengatakan mual
Kadar natrium dan
˗ Frekuensi BAB 5x/hari
clorida dalam
konsistensi lembek.
tubuh menurun
Data Objektif:
- KU lemah ketidakseimbangan
- Mukosa bibir kering elektrolit
- Klien tampak mual
- BAB lembek
- TD : 135/68
- HR : 84
- T : 36,30C
- Natrium : 112
- Chlorida : 80
Output :
˗ Urine 900cc
˗ BAB 200cc
Input :
˗ Infuse NaCL 3% 500cc
˗ Infuse NaCL 0,9% 500cc
˗ Minum 900cc
˗ Inj. Ondansetron 2 cc
Am x BB = 280
IWL : 10 x 56 = 560
Data Subjektif : Kelemahan tonus Intoleransi Aktifitas
otot
˗ Pasien mengatakan
badannya lemas dan Kekurangan
volume cairan
tidak bertenaga
˗ Pasien mengatakan Kelemahan fisik
tidak mampu untuk Intoleransi aktifitas
duduk sendiri
Data Objektif :
˗ KU pasien lemah
˗ Pasien tampak dibantu
keluarga untuk bergerak
3 Data Subjektif : Iritasi usus akibat Nyeri
diare
˗ Pasien mengatakan
nyeri dibagian ulu hati nyeri
Data Objektif :
˗ Pasien terlihat meringis
˗ Skala nyeri 6
3.3 Diagnosa Keperawatan Prioritas

1. defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kehilangan volume cairan secara aktif ditandai dengan menurunnya kadar
natrium dan chloride dalam tubuh.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat kekurangan
volume cairan ditandai dengan kelemahan tonus otot.
3. Nyeri berhubungan dengan iritasi usus akibat diare.

3.4 Perencanaan Keperawatan

no Diagnosa Kriteria Hasil Perencanaan


Keperawatan
1 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Pertahankan catatan
elektrolit tindakan keperawatan intake dan output yang
berhubungan dengan selama 1 x 24 jam defisit akurat
kehilangan volume volume cairan dan 2. Monitor status hidrasi
cairan secara aktif. elektrolit teratasi dengan 3. Monitor hasil lab
kriteria hasil : 4. Monitor vital sign
1. Mempertahankan 5. Monitor intake dan urin
urin output sesuai output.
dengan usia dan 6. Berikan asupan cairan
berat badan, urin 7. Anjurkan pasien dan
normal keluarga untuk
2. Tekanan darah, nadi memodifikasi diet
dan suhu tubuh
dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi,
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
berlebih
4. Jumlah dan irama
pernapasan dalam
batas normal
2 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya nyeri
berhubungan dengan tindakan keperawatan atau keluhan fisik
kelemahan fisik selama 1 x 24 jam lainnya
akibat kekurangan intoleransi aktiftas 2. Identifikasi toleransi
volume cairan teratasi dengan kriteria fisik melakukan
ditandai dengan hasil : pergerakan
kelemahan tonus 1. Mampu melakukan 3. Bantu klien untuk
otot. aktifitas sehari-hari mengidentifikasi
secara mandiri aktifitas yang mampu
2. Mampu berpindah dilakukan
dengan atau tanpa 4. Bantu pasien/keluarga
bantuan alat. untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
5. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
3 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan
dengan iritasi usus tindakan keperawatan
akibat diare selama 1 x 24 jam
intoleransi aktiftas
teratasi dengan kriteria
hasil :
1. Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang
2. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
3.5 Implementasi dan Evaluasi

n Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


o Keperawatan
1 defisit volume cairan 02/November/202 ˗ Mengobservasi intake output Subjektif :
dan elektrolit kurang 1 ˗ Mengobservasi status hidrasi Pasien mengatakan badannya terasa
dari kebutuhan tubuh (kelembaban membrane lemas, mual, pasien mengatakan
berhubungan dengan mukosa, nadi adekuat) sering BAB.
kehilangan volume ˗ Mengobservasi hasil lab
cairan secara aktif. (Natrium : 112, chlorida : 80) Objektif :

˗ Mengobservasi vital sign ˗ Keadaan umum pasien lemah

(TD : 135/68, HR : 84, T : ˗ Mual


36,30C) ˗ BAB dengan konsistensi
˗ Mengobservasi mual muntah lembek
˗ Berikan asupan cairan sesuai ˗ Mukosa bibir kering
kebutuhan - TD : 135/68
˗ Sarankan pasien atau keluarga - HR : 84
untuk mengkonsumsi makanan - T : 36,30C
atau minuman yang - Urin 900 cc
meningkatkan kadar elektrolit
Assessment :
dalam tubuh (jus tomat, jus masalah belum teratasi
jeruk, air kelapa, sayuran Planning :
hijau, dll) ˗ Monitor status hidrasi
˗ Kolaborasikan pemberian ˗ Kolaborasikan pemberian
cairan IV cairan IV
˗ Pantau intake urin dan output
˗ Monitor tanda vital pasien
˗ Berikan edukasi mengenai
makanan yang dapat
meningkatkan elektrolit
2 Intoleransi aktifitas 02 November 2021 ˗ Observasi mengenai aktifitas Subjektif :
berhubungan dengan yang mampu dilakukan Pasien mengatakan badannya lemas,
kelemahan fisik akibat ˗ Identifikasi adanya nyeri atau aktifitas dibantu keluarga, pasien
kekurangan volume keuhan fisik mengatakan tidak mampu untuk
cairan ditandai dengan ˗ Identifikasi toleransi fisik duduk sendiri
kelemahan tonus otot melakukan pergerakan Objektif :
˗ Monitor kondisi umum selama ˗ Keadaan umum pasien lemah
melakukan aktifitas ˗ Pasien tidak mampu untuk
˗ Fasilitasi aktivitas (pagar duduk sendiri
tempat tidur, kursi roda)
˗ Fasilitasi melakukan - TD : 135/68
pergerakan - HR : 84
˗ Libatkan keluarga untuk - T : 36,30C
membantu pasien dalam
Assessment :
meningkatkan pergerakan
Masalah belum teratasi
˗ Anjurkan melakukan
Planning :
mobilisasi sederhana (duduk di
˗ Identifikasi toleransi fisik
tempat tidur, duduk di sisi
melakukan pergerakan
tempat tidur)
˗ Fasilitasi aktivitas (pagar
tempat tidur, kursi roda)
˗ Fasilitasi melakukan
pergerakan
˗ Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
˗ Anjurkan melakukan
mobilisasi sederhana (duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur)

Nyeri berhubungan 02 November 2021 ˗ Identifikasi skala nyeri Subjektif :


dengan iritasi usus ˗ Identifikasi respon nyeri non Pasien mengatakan nyeri dibagian ulu
akibat diare verbal hati
˗ Identifikasi faktor yang Objektif :
memperberat dan ˗ Pasien terlihat meringis
memperingan nyeri ˗ Skala nyeri 6
˗ Fasilitasi istirahat tidur Assessment :
Masalah belum teratasi
Planning :
˗ Identifikasi skala nyeri
˗ Identifikasi respon nyeri non
verbal
˗ Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
˗ Fasilitasi istirahat tidur
Catatan Perkembangan

1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh

n Hari/tanggal Implementasi Evaluasi


o
Selasa ˗ Memonitori status Subjektif :
2 November hidrasi (mukosa bibir ˗ Pasien mengatakan
2021 kering) badanya masih terasa
˗ Pantau intake urin dan lemas
output (Nacl 3% ˗ Pasien mengatakan
500cc, haluaran urin masih mual dan
900cc) ˗ Pasien mengatakan
˗ Memonitor tanda vital BAB nya lembek
pasien Objektif :
˗ Memonitor mual ˗ Keadaan umum pasien
muntah terlihat lemah
˗ Kolaborasikan ˗ Pasien terlihat mual
pemberian cairan IV ˗ BAB pasien lembek
(NaCl 3% 15 ˗ Mukosa bibir kering
tetes/menit) - TD : 135/68
˗ Anjurkan minum air 8 - HR : 84
gelas perhari - T : 36,30C
˗ Berkolaborasi dengan - Urin 900 cc
dokter
˗ Berikan edukasi Assessment :

mengenai hal yang Masalah belum teratasi

dapat meningkatkan Planning : intervensi

elektrolit dilanjutkan.
˗ Monitor penyebab
mual
˗ Monitor status hidrasi
˗ Monitor vital sign
˗ Monitor intake dan
output
Rabu ˗ Memonitor tanda- Subjektif :
3 November tanda vital Klien mengatakan badanya
2021 ˗ Monitor intake dan masih lemas, mual, pasien
output (Nacl 3% mengatakan BAB nya masih
500cc, haluaran urin lembek
dan BAB 600cc dan Objektif :
200cc) ˗ Keadaan umum pasien
˗ Memonitor penyebab masih terlihat lemas
mual ˗ Pasien terlihat mual
˗ Monitor status hidrasi ˗ Mukosa bibir kering
(kelembaban ˗ BAB pasien dengan
membrane mukosa) konsistensi lembek,
˗ Anjurkan pasien dan frekuensi 3 X sehari
keluarga untuk (200cc)
mengkonsumsi ˗ TD : 127/70mmhg
makanan atau ˗ HR : 81x/i
minuman tinggi ˗ T : 36,0C
elektrolit ˗ Urin 8 jam 600cc
˗ Kolaborasi pemberian Assessment :
cairan IV (NaCL 3% Masalah belum teratasi
15 tetes/menit) Planning :
Lanjutkan intervensi
˗ Monitor penyebab
mual
˗ Monitor tanda-tanda
vital
˗ Monitor haluaran urin
˗ Kolaborasikan
pemeberian cairan
melalui IV
Kamis ˗ Memonitor penyebab Subjektif :
4 November mual Pasien mengatakan badannya
2021 ˗ Memonitor tanda- masih lemas, pasien
tanda vital mengatakan mual mulai
˗ Memoitor haluaran berkurang
urin (500cc) Objektif :
˗ anjur ˗ Keadaan umum pasien

˗ Kolaborasikan lemas,

pemberian cairan ˗ Mual sudah berkurang

melalui IV (NaCL ˗ Frekuensi BAB


3%) 3xsehari
˗ TD : 138/77
˗ HR :79
˗ T : 36,40C
˗ Urin 8 jam 500 cc
Assessment :
Masalah teratasi sebagian
Planning :
Intervensi di lanjutkan
˗ Monitor tanda-tanda
vital pasien
˗ Monitor haluaran urin
Jum’at ˗ Memonitor tanda- Subejktif :
5 November tanda vital pasien Pasien mengatakan sudah
2021 ˗ Memonitor keluaran tidak lemas, pasien
urin (300cc) mengatakan tidak ada mual.
Objektif :
˗ Keadaan pasien sudah
tidak lemas, pasien
sudah tidak mual
˗ TD : 127/69
˗ HR : 79
˗ T :36,30C
˗ Urin 300 cc
Assessment :
Masalah teratasi
Planning :
Intervensi dihentikan

2. Intoleransi Aktivitas

no Hari/tanggal Implementasi Evaluasi


Selasa ˗ Observasi mengenai Subjektif :
02 November aktifitas yang mampu Pasien mengatakan badannya
2021 dilakukan lemas, tidak mampu untuk
˗ Identifikasi adanya melakukan aktifitas sendiri,
nyeri atau keuhan fisik pasien mengatakan tidak
˗ Monitor kondisi umum mampu untuk duduk
selama melakukan
aktifitas Objektif :
˗ Fasilitasi aktivitas ˗ Keadaan umum pasien
(pagar tempat tidur, terlihat lemah
kursi roda) ˗ Pasien terlihat tidak
˗ Libatkan keluarga mampu untuk duduk
untuk membantu pasien ˗ Pasien hanya
dalam meningkatkan berbaring di tempat
pergerakan tidur
˗ Anjurkan melakukan - TD : 135/68
mobilisasi sederhana - HR : 84
(duduk di tempat tidur, - T : 36,30C
duduk di sisi tempat
Assessment :
tidur)
Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi dilanjutkan
˗ Observasi mengenai
aktifitas yang mampu
dilakukan
˗ Monitor kondisi umum
selama melakukan
aktifitas
˗ Fasilitasi aktivitas
(pagar tempat tidur,
kursi roda)
˗ Libatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan
˗ Anjurkan melakukan
mobilisasi sederhana
(duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat
tidur)

2 Rabu ˗ Indetifikasi toleransi Subjektif :


3 November fisik melakukan Pasien mengatakan badannya
2021 pergerakan lemas, tidak mampu untuk
˗ Monitor kondisi umum melakukan aktifitas sendiri,
selama melakukan pasien mengatakan belum
aktifitas mampu untuk duduk
˗ Bantu pasien untuk
mobilisasi sederhana Objektif:
(duduk di tempat tidur) - Keadaan umum pasien
masih terlihat lemah
- Pasien tampak masih
berbaring di tempat tidur
- Pasien belum mampu
untuk duduk
˗ TD : 127/70mmhg
˗ HR : 81x/i
˗ T : 36,0C

Assesment:
Masalah belum teratasi
Planning:
Lanjutkan intevensi
˗ Indetifikasi toleransi
fisik melakukan
pergerakan
˗ Monitor kondisi umum
selama melakukan
aktifitas

3 Kamis 4 ˗ Fasilitasi pasien Subjektif:


November melakukan pergerakan Pasien mengatakan lemas
2021 ˗ Bantu pasien sudah mulai berkurang, sudah
mengidentifikasi mampu untuk melakukan
aktivitas yang disukai aktifitas dibantu keluarga,
pasien mengatakan sudah
mampu untuk duduk sendiri
Objektis:
- Keadaan umum pasien
masih lemah
- Pasien terlihat sudah
mampu untuk duduk
sendiri
- Aktivitas pasien masih
dibantu keluarga
˗ TD : 138/77
˗ HR :79
˗ T : 36,40C

Assesment:
Masalah belum teratasi
Planning:
˗ Fasilitasi pasien
melakukan pergerakan
˗ Bantu pasien
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai

Jum’at 5 ˗ Memonitor respon fisik Subjektif:


November pasien Pasien sudah tidak tampak
2021 ˗ Bantu klien membuat lemah, aktifitas pasien sudah
jadwal latihan diwaktu tidak di bantu, pasien sudah
luang dapat duduk sendiri
Objektif:
- Keadaan umum pasien
sudah tidak lemas
- Pasien terlihat sudah
mampu untuk duduk
sendiri
- Pasien sudah mampu
melakukan aktivitas
sendiri
˗ TD : 127/69
˗ HR : 79
˗ T :36,30C

Assessment :
Masalah teratasi
Planning :
Intervensi dihentikan

3. Nyeri

Hari/Tanggal Imlementasi Evaluasi


Selasa ˗ Identifikasi skala nyeri Subjektif :
2 November ˗ Identifikasi respon Pasien mengatakan nyeri
2021 nyeri non verbal dibagian ulu hati
˗ Identifikasi faktor Objektif :
yang memperberat dan ˗ Pasien terlihat
memperingan nyeri meringis
˗ Beri obat anti nyeri ˗ Skala nyeri 6
˗ Fasilitasi istirahat tidur Assessment :
Masalah belum teratasi
Planning :
˗ Identifikasi skala nyeri
˗ Identifikasi respon
nyeri non verbal
˗ Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
˗ Fasilitasi istirahat tidur

Rabu ˗ Identifikasi skala nyeri Subjektif :


3 November ˗ Identifikasi respon Pasien mengatakan nyeri ulu
2021 nyeri non verbal hati mulai berkurang
˗ Identifikasi faktor Objektif :
yang memperberat dan ˗ Pasien masih terlihat
memperingan nyeri meirngis
˗ Fasilitasi istirahat tidur ˗ Skala nyeri 4
Assessment :
Masalah belum teratasi
Planning :
˗ Identifikasi skala nyeri
˗ Identifikasi respon
nyeri non verbal

Kamis ˗ Identifikasi skala nyeri Subjektif :


4 November ˗ Identifikasi respon Paien mengatkan nyeri sudah
2021 nyeri non verbal hilang
Objektif :
Pasien terlihat tenang
Assessment :
Maslah teratasi

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
GE (gastroenteritis) atau diare disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit
perut pengeluaran feces yang tidak normal dan berbentuk cair / encer dengan
frekwensi lebih banyak dari biasanya dalam sehari > 3x. GE adalah buang air
besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya. hal ini dapat mengakibatkan
gelisah, suhu tubuh meningkat, dehidrasi, nafsu makan menurun, BB menurun,
mata dan ubun – ubun cekung Asuhan keperawatan dasar profesi yang dapat kita
lakukan adalah menentukan kebutuhan dasar prioritas pada pasien tersebut.
4.2. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi keperawatan yang akan menjadi
perawat untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan defisit
volume cairan dan elektrolit dengan menerapkan ilmu-ilmu keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai